Ini Bukan Aku, Milikku, dan Diriku
Banyak sekali orang masih beranggapan bahwa Diri ini sebagai aku, atau milikku, maka ketika apa yang disebut aku atau milikku mengalami perubahan – yang timbul kemudian adalah ketidakpuasan/penderitaan.
Sang Buddha selalu mengingatkan dan mengajarkan kepada kita bahwa dengan melepas persepsi tentang keakuan , maka kita akan bebas dari kemelekatan, bebas dari derita, bebas dari kesedihan dan akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk jangka panjang.
Sebagai contoh: ketika ada keluarga kita sendiri yang sakit, kenapa kita bersedih? Tetapi kalau ada tetangga kita yang sakit, mengapa kita tidak bersedih?
Ini disebabkan karena masih adanya kemelekatan terhadap keakuan bahwa itu adalah keluargaku. Kata ku inilah yang menjadikan kita menderita.
Di dalam suatu kesempatan, Sang Buddha pernah memberikan penjelasan tentang karakteristik Bukan-Diri kepada Kelompok Lima Bhikkhu …. (SN 22.59. ANATTA-LAKKHANA SUTTA).
Pada intinya, Sang Buddha memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka Apakah jasmani, Perasaan (sensasi), Persepsi, Bentukan (batin) dan Kesadaran adalah sesuatu yang kekal atau tidak kekal?
Dan semua pertanyaan Sang Buddha dijawab oleh para bhikkhu dengan mengatakan bahwa semuanya itu tidaklah kekal adanya!
Kemudian Sang Buddha melanjutkan pertanyaan-pertanyanNya demikian…
“Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan (memuaskan) atau penderitaan (tidak memuaskan)?”
“Penderitaan (tidak memuaskan), Bhante”.
“Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: ‘Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku’?”
“Tidak, Bhante.”
“Karena itu, para bhikkhu, apapun Jasmani…Perasaan…Persepsi…Bentukan dan Kesadaran…di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; …… dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: ‘Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.
Nah…lebih lanjut saya mengajak para teman se-Dhamma untuk menyimak Nasihat dan Ajaran Sang Buddha tentang Bukan Milikmu ini dari Petikan ALAGADDUPAMA SUTTA yang terdapat pada Majjhima Nikaya: 22, tersebut dibawah ini:
…
“Dengan demikian, para bhikkhu, apa pun yang bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
Apakah yang bukan milikmu?
JASMANI bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
PERASAAN bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
PERSEPSI bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
KESADARAN bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
“Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian?
Jika orang-orang mengambil rerumputan, ranting-ranting, dahan-dahan, dan dedaunan dalam Hutan Jeta ini, atau membakarnya, atau melakukan apa yang mereka sukai terhadapnya, akankah kalian berpikir:
‘Orang-orang mengambil kami atau membakar kami atau melakukan apa yang mereka sukai terhadap kami’?”
“Tidak, bhante.”
“Mengapa begitu?”
“Oleh karena benda-benda itu bukanlah diri kami maupun milik kami.”
“Begitu pula, para bhikkhu, apa pun yang bukan milikmu, lepaskanlah;
Melepaskannya, itu akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian.
JASMANI bukan milikmu…
PERASAAN bukan milikmu…
PERSEPSI bukan milikmu…
BENTUK-BENTUK PIKIRAN bukan milikmu…
KESADARAN bukan milikmu,
“LEPASKANLAH; Melepaskannya akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagi kalian”.
(Petikan dari Majjhima Nikaya: 22 – ALAGADDUPAMA SUTTA)