修行人一定要闭关吗 Apakah praktisi harus mempraktikkan pengasingan?

Penulis: Y.M. Bhiksu Samantha Kusala Mahasthavira/Suhu Pushan

Retret, yang juga dikenal sebagai pengasingan, adalah istilah dan praktik yang tidak ada di India. Di Tiongkok, bentuk praktik ini tidak tercatat hingga Dinasti Yuan, atau bahkan Dinasti Ming. Maka dapatlah dikatakan bahwa praktisi hebat belum tentu harus menyendiri, sebaliknya yang menyendiri belum tentu praktisi hebat.

Dari segi metode latihan, ada latihan dan praktik yang rutin dan teratur dalam kurun waktu tertentu, seperti tujuh hari, dua puluh satu hari, empat puluh sembilan hari, sembilan puluh hari, seratus hari, dan seterusnya, untuk memperoleh hasil dalam kurun waktu tertentu dan berkonsentrasi dalam melatih metode tertentu; jika lingkungan memungkinkan dan fakta menghendaki, bisa juga untuk kurun waktu satu tahun, tiga tahun, atau bahkan enam tahun, sembilan tahun, atau beberapa lusin tahun.

Namun, hal ini tidak mesti dilakukan secara individual. Misalnya, retret musim panas pada masa Sakyamuni dan periode meditasi musim dingin dan musim panas di biara-biara Zen adalah saat banyak orang berlatih bersama-sama. Metode dan ritual pertobatan yang disusun oleh para pendiri Sekolah Tiantai semuanya dilakukan oleh enam, tujuh, atau bahkan belasan orang yang bekerja bersama di sebuah altar. Pada masa Sang Buddha, orang-orang juga berlatih di suatu tempat tertentu selama retret musim panas, baik di bawah pohon, di gua, di gubuk yang dibangun sendiri, atau di rumah kosong milik umat awam. Akan tetapi, praktik-praktik ini bukanlah apa yang sekarang kita sebut retret.

Di Tiongkok awal, terdapat pula sejumlah praktisi Zen yang, setelah mencapai pencerahan, diminta oleh guru-guru baik mereka untuk pergi ke tepi air, hutan, atau gua gunung, di mana mereka akan menjalani praktik menyendiri selama beberapa tahun, makan kayu dan minum air sungai. Contoh yang paling terkenal adalah Gunung Zhongnan, di sana konon terdapat 72 gubuk beratap jerami, yang pada awalnya semuanya digunakan untuk latihan pribadi. Kemudian, beberapa di antaranya secara bertahap menjadi kuil; namun, kebiasaan tinggal di gubuk beratap jerami masih bertahan. Tinggal di gubuk jerami berarti membawa peralatan masak dan benih padi-padian serta sayur-sayuran sendiri, pergi ke pegunungan untuk memotong duri dan semak berduri, membangun gubuk jerami untuk menghindari angin dan hujan, serta menjauh dari dunia luar untuk waktu yang lama. Akan tetapi, metode latihan ini mirip dengan retret, tetapi bukan retret sebenarnya.

Di masa kini, ada dua jenis orang yang menjalani pengasingan diri: satu untuk menghindari gangguan urusan duniawi, yang lain adalah untuk tekun menjalankan Zen atau mengabdikan diri pada kitab suci Buddha. Yang pertama setara dengan retret dan kultivasi, sedangkan yang kedua adalah praktik sesungguhnya. Kalau hanya untuk pengembangan diri saja, bisa saja asal ada biaya dan dukungan dari luar.

Setelah memasuki masa retret, jika seseorang tidak mengetahui metode praktik dan tidak memahami cara mendalami kitab suci Buddha, maka sekalipun ia menjalani retret selama tiga atau lima tahun, mustahil untuk memperoleh apa pun. Jika Anda ingin mempraktikkan Zen dan membaca kitab suci Buddha, Anda harus sudah memiliki dasar dalam praktik Zen, atau telah menemukan cara untuk memasuki kitab suci Buddha. Jika tidak, Anda tidak akan memperoleh banyak hal.

Definisi praktisi hebat adalah mereka yang berkomitmen penuh, atau setidaknya telah membuka pikirannya, tetapi tetap diam, menanggung penghinaan, dan bekerja keras. Mereka dapat menanggung apa yang tidak dapat ditanggung orang lain dan melepaskan apa yang tidak dapat dilepaskan orang lain. Meskipun pikirannya semurni cermin dan tidak menunjukkannya secara lahiriah, meskipun kata-kata dan tindakannya seperti orang bodoh, mereka masih memiliki belas kasih dan kebijaksanaan di dalam diri mereka. Jika sebab dan kondisinya sudah matang, seseorang dapat berseru dari tempat yang tinggi maka seluruh gunung akan menanggapinya, menyelamatkan semua makhluk hidup, dan mengajari semua orang tanpa membeda-bedakan, tanpa meninggalkan jejak.

Kalau kondisinya belum matang, sekalipun seseorang tidak dikenal sepanjang hidupnya, kecemerlangan hidupnya tidak akan berkurang. Misalnya, Hanshan, Shitou, dan Fenggan semuanya adalah praktisi hebat. Jika bukan karena orang-orang di kemudian hari yang mengumpulkan puisi dan syair mereka dan menyebarkannya ke seluruh dunia, tidak seorang pun akan tahu bahwa orang-orang seperti itu pernah ada dalam sejarah.

Misalnya, apa yang dikatakan Mencius, “Jika kamu miskin, kamu harus memperbaiki diri; jika kamu kaya, kamu harus memperbaiki dunia.” Hal ini sangat mirip dengan pikiran dan perilaku para praktisi besar sebagaimana yang dijelaskan dalam ajaran Buddha. Oleh karena itu, praktisi hebat dapat mengasingkan diri, tetapi tidak perlu menjalani bentuk dan proses pengasingan diri. Apabila keadaan dan situasi menghendaki, menyendiri adalah jalan terbaik untuk mengesampingkan berbagai hal, menyingkirkan faktor luar, dan memusatkan perhatian pada amalan spiritual.

Amituofo