Pesan Waisak BE 2563/2019 Hati Benar dan Hati Khayal
Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira
Pada perayaan Hari Trisuci Waisak 2563BE/2019, kembali kita semua mengingat dan merayakan tiga peristiwa agung Manusia Buddha di dunia Saha ini, yaitu: Kelahiran-Nya, Kesempurnaan-Nya, dan Maha Parinirvana-Nya (Wafat Fisik-Nya). Setiap tahun semua siswa dan umat Buddha pasti melakukan pemujaan kepada Guru Agung Buddha, baik di rumah, di vihara atau di candi-candi, bahkan keluar negeri ke tempat suci yang bersejarah, Tempat kelahiran Buddha, Tempat Pencapaian kesempurnaan Buddha, dan tempat Maha Parinirvannya Buddha. Sesungguhnya Buddha ada dimana? Realitanya Buddha masa lampau semuanya bermukim di Tanah Sucinya atau mengembara dengan wujud lain untuk membimbing dan menolong semua makhluk di sepuluh alam, sedangkan Buddha Sejati ada di hati kita sendiri. Perlu disadari, Memuja Buddha tidak mengembangkan Hati Buddha adalah ‘Kebajikan Bodoh’; Memuja Buddha juga mengembangkan Hati Buddha adalah ‘Kebajikan Bijaksana’; Memuja Buddha dan mengembangkan hati Buddha sekaligus berjuang keras untuk mencapai kesempurnaan Buddha adalah ‘Kebajikan Paramita’. Sebelum Guru Buddha memasuki Maha Parinirvananya Beliau telah berpesan, Jadikanlah Dharma dan Vinaya sebagai Guru Pengganti. Saat Era Kemunduran Dharma sangat langkah dan sulit menemukan Sramana berkualitas yang memiliki teladan dan berhati suci penuh welas asih. Oleh karena itu, alangkah bijaksananya bila kita semua menjadikan Dharma dan Vinaya sebagai Guru sejati kita semua, agar hidup dan perilaku kita semua sesuai Dharma untuk melenyapkan kebodohan dan mengakhiri siklus tumimbal lahir yang sarat dengan penderitaan.
Saat era kemerosotan ini, ada sebagian orang yang memiliki pandang salah dan negatif terhadap ajaran Buddha, mereka mengatakan agama Buddha adalah takhayul, pesimistis dan rumit. Kenyataan ajaran Buddha tidak begitu. Ajaran Buddha menantang semua makhluk untuk membuktikan ajaran Buddha, datang, lihat dan buktikan sendiri kebenaran agama Buddha. Ajaran utama Buddha dikenal ajaran kebenaran, realita sesuai fakta dan juga aktual, ajaran realitas, kemurnian, kebijaksanaan, kebahagiaan. Banyak metode praktis sesuai kondisi praktisinya untuk menapak jalan Buddha guna mencapai kesempurnaan Buddha.Utamanya ajaran Buddha di tujukan ke hati, yang disebut Dharma Hati. Di banyak Sutra Buddhis, disabdakan: Hati muncul Dharmapun muncul, Hati lenyap dharmapun lenyap. Hati kotor duniapun jadi kotor, Hati murni duniapun jadi murni. Ini adalah kebenaran sepanjang masa yang tidak berubah. Dalam hati bila kotor, maka tindakan kita pun ikut kotor, sehingga lingkungan kotor, duniapun ikut jadi kotor; Sebaliknya bila hati bersih, semua tindakkan juga ikut bersih duniapun jadi ikut bersih. Bagaimana kolerasi antara hati dengan kebendaan, hati dengan kondisi, hati dengan lingkungan? Di dalam ajaran Buddha semua yang disebutkan itu terlihat berbeda namun adalah kesatuan, tidak bisa dipisahkan. Sutra Avatamasaka disabdakan: “Triloka Dhatu (Karma Dhatu, Rupa Dhatu dan Arupa Dhatu) bersifat khayal, semua terbentuk dari aktivitas hati”. “Seharusnya merenungkan kesejatian Dharma Dhatu, semua hanya bentukan Hati”.
Saat Bodhisattva Siddharta Gotama calon Buddha dilahirkan, walaupun Ia mendapatkan kasih sayang berlimpah dan memiliki tiga istana, harta, tahta dan wanita, tetapi Beliau menyadari kepalsuan dan kefanaan duniawi yang bersifat kesementaraan dan khayal adanya. Melihat empat kondisi: orang tua, orang sakit, orang mati dan seorang sramana/petapa, Ia melepaskan semua ciri, citra, atritibut dan kepemilikan dan kekuasaan sebagai seorang Pangeran Putra Mahkota memilih kehidupan menjadi sramana yang berkelana., Ia bertapa keras menyiksa diri akhirnya menyadari “Jalan Tengah” berjuang mencapai kesempurnaan jadi Manusia Buddha. Selama empat puluh sembilan tahun lamanya Buddha telah membabarkan Dharma sesuai kebutuhan dan kondisi semua makhluk. Semua Dharma yang dibabarkan berpusat ke dalam hati, memahami hati, menepis khayalan hati, mencari kebenaran hati dan menampakkan kesejatian diri.Hati manusia awam selalu berubah-ubah mengalami timbul lenyap, dan pasang surut bergejolak terus mengikuti kondisi yang ada, sehingga mengalami derita tanpa akhir karena selalu berputar-putar dalam siklus tumimbal lahir yang menyakitkan dan penuh derita.
Umat manusia hanya terdiri dari kumpulan Panca Skandha yaitu terdiri: Rupa (jasmani), perasaan, pikiran, pencerapan dan kesadaran. Panca Skandha dalam dunia Buddhis disebut “Hati”. Hati adalah sumber segalanya. Hati awam yang selalu bergejolak mempunyai empat ciri, yaitu timbul, melekat, berubah dan lenyap. Semua kondisi dan karma tercipta oleh aktivitas hati. “Apa yang selalu dipikirkan ia akan menjadi.”; Hati jahat sumber kemalangan; Hati serakah sumber penderitaan; Hati kebencian sumber pertikaian dan kejahatan; Hati bodoh sumber khayalan dan kemelekatan; Hati sombong sumber keegoisan; Hati ragu sumber kebimbangan; Hati busuk sumber kerusakan; Hati licik sumber penipuan; Hati pecah sumber kekacauan; Hati melekat sumber kerisauan; Hati gelap sumber penciptaan karma buruk; Hati kotor sumber penistaan; Hati timbul lenyap sumber kelahiran dan kematian yang berulang; Hati tidak tergerak sumber pembebasn mutlak; Hati murni sumber pencerahan; Hati menyatu dan manunggal sumber kebijaksanaan, Hati baik sumber jasa pahala; Hati benar sumber keselarasan dengan Dharma; Hati kosong sumber bebas derita; Hati welas asih sumber pencapaian kesempurnaan. Sutra Shurangama disabdakan: “Semua makhluk sejak masa tiada awal, senantiasa alami kelahiran dan kematian yang berkesinambungan, disebabkan tidak mengetahui ‘Hati Benar’ yang selalu eksis, kesejatian nya murni dan terang, melainkan gunakan segala khayalan, pikiran khayal ini tidak benar akibatnya mengalami siklus tumimbal lahir. Hati benar adalah hakikat alam semesta, disebabkan tiada rupa sehingga tidak timbul-lenyap, maka disebut Hati Benar. Hati khayal adalah sumber dari semuanya, dapat memunculkan dharma, karena bergerak timbul lenyap maka disebut khayal”. Hati khayal ini nyatanya tidak diperoleh.
Merubah dan memperbaiki hati menjadi baik dan benar disebut apakah hati ini? Adalah hati kebajikan, bila hati kebajikan sudah sempurna maka disebut Hati Buddha. Hati Buddha adalah hati murni tidak ternoda; Hati maha luas tidak sempit dan tersekat; Hati jujur tidak ada kecenderungan; Hati benar tidak sesat; Hati lurus tidak bengkok; Hati yang sama rata tidak diskriminasi; Hati bijaksana tidak sembrono; Hati seimbang tidak berat sebelah; Hati tidak melekat tidak terikat dengan sesuatu; Hati tabah tidak ada kemarahan; Hati bersemangat tidak ada kelesuan; Hati berkebajikan tidak ada kejahatan; Hati penuh konsentrasi tidak ada kekacauan; Hati cinta kasih dan welas asih tidak kejam dan anarkis; Hati Nirvana tidak berkondisi dan melekat kepada apapun. Dengan Hati Buddha melingkupi dan mengayomi semua alam membimbing dan melindungi semua makhluk agar bebas dari bodoh dan derita. Mengajarkan “Jangan Berbuat Bodoh dan Jahat, Sempurnakan Segala Kebajikan, Sucikan hati dan Pikiran”; laksanakan nasehat dan petunjuk Buddha niscaya kehidupan semua makhluk akan peroleh kedamaian, keharmonisan dan kebahagiaan.
Kehidupan manusia ada dua pilihan yaitu:
- Kehidupan Sramana;
- Kehidupan perumah tangga.
Kehidupan sramana tentu terikat oleh sila dan vinaya secara total; Kaum Sramana melaksanakan Sad Paramita, yaitu:
- Dana;
- Sila;
- Ketabahan;
- Semangat;
- Medita;
- Prajna kebijaksanaan.
Di dalam Sutra Avatamsaka di sabdakan untuk mencapai Kesempurnaan Buddha, seorang Bodhisattva harus menapak lima puluh dua tingkatan Bodhisattva, yaitu: Sepuluh Keyakinan, Sepuluh Kemantapan, Sepuluh Pelaksanaan, Sepuluh Pengembangan jasa; Sepuluh Dasa Bhumika, Calon Buddha dan Mencapai Samyaksambuddha. Untuk mencapai Tingkatan Kebuddhaan maka praktisi tersebut harus berlatih selama 3 Maha Asenkya Kalpa, dihitung sejak ia tidak mundur lagi. Atau pilihan metode Kausyalya cara-cara mudah yaitu dengan memuliakan dan melafalkan Nama Amitbha Buddha, tentu bila ingin di lahirkan di surge Buddha harus memiliki:
- Keyakinan mantap kepada Amitabha Buddha;
- Tekad untuk dilahirkan di surga Sukhavati;
- Pelaksanaan Buddha Smrth ( Nienfo) yang bekesinambungan, tidak ragu dan kacau.
Tiga serangkaian ini dilaksanakan agar memiliki jasa pahala, akar kebajikan dan berjodoh untuk bisa terlahir di surga Sukhavati. Disana ia akan dibimbing oleh Amitbha Buddha untuk jadi Buddha, inilah metode Upaya Kausyalya, cara mudah dan singkat untuk mencapai tingkatan Buddha.
Sedangkan kehidupan perumah tangga banyak tugas kewajiban dan beban yang harus dipikul, yaitu:
- Mengenyam pendidikan formal dan ketrampilan;
- Mempunyai mata pencarian atau nafkah;
- Mengurusi dan mendidik keluarganya;
- Menghibur dan menyenangkan keluarganya;
- Menikmati sensasi hubungan dan kondisi.
Kehidupan berumah tangga agar tidak liar, sesat dan menjenuhkan maka harus berpedoman dengan Buddhadharma. Membangun kehidupan bahagia umat manusia harus dimulai mengambil Abhisekha Trisarana dan mempraktikkan ‘Pancasila Buddhis, yaitu:
- Tidak membunuh banyak melepaskan hewan;
- Tidak mencuri banyak berdana;
- Tidak berzina, banyak melakukan brahmacariya (kehidupan suci);
- Tidak berdusta banyak bicara jujur dan bermanfaat;
- Tidak makan atau minum zat-zat yang membuat kehilangan kesadaran dan ketagihan melainkan makan dan minum yang menyehatkan dan bergizi baik.
Umat Buddha pun punya kesempatan yang sama bisa dilahirkan di surga Sukhavati, asalkan mereka memiliki keyakinan, tekad untuk dilahirkan di surga Sukhavati dan pelaksanaan Nienfo yang rutin berkesinambungan, tidak ragu dan kacau. Diakhir kehidupannya, ia akan mengetahui kapan waktu matinya, siapa yang menjemputnya dan rumah tinggalnya diliputi banyak kegaiban, seperti rumahnya terang, tercium wangi yang sangat langkah, terdengar musik surgawi dan hadirlah rombongan Amitabha Buddha untuk menjemputnya. Demikianlah keistimewaan dan manfaat membina diri dalam ajaran Tanah Suci Buddha Amitabha Buddha.
Perayaan Waisak setiap tahun wajib kita peringati dan kita laksanakan, tujuannya supaya berkembangnya kesadaran kebijaksanaan seluruh umat manusia di dunia fana yang bersifat sementara ini, agar kita semua terus membina diri untuk berkembangnya Kesadaran Diri, Kesadaran Dharma/Kebenaran, dan Kesadaran Bodhi/Kesejatian Diri. Akhir kata, Tadyatha Om Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha, semoga semua makhluk berbahagia, svaha.
Amituofo.