Pesan Waisak BE 2554/ 2010 – Hati Damai Bumi Tenteram, Perilaku Bajik Nasib Beruntung
(oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Sthavira,
Ketua Sangha Mahayana Buddhis Internasional)
Para siswa dan umat Buddha di mana saja berada, Namo Buddhaya, Salam sejahtera bagi kita semua.
Setiap tahun para siswa dan umat Buddha pasti merayakan Hari Trisuci Waisak untuk memperingati tiga peristiwa agung, yaitu kelahiran Bodhisattva Siddharta Gotama, kesempurnaan Sakyamuni Buddha, dan Mahaparinirvana Guru Jagat Raya yang bersamaan terjadi di bulan Waisak ini.
Walaupun Hyang Buddha sudah lama Mahaparinirvana, tapi figur muliaNya, citra keteladananNya, kesempurnaanNya dan karya agungNya yang berupa warisan ajaran Buddhadharma yang terdapat di Kitab Suci Tripitaka masih relevan dan sangat efektif untuk direnungkan, dihayati, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan kebijaksanaan, pencerahan dan pembebasan dari proses penjara tumimbal lahir.
Para siswa dan umat Buddha yang berbahagia
Di era globalisasi segala ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi sudah berkembang pesat, begitu canggih dan modern yang membawa kehidupan manusia menjadi praktis, mudah dan nyaman. Tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas mentalitas, moralitas dan spiritualitas umat manusia, malah terlihat kualitas batin umat manusia menurun drastis dan sangat mengkhawatirkan sehingga tidak seimbang, tidak selaras dan tidak harmonis dengan hukum alam dan hukum Kesunyataan. Akibatnya aksi kejahatan merajarela, seperti kejahatan korupsi terhadap institusi negara, aksi kekerasan terhadap sesama, aksi penjarahan terhadap hasil bumi, aksi perusakan terhadap lingkungan hidup. Tentu bisa kita saksikan adanya sekelompok manusia yang diliputi kebodohan dan keserakahan untuk melakukan perusakan lingkungan hidup, penjarahan hutan, pengurasan terhadap sumber daya bumi dan hasil laut, pembuangan limbah yang merusak ekosistem, pembangunan gedung tidak ramah lingkungan, sehingga terjadilah pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara menjadi panas dan permukaan air laut semakin meninggi. Seperti kita ketahui, negara Indonesia terdiri dari banyak kepulauan. Akibat pemanasan global yang terus meningkat setiap tahunnya, para pakar lingkungan hidup sudah memprediksi dan meramalkan bahwa kelak akan banyak pulau kita yang akan tenggelam, buktinya sekarang di beberapa tempat dan daerah maupun pemukiman penduduk sering kebanjiran akibat air pasang dan pengaruh dari curah hujan yang tinggi. Ditambah adanya pergeseran lempengan bumi sehingga sering terjadi gempa bumi yang dahsyat. Karena pengaruh pemanasan global maka iklim dan hembusan angin tidak lagi bersahabat dengan kehidupan manusia, karena itu sering terjadi badai, hujan turun tidak teratur dan merata, gelombang pasang air laut yang tinggi mengakibatkan tanah di sekeliling pantai mengalami abrasi dan ketinggian tanah di dalam kota pun semakin turun setiap tahunnya.
Melihat kerusakan alam yang demikian hebatnya, tentu kita tidak bisa tinggal diam dan berpangku tangan saja, melainkan harus berbuat sesuatu yang terbaik berdasarkan kemampuan diri sendiri untuk menjaga lingkungan hidup dan kelangsungan bumi tempat kita tinggal. Ingatkan dan sadarkan kepada umat manusia, bahwa “Bumi rusak dunia kiamat. Moral rusak hidup susah”. Untuk mengantisipasi dan mencegah kerusakan lebih parah lagi janganlah hutan dibabat dan pohon ditebang lagi, melainkan sekarang kita harus banyak menanam dan merawat pohon agar suasana menjadi teduh, sejuk dan nyaman bagi kehidupan manusia. Di samping itu, untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara, saat perekutan pejabat harus diperhatikan moral etika calon pejabat tersebut, jangan hanya melihat kepintaran, pengalaman, dan popularitas saja, mengabaikan kualitas moral etikanya. Bila moral etikanya tidak baik maka kepintaran dan pengalamannya bisa digunakan untuk melakukan aksi kejahatan, korupsi, penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan menghambur-hamburkan uang negara yang cenderung untuk memperkaya diri sendiri tetapi merugikan bangsa dan negara. Untuk mencegah dan mengantisipasi hal tersebut kiranya sekarang perlu dibuat aturan atau undang-undang khusus untuk perekutan pejabat baru demi keselamatan dan kemakmuran bangsa dan negara. Begitu pula ajaran sebab akibat hukum karma harus disebarluaskan oleh tokoh agama dan instansi pemerintah untuk diketahui oleh masyarakat luas. Setiap perbuatan pasti ada hukum konsekuensinya baik hukum negara maupun hukum karma dan hukum akhirat, yang berakibat di kehidupan sekarang maupun di kehidupan yang akan datang, gunanya untuk mencegah dan mengurangi aksi kekerasan dan perbuatan jahat yang dilakukan oleh sebagian masyarakat. Ingatlah pepatah ini: “Lebih baik mencegah daripada mengobati”. “Lebih baik meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pengawasan terpadu, tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada seseorang untuk berbuat jahat daripada kelak harus menghukum dan memenjarakan seseorang”.
Para siswa dan umat Buddha yang terkasih
Bagaimana peran agama melihat kerusakan alam dan kemerosotan moral etika umat manusia? Kiranya peran dan fungsi agama sekarang yang dibutuhkan ini bukan lagi seperti dulu hanya berorientasi pada pemujaan ke atas kepada “Makhluk Superior” saja, melainkan sekarang harus berorientasi pada keselamatan bumi. “Di mana kita berpijak di situlah langit dijunjung, di mana kita hidup di situlah kita menjaga lingkungan”. Dalam kehidupan beragama jangan hanya sekedar melakukan ritual kebaktian dan kegiatan seremonial agama belaka, atau hanya mempelajari dan menghafalkan teori dari naskah-naskah kitab suci tanpa mau berbuat kebajikan nyata untuk menyelamatkan bumi dan moral umat manusia. Untuk itu, kita harus memahami bahwa dibandingkan sejuta doa yang dilakukan, akan lebih baik berbuat satu karya nyata. Dibandingkan seribu kalimat suci yang dilantunkan, akan lebih bermakna apabila satu karya sosial kebajikan diwujudkan. Sekarang adalah saat yang paling baik untuk merubah paradigma peran dan fungsi tokoh-tokoh agama, jangan lagi terpaku sempit hanya berorientasi pada perbuatan kebajikan kepada agamanya saja atau hanya melakukan pembangunan fisik rumah ibadah, atau mencari, mengumpulkan dan mengejar kuantitas umatnya saja tetapi mengabaikan kualitas tanggung jawab umatnya untuk mengambil peran dan berkarya nyata untuk kemajuan bangsa dan negara. Ingat, semakin banyak umat, semakin besar pula tanggung jawab yang harus diemban dan dipikul untuk mendidik mental, moral dan spiritual umatnya, agar tidak menjadi parasit dan perusak, melainkan menjadi pahlawan, pembela, pelindung, pengayom dan pengembang untuk kemajuan bangsa dan negara. Utamakan rencana, strategi dan karya nyata dalam membangun pendidikan murah dan keterampilan dengan biaya memadai untuk mengembangkan kepintaran, intelektual dan kesejahteraan umat manusia. Lakukan bakti sosial menolong orang susah dan yang terpenting adalah tegakkan supremasi hukum, keadilan, dan kembangkan pendidikan moral etika hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu digalakkan dan direalisasikan agar insan yang memiliki jabatan di institusi negara dan sesama anak bangsa tidak terjadi banyak benturan, cakar-cakaran, saling mendiskreditkan dan menjatuhkan yang membuat bangsa dan negara ini semakin terpuruk tidak berdaya. Tentu kita tidak mau melihat bangsa dan negara ini miskin dan kolaps, melainkan harapan kita semua, bangsa dan negara Indonesia dapat melakukan konsolidasi dan introspeksi untuk memperbaiki segala kekurangan dan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia agar bisa bangkit kembali dari berbagai krisis dan berkompetisi dalam usaha perdagangan, ekonomi, politik, dan sosial budaya dengan negara-negara lain, sehingga membawa bangsa dan negara tercinta ini kembali maju, makmur, berjaya dan dihormati oleh bangsa-bangsa lainnya.
Para siswa dan umat Buddha yang dimuliakan
Kita dilahirkan di bumi, berpijak di bumi, makan hasil bumi, tumbuh dan berkembang di bumi, membentuk keluarga pun dilakukan di bumi, di akhir hayat pun jasad kita ditanam di bumi, sehingga peran dan fungsi bumi begitu sentral dan sakral bagi kehidupan dan kebutuhan umat manusia. Umumnya gejolak hati dan aksi perilaku umat manusia mempengaruhi kondisi kehidupannya, usaha memenuhi kebutuhan manusia mempengaruhi kondisi lingkungan hidupnya, mengabaikan lingkungan hidup akan membahayakan keselamatan bumi. Setelah kita mengetahui bahwa segala kondisi dan akibat diawali dari gejolak hati, maka perbaikan segala sesuatu harus dimulai dari dasar hati, yaitu: hati kacau – bumi semrawut, hati serakah – bumi rusak, hati bodoh – bumi gersang, hati damai – bumi tenteram, hati bajik – bumi indah, hati bijak – bumi makmur, hati murni – bumi menjadi surga. Begitupula aktivitas hati mempengaruhi kondisi kehidupan manusia, seperti: hati bodoh – hidup susah, hati jahat – hidup derita, hati bajik – hidup beruntung, hati bijak – hidup bahagia.
Para siswa dan umat Buddha yang berbahagia
Memperingati Waisak bukan hanya melakukan berbagai kegiatan doa ritual, seremonial dan kebajikan saja melainkan utamakan pengembangan kesadaran diri, kesadaran Dharma dan kesadaran Bodhi melalui introspeksi diri, mawas diri, mengevaluasikan diri dan memperbaiki kualitas sikap dan perilaku diri kita sendiri. Spiritualitas Waisak mengajarkan kita bahwa manusia mempunyai jiwa Buddha, berpotensi menjadi Buddha, dan kelak kita bakal menjadi Buddha, asalkan kita mau belajar dan berjuang mengembangkan Bodhicitta – ke atas berjuang mencapai kesempurnaan di jalan Buddha, ke bawah menolong semua makhluk agar terbebas dari bodoh dan derita, dengan tekun mempraktikkan Sila, Samadhi dan Prajna penuh ketulusan, ketelatenan, kegigihan dan dilakukan berkesinambungan maka diyakini suatu hari kelak harapan dan realita menjadi Buddha bisa tercapai.
Akhir kata “Selamat Merayakan Hari Trisuci Waisak 2554/2010”, semoga sinar dan anugerah yang dipancarkan oleh Hyang Buddha membawa berkah keselamatan dan keberuntungan bagi bangsa dan negara, semoga dengan jasa pahala kebajikan dari upacara ritual yang dilakukan oleh para Bhiksu Sangha dan seluruh umat Buddha membawa ketenteraman untuk bumi, hujan dan angin turun teratur dan merata, rakyat hidup rukun dan makmur sejahtera, serta tercapai dunia yang damai, aman dan sentosa. Tadyatha Om Gate Gate, Para Gate, Parasamgate, Bodhi Svaha. Teriring doa dan harapan, semoga semua makhluk hidup bijaksana dan berbahagia, Sadhu, Sadhu, Sadhu.