Shuranggama Sutra 楞嚴經
Di terjemahkan dari Mandarin ke Bahasa Inggris oleh Upasaka Charles Lu K’uan Yu
Alih bahasa oleh dr.Djauheri
MENGGABUNGKAN DELAPAN BELAS LAPANGAN ATAU KESATUAN DARI PERASAAN
LAPANGAN PERSEPSI PENGLIHATAN
‘Sekali lagi, Ananda, mengapa delapan belas atau kesatuan dari perasaan (seperti dengan) yang disebut sebagai Sempurna (dalamkepustakaan Tathagata)?’
‘Ananda, seperti (yang telah) anda ketahui, mata dan bentuk penyebab yang melahirkan persepsi-pandangan. Apakah persepsi-pandangan ini dihasilkan dan diakibatkan oleh mata atau bentuk? Ananda, jika itu berasal dari mata, tanpa adanya bentuk maupun kehampaan, tidak akan ada sesuatu untuk dibedakan; jadi apa guna persepsi ini walaupun jika anda memilikinya? Pada keadaan ini, apa yang anda amati bukanlah biru, merah maupun putih; di manakah anda dapat menunjukkan batasannya? Jika itu dihasilkan oleh bentuk, sewaktu anda melihat kehampaan, yang artinya bentuk itu tidak ada, persepsimu seharusnya lenyap, jadi mengapa anda masih membedakan kehampaan itu? Sewaktu bentuk berubah, anda menyadarinya, akan tetapi persepsimu tidak berubah; jadi di manakah batasnya seharusnya? Jika persepsi mengikuti perubahan dari bentuk untuk mengalami perubahan dirinya, maka seharusnya tidak akan ada batasnya. Jika itu tidak berubah, maka seharusnya permanen; jadi (seperti ia dihasilkan oleh bentuk) ia seharusnya tidak menerima kehampaan itu. Jika ia dihasilkan oleh keduanya yakni mata dan bentuk, keduanya ini terpisah sewaktu (anda berpikir bahwa mereka) bersatu dan bersatu (sewaktu anda berpikir bahwa mereka) terpisah; jika demikian, keduanya akan bentrok; jadi bagaimana bisa terdapat kesatuan dari kedua mata dan bentuk?ˡ Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa kedua penyebab, mata dan bentuk seperti halnya (apa yang disebut) persepsi yang terbentuk tidaklah nyata, dan bahwa kedua mata, bentuk, dan lingkup bentuk bukanlah sebab atau akibat ataupun muncul sendiri.’²
____________________
2Organ penglihatan dan bentuk adalah bertolak belakang; jika anda berpikir bahwa mereka bersatu, sebenarnya mereka tidak bisa mencapai keadaan dimaksud, maka mereka letaknya terpisah. Jika anda berpikir bahwa mereka terpisah, sewaktu anda membuka kedua matamu, anda melihat bahwa mereka berkontak satu sama lain. Jika keduanya menghasilkan persepsi penglihatan, mereka bertolak belakang, jadi di manakah lingkup dari mata dan bentuk tersebut?
²Hal ini menjelaskan tentang Yang Tak Terbentuk, Sastra Madhyamika bercerita : ‘Semua fenomena tidaklah tercpita sendiri, juga bukan diciptakan oleh pencipta, jika bukan akibat gabungan dari komponen-komponen dan mereka tidak timbul tanpa sebab.’ Keempat bentuk ciptaan ini dilenyapkan dengan pengungkapan tentang Yang Tak Terbentuk; yang mana identik dengan kepustakaan Tathagata.
LAPANGAN PERSEPSI PENDENGARAN
‘Ananda, seperti (yang telah) anda ketahui, telinga dan suara adalah akibat hasil dari persepsi suara. Apakah persepsi ini dihasilkan dan diakibatkan oleh telinga atau suara itu? Jika itu dihasilkan oleh telinga, organ ini, dalam keadaan tanpa gangguan dan kekakuan, tidak mampu membedakan sesuatu dan disebut tanpa objek; jika ia tidak mampu membedakan, bagaimana ia dapat menghasilkan persepsi? Dengan anggapan bahwa pendengaran (menghasilkan) persepsi dari pendengaran, oleh karena tidak adanya pendengaran tanpa kehadiran gangguan dan kekakuan, bagaimana mungkin telinga (yang merupakan) bentuk bersatu dengan objek-objek luar untuk menghasilkan persepsi dan di manakah letak lapangan sebelumnya? Jika itu dihasilkan oleh suara, dengan arti bahwa ia (hanya) tergantung pada suara, maka seharusnya itu tidak memiliki hubungan dengan pendengaranmu. Akan tetapi, bila pendengaran hilang, maka tidak akan dijumpai suara. Sekarang dengan anggapan bahwa itu sebenarnya dihasilkan oleh suara dan bahwa suara itu timbul karena pendengaran, maka kemampuan mendengar suara itu seharusnya diterima oleh telinga. Jika suara ini tidak diterima, seharusnya ia tidak memiliki hubungan dengan kesatuan persepsi telinga. (Kebalikannya) jika terdengar, itu sudah jadi suara, dan oleh karena itu adalah objek pendengaran, (ia tidak mampu membedakan sesuatu); jadi siapa yang tahu akan persepsi tersebut? Jika tidak ada yang tahu, anda akan seperti rumput dan tumbuhan. Tidak akan dijumpai campuran suara dan pendengaran untuk menghasilkan kesatuan (persepsi telinga) di antaranya, oleh karena kesatuan demikian tidak berada di pusat, di dalam organ, ataupun di luar suara. Maka, bukanlah telinga ataupun suara, juga penyebabnya, juga bukan persepsi dari telinga (sebagai efek) dan telinga, suara, dan lapangan sekitarnya juga bukanlah sebab atau akibat ataupun muncul sendiri’.
LAPANGAN PERSEPSI PENCIUMAN
‘Ananda, seperti yang (telah) anda ketahui, hidung dan penciuman merupakan penyebab yang menghasilkan persepsi penciuman. Apakahpersepsi ini dihasilkan dan diakibatkan oleh hidung atau penciuman itu? Jika demikian, Ananda, apakah hidung itu? Apakah bagian wajahmu yang bengkok dan menonjol itu yang mencium? Tetapi bagian yang menonjol itu bagian dari tubuh dan persepsi tubuh itu disebut sebagai rabaan; tubuh bukanlah hidung dan perasaan merupakan objeknya. Jika hidung itu tidak bisa dinamakan, di manakah letaknya? Jika ia menerima penciuman, di manakah letak persepsi di pikiranmu? Jika persepsi timbul dari bagian wajahmu, itu adalah perasaan dan tidak berhubungan dengan hidung. Jika itu timbul dari kehampaan, seharusnya ia mengetahui bahwa yang terakhir itu bukan hanya dirasakan oleh tonjolan tersebut; jika demikian, kehampaan itu adalah dirimu dan tubuhmu tidak akan merasakan apa-apa. Jadi, tidak akan ada Ananda pada saat ini.’
‘Jika penciuman merupakan yang mengetahui, seharusnya ia mengenali dirinya dan tidaklah berhubungan dengan dirimu. Jika penciuman yang baik dan buruk membentuk hidungmu, seharusnya mereka tidak menghasilkan bau wangi dan tumbuhan yang membusuk. Tanpa yang terakhir, cobalah cium hidungmu dan lihat apakah baunya mengenakkan atau menusuk hidung. Oleh karena bau yang mengenakkan tidak bisa menjadi busuk dan yang bau tidak bisa mengenakkan, jika anda dapat mencium keduanya, seharusnya anda memiliki dua hidung, dan sekarang sewaktu anda bertanya tentang Dharma, maka seharusnya ada dua orang Ananda; jadi Ananda yang manakah anda? Jika hanya ada satu hidung dan bau yang wangi dan busuk bukan merupakan dua bau yang berbeda, mereka bisa bersalahan satu sama lain, yang membuktikan bahwa mereka tidaklah nyata; jika demikian di manakah letak yang mungkin dari persepsi penciuman berada? Jika ia dihasilkan oleh penciuman dan jika persepsi timbul karena bau-bauan, hal ini seperti matamu yang dapat melihat segala sesuatu dan jika tidak, ia menghalangi persepsi tadi. Oleh karena penciuman tidak tergantung pada persepsi, ia tidak memiliki lapangan. Jika persepsi tidak bisa mencium, lapangannya tidak bisa terbentuk dari dasar penciuman. Oleh karena tidak dijumpai persepsi menengah (antara hidung dan penciuman), maka tidaklah mungkin dijumpai (organ) dalam maupun (objek) luar. Jadi persepsi penciuman itu salah. Maka, bukanlah hidung maupun penciuman, juga penyebabnya, juga bukan lapangan persepsi penciuman, juga hasil dari ciptaannya, ada, sementara hidung, penciuman dan lapangannya bukanlah sebab, ataupun akibat, ataupun muncul sendiri.’
LAPANGAN PERSEPSI RASA
‘Ananda, seperti (yang telah) anda ketahui, lidah dan rasa adalah hasil dari persepsi yang dihasilkan oleh lidah. Apakah persepsi ini dihasilkan dan diakibatkan oleh lidah atau oleh rasa tersebut?’
‘Ananda, jika ia berasal dari lidah, maka tebu gula, [plum] hitam yang asam, [wort] yang pahit, [rock-salt], [spinehard] liar, jahe dan [cassia] akan menjadi tidak berasa. Rasakan sendiri lidahmu dan lihat apakah ia terasa manis atau pahit. Jika terasa pahit, siapa yang merasakannya? Oleh karena lidah tidak bisa merasakan dirinya sendiri, siapa yang mengalami rasa itu? Jika ia tidak pahit, tidak ada rasa bias timbul dari sana. Jadi bagaimana ia bisa dihasilkan?’
‘Jika persepsi berasal dari rasa, ia akan merasakan dirinya sendiri, tetapi seperti halnya lidah, ia tidak bisa merasakan dirinya sendiri. Jadi bagaimana ia bisa membedakan berbagai macam rasa? Sekali lagi, kita ketahui bahwa banyak rasa yang tidak hanya timbul dari satu sumber, maka akan dijumpai banyak persepsi (yang berhubungan) dengan masing-masing rasa. Jika hanya ada satu, dan jika itu dihasilkan dari berbagai rasa (yang berbeda), maka semua rasa asin, tanpa rasa, manis dan pahit akan bersatu menjadi satu; sehingga tidak akan dijumpai perbedaan lagi. Jika demikian, tidak akan dijumpai persepsi (oleh lidah). Jadi bagaimana bisa lidah, rasa dan persepsi dihasilkan? Kehampaan tidak bisa membuat pikiranmu menerima. Oleh karena (organ) lidah dan (objek) rasa tidak bisa disatukan untuk menghasilkan (persepsi) menengah, jadi di manakah letak lapangannya? Maka, lidah dan rasa, juga penyebab dan lapangan persepsi rasa, juga hasil ciptaannya, tidaklah nyata, sementara lidah, rasa dan lapangan persepsi rasa juga bukanlah sebab, ataupun akibat, ataupun muncul sendiri.’
LAPANGAN PERSEPSI RABA
‘Ananda, seperti (yang telah) anda ketahui, tubuh dan raba adalah penyebab yang menghasilkan persepsi raba. Apakah itu dihasilkan dan diakibatkan oleh tubuh atau raba?’
‘Ananda, jika itu dihasilkan oleh tubuh, apakah yang diterima apabila sewaktu tidak adanya kontak atau pemisahan? Jika oleh raba, tubuhmu tidak akan dibutuhkan; jadi siapa yang bisa, tanpa tubuh, merasakan kontak dan pemisahan? Ananda, objek-objek tidaklah menerima raba, akan tetapi tubuh mengetahui dan merasakannya. Persepsi tubuh diungkapkan melalui raba dan raba ke seluruh tubuh. Maka, tubuh dan raba tidaklah dapat dipisahkan tetapi bukanlah objek yang sama sehingga mereka tidak memiliki asal. Sewaktu perabaan berkontak dengan tubuh, ia akan menjadi tubuh dan sewaktu ia menghilang, ia akan menjadi kehampaan. Oleh karena tidak dijumpai objek seperti (tubuh) dalam dan (perabaan) luar, bagaimana mungkin dijumpai (persepsi) menengah di antaranya? Jadi, di manakah letak lapangan persepsi tubuh? Maka, tubuh dan raba, juga penyebab dan persepsi tubuh, juga ciptaannya, tidaklah nyata, dan ketiganya bukanlah sebab, ataupun akibat, ataupun muncul sendiri.’
LAPANGAN KESADARAN KEENAM
‘Ananda, seperti (yang telah) anda ketahui, (manas) intelektual dan (ide) dharma adalah penyebab yang menghasilkan kesadaran keenam. Apakah kesadaran ini dihasilkan dan diakibatkan oleh intelektual, atau oleh Dharma?
‘Ananda, jika kesadaran ini dihasilkan oleh intelektual, maka yang terakhir (sebagai organ) seharusnya mengandung dharma (sebagai objek) untuk mengungkapkan keberadaannya. Tanpa dharma, intelektualmu (tidaklah timbul dan) tidak mampu menghasilkan apapun; bahkan jika ia menghasilkan kesadaran, apa kegunaan yang terakhir jika ia tidak dihadapkan dengan ide (dharma) penyebab? Lebih lagi, kedua-duanya pikiran (misalnya kesadaran keenam) dan proses berpikirmu (misalnya intelektual) membedakan ide dan benda-benda; apakah mereka sama, atau berbeda satu sama lain? Jika sama, kesadaran adalah juga intelektual; jadi bagaimana ia bisa dihasilkan oleh intelektual? Jika berbeda, kesadaran akan menjadi “tidak sadar”; jadi bagimana ia bias berasal dari intelektual? Jika ia juga “sadar” (beritahukan kepada saya) apakah itu intelektual dan kesadaran sebenarnya. Maka mereka bukanlah sama juga bukanlah berbeda, jadi di manakah letak lapangan kesadaran?’
‘Jika kesadaran dihasilkan oleh Dharma, semua benda-benda di langit tidaklah terpisahkan dari lima data indera yakni bentuk, suara, penciuman, rasa dan raba, yang mana berhubungan dengan organ-organ indera dan tidak dipengaruhi oleh intelektual. Jika kesadaranmu tergantung pada Dharma untuk keberadaannya, perhatikan secara baik-baik tentang Dharma dan kelihatan seperti apakah Dharma itu, yang berada di antara bentuk dan kehampaan, antara bergerak dan diam, antara jelas dan tidak, antara bersatu dan berpisah, antara lahir dan mati, di manakah Dharma bisa ditemukan? Oleh karena Dharma muncul secara spontan dengan bentuk, kehampaan, dan lain-lain dan lenyap bersama dengan mereka. Karena tidak ada penyebab yang mengarah ke pembentukannya, apakah bentuk dan jati diri Dharma tersebut? Jika ini tidak timbul, apakah yang menghasilkan Dharma? Maka, intelektual dan Dharma sebagai penyebab, dan lapangan kesadaran keenam, seperti juga ciptaannya, tidaklah nyata dan mereka bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’1
_____________________________
1Semenjak Ananda bertanya tentang latihan samatha, Sang Buddha pertama sekali melenyapkan ketidakbenaran untuk mengungkapkan kebenaran dan mengembalikan fenomena ke Kenyataan untuk berhubungan dengan nomena dari yang dangkal ke yang dalam, jadi mencakup empat periode dari ajaran-Nya.
Pada diskusi-Nya yang pertama tentang penglihatan, Beliau bertanya tentang pikiran ilusi untuk melenyapkan ide bahwa tubuh sebagai kebenaran; hal ini berhubungan dengan Ajaran- Nya tentang Hinayana selama (12 tahun) periode Agama. Pelenyapan persepsi dan Inti kesadaran berhubungan dengan ekspansi ajaran-Nya selama (delapan tahun) periode Vaipulya (Hinayana dengan Mahayana). Kemudian perintah Beliau untuk mengembalikan ketiga ketegori (yang samar-samar sebagai) lima agregat, 12 jalan masuk, dan 18 lapangan indera, ke dalam kepustakaan Tathagata untuk mengungkapkan ketidakbenarannya, mencakup ceramah-Nya tentang kebijaksanaan (selama 20 tahun berikutnya). Ajaran-Nya tentang Sempurna yang alamiah dan mendasar dalam kepustakaan Tathagata, membuktikan kebenaran alamiah semua fenomena yang berasal dari Kenyataan, berhubungan dengan pengajaran-Nya yang terakhir selama (delapan tahun) periode Lotus.
Pada paragraf berikutnya yang berhubungan dengan bagaimana tujuh elemen secara bebas bercampur dalam lingkup Dharma, Ajaran-Nya mengandung doktrin Avatamsaka tentang interaksi bebas antara nomena dan fenomena dalam Dharmadhatu, sehingga mengungkapkan gabungan tiga dogma yang sempurna (kehampaan, yang samar-samar dan jalan tengah) ke dalam kepustakaan Tathagata, subjek studi meditasi tentang kehampaan.
Lebih lanjut, Sang Buddha telah mengajarkan tentang gabungan tiga kategori (dari yang samar-samar, yakni lima agregat, 12 jalan masuk dan 18 lapangan indera) untuk mengungkapkan identitas fenomena dan nomena.
MENGGABUNGKAN TUJUH ELEMEN KE SEMPURNA UNTUK MENGUNG-KAPKAN CAMPURAN BEBAS DARI FENOMENA DAN NOMENA
Ananda berkata kepada Sang Buddha : ‘Yang Maha Agung, Sang Tathagata sering berbicara tentang sebab, akibat, dan ke-aku-an, dan telah mengajarkan kepada kita tentang semua perubahan dan transformasi di dunia adalah berhubungan dengan campuran dan gabungan dari empat elemen. Mengapa sekarang Beliau melenyapkan semua konsep sebab, akibat dan ke-aku-an? Saya tidak mengerti; maukah Yang Maha Mulia yang penuh belas kasihan menjelaskannya secara menyeluruh kepada semua makhluk hidup sebagai Jalan Tengah yang berada di antara semua kepandaian?’
Sang Buddha menjawab : ‘Anda telah letih dan tampak telah mengabaikan ajaran Hinayana tentang tingkat sravaka dan pratyekabuddha, dan bermaksud mengerti tentang Bodhi yang sempurna. Saya akan mengajarkan kepada anda tentang Penerangan Sempurna. Mengapa anda masih membatasi diri anda dengan beralasan dan tidak serius tentang sebab dan akibat yang salah? Walaupun anda telah banyak mendengarkan khotbah saya, anda seperti seseorang yang biasa berbicara tentang obat akan tetapi sewaktu seseorang mencarinya, anda tidak bias menunjukkan mana yang terbaik. Inilah sebabnya mengapa anda dikatakan Sang Tathagata sebagai orang yang patut dikasihani. Dengarlah dengan serius apa yang saya ucapkan, supaya semua yang berlatih Mahayana di masa yang akan datang dapat memperoleh Kenyataan.’
Ananda menunggu dengan tenang, ajaran suci dari Sang Buddha.
MENGUNGKAPKAN PEMBEDA YANG SALAH
‘Ananda, seperti yang telah anda katakan, sewaktu empat elemen bercampur dan bergabung, mereka menyebabkan semua jenis transformasi di dunia ini. Tetapi mereka tidak bisa bercampur dan bergabung jika itu berlawanan dengan sifat alamiahnya, seperti antara kehampaan dengan bentuk. Dengan perkataan lain, jika mereka bercampur dan bergabung, mereka adalah hasil transformasi dan masih memiliki sifat-sifat alamiahnya dengan simbiose mutualisma; mereka adalah subjek ciptaan dan penghancuran tanpa akhir; seperti lingkaran api sebagai hasil dari putaran lampu dalam lingkaran’.
MERUJUK PADA SATU SUMBER
‘Ananda, hal ini seperti air yang setelah beku menjadi es, dapat kembali mencair menjadi air kembali.’1
______________________
1Ini merupakan jawaban terlengkap untuk pertanyaan Ananda. Muridnya masih terpaku pada ide/konsep tentang empat elemen yang bercampur dan bergabung akan menghasilkan semua transformasi di dunia, oleh karena dia masih belum mengerti tentang nomena alamiah yang sempurna. Sang Buddha bermaksud bahwa jika elemen-elemen ini tidak bercampur dan bergabung satu sama lain, sama artinya dengan kehampaan yang tidak berhubungan dengan bentuk, dan dengan perkataan lain, jika mereka bercampur dan bergabung, akan terjadi transformasi dalam lingkaran yang tak terputus dari lahir dan mati. Maka, seseorang tidak dapat mengatakan apakah mereka benar atau tidak bercampur dan bergabung. Bagaimanapun juga, jika seseorang mengerti bahwa yang nyata dan tidak nyata timbul dari substansi (dasar) yang sama, seperti halnya air yang bisa menjadi es dan kembali lagi mencair, yang satu akan lenyap untuk dibedakan dan diamati.
PETUNJUK TENTANG TUJUH ELEMEN
Elemen tanah
‘Perhatikan elemen tanah yang ukurannya bervariasi mulai dari daratan yang luas sampai dengan segenggam debu. Pisahkan kumpulan debu yang hampir tidak kelihatan dan kurangilah sampai menjadi bentuk terkecil dari batas ukuran bentuk. Setelah itu, pisahkan sekali lagi dan akhirnya menjadi hampa. Ananda, jika partikel debu ini dapat dilenyapkan, seharusnya anda mengetahui bahwa bentuk itu timbulnya dari kehampaan’.
‘Sekarang anda bertanya tentang perubahan materi yang anda sebut dengan bercampur dan bergabung (dari empat elemen-elemen). Ambil contoh, partikel debu yang hampir dekat dengan kehampaan; berapa banyak kehampaan harus digabung untuk menghasilkannya? Tetapi itu masih belum jelas untuk menduga bahwa ini bisa terjadi hanya dengan menggabungkan partikel debu. Oleh karena partikel debu bias dipisahkan dan dikurangi menjadi kehampaan, berapa banyak (partikel-partikel) bentuk harus bergabung bersama untuk menghasilkan kehampaan? Gabungan bentuk (dengan bentuk) menghasilkan bentuk, bukanlah kehampaan, dan gabungan kehampaan (dengan kehampaan) menghasilkan kehampaan, bukanlah bentuk. Bentuk itu dapat dipisahkan tetapi bagaimana kehampaan bersatu (dengan bentuk)?’
‘Anda tidak mengetahui bahwa dalam kepustakaan Tathagata, kedua-duanya, bentuk dan (lawannya) kehampaan timbul dari inti alamiah dan identik satu sama lain, dan elemen tanah ini pada dasarnya murni dan suci, mencakup seluruh alam Dharma dan timbul karena pikiran dari makhluk hidup yang bisa mengetahui dan membedakan (di antara benda-benda) sesuai dengan hukum karma. Kebodohan tentang pengertian di atas menimbulkan sebab, akibat dan ke-aku-an, karena kesadaran mereka membedakan tanpa pengetahuan bahwa bahasa yang digunakan itu tidak mengandung makna sebenarnya’.1
______________________
1Hal ini menunjukkan elemen tanah yang tercakup, di mana intinya hampa, untuk mengungkapkan Kebenaran. Sekarang bumi merupakan akumulasi dari debu – partikel-partikel yang dapat dipisah dan dikurangi menjadi kehampaan dan akhirnya lenyap. Ini menunjukkan bahwa bentuk timbul dari kehampaan, dan bahwa elemen tanah pada dasarnya tidaklah nyata. Jika, seperti alasan anda, bumi yang besar adalah campuran dan gabungan debu, berapa banyak kehampaan dibutuhkan untuk menghasilkan partikel yang darinya itu berkembang menjadi bumi yang besar? Jika sebuah partikel bisa dilenyapkan, berapa banyak dibutuhkan untuk menghasilkan kehampaan? Jika bentuk bergabung dengan bentuk, ia tidak mampu menghasilkan kehampaan dan jika kehampaan bergabung dengan dirinya sendiri, tidak akan dijumpai bentuk. Maka anda telah memiliki ide yang salah tentang campuran dan gabungan empat elemen. Anda masih belum menyadari bahwa elemen tanah merupakan manifestasi Karma dalam kepustakaan Tathagata dan bukan merupakan hasil (yang disebut) sebagai dari campuran dan gabungan empat elemen. Jika anda sadari aspek karma ini, anda akan menyadari tentang Kebenaran sejati.
Elemen api
‘Ananda, api itu tidak memiliki “aku” akan tetapi nyata karena sebab-sebab (luar). Sewaktu penduduk zaman dahulu kala hendak menyiapkan makan siang mereka, mereka menggunakan kaca dari logam yang dibros untuk mendapatkan api dari sinar matahari’.
‘Ananda, (idemu) tentang campuran dan gabungan, ambil contoh kelompok saya berikut 1.250 bhikkhu lainnya; walaupun kelompok ini satu, setiap anggota memiliki tubuh, marga dan namanya sendiri, seperti halnya Sariputra yang merupakan seorang Brahmana, Uruvivav, suku Kasyapa, dan anda, Ananda, memiliki marga Gautama’.
‘Ananda, jika api timbul dari campuran dan gabungan (dari elemen-elemen), sewaktu seseorang memegang kaca untuk mendapatkan api dari sinar matahari, apakah api itu berasal dari kaca itu, [moxa] atau sinar matahari? Ananda, jika itu berasal dari matahari, ia dapat membakar [moxa] di tanganmu; jika demikian, semua pepohonan akan menjadi hangus terbakar. Jika itu berasal dari cermin dan kemudian menghidupkan [moxa], mengapa ia tidak mencairkan kaca itu dan membakar tangan anda? Tetapi, jika anda tidak merasakan panasnya, bagiamana mungkin kaca itu mencair? Jika itu berasal dari [moxa], mengapa yang terakhir membutuhkan matahari dan kaca itu untuk membuatnya terbakar? Perhatikan kaca yang dipegang tangan, matahari berada di atas langit dan [moxa] yang asalnya dari tanah; bagaimana bias api itu menjalar ke tempat-tempat lain sebelum ia timbul? (Lebih lanjut lagi), matahari dan kaca itu berada dalam jarak yang jauh dan tidak dapat bercampur dan bergabung satu sama lain. Akhirnya, api itu tidak akan timbul dengan sendirinya’.
‘Anda tidak menyadari bahwa dalam kepustakaan Tathagata, kedua-duanya api dan (lawannya) kehampaan timbul dari diri alamiahnya dan identik satu sama lain, dan bahwa elemen api itu pada dasarnya murni dan suci, mencakup seluruh alam Dharma dan timbul karena pikiran makhluk hidup yang bisa mengetahui dan membedakan (di antara benda-benda). Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa api itu dihasilkan sewaktu seseorang meletakkan kaca (di depan sinar matahari), dan jika cermin itu diletakkan di depan alam Dharma, api itu akan menyebar ke mana-mana sesuai dengan hukum karma dan bukan bergantung pada tempat dan arah. Akibat ketidaktahuanlah, sehingga menganggapnya sebagai sebab, akibat dan ke-aku-an seperti tanpa menyadari bahwa itu diakibatkan kesadaran pembeda dan pemisah mereka, dan bahwa bahasa yang mereka pergunakan tidak memiliki arti sebenarnya’.
Elemen air
‘Ananda, air itu tidak stabil oleh karena kadang-kadang ia mengalir dan kadang-kadang tenang. Ahli sihir di Sravasti, seperti Kapila, Cakra, Padma dan Hasta (?) menggunakan air untuk mencampur bahan obat-obatan dengan bantuan bola kristal yang dihadapkan ke bulan purnama. Apakah air ini timbul dari bola, kehampaan ataukan dari bulan? Ananda, jika itu timbul dari bulan yang berada pada jarak yang jauh, seharusnya sinar itu melalui pohon-pohon di hutan sebelum mencapai bola kristal dan terakhir ke mangkok campuran obat tersebut. Jika ia tidak melalui pohon-pohon, ini menunjukkan bahwa ia bukan berasal dari bulan. Jika itu timbul dari bola kristal, seharusnya mengalir secara teratur dan bukan hanya sewaktu bulan purnama. Jika itu timbul dari kehampaan udara yang tak terbatas, seharusnya ia mengalir ke mana-mana, menenggelamkan segala sesuatu yang berada di antara bumi dan surga; jika demikian, bagaimana mungkin dijumpai makhluk hidup berjalan di atas tanah, terbang di udara, dan berenang di air? Renungkanlah hal ini; bulan berada di langit, bola kristal berada di tangan orang tersebut dan mangkok berada di hadapannya; jadi dari manakah asal air ini dan mengalir (ke dalam mangkok tersebut)? Bulan dan bola tersebut letaknya sangat berjauhan dan tidak bisa bercampur dan bergabung satu sama lain. Sangatlah bodoh bila mengatakan air ini tidak berasal dari suatu sumber’.
‘Anda tidak mengetahui bahwa dalam kepustakaan Tathagata, baik air dan (lawannya) kehampaan berasal dari inti alamiah dan identik satu sama lain, dan bahwa elemen air itu secara mendasar murni dan suci, mencakup seluruh alam Dharma, dan timbul karena pikiran makhluk hidup yang bisa mengetahui dan membedakan (di antara benda-benda). Maka air mengalir bila bola kristal dipergunakan untuk mengambilnya dan jika mereka diangkat ke dalam alam Dharma, ia akan mengalir ke mana-mana menurut hukum karma dan bukan hanya di tempat tertentu. Akibat ketidaktahuanlah sehingga menganggapnya sebagai sebab, akibat dan “aku” tanpa menyadari bahwa bahasa yang mereka pergunakan tidak mengandung makna sebenarnya’.
Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.