大乘佛法 Buddha Dharma Mahayana
Dirangkum dari berbagai sumber oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira
Pendahuluan
Banyak umat Buddha khususnya di Indonesia bahkan dimanca negara yang tidak memahami aksara hurup mandarin kiranya sulit memahami sumber Tripitaka dan ajaran Buddha Dharma Mahayana, disebabkan kendala faktor bahasa. Lagi pula sedikit sekali para pakar Mahayana yang menguasai banyak bahasa dapat menjelaskan sumber Tripitaka dan ajaran Buddha Dharma Mahayana, sehingga banyak umat Buddha tidak paham dan tidak mengerti, akibatnya banyak yang berpandangan salah dan berpikir buruk, antipasti karena termakan isu, desas desus, propaganda tidak baik bahwa ajaran Buddha Dharma Mahayana bukanlah diucapkan oleh Buddha. Untuk meluruskan dan menjernihkan pandangan salah mereka, maka ditulislah artikel Buddha Dharma Mahayana dari berbagai sumber Sutra, Abhidharma dan sumber lainnya. Simaklah tulisan ini dengan teliti dan telaten, semoga dapat menyadarkan dan bermanfaat.
Banyak Umat Manusia Belum Memahami Ajaran Buddha Secara Luas Buddha pernah berkata: Dharma yang Ku ajarkan hanya sebanyak dau digenggam tanganKu, Banyak orang-orang duniawi yang belum melek dan paham ajaran Buddha yang tiada bandingnya, luas, dalam dan tidak terukur. Bagi umat awam yang karmanya masih buruk dan belum berjodoh dengan Buddhadharma, umumnya batinnya masih kotor, bergejolak timbul-lenyap, suka bingung, tanda tanya, gegabah, kecenderungannya suka curiga, berparangsaka buruk, sinis dan cenderung gelap dan kotor batinnya sehingga suka merendahkan kemuliaan Buddha, Dharma dan Sangha, karena kebodohannya suka mencibir dan merendahkan agama Buddha atau memfitnah ajaran Buddhadharma yang tiada taranya.
Begitupula banyak praktisi ‘Kendaraan Kecil’ (Hinayana) hanya terpaku kepada ajaran kecilnya saja, belum mengenal dan memahami ajaran Buddha yang besar dan luas Mahayana, sehingga mudah curiga, antipati dan banyak yang berkomentar buruk. Apalagi para bhiksu Mahayana jarang ada yang mau menjelaskan sejarah, dan perkembangan ajaran Mahayana Buddhis, sehingga pengetahuan umat Buddha menjadi minim dan tidak paham terhadap ajaran Buddha yang luas, dalam, realita dan harmonis. Karena tidak paham jadi salah persepsi akibatnya mudah curiga dan antipati dengan ajaran Mahayana Buddhis. Karena kebodohan dan ketidaktahuan tentang ajaran Mahayana Buddhis, banyak umat Buddha ajaran kecil menjauhi ajaran Mahayana bahkan banyak yang berseberangan, sehingga terkesan kita berbeda dan tidak bisa bersatu. Akibatnya banyak yang sinis mengatakan Ajaran Buddha Mahayana bukan ajaran Buddha, melainkan ajaran setelah Buddha wafat, atau ajaran Mahayana di babarkan oleh para Bodhisattva atau Patriarch (guru besar).
Begitupula banyak orang-orang yang masih polos dan lugu yang berjodoh untuk memasuki ajaran Hinayana oleh guru/pakarnya di doktrin jangan mendekati, apalagi percaya kepada ajaran Buddha Mahayana, karena ajaran tersebut bukan ajaran Buddha. Atau banyak praktisi ‘Kendaraan kecil ‘(Hinayana) mengatakan terjemahan Sutra Mahayana sudah menyimpang dan tidak akurat dari Kebenaran Dharma. Praktisi ‘Kendaraan Kecil’ (Hinayana) cenderung hanya tahu ajaran Dharma Kebenaran saja, Praktisi Hinayana umumnya tidak memahami ajaran Buddha yang begitu luas dan beragam yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha untuk mengatasi dan menyembuhkan semua penyakit yang di derita oleh semua makhluk di alam-alam lainnya, seperti ajaran Dharma Ajaib (Miao fa); Dharma Rahasia (Mi Fa); Dharma Kemudahan (Fang Pien Fa/Upaya Kausalya); Dharma Perumpamaan ( Piao fa); Dharma Kebijaksanaan Prajna (Po Re Fa); Dharma langsung tanpa kata dan aksara (Chan Fa); Dharma Tak Terkatakan (Pu Ke Shuo Fa); Dharma Tidak Terpikirkan (Pu Khe Se Yi Fa); Dharma Tanah Suci ( Cing Thu Fa); dan lain sebagainya.
Umumnya Praktisi ‘Kendaraan Kecil’ (Hinayana) terpaku kepada ajaran Buddha yang cederung dan berkaitan untuk kaum manusia saja yang di catat oleh siswa-siswa yang mencapai Arahat pada saat konsili-konsili oleh kaum Sravaka. Sedangkan ajaran Buddha Mahayana begitu luas dan dalam bukan hanya untuk kaum manusia saja melainkan untuk semua makhluk di sepuluh penjuru. Umumnya ajaran Mahayana bukan hanya di catat kaum Sravaka saja melainkan oleh para Bodhisattva dan makhluk suci lainnya. Sehingga ajaran Mahayana begitu banyak, luas dan dalam sesuai kondisi, kesempatan dan kemampuan semua makhluk. Perlu disadari, alam semesta beserta isinya sangatlah luas tidak terukur, begitu pula Buddha membabarkan Buddhadharma untuk seisi alam yang dihuni berbagai makhluk tentu juga tidak terbatas. Tentu kita sebagai manusia awam yang memiliki pikiran belum tercerahkan pasti tidak terpikiran dan tidak terjangkau dengan nalar dan intelek biasa untuk mengetahui Buddhadharma secara utuh, baik dan benar. Bila ingin mengetahui Buddhadharma yang luas dan dalam maka hanya terdapat dalam ajaran Mahayana Buddhis.
Walaupun umat Buddha beragam begitu banyak sekte dan aliran, tapi kita adalah SATU KELUARGA BUDDHIS yang memiliki satu Guru Buddha yaitu Sakyamuni Buddha sebutan dari Mahayana Buddhis, sedangkan sebutan Buddha Gotama adalah sebutan untuk Theravada Buddhis. Kita sebagai umat Buddha entah memilih aliran apapun seyogyanya saling menghormati saling merangkul, bersinergi, dan saling berbagi. Jangan saling mencibir apalagi saling mencela satu sama lainnya termasuk jangan mendeskreditkan aliran Buddhis apapun yang bersumber dari Buddha. Karena inti ajaran Buddha Dharma adalah kesatuan, kemanunggalan dan keharmonisan yang berlandaskan kebenaran relatif maupun kebenaran absolut berdasarkan kondis dan karma makhluk yang mendengarkan. Realitanya kebenaran sejatinya tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata, simbol atau kiasan belaka, melainkan hanya bisa ditembusi oleh pemusatan pikiran yang fokus, tenang, jernih dan terang. Apapun jenis dan bentuk ajaran Buddha digunakan untuk meluruskan pandangan dan pikiran para makhluk, juga tujuan semua ajaran untuk menjernihkan hati dan mensucikan hati, sekaligus untuk menyempurnakan semua paramita untuk menapak jalan Buddha. Jadi apapun ajaran tersebut yang di ajarkan oleh Buddha kita harus mensyukuri, berterima kasih dan terpenting adalah respek, pilihlah yang sesuai kemampuan dan kondisinya. Begitupula sebaliknya bilamana kaum Mahayana merendahkan Dharma Hinayana, hanya bisa menolong sendiri tidak mau menolong para makhluk lain, inipun juga termasuk memfitnah Dharma dan merendahkan Sangha.
Umumnya umat manusia yang masih awam tentunya begitu sibuk dalam urusan duniawi dan banyak kepentingan-kepentingan dalam mengejar kesuksesan duniawi, sehingga tidak punya waktu untuk menyimak dan meneliti ajaran-ajaran Buddha secara utuh, konkret dan menyeluruh. Di antara umat Buddha tentu hanya memilih berbagai ajaran Buddha sesuai kondisi kemampuan, jodoh dan berdasarkan keinginannya. Umumnya umat Buddha belajar dan praktik satu metode Dharma. Kebanyakan umat Buddha yang masih awam mempunyai pandangan dan penafsiran pribadi terhadap berbagai Dharma. Mereka merasakan ajaran Dharma yang ku praktikan ini yang terbaik di luar itu ajaran Buddha lainnya, kurang cocok, kurang baik atau tidak baik. Bila asumsi ini dilakukan dalam kalangan sendiri kiranya masih bisa ditolerir, tetapi bila disebarluaskan memuji Dharma yang diyakini tetapi mencela atau merendahkan Dharma lain yang tidak diyakini, perbuatan ini tanpa disadari pikiran dan perbuatan mereka ini bisa dikategori memfitnah dan merendahkan ajaran Buddha tertentu.
Sejarah Agama Buddha
Agama Buddha atau Buddhisme adalah sebuah agama nonteistik[1] atau filsafat (Sanskerta: dharma; Pali: धम्म dhamma) yang berasal dari anak benua India yang meliputi beragam tradisi, kepercayaan, dan praktik spiritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar”). Menurut tradisi Buddhis, Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SM (Sebelum Masehi)[2]. Dia dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri penderitaan mereka dengan melenyapkan ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan batin (moha), keserakahan (lobha), dan kebencian/kemarahan (dosa). Berakhirnya atau padamnya moha, lobha, dan dosa disebut dengan Nirvana[3]. Untuk mencapai Nirvana seseorang melakukan perbuatan benar, tidak melakukan perbuatan salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga pikiran agar selalu pada kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami fenomena batin dan jasmani.
Dua aliran utama Buddhisme yang masih ada yang diakui secara umum oleh para ahli: Theravada (“Aliran Para Sesepuh”) dan Mahayana (“Kendaraan Agung”). Vajrayana, suatu bentuk ajaran yang dihubungkan dengan siddha India, dapat dianggap sebagai aliran ketiga atau hanya bagian dari Mahayana. Theravada mempunyai pengikut yang tersebar luas di Sri Lanka, dan Asia Tenggara. Mahayana, yang mencakup tradisi Tanah Murni, Zen, Nichiren, Shingon, dan Tiantai (Tiendai) dapat ditemukan di seluruh Asia Timur. Buddhisme Tibet, yang melestarikan ajaran Vajrayana dari India abad ke-8[4], dipraktikkan di wilayah sekitar Himalaya, Mongolia[5], dan Kalmykia[6]. Jumlah umat Buddha di seluruh dunia diperkirakan antara 488 juta dan 535 juta[7], menjadikannya sebagai salah satu agama utama dunia.
Dalam Buddhisme Theravada, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan tertinggi Nibbana, yang dicapai dengan mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan(juga dikenal sebagai Jalan Tengah), sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan sebagai siklus penderitaan dan kelahiran kembali.[8] Buddhisme Mahayana, sebaliknya beraspirasi untuk mencapai Kebuddhaan melalui jalan Bodhisattva, suatu keadaan di mana seseorang tetap berada dalam siklus untuk membantu makhluk lainnya mencapai pencerahan.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tipitaka/Tripitaka sebagai referensi utama karena di dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Sakyamuni/Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam tiga buku yaitu Sutta/Sutra Piṭaka (khotbah-khotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma/Abhidharma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Seluruh naskah aliran Theravada menggunakan bahasa Pali, yaitu bahasa yang dipakai di sebagian India (khususnya daerah Utara) pada zaman Sang Buddha. Cukup menarik untuk dicatat, bahwa tidak ada filsafat atau tulisan lain dalam bahasa Pali selain kitab suci agama Buddha Theravada, yang disebut kitab suci Tipitaka, oleh karenanya, istilah “ajaran agama Buddha berbahasa Pali” sinonim dengan agama Buddha Theravada. Agama Buddha Theravada dan beberapa sumber lain berpendapat, bahwa Sang Buddha mengajarkan semua ajaran-Nya dalam bahasa Pali, di India, Nepal dan sekitarnya selama 45 tahun terakhir hidup-Nya, sebelum Dia mencapai Parinibbana[9].
Seluruh naskah aliran Mahayana pada awalnya berbahasa Sanskerta dan dikenal sebagai Tripitaka. Oleh karena itu istilah agama Buddha berbahasa Sanskerta sinonim dengan agama Buddha Mahayana. Bahasa Sanskerta adalah bahasa klasik dan bahasa tertua yang dipergunakan oleh kaum terpelajar di India. Selain naskah agama Buddha Mahayana, kita menjumpai banyak catatan bersejarah dan agama, atau naskah filsafat tradisi setempat lainnya ditulis dalam bahasa Sanskerta[9].
Catatan Sumber
1. ^ Buddhism: The foundations of Buddhism, The cultural context. In Encyclopædia Britannica. Retrieved 19-07-2009, from Encyclopædia Britannica Online Library Edition
2. ^ Encyclopædia Britannica Online. Hinduism: History of Hinduism: The Vedic period (2nd millennium – 7th century BCE); Challenges to Brahmanism (6th – 2nd century BCE); Early Hinduism (2nd century BCE – 4th century CE). Retrieved 19-07-2009.
3. ^ According to Masih:[12] “Alongside Hinduism was the non-Aryan Shramanic culture with its roots going back to prehistoric times.”
4. ^ Masih:[13] “This confirms that the doctrine of transmigration is non-aryan and was accepted by non-vedics like Ajivikism, Jainism and Buddhism. The Indo-aryans have borrowed the theory of re-birth after coming in contact with the aboriginal inhabitants of India. Certainly Jainism and non-vedics [..] accepted the doctrine of rebirth as supreme postulate or article of faith.”
5. ^ Karel Werner:[14] “Rahurkar speaks of them as belonging to two distinct ‘cultural strands’ … Wayman also found evidence for two distinct approaches to the spiritual dimension in ancient India and calls them the traditions of ‘truth and silence.’ He traces them particularly in the older Upanishads, in early Buddhism, and in some later literature.”
6. ^ Flood:[15] “The origin and doctrine of Karma and Samsara are obscure. These concepts were certainly circulating amongst sramanas, and Jainism and Buddhism developed specific and sophisticated ideas about the process of transmigration. It is very possible that the karmas and reincarnation entered the mainstream brahaminical thought from the sramana or the renouncer traditions.”
7. ^ Padmanabh S. Jaini states:[16] “Yajnavalkya’s reluctance and manner in expounding the doctrine of karma in the assembly of Janaka (a reluctance not shown on any other occasion) can perhaps be explained by the assumption that it was, like that of the transmigration of soul, of non-brahmanical origin. In view of the fact that this doctrine is emblazoned on almost every page of sramana scriptures, it is highly probable that it was derived from them.”
Ajaran Utama Buddha, yaitu:
Janganlah berbuat bodoh dan jahat.
Sempurnakanlah segala kebajikan
Sucikan hati dan pikiran.
Inilah ajaran para Buddha.
KEMUNCULAN AJARAN MAHAYANA
Secara histori kemunculan Mahayana dimulai sejak Hyang Buddha meraih pencerahan sempurna di bawah pohon Bodhi, Beliau pada awalnya membabarkan Sutra Avatamsaka, ajaran utama Mahayana yang bersifat luhur dan bernilai tinggi hanya ditujukan untuk Para Bodhisattva, Mahasattva dan makhluk suci lainnya.
Perkembangan Mahayana kiranya perlu dilihat dari adanya konsili-konsili yang terjadi setelah Parinirvananya Hyang Buddha
Mahayana Buddhism adalah salah satu mazhab atau aliran terpenting dalam agama Buddha dan sudah berkembang luas di benua Asia, Australia, Amerika, Eropah, dan Afrika. Keberadaan Mahayana merupakan aktualisasi dari makna hakiki ajaran Hyang Buddha, yaitu segi-segi keagamaan, religiusitas, etika, maupun metafisika yang terkandung dalam Dharma Hyang Buddha.
Pengenalan Mahayana
Mahayana secara harafiah mempunyai arti:
Maha : berarti besar, luas, agung
Yana : berarti kendaraan atau kereta.
Mahayana berarti kendaraan besar yang mengangkut pengemudi bersama penumpangnya mencapai suatu tempat tujuan yang sama. Ajaran Buddha membimbing penganut-Nya seperti sebuah kendaraan besar yang mengangkut pengemudinya bersama-sama para penumpangnya mencapai tempat tujuan yang sama yaitu NIRVANA.
Asal Usul Mahayana
- Setelah Buddha Parinirvana barulah timbul pengelompokkan sekte-sekte. Tidak lama setelah Buddha Parinirvana diadakan: Konsili I di Rajagraha (membahas Dharma dan Vinaya) 543 SM 500 Arahat menyusun kembali Doktrin ajaran Buddha.
- Konsili II di Vaisali 443 SM masa raja Ajatasatu sebagian merasa perlu merubah beberapa aturan kecil sebagian tidak. Timbul tradisi yang berbeda Sthaviravada(Theravada 247 SM) dan Mahasanghika (Mahayana 150 SM-100 M).
- Konsili III di Pataliputta pada tahun masa Raja Asoka membahas pendapat yang dianut oleh Sangha.
- Munculnya Mahayana yang dipelopori oleh NAGARJUNA dan ARYA DEVA
- Konsili IV (Titik Perkembangan Mahayana)
- Tahun 78 SM di Kashmir dipimpin oleh Vasumitra dan Asvagosa dilaksanakan atas anjuran Raja Kanisha. Merupakan titik awal perkembangan Mahayana, dimana konsili IV ini tidak dihadiri oleh golongan Sarvastivada yang merupakan sesepuh dari Theravada.
- Buddha Dharma hanya ada satu yaitu ajaran Sakyamuni Buddha yang berdasarkan cara atau metode latihan diri untuk menjadi Buddha.
- Buddha Dharma dibagi menjadi 2 tingkat sebagai upaya untuk kemudian memberi bimbingan kepada para umat yaitu:
- Ajaran yang membimbing umatnya menjadi Arahat dan Pratyeka Buddha disebut sebagai Hinayana (Ajaran dasar).
- Ajaran yang membimbing umatnya menjadi Bodhisattva dan Samyak-Sambuddha disebut sebagai Mahayana (Ajaran yang diperluas)
Tiga Aspek Dasar Merupakan Ciri-ciri Mahayana
- Aspek Penafsiran
Mahayana lebih bersifat progresif dan liberal dalam arti tidak kaku dan melekat begitu saja terhadap ajaran Buddha yang tersurat. Sifat ini dimungkinkan karena Mahayana menyadari bahwa diperlukan pemahaman yang terus menerus terhadap setiap formulasi Kebenaran Mutlak. Suatu fakta bahwa Kebenaran Mutlak (Paramartha Satya) tidak sepenuhnya dapat diungkapkan dengan kata-kata dan bahwa semua rumusan konseptual dan ungkapan verbal hanyalah simbolik dari Kebenaran Mutlak tersebut. - Aspek Cita-cita
Kemunculan Mahayana merupakan suatu revolusi cita-cita keselamatan, pembebasan atau tujuan tertinggi dalam Buddha Dharma, yaitu berjuang melaksanakan Bodhisattvayana untuk meraih kesempurnaan menjadi Buddha. Cita-cita religious dalam Mahayana ini menunjukan bahwa tak ada sesuatupun yang tidak dapat dikorbankan oleh Bodhisattva demi kebaikan makhluk-makhluk lain. - Aspek Metodik
Dalam melaksanakan cita-citanya, Bodhisattva mempergunakan berbagai metode yang sifatnya praktis yang dimaksudkan untuk melatih, membina, dan membimbing semua makhluk ke tujuan akhir kehidupan, penyadaran terhadap Yang Mutlak, yang dikenal dengan metode Upaya-Kausalya. Bodhisattva melaksanakan disiplin Bodhi (Bodhicittopada), dan mengarah ke penyadaran Bodhicitta (Batin pencerahan) yang memiliki dua aspek : Sunyata (Kekosongan) dan Karuna (Welas asih). Sunyata merupakan implikasi praktis dari Prajna (Pengetahuan sempurna), dan identik dengan Yang Mutlak, Yang abosulut. Sedangkan Karuna merupakan prinsip aktif yang merupakan ungkapan nyata Sunyata dalam fenomena.
Ciri-Ciri Mahayana
- Mempergunakan bahasa Sansekerta
- Lebih bersifat religi, metafisis dan filosofis.
- Pencapaian Nirwana melalui pengetahuan sempurna (Prajna paramita)
- Setiap makhluk memiliki sifat ke Buddhaan (Buddha-nature) yang berasal dari Tathagata-garbha (Rahim Tathagata)
- Tidak terkecuali Sangha, setiap umat awampun tergolong Bodhisattva.
- Dukkha yang merupakan suatu ciri kehidupan hanyalah bersifat maya, ilusi atau suatu konstruksi kesadaran yang keliru.
- Mengajarkan tentang Yang Absolut.
- Yang Absolut dinyatakan bukan semata-mata bersifat transenden, atau terpisah sama sekali dari realitas dunia, melainkan juga bersifat imanen, atau bersemayam dalam realitas dunia dan terungkap dalam dunia fenomena.
- Buddha historis seperti Buddha Sakyamuni merupakan juga proyeksi atau pancaran dari Yang Absolut.
- Pembebasan tidak hanya tercapai dengan usaha sendiri melainkan juga melalui bantuan atau kekuatan lainnya.
- Bercita-cita menjadi Bodhisattva untuk membebaskan semua makhluk.
- Nirwana tidak hanya dipahami sebagai kemenangan dari samsara atau akhir dari hidup di dunia, melainkan juga sebagai kesadaran yang sempurna tentang Yang Absolut, dan tidak terpisah dari usaha-usaha yang aktif di dalam membebaskan setiap makhluk.
- Menekankan terjadinya pengalaman religious terhadap Yang Absolut sebagai sesuatu yang metarasional.
- Menekankan kebijaksanaan dan pemikiran yang bersifat paradoks ketimbang logis dan rasional semata.
- Menjalani kehidupan melalui penghayatan yang dalam terhadap prinsip-prinsip etika yang mewujudkan sikap bakti yang religious.
Ikrar Mahayana
- Kami bertekad dan berjuang, menolong semua makhluk
- Kami bertekad dan berjuang, melenyapkan semua kebodohan
- Kami bertekad dan berjuang, menghayati dan mengamalkan Buddhadharma
- Kami bertekad dan berjuang, sampai di jalan keBuddhaan.
Pengertian Bodhicitta
Bodhicitta adalah kesadaran Buddha yang dimiliki oleh setiap makhluk. Bodhicitta merupakan pondasi, sumber dari macam munculnya kebaikan, sumber dari usaha dan kebahagaiaan serta sumber dari kesucian, terdiri dari:
- Bodhi Pranidhi Citta: tingkat persiapan pencapaian kebuddhaan.
- Bodhi Prastana Citta: tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam menuju cita-cita.
Tiga kualitas yang menjadi ciri Bodhisattva:
- Cita-citanya yang teguh untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan samsara.
- Pikirannya yang tak tergoyahkan
- Usahanya yang tak mengenal menyerah
Upaya Kausalya
Upaya Kausalya adalah metode dalam Mahayana untuk menerangkan Dharma Sang Buddha, metode ini sifatnya praktis. Misalnya ketika penyebaran Agama Buddha tersebar kedaerah-daerah lain, maka dengan tanpa mengubah nilai spiritual yang terkandung ajaran, digunakan metode yang lincah dan lunak untuk membimbing umat mencapai pengertian pada Buddha Dharma.
Upaya Kausalya dipergunakan metode yang beragam dan bervariasi, apakah dengan puja bhkati, pembacaan doa, upacara agama, pembakaran dupa, fangsen dan pemasangan lilin serta pembacaan sutra atau meditasi dll. Terserah kepada mereka dan kesanggupan umat masing-masing dalam melakukannya juga termasuk dalam pembabaran Dharma. Upaya Kausalya merupakan metode yang praktis dan sesuai dengan kondisi dan situasi. Untuk mengembangkan kebajikan, peningkatan spiritual maupun penyebaran Dharma itu sendiri demi mencapai cita-cita tinggi.
Berbagai macam cara Buddha dalam menerangkan Dharma:
- Sutra : khotbah-khotbah Sang Buddha dalam menyebarkan Dharma.
- Gatha : syair-syair pujaan/pujian yang mengisahkan pujaan-pujaan
- Ittivuttaka : mengisahkan kehidupan lalu para siswa
- Jataka : mengisahkan kehidupan Tathagata
- Adbhuta : mengisahkan kemujizatan Sang Buddha serta Bodhisattva.
- Nida : mengisahkan sebab akibat
- Aupanya : dengan perumpamaan yang mudah untuk menerangkan hal- hal yang sukar dimengerti
- Geya : syair yang diucapkan untuk menyimpulkan apa yang telah diterangkan semula serta menitik beratkan artinya.
- Upadesa : menerangkan hal-hal yang sukar dimengerti dengan cara tanya jawab.
Maha Tripitaka & Sutra-sutra yang sering digunakan dalam kebaktian
Kitab suci Maha Tripitaka Buddhis Mahayana berjumlah ada 120 Buku besar. Sebagai siswa dan umat awam tentu tidak mungkin mempelajari semua ajaran Maha Tripitaka, Kitab-kitab suci Agama Buddha Mahayana sebagian sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan sudah diterbitkan. Kitab-kitab suci terjemahan tersebut di bawah ini merupakan bagian dari Tripitaka-Mahayana yang aslinya dalam bahasa Sansekerta.
- Vajracchedika Prajna Paramita Sutra,
- Prajna Paramita Hrdaya Sutra (dengan penjelasannya),
- Sukhavati Vyuha Sutra (Sutra Amitabha teks pendek),
- Buddhavacana Amitayus Tathagata Sutra (Sutra Amitabha teks panjang)
- Mahasukhavati Vyuha Sutra,
- Saddharma Pundarika Sutra,
- Avalokitesvara Bodhisattva Samanta Mukha, Varga dari Saddharma Pundarika Sutra (teks pendek),
- Mahayana Buddha Pacchimovada Pari nirvana Sutra (Maha-Parinirvana Pacchimovada Sutra),
- Amitayur Dhyana Sutra (Sutra 16 metode untuk meditasi),
- Dasa Kausalya Karma Sutra,
- Samanta Bhadra Carya Pranidhana, Varga dari Avatamsaka Sutra,
- Prakala Bodhisattva Mahasthamaprapta tentang Kesempurnaan Buddhasmrtih, Varga dari Surangama Sutra,
- Bhaisajyaguru Sutra,
- Ulambana Sutra,
- Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra,
- Vimalakirti Nirdesa Agung,
- Sutra Delapan Kesadaran Agung,
- Sutra Empat Puluh Dua Bagian
- Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra (Buddhavacana Bodhisattva Maitreya Upapadyante Tusita Dhyana Sutra),
- Sutra Altar,
- Sutra Tentang Bodhisattva Maitreya Mencapai Buddha,
- Maha Vaipulya Paripurnabudhi Nitartha-Sutra (Sutra Maha Kesadaran Yang Sempurna)
- Mahayana Sraddhotpada Sastra,
- Riwayat Buddha Shakyamuni.
Siapakah Yang Perlu Ditolong Terlebih Dahulu?
發菩提心者要上求佛道与下化众生是一体的,何以故?因为上求佛道是成就大智慧,下化众生是成就大慈悲心,智慧与慈悲的圆满,当下是佛道的成就。
Praktisi yang mengembangkan Bodhicitta, ke atas memohon pencapaian tingkatan Kebuddhaan, ke bawah berupaya menolong para makhluk adalah kesatuan kebenaran inti, Kenapa demikian? ke atas memohon pencapaian Kebuddhaan adalah untuk mencapai Maha Kebijaksanaan, sedangkan ke bawah menolong para makhluk adalah mencapai hati yang maha welas asih. Prajna kebijaksanaan dan karuna Welas asih bila sudah sempurna seketika mencapai tingkatan Buddha.
所以我们说,学佛者欲先成佛再度众生,这种论调是不正确的;若先度众生而后成佛,这种说法也不是常理。Oleh karena itu, kami katakan, Praktik ajaran Buddha ingin mencapai tingkatan Buddha dulu baru menolong para makhluk. anggapan begini tidaklah benar; Sebaliknya Bilamana menolong para makhluk dulu baru mencapai tingkatan Buddha anggapan ini pun tidaklah senantiasa benar.
依佛法而言,菩萨的类型有三种:一者悲增菩萨。二者智增菩萨。三者悲智双运的菩萨。前两者菩萨是各偏一方的菩萨,不能代表中道实相的菩萨,后者是正常道的菩萨,是吻合佛道之本怀。Bicara yang andalkan Buddha Dharma, ada tiga jenis Bodhisattva yang berbeda, yaitu: 1. Bodhisattva yang hanya kembangkan karuna welas asih; 2. Bodhisattva yang hanya kembangkan prajna kebijaksanaan; 3. Bodhisattva yang ganda kembangkan karuna welas asih dan prajna kebijaksanaan. Di awal dua Praktisi Bodhisattva yang memiliki masing masing kecondongan satu arah, tidak bisa mewakili realitas jalan tengah Bodhisattva. Terakhir adalah Bodhisattva yang benar pada umumnya yang sesuai dan serasi dengan inti hakikat jalan Kebuddhaan.
悲心足够而智慧偏失,易陷溺沉沦之境,亦称为败坏菩萨,无智慧引导故,佛经常云:菩萨未能自度先度人,菩萨于此初发心。同样的理由,若专求智慧解脱,纵得智慧而出三界没有慈悲心所滋润,易沉空守寂,永住涅槃,不从空出假,悲度有情,佛陀常称此类行者为焦芽败种之罗汉。何以故?因为阿罗汉悲心不及菩萨,度生仅抱随缘之态度,不像菩萨能作为不请之友,因而从事度化众生之圣业。
Welas asih cukup tapi kebijaksanaan kurang, mudah terperangkap kondisi yang menenggelamkan (terhanyut oleh kondisi) juga disebut Bodhisattva kalah, tiada kebijaksanaan yang membimbingnya; Sutra Buddha sering sabdakan: Bodhisattva belum bisa menolong diri sendiri, menolong dulu para makhluk lain, inilah Bodhisattva yang hati awal nya dikembangkan; Sama juga dengan alasan, bila hanya memohon kebijaksanaan dan pembebasan mutlak, walaupun sudah peroleh kebijaksanaan dan keluar dari Triloka dhatu tetapi tidak memiliki hati welas asih yang melingkupi, mudah tenggelam ke dalam kekosongan yang sunyi, selamanya menetap di Nirvana. Tidak mau keluar dari kosong ke arah kepalsuan, dengan welas asih menolong makhluk makhluk yang berperasaan, Buddha sering mengatakan praktisi macam ini adalah jenis Arahat yang tidak bermanfaat, kenapa demikian? Disebabkan Arahat punya hati welas asih tidak sebanding dengan Bodhisattva, Arahat menolong para makhluk dengan sikap diam/maunya diundang, hanya tertuju bagi yang berjodoh saja; Tidak seperti Bodhisattva mampu berbuat menjadikan teman tanpa diundang (menolong tanpa diminta/selalu mencari keluh kesah penderitaan semua makhluk, dan monolong tanpa diminta) Sebab inilah menjadikan urusan menolong dan menyadarkan para makhluk adalah praktik sucinya.
总而言之,智中有悲,悲中有智;离智无悲,离悲无智;智即是悲,悲即是智,悲智不一不异,故名为佛。
Kesimpulannya, Di antara kebijaksanaan terdapat welas asih, diantara welas asih terdapat kebijaksanaan; Tinggalkan kebijaksanaan tiada welas asih, Tinggalkan welas asih tiada kebijaksanaan; Kebijaksanaan adalah welas asih, welas asih adalah kebijaksanaan; Welas asih dan kebijaksanaan bukan satu bukan pula berbeda, makanya dinamakan untuk jadi Buddha.
Periode Pembabaran Dharma
Dalam pandangan Mahayana Buddhis, perlu diketahui periode ajaran Buddha terbagi atas 5 periode ini merupakan hasil rumusan dari mazhab Tientai. Rumusan dari mazhab Tientai ini memang diakui menjadi momentum yang terbaik bagi perkembangan ajaran Mahayana di Tiongkok. Rumusan ini sangat brillian dari Grand Master Zhe Ze 智者大師 sang pendiri Tientai, dan tidak heran Beliau sampai dijuluki Little Sakyamuni dari Timur. Master Zheze mengklasifikasi seluruh rangkaian ajaran Buddha ke dalam 5 periode ajaran.
Pada periode pertama, disebut Periode Avatamsaka (Huayen).
Ini adalah periode saat sang Buddha mencapai pencerahan sempurna di mana selama 3 minggu pertama dalam kondisi Samadhi, Beliau membabarkan Avatamsaka Sutra kepada para bodhisatva. Jadi bukan Lankavatara Sutra seperti yang anda tuliskan. Periode ini diasumsikan sebagai periode pembabaran dharma kepada bodhisatva-bodhisatva tingkat tinggi, di mana para makhluk yang berada di tatataran bawah tidak akan sanggup memahami dharma yang sangat mendalam ini. Atas dasar ini, maka sang Buddha kemudian melanjutkan pembabaran dharma yang lebih mudah dipahami kepada para makhluk hidup di mana tahapan ini adalah periode lanjutan, yakni:
Periode ke dua yang disebut periode Agama sutra (A han).
Dikatakan bahwa periode ini berlangsung selama 12 tahun. Secara umum, periode ini dianggap sebagai periode yang membabarkan kitab2 Hinayana. Namun tidaklah tepat mempersempit istilahnya dengan mengatakan pembabaran tentang Catvari Arya Saccani, karena Empat kebenaran mulia hanyalah salah satu dari sekian banyak prinsip ajaran yang dikotbahkan sang Buddha di dalam periode ini. Sedangkan Catvari Arya Saccani itu tidak terbatas pada ajaran Hinayana, karena bodhisattva pun mendalami Catvarari Arya Saccani dalam konsep yang lebih dalam lagi , atau dengan kata lain, Catvari Arya Saccani itu meliputi seluruh rangkaian sistem ajaran Buddha.
Kemudian periode ketiga disebut Periode Vaipulya (FangDeng) yang berlangsung selama 8 tahun. Ini adalah periode di mana konsep konsep dan keagungan Mahayana mulai diangkat oleh sang Buddha. Periode ini tidak lah tepat juga disebut periode kotbah tentang kitab Shuranggama saja seperti yang anda tuliskan. Shuranggama hanyalah salah satunya dari sekian banyak kotbah yang diberikan, seperti Lankavatara, Vimalakirti, Maharatnakuta, Mahasamnipata, Svarnaprabhasa dan lain-lainnya. Kitab2 ini disebut sebagai kitab Vaipulya, maka disebut periode Vaipulya.
Periode ke empat adalah periode Prajna (Po Re).
Ini adalah periode yang sangat penting di mana sang Buddha membabarkan ajaran Prajna selama 22 tahun. Setelah para makhluk hidup dapat menerima prinsip ajaran Mahayana, maka sang Buddha menekankan pentingnya kebijaksanaan di dalam menyeimbangkan sikap kemelekatan pada sikap superior pada Mahayana itu sendiri. Jika periode Vaipulya adalah ajaran Mahayana yang berprinsip “ada”, maka di periode Prajna ini sang Buddha menetralisir ke prinsip Sunyata (kekososngan benar). Ini adalah gambaran umumnya, dan rumusan rumusan ini memang kadang menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dikalangan scholar, namun itu tidaklah penting, karena mengaplikasikan ajaran nya dirasa lebih mendesak.
Periode ke lima disebut periode Saddharmapundarika dan Nirvana (Fa Hua & Nie phan)
Dimana ini adalah periode pembabaran tentang Saddharmapundarika selama 8 tahun untuk memanunggalkan Triyana menjadi Ekayana. Dimana Triyana adalah kendaraan Sravakayana, Pratyekayana dan Bodhisatvayana. Semua periode ajaran ini adalah sebuah upaya kausalya untuk menarik para makhluk hidup memasuki kendaraan tunggal yang disebut Eka Buddha-yana. Atau dengan kata lain, sepanjang hidup sang Buddha membabarkan Dharma hanya agar para makhluk dapat memasuki ke pemahaman dan pencapaian kendaraan sejati yakni kendaraan Buddha. Dalam periode ini sang Buddha mendorong semangat kepada para siswa untuk melangkah maju demi cita2 pencapaian Buddha dan meramalkan pencapaian mereka. Setelah periode ini maka sang Buddha pun mengakhiri jodoh Dharma-Nya dengan dunia ini melalui pembabaraan Dharma terakhir selama satu hari yang terangkum dalam Mahaparinirvana Sutra.
经论中的论证大乘是佛说
Penjelasan Sutra & Abhidharma Menjadikan Bukti Ajaran Mahayana Disabdakan Oleh Buddha
大乘是佛说(增壹阿含经卷27)
世尊告诸比丘:
如來出現世時,必當為五亊,云何為五?
一者當轉法論。
二者當度父母。
三者無信之人立於信地。
四者未發菩薩意便發薩心。
五者當授將來佛決。
若如有々出現世時,當為此五事。
Ajaran Mahayana adalah diucapkan oleh Buddha (Sutra Cen Yi Ah Han Cing, bab ke 27)
Lokanatha Buddha memberitahu para Bhiksu: Tathagata saat muncul di dunia pasti untuk 5 urusan, apakah 5 urusan tersebut?
1. Saat memutar roda Dharma.
2. Saat menolong ayah ibu.
3. Orang yang tidak yakin menjadi berkeyakinan.
4. Belum mengembangkan pikiran Bodhisattva mengajarkan kemudahan untuk kembangkan hati Bodhisattva.
5. Seketika menerima inisiasi ramalan jadi Buddha.
Bila Tathagata saat muncul di dunia, untuk 5 urusan ini.
佛说菩萨行方便境界神通變化经
我若为衆生有所说法,皆趣菩提,皆趣大乘,入一切智,得一切智,以是義故,无有異乘所止住处。
Sutra Fo Shuo Pu Sha Xing Fang Pien Cing Cie Shen Thung Pien Hua Cing, disabdakan: Aku bila bicara Dharma kepada para makhluk, mengarahkan ke Bodhi, mengarah kepada Mahayana, memasuki semua kebijaksanaan, peroleh semua kebijaksanaan, dengan kebenaran ini, tiada yana lain yang berbeda menjadi tempat menetap.
文殊师利問经,卷15分部品.
如地,水,火,风,虛空,是一切衆生所住处。如是般若波羅蜜及大乘。是一切声闻,缘覚,诸佛出处。Sutra Manjusri Bertanya, bab 15 bagian Fen Pu Phing, disabdakan: Bagaikan unsur padat, air, panas, udara dan angkasa raya (kekosongan) adalah tempat tinggal semua makhluk; Demikian juga Prajna Paramita dan Mahayana, adalah tempat munculnya semua Sravaka, Pratyeka Buddha dan para Buddha.
小乘经典,也承认大乘是佛说
《大正藏》第02册No. 0125增壹阿含经
契经一藏律二藏, 阿毗昙经为三藏;
方等大乘义玄邃, 及诸契经为杂藏。
安处佛语终不异, 因缘本末皆随顺;
弥勒诸天皆称善, 释迦文经得久存。
弥勒寻起手执华, 欢喜持用散阿难;
此经真实如来说, 使阿难寻道果成。
Sutta Theravada juga mengakui Mahayana adalah Sabda Buddha
Maha Tripitaka bagian ke dua no 0125, Sutta Cen Yi Ah Han Cing
Sutra adalah kesatu Pitaka, Sila adalah ke dua Pitaka, Abhidhamama ada ketiga Pitaka
Mahayana Vaipulya ajaran bermakna dalam, dan juga ajaran para sutra perbuatan dalam kategori Pitaka Campuran. Tentram ditempat Buddha selamanya tidak berbeda, sebab akibatnya akhirnya kelancaran mengikutinya; Maitreya bersama para Dewa memuji kebajikan, Sabda dan sutra Sakyamuni peroleh kelanggengan. Maitreya mencari dan berdiri tangannya menggenggam bunga, gembira melakukan pentaburan kepada Ananda; Sutra ini benar dan nyata diucapkan Buddha, harapannya Ananda mencapai buah kesucian.
唯識学派的論書《大乘莊嚴經論》提出了大乘是佛說的八则理由[28][29],略述如下:
- 若大乘不是佛陀正法,為何佛陀不先記別此事?
- 聲聞乘與大乘同時流傳,如何能確定唯獨大乘非佛所說?
- 大乘佛法是廣大甚深的教法,非外道所能思量,外道經論不說亦不信受。所以大乘經不是非佛說。
- 假若大乘是釋尊(釋迦牟尼佛)以外的他方佛所說,由於佛佛道同,大乘佛教亦可稱為「佛說」。
- 捨棄大乘成佛的教說,就沒有佛,沒有佛,就不會有聲聞乘。因為有大乘才有佛的出現,才有聲聞乘教。所以大乘是佛說。
- 依大乘佛法勤加修行者,皆得無分別智,能對治一切煩惱,所以當信此是佛說。
- 大乘意趣甚深(四種意趣),非表面文句可解,不應只取字面文義,就說那非佛所說?。
Sekte Wei She di dalam buku Abhidharma Ta Sheng Cuang Yen Cing Lun, sudah mengemukakan ajaran Mahayana adalah ucapan Buddha, diterangkan dalam 8 alasan, seperti di bawah ini:
- Bilamana ajaran Mahayana bukan Buddha punya kebenaran Dharma, kenapa Buddha tidak lebih awal menandai atau mengingatkan urusan ini?
- Sravakayana dan Mahayana saat yang bersamaan menyebar, kenapa bisa memastikan hanya ajaran Mahayana bukan ucapan Buddha?
- Ajaran Buddhadharma Mahayana adalah luas dan dalam untuk praktik Dharma, bukan aliran sempalan yang dapat berpikir dan mengukurnya. Aliran sempalan punya sutra danabhidharma tidak mengatakan dan tidak yakin dan menerimanya. Karena itu Sutra Mahayana tidak bukan adalah ucapan Buddha.
- Semisalnya Mahayana adalah Guru Sakya (Sakyamuni Buddha) di luar di alam lain Buddha katakan, disebabkan Buddha dengan Buddha lain kesempurnaannya sama, Ajaran Mahayana juga dapat di katakan sebagai ucapan Buddha.
- Melepaskan dan ditelantarkan Ajaran Buddha yang mengajarkan untuk jadi Buddha, tentu tidak ada Buddha, tidak ada Buddha tentu tidak akan ada Sravakayana. Disebabkan adanya ajaran Mahayana baru adanya Buddha yang muncul, baru ada ajaran Sravaka. Karena itu Ajaran Mahayana adalah ucapan Buddha.
- Mengandalkan Buddhadharma Mahayana menambah rajin dalam membina diri, untuk memperoleh kebijaksanaan tanpa diskriminasi, bisa saling menyembuhkan semua kegalauan, karena itu yakinlah ini ucapan Buddha.
- Dalamnya pikiran Mahayana yang mengarah (Empat jenis pikiran mengarah), bukan hanya sekedar penampakan bahasa yang dapat dimengerti. Tidak harus hanya terpaku dengan hurup dan kebenaran kata-kata (bahasa), apakah ini bukan ucapan Buddha?
《成唯识论》中,圣慈氏以七种因。证大乘经真是佛说。 [1]
一、先不记故。若大乘经非佛说。佛灭度后有余为坏正法故说。何故世尊非如当起诸可怖事先预记别。
二、本俱行故。大小乘教本来俱行。宁知大乘独非佛说?。
三、非余境故。大乘所说广大甚深。非外道等思量境界。彼经论中曾所未说。设为彼说亦不信受。故大乘经非非佛说。
四、应极成故。若谓大乘是余佛说。非今佛语。则大乘教是佛所说。其理极成。
五、有无有故。若有大乘。即应信此诸大乘教是佛所说。离此大乘不可得故。若无大乘。声闻乘教亦应非有。以离大乘决定无有得成佛义。谁出于世说声闻乘。故声闻乘是佛所说。非大乘教不应正理。
六、能对治故。依大乘经勤修行者皆能引得无分别智。能正对治一切烦恼。故应信此是佛所说。
七、义异文故。大乘所说意趣甚深。不可随文而取其义便生诽谤谓非佛语。是故大乘真是佛说。
Ajaran Mahayana adalah diucapkan oleh Buddha
Di dalam Abhidharma Chen Wei Se Lun, YA Maitreya, dengan tujuh jenis sebab, membuktikan Sutra Mahayana benar adalah ucpan Buddha.
- Awalnya tidak diingat, bilamana Sutra Mahayana bukan ucapan Buddha, sebelum Buddha Maha Parinirvana kenapa Beliau tidak ungkapkan ada ajaran kebenaran yang buruk? Kenapa Lokanatha Buddha saat itu tidak mengumumkan, menjelaskan dan mengingatkannya?
- Hakikat praktik, Ajaran Mahayana dan Theravada untuk dipraktikan lengkap, bagaimana tahu Mahayana bukanlah ucapan Buddha?
- Bukanlah ajaran extra/bersisa, Ajaran Mahayana sangat luas dan dalam, bukan aliran sempalan bisa berpikir dan mengukur kadar kualitasnya, Ajarannya di sutra dan abhidharma tidak pernah ada dikatakan (Bukan ajaran Buddha), Pernah diucapkan tapi tidak diyakini. Makanya Sutra Mahayana tidak lain adalah ucapan Buddha.
- Harus sangat berhasil, Bilamana Mahayana adalah ucapan sendiri Buddha, sekarang bukan ucapan Buddha, ajaran Mahayana adalah ucapan Buddha, kebenarannya sangat nyata.
- Ada atau tidak ada, bilamana ada Mahayana, haruslah diyakini adalah ucapan Buddha. Tinggalkan Mahayana tidak diperoleh. Bilamana tiada Mahayana, ajaran Sravakayana pun tidak ada. Dengan meninggalkan Mahayana dipastikan tiada orang yang mencapai Kebuddhaan artinya.Bila tidak ada Kebuddhaan lalu siapakah yang kedunia membicarakan Sravakayana? Karena itu Sravakayana adalah ucapan Buddha, Bukanlah ajaran Mahayana yang tidak sesuai kebenaran.
- Mampu menyesuaikan penyembuhan, andalkan sutra Mahayana rajin membina dapat menghadirkan kebijaksanaan tanpa diskriminasi. Mampu perbaiki dan mengobati semua kerisauan. Karena harus yakin ini adalah ucapan Buddha.
- Makna berbeda dalam sastra, Ajaran Mahayana sangatlah dalam, tidak boleh mengandalkan tulisan saja untuk dapatkan makna tersirat, bisa mudah menghujat ini bukan ajaran Buddha. Karena itu Mahayana benar-benar adalah ucapan Buddha.
《稱讚大乘功德經》『何謂魔軍?惟願世尊哀愍為說。』佛告德嚴華:『若有聞說大乘法教,不生隨喜,不樂聽聞,不求悟入,不能信受,反加輕笑、毀訾、凌蔑、離間、謗讟、捶打、驅擯,應知此等皆是魔軍,是則名為樂非法者、性鄙劣者、求外道者、行邪行者、壞正見者。應知此等謗毀大乘,當墮地獄受諸劇苦;何謂大乘?此大乘名為目何義?』
{Dalam Sutra Memuji Jasa Pahala Mahayana} Ada yang bertanya;“ apa itu tentara Raja Mara? Mohon Bhagava berwelas asih menjelaskannya.” Buddha bersabda ;” ada praktisi yang mendengar ajaran Mahayana, tidak senang, tidak rela mengikuti, tidak mau menerima apalagi berkeyakinan, sebaliknya menertawai, menodai, meremahkan/memandang rendah, mengadu-domba, menfitnah, bertindak dengan kekerasan, inilah ciri-ciri tentara Raja Mara, mereka itu tidak senang dengan Dharma sejati, mereka bertabiat sangat jelek, senang dengan aliran yang sesat, sehingga tersesat, berpandangan keliru, merusak akhlak sendiri, mereka yang menfitnah Mahayana ini, pasti terjerumus ke alam neraka menerima siksaan yang luar biasa. Lalu apa itu Mahayana? Makna apa yang terkandung dalam Mahayana?”
世尊告曰:『善哉、善哉!汝能樂聞大乘功德。諦聽、諦聽,善思念之。吾當為汝分別解說此大乘名所目諸義。此乘綜攝,籠駕弘遠,無所遺漏,故曰大乘。此乘功德甚深微妙過諸數量,故曰大乘。此乘堅固,虛妄分別不能傾動,故曰大乘。此乘真實,窮未來際,無有斷盡,故曰大乘。此乘寥廓該羅法界邈無邊際,故曰大乘。此乘如海吞納,蘊積功德寶聚,故曰大乘。此乘如山作鎮區域,邪徒不擾,故曰大乘。此乘如空包含一切情、非情類,故曰大乘。
Bhagava bersabda ;” sadhu, sadhu, kalian senang mendengar jasa pahala Mahayana, harap merenungi baik-baik, Saya akan menguraikan kepada kalian tentang semua kaidah Mahayana, Mahayana ini meliputi semua sekte yang ada, tak tertinggal satupun, itulah Mahayana.
Jasa pahala Mahayana ini tak terbayangkan oleh nalar manusia, sangat dalam artinya dan memiliki kegaiban yang sangat luar biasa, itulah Mahayana.
Sekte ini sangat kokoh, keteguhan keyakinan tak tergoyahkan oleh khayalan dan perbedaan, itulah Mahayana.
Sekte ini adalah kebenaran yang hakiki, teruji oleh sejarah/waktu, tidak pernah punah, itulah Mahayana.
Sekte ini meliputi seluruh alam semesta. Seisi Alam Karma-dhatu, itulah Mahayana.
Sekte ini bagaikan samudra, menerima apa saja, justru di kedalaman lautan menyimpan banyak Ratna/jasa pahala yang tak ternilai, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti pegunungan menjaga permukiman umat, agar ajaran sesat tak menyusup, itulah Mahayana.
Sekte ini mengayomi semua mahkluk yang berperasaan dan benda mati , itulah Mahayana.
此乘如地,普能生長世、出世善,故曰大乘。此乘如水,等潤一切令無枯槁,故曰大乘。此乘如火,焚滅諸障令無餘習,故曰大乘。此乘如風,掃除一切生死雲霧,故曰大乘。此乘如日,開照群品,成熟一切,故曰大乘。此乘如月,能除熱惱,破諸邪暗,故曰大乘。
Sekte ini ibarat bumi, bisa membesarkan dan merawat semua kehidupan/hayati, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti air, membasahi semua pertumbuhan yang kering kelontang, agar bertunas lagi, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti api, membakar hangus semua kilesa/keruwetan agar tidak tumbuh lagi, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti angin, menyapu bersih kegelapan/misteri kehidupan dan kematian, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti matahari, menerangi batin semua mahkluk agar kokoh tak terombang-ambing. itulah Mahayana.
Sekte ini seperti rembulan, melenyapkan semua kegelisaan dan kegelapan batin, itulah Mahayana.
此乘尊貴,天龍八部咸所敬奉,故曰大乘。此乘恒為諸健達縛歌詠讚美,故曰大乘。此乘恒為四王、梵、釋禮敬尊重,故曰大乘。此乘恒為諸龍神等敬事防守,故曰大乘。此乘恒為一切菩薩精勤修學,故曰大乘。此乘任持諸佛聖種,展轉增盛,故曰大乘。此乘圓滿,具大威德,映奪一切,故曰大乘。
Sekte ini sangat terhormat nan agung, disanjung oleh para dewa naga delapan jenih makhluk/para Dewa Pelindung Dharma, itulah Mahayana.
Sekte ini selalu dipuja puji oleh para Gandha/Asura, itulah Mahayana.
Sekte ini senantiasa disembah oleh Catur –Maharajas Dewa, para Brahma, para murid Buddha, itulah Mahayana.
Sekte ini dilindungi dan dikawal oleh para Dewata dan para Naga, itulah Mahayana.
Sekte ini selalu menjadi ajang pelatihan diri yang intensif oleh para Bodhisattva, itulah Mahayana.
Sekte ini tetap eksistensi melestari dan mengembang ajaran para Buddha, itulah Mahayana.
Sekte ini maha sempurna, memiliki kharismatik yang luar biasa, menyinari dan merebut semua perhatian, itulah Mahayana.
此乘周給一切有情令無匱乏,故曰大乘。此乘威力猶如藥樹救療眾病,故曰大乘。此乘能害一切有情諸煩惱賊,故曰大乘。此乘能轉無上法輪,饒益一切,故曰大乘。此乘微妙甚深,祕密不可宣說,故曰大乘。此乘神用紹三寶種,能使不絕,故曰大乘。此乘能顯世俗、勝義理趣究竟,故曰大乘。此乘能顯諸菩薩行無不具足,故曰大乘。此乘能顯佛地功德無不備悉,故曰大乘。
Sekte ini mempersembahkan semua kebaikan kepada para mahkluk dengan tanpa pamrih, itulah Mahayana.
Sekte ini seperti dewa pengobatan, sangat berkhasiat dalam pengobatan dan ampuh penyembuhan semua penyakit, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu merontokkan semua kilesa yang menyusup, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu memutarkan Roda Dharma yang tiada tara, bermanfaat bagi semua mahkluk, itulah Mahayana.
Sekte ini bermakna sangat dalam dan sangat gaib, susah sekali untuk menjelaskannya, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu melestarikan benih-benih Triratna, agar tak terpupus, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu melihat dengan jelas kebenaran duniawi, dan arti yang hakiki dari Buddha Dharma, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu memberi petunjuk yang sempurna kepada para Bodhisattva, itulah Mahayana.
Sekte ini mampu mempertunjukkan jasa pahala para Buddha yang maha sempurna, itulah Mahayana.
此乘利樂一切有情盡未來際,故曰大乘。此乘至功,能建大義,妙用無盡,故曰大乘。此乘幽玄,下劣意樂,不能信受,故曰大乘。此乘平等,增上意樂,方能信受,故曰大乘。此乘廣大,下愚不測而為輕笑,故曰大乘。此乘尊高上智能達常所寶翫,故曰大乘。此乘超過獨覺乘等最上無比,故曰大乘。』
Sekte ini memberi kontribusi yang terbaik dan luar biasa kepada semua mahkluk di masa-masa yang akan datang, itulah Mahayana.
Sekte ini hebatnya bisa mengurai kaidah yang agung, dapat dicerna dengan akal sehat dan tiada sekatan, itulah Mahayana.
Sekte ini terlalu misterius dan susah dimengerti arti yang sebenarnya, bagi yang akar kebajikannya tumpul tidak akan bisa menerima-Nya, itulah Mahayana.
Sekte ini berkeadilan yang merata, yang ingin kesempurnaan dapat menerimanya, itulah Mahayana.
Sekte ini sangat luas cakupannya, bagi yang pandir karena nalarnya buntu lalu menertawainya, itulah Mahayana.
Sekte ini hanya mereka yang memiliki akar kebajikan tinggi yang bisa mengikuti, itulah Mahayana.
Sekte ini melewati pengetahuan para Sravaka, berdiri tinggi tiada tandingannya, itulah Mahayana.
佛說如是大乘名義、體用、殊勝諸功德時,於此三千大千世界六種震動,空中天樂百千萬類不鼓自嗚,諸妙天華繽紛亂墮。無量天子、無數聲聞聞此法音,覩斯瑞應,皆發阿耨多羅三藐三菩提心。百千俱胝新學菩薩同時證得無生法忍。Sewaktu Bhagava mengurai arti dan kaidah serta jasa pahala dari sekte Mahayana ini, tiga ribu maha-sahasra-lokadhatu bergetar, dari langit terdengar alunan musik dewata yang beraneka macam, bunga devata (puspa – chatra) yang wangi semerbak pelan-pelan turun dari angkasa. Para dewa, para Sravaka yang tak terhitung jumlahnya, mendengar dan menyaksi dengan mata kepala kejadian ini, semuanya terbangkit tekadnya untuk mencapai Anuttara-samyaksambodhi. Bodhisattva pemula yang tak terhitung banyaknya serentak mencapai tingkatan Avinivartaniya (tingkatan yang tidak akan mengalami kemunduran lagi).
爾時阿難即從座起,合掌恭敬而白佛言:『今此法門甚為希有,能普利樂一切有情。當以何名奉持流布?』佛告阿難:『此經名為稱讚大乘功德,亦名顯說謗法業障。以是名字汝當奉持。』時薄伽梵說此經已,阿難陀等無量聲聞、德嚴華等無數菩薩、及諸天人、阿素洛等一切大眾聞佛所說,皆大歡喜,信受奉行。」Pada waktu bersamaan Ananda berdiri, beranjali, menghormati Bhagava dan bertanya: “Ajaran ini sangat langka dan susah untuk ditemui, bisa memberi keuntungan yang nyata kepada semua mahkluk, hendaknya kita memberikan nama apa agar bisa dihayati dan disebar luas?” Bhagava memberitahu Ananda:” Sutra ini diberi nama Pujian Jasa Pahala Mahayana. Atau Buddha bersabda tentang karma berat menfitnah Mahayana, keduanya boleh dipakai untuk ajaran ini atau penghayatan. “Setelah Buddha membabarkan sutra ini, Ananda dan para Sravaka, Bodhisattva yang tak terhitung banyaknya, serta para Dewata, Asura dan semua mahkluk yang hadir pada persamuan tersebut, timbul kegembiraan yang tak terlukiskan, dengan keyakinan penuh menjalankan ajaran ini.”
《地藏菩薩本願經(卷上).閻浮衆生業感品(第四)》:佛告定自在王:「爾時羅漢福度光目者,即無盡意菩薩是。光目母者,即解脫菩薩是。光目女者,即地藏菩薩是。過去久遠劫中,如是慈愍,發恒河沙願,廣度衆生。未來世中,若有男子女人,不行善者、行惡者,乃至不信因果者、邪婬妄語者、兩舌惡口者、毀謗大乘者,如是諸業衆生,必墮惡趣。若遇善知識,勸令一彈指間歸依地藏菩薩,是諸衆生即得解脫三惡道報。」
Dalam Sutra Ksitigarbha Bodhisattva bab 4 tentang hukum sebab akibat bagi makhluk-makhluk di Jambudvipa (alam manusia).
Hyang Buddha memberitahu kepada Bodhisattva Dhyana Svara Raja: “O, Maha Ariya, tahukah anda, Arahat yang membantu Jyotinetra adalah Bodhisattva Aksayamanti sekarang, ibunya Jyotinetra adalah Bodhisattva Vimuktika dan Jyotinetra sendiri adalah Bodhisattva Ksitigarbha sekarang. Disebabkan belas kasihannya, selama berkalpa-kalpa dia telah membuat ikrar yang banyaknya bagaikan butir-butir pasir di sungai Gangga untuk menyelamatkan makhluk hidup”.
Bagi pria dan wanita dimasa akan datang yang tidak berbuat kebaikan dan senang berbuat kejahatan, yang tidak percaya hukum karma, yang suka berbuat asusila, yang suka berdusta, menghasut, mengeluarkan kata-kata kasar, memfitnah Mahayana, orang-orang demikian pasti akan terjatuh ke alam sengsara. Tetapi jika mereka beruntung bisa bertemu dengan kalyanamitra (guru bijak), membimbing/menasehati mereka berlindung kepada Bodhisattva Ksitigarbha bahkan untuk sekejap saja, maka mereka akan memperoleh pembebasan dari penderita di tiga alam sengsara. ”
何謂「大乘」? Apa itu “ Mahayana “?
大乘 即是 一乘 佛性 如來藏
Mahayana adalah Satu yana Hakikat Buddha Tathagata-garbha, (jatidiri para Buddha yang bersifat tunggal ).
● 楞伽阿跋多羅寶經卷第四
Dalam Sutra Leng Chia Ah Pa Luo Pau Cing Bab ke 4.
我為彼眾生 破壞諸煩惱 知其根優劣 為彼說度門。非煩惱根異 而有種種法。唯說【一乘法】是則為大乘。
Aku (Buddha) demi menolong semua mahkluk, melenyapkan kilesa/kegelisahan mereka, karena tahu di antara mereka ada yang akar kebajikannya sangat tumpul, maka membimbing mereka dengan cara Upaya Kausalya, bagi yang akar kebajikan tinggi, membabarkan banyak metode, tapi hanya metode “ Satu yana” adalah Mahayana.
● 說妙法決定業障經
Dalam Sutra Sad Dharma Pundarika mengurai tentang kepastian hukum karma.
十三者菩薩奉持 是名大乘。十四者成就【佛性】是名大乘。十五者賢聖歸依 是名大乘。
No. 13, Para Bodhisattva berpegang teguh itulah Mahayana; No. 14, Menemui jatidirinya disebut Mahayana; No. 15, Tempat berlindung para suciwan dan para bijaksana dinamakan Mahayana.
● 合部金光明經卷第一
Dalam Sutra cahaya keemasan jilid pertama,
是身因縁 境界處所 果依於本 難思量故。若了義説 是身即是大乘。是如來性。是【如來藏】。
Badan kasar berjodoh dan beradaptasi dengan lingkungan, tapi buah karma terjadi karena adanya “niat”, memang tak terbayangkan/unprediksi. Jikalau berbicara tentang melampaui kebenaran umum atau Dharma yang bisa membawa kita keluar dari 6 alam tumimbal lahir, badan kasar itu adalah Mahayana, memiliki sifat Tathagata atau Tathagata-garbha.
《大乘 即是 三乘》
Mahayana adalah Triyana.
● 大寶積經卷第一百一十九
Dalam Sutra Maharatnakuta. Bab 119.
聲聞獨覺 皆入大乘。而大乘者 即是佛乘。是故三乘 即是一乘
Para Arahat dan Prayetka-Buddha, memasuki pintu Mahayana. Mahayana adalah Buddhayana, karenanya Triyana adalah Ekayana.
● 妙法蓮華經 譬喻品第三
Dalam Saddharma Pudarika Sutra bab perumpamaan ke 3.
初說【三乘】引導眾生。然後但以【大乘】而度脫之。何以故。
如來有無量智慧 力無所畏 諸法之藏。 能與一切眾生【大乘】之法。 但不盡能受。
舍利弗。 以是因緣。當知諸佛方便力故 於【一佛乘】分別說三。
Pada awalnya membimbing para mahkluk/umat dengan metode Tri-yana, kemudian membebaskan mereka (dari 6 alam tumimbal lahir) dengan Mahayana, kenapa? Buddha/Tathagata memiliki prajna/wisdom yang tak terbayangkan, metode dan kemampuan yang tak terbatas, tiada yang bisa menghalangi, membagi ajaran Mahayana kepada semua mahkluk, tapi tidak semuanya bisa menerima. Oh, sariputra,oleh karena itu, maka para Buddha membabarkan Dharma dengan upaya kausalya, membimbing dengan Triyana dan terakhir menuntun ke jalan Mahayana.
● 佛說長阿含經卷第二
Buddha membabar Sutra Agama jilid ke 2
佛爲海船師 法橋渡河津。【大乘道】之輿 一切渡天人 亦爲自解結 渡岸得昇仙。都使諸弟子 縛解得涅槃。
Buddha ibarat nahkoda, Dharma adalah jembatan bagi penyeberang. “ Norma Mahayana” menuntun semua orang dan para dewata, melepaskan ikatan-ikatan, sampai ke pantai bahagia, agar para murid Buddha, membebaskan diri dari sekatan-sekatan sampai mencapai Nirvana.
● 大方廣總持寶光明經卷第四
Sutra Ta Fang Kuang Cung Che Pao Kuang Ming Cing, bab ke 4
若行波羅蜜多行 則能隨順此【大乘】。若能隨順此大乘 則能隨順供養佛。若得隨順供養佛 則得智慧志堅固。
Jikalau menjalani Sarva Paramita, dengan mudah bisa mengikuti ajaran Mahayana. Bisa mengikuti Mahayana, akan banyak memberikan persembahan kepada para Buddha, bisa mengadakan persembahan yang berlimpah ruah, akan mendapatkan Prajna/kebijaksanaan luhur yang solid.
● 佛説普曜經卷第一
Sutra Fo Shuo Phu Yao Cing bab ke 1
聲聞縁覺 其猶兎馬。雖度生死 不達法本。
菩薩【大乘】 譬若白象。解暢三界 十二縁起 了之本無。救護一切 莫不蒙濟。
Para Sravaka seperti kuda dan kelinci, meskipun sudah melewati 6 alam tumimbal lahir tapi belum dapat menemui jatidirinya yang sebenarnya.
Para Bodhisattva Mahayana ibarat gajah putih, mengerti betul keabstrakan di Triloka dhatu dan 12 faktor berkaitan (Dvadasanga-pratitya-samutpada), menolong dan melindungi semua makhluk dengan tanpa pamrih.
● 大方等大集經卷第三十一
Sutra Ta Fang Ten Ta Ci Cing, bab ke 31
聲聞乘者即是【大乘】。大乘者即聲聞乘。如是二乘 無有差別。
Sravakayana adalah Mahayana. Mahayana adalah Sravaka, keduanya tiada perbedaan.
● 大寶積經卷第一百一十九
Dalam Sutra Maharatnakuta. Bab 119.
聲聞獨覺 皆入【大乘】。而大乘者 即是佛乘。是故三乘 即是一乘。證一乘者 得阿耨多羅三藐三菩提。
Para Arahat dan Prayetka-Buddha, akhirnya sama-sama memasuki pintu Mahayana. Mahayana adalah Buddhayana. Oleh karena itu, meskipun ada Triyana, sebenarnya hanya Ekayana saja. Siapa saja yang bisa membuktikan kebenaran ini, pasti mencapai tingkatan Anuttara Samyaksambodhi.
● 大般若波羅蜜多經卷第四百九十五
Dalam Maha Prajna Paramita Sutra jilid 495
汝從前來 所說種種 大乘之義,皆順般若波羅蜜多 無所違越。
若說【大乘】 則說般若波羅蜜多,若說般若波羅蜜多 則說大乘,如是二名 義無異故。
Sejak dulu mengulas bermacam-macam arti Mahayana, harus sesuai dengan kaidah Prajna Paramita, jangan melenceng. Andaikata mengurai kaidah Mahayana berarti berbicara tentang Prajna Paramita, memaparkan arti Prajna Paramita seperti menjelaskan semangat Mahayana. Jadi keduanya sama hanya berbeda nama saja.
● 妙法蓮華經卷第一
Dalam Sad-Dharma Pundarika Sutra bab 1
我此九部法 隨順衆生説入【大乘】爲本 以故説是經
有佛子心淨 柔軟亦利根無量諸佛所 而行深妙道 爲此諸佛子 説是大乘經。
Saya punya Sembilan bagian Dharma, menyesuai dengan kondisi/kemampuan para makhluk, tujuan akhirnya yaitu memasuki pintu Mahayana, inilah sutra yang disabdakan.
Ada umat hatinya bersih, lembut dan akar kebajikannya tinggi, mereka itu telah pernah bernaung belajar dengan banyak Buddha pada kelahiran dulu, menghayati Dharma yang sungguh gaib (makna sebenarnya tersembunyi) dan dalam (tak terbayang oleh nalar manusia) artinya, pada kelompok umat ini para Buddha akan membabarkan ajaran Mahayana.
● 大般涅槃經卷第二十五
Dalam Sutra Maha Parinirvana jilid ke 25.
菩薩了知 一切眾生 皆歸一道。一道者謂【大乘】也。諸佛菩薩 為眾生故 分之為三。
Para Bodhisattva mengerti bahwa semua mahkluk akan bergabung menjadi satu/bhineka tunggal eka. Yang dimaksud satu atau eka itu adalah Mahayana. Para Buddha dan Bodhisattva untuk membimbing para makhluk, maka dibagi jadi tiga kelompok Ajaran.
● 增壹阿含經卷第三十三
Dalam Sutra Cen Yi Ah Han Cing, jilid 33.
有比丘不知法者 不知十二部經。 此非比丘也。
Andaikata ada bhiksu tidak mengerti Dharma, tidak belajar 12 bagian Sutra, mereka itu bukan bhiksu tulen.
● 大乘大集地藏十輪經卷第三
Dalam Sutra Ta Sheng Ta Ci Ti Cang Se Lun Cing bab ke 3
於大乘相應正法 誹謗遮止 命終當墮 無間地獄 經劫受苦 不可療治
Bagi mereka yang terang-terangan menfitnah dan menghalang-halangi ajaran Mahayana yang tulen, setelah meninggal dunia pasti terjerumus ke Neraka Avici menerima siksaan yang luar biasa dan tak bisa ditolong.
● 大乘大集地藏十輪經卷第六
Dalam Sutra Ta Sheng Ta Ci Ti Cang Se Lun Cing bab ke 6
若於三乘 隨輕毀一下至一頌 若有親近 或同事業 俱定當墮無間地獄
或復親近 謗三乘人 諮稟聽受 由此因緣 皆定當墮無間地獄 受大苦惱 難有出期。
Bilamana sembarangan merendahkan, menyindir dengan berpantun atau iseng-iseng meleceh para Triyana kepada para kerabat dan kolega, karmanya masuk ke neraka Avici.
Atau sengaja mendekati mereka dengan tujuan menfitnah, pura-pura bertanya dan menerima, tapi melencengkan artinya, perbuatan ini pasti tersiksa di neraka Avici untuk jangka waktu yang panjang, susah mendapat amnesty (keluar dari neraka).
● 佛般泥洹經卷上
Sutra Pan Ni Huan Cing, jilid pertama
其有比丘疑言是 非真佛經。 不樂經者 諸比丘 當逐出之。
Jikalau ada bhiksu sangsi ragu berkata ini bukan kitab sutra Buddhis asli, dan tidak senang dengan pelajaran Dharma, bhiksu tersebut semestinya dikeluarkan dari keanggotaan sangha.
● 佛般泥洹經卷上
Sutra Pan Ni Huan Cing, jilid pertama
比丘惡者 不樂經 不持戒 壞敗善比丘。 諸比丘 當共逐出。
Bhiksu jahat tidak senang pelajaran Dharma, tidak mau melaksanakan sila dan vinaya, senantiasa merusak dan merongrong kesucian bhiksu baik, maka para bhiksu jahat itu harus diusir keluar dari keanggotaan Sangha.
● 妙法蓮華經 方便品第二
Sad-Dharma Pundarika Sutra. Bab ke 2
當來世惡人 聞佛說一乘 迷惑不信受【破法墮惡道】。
Pada masa yang akan datang makin banyak orang jahat mendengarkan Buddha bersabda ajaran Satu Yana (Mahayana) begitu bodoh tidak bisa menerimanya. (menghancurkan Dharma pasti terjatuh di alam celaka)
● 佛藏經. 淨戒品第五
Sutra Fo Cang Cing, Bab Cing Cie Phing jilid 5
心不通達 無上菩提 教語諸人 非佛所說 , 【佛說是人 則為謗法 應當滅擯 是等比丘】。
Hati tidak menembusi dan mencapai, tingkatan Anuttara Bodhi, dengan ucapan mengajarkan orang lain, bukanlah ucapan Buddha. (Buddha berkata: orang tipe ini, hanya bisa menfitnah Dharma/pelintir dharma sejati, bhiksu tersebut harusnya diusir )
● 大般涅槃經卷第七
Dalam Sutra Maha Parinirvana jilid ke 7
若有説言 佛説中道 一切衆生 悉有佛性 煩惱覆故 不知不見。是故應當 勤修方便 斷壞煩惱。 若有能作 如是説者 當知是人 不犯四重。若不能作 如是説者。是則名爲【犯波羅夷】。
Jikalau Buddha berkhotbah, pasti mengulas jalan tengah. Semua mahkluk hidup memiliki benih-benih keBuddhaan, karena tertutup oleh kilesa, maka benih-benih keBuddhaan ini tidak bisa bertunas, oleh karena itu, hendaknya banyak melatih diri, rajin melenyapkan kilesa.
Bagi mereka yang bisa mengamalkan Pancasila Buddhis, pasti tidak melanggar 4 sila berat yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah dan tidak berdusta. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak bisa mengamalkan Pancasila Buddhis, disebut Parajika/pelanggar sila berat.
● 大般涅槃經卷第八
Dalam Sutra Maha Parinirvana jilid ke 8
如來之性 亦復如是 於諸經中 最尊最上。【若有誹謗 當知是人 與牛無別】。
Jatidiri Tathagata, seperti tertera dalam kitab suci, paling tinggi dan terhormat. (kalau ada yang menfitnah, orang tersebut sama dengan hewan sapi)
● 大般涅槃經卷第十七
Dalam Sutra Parinirvana jilid ke 17.
説言無道 菩提 涅槃。【當知是輩 名一闡提 魔之眷屬 名爲謗法。如是謗法 名謗諸佛】。 Sebenarnya jalan kebodhian sampai mencapai nirvana tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata ( ada segelintir orang, dinamakan Ecchantika atau icchantika (keras kepala) mereka itu sebenarnya sanak saudara Mara, dinamakan sengaja datang merusak Dharma, demikian menfitnah Dharma dinamakan menfitnah para Buddha.)
● 大般涅槃經卷第二十六
Dalam Sutra Maha Parinirvana jilid 26
以不自信 有佛性故 即墮三惡。【墮三惡故 名一闡提】。
Bagi yang tidak yakin dirinya ada benih-benih keBuddhaan, gampang terjerumus ke tiga alam samsara. ( Terjatuh di 3 alam celaka dinamakan Icchanti )
大乘大集地藏十轮经卷第六; 有依行品第四之二
Dalam Sutra Ta Sheng Ta Ci Ti Cang Se Lun Cing bab ke 6, yu yi xing phing she ce er
善男子,汝观如是刹帝利等无量有情,亲近如是破戒恶行非法器僧,退失一切所有善法,乃至当堕无间地狱。是故欲得上妙生天涅槃乐者,皆应亲近承事供养胜道沙门,咨禀听闻三乘要法,或求示道、命道沙门。
若无如是三道沙门,当于污道沙门中求。虽复戒坏,而有正见,具足意乐及加行者,应往亲近承事供养、咨禀听闻三乘要法,不应亲近承事供养加行、意乐及见坏者。
彼虽戒坏,而无邪见,意乐、加行、见具足故,应诣其所,咨禀听闻声闻乘法、独觉乘法及大乘法,不应轻毁。于三乘中,随意所乐,发愿精进随学一乘,于所余乘不应轻毁。若于三乘随轻毁一,下至一颂,不应亲近,或与交游,或共住止,或同事业。若有亲近,或与交游,或共住止,或同事业,俱定当堕无间地狱。
Wahai putra yang budiman, coba kalian amati dalam kasta ksatria (kepala dan anggota lembaga pemerintahan), kasta ksatria ini banyak yang bernaung dibawah bhiksu jahat yang tiada taat pada vinaya, dan tindak tanduk mereka bertendensi pada kejahatan, menolak semua ajaran suci, nantinya pasti terjerumus ke neraka Avici. Jikalau mereka ada yang sadar dan berkehendkan agar terlahir ke alam dewa/khayangan atau memasuki Nirvana, hendaknya mendekati diri dan memberi persembahan kepada anggota sangha yang suci, memohon dan mendengar esensi ajaran Triyana, meminta petunjuk tentang jalan pelatihan diri yang benar.
Jikalau tiada bhiksu suci (yang sudah melepas diri dari kemelekatan, perbedaan dan kegelapan batin), bernaunglah di bawah bimbingan bhiksu dunia fana ini. meskipun vinaya tulen sudah luntur, tapi mereka masih memiliki pandangan benar, bagi yang senang dan hendak bergabung, hendaknya mendekati diri dan memberi persembahan, bertanya dan mendengar ajaran hakiki Triyana, jangan berpandangan negatif.
Bhiksu kelompok ini memang kurang ketat bervinaya, tapi tidak berpandangan sesat atau negatif, bersuka-cita menjalani kehidupan dan bertambah giat berlatih diri, teori dan praktik sejalan, maka patut bernaung disana, mendengar dan menerima ajaran Arahat, Prayetka Buddha dan Bodhisattva serta Mahayana. Pantang meremeh atau menjelek-jeleki Tri-yana, mengikuti ajaran Tri-yana, sesuka hati dan menyenangkan, berikhtiar belajar ekayana dengan virya/semangat tinggi, dan tidak mengejek ajaran lain.
Jikalau ada kelompok bhiksu sembarangan menjelek-jeleki salah satu sekte atau yana, mungkin hanya iseng-iseng, maka jangan mendekati mereka, jangan bergaul atau berhubungan dengan mereka, jangan tinggal bersama mereka, atau jangan berusaha bersama mereka. Jangan sampai terjerumus bersama mereka ke neraka Avici….
Akibat Memfitnah dan Merendahkan Dharma
Untuk memahami sebab akibat merendahkan dan memfitnah Buddhadharma, silakan menyimak tulisan dengan teliti dan cermat, semoga bermanfaat dan bertambah bijaksana dalam bersikap perilaku terhadap ajaran Buddhadharma yang beragam.
《大般涅槃经卷第九·如来性品第四之六》
善男子。有一阐提作罗汉像。住于空处诽谤方等大乘经典。诸凡夫人见已皆谓真阿罗汉是大菩萨摩诃萨。是一阐提恶比丘辈住阿兰若处。坏阿兰若法见他得利心生嫉妬。作如是言所有方等大乘经典悉是天魔波旬所说。亦说如来是无常法。毁灭正法破坏众僧。复作是言波旬所说非善顺说。作是宣说邪恶之法。是人作恶不即受报。如乳成酪灰覆火上愚轻蹈之。如是人者谓一阐提。是故当知大乘方等微妙经典必定清净。如摩尼珠投之浊水水即为清。大乘经典亦复如是。复次善男子。譬如莲花为日所照无不开敷。一切众生亦复如是。若得见闻大涅槃日。未发心者皆悉发心为菩提因。是故我说大涅槃光所入毛孔必为妙因。彼一阐提虽有佛性而为无量罪垢所缠。不能得出如蚕处茧。以是业缘不能生于菩提妙因。流转生死无有穷已.
Di dalam Sutra Maha Parinirvana, bab ke 9, Ru Lai Xing Phing yang ke 4 dan 6, di sabdakan: Putra berkebajikan, ada pelaku Icchanthi menyerupai arahat, menetap di angkasa raya memfitnah Sutra Vaipulya ajaran Mahayana. Para orang awam melihatnya seperti benar-benar arahat atau bodhisattva mahasattva. Adalah icchanthi bhiksu jahat yang tinggal di arama, merusak arama, bilamana melihat orang memperoleh keberuntungan hatinya muncul keiri hatian. Berbuat demikan mengatakan Sutra Vaipulya Mahayana adalah Dewa Mara Boxin yang katakan, juga berkata Tathagata adalah dharma tidak kekal, merusak dan melenyapkan kebenaran Dharma dan menghancurkan kelompok Sangha. Mengatakan ini adalah Duplikat yang diucapkan Mara Boxin bukan para kebajikan yang mengatakan. Berbuat dan menyebarkan kata adalah dharma sesat dan jahat. Orang ini melakukan kejahatan tidak takut menerima balasan karma. Bagaikan susu sudah menjadi keju yang dibakar api menjadi abu terbang ringan menari. Demikian orang tersebut sebagai icchanthi. Oleh sebab itu, ketahuilah Mahayana Sutra Vaipulya yang ajaib dipastikan murni, bagaikan Manikam dimasukan ke air kotor, air tersebut menjadi murni. Sutra-sutra Mahayana juga demikian. Selanjutnya Putra berkebajikan, misalnya bunga teratai diterangi oleh matahari tiada yang tidak mekar. Semua makhluk juga demikian. Bilamana melihat dan mendengarkan matahari Maha Nirvana, yang belum mengembangkan pasti mengembangkan hati untuk sebab Kebodhian. Oleh karenanya Saya katakan Cahaya Maha Nirvana yang memasuki pori-pori untuk sebab ajaib. Karena pengaruh Ichanthi walaupun ada hakikat Buddha menjadi terjerat oleh kejahatan dan kekotoran yang tidak terukur. Tidak dapat keluar bagaikan ulat sutra yang tinggal dikepompong. Karenanya karma jodohnya tidak dapat muncul terhadap sebab keajaiaban Bodhi. Mengalami arus dan berputar dalam kelahiran dan kematian yang tidak berakhir.
《大佛頂如來密因修證了義諸菩薩萬行首楞嚴經(卷第八)》:「若沈心中,有謗大乘,毀佛禁戒,誑妄說法,虛貪信施,濫膺恭敬,五逆十重,更生十方阿鼻地獄。循造惡業,雖則自招,衆同分中,兼有元地。」Dalam Sutra Surangama bab ke 8, disabdakan; “ Jikalau dengan sengaja menfitnah Mahayana, melanggar pantangan sila yang sudah digaris bawahi oleh Buddha, berbual tentang Dharma, serakah, mengharapkan sedekah dan penghormatan yang berlebihan, melanggar lima Garuka karma dan sepuluh perbuatan karma berat, setelah meninggal dunia pasti masuk ke neraka Avici. Sendiri/satu orang berulang kali berbuat dan hasil kejahatan/ perbuatan dinikmati oleh sekelompok orang, maka sama-sama harus menanggung karma dosa itu.”
《佛說大乘隨轉宣說諸法經(卷上)》:「善男子!往昔世中一類比丘,于佛教法不生愛樂,不修梵行,不護尸羅,毀謗大乘,虛食信施,無有慚愧,遠善知識,常黨惡人,上品貪毒,人皆避見,愚癡惡作,失袈裟服,墮在地獄九十俱胝百千劫受大苦惱;畢是罪已,復受六十百千俱胝劫苦中極苦,不可比喻。後遇勸慧比丘種種開示,說有如來應供正等正覺,清淨教乘令生信解。」
Sutra Fo Shuo Ta Chen Sui Cuan Sien Shuo Cu Fa Cing bab pertama, disabdakan: “ Pria yang budiman, pada kelahiran dulu ada sekelompok bhiksu, tidak senang menerima ajaran Buddha, tidak membina diri dalam kesucian, tidak patuh kepada sila atau vinaya, menfitnah Mahayana, berharap sedekah dari umat, tidak tahu malu, tidak mau dibimbing oleh kalyana mitra (Pakar Kebajikan Dharma), berkelompokan dengan orang jahat, mengumbar permintaan yang berlebihan, sehingga umat tidak mau menemuinya. Karena kegelapan batin melakukan perbuatan jahat, lalu dipecat dari keanggotaan Sangha (kehilangan Jubah Cia Sha), setelah meninggal dunia terpelosok ke neraka menerima siksaan penderitaan besar yang maha panjang waktunya (berkalpa-kalpa lamanya), selesai menjalani hukuman di neraka, mesti menerima lagi siksaan di alam samsara lain (alam setan gentayangan dan alam binatang) yang tak kalah lamanya, sungguh tak bisa dilukiskan dengan kata-kata atau bahasa. Kemudian bertemu dan dibimbing oleh bhiksu suci Bhiksu Chuin Hui dengan berbagai khotbah Dharma, tentang kesempurnaan Tathagata yaitu mencapai Anuttara Samyak Sambodhi, ajaran murni membimbing mereka jadi yakin dan mengerti.
《菩薩善戒經(卷第十).優波離問菩薩受戒法》:「菩薩欲受菩薩戒時,先當觀察,若不信者不應從受。慳者、貪者、不知足者,破戒、污戒、不敬重戒,喜貪瞋者、無忍辱者、不能爲他遮罪咎者,懈怠、懶墮、貪受世樂、樂說世事,乃至不能一念之頃念于三寶,疑網癡闇,不能讀誦菩薩法藏、菩薩摩夷及生誹謗,如是之人不應從受。既受戒已,不應向彼不信者說,乃至不向謗大乘者說。何以故?若不信者,以是因緣墮地獄故,是故菩薩不應向說,若說得罪。菩薩定知向彼說,能破彼人惡口、惡業及不信心,說則無罪。」 Dalam Sutra Pu Sha San Cie Cing (Jilid 10), Upali bertanya tentang Bodhisattva sila:”sebelum menerima Bodhisattva sila, seseorang harus mencermati diri dulu, kalau kurang yakin jangan mengikuti. Mereka yang kikir dan tamak, tidak bisa berpuas diri, melanggar dan melecehkan sila, remeh terhadap vinaya berat, serakah tamak dan pemarah, yang tidak bisa menahan diri, tidak bisa bertoleransi, pemalas, rela terjerumus, senang pada kenikmatan duniawi, senang bergossip, tidak bisa manut kepada Triratna untuk sekejap pun, sangsi dan ragu yang berlapis-lapis, tidak mau membaca sutra Mahayana, malahan menfitnah, manusia semacam ini tidak boleh menerima Bodhisattva sila.
Bagi yang sudah menerima Bodhisattva sila, janganlah bercerita kepada mereka yang bukan selevel (sama-sama praktikkan sila), apalagi mereka yang memfitnah Mahayana, kenapa? Karena bagi mereka yang tidak percaya, pasti akan ikut-ikutan menfitnah dan akhirnya jatuh ke alam neraka, kasihanilah mereka, lebih baik tidak berbicara. Kalau seorang Bodhisattva bisa meyakinkan mereka, agar mereka tidak menjelek-jeleki, tidak gegabah bertindak dan bisa timbul keyakinan terhadap Triratna, itu boleh.”
《大乘大集地藏十輪經》佛云:「善男子!有諸衆生於聲聞乘、獨覺乘法未作劬勞正勤修學。如是衆生根機未熟,根機下劣,精進微少。若有爲說微妙甚深大乘正法,說聽二人俱獲大罪,亦爲違逆一切諸佛。」
Dalam Sutra Ta Chen Ta Ci Ti Cang Se Lun Cing “Bhagava bersabda: “ Pria yang budiman, terdapat banyak praktisi Sravaka belum mantap melatih diri dalam tingkatan Sravaka-yana dan Pratyeka-Buddha-yana. Mereka itu akar kebajikannya lemah atau masih prematur, bermalas-malasan dan belum mantap. Tapi apabila mereka sembarangan menyampaikan ajaran Mahayana yang maha agung dan maha gaib, yang menyampaikan dan menerima Dharma sama-sama harus menanggung karma buruk, karena salah persepsi, dan bertentangan dengan narasi para Buddha.”
《大乘方广总持经》:若有众生于佛所说言非佛说及谤法僧。而此谤者当堕恶道受地狱苦。Di dalam Sutra Ta Cheng Fang Kuang Cung Che Cing, disabdakan: Bilamana ada makhluk-makhluk terhadap ucapan Buddha dikatakan bukan ucapan Buddha selanjutnya memfitnah Dharma dan Sangha, pelaku menfitnah tersebut akan terjatuh di alam celaka menerima penderitaan neraka.
《涅槃經》云:“迦葉,世間眾生有三種病,極難消除,一謗大乘法,二造五無間罪,三生邪見。此三病,於此世間,極難對治,聲聞、緣覺及菩薩亦不能除之。” Di dalam Sutra Nie Phan Cing (Sutra Nirvana), disabdakan: Kassapa, makhluk-makhluk di dunia memiliki tiga jenis penyakit, sangat sulit dilenyapkan, 1. Memfitnah Dharma Mahayana; 2. Menciptakan kejahatan Lima Garuka Karma; 3. Memunculkan pandangan sesat. Tiga penyakit ini, di dunia ini sangat sulit disembuhkan, Kaum Sravaka, Pratyekha Buddha dan Bodhisattva pun tidak bisa melenyapkannya.
《楞嚴經》(卷第八):「若沈心中,有謗大乘,毀佛禁戒,誑妄說法,虛貪信施,濫膺恭敬,五逆十重,更生十方阿鼻地獄」Sutra Shurangama, bab ke 8, disabdakan: di dalam hati yang terdalam ada fitnah Mahayana, merusak Buddha punya larangan dan sila, dengan sok penuh khayalan bicara Dharma, khayalan serakah terhadap sumbangan umat, menghormat tidak pandang bulu, ciptakan 5 garuka karma dan sepuluh kejahatan berat, mudah dilahirkan di sepuluh penjuru neraka Avici.
《大般涅槃經(卷第十四).聖行品》:迦葉菩薩白佛言:「若有誹謗大乘經者,當以勢力摧之令伏;既摧伏已,然後勸之令讀《大涅槃經》。若有愛樂大乘經者,我躬當往恭敬、供養、尊重、讚歎。」Sutra Ta Pan Nie Phan Cing, bab ke 14 bagian Shen Sing Bab, disabdakan: Chia Ye Pusha bertanya kepada Buddha: Bilamana ada yang memfitnah Sutra Mahayana, gunakan kekuatan untuk menghancurkan, jika sudah di hancurkan, kemudian mengajaknya untuk membaca. Sutra Maha Nirvana. Bilamana ada yang suka dengan Sutra Mahayana, saya sedang di hutan pun akan menuju untuk memberikan hormat, berdana, memuliakan dan memujinya.
《無上依經(卷上).菩提品》:佛告阿難:「世間中有三品衆生:一者、著有,二者、著無,三者、不著有無。著有者,復有二種:一者、背涅槃道,無涅槃性,不求涅槃,願樂生死;二者、于我法中不生渴仰,誹謗大乘。阿難!是等衆生非佛弟子,佛非大師,非歸依處。如是人等已住愚盲,必墮嶮怖大闇之中,于曠野地更入黑穢棘刺稠林,以生死縛作于後際,落闡提網不能自出。Sutra Wu Sang Yi Cing, bagian atas, Pu Thi Phing. Buddha memberitahukan kepada Ananda: di dalam dunia ada tiga kelompok tingkatan makhluk-makhluk: 1. Terikat ada; 2. Terikat tidak ada; 3. Tidak terikat ada dan tiada. Terikat ada, ada dua jenis: 1. Membelakangi jalan Nirvana, tiada karakteritik Nirvana, tidak memohon ke Nirvana, tekadnya dan senang dengan kelahiran dan kematian; 2. Terhadap saya punya Dharma tidak muncul takjub (berkesan), memfitnah Mahayana. Ananda! Makhluk-makhluk ini bukanlah siswa Buddha, mereka mengatakan juga Buddha bukan Guru Besar, bukan tempat berlindung. Demikianlah orang dan lainnya sudah melekat kepada kebodohan dan buta. Pasti terjatuh ketempat yang berbahaya dan ketakutan yang dilanda kegelapan besar. Ke tempat hutan belantara memasuki hutan gelap kotor berduri, menjadikan keterikatan kelahiran dan kematian, setelahnya, terjatuh dalam jeratan Icchanthi (kebodohn parah) tidak bisa keluar.
《佛光大辭典》所寫〈誹謗正法〉:
梵語 Saddharma-pratiksepa。略稱謗法、破法、斷法。
謂破壞 佛說之正法,主要係指誹謗大乘經典非 佛所說。
謂不信般若、法華、無量壽等大乘經典,且加以毀呰誹謗者,斷盡一切善根,墮入大地獄。
菩薩善戒經以誹謗正法為菩薩八波羅夷(八重戒)之一;梵網經卷下以誹謗三寶為菩薩十波羅夷之一。
蓋誹謗正法,汎論之有兩種:
(一)不信大、小二乘之法,遂疑惑誹謗。
(二)不信大乘經典為佛所說而誹謗之;或見人讀誦、書寫、受持大乘經典而懷輕賤、憎嫉之心。
所以,各位善信和三寶弟子們,千萬不可誹謗大乘啊!Di dalam kamus Fo Kuang, ditulis Memfitnah Dharma Benar, Dalam bahasa Sansekerta “Saddharma-pratiksepa” di artikan: Memfitnah Dharma, Menghancurkan Dharma, dan Melenyapkan Dharma. Dikatakan Merusak Buddha bicara Dharma benar, intinya merujuk memfitnah Sutra Mahayana adalah bukan ucapan Buddha. Tidak yakin kepada Prajna Sutra, Saddharma Pundarika Sutra, Sutra Wu Liang Sou dan lainnya sebagai Sutra-sutra Mahayana, malah menambahkan untuk merusak dan memfitnah, melenyapkan sampai habis semua akar kebajikan, terjatuh memasuki Neraka besar. Di dalam Sutra Pu Sha San Cie Cing, dengan memfitnah Dharma kebenaran adalah pelanggaran Bodhisattva parajika sila (8 Sila Berat), di dalam Sutra Fan Wang Cing bab bawah, dengan memfitnah Triratna adalah pelanggaran salah satu Bodhisattva sila 10 parajika.
Kesimpulan yang memfitnah Dharma benar, teori umumnya ada 2 jenis:
- Tidak yakin ajaran Besar (Mahayana) dan ajaran kecil (Hinayana), Dharma dua yana, menjadi keraguan atau memfitnahnya.
- Tidak yakin kepada Sutra-sutra Mahayana yang Buddha sabdakan, malahan memfitnahnya. Atau melihat orang membaca atau menjapa, menulis buku, menerima dan mempraktikkan Sutra Mahayana malahan merusak dan merendahkan, hatinya benci dan sirik.
Karena itu, para pelaku kebajikan dan berbudi, jangan dan tidak boleh memfitnah Ajaran Mahayana!
大乘经典,不管是佛说,或化佛说,或大菩萨说,或声闻说,或诸得道天说,都是为佛所印证的,皆属大乘. Sutra-sutra Mahayana, tidak permasalahkan apakah Buddha yang ucapkan, penjelmaan Buddha yang ucapkan, atau Maha Bodhisattva yang ucapkan, atau Sravaka yang ucapkan, atau para Suciwan Dewa yang ucapkan, semua oleh Buddha sudah dikonfirmasikan (dibuktikan) adalah dikelompokan ke dalam ajaran Mahayana.
《妙法決定業障經(一卷)》,爾時夫人白佛言:「何者邪魔眷屬?」佛告夫人:「敷演大乘經典之處,若有衆生聞說大乘,心不樂聞,調弄誹謗,當知則是邪魔眷屬。誹謗大乘經典心故,死墮阿鼻,受苦無量;復生餓鬼,食火屎尿;無量劫中受苦畢已,後生人中,盲、聾、喑、啞病癩不具。此等衆生命終之後,經無量生,方得值遇如來,親承供養。於諸佛所還復得聞大乘經典,純一無雜。爾時如來於諸毛孔普出言音,一一毛孔出無量億百千法光,復生無量法音偈贊。時此會中若有聲聞,則聞聲聞乘法;若有緣覺乘人,則聞緣覺乘法;若有大乘行人,則聞大乘妙法。鳥狩之類各隨其音而聞佛法。於此會中所有衆生,過去未曾耳聞佛法,皆見如來默然不語。其餘衆生過去曾謗大乘經故,雖於多劫墮在地獄、餓鬼受苦,由謗法時大乘入耳,是故佛所親聞大乘,心生歡喜,而發無上菩提之心,究竟成就阿耨多羅三藐三菩提。」
Di dalam Sutra Miao Fa Cie Ting Ye Cang Cing, bab 1, disabdakan: ketika perempuan itu bertanya kepada Buddha dengan berkata: bagaimana kah yang disebut “Keluarga Mara yang sesat? Buddha memberitahukan kepada perempuan tersebut: Dimana tempat ada kegiatan atau penampilan Sutra Mahayana tersebut, bilamana ada makhluk-makhluk mendengar dan berkata tentang Mahayana Buddhis, tetapi hatinya tidak senang mendengar, sebaliknya yang didapatkan adalah fitnahan, ketahuilah ini adalah keluarga Mara sesat. Hati yang memfitnah sutra Mahayana, setelah mati masuk ke neraka Avici, menerima penderitaan tidak terukur, kemudian terlahir sebagai setan kelaparan, memakan api, air kencing; selama kalpa tidak terukur menerima penderitaan, bila sudah habis, kemudian terlahir jadi orang, tetapi mengalami kebutaan, tuli dan gagu dan penyakit tidak tersembuhkan. Ini semua makhluk-makhluk setelah mati melewati kelahiran yang tidak terukur, baru dapat bertemu dengan Tathagata, mendekati-Nya dan berdana, terhadap para Buddha kembali mendengarkan Sutra Mahayana, terfokus tidak kacau. Ketika itu Tathagata yang memiliki pori-pori secara universal mengeluarkan suara dan musik, setiap pori-porinya mengeluarkan tidak terukur milyaran ratusan ribu sinar Dharma, kemudian memunculkan tidak terukur suara-Dharma gatha dan pujian. Saat itu di dalam Pasamuan bilamana ada Sravaka, mereka mendengarkan Dharma Sravakayana; Bilamana ada orang Pratyeka Buddhayana, mereka akan mendengarkan Dharma Pratyeka Buddhayana; Bilamana ada Praktisi Mahayana mereka mendengarkan Dharma ajaib Mahayana. Berbagai buruan burung yang beraneka jenis masing-masing mendengar Buddhadharma, di dalam Pasamuan tersebut ada makhluk-makhluk, masa lalunya belum pernah mendengarkan Buddhadharma, tetapi terlihat Tathagata diam tidak berbicara. Makhluk makhluk tersebut di masa lalu pernah memfitnah Sutra Mahayana, walaupun sudah banyak kalpa terjatuh di neraka, setan kelaparan menerima penderitaan, karena saat memfitnah Dharma Mahayana memasuki telinga. karena itu.
Saat Buddha babarkan mendekati dan mendengar ajaran Mahayana, hati muncul kegembiraan, dan mengembangkan hati Anuttara Kebodhian, akhirnya mencapai Samyaksambodhi.
《入大乘論》所言:“誹謗大乘法,決定趣惡道。”Di dalam Abhidharma Ru Ta Sheng Lun, dikatakan: memfitnah Dharma Mahayana, dipastikan terjatuh ke alam celaka”
Negara Buddhis Mahayana Versus Negara Buddhis Theravada
Umumnya Negara-negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Buddha Mahayana, seperti Tiongkok, Korea, Jepang, Hongkong, Singapur dan lainnya. Negara tersebut maju tumbuh berkembang dan kaya raya; Sedangkan negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Buddha Theravada umumnya negara-negara tersebut tertinggal dan terbelakang. Kenapa demikian? Ajaran Mahayana banyak Bodhisattva yang mencari keluh kesah penderitaan semua makhluk, Mereka para Bodhisattva walau batinnya sudah mencapai tahapan Nirvana, tapi tekad dan karyanya selalu membimbing dan menolong semua makhluk, sehingga rakyat merasa terlindungi dan dibimbing oleh para Bodhisattva, tentu efeknya bangsa dan negaranya bisa maju dan rakyatnya bisa hidup makmur. Lagi Umat Mahayana dijelaskan dan diajarkan memiliki surga Dewa, surga Bodhisattva, surga Buddha dan Nirvana, sedangkan Umat Theravada hanya dijelaskan dan diajarkan hanya memiliki surga Dewa dan Nibbana saja. Jadi umat Buddha Mahayana banyak pilihan. (Maaf kenyataan ini tidak terbantahkan.)
Dalam Tradisi Mahayana Buddhis Muncul 8 Sekte, yaitu:
1. Sekte Yogacara/Dharmalaksa/Vijnanavada (Wei She Cung/唯識宗/Hoso)
Di India sekte ini disebut Yogacara atau Vijnanavada.Bermula dari Arya Asanga abad V Masehi yang menyusun Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen).Sastra lainnya yang ditulis beliau adalah Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen Luen).Terjemahan ke dalam bahasa Tionghoanya di lakukan oleh Buddhasanta,Paramartha dan Suan Cuang.
Isi dari sastra-sastra tersebut menerangkan : Vijnana Citta,Sad Paramitha,Sila Samadhi,Prajna serta Dasabhumi dan Tri-Kaya.
Aliran ini adalah suatu sekte Mahayana yang khusus menganalisa tentang objek-objek mental dan fenomena,sehingga sukar dimengerti oleh awam.Adanya 5 kelompok dan 100 dharma(Keberadaan Elemen/Mental), yaitu:
Kelompok I : 8 Cittadharma (mind)
Kelompok II : 51 Caitasika Dharma (mental function)
Kelompok III : 11 Rupa Dharma (Form-Element)
Kelompok IV : 24 Citta Viprayukta (Sankhara-Things not associated with – Mind)
Kelompok V : 6 Asankrta Dharma (non created elements)
Jadi keseluruhan ada 100 Dharma. Aliran Yogacara ini juga berpedoman pada Sandhi Nirmocana Sutra, Dasabhumi Ka Sastra,Vijnapti Matrada Sidhi karya Dharmapala terjemahan Suan Cuang.Pada Masa Sekarang Sekte ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan hanya terbatas pada kaum intelektual saja.
2. Sekte Tri-Sastra (San Luen Cung /三論宗/San Ron Shyu)
Aliran ini di India disebut Madyamika juga di sebut Sunyatavada.Aliran ini di India dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalitta dan Bhavaviveka dan akhirnya Candrakirti.DiTiongkok dipelopori oleh Kumarajiva (Abad V).
Aliran ini berpedoman pada tiga buah sastra Yaitu:
Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna.
Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen/Sastra 12 bagian)Karya Nagarjuna
Sata-Sastra (Pai Luen/Sastra dari 100 bagian) karya Arya Deva.
Tiga pokok Utama dari Madyamika adalah :
Menyangkal yang keliru dan menegakkan yang benar.
Penekanan pada arti penting terhadap Samvrti-satya/Semutti-sacca dan Paramartha-satya/Paramatha-sacca.
Delapan Metode untuk menyangkal secara dialektik, yaitu :Tidak lahir, Tidak sama, Tidak lenyap, Tidak Berbeda, Tidak langgeng, Tidak datang, Tidak putus, Tidak pergi
Kedelapan metode tersebut merupakan suatu cara yang dialektif untuk menganalisa dan mengerti suatu masalah.
Penekanan Samvrti-satya ialah: Semua kebenaran umum bila dilihat dan ditinjau secara umum adalah benar,tetapi dilihat dan ditinjau secara kebenaran absolut/kebenaran akhir (Paramartha-Satya) adalah tidak benar.
Sekte ini begitu menitik-beratkan pada metode analisa dan perenungan,sehingga susah dicerna oleh umat awam.Sekte ini pada saat ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhist dan hayna terbatas untuk kaum intelektual saja.
3. Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung/華嚴宗/Kegonshyu)
Sekte ini berasal dari Tiongkok dan tidak terdapat di India.Sekte ini bersumber pada Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing) Sutra Lingkaran Bunga,sebuah sutra besar dari Mahayana.Sutra ini sangat sulit untuk dimengerti dan memerlukan kebijaksanaan yang tinggi untuk mencernanya.
Secara Legendaris dikisahkan bahwa setelah pencapaian Samyak-sambodhi oleh Buddha Gautama,beliau menerangkan isi sutra tersebut namun sayang sutra tersebut hanya dapat dipahami oleh beberapa murid-murid utamaNya.Tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut.Sehingga sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga dan Sang Buddha berpesan kepada Raja Dewa Naga kelak ada seorang murid beliau yang akan mengambilnya.Setelah 500 tahun Sang Buddha parinirvana,Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut.Sutra tersebut aslinya berbahasa Sangskerta.Sebagian sutra ini telah hilang akibat pergolakan politik dan agama di India dan sebagian berhasil diselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa Tionghoa oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna.Pembentukan aliran ini dipelopori oleh Biksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 557-640 Masehi.
Sekte ini menekankan pada pengertian terhadap Dharmadhatu yang dapat diartikan sebagai Kebenaran Akhir.Disamping itu pengertian terhadap Dasabhumi juga di tekankan.Pembagian waktu terhadap ajaran Sang Buddha.
Ajaran ini juga menerapkan ajaran Hinayana dan Mahayana. Seperti:
Ekayana dari Avatamsaka.Dalam hal ini Ekayana diajarkan dengan metode yang sama serta sejajar dengan triyana(Tiga pelajaran) Yaitu : Hinayana,Mahayana yang bertahap dan ajaran Pelaksanaan segera Mahayana.
Ekayana dari Avatamsaka yang berdiri sendiri.Disini ekayana Avatamsaka lebih tinggi daripada yang lain serta adanya keharmonisan yang total dari ekayana.
Dewasa ini Sekte Avatamsaka hanya aktif di Jepang daripada di Tiongkok sendiri. Di Jepang pusat dari sekte ini berada di Vihara Todaiji di Nara.Ajaran-ajaran dari sekte ini juga dapat dipelajari di perguruan tinggi buddhis dan dikuasai kaum intelektual.
4. Sekte Thien Thai (Thien Thai Cung /天臺宗/Tendaishyu)
Ini adalah sebuah Sekte Mahayana yang besar dan berpengaruh di Asia.Sekte ini terbentuk di bumi Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang,Tiongkok Timur yaitu Gunung Thien Thai (Panggung Sorgawi).
Di gunung ThienThai ini secara resmi Biksu Ce Khai (531-597) guru besar Thien Thai mendirikan sekte ini.Sebelum beliau telah ada dua orang biksu intelektual lainnya.Hui Wen (510-557) dan Hui She (514-577) yang meratakan jalan dan merintis berdirinya sekte ini.
Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Fa Hua Cing), Amitartha Sutra ( Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing).
Disamping itu ada 3 tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh. Hui Wen, Hui She dan Ce Khai yaitu :
Fa Hua Wen Cii (Words and Phrases of the Lotus)
Fa Hua Suen I (Profound meaning of the Lotus)
Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana Vipasyana/Mahayana method of cessation and contemplation)
Selain itu sekte ini juga berpedoman pada Maha Prajna Paramita Sutra,Mahayana Sradhotpada Sastra serta sutra-sutra lainnya.Dapat dikatakan Thien Thai merupakan sebuah aliran Buddhis besar yang memadukan bermacam-macam cara sehingga terbentuklah keharmonisan yang agung.Dalam sekte ini terdapat cara yang mempelajari sutra dan sastra,bhakti-puja,pembacaan doa,pengulangan sutra,mantra,dharani serta menitik beratkan Sila dan Samadhi agar mencapai Prajna.
Sama halnya dengan Sekte Avatamsaka,Sekte Thien Thai juga mengenal klarifikasi 5 Pembagian Waktu terhadap ajaran Sang Buddha sebagai berikut:
- Periode Avatamsaka : Dimana selama 3×7 hari Sang Buddha menerangkan
Dharma yang amat sukar di mengerti oleh umat awam,hanya dimengerti oleh para Bodhisatva dan para makhluk agung lainnya. - Periode Agama Sutra: Dimana selama 12 tahun Sang Buddha menerangkan Dharma yang dimengerti oleh umat awam.dan ini di mulai dari Taman Rusa waktu Asadha dengan Dharmacakra Pravartana Sutra.
- Periode Vaipulya Sutra: Selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan apa yang tercantum pada ? Lankavatara Sutra?,?Vimalakirti Nirdesa Sutra?, ?Suvarnaprabhasa Sutra?,serta sutra-sutra lainnya.
- Periode Prajna Paramita Sutra : Dimana selama 23 tahun Sang Buddha menerangkan Maha Prajna Paramita Sutra dengan Prajna dan Sunya menerangkan Dharma.
- Periode Sadharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra: Dimana selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan Saddharma Pundarika Sutra.Namun sehari sebelum parinirvana beliau sempat menerangkan Nirvana Sutra.
Aliran Thien Thai menerangkan adanya Ekayana (Kenderaan Tunggal) menganggap Hinayana dan Mahayana adalah satu dari kesatuan yang tak terpisah.Semua ajaran Sang Buddha adalah sama atau disebut Buddhayana. Disamping itu juga menerangkan Triyana (Tiga Kenderaan) secara sementara. Yaitu:
- Sravakayana : Mereka yang mendengarkan Dharma kemudian berusaha.
- Pratyekayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan usaha sendiri.
- Bodhisatvayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan jalan bodhisatva.
Sebenarnya ketiga Yana tersebut hanyalah dipakai sebagai bahan pengajaran dan bimbingan yang pada akhirnya akan menuju Ekayana (Kenderaan Tunggal)/Buddhayana(Kenderaan Buddha).
5. Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/密宗(真言宗/Shingoshyu)
Adakalanya Sekte Tantra dianggap berdiri sendiri, tetapi adakalanya sekte Tantra digolongkan ke Mahayana.Dalammembahas Sekte Tantra,kita akan membahas 2 macam Tantra Buddhis. Yang Pertama dapat kita katakan Tantra Timur dan yang Kedua Tantra Tibet. Sedangkan Tantra Timur terbagi 2 lagi yaitu Tantra yang ada pada Sekte Thien Thai dan Tantra yang ada pada aliran Cen Yen yang kemudian dibawa ke Jepang dengan nama Shingoshyu.Yang Dimaksud Tantra Tibet adalah Tantra yang diterapkan di Tibet,Mongolia,Bhutan dan Nepal serta di wilayah sekitarnya.
Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika 3 orang Guru Besar Tantra datang dari India.Mereka Adalah:
Subhakarasinha (San Wu Wei 637-735 M)Pada tahun 716 M beliau tiba di Chiang An setelah belajar di Nalanda.Pada tahun 725 M beliau bersama I Cing menterjemahkan sutra Tantra yang terkenal yaitu Maha Vairocana Sutra (Ta Re Ju Lai Cing).
Vajrabodhi ( Cin Kang Che 663-723 M ).Beliau juga pernah belajar di Nalanda dan pada tahun 720 M menerjemahkan Vajrasekhara Sutra (Cing Kang Ting Cing) ke dalam bahasa Tionghoa.
Amoghavajra ( Pu Khung 705-774 M) Beliau adalah murid Vajrabodhi dan pada tahun 746 tiba di Chang an.
Tantra Tibet: Pada tahun 747 M Guru Padmasambhava (Lien Hua Seng Ta She) tiba di Tibet.Pada saat itu di Tibet terjadi pergolakan agama tradisi yang disebut Bon-pa. Dimana tradisi Bon-pa sangat menerapkan pelajaran ilmu-ilmu sesat yang menghalalkan segala cara termasuk persembahan manusia sebagai korban dengan ritual-ritual yang memakai darah dan tulang serta mengharuskan incest (berhubungan sex dengan orangtua,atau saudara sendiri sehingga melahirkan anak yang dimana dewa-dewa Bon-pa akan menitiskan ilmu tersebut.Bagi anak hasil hubungan tersebut adalah anak yang akan dijadikan semacam Brahmana bila dikasta Hindu).
Setelah kedatangan Guru Padmasambhava ke Tibet untuk mengenapi Perjanjian beliau dikehidupan masa lalu bersama saudara-saudaranya.Akhirnya GuruPadmasambhava berhasil menundukkan agama pribumi yang dikatakan sesat tersebut dan terbentuklah perpaduan yang harmonis dengan Buddhisme. Makanya didalam Tantra Tibet kadang terdapat ritual memakai darah dan tulang.
Buddha Rupang,Bodhisatva rupang,Vajra rupang maupun Rupang-rupang ritual-ritual Buddhis lainnya terkesan Sangar dan berwajah Kejam dan memang begitulah rupang-rupang tersebut untuk menundukkan Dewa-dewa Bon-pa yang tak akan bisa lagi ditundukkan dengan wajah Metta-Karuna.Kemudian tradisi Rupang tersebut dipertahankan sampai sekarang.Konon pengikut-pengikut Bon-pa yang tak mau bertobat di bumi hanguskan semua oleh Padmasambhava kemudian menyeberangkan arwah-arwah mereka ke Sorga Sukhavati dengan Abhina Tantra yang dimiliki oleh beliau.Bagiyang belum memiliki kebijaksanaan tinggi tentu akan bertanya,Mengapa? Inilah Tantra alias Ajaran Rahasia.karena tidak semua orang itu bijaksana,apabila ajaran ini tidak dirahasiakan,maka setiap makhluk yang kebijaksanaannya belum mencapai batas target yang diminta untuk menerima ajaran rahasia ini dan bila dipaksakan akan menjadi sesat dan tak waras.Makanya Sang Buddha pernah mengatakan tak ada lagi ada secuilpun ajaran yang kusimpan maupun yang kurahasiakan.Karena ajaran rahasia telah diwariskan oleh Sang Buddha kepada orang yang patut untuk mendapatkannya.
Jadi Sang Buddha tidak berbohong dan yang menerima warisan Tantra juga tak berbohong.Karena setelah 500 tahun Sang Buddha Parinirvana ajaran Tantra baru mulai dikembangkan,mungkin pesan dari Sang Buddha kepada PewarisNya karena WAKTU untuk mengembangkan ajaran Tantra belum tiba saatnya.
Logikanya bila kita mendapat 10 soal ujian,apabila kita hanya bisa menjawab 3 soal dari 10 soal tersebut,apakah guru kita akan memberi nilai 100 kepada kita? Tentu saja kita tak pantas mendapatkannya karena kepintaran dan kebijaksanaan kita hanya mendapat nilai 30. Apakah dengan nilai 30 kita akan menjadi juara umum? Tentu saja tidak.Apakah pantas kita untuk mendapat bea siswa karena mendapat nilai 30? Jawabannya juga tidak.Jadi yang mendapat ajaran rahasia dari Sang Buddha juga hanya orang yang pantas mendapatkannya.Dan orang yang tak mendapatkannya hanya bisa berdebat dengan memakai sutra-sutra Sang Buddha sendiri untuk menjelekkan yang mendapatkan Tantra tersebut.Konon di kisahkan Y.M Rahula anak beliau sendiri yang mendapatkan pengetahuan Tantra ini karena beliau yang terkemuka dalam hal-hal yang eksoterik ini,namun sayang mengenai Y.M Rahula yang terkenal dengan melakukan kebaikan hanya terdapat catatan kecil mengenai diri beliau.Cullarahulavada Sutta (Majjhima Nikaya) mengenai nasehat kecil untuk Rahula yang mencapai pencerahan seketika setelah beliau menerima nasehat dari Sang Buddha.Di hutan Andha ini Sang Buddha memberi Nasehat Kecil kepada beliau dan nasehat kecil itu apa? Namanya Ajaran Rahasia tentu harus dirahasiakan dong,kalau tidak udah gak rahasia lagi. Y.M Kassapa mendapatkan ajaran dari hati ke hati. Jadi setiap siswa-siswa Sang Buddha mempunyai kelebihan dibidang masing-masing.Y.m Anuruddha mempunyai Debbacakkhu (Mata Dewa).Dengan Mata Dewa beliau dapat mengetahui di sorga mana Sang Buddha berkhotbah dan siswa mana yang mendampingi beliau saat mengajarkan Dharma,kadang Y.M Sariputra,kadang YM.Subukti,Kadang Y.M Moggalana.Setiap Dharma yang diucapkan Sang Buddha saat mengajar di alam Sorga di ceritakan oleh YM.Anuruddha kata demi kata kepada Y.M Ananda untuk mengingatnya.
Intinya kita tidak boleh mengintimidasi sekte-sekte yang telah ada.Kadang saya sering mendengar ocehan dan ejekan tentang penghinaan pada sekte tertentu. Terus-terang pelanggaran ini juga termasuk memecah belah Sangha.Garuka Karma.Jangan gara-gara iseng kita dilahirkan dialam neraka dalam waktu berkalpa-kalpa.
Perkembangan Tantra di Tibet dapat dibagi menjadi tiga periode:
Masa permulaan
Masa pertengahan dan pembaharuan
Masa Permulaan gelar Dalai Lama diabad XVII hingga sekarang.
Adapun Sekte-sekte yang ada pada aliran Tantra Tibet adalah:
Sekte Nin-ma-pa: Ini biasanya disebut pengikut jubah dan topi merah.Sekte ini didirikan oleh Guru Padmasambhava dan Santarakshita pada tahun 749 M
Sekte Kah-Dam-pa: Ini dipelopori oleh Atisa pada tahun 1035 M.
Sekte Ge-Lug-pa: Ini biasanya juga disebut dengan Lama yang bertopi dan berjubah kuning.Sekte ini adalah sekte pembaharuan yang di pelopori oleh Tsong-kapa pada abad XV.Dan Y.M Dalai Lama berasal dari sekte ini.
Sekte Kar-gyu-pa: Sekte ini didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Dan tokoh yang terkenal dalam sekte ini adalah MILAREPA.
Sekte Sakya-pa : Sekte ini didirikan oleh Lama Konmeho-oggyal-po pada tahun 1072M.
Secara teknik dan filosofis diantara sekte-sekte ini tidaklah terdapat perbedaan.
Mereka hanya berbeda didalam penerapan dan metode yang berbeda.
Ada 4 macam tingkat Tantra Tibet yaitu:
Tingkat Pemula:
Kriya Tantra
Carya Tantra
Tingkat Lanjutan:
Yoga Tantra
Anuttara Tantra
Kitab Suci Buddhis di Tibet merupakan salah satu kumpulan kitab suci Buddhis yang kaya raya.Kedudukan kitab suci Tibet tak kalah penting dengan kitab berbahasa Pali maupun bahasa Tionghoa. Kumpulan kitab suci bahasa Tibet disebut Kah-Gyur ( Sebagian besar terjemahan bahasa Sanskerta dan sebagian kecil terjemahan bahasa Tionghoa) dan Tan-Gyur (Komentar/Tafsiran).
Kah-Gyur terdiri atas 3 bagian:
Dul-Va (Vinaya) : Terdiri dari 13 bagian.Peraturan-peraturan yang berasal dari kaum Sarvastivada serta adanya juga Vinaya untuk Biksuni.
Do (Sutra) : Terdiri dari 66 bagian yang mencatat ajaran Sang Buddha. Seperti juga sutta-sutta Pali dan Tionghoa.Dojuga diawali dengan Evam Maysu Tram (Demikianlah yang telah kudengar)
Cho-Non-Pa (Abhidharma) : Terdiri dari 21 bagian. Disamping ketiga bagian tersebut masih adalagi yang disebut Rgyud (Tantra),yang terdiri dari 22 bagian serta mencatat tentang upacara,doa-doa,dharani-dharani,mudra-mudra,mandala-mandala dan lain sebagainya.
Tantrayana Di Bumi Nusantara dengan adanya candi Borobudur dan candi Mendut serta candi-candi lainnya baik yang dipulau Jawa maupun Sumatera dan pulau lainnya.Sangat jelas membuktikan bahwa Tantrayana pernah berkembang baik di Bumi Nusantara ini.
Pada tahun 414 M.Seorang Bhiksu Tionghoa yang bernama Fa Shien mencatat dalam bukunya ‘Fo Kuo Ci’ hanya mengatakan sedikit tentang aktifitas Buddhis di Bumi Nusantara, terutama di Pulau Jawa.
Pada abad VII seorang Biksu Tionghoa lainnya yang bernama I Tsing dalam bukunya ‘Nan Hai Ci Kuei Nie Fa Cuan’ (A record of the Buddhism Religion as practised in India and the Malay Archipelago,Translate by J.Takakusu 1896) mengatakan bahwa Buddhisme sangat berkembang dengan pesat sekali terutama Sekte Tantra di Pulau Sumatera. Karya Sastra mengenai Tantrayana di Pulau Jawa yang ditulis dalam Bahasa Jawa kuno (Kawi) ‘Sang Hyang Kamahayanikan’ juga berisi ajaran Tantra.
6. Sekte Dhyana (Chan Cung/Zen/禪宗)
Sekte ini lebih dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen.Sekte Zen banyak menarik perhatian kaum intelektual,seniman dan kaum muda-mudi di dunia barat maupun di Timur.Meskipun pengikut sekte Zen tidak dapat dihitung secara kuantitas kehadiran mereka cukup berarti.
Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi dari kata ‘Chan’ (tionghoa) Dhyana (Sanskerta) yang dapat diartikan Meditasi. Secara legendaris dikisahkan: Pada ketika dalam pertemuan Dharma Sang Buddha berkumpul dengan para siswaNya.Padawaktu itu itu datanglah seorang Brahmana yang memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang Buddha seraya berharap Sang Buddha menerangkan Dharma.
Pada saat itu Sang Buddha tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan tak ada seorang siswapun yang mengerti.HanyaMaha Kassapa yang mengerti,ketika beliau melihat wajah Sang Buddha yang tersenyum dalam meditasi dan memancarkan sinar.Maha Kassapa juga ikut tersenyum.Kemudian berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kassapa, Engkaulah Maha Kassapa yang dapat mengerti pelajaran tersebut,dan pelajaran tersebut diwariskan kepadamu.Inilah yang sering dikatakan sebagai pelajaran yang diberikan dari hati ke hati dan tidak melalui kata-kata (ucapan).
Sekte Zen lahir dan tumbuh di bumi Tiongkok ketika pada tahun 520 M. Bodhidharma (Ta Mo Ta She) seorang Biksu India anak seorang Bangsawan India yang datang ke Tiongkok untuk memperkenalkan Sekte tersebut.Silsilah dari sekte Zen (Pewaris Jubah dan relik Sang Buddha)dapat kita lihat sebagai berikut :
- Sakyamuni Buddha
- Maha Kassapa
- Ananda
- Sanavasa
- Upagupta
- Dhritaka
- Micchaka
- Buddhanandi
- Buddhamitra
- Biksu Parsva
- Punyayasas
- Asvaghosha
- Kapimala
- Nagarjuna
- Kanadeva
- Arya Rahulata
- Samghanandi
- Samghayasas
- Kumarata
- Jayata
- Vasubhandu
- Manu
- Hakkenayasas
- Biksu Simha
- Vasasita
- Punyamitra
- Prajnatara
- Bodhidharma (Ta Mo Cu She)
Setelah kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok juga dikenal sebutan enam Patriarch sebagai berikut:
Patriarch I : Boddhidharma
Patriarch II : Hui Khe
Patriarch III : Shen Chie
Patriarch IV : Tao Sin
Patriarch V : Hung Jen
Patriarch VI : Hui Neng
Setelah Patriarch VI Master.Hui Neng,semua sistim Patriarch di tiadakan, ini disebabkan tak ada lagi yang harus dipertahankan Jubah maupun relik Sang Buddha yang pada saat generasi Patriarch I Bodhidharma dimana banyak yang mengincar jubah dan relik Sang Buddha terutama Biksu kerajaan yang agak sesat Liu She San Cang. Mungkin untuk meneruskan tradisi Bodhidharma meneruskan kepada Hui Khe dan seterusnya sampai kepada Master Hui Neng yang menurut beliau sifat-sifat manusia masih penuh dengan Lobha, Dosa dan Moha,banyak murid yang mengincar kedudukan sebagai seorang Patriarch sehingga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran.Ada versi yang mengatakan Jubah Sang Buddha kemudian di titipkan kepada Raja Sakka Dewata yang kemudian dibawa Raja Sakka ke sorga Tusita untuk di teruskan kepada Bodhisatva Maitreya.
Setelah Master Hui Neng ada beberapa Zen Master yang cukup terkenal antaranya adalah: Master Han san, Fa Jung, Ma Tsu dan Upasaka Ph’ang serta lain-lainnya. Dasar Filsafat Zen sering diungkapkan sebagai berikut:
Diberikan diluar pelajaran,Tanpa menggunakan kata-kata tulisan,Langsung diarahkan ke hati manusia,mengenal sifat sejati itu sendiri dan menjadi Buddha.
Didalam Zen Buddhisme,upacara-upacara agama dan ritual-ritual agama tidak begitu diperhatikan.Pembakaran Dupa Wangi dan lilin juga dilakukan hanya sekali-kali.Mereka juga mengulang Sutra-sutra tapi itu juga bukan merupakan suatu ikatan.Bagi mereka meditasi adalah bagian dari kehidupan mereka.Namun meditasi tak menjamin seseorang menjadi Buddha.Segala sesuatu harus diresapi dan direalisasikan agar dapat menghayati segala sesuatu apa adanya dan setiap momen kehidupan.
Mereka begitu menyintai ketenangan,keheningan serta keindahan alam karena hal-hal tersebut banyak membantu mereka untuk mencari diri pribadi dan mengenal diri sendiri dan tentu saja mereka juga sangat menjunjung tinggi moral dan Vinaya.Tanpa meninggalkan sifat-sifat sejati ajaran Sang Buddha mereka menerapkan metode yang alamiah dan menyerapi setiap ajaran Sang Buddha.
Bagi Zen,semua sutra-sutra Buddhist adalah Kitab Sucinya.Namun dapat dikatakan tidak ada satupun sutra-sutra tersebut yang dipegang erat-erat.Karena menurut mereka segala sesuatu yang terpenting adalah penghayatan isi sutra dan bukan menghafal kata-katanya.Namun ada beberapa sutra yang bisa dikatakan sumber bagi Zen Buddhisme:
Lankavatara Sutra (Diterjemahkan oleh Buddhabadra ke bahasa Tionghoa)
Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
Sutra Altar Patriarch VI (oleh Master Hui Neng)
Vimalakirti Nirdesa Sutra ( Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
Surangama Sutra (Diterjemahkan oleh Siksananda)
Sekte Zen telah menurunkan berbagai seni budaya Timur seperti: Seni melukis,Upacara minum teh,Seni merangkai bunga (Ikebana),Seni memanah,seni memahat, dan lain lain.
7. Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung /淨土宗/Jodoshyu)
Sekte ini adalah suatu sekte dari aliran Mahayana yang sangat populer dan dianut oleh berjuta-juta umat Buddhis di Asia.
Sekte Sukhavati adalah sebuah sekte yang menitik beratkan puja-Bhakti kepada Amitabha Buddha.Beliau berdiam di sebuah Sorga yang disebut Sukhavati yang berada disebelah Barat dari loka dunia ini.
Sekte ini tidak begitu menekankan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra atau meditasi.Apabila ada umat yang melakukan juga akan lebih baik. Tetapi yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan Maha Maitri Karuna Amitabha Buddha serta Bodhisatva Mahasatva lainnya.Karena dunia penuh dengan ketidak kekalan dan penderitaan sedangkan manusia tak sepenuhnya berhasil mengatasinya.Oleh karena itu segala macam pemikiran-pemikiran logika telah dikesampingkan.Yang terpenting adalah penyerahan diri dan bertobat dan mengulangi sebutan atau Zikir dengan Nama Buddha Amitabha (Namo Amithofo) agar timbul Saddha (Keyakinan) dan Maitri Karuna yang tak terbatas untuk akhirnya dijemut oleh Amitabha Buddha dan para Bodhisatva Mahasatva ke dalam Sorga Sukhavati agar terlepas dari Tumimbal lahir di alam Samsara dan berusaha melatih diri untuk mencapai Anuttara Samyaksambodhi di Sorga Sukhavati.
Ada 3 Sutra yang dijadikan pedoman sekte Sukhavati ini adalah:
Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra( O Mi Tho Cing)
Maha Sukhavati Vyuha Sutra (Wu Liang Sou Cing)
Amitayus Dhyana Sutra (Kuan Wu Liang Sou Cing) Disamping itu pemujaan dan Bhakti Puja terhadap Kuan Im Phu Sah (Avalokitesvara) dan Ta She Ce Phu Sah (Mahastamaprapta).
8. Sekte Vinaya (Lii Cung/ 律宗/Ritsusyu)
Sesuai dengan mazhab ini menitik beratkan pada Vinaya.Sekte ini di Tiongkok di pelopori oleh Biksu Tao Shu An pada periode Dinasti Tang (abad VI M). Pada sekte Vinaya terdapat apa yang disebut Catuh-Vinaya (She Fen Lii) yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
Sarvastivada Vinaya (Se Th’ung Lii) diterjemahkan ke dalam 61 Chuan/Bab pada 404-406 M.Oleh Punyatara.
Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) diterjemahkan ke dalam 60 bab pada 405 M.Oleh Budhayasas.
Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) diterjemahkan ke dalam 40 bab pada 405 M.Oleh Buddhabadra.
Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii) diterjemahkan ke dalam 30 bab pada tahun 423 M oleh Buddhajiva.
Susunan dari vinaya tersebut terdiri dari 250 pasal sebagai berikut:
Parajika 4 Pasal
Sanghavasesa 13 Pasal
Aniyata 2 Pasal
Naihsargika-prayascittika 30 Pasal
Prayascitta 90 Pasal
Pratidesaniya 4 Pasal
Siksakaraniya 100 pasal
Adhykarana-Samadha 7 Pasal
Selain itu berdasarkan Brahmajala Sutra (Fan Wang Cing) Dikenal juga dengan Bodhisatva Sila (Phu Sa Cie) Yang terdiri dari 58 Pasal:
Garukapatti 10 pasal
Lahukapatti 48 pasal
Diharuskan Ciak Cai/Vegetarian)
Pengertian terhadap Vinaya bukan berarti orang harus terikat pada kalimat Vinaya.Tetapi yang terpenting adalah penghayatan terhadap jiwa/semangat Vinaya itu sendiri.Pada umat awam yang dianjurkan untuk menerapkan Pancasila Buddhis pada kehidupan sehari-hari itu bukan berarti mencocokan kalimat demi kalimat,tetapi yang terpenting adalah penghayatan dalam pelatihan diri.
PARA BODHISATTVA MAHAYANA
Para Bodhisattva Mahayana begitu banyak dalam ajaran Buddha Mahayana, mereka semuanya menapak 52 tingkatan Bodhisattva untuk mencapai Kebuddhaan; Dimulai para Bodhisattva; 10 tingkatan Keyakinan Bodhisattva, 10 tingkatan Kemantapan Bodhisattva; 10 tingkatan Pelaksanaan Bodhisattva; 10 tingkatan Pelimpahan Jasa Pahala Bodhisattva; 10 tingkatan Dasabhumika Bodhisattva; Menjadi Calon Buddha, dan akhirnya mencapai Anuttara Samyak Sambodhi (Sempurna jadi Buddha).
Banyak pula sesudah mencapai Kebuddhaan turun tahta lagi bersedia menjadi Bodhisattva, karena Bodhisattva memiliki hati cinta kasih dan welas asih universal yang tidak terbatas. Pada umumnya bila dunia samsara masih adanya keluh kesah penderitaan dan kebodohan, maka mereka peduli dan terpanggil untuk membimbing dan menolongnya. Para Bodhisattva walaupun sudah mencapai kesucian tidak memasuki Nirvana secara total, melainkan kembali ke dunia samsara untuk membimbing dan menolong semua makhluk agar bebas dari bodoh dan derita. Mengingat keterbataskan jumlah halaman Majalah harmoni, maka hanya diperkenalkan 4 Bodhisattva agung, yaitu:
AVALOKITESVARA BODHISATTVA
Parnashavari Sutra, disabdakan: Bila dapat dengan ketulusan dan penuh konsentrasi melafalkan nama Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva, oleh karena Avalokitesvara tiada melepaskan Pranidhana Maha Karuna-Nya (Ikrar Welas AsihNya), Beliau akan muncul dalam berbagai tubuh, dapat memenuhi harapan semua makhluk, dapat mencabut penderitaan dan melindungi dunia, dapat memelihara dan mensejahterakan, dapat memusnahkan segala racun, penyakit jahat maupun jin jahat. Mampu memusnahkan pisau, pemukul maupun segala senjata berbahaya. Mampu memusnahkan bencana air dan api. Mampu memusnahkan semua kutukan maupun guna-guna. Mampu memberikan simabandhana bagi suatu daerah”.
Sutra Ekadasamukha Avalokitesvara Mantra, disabdakan: “Sungguh sulit dapat memperoleh kesempatan mendengar Nama Avalokitesvara . Bila ada orang melafalkan Nama Buddha yang jumlahnya tak terhingga, atau ada orang yang melafalkan Nama Avalokitesvara. Berkah pahala keduanya adalah sama”.
Karandavyuha Sutra, disabdakan: Berkah pahala yang didapatkan dari mempersembahkan kasaya dan jubah surgawi yang indah, makanan minuman, obat, tempat berbaring maupun tempat duduk, kepada Para Tathagata yang banyaknya bagaikan butiran pasir sungai Gangga, tiada bedanya dengan berkah dari ujung sehelai rambut Avalokitesvara. Dan lagi, Putra yang budiman! Bila keempat benua, dalam setahun 12 bulan., siang dan malam turun hujan lebat, Aku dapat menghitung tiap tetesnya: Sedangkan, wahai Putra yang berbudi! semua pahala Avalokitesvara Aku-pun tidak sanggup menghitungnya: Putra yang berbudi! Bagaikan empat buah samudera yang dalam dan luasnya 84.000 yojana, Aku dapat menghitung tiap tetes airnya: Putra yang berbudi! Aku tidak sanggup menghitung berkah pahala dari Avalokitesvara. Buddha memberitahukan pada putra yang berbudi : “Bukan hanya Aku seorang, bahkan bila Para Tathagata yang jumlahnya tak terhingga dari berbagai dunia semua berkumpul pada satu tempat, tidak sanggup menghitung berkah pahala dari Avalokitesvara Bodhisattva”
Sutra Dharani Ekadasamukha disabdakan: Pada saat itu Avalokitesvara mengatakan kepada Sang Baghavan, O Baghavan, bila terdapat putra maupun putri berbudi dan semua makhluk, siang dan malam tulus melafalkan NamaKu, semua akan memperoleh tingkatan Avaivartika (tak mundur), dalam kehidupan saat ini terhindar dari segala penderitaan dan kerisauan, semua halangan, semua bahaya, dan melenyapkan semua karma buruk jasmani ucapan dan pikiran.”
Mahakaruna Dharani Sutra disabdakan: Para manusia dan dewa senantiasa memberikan persembahan, melafalkan namaNya dengan penuh konsentrasi dan ketulusan, memperoleh berkah yang terhingga, melenyapkan karma buruk yang tak terhingga.
Avatamsaka Sutra disabdakan: Avalokitesvara Bodhisattva mengatakan: Putra yang berbudi, Aku melakukan bhavana dalam pintu Dharma Mahakaruna, bertekad senantiasa melindungi para makhluk. Semoga semua makhluk terhindar dari ketakutan akan jalan yang berbahaya, ketakutan akan keramaian, kebingungan, pembunuhan, kemiskinan, ketidak hidupan, reputasi yang buruk, kematian, kerumunan massa, alam rendah, kegelapan, perpindahan, perpisahan , kemarahan, paksaan, kecemasan . Demikian pula Aku bertekad, bila para makhluk merenungkan-KU, memanggil nama-Ku, bila melihat tubuh Ku, semua akan terbebaskan dari segala macam bahaya. Putra yang berbudi, setelah Aku menggunakan upaya kausalya ini untuk menghindarkan para makhluk dari semua bahaya, kemudian mengajarkan mereka untuk membangkitkan hati Anuttara Samyaksambodhi, selamanya tidak mundur.
Saddharmapundarika Sutra Bab ke-25, disabdakan: “Melafal nama Guanyin dapat terhindar dari bencana api, air, angin ribut, senjata, setan jahat, ikatan dan kurungan, perampok dan lain lain. Dapat membuat para insan terhindar dari nafsu birahi, kebencian, kebodohan dan lain lain. Bahkan pada kalimat akhir dinyatakan: “Oleh karena itu lah para insan hendaknya menjapa nama Guanshiyinpusa. Dalam Saddharmapundarika Sutra juga telah dijelaskan pahalanya, karena Saddharmapundarika Sutra telah banyak beredar terjemahan bahasa indonesia nya, maka saya tidak perlu menulisnya kembali disini.
Mahakaruna Dharani Sutra
Sakyamuni Buddha mengatakan, “Bodhisattva ini bernama Avalokitesvara… pada masa lampau kalpa yang tak terhingga telah mencapai ke Buddha an, dengan gelar Zheng Fa ing Rulai (正法明如來), karena kekuatan belas kasih dari ikrarnya, demi membangkitkan para Bodhisattva, demi memberikan ketenangan dan mematangkan rohani para insan, maka Beliau mengambil rupa seorang Bodhisattva. Engkau sekalian para Bodhisattva Mahasattva, Brahma, Indra , Para Dewa dan naga, harus menghormati, jangan timbul rasa meremehkan yang lain dan menyombongkan dirimu. Para Dewata harus selalu memberikan pujana pada Nya. Melafal nama Nya. Maka akan memperoleh berkah pahala kebahagiaan tak terhingga, melenyapkan dosa yang tak terhingga, pada akhir hayat akan terlahir di Negri Amitabha Buddha.”
MANJUSHRI BODHISATVA
Mantra kecerdasan Manjushri, dalam tradisi Tantrayana apabila seseorang menginginkan kecerdasan atau kepintaran maka harus memuja Bodhisatva Manjushri dengan mengucapkan mantra “OM A RAH PA CA NA DHIH” berulang-ulang. Dengan mengulang terus menerus mantra ini dipercaya bahwa seseorang akan cerdas.
Manjushri adalah Bodhisatva kebijaksanaan yang sesungguhnya telah mencapai Kebuddhaan. Ada dua perwujudan dari Bodhisatva Manjusri, yaitu perwujudan pertama menggambarkan tangan kanannya memegang pedang (lambang kebijaksanaan yang mendalam) sedangkan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru yang diatasnya terdapat naskah suci (Lambang pengetahuannya tentang jalan yang tak terbatas). Perwujudan kedua menggambarkan Bodhisatva Manjushri dengan tangan kirinya memegang setangkai bunga teratai biru dengan naskah suci diatasnya, seperti perwujudan diatas dan tangan kanannya dalam sikap Varada Mudra (telapak tangan menghadap keatas, diletakkan pada lutut kanan).
《佛說放缽經》云:“今我得佛,有三十二相八十種好,威神尊貴,度脫十方一切眾生者,皆文殊師利之恩。前過去無數諸佛,皆是文殊師利弟子。當來者,亦是其威神恩力所致。譬如世間小兒有父母,文殊者,佛道中之父母也。”《見一切土經》亦云:三世諸佛皆因文殊菩薩而成佛,文殊是一切諸佛之父,稱誦十方所有諸佛菩萨 之名號,功德不及稱誦一遍文殊名號。《心地觀經》云:三世覺母妙吉祥。大師為大智文殊菩薩之真實化身,而文殊菩薩為三世諸佛之師及父母,故化界無與倫比。Sutra Fo Shuo Fang Po Cing, disabdakan: Sekarang saya mencapai Kebuddhaan, ada tiga puluh dua ciri agung dan delapan puluh tanda-tanda kebaikan, berwibawa mulia dan terhormat, menolong dan membebaskan sepuluh penjuru semua makhluk, adalah budi Manjusri. Pada masa lampau para Buddha yang tidak terhitung, adalah murid Manjusri, masa yang akan datang, juga dengan kekuatan wibawa dan kekuatan budi membimbing para makhluk. Seperti di dunia anak kecil yang ada ayah ibu, itulah Manjusri. Di antara jalan Buddha Manjusri menjadi ayah ibu. Sutra Cien Yi Chie Thu Cing, juga disabdakan: tiga masa para Buddha disebabkan dibimbing Manjusri meraih Kebuddhaan. Manjusri adalah ayah dari semua Buddha. Memuliakan sepuluh penjuru para Buddha dan Bodhisattva punya nama, jasa pahala tidak sebanding dengan memuliakan satu kali nama Manjusri Bodhisattva. Sutra Xin Ti Kuan Cing, disabdakan; Tiga masa Ibu kesadaran agung yang gaib membuat keceriaan/kebahagiaan, Maha Guru adalah Maha Bijaksana Manjusri Bodhisattva yang memanifestasi realitas. Manjusri Bodhisattva adalah guru dan ayah ibu dari tiga masa para Buddha. Karenanya dari dunia perubahan tiada yang dapat sebanding dengannya.
DEWI TARA
Tetesan air mata Avalokitesvara ada Dewi Tara itu semua dijalaskan ketika Buddha Vairochana bertanya pada sang putri Supuspha apa yang menjadi tujuannya, apakah kehendak yang ada dalam hatinya, lalu ia menjawab; “Kami akan berdiam di dunia ini hingga semua makhluk tanpa terkecuali dibebaskan.” Yang demikian sangat mengejutkan serta menggembirakan Sang Buddha, di mana belum pernah ada orang sebelumnya yang sedemikian mulia, tanpa mementingkan dirinya dan berkehendak yang penuh keberanian. Sebagai tanggapan atas pengorbanan dirinya, kebajikan dan kehendaknya, dan tergerak oleh belas kasihnya kepada semua makhluk, Sang Buddha Vairochana secara spontan melafalkan pujian kepada 21 Tara, pujian terhadap keagungan Dewi Tara.
Sebagai akibat dari pujian yang diucapkan oleh Sang Buddha Vairochana, kemudian diketahui bahwa Putri Supuspha tersebut merupakan penjelmaan dari Dewi Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodhisattva Avalokiteshvara. Avalokiteshvara memiliki belas kasih yang tiada terukur pada semua makhluk. Meskipun beliau telah berusaha untuk menolong semua makhluk, beliau merasa sangat sedih karena begitu banyaknya makhluk hidup yang terus jatuh tanpa harapan ke dalam alam kehidupan yang rendah seperti neraka. Ia melihat bahwa hanya sedikit makhluk hidup yang menempuh jalan menuju pencerahan.
SAMANTABHADRA BODHISATVA
Samantabhadra Sumber kebajikan yang luar biasa beliau adalah seorang Bodhisatva dalam mazhab Buddhisme Mahayana yang berhubungan dengan pelaksanaan dan meditasi umat Buddha. Bersama-sama dengan Buddha Sakyamuni dan rekan Bodhisattva Manjustri, ia membentuk Trinitas Shakyamuni dalam Buddhisme. Ia merupakan pemimpi dari Sutra Teratai dan, menurut Sutra Avatamsaka, membuat sepuluh sumpah agung yang merupakan dasar landasan seorang bodhisattva. Di Cina, ia diasosiasikan dengan tindakan, yang mana bodhisattva Manjusri diasosiasikan dengan Kebijaksanaan. Di Jepang, bodhisattva ini sering dipuja oleh sekte Tendai dan Shingon, dan sebagai penjaga Sutra Teratai oleh sekte Nichiren.
Samantabhadra adalah figur utama dalam Sutra Bunga Garland, terutama pada bagian terakhir, Sutra Gandhavyuha. Di penghujung Sutra Gandhavyuha, seorang murid, Sudhana bertemu dengan Bodhisattva Samantabhadra, yang mengajarkannya bahwa kebijaksanaan hanya ada untuk dilakukan; bahwa hal tersebut hanya baik apabila menguntungkan semua mahluk hidup.
Ksitigarbah Bodhisattva
Sutra Ksitigarbaha Bodhisattva, disabdakan: Pada masa mendatang, jika ada pria atau wanita budiman, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva atau mendengar Sutra ini lalu memuja beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah, permata, dan lainnya. Atau menghormati beliau dengan memuji jasa-jasanya dan memuliakan namanya. Maka pria atau wanita budiman itu akan memperoleh 28 macam manfaat;
- Selalu dilindungi dewa, naga, dan 8 Macam Makhluk, sehingga selalu selamat sentosa.
- Kemuliaan dan kebaikannya semakin bertambah.
- Terkumpulnya benih kebaikan dari Buddha-Dhamma.
- Tidak mundur dari jalan anuttara samyak sambodhi.
- Cukup sandang dan pangan.
- Terhindar dari segala musibah dan wabah penyakit.
- Terhindar dari banjir dan kebakaran.
- Terbebas dari pencurian dan perampokan.
- Selalu dihargai orang.
- Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari makhluk suci.
- Yang wanita akan terlahir sebagai pria pada kehidupan berikutnya.
- Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan.
- Mendapatkan paras wajah yang cantik dan disukai orang di mana saja.
- Selalu mendapat kesempatan terlahir di alam surga.
- Akan terlahir sebagai raja atau kepala negara.
- Dapat mengetahui kehidupan masa lampaunya.
- Cita-citanya selalu tercapai.
- Keluarganya selalu tentram dan bahagia.
- Semua malapetaka lenyap.
- Terhindar dari 3 alam rendah.
- Perjalanan hidupnya bebas hambatan.
- Mimpinya selalu indah.
- Leluhurnya ikut terbebas dari belenggu penderitaan.
- Jika leluhurnya pernah menanam kebajikan, dapat lahir di surga.
- Mendapat pujian dari para suci.
- Cerdas dan tangkas, cekatan dan tajam pikirannya.
- Memiliki jiwa welas asih.
- Akhirnya akan mencapai keBuddhaan.
RIWAYAT GURU GURU BESAR MAHAYANA
ASANGA MENYADARKAN VASUBANDHU
Riwayat hidup Asanga hidup dizaman Dinasti Thang, ada seorang master Tripitaka, Yi Chin yang mengenalkan ajaran Buddha Mahayana di India serta pernah menulis buku “the inner Dharma biography mailed from south sea.” dalam bkunya disebutkan, adanya 2 bagian dalam Mahayana. yaitu sekolah Madhyamika dan Yoga, sekolah Madhyamika ditemukan oleh Nagarjuna sedangkan Yoga oleh Asanga.
Asanga adalah anak tertua dari tiga bersaudara, semuanya terlahir di Purusapura (peshwar) yang merupakan anggota dari keluarga Kausika di India. Tiga bersaudra tersebut semuanya menjadi Bhiksu. Adik Asanga yang paling bungsu bernama Virinci Vats, dan yang pertama dikenal dengan nama Vashubhandu. Mereka adalah orang-orang yang terkenal dalam catatan sejarah Buddhis di India.
Arya Asanga tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikutinya, bahkan kepada adiknya sendiri, Vasubandhu… Saat itu, Arya Asanga sakit keras dan adiknya, Vasubandhu datang menjenguk. Saat itu, Vasubandhu adalah seorang penentang Mahayana. Arya meminta adiknya membacakan sutra-sutra Mahayana sebagai permintaan terakhir kakaknya yang sakit. Sang adik yang anti-mahayana awalnya menolak keras, tapi akhirnya luluh juga demi welas asih kepada kakaknya tercinta. Waktu demi waktu berlalu, sutra demi sutra dibacakan oleh sang adik kepada sang Arya. Langkah demi langkah, akhirnya sang adik memahami apa itu Mahayana yang sebenarnya, begitu jauh dari bayangan sebelumnya dari seorang anti-Mahayana., saat ini Vasubandhu menyesal telah merendahkan ajaran Mahayana, ia ingin memotong lidahnya sebagai hukumannya telah menghujat Mahayana, kakaknya mencegah dan menganjurkan lebih baik terjemahkan dan babarkan ajaran Mahayana sebagai penebus dosa dan penghapus karma buruk.
MAHADEVA
Riwayat hidup Mahadeva adalah seorang guru suci agama Buddha dari sekte Mahasanghika. Beliau hidup sekitar abad 2 SM. Perpecahan para pengikut Buddha terjadi sekitar tahun 280 SM yaitu pada konsili (rapat sangha) ke II di Vesali. Terjadinya perpecahan Dharma dan Vinaya karena perbedaan pemahaman terhadap konsep Arhat (Arahat). Selanjutnya, Bhiksu Mahadeva memisahkan diri dan diikuti oleh sebagian besar Bhiksu yang kemudian dikenal dengan nama Mahasanghika.
Awal terjadinya perpecahan inilah yang kemudian dikenal sebagai awal munculnya Sthaviravada dan Mahasanghika yang kemudian dikenal dengan nama Mahayana dan Hinayana. Untuk itu, Mahayana mengakui bahwa Bhiksu Mahadeva merupakan sesepuh dalam Mahayana.
ASVAGHOSA
Riwayat hidup Asvaghosa diperkirakan sezaman dengan Raja Kaniskhka + tahun 100 M dan Beliau adalah salah satu pemimpin dan perintitis ajaran Mahayana. Beliau lahir dari keluarga Brahmana yang kemudian mengikuti ajaran Buddha. Asvaghosa adalah seorang Bhiksu aliran Sthavirava yang mendalami puja bhakti dan kemudian merasa cocok dengan ajaran Mahasanghika. Tempat kelahiran Asvaghosa di Seketa atau Ayodhya (sekarang Qudh) ibunya bernama Suvarnakshi.
Menurut Vasubandhu, Asvaghosa membantu Katyayaniputra dalam mempersiapkan komentarian mengenai Abhidharma. Karya-karya Asvaghosa antara lain:
a. Buddha Carita
b. Saundarananda
c. Sariputra-Prakarana
d. Mahayana Shraddhotpada Sastra
e. Sutralankara
f. Lankavatara-Sutra-Sastra.
SHANTIDEVA
Riwayat hidup Shantideva dijelaskan sebagai seorang cendekiawan Buddhis yang berasal dari India pada abad ke-8. Ia adalah cendekiawan Universitas Nalanda dan seorang penganut filsafat Prasangika Madhyamaka.
Sekte Madhyamika Tiongkok, Chan Ssu Lun mengidentifikasi dua individu yang berlainan atas nama “Shantideva”, yang pertama adalah Shantideva yang merupakan pendiri Sangha Avaivartika pada abad ke-6 dan satu lagi adalah Shantideva yang menempuh studi di Universitas Nalanda pada abad ke-8, Shantideva yang kedua inilah yang muncul dalam berbagai sumber biografi tibetan. Kutipan penemuan ini bisa dilihat di Banglapedia: National Encyclopedia of Bangladesh, situs yang dikembangkan oleh Asiatic Society of Bangladesh, atau bisa juga merujuk ke Bodhicaryavatara Historical Project, Proyek riset akademik yang bermulai dari Mahabodhi Sunyata Seminary di Tarragona, Spanyol.
Shantideva lahir di Bodhgaya utara. Ayahnya bernama Gyelwey Gocha (Rompi baja pemenang), ibunya bernama Vajrayogini. Shantideva lahir dengan berbagai pertanda menakjubkan, dengan nama kecil Shiwe Gocha (Rompi baja perdamaian) Semasa kanak-kanak dia sangat menghormati kedua orang tuanya, dan teman-teman sepermainanya juga sangap respek kepadanya karena sikap dan sifatnya yang sangat luhur. Ayahnya meninggal dunia untuk menunjukkan bahwa semua makhluk mengalami ketidakkekalan, dan kemudian hari realisasi Shantideva atas ketidak-kekalan dan kematian semakin berkembang.
Ketika sang ayah meninggal, dia tidak punya pilihan lain kecuali menerima tampuk raja. Ia tidak bisa menolak, oleh karena itu ia menerima untuk naik tahta raja. Satu malam sebelum upacara, Manjusri muncul dalam mimpinya dan mengatakan: “Anda akan duduk di tahtaku. Anda adalah muridku. “ Bagaimana serorang murid dan guru duduk di tahta yang sama?
Shantideva sangat terkenal atas karyanya yang berjudul Bodhicaryavatara (kadang disebut Bodhisattvacaryavatara). Versi terjemahan bahasa Inggris bisa ditemukan di dunia maya, begitu juga banyak tersedia publikasi versi cetakan. Sungguh sebuah puisi panjang yang menjelaskan proses bertahap menuju pencerahan sempurna sammsambuddhadan hingga saat ini masih menjadi topik pembelajaran Mahayana dan Vajrayana.
ARYADEVA
Aryadeva dilahirkan di Srilangka (Ceylon) dan menjadi murid Nagarjuna. Beliau berkelana keberbagai negara dan membantu gurunya untuk mengajarkan ajarannya. Karyanya yang paling dikenal adalah Catuh-Sankata dan Aksara-Satakam.
Dalam petualangannya Aryadeva menyebarkan ajaran Nagarjuna yang djarkan dalam aliran Madhyamaka dan Cittavisuddhi-Prakarana. Beliau juga seorang pendebat yang luar biasa.
TAO-AN
Riwayat hidup Tao-An penyumbang jasa terbesar bagi Buddhism bahasa Mandarin, dengan memastikan kebenaran ajarannya. Beliau menginginkan adanya suatu kehidupan yang lama untuk mengenal dan mengetahui ajaran yang agama Buddha, sejak saat itu banyak Bhiksu dan orang suci datang ke Tiongkok dari India dan Asia Tengah untuk menterjemahkan Sutra. Dari para Bhiksu tersebut, Tao-An mendengar nama Kumarajiva seorang Bhiksu terkenal dan akhirnya Tao-An bertemu dengan Kumarajiva, tetapi karena banyak kesulitan dalam perjalanan pulang, tidak tiba di Chang An hingga 16 tahun setelah Tao-An wafat. kemudian Tao-An mendapatkan pengikut yang banyak dan menjadi pelopor penyebar ajaran agama Buddha dan menyaragamkan jubah para Bhiksu seperti di India.
KOBO DAISHI
Riwayat hidup Kobi Daishi, Beliau mendapatkan nama anumerta (penghargaan) Kukai yang berarti Buddha, orang suci dan Beliau adalah penemu aliran Shingon. Beliau belajar agama Buddha di Cina pada sekte Tantra dan memperkenalkan sekte ini ke Jepang. ajaran yang dibawanya adalah menjelaskan bahwa alam semesta merupakan bentuk maha vairocana Buddha.
Kobo Daishi mengklarifikasikan berbagai bentuk dari kehidupan agama, termasuk Hindu, Kong Hu Chu, Lao Tze dan sekte lainnya. Beliau mengajarkan penyatuan dari berbagai agama tentang sesuatu yang alamiah dan mengandung mistik tinggi. Tubuh Kobo Daishi dipercaya tidak pernah rusak sampai munculnya Samyaksambuddha Maitreya.
KUMARAJIVA
Kumarajiva yang cerdas dan bijaksana berasal dari keluarga aristokrat. Ayah beliau, Kumarayana, adalah putra seorang perdana menteri sebuah kerajaan di India. Kumarayana yang seharusnya mewarisi jabatan perdana menteri menurut adat waktu itu, justru memilih kehidupan monastik untuk menjadi bhiksu. Demi tugas menyebarkan Buddha Dharma, Kumarayana meninggalkan India menuju Kerajaan Kucha (sekarang wilayah Xinjiang, Tiongkok). Saat mengandung Kumarajiva, sang ibu mengalami hal yang ajaib. Berubah menjadi lebih cerdas, dengan cepat memahami Buddha Dharma, mampu berbahasa Sansekerta, pun tangkas berdebat dalam Buddha Dharma.
Setelah menetap di ibukota Chang’an, Raja Yaoxing memperlakukan Kumarajiva dengan penuh hormat dan mengangkatnya sebagai Guru Kerajaan (Guoshi). Kumarajiva segera mengorganisir kegiatan penerjemahan Kitab Suci Buddhis yang melibatkan 800 personil. Antara tahun 401-413, Beliau berhasil menyelesaikan terjemahan kitab sebanyak 74 judul dengan total 384 jilid. Setelah meninggal dan dikremasi maka lidah beliau tidak hancur dan umat Buddha mempercayai bahwa itu sebagai pertanda bahwa selama hidup Kumarajiva mengajarkan kebenaran.
PADMASAMBHAVA
Kata padma berasal dari bahasa Sansekerta. Kata ini diadaptasi ke dalam bahasa Tibet, dan mempunyai arti bunga teratai. Sambhava artinya “lahir dari”. Nama Padmasambhava yang umum dikenal di Tibet adalah Pema Jungney, terjemahan dari bahasa Sansekerta, Padmakara, yang artinya, “berasal dari sekuntum teratai”
Pada saat Padmakara lahir dari sekuntum teratai, dan juga, pada saat dibawa pulang oleh raja Indrabhuti, di manapun beliau duduk, sekuntum bunga teratai seketika itu tumbuh mekar. Sehingga raja berseru, “ Anak ini sungguh-sungguh lahir dari teratai!” Karenanya beliau dikenal sebagai Padmakara.
ASOKA
Asoka yang Agung (juga Ashoka, Aśoka, dilafazkan sebagai Asyoka) adalah penguasa Kekaisaran Maurya dari 273 SM sampai 232 SM. Seorang penganut agama Buddha, Asoka menguasai sebagian besar anak benua India, dari apa yang sekarang disebutAfganistan sampai Bangladesh.
Nama “Asoka” berarti ‘tanpa duka’ dalam bahasa Sanskerta (a – tanpa, soka – duka). Asoka adalah pemimpin pertama Bharata (India) Kuno, setelah para pemimpin Mahabharata yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.
Menurut cerita legenda, satu hari setelah peperangan usai, Asoka menjelajah kota dan yang bisa dilihat hanyalah rumah-rumah yang terbakar dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Hal ini membuatnya muak dan ia berteriak dengan kata-kata yang menjadi termasyhur: “Apakah yang telah kuperbuat?” Kekejian penaklukan ini akhirnya membuatnya memeluk agama Buddha dan ia memakai jabatannya untuk mempromosikan falsafah yang masih relatif baru ini sampai dikenal di mana-mana, sejauhRoma dan Mesir. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka yang kejam” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka yang Saleh” (Dharmâsoka).
HSUAN TSANG
Hsüan-tsang Bhiksu terpelajar, pelancong, dan penerjemah yang memberikan pengaruh terhadap interaksi antara China dan India di awal Dinasti Tang
Xuanzang lahir dekat Louyang, henan tahun 602 sebagai Chén Huī atau Chén Yī dan meninggal tanggal 5 Februari 664 di Yu Hua Gong. Ia terkenal dengan perjalanan tujuh belas tahunnya ke India, yang mana dia berguru kepada beberapa guru besar, terutama di Nalanda. Ketika kembali ke Tiongkok, dia membawakan 657 teks dalam bahasa Sanskerta. Dengan dukungan kaisar, dia melakukan penerjemahan teks tersebut di Chang’an (sekarang Xi’an), menarik banyak murid dan kolaborator dari seluruh Asia Timur. Ia dikenal jasanya atas penerjemahan 1.330 skripsi ke dalam Bahasa Mandarin.
Tahun 637, Xuanzang meninggalkan Lumbini ke Kusinagara, tempat Sang Buddha meninggal, sebelum menuju ke barat daya Sarnath di mana Sang Buddha pernah memberikan khotbah pertamanya. Berjalan ke timur, pertama via Varanasi, Xuanzang mencapai Vaisali, Pataliputra (Patna) dan Bodh Gaya. Ia kemudian ditemani oleh bhikkhu lokal menuju Nalanda, universitas kuno yang terkenal di India, di mana dia menghabiskan waktu dua tahun di sana. Xuanzang mempelajari bahasa Sanskerta dan Yogacara ketika berada di Nalanda.
MILAREPA
Riwayat hidup Milarepa dilahirkan di sebuah desa bernama Kya Ngatsa yang juga dikenal dengan nama Tsa-di provinsi Gunthang sebelah barat Tibet. Ia berasal dari keluarga kaya, dengan ama lahir Mila Thöpaga (Thos-pa-dga’), yang berarti “Senang mendengarnya” (A joy to hear). Khyungpo adalah nama klan keluarganya, nama keluarganya adalah Josay. Ketika ayahnya meninggal dunia, paman dan bibi Milarepa mengambil seluruh kekayaan keluarga. Atas permintaan ibunya, Milarepa meninggalkan rumah dan pergi belajar Sihir. Sekembalinya ke kampung halaman, ia membalaskan dendam keluarga dengan mendatangkan badai besar pada saat perayaan pernikahan anak dari paman dan bibinya. Kejadian ini mengambil korban 35 orang, akan tetapi paman dan bibinya selamat. Warga setempat segera berusaha mengejar Milarepa, ibunya berhasil meminta Milarepa (dengan mengundang badai) untuk menghancurkan ladang mereka.
Kebajikan-kebajikan yang Milarepa lakukan, banyak terjadi di daerah Chokyi Dronma. Jalan kehidupan dan lagu-lagunya dikompilasi oleh Tsangnyon Heruka, yang disponsori oleh kakak laki-laki Chokyi Dronma, Thri Namgyal De (raja Gunthang). Pada usia lanjutnya, Milarepa meninggalkan jalan gelapnya: “Saya melakukan banyak kejahatan pada usia muda. Pada kedewasaan saya berlatih kemurnian. Sekarang, terbebas dari baik dan jahat, saya menghancurkan akar dari tindakan karma dan tidak mempunyai kondisi akan tindakan di masa mendatang. Berkata lebih dari ini akan menyebabkan tangisan dan tawa. Apa gunanya menyampaikan kepada anda? Saya sudah tua. Biarkan saya sendiri.
ASANGA
Riwayat hidup Asanga hidup dizaman Dinasti Thang, ada seorang master Tripitaka, Yi Chin yang mengenalkan ajaran Buddha Mahayana di India serta pernah menulis buku “the inner Dharma biography mailed from south sea.” dalam bkunya disebutkan, adanya 2 bagian dalam Mahayana. yaitu sekolah Madhyamika dan Yoga, sekolah Madhyamika ditemukan oleh Nagarjuna sedangkan Yoga oleh Asanga.
Asanga adalah anak tertua dari tiga bersaudara, semuanya terlahir di Purusapura (peshwar) yang merupakan anggota dari keluarga Kausika di India. Tiga bersaudra tersebut semuanya menjadi Bhiksu. Adik Asanga yang paling bungsu bernama Virinci Vats, dan yang pertama dikenal dengan nama Vashubhandu. Mereka adalah orang-orang yang terkenal dalam catatan sejarah Buddhis di India.
Arya Asanga tidak pernah memaksa orang lain untuk mengikutinya, bahkan kepada adiknya sendiri, Vasubandhu… Saat itu, Arya Asanga sakit keras dan adiknya, Vasubandhu datang menjenguk. Saat itu, Vasubandhu adalah seorang penentang Mahayana. Arya meminta adiknya membacakan sutra2 Mahayana sebagai permintaan terakhir kakaknya yang sakit. Sang adik yang anti-mahayana awalnya menolak keras, tapi akhirnya luluh juga demi welas asih kepada kakaknya tercinta. Waktu demi waktu berlalu, sutra demi sutra dibacakan oleh sang adik kepada sang Arya. Langkah demi langka, akhirnya sang adik memahami apa itu Mahayana yang sebenarnya, begitu jauh dari bayangan sebelumnya dari seorang anti-mahayana.
ATISA DIPAMKARA
Riwayat hidup Atisa (982-1054 M) dilahirkan pada keluarga kerajaan di kota Zahor dengan nama Chandragarbha, adalah anak ke dua dari raja yang berkuasa di India bagian timur yang sekarang adalah Bengal. Ayah beliau adalah Raja Kalyanasri dan Ibu beliau adalah Sri Prabhawati. Saudara tua Atisa adalah Padmagarbha dan yang terkecil adalah Srigarbha. Kerajaan tersebut bernama Vikramapura. Pada catatan akhir dari Prajna-paramita-pindartha-pradipa, Tan-gyur edisi Peking, tertulis : Teks ini mengandung dokterin dari Buddha, biksu kelahiran Bengal menulis berdasarkan sastra-sastra dan guru-vacana.
Juga pada Bodhi-marga-pradipa-panjika-nama tertulis:”…Dipankara Sri jnana, a descendant of the Bengalae King… representatif dari Buddha masa kini, Dipankara Sri Jnana yang lahir di Bengal”, dan beberapa karya dari beliau mencatat hal yang sama. Pada catatan dari Tibet juga menginformasikan pada kita bahwa tempat kelahiran Atisa adalah Bengal, negeri bagian dari India.
DHARMAKIRTI
Riwayat hidup Dharmakirti atau Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang pangeran dari silsilah Sri-Vijayendra-Raja yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti Syailendra. Dia juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatera pada abad ke-10.
Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet. Salah satu hasil karya penting yang dia hasilkan adalah ’Wheel of Sharp Weapons’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha ‘khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.
BODHIDHARMA
Bodhidharma Sang Pencipta Shaolin dan pengikutnya mengikuti praktik unik di antara umat Buddha yang lain, mereka saling menyapa dengan hanya menggunakan tangan kanan mereka. Ucapan ini adalah tradisi mengenang kejadian Da Mo dan muridnya, Hui Ke. Pada 495 Masehi, biksu India Ba Tuo, atau Buddhabhadra, datang ke Cina mengajarkan agama Buddha yang dikenal sebagai Buddhisme Xiao Cheng (Hinayana). Dia diberi tanah di kaki gunung Shaoshi oleh Kaisar Shao Wen dan mendirikan Kuil Shaolin di tanah ini.
Sekitar waktu Ba Tuo mendirikan Kuil Shaolin ada seorang pangeran India bernama Bodhidharma. Bodhidharma sangat cerdas dan merupakan anak kesayangan raja wilayah yang sekarang merupakan bagian dari India selatan. Bodhidharma memiliki dua kakak laki-laki yang takut bahwa ayah mereka, raja akan meneruskan dan mewariskan kerajaan untuk Bodhidharma. Dalam kecemburuan mereka, dua kakak laki-laki sering meremehkan Bodhidharma ketika berbicara dengan ayah mereka, dengan harapan untuk mengubah pemikiran ayahnya untuk melawan saudara muda mereka. Saudara-saudara yang lebih tua juga berusaha untuk membunuh Bodhidharma tapi Bodhidharma memiliki karma yang sangat baik dan begitu upaya tersebut tidak berhasil. Meskipun menjadi anak kesayangan raja, Bodhidharma menyadari bahwa ia tidak tertarik pada kehidupan politik. Bahkan dia memilih untuk belajar dengan guru Buddhis Prajnatara terkenal dan menjadi biarawan Buddha.
Pada 527 Masehi, 32 tahun setelah Ba Tuo mendirikan kuil Shaolin, Bodhidharma menyeberang melalui provinsi Guangdong ke Cina. Di Cina, ia dikenal sebagai Da Mo. Da Mo tiba di Cina yang kebanyakan berlatih Buddhisme Da Cheng (Mahayana). Ketika Da Mo tiba, dia disambut oleh kerumunan besar orang yang untuk mendengarkan dari master Buddhis yang terkenal dan berharap untuk mendengar dia berbicara. Daripada berbicara, Da Mo hanya duduk dan mulai bermeditasi. Ia bermeditasi selama berjam-jam. Setelah menyelesaikan meditasinya, Da Mo bangkit dan berjalan pergi, dan tidak mengatakan apa-apa.
NAGARJUNA
Riwayat hidup Nagarjuna adalah seorang Filsuf Buddhis pencetus aliran Mādhyamaka (Madyamika) yang lahir di bagian Selatan India. Ia hidup di dalam perbedaan pandangan yang beragam terhadap ajaran Budhisme India, ia berusaha untuk menemukan apa yang ia pahami sendiri. Sekitar 500 tahun setelah kematian Buddha, sekolah-sekolah yang beraliran Buddhis berkembang dengan pesat. Mereka berdebat tentang seluruh doktrin dan praktik ajaran Buddha.
Nagarjuna diperkirakan lahir di antara abad pertama dan kedua dan dianggap sebagai pendiri sekolah Mādhyamaka (Madyamika) dari Mahāyāna Buddhisme. Sekolah ini meluas sampai ke Cina dengan nama sekolah Sānlùn. Dalam beberapa tradisi Mahayana, Nagarjuna dianggap sebagai Bapak Mahayana dan Buddha “kedua” karena reputasinya. Karya utamanya adalah Mula-madhyamaka-karika. Istilah yang sering disalahpahami tentang pemahaman Nagarjuna adalah istilah “kekosongan”.Istilah ini bukan berarti suatu penyangkalan akan dunia atau substratum nihilum. Melainkan suatu ketidakhadiran dari svabhava atau esensi diri. Ajaran yang paling terkenal dari Nagarjuna adalah Sunya (kosong) dan Sunyata (kekosongan).
ARHAT KALIKA
Arhat Kalika dikenal juga sebagai Kala. Ia mempunyai kekuasaan di wilayah Sri Lanka. Dalam legenda ia adalah Raja Kala yang mencapai tingkatan Arahat setelah melalui pengorbanan. Ia mempunyai bawahan yang terdiri dari 1.000 Arahat.
Menunggang gajah dengan aura bermartabat, menyanyikan sutra-sutra dengan keras. Dengan hati untuk kemanusiaan, Mata menyusuri empat penjuru alam semesta.
Penutup
Demikian artikel Buddha Dharma Mahayana, dikupas dari berbagai Sutra, Abhidharma dan sumber lainnya untuk diketahui Ajaran Mahayana adalah ajaran Buddha yang sejati, adalah ajaran kendaraan besar untuk membimbing dan menolong semua makhluk bebas dari bodoh dan derita. Harapannya semua siswa dan umat Buddha dapat mengerti dan saling menghormati Buddha Dharma secara utuh, baik dan benar. Semoga tulisan artikel ini dapat mengakhiri dan menetralisir segala cibiran, fitnah, hujatan terhadap ajaranMahayana atau ajaran Buddha lainnya. Marilah kita semua menghormati semua Dharma ajaran Buddha secara utuh, benar dan baik dengan bersikap perilaku respek dan menjunjung tinggi kebenaran semua Dharma, svaha.
Akhir kata semoga semua makhluk mengembangkan terus kesadaran murni dan kebijaksanaan. Tadyatha Om gate Gate Para Gate Param Samgate Bodhi Svaha, Semoga semua makhluk berbahagia.
Amituofo.