Shuranggama Sutra 楞嚴經

Di terjemahkan dari Mandarin ke Bahasa Inggris oleh Upasaka Charles Lu K’uan Yu
Alih bahasa oleh dr.Djauheri

(sambungan dari edisi sebelumnya)

Kekekalan dari akibat karma
‘Purnamaitrayaniputra, oleh karena nafsu dan cinta terkait satu sama lain dengan erat, tidak mungkin kita jumpai adanya pemisahan dan sebagai akibatnya suatu hasil yang tana akhir dari kelahiran orang tua, anak dan cucunya. Hal ini terutama timbul dari nafsu (seksual) yang ditimbulkan oleh rasa cinta.’

‘Oleh karena kasih sayang tidak dapat dihancurkan, makhluk hidup lahir dari rahim, telur, kelembaban dan melalui perubahan cenderung menggunakan kekuatan mereka untuk membunuh satu sama lain untuk mendapatkan makanan. Hal ini terutama timbul dari keinginan untuk membunuh.’

‘Jadi jika seorang manusia (membunuh seekor domba) untuk makan dagingnya, domba tersebut akan dilahirkan kembali sebagai manusia, dan manusia itu, setelah dilahirkan kembali akan menjadi domba (untuk membayar hutang sebelumnya). Maka makhluk hidup di sepuluh keadaan kelahiran, saling memakan dan maka membentuk karma jahat yang tidak akan memiliki akhir. Hal ini terutama timbul dari keinginan untuk mencuri.’

‘Oleh karena penyebab seperti “anda berhutang nyawa pada saya”² dan “Saya membayar hutang saya,”³ makhluk hidup merupakan subjek dari kelahiran dan kematian selama beratus dan beribu generasi. Oleh karena penyebab seperti “anda menghargai hati saya, saya mencintai kecantikanmu,”4 mereka terus menerus terkait satu sama lain selama beratus dan beribu kalpa. Maka dari itu, penyebab dasr dari akibat karma yang berkelanjutan ada tiga: membunuh, mencuri dan hawa nafsu.’

‘Maka Purnamaitrayaniputra, tiga akar kejahatan ini berhasil memenangkan seseorang hanya oleh karena kesadaran yang bukan penerangan yang menimbulkan persepsi bentuk dan sehingga salah mengartikan pegunungan, sungai, dan bumi yang besar seperti halnya fenomena yang meliputi suatu kesuksesan dan, oleh karena ilusi ini, timbul kembali dan kembali, seperti halnya roda yang berputar.’

YANG TIDAK TERCIPTA DAN TANPA AKHIR
Purnamaitrayaniputra bertanya : ‘Jika Bodhi, yang pada dasarnya sempurna dan bersifat menerangi dan sama dengan pikiran Sang Tathagata yang tidak berubah, secara tiba-tiba dapat menciptakan pegunungan, sungai, bumi yang besar dan fenomena lainnya, kapankah Sang Buddha yang telah memperoleh Penerangan Sempurna, sekali lagi akan membangkitkan persepsi keduniawian dari pegunungan, sungai dan bumi yang besar ini?’

Sang Buddha berkata : ‘Purnamaitrayaniputra, jika seorang manusia tersesat untuk menuju ke desanya akibat salah mengartikan selatan sebagai utara, apakah kesalahan ini berasal dari delusi atau penerangannya?’

Purnamaitrayaniputra menjawab : ‘Bukan dari apapun. Mengapa? Karena delusi tidak memiliki akar, bagaimana kesalahan ini bisa berasal dari padanya? Oleh karena penerangan tidak berasal dari delusi, bagaimana ia bisa menimbulkan kesalahan tersebut?’

Sang Buddha bertanya : ‘Jika manusia ini, ditunjukkan oleh seseorang jalan yang benar, apakah anda berpikir bahwa selain akibat kesalahannya, apakah ia akan tersesat sekali lagi?’

(Purnamaitrayaniputra menjawab:) ‘Tidak, Yang Maha Agung.’

(Sang Buddha berkata:) ‘Purnamaitrayaniputra, hal ini adalah sama dengan semua Buddha di sepuluh penjuru. Delusi tidak memiliki akar oleh karena ia tidak memilikinya. Pada dasarnya tidak pernah ada delusi dan walaupun ada kemiripannya, sewaktu seseorang sadar, ia akan lenyap (oleh karena) Bodhi tidak menghasilkannya. Hal ini seperti seorang manusia yang menderita ilusi visual yang melihat bunga di angkasa; jika dia diobati, maka bunga-bunga ini akan lenyap. Tetapi jika ia menunggu agar mereka lenyap sekali lagi, apakah anda menganggapnya bodoh atau pintar?’

Purnamaitrayaniputra menjawab: ‘Pada dasarnya angkasa tidak memiliki bunga, tetapi sebagai akibat penglihatan yang terganggu, mereka kelihatannya seperti halnya kehampaan; ini sudah merupakan perilaku yang salah. Jika sebagai tambahan, mereka dibutuhkan untuk muncul kembali, hal ini hanya suatu kebodohan; jadi bagaimana bisa dikatakan bahwa manusia itu bodoh atau pintar?’

Sang Buddha berkata: ‘Oleh karena anda telah menerjemahkan arti dari ketidakberadaan bunga di angkasa, mengapa anda masih bertanya tentang Bodhi sempurna tidak berbentuk dari semua Buddha yang menciptakan pegunungan, sungai dan bumi yang besar ini? Hal ini seperti batu yang mengandung emas murni; setelah isinya dikeluarkan, ia tidak bisa bercampur dengan batu tersebut kembali. Hal ini juga seperti abu hasil pembakaran kayu yang tidak bisa menjadi kayu kembali. Hal ini sama dengan semua Buddha yang mencapai penerangan sempurna.’
________________________
1 Cf. Ajaran Ch’an dan Zen, Seri Pertama, hal. 161, untuk penjelasan terperinci tentang sepuluh keadaan kelahiran.
2 Pembunuhan merupakan dasar penyebab dari akibat karma.
3 Mencuri merupakan dasar penyebab dari akibat karma.
4 Hawa nafsu merupakan dasar penyebab dari akibat karma.

NOMENA DAN FENOMENA YANG BERCAMPUR DAN TIDAK TERHAMBAT
‘Purnamaitrayaniputra, sekarang anda bertanya tentang elemen tanah, air, api dan udara yang pada dasarnya bercampur tanpa hambatan di dalam alam Dharma; anda berada dalam keraguan tentang mengapa elemen air dan api tidak bisa menghancurkan satu sama lain dan bagaimana elemen angkasa dan tanah tidak bisa berisi satu sama lain.’

‘Purnamaitrayaniputra, ambillah contoh angkasa yang berbeda bentuknya dari semua bentuk, tetapi yang tidak mencegah mereka untuk bermanifestasi di dalamnya. Mengapa? Karena angkasa bercahaya bila ada matahari dan gelap apabila langit berawan, ia bergerak dengan angin, terang pada langit yang cerah, berawan bila berkabut, tidak jelas bila terjadi badai debu dan dicerminkan ke air sewaktu cuaca terang. Apakah anda berpikir bahwa bentuk-bentuk sementara ini pada tempat yang berbeda diciptakan oleh keadaan ataukah mereka datang dari angkasa sendiri? Jika mereka timbul dari keadaan-keadaan ini, jadi, sewaktu matahari bersinar, akan ditemukan cahaya matahari dan semua dunia di sepuluh penjuru seharusnya identik dengan matahari ini; jadi mengapa matahari terlihat di langit? Jika angkasa bersinar, ia seharusnya bersinar atas dirinya; jadi mengapa pada waktu malam atau sewaktu ada awan dan kabut, tidak dijumpai adanya cahaya? Maka cahaya itu bukanlah sama ataupun berbeda dari matahari dan angkasa.’

‘Maka sewaktu kilta periksa, pada dasarnya tidak ada suatu bentuk (yakni tujuh elemen) oleh karena mereka tidak bisa ditunjukkan seperti bunga yang tidak sebenarnya di angkasa yang bisa menghasilkan buah yang tidak sebenarnya; jadi mengapa anda bertanya tentang pemusnahan bersama? Tetapi sewaktu alamiah (yang mendasarinya) diperiksa, pada dasarnya nyata oleh karena ia merupakan Bodhi sempurna. Oleh karena Pikiran penerangan sempurna ini pada dasarnya bukanlah air ataupun api, mengapa anda masih bertanya tentang hambatan bersama? Di dalam Bodhi Penerangan yang benar dan sempurna ini, jika anda membangkitkan (ilusi karma dari) angkasa, angkasa akan muncul. Jika anda memiliki (ilusi yang sama dengan) tanah, air, api dan angin satu sama lain, mereka akan muncul tersendiri dan jika anda membangkitkan mereka sekalian, mereka akan timbul secara bersamaan. Purnamaitrayaniputra, apakah arti “pemunculan bersamaan”? Jika dua orang manusia berjalan di dalam arah yang berlainan melihat matahari yang tercermin di dalam air, masing-masing akan melihat pencerminan yang mengikuti sesuai dengan arahnya. Di sini tidak kita temukan suatu standar yang tetap dan anda tidaklah dapat bertanya mengapa satu matahari dapat berjalan pada arah yang berlawanan atau mengapa dua matahari terlihat sewaktu hanya satu yang muncul (di angkasa)1, maka menambah dalam delusi anda tanpa adanya suatu dukungan untuk berpegang.’²
_____________________________
1 Hal ini akan menghapus konsep tentang kesatuan dalam perbedaan.
2 Hal ini mengakhiri ajaran Sang Buddha tentang nomena yang bercampur dan tidak terhambat.

PENJELASAN TENTANG SUMBER UMUM DARI DELUSI DAN PENERANGAN UNTUK MENYIMPULKAN TENTANG NOMENA DAN FENOMENA YANG BERCAMPUR
‘Purnamaitrayaniputra, oleh karena anda bergantung pada bentuk dan ruang yang saling bergantian satu sama lain dalam kepustakaan Tathagata, yang terakhir menurut karma anda, muncul sebagai ruang dan bentuk yang menyebar ke seluruh alam Dharma, dan sebagai hasilnya, mereka muncul dalam bentuk angin yang bertiup, kehampaan yang menetap, sinar matahari dan awan gelap. Oleh karena delusi dan kebingungan mereka, makhluk hidup beralih dari Bodhi dan bergantung pada objek-objek indera, sehingga membangkitkan masalah (klesa) dengan konsekwensi timbulnya bentuk-bentuk ilusi.’

‘(Mengenai saya), penerangan mendalam saya yang tidak tercipta dan tidak berakhir cocok dengan kepustakaan Tathagata yang merupakan Bodhi sempurna, dan menyakinkan pengertian sempurna saya ke seluruh alam Dharma yang mana yang satu merupakan tanpa akhir dan yang tanpa akhir itu adalah satu; di mana yang besar muncul di dalam yang kecil dan sebaliknya; di mana bodhimandala yang tidak bergerak muncul di mana-mana; di mana tubuh saya meliputi di sepuluh penjuru dari angkasa tanpa batas; di mana alam kekayaan (yakni tanah Sang Buddha) timbul pada ujung dari rambut; dan di mana saya duduk di atas butiran debu untuk memutar roda Dharma. Selama saya telah menghapuskan semua objek indera ilusi untuk menyesuaikan dengan Bodhi, saya telah menyadari alamiah dari Penerangan sempurna dari Bhutatathata.’1
__________________________________________
1 Dua paragraf terakhir ini menyimpulkan fenomena dan nomena yang saling bergantung, dan semua fenomena yang saling bergantung (sesuai dengan Hua Yen atau Sekolah Avatamsaka). Mulai dari halaman 100, Sang Buddha mengajarkan tentang Samapatti atau perenungan tentang semuanya sebagai ketidakbenaran atau sementara. Pada bab berikutnya, Beliau akan mengajarkan tentang Dhyana, atau perenungan tentang Jalan Tengah yang mencakup Kebenaran dan Ketidakbenaran.

Bagian III: Kepustakaan Tathagata Memiliki Nomena dan Fenomena

PERENUNGAN TENTANG JALAN TENGAH (DHAYANA)
Penghapusan ‘yang ada’ untuk mengungkapkan Pikiran Benar ‘Pikiran mendasar, absolut dan sempurna dari kepustakaan Tathagata bukanlah pikiran ataupun elemen ruang, tanah, air, udara dan api; bukan juga mata ataupun telinga, hidung, lidah, tubuh ataupun intelektual; bukan juga bentuk ataupun suara, penciuman, rasa, sentuhan ataupun ide (dharma); bukan juga lapangan persepsi penglihatan ataupun lapangan indera lainnya yang mencakup intelektual;1 bukanlah penerangan ataupun yang bukan penerangan juga (tujuh) rantai kemunculan terkait lainnya yang terdiri dari umur tua dan kematian; bukan juga akhir dari penerangan ataupun yang bukan penerangan ataupun dengan (tujuh) kaitan lainnya;² bukan juga penderitaan ataupun akumulasi dari penderitaan, pemusnahan dari nafsu indriya dan jalan ke arah sana;³ bukan juga kebijaksanaan ataupun pencapaian (kesadaran); bukan juga (dana) sumbangan ataupun disiplin (sila), bukanlah juga keyakinan kuat (virya), kesabaran (kshanti), meditasi (dhyana), kebijaksaan (prajna) bukan juga kesempurnaan (paramita);4 dan bahkan bukanlah Tathagata, Arahat, Samma-sambodhi, Parinibbana, ataupun Keabadian (sebenarnya), Kesenangan, Diri sendiri dan Kesucian.5
_________________________________
1 Kepustakaan Tathagata bukanlah pikiran keduniawian (yang terdiri dari kesadaran subjektif dan persepsi) ataupun elemen (objektif) ruang, tanah, air, udara dan api, enam organdata, enam indera, dan enam kesadaran.
² Bukanlah juga fase di luar keduniawian dari pencapaian pratyeka-buddha setelah sadar dari dua belas kaitan dalam rantai kemunculan dan akhirnya.
³ Bukanlah juga fase di luar keduniawian dari pencapaian sravaka setelah sadar akan Empat Kesunyataan Mulia.
4 Bukanlah juga fase di luar keduniawian dari pencapaian Bodhisatva yang terdiri dari kebijaksanaan dan pencapaian (kesadaran) melalui cara yakni Sad Paramita. C.f. Ajaran Ch’an dan Zen, Seri Pertama, Bab IV, Sutra Hati, untuk penjelasan lengkap dari catatan kaki nomor 2, 3 dan 4.
5 Bukanlah juga fase paling sempurna dari kehidupan Buddha, dengan gelar tertinggi dari Tathagata, Arahat, dan Samma-Sambodhi, bukanlah juga merupakan fase Parinibbana dengan empat ciri khasnya yakni Keabadian Absolut, Kesenangan Absolut, Diri Sendiri Absolut dan Kesucian Absolut. Maka ‘Jalan Tengah’ ini melenyapkan baik yang keduniawian dan kedewaan untuk mengungkapkan kepustakaan Tathagata.

Penghapusan ‘yang tidak ada’ untuk mengungkapkan Pikiran Benar
‘Maka Pikiran sempurna dan mendasar dari kepustakaan Tathagata, yang bukan keduniawian ataupun di luar keduniawian bersifat luar biasa dalam arti bahwa ia (juga) identik dengan pikiran (keduniawian) dan (elemen-elemen) ruang, tanah, air, udara dan api; dengan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan intelektual; dengan bentuk, suara, penciuman, rasa, sentuhan, dan ide; dengan lapangan persepsi penglihatan dan semua lapangan lainnya sebelumnya dan termasuk intelektual; dengan penerangan, bukan penerangan dan (tujuh) kaitan lainnya; dengan penderitaan dan akumulasinya; dengan pelenyapan dari nafsu indriya dan jalan menujunya; dengan dana, sila, virya, kshanti, dhyana, prajna dan paramita; dan juga dengan Tathagata, Arahat, Samma-Sambodhi, Parinibbana, Keabadian sebenarnya, Kesenangan, Diri Sendiri dan Kesucian.’

Penghapusan bersamaan dari ‘yang ada’ dan ‘yang tidak ada’ untuk mengungkapkan Pikiran Absolut
‘Maka prinsip (yang dasar) dari Pikiran Sempurna yang absolute dari kepustakaan Tathagata, menjadi identik dengan dan (termasuk) baik keduniawian dan di luar keduniawian, juga di atas “yang ada” dan “yang tidak ada” dan di antara baik persamaan maupun perbedaan.’

‘Jadi bagaimana bisa makhluk hidup yang terikat keduniawian dari tiga alam kemunculan dan dalam alam di luar keduniawian sravaka dan pratyeka-buddha menggali sampai ke dasar pengertian dari Bodhi Sempurna Tathagata dan menembus kebijaksanaan Buddha melalui kata-kata dan khotbah? Sebagai contoh walaupun alat musik petik dapat menghasilkan lagu yang merdu, ia akan menjadi tidak berguna tanpa kehadiran tangan-tangan yang terlatih;1 hal ini adalah sama halnya dengan anda dan semua makhluk hidup lainnya yang walaupun Pikiran Benar dari Bodhi yang berharga diselesaikan oleh setiap insan, sewaktu saya menekan jari tangan di atasnya, Simbol Samudera² memancar akan tetapi segera setelah pikiran anda dipindahkan, semua masalah (kilesa) timbul. Hal ini diakibatkan oleh ketidak konsentrasi anda dalam pencarian Bodhi Sempurna, dalam kesenangan di Hinayana dan kegembiraan anda akan sedikit kemajuan yang anda anggap komplit.’³
_______________________________
1 Mengamalkan dan melatih.
² Simbol Samudera menunjukkan kebesaran dari meditasi Buddha; pandangan dari semua benda.
³ Hal ini mengakhiri ajaran-Nya tentang pelajaran meditasi dari Jalan Tengah. Dari awal khotbahnya, Sang Buddha mengungkapkan tiga ciri khas dari kepustakaan Tathgata : kehampaan (akan intinya), ketidakhampaan (akan fungsinya) dan antara kehampaan dan ketidakhampaan (yang berhubungan dengan pelajaran meditasi tiga bagian yang menganggap semua sebagai kehampaan, semua sebagai ketidakbenaran dan Jalan Tengah yang mencakup keduanya). Murid-murid dari Dharma Absolut seharusnya mengenal lebih dekat dengan tiga ciri khas dari kepustakaan Tathagata dan yang berhubungan dengan tiga bagian pelajaran meditasi seperti yang diajarkan dalam paragraf sebelumnya dengan tujuan untuk mengerti tentang Kendaraan Sempurna yang mendalam.

PIKIRAN TUNGGAL, TERBUKA SECARA TIBA-TIBA DAN PENCAPAIAN KESADARAN
Purnamaitrayaniputra berkata: ‘Sang Buddha dan saya memiliki Pikiran Komplit dari Kesempurnaan yang murni, absolut dan murni, yang sama dan sempurna semuanya, akan tetapi mengapa, setelah melewati berkali-kali kelahiran oleh karena delusi saya dari awalnya dan setelah pencapaian saat ini dengan Kendaraan Kedewaan, apakah saya masih tidak mampu untuk menyadari Yang Tertinggi yang mana Yang Maha Agung telah melenyapkan semua kesalahan dan telah menyadari keabadian absolut? Saya mohon untuk bertanya kepada Sang Tathagata apakah yang menyebabkan delusi yang menutupi mahkluk hidup dari penerangan mendalam dan sehingga mengontrol mereka menuju kehancuran diri mereka saat ini.’

Sang Buddha menjawab : ‘Walaupun kamu telah melenyapkan semua masalah (kilesa)-mu, jejak dari ketidaksucian anda masih ada. Sekarang saya akan memberikan beberapa pertanyaan biasa kepadamu. Apakah kamu pernah mendengar tentang (seorang gila) Yajnadatta dari Sravasti yang akan melihat ke dalam cermin dan sangat gembira melihat alis mata dan kedua matanya, akan tetapi sewaktu pada suatu pagi ia gagal untuk melihat kepalanya sendiri, berpikir bahwa dirinya membingungkan? Apakah anda berpikir bahwa ada alasan yang logis untuk kegilaan seperti itu?’

Purnamaitrayaniputra menjawab : ‘Tidak ada suatu alasan logis apapun untuk hal tersebut.’
Sang Buddha berkata: ‘Bodhi Absolut pada dasarnya bersifat menerangi dan absolut. Apabila ia (ditutupi dan disalahkan) disebut sebagai kesalahan, bagaimana bisa ditemukan penyebab SEBENARNYA (dari) delusi ini? Oleh karena jika ada alasan yang BENAR, bagaimana ia dapa dikatakan SALAH? Semuanya ini timbul dari pikiran salah yang berkembang lebih lanjut menjadi pikiran salah. Apabila kesalahan seseorang menjadi bertumpuk-tumpuk satu sama lainnya, walaupun dengan ajaran Sang Buddha yang tak berhingga dalam berbagai masa, anda masih tidak mampu untuk menghindari delusi. Penyebabnya juga berada dalam delusi, tetapi jika anda menyadari bahwa delusi itu tidak memiliki apapun, kesalahan tidak akan memiliki pendukung (dan akan lenyap). Oleh karena (delusi) tidak pernah diciptakan, apa yang harus dihancurkan untuk menyadari Bodhi?’

‘Hal ini adalah seperti seseorang laki-laki, yang sewaktu terbangun, menghubungkan apa yang dia lihat dalam mimpi; dia mungkin pintar akan tetapi apa yang bisa diperolehnya dari hal tersebut? Lebih lanjut lagi dapatkah dia memperoleh dari suatu keadaan yang tidak berasal dari suatu sebab apapun dan yang sebenarnya tidak nyata, seperti Yajnadatta yang, tanpa suatu alasan apapun, ketakutan akibat tidak melihat kepalanya. Jika secara tiba-tiba hilang sifat gilanya, kepalanya tidak akan muncul dari manapun, dan bahkan jika dia masih gila, kepalanya sebenarnya tidak hilang. Purnamaitrayaniputra, oleh karena ini merupakan alamiah dari kesalahan di mana ia adalah penyebabnya? Jika anda hanya ingin mengakhiri pembeda dan mempercapayi bahwa (di dalam tiga delusi ditemukan) alam semesta ini, retribusi karma dan (alam dari) makhluk hidup, tiga keadaan (berasal dari pembunuhan, pencurian dan perzinahan) akan berakhir. Tanpa keadaan ini, tiga penyebab tidak akan muncul dan, seperti halnya Yajnadatta yang gila, sifat alami gila dari pikiran anda akan berakhir dan apabila itu terjadi, inilah yang disebut sebagai Penerangan (Bodhi). Jadi Pikiran anda yang tidak bisa disamakan, murni dan bersifat menerangi pada dasarnya menembus alam Dharma, tidaklah berasal dari luar; jadi bagaimana ia dapat disadari oleh kesulitan dan latihan berat dan oleh kesadaran? Hal ini adalah seperti seseorang laki-laki dengan mutiara kintamani yang dijahit di bajunya yang lupa tentang akan hal tersebut, berpikir bahwa dia sebenarnya miskin dan berkeliling meminta-minta makanan. Walaupun dia miskin, mutiaranya tidaklah pernah hilang. Jika seorang bijaksana secara tiba-tiba memberitahukannya bahwa mutiara tersebut berada di bajurnya, semua keinginannya akan terjawab dan dia akan menjadi orang kaya. Maka dia akan menyadari bahwa batu yang cemerlang ini bukanlah berasal dari luar.’1

Ananda kemudian maju ke depan, bersujud di hadapan-Nya dengan kepala berada pada kaki Sang Buddha, berdiri dan bertanya: ‘Yang Maha Agung sekarang berkata tentang penghapusan dari tiga keadaan dari pembunuhan, pencurian dan perzinahan untuk menyakinkan bahwa tiga penyebab dasar ini tidaklah timbul dan jadi menghentikan kegilaan Yajnadatta yang menjadi-jadi dan menyadari Bodhi yang tidak berasal dari luar. Hal ini tanpa saput keraguan menunjukkan sebab dan akibat, tetapi mengapa Sang Tathagata menghilangkan mereka seluruhnya? Hal ini juga adalah akibat dari sebab dan akibat sehingga pikiran saya terbuka. Yang Maha Agung, saya bukanlah satu-satunya pendengar (sravaka) yang walaupun masih memerlukan ajaran dan bimbingan, masih belum sadar, tetapi yang lainnya dalam kumpulan ini, seperti Maha-Maudgalyayana, Sariputra, Subhuti, dan lain-lainnya, yang mengikuti Brahmacariya,² mendengar ajaran Sang Buddha tentang sebab dan akibat, kemudian sadar akan Dharma dan mencapai keadaan antara kelahiran dan kematian. Jika sekarang Sang Buddha katakan bahwa Bodhi tidak tergantung pada sebab dan akibat, jadi diri sendiri seperti yang disabdakan oleh Rajagrha yang skeptis, seperti Maskari Gosaliputra1 dan yang lainnya, akan menjadi Nirvana. Maukah Sang Buddha yang penuh belas kasihan untuk menerangi delusi dan keragu-raguan saya?’
_________________________________
1 Permohonan murid-Nya tentang penyebab delusi beralih ke inti dari masalah (yakni pikiran). Maka, murid-murid Peralihan seharusnya selalu memeriksa pikirannya sebagai aktivitas sehari-hari dan seharusnya tidak berpikir secara salah bahwa Sekolah Pendidikan tidak mendukung tujuan Pengajar yang mendalam (yakni pikiran). Pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab, maka Sang Buddha menggunakan cerita Yajnadatta untuk mengajarkan bahwa kesalahan tidaklah memiliki penyebab, seperti halnya kepala lelaki yang gila tidaklah berasal dari luar. Oleh karena Pikiran penerangan dari Bodhi Absolut pada dasarnya bebas dari segala kesalahan. Jika ia dikatakan salah, bagaimana jadinya kesalahan memiliki penyebab sebenarnya? Jika ia berasal dari penyebab sebenarnya, ia seharusnya tidak disebut sebagai kesalahan, oleh karena kesalahan timbul dari timbunan pikiran dan delusi yang salah. Maka, penyebab kesalahan hanya timbul dari delusi yang apabila disadari sebenarnya tidak memiliki penyebab (yang diwariskan) dan akan menjadi kehilangan pendukungnya dan akan lenyap. Jika ia tidak pernah diciptakan, bagaimana mungkin ia bisa dilenyapkan? Sifat alami yang tidak nyata dari kesalahan adalah seperti halnya sewaktu kita melihat mimpi-mimpi; bagaimana bisa ia memiliki penyebab sebenarnya? Seperti halnya alamiah delusi, di manakah ia dapat ditemukan? Jika anda hanya kehilangan pembeda dan menjadi terikat dengan rantai tiga lipat dari alam semesta, karma dan kehidupan, tiga keadaan (dari pembunuhan, pencurian dan perzinahan) akan berakhir dan tiga penyebab dasar (alam, karma dan kehidupan) akan lenyap. Jika anda menyadari tiga keadaan ini, kebodohan dasar anda akan lenyap tiba-tiba dan Pikiran penerangan dari Bodhi Absolut anda yang pada dasarnya tidak terdelusi akan lenyap bersamaan, seperti halnya kepala Yajnadatta yang tidak pernah hilang dan tidaklah berasal dari manapun apabila pikiran gilanya berakhir. Inilah ajaran Sang Buddha tentang penyadaran bersamaan.
2 Orang suci Brahmin dengan pikirannya ditujukan pada kehidupan suci.

Sang Buddha berkata : ‘Ananda, dalam kasus Yajnadatta, jika (apa yang disebut sebagai) sebab dan akibat dari kegilaannya telah dilenyapkan, alamiah dirinya yang pada dasarnya tidak gila akan muncul dengan sendirinya, dan apapun yang anda mungkin merasionalisasikan tentang sebab, akibat dan diri sendiri berada di luar semuanya ini.’²
‘Ananda, jika kepala Yajnadatta pada dasarnya bersifat diri sendiri, ia seharusnya selalu begitu dan tidak menjadi yang lainnya. Jadi kemudian apakah yang merupakan sebab dan akibat yang dihasilkan sewaktu dia merasakan ketakutannya³ dan menjadi gila?’4

‘Jika diri sendiri kepalanya menjadi gila akibat dari sebab dan akibat, mengapa ia tidak menjadi hilang? Tetapi sewaktu dia merasakan ketakutan dan menjadi gila, mengapa ia masih tetap tidak berubah? Jadi bagaimana bisa sebab dan akibat mempengaruhi kepalanya?’5

‘Jika kegilaannya bersifat diri sendiri, ia seharusnya tetap berada di sana tetapi sebelum ia menjadi gila, di manakah ia tersembunyi?’6

‘Jika kegilaannya bukan diri sendiri dan tidak ditemukan sesuatucapapun yang serius di kepalanya, mengapa ia menjadi gila?’7

‘Jika anda menyadari bahwa kepalanya pada dasarnya (masih belum terganggu), anda akan mengetahui bahwa (hanya) Kesadarannya yang menjadi gila dan akan menyadari bahwa membicarakan sebab, akibat dan diri sendiri adalah bodoh.’8

‘Inilah mengapa saya katakan bahwa jika tiga keadaan (dari pembunuhan, pencurian dan perzinahan) dilenyapkan, inilah Pikiran Bodhi. (Tetapi ide bahwa) Pikiran Bodhi diciptakan setelah pikiran samsara telah dilenyapkan sehubungan dengan samsara..’9
___________________________________
1 Salah satu dari Enam Skeptis (Tirthikas) yang menyangkal bahwa kehadiran mereka adalah sebagai akiabt dari bibit karma dalam kehidupan sebelumnya.
² Baik delusi dan penerangan kedua-keduanya salah.
³ Secara harfiah … mengakibatkan kepalanya merasakan ketakutan dan menjadi gila?
4 Kepala mewakili alamiah sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa alamiah sebenarnya bukanlah diri sendiri.
5 Hal ini menunjukkan bahwa alamiah sebenarnya tidak berasal dari sebab dan akibat.
6 Hal ini menunjukkan bahwa delusi itu bukanlah diri sendiri
7 Hal ini menunjukkan bahwa delusi itu bukan berasal dari sebab dan akibat.
8 Hal ini mengungkapkan bahwa alamiah absolut berada di luar sebab, akibat dan diri sendiri, dan di atas semua konsepsi yang salah.
9 Hal ini mengungkapkan penyebab tidak langsung dari moral yang jelek yang mengimplikasikan dualisme relatif dari penerangan dan dualisme.

‘Bahkan setelah ide baik pembentukan dan penghancuran telah diabaikan, tanpa pikiran latihan dan penyadaran, jika (sedikitnya masih percaya tentang) diri sendiri menetap, hal ini jelas menunjukkan bahwa kemtaian dari keduniawian telah memberikan kelahiran untuk pikiran diri sendiri tersebut yang juga berhubungan dengan implikasi lawannya, diri sendiri. Hal ini seperti campuran dan gabungan dari berbagai materi keduniawian menjadi suatu campuran kompleks yang mengimplikasikan lawan dirinya, yang tidak bercampur. (Tetapi) Absolut yang bukan asli maupun palsu, tidaklah bercampur dan bersatu ataupun tidak bercampur dan tidak bersatu, dan tidak ada satupun bagian ataupun bukan bagian dari penyatuan dan pemisahan, berada di atas dan di luar dari semua konsepsi yang salah.’

‘Bodhi dan Nirvana masih berada jauh dan tidak dapat dicapai tanpa latihan dan pengalaman berzaman-zaman. Bahkan jika anda (berhasil di dalam) menghafal dua belas pembagian dari peraturan Mahayana yang diajarkan oleh semua Buddha, dan doktrin yang mendalam dan sempurna jumlahnya tak berhingga seperti pasir di sungai Gangga, hal ini hanya akan menambah konsepsi yang salah. Walaupun anda berkata tentang sebab, akibat dan diri sendiri seolah-olah andalah yang paling mengerti di antara mereka, dan walaupun orang-orang menyebut anda sebagai yang pertama di antara mereka dengan pengetahuan yang luas (dari Dharma) dengan keuntungan pengaruhnya selama beberapa periode masa lalu, anda menjadi tidak mampu untuk menghindari lobang yang mana Matangi masuk ke dalamnya; mengapa anda masih menunggu untuk ditolong darinya dengan mantra Surangama yang menyebabkan wanita itu menghapuskan nafsu indriyanya secara menyeluruh, untuk menyadari keadaan Anagamin dan untuk memasuki hutan rimba dari keinginan dan kesetiaan? Dengan mengeringnya sungai cinta, anda dibebaskan dari ikatan tersebut.’

‘Maka, Ananda, hafalan dan ingatan anda tentang ajaran Tathagata yang mendalam dan luar biasa selama masa-masa sukses tidaklah dapat dibandingkan dengan latihan satu hari dari Jalan Suci yang telah membuat anda mampu untuk menghindar dari penderitaan baik dari cinta dan kebencian. Matangi adalah seorang pelacur, tetapi dia telah meninggalkan nafsu dan keinginan dengan bantuan dari mantra, dan menjadi seorang Bhikkhuni, yang disebut sebagai alamiah diri, dalam kelompok ini. Baik dia dan Yasodhara, ibu dari (anak tertua saya) Rahula, sadar akan penderitaan yang diakibatkan oleh keinginan dan cinta dalam kehidupan mereka sebelumnya dan dengan secepat kilat, melatih diri dengan Cara Suci; yang satu terbebas dari ikatan dan yang lainnya menerima ramalan (saya) tentang pencapaian penerangan di masa yang akan datang. Mengapa anda masih menipu diri anda sendiri dengan bergantung pada apa yang anda lihat dan dengar?’1
_________________________________
1 Maka Sang Buddha mengungkapkan tiga ciri khas dari kepustakaan Tathagata yang mana tiga-tiganya berhubungan dengan pelajaran meditasi, dan mendorong kelompok tersebut untuk melatih Dharma (selain menghafal ajaran-Nya).

Bagian IV: Pencapaian Penerangan dengan Daya Diri
OBJEK YANG DIAMBIL DALAM PELAJARAN MEDITASI
Setelah mendengar ajaran Sang Buddha, Ananda dan anggota Sangha lainnya, sekarang melenyapkan keraguan dan delusi mereka, sadar akan Kebenaran dan merasakan cahaya pada tubuh dan pikiran yang sebelumnya belum pernah mereka alami. Sekali lagi air mata Ananda berlinang, menjatuhkan dirinya dengan kepalanya berada pada kaki Sang Buddha, berlutut, menyatukan kedua telapak tangannya dan berkata: ‘Oh Penguasa Harta yang tiada taranya, penuh belas kasihan dan suci murni, anda telah membuka pikiran saya dengan baik, dengan menggunakan semua jenis cara dan mendorong semangat untuk menuntun saya keluar dari kegelapan di lautan penderitaan. Yang Maha Agung, setelah mendengar ajaran Dharmamu, walaupun saya telah menyadari Pikiran Suci dari Bodhi Absolut dari kepustakaan Tathagata yang menembus ke sepuluh penjuru untuk menuntuk semua isi alam di dalamnya menuju kerajaan suci dan agung dari Penerangan Absolut, Sang Buddha sekali lagi menuduh pengetahuan saya yang tidak berguna yang diperoleh dari pendengaran yang tidak bisa dibandingkan dengan latihan dan bimbingan yang benar. Saya seperti halnya seorang pengelana yang secara tiba-tiba dianugerahi oleh raja surga suatu tempat istirahat yang luar biasa, di mana sekarang dimilikinya dan seharusnya dia mengetahui bagaimana cara memasukinya. Maukan Sang Tathagata untuk tidak mengabaikan sifat belas kasihan-Nya dan maukah Beliau mengajarkan kepada kami semua yang terdelusi dalam kelompok ini untuk menyerah atas Kendaraan Kecil tersebut dan bagaimana untuk mengembangkan pikiran mereka dengan tujuan agar dapat memperoleh Nirvana Absolut, sehingga bagi mereka yang masih memerlukan pendidikan dan bimbingan mampu mengetahui bagaimana cara mengatasi ketergantungan mereka pada fenomena sebab akibat agar memperoleh kontrol sempurna (dharani) dan memasuki ke-Buddha-an yang penuh kebijaksanaan.’ Setelah berkata demikian, dia berlutut dan dengan penuh hormat menunggu ajaran Suci-Nya.

LATIHAN MEDITASI UNTUK PENCAPAIAN PENERANGAN DENGAN DAYA DIRI
Sang Buddha menaruh kasihan pada buddha sravaka dan pratyeka dalam kelompok tersebut yang mana pikiran mereka yang diarahkan menuju penerangan masih belum dapat dicerna dan (juga) untuk semua makhluk hidup masa depan pada masa akhir zaman Dharma yang ingin mengembangkan pikiran Bodhi mereka dan untuk menelusuri Jalan Kendaraan Suci. Beliau berkata kepada Ananda dan kelompok tersebut : ‘Oleh karena anda telah bertekad untuk mengembangkan pikiran Bodhi dan melatih Samadhi Tathagata dengan sungguh-sungguh, pertama-tama seharusnya anda menyakinkan akan dua faktor penentu di dalam perkembangkan pikiran anda.’

Apakah itu?

Pikiran subjektif di dalam meditasi
‘Ananda, oleh karena anda telah memutuskan untuk meninggalkan keadaan sravaka untuk melatih dengan Kendaraan Bodhisattva dengan tujuan untuk memiliki ke-Buddha-an yang penuh Kebijaksanaan, seharusnya anda melihat dengan jelas bahwa tanah asalnya (yang dipergunakan sebagai) titik tolak dan tanah subur (dpl. Penyadaran) sebenarnya adalah sama atau tidak. Ananda, jika anda menggunakan pikiran keduniawianmu sebagai titik pemberangkatan, anda akan gagal di dalam pencarian terhadap Kendaraan Buddha yang berada di luar kelahiran dan kematian. Maka, anda seharusnya meneliti ke dalam semua bentuk ciptaan (dari pikiran) yang mana pada dunia material ini merupakan subjek perubahan dan penghancuran. Ananda, yang mana dari mereka tidak akan hancur? Walaupun anda belum pernah mendengar bahwa angkasa luar dapat mati. Mengapa? Oleh karena itu bukanlah merupakan suatu benda ciptaan.’

Fenomena objektif di dalam meditasi
‘Di dalam tubuhmu, yang mana berbentuk padat adalah bagian dari bumi, yang mana berbentuk cair adalah bagian dari air, yang mana bersifat panas adalah bagian dari api dan yang mana yang bergerak adalah bagian dari angin. Keempat elemen terbatas ini membagi Bodhi anda yang murni, sempurna, absolut dan penerangan menjadi penglihatan, pendengaran, pengetahuan dan pembeda : maka terbentuklah lima keadaan kekotoran (kasaya) dari awal sampai akhir.’

‘Apa yang disebut dengan kekotoran ini? Ananda, ambillah contoh air yang jernih yang alamiahnya begini, dan debu, tanah, abu dan pasir yang merupakan lawannya secara alamiah. Jika seseorang melempar tanah dan abu ke dalam air yang jernih, maka air akan kehilangan kualitas lawannya dan akhirnya kejernihannya : hasilnya adalah air kotor yang dikatakan sebagai kekotoran. Lima keadaan kekotoran anda adalah seperti halnya air kotor tersebut.’1

‘Ananda, sewaktu anda melihat angkasa di sepuluh penjuru, persepsi anda dan kekosongan adalah tidak bisa dipisahkan, dan oleh karena kekosongan adalah tanpa tubuh dan persepsi anda belum mencapai penerangan, keduanya bersatu menjadi satu kesalahan yang merupakan lapisan pertama yang disebut sebagai “kekotoran kalpa”.’ ‘Tubuh anda terbentuk dari empat elemen yang membatasi pikiran anda dan terbagi menjadi penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan : gabungan dari air, api, angin dan tanah dengan perasaan dan pengetahuan anda dan melahirkan kesalahan lainnya yang merupakan lapisan kedua yang disebut “kekotoran pandangan”.’

‘Ingatan dan kelakukan anda membangkitkan intelektual yang bereaksi terhadap enam data indera. Intelektual ini tidak memiliki bentuk yang bebas yang terpisah dari objek indera dan tanpa sifat alamiah yang terpisah dari persepsi : ia bersatu dengan data indera menjadi kesalahan lain yang merupakan lapisan ketiga yang disebut “kekotoran nafsu” (kilesa).’
_____________________________
1 Hal ini menunjukkan asal dari kelahiran dan kematian, oleh karena dua faktor penentu darititik tolak. Sang Buddha akan menerangkan tentang latihan yang benar melalui cara Pikiran benar yang berada di luar kelahiran dan kematian, sebagai penyebab utama. Maka, Beliau bercerita tentang satu dari lima keadaan kekotoran dalam samsara, dengan arti bahwa kelahiran dan kematian dapat diamati dengan menyadari yang Tak Terbentuk, bahwa lima agregat dapat dipergunakan untuk meditasi dengan tujuan untuk memperoleh Dharmakaya. Oleh karena delusi berasal dari perubahan Pikiran Tunggal menjadi kesadaran karma, persepsi (alaya) menjadi bentuk dan pikiran, dan dari bentuk dan pikiran menjadi lima agregat. Maka, lima agregat merupakan asal dari samsara. Sekarang sewaktu mengembalikan kesalahan ke Kebenaran, jika lima agregat yang membentuk tubuh dan pikiran tidak diamati, maka tidak akan ada jalan lain untuk latihan yang benar. Oleh karena pelajaran meditasi dari lima agregat adalah jalan menuju Penerangan. Pada paragraf di atas, Sang Buddha berkata tentang lima keadaan kekotoran sebagai asal dari kelahiran dan kematian, dan pada paragraf berikutnya Beliau memberikan penjelasan lengkap tentang mereka.

‘Dalam ilusi yang timbul dan lenyap tanpa akhir dalam samsara, intelektual anda terpaku pada keduniawian sementara kekuatan karma anda memaksa anda berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya : maka mereka bersatu menjadi kesalahan lainnya yang merupakan lapisan keempat yang disebut “kekotoran inti”.’

‘Pada dasarnya penglihatan dan pendengaran anda secara alami adalah sama, tetapi dibatasi oleh data indera, mereka berkembang menjadi dua (kemampuan) berbeda : mereka menjadi mawas akan satu sama lain dalam sifat alami mereka (yang umum) tetapi berbeda di dalam fungsinya. Sebagai hasilnya mereka (seperti keadaan mereka) bertolak belakang dan bersatu menjadi kesalahan lainnya yang merupakan lapisan kelima yang disebut “kekotoran kehidupan”.’1
_________________________________
1 Lima keadaan dari kekotoran dibentuk oleh lima agregat. Oleh karena seorang manusia berada dalam delusi mengubah Bodhi alami dasarnya menjadi bentuk dan pikiran, dia menjadi makhluk hidup yang dibentuk dari lima agregat sehingga mengotori Pikiran Benarnya: maka disebut sebagai lima jenis kekotoran.
Pada mulanya, persepsi (alaya) dan kekosongan bersatu membentuk agregat pertama bentuk (rupa), seperti halnya sewaktu air jernih bersatu dengan tanah dan abu sehingga menjadi kotor. Ini merupakan asal dari agregat bentuk yang berlanjut selama beberapa periode ; maka disebut sebagai kekotoran kalpa (sebagai perbandingan dengan Kebenaran murni yang tanpa batas waktu).
Kekotoran (atau penyimpangan) pandangan berhubungan dengan agregat kedua vedana, atau reaksi dari lima kesadaran (yang pertama) yang bergantung pada tubuh untuk membentuk empat elemen, yang pada dasarnya tidak nyata akan tetapi membagi Pikiran Benar menjadi penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan. Pikiran Bodhi yang tidak diketahui selanjutnya diubah menjadi ego yang diketahui ; maka kekotoran pandangan timbul dan lenyap tanpa adanya gangguan.
Kekotoran nafsu (kilesa) cocok dengan agregat ketiga sanna, yang merupakan kesadaran keenam yang berpikir secara salah. Walaupun kilesa tidak memiliki sifat alamiah dirinya dan pikiran salah pada dasarnya tidaklah nyata, ingatan dan kelakuan anda membangkitkan pikiran yang sebelumnya tampak dan objek-objek yang dikenal : maka manifestasi dari enam data indera yang tidak bisa ditemukan pada Pikiran Benar.
Kekotoran inti cocok dengan agregat keempat samskara. Pada dasarnya makhluk hidup bersifat ilusi dan tidaklah nyata, tetapi pikiran anda yang salah bersifat tanpa akhir dan tanpa pernah berhenti ; maka keinginan anda untuk menetap pada ilusi keduniawian di mana anda melanjutkan aktivitas karma menyebabkan anda berpindah di semua alam nyata.
Kekotoran kehidupan cocok dengan agregat kelima vijnana. Kehidupan sebenarnya tidaklah nyata, tetapi alami anda yang benar terbagi menjadi empat elemen yakni penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan yang timbul dari inti tunggal penyebab tetapi secara fungsi berbeda. Vijnana ini bergantung pada bentuk dan pikiran sebagai dasar dari kenyataan mereka; maka disebut sebagai kekotoran kehidupan.
Lima kondisi kekotoran ini tidaklah nyata dalam Pikiran Bodhi yang dikotori oleh lima agregat ; maka disebut lima kekotoran merupakan asal dari delusi.

Titik tolak
‘Ananda, jika anda berkeinginan untuk membuat penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan anda segaris dengan Keabadian, Kesenangan, Diri dan Kesucian dari Tathagata absolut, seharusnya anda mengeluarkan akar dari kelahiran dan kematian, dan memutarbalikkan kesalahan keduniawian kembali ke alami spiritual yang mendalam sampai akhirnya ia ditaklukkan dan kembali ke Bodhi Dasar, dan kemudian gunakan alami murni ini sebagai pikiran asal penyebab (yakni sebagai titik tolak) untuk menyempurnakan latihan anda dan penyadaran akan tanah subur.’1
__________________________
1Ini sesuai benar dengan tehnik Ch’an yang dengan melenyapkan semua pikiran dan kemudian menggunakan keadaan tanpa pikiran untuk memahami dasar dari sesuatu.

‘Hal ini adalah seperti membersihkan air berlumpur dalam tempat yang bersih; meninggalkannya tanpa digoncang dalam ketenangan, pasir dan lumpur akan tenggelam ke dasar. Sewaktu air bersih muncul, inilah dikatakan sebagai penekanan pertama dari elemen jahat dari nafsu yang mengganggu. Apabila lumpur telah disingkirkan dan meninggalkan hanya air yang bersih, ini dikatakan sebagai pelenyapan permanen dari kebodohan dasar. Penerangan bersifat (murni dan) tidak bercampur, dan manifestasinya bukanlah dalam bentuk alami klesa, tetapi sesuai dengan nilai suci dari Nirvana.’

Bersambung ke edisi selanjutnya…

Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.