Shuranggama Sutra 楞嚴經

Di terjemahkan dari Mandarin ke Bahasa Inggris oleh Upasaka Charles Lu K’uan Yu
Alih bahasa oleh dr.Djauheri

(sambungan dari edisi sebelumnya)

Memahami akar dari klesa untuk menemukan organ indera yang sesuai untuk meditasi
‘Apa yang merupakan faktor penentu kedua? Dalam tekad anda untuk mengembangkan Pikiran Bodhi dan supaya bisa maju tanpa halangan di Jalan Bodhisattva ditempuh cara dengan mengakhiri semua yang bersifat keduniawian, anda seharusnya memahami dengan baik-baik asal dari klesa, oleh karena kebodohan dasar anda sehingga mengembangkan pembeda, dan melihat siapa yang menciptakan dan mengalaminya. Ananda, dalam menggali arti Bodhi, jika anda tidak menanyakan tentang akar klesa, anda tidak akan pernah mengenal (bagaimana dan) di mana organ dan data indera diputarbalikkan. Jika anda gagal untuk mengerti tentang ini semua, bagaimana anda dapat mengatasi mereka agar tercapai keadaan Tathagata?

‘Ananda, jika seorang manusia yang sangat mengerti tentang simpul yang tidak terkait, tidak melihat mereka, bagaimana bisa dia mengerjakannya? Dan anda telah pernah mendengar bahwa kekosongan dapat dilepaskan oleh karena ia tidak memiliki bentuk atau ruang dan tidaklah seperti simpul yang dapat dilepaskan. Tetapi mata, telinga, hidung dan lidah anda seperti juga halnya tubuh dan pikiran anda, adalah enam jebakan yang mana pencuri menggunakannya untuk mencuri harta dari dalam rumahmu. Untuk alasan inilah, sejak zaman dahulu, makhluk hidup dan dunia ini selalu terkait (dalam waktu dan ruang), maka anda tidak mampu untuk melewati benda keduniawian ini.’

‘Ananda, apakah yang disebut dengan lingkup waktu dan ruang (ini)?1 Waktu berarti suatu jangka waktu dan ruang artinya suatu tempat. Anda mengetahui bahwa sepuluh penjuru adalah ruang dan bahwa masa lalu, masa sekarang dan masa depan adalah waktu. Bahwasanya ditemukan sepuluh penjuru (dari ruang) dan tiga (aspek dari) waktu. Semua tubuh makhluk hidup diakibatkan oleh ilusi waktu dan ruang yang terkait dengan mereka dan berulang-ulang mempengaruhi mereka. Walaupun ditemukan sepuluh penjuru, manusia keduniawian mengenal hanya timur, barat, selatan dan utara sebagai titik utama tetapi mengabaikan titik di antaranya dan titik tertinggi dan terendah yang dia anggap tidaklah penting.’

‘Keterkaitan dari tiga waktu dengan empat titik utama (3×4) atau empat titik utama dengan tiga waktu (4×3) menghasilkan suatu konstanta nilai dua belas. Keseimbangan untuk perubahan dan transformasi dari pikiran pembeda yang terjadi tiga kali (untuk menutupi masa lalu, masa sekarang dan masa akan datang), konstanta ini bertambah besar dari 1 menjadi 10.100 dan 1.000 untuk menutupi seluruh lapangan aktivitas dari masing-masing enam organ indera, jumlah maksimum dari nilainya (yakni fungsi potensialnya) diwakilkan oleh suatu angka yakni 1.200.’²
________________________________
1 Huruf Mandarin yang cocok untuk kata Barat ‘Keduniawian’ adalah Shih Chieh, yang secara harfiah berarti Dibatasi oleh Waktu, atau alam waktu dan ruang.
² Hal ini menunjukkan kesesuaian dan ketidaksesuaian dari setiap enam organ indera yang dipergunakan dalam pelajaran meditasi. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa sejak makhluk hidup dan lingkup waktu dan ruang sangat terkait sehingga mereka tidak mampu untuk melompat di antara benda keduniawian. Waktu diwakilkan oleh aliran pikiran, dan ruang oleh tubuh dengan sekelilingnya yang disyaratkan oleh empat titik utama. Maka dengan bangkitnya pikiran pertama, baik waktu terlibat di dalam empat arah dari ruang, (yakni 3 x 4) atau ruang dengan tiga waktu, (yakni 4 x 3) dan menghasilkan konstanta 12. Ini adalah konstanta untuk pikiran pertama yang timbul dari tanpa suatu apapun, yang ditunjukkan oleh angka 1. Setiap pikiran berakhir dengan 90 masa (ksana), yang mana setiap masa terlibat dengan 900 kelahiran dan kematian (tetapi untuk penyederhanaan) angka 10, 100 dan 1.000 dipergunakan untuk menggantikan semua perubahan dan transformasi apabila pikiran pertama dibangkitkan. Apabila pikiran kedua menggantikan pikiran pertama, setiap titik utama melibatkan 3 aspek dari waktu yang dikalikan dengan 10 untuk setiap perubahan, menghasilkan 30, atau 120 untuk semua empat titik utama yang terlibat di dalam perubahan. Pikiran ketiga akan melibatkan perubahan yang lainnya, atau 120 x 10 = 1.200 yang merupakan nilai maksimum yang sama dengan fungsi potensial dari setiap enam organ indera.

‘Ananda, sekarang hitunglah (nilai) potensial dari setiap organ. Sebagai contoh, mata anda dapat melihat benda-benda di depan dan di kedua sisi, tetapi bukan yang di belakang anda. Ketidaklengkapan lapangan aktivitas ini mewakili hanya dua pertiga dari maksimum, yakni hanya bernilai 800.’ ‘Demikian juga untuk telinga anda, lapangan aktivitas mereka mencakup semua sepuluh penjuru : suara yang didengar baik dekat atau di kejauhan sedangkan ketenangan dicatat sebagai tanpa batas. Maka organ ini memperoleh nilai sebesar 1.200.’

‘Fungsi hidung anda tergantung pada masuk dan keluarnya nafas yang sangat mimim titik persentuhan yang umum: maka ia hanya memperoleh nilai 800.’
‘Apabila lidah anda menghasilkan kebijaksaan keduniawian dan di luar keduniawian, walaupun bahasa terbatas, artinya adalah sangat besar. Maka organ ini dicatat memiliki nilai 1.200’.

‘Sewaktu tubuh anda merasa disentuh, perasaan ini timbul sewaktu ada sentuhan akan tetapi akan lenyap bila tanpa sentuhan. Maka tubuh anda hanya memiliki nilai 800.’

‘Oleh karena intelektual mencakup baik keduniawian maupun di luar keduniawian dari masa lalu, masa sekarang dan masa depan di sepuluh penjuru, mencakup semua yang keduniawian maupun spiritual tanpa batas, seharusnya anda mengetahui bahwa organ ini memperoleh nilai penuh 1.200.’

‘Ananda, oleh karena sekarang anda bertekad untuk melawan keinginan samsara pada saat ini, anda seharusnya kembali pada setiap organ (dari mana ia berasal) sampai anda mencapai keadaan di luar kelahiran dan kematian. (Maka,) anda seharusnya meneliti tentang enam organ fungsional dan melihat apakah masing-masing bersifat tetap atau tidak, dalam atau dangkal, dan menembus ke mana-mana atau kurang. Jika anda menemukan organ yang menembus segala-galanya, anda seharusnya kembali kepada aliran karma sehingga ia sesuai dengan kualitas penetrasinya : perbedaan antara kesadaran melalui jalan organ penembus ini dan yang melalui ketidaksesuaian di mana yang satu lebih dibandingkan dengan yang lain antara hari dan masa. Sekarang saya telah mengungkapkan kepada anda tentang enam organ (yang bangkit dari) Pikiran Benar anda dan potensial mereka masing-masing sehingga anda dapat memilih satu yang paling cocok untuk anda dan menambah kemajuan latihan anda’.

‘Semua Tathagata melatih penggalian diri melalui delapan belas alam indera untuk menyadari Bodhi Sempurna; untuk mereka semua, delapan belas objek meditasi ini adalah sesuai untuk latihan mereka, tetapi kualitas anda adalah lebih rendah dan anda tidak akan mampu untuk mempergunakan mereka untuk memperoleh Kebijaksanaan Sempurna. Hal ini mengapa sekarang saya mengajarkan anda bagaimana untuk memilih organ dari meditasi dalam anda : sekali saja anda memasukinya dan terbebas dari ilusi, semua enam organ anda akan menjadi suci dan murni secara bersamaan’.

Ananda bertanya: ‘Yang Maha Agung, bagaiamana bisa seseorang dengan cara melawan samsara pada saat ini, memasuki lebih ke dalam satu organ indera dengan tujaun agar meyakinkan bahwa semua organ indera menjadi suci dan murni secara bersamaan?’

Sang Buddha menjawab: ‘Walaupun anda telah menyadari keadaan dari jalan masuk aliran (srota-apanna) dan menghapuskan pandangan keduniawian, anda masih belum mengerti tentang pikiran terdalam yang telah tertumpuk sejak zaman dahulu, pelenyapannya yang hanya dapat dicapai melalui latihan dan bimbingan. Juga anda masih kurang mengerti tentang ilusi terdalam dari kelahiran, menetap, perubahan dan kematian yang dilenyapkan pada masa puncak (dari perkembangan Bodhisattva).

‘Sekarang perhatikan enam organ anda: apakah mereka satu atau enam? Ananda, jika mereka adalah satu, mengapa anda tidak mampu untuk melihat dengan telingamu, mendengar dengan matamu, berjalan dengan kepalamu dan berbicara dengan kakimu? Jika mereka adalah enam, maka sewaktu saya menjelaskan tentang Dharma yang mendalam, yang mana dari mereka yang menerima ajaran saya?’

Ananda menjawab: ‘Saya mempergunakan telinga saya untuk mendengarnya’.

Sang Buddha berkata: ‘Jika demikian, telingamu seharusnya tidak memiliki hubungan dengan tubuhmu dan mulutmu sewaktu mulutmu bertanya apakah artinya dan tubuhmu berdiri untuk menerimanya dengan penuh hormat. Maka, mereka bukanlah satu yang berakhir menjadi enam ataupun enam yang berakhir menjadi satu: dengan perkataan lain, pada dasarnya organ indera anda adalah bukan satu maupun enam’.

‘Ananda, anda seharusnya menyadari bahwa organ anda bukanlah satu ataupun enam dan oleh karena anda telah melihat segala terbalik sejak zaman dahulu, (ilusi) satu dan enam telah timbul sejak itu yang sempurna dan murni. Walaupun keadaan srota-apanna yang telah anda peroleh menghapuskan (konsep ilusi) tentang enam, anda masih menyimpan (salah) satunya.

‘Hal ini seperti kekosongan (yang terdapat) di dalam berbagai tempat dan dinamakan berbeda menurut bentuk dari tempat penyimpanan tersebut : jika anda membuang tempat tersebut dan melihat pada kekosongan tersebut, anda akan berkata bahwa itu adalah satu. Tetapi bagaimana bias kekosongan mengikuti pembeda anda untuk menjadi satu atau beberapa? Juga ia bisa menjadi satu ataupun tanpa apapun. Jadi enam organ aktif anda adalah seperti kekosongan (yang berada di dalam tempat yang berbeda)’.

‘Oleh karena terang dan gelap adalah saling (bertolak belakang) dan mengungkapkan, kemelekatan mereka pada (pikiran) cemerlang sempurna menghasilkan persepsi, inti yang merefleksikan bentuk dan bergabung dengan mereka untuk menjadi organ indera. Organ-organ ini pada dasarnya timbul dari empat elemen terpilih (dari tanah, air, api dan angin) dan disebut sebagai mata yang berbentuk seperti buah anggur. Maka organ persepsi1 ini adalah pencarian yang terus menerus dari bentuk’.
_____________________________
1 Bertolak belakang dengan kemampuan persepsi yang berada di belakang dari organ persepsi biasa.

‘Oleh karena keadaan gangguan dan ketenangan bertolak belakang satu sama lain, kemelekatan mereka kepada (pikiran) cemerlang sempurna menghasilkan pendengaran, inti yang mana mengembalikan suara dan bergabung dengannya membentuk organ indera. Organ ini pada dasarnya timbul dari empat elemen terpilih dan disebut sebagai telinga yang bentuknya seperti daun gulung muda. Maka organ persepsi ini berada dalam pencarian yang terus menerus dari pendengaran’.

‘Oleh karena dua keadaan (bertolak belakang) dari kejelasan dan hambatan, kemelekatan mereka pada (pikiran) cemerlang sempurna menghasilkan penciuman, inti yang mana bereaksi terhadap bau dan menyerapnya untuk menjadi organ indera. Organ ini pada dasarnya berasal dari empat elemen terpilih dan disebut sebagai hidung yang berbentuk seperti cakar (ujung dari palu). Maka organ persepsi ini berada dalam pencarian terus menerus dari penciuman’.

‘Oleh karena keadaan perubahan dan tanpa perubahan, kemelekatan mereka kepada (pikiran) cemerlang sempurna menghasilkan pengecapan, inti yang mana bereaksi dengan rasa dan menyerapnya untuk menjadi organ indera. Organ ini pada dasarnya berasal dari empat elemen terpilih dan disebut sebagai lidah yang berbentuk seperti bulan sabit. Maka organ persepsi ini berada dalam pencarian yang terus menerus dari rasa’.

‘Oleh karena keadaan yang bertolak belakang dari sentuhan dan pemisahan, kemelekatan mereka pada (pikiran) demerlang sempurna menghasilkan perasaan, inti yang mana bereaksi terhadap sentuhan dan bergabung dengannya untuk menjadi organ indera. Organ ini pada dasarnya berasal dari empat elemen terpilih dan disebut sebagai tubuh yang berbentuk seperti batang pohon yang menyempit di tengah. Maka organ persepsi ini berada dalam pencarian terus menerus dari sentuhan’.

‘Oleh karena dua keadaan berurutan dari penciptaan dan penghancuran, kemelekatan mereka pada (pikiran) demerlang sempurna menghasilkan pengetahuan, inti yang mana bergantung pada Dharma dan bergabung dengannya untuk menjadi organ indera. Organ ini pada dasarnya berasal dari empat elemen terpilih dan disebut sebagai intelektual yang seperti persepsi yang tersimpan di dalam kamar yang gelap.1 Maka organ persepsi ini berada dalam pencarian terus menerus dari dharma’.

‘Maka, Ananda, enam organ indera ini menyebabkan Bodhi penerangan untuk menjadi kesadaran subjektif sehingga ia melenyapkan intinya dengan tergantung pada kesalahan. Inilah mengapa tidak ditemukan inti penglihatan tanpa hadirnya baik terang maupun gelap : tidak ada inti pendengaran tanpa hadirnya baik ketenangan maupun gangguan: tidak ada inti penciuman tanpa hadirnya baik kejelasan maupun hambatan : tidak ada pengecapan tanpa keadaan berubah dan tanpa perubahan dan tidak ada dukungan pengetahuan tanpa hadirnya ciptaan dan penghancuran’.

‘Anda bukan hanya tidak mengikuti keadaan ketenangan dan gangguan, dari sentuhan dan pemisahan, dari keadaan perubahan dan tanpa perubahan, dari kejelasan dan hambatan, dari ciptaan dan kehancuran, dan dari terang dan gelap, dan dari dua belas keadaan keduniawian ini, hanya mengeluarkan salah satu dari enam organ indera anda untuk melepaskannya baik dari kemelekatan dalam dan luar. Segera setelah ia ditaklukkan dan dikembalikan ke aslinya, cahaya terang yang terakhir akan lenyap. Apabila alami cerah bermanifestasi, lima kemelekatan lainnya akan dikeluarkan secara lengkap dan anda akan terbebas dari pandangan salah yang diciptakan oleh data indera ini’.

‘Cahaya ini tidaklah mengikuti organ indera tetapi berwujud melalui mereka dan sehingga semua enam organ berfungsi melalui satu sama lain.
_____________________
1 Intelektual tidaklah nyata dari apapun tetapi menerima sesuatu dari luar.

Ananda, tidakkan anda melihat di dalam kelompok Aniruddha yang buta tapi melihat, Upananda yang tuli tapi mendengar, Dewi Gangga yang tanpa hidung tapi mencium, Gavampati yang tidak merasa dengan lidahnya dan Dewa Sunyata yang tidak memiliki tubuh tetapi merasakan sentuhan. Dewa kehampaan timbul sementara di dalam cahaya Tathagata; oleh karena tubuhnya adalah (seperti) udara dan tidaklah nyata secara material, dia telah menyadari ketenangan (dhyana) yang berasal dari pelenyapan agregat kedua dan ketiga, sehingga memperoleh ketenangan dalam fase sravaka. Dan Mahakasyapa, yang juga berada di sini, berhasil sejak dulu dalam mengeluarkan organ intelektual sehingga menyadari pengetahuan sempurna yang tidak berasal dari proses berpikir’.

‘Ananda, jika organ indera anda dikeluarkan, cahaya dalam anda akan timbul, semua data indera sementara seperti halnya keadaan perubahan dari benda keduniawian akan lenyap, seperti es yang meleleh dengan air panas, dan anda akan menyadari Bodhi Sempurna segera itu juga. Ananda, jika seseorang yang melihat dengankedua matanya secara tiba-tiba menutup kedua matanya, kegelapan akan timbul sebelum dia menutupi semua enam organ inderanya termasuk kepala dan kakinya. Jika kemudian dia merasakan tubuhnya dengan tangannya, dia akan mampu membedakan kepala dan kakinya walaupun dia tidak melihatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuannya adalah sama apakah ia melihat sesuatu dalam keadaan terang ataupun dalam kegelapan. Yang tidak tergantung pada cahaya untuk berwujud tidaklah dipengaruhi oleh kegelapan. Setelah semua organ dan data indera dilenyapkan, mengapa anda masih belum mampu untuk menyadari Bodhi penerangan absolute dan sempurna ini’.

ANJURAN BIJAKSANA TENTANG PIKIRAN TUNGGAL
Ananda berkata: ‘Yang Maha Agung, seperti yang telah Sang Buddha katakan, tanah asal digunakan sebagai titik pemberangkatan dalam pencarian Kebenaran seharusnya sesuai dengan tanah subur. Yang Maha Agung, walaupun penyadaran akan tanah subur yang disebut dalam tujuh nama yang berbeda yakni Bodhi, Nirvana, Absolut, alami Buddha, Pengetahuan Suci (Amalavijnana), Kepustakaan Metafisika Tathagata, Cermin Kebijaksanaan yang Besar, ia suci, murni dan sempurna, dan intinya tidak berubah, seperti halnya intan kerajaan yang permanen dan tidak dapat dihancurkan. Sekarang kemampuan penglihatan dan pendengaran tidak memiliki ketergantungan alami tanpa kehadiran terang dan gelap, ketenangan dan pergerakan, dan kejelasan dan hambatan, dan seperti pikiran berpikir yang lenyap dengan kehadiran data indera. Bagaimana mereka bisa dipergunakan sebagai titik pemberangkatan di dalam pencarian tujuh buah permanen dari Sang Tathagata? Yang Maha Agung, penglihatan lenyap tanpa adanya terang dan gelap, seperti pikiran berpikir yang akan berakhir sewaktu tidak ditemukan fenomena luar. Setelah saya memikirkannya, saya dengan sia-sia mencari pikiran dan objeknya : apa kemudian yang seharusnya saya tentukan sebagai penyebab dari pencarian Bodhi Sempurna? Apakah ajaran sebelumnya dari Sang Tathagata tentang (alami dari) penglihatan yang mendalam, murni, sempurna dan permanen, bertentangan dengan “kata-kata benar” anda dan menjadi konsepsi yang salah (demikian juga)? Maukah anda dengan penuh belas kasihan untuk menghilangkan delusi dan keraguan saya?’

Sang Buddha berkata: ‘Anda telah menambah pengetahuan anda dengan mendengar, akan tetapi gagal untuk keluar dari alur kelahiran dan kematian secara lengkap. Walaupun anda mengetahui apa yang menyebabkan anda sedih, akan tetapi sewaktu anda mencari dalam diri anda kehadiran penyebab tersebut, anda gagal untuk mengenalinya. Biarkanlah kepercayaanmu itu tetap tidak lengkap, sekarang saya akan melakukan sesuatu untuk menghilangkan keraguan dan kecurigaanmu’.

Sang Buddha kemudian memerintahkan Rahula untuk membunyikan lonceng dan kemudian bertanya kepada Ananda: ‘Apakah anda mendengarnya?’ Ananda dan yang lainnya di dalam kelompok tersebut menjawab bahwa mereka mendengarnya. Sewaktu suara lonceng tersebut tidak terdengar lagi, Sang Buddha kembali bertanya: ‘Apakah anda masih mendengarnya?’ Mereka semua menjawab bahwa tidak mendengarnya. Rahula kemudian membunyikan lonceng tersebut dan Sang Buddha bertanya : ‘Apakah anda mendengarnya?’ Mereka menjawab bahwa mereka mendengarnya. Sang Buddha kemudian bertanya kepada Ananda : ‘Apa yang anda maksudkan dengan mendengar dan tidak mendengar?’ Ananda dan yang lainnya menjawab: ‘Jika lonceng dibunyikan, kita katakan bahwa itu mendengar dan apabila suar dan gaungnya lenyap, kita katakan itu tidak mendengar.’

Sang Buddha kemudian memerintahkan Rahula sekali lagi untuk membunyikan lonceng dan kemudian bertanya kepada Ananda : ‘Apakah ada suara?’ Ananda dan yang lainnya menjawab bahwa ada suara dari lonceng. Sejenak kemudian sewaktu suara itu tidak mampu didengar lagi.

Sang Buddha bertanya kembali: ‘Apakah ada suara?’ Mereka semua menjawab bahwa tidak ada lagi. Kemudian Rahula membunyikan lonceng kembali dan Sang Buddha bertanya: ‘Apakah ada suara?’ Mereka semua menjawab dengan positif. Sang Buddha kemudian bertanya kepada Ananda: ‘Apa yang anda maksudkan dengan suara dan tidak ada suara?’ Ananda dan yang lainnya menjawab bahwa jika lonceng berbunyi, maka akan ada suara dan sewaktu baik suara maupun gaungnya berhenti, itulah yang dikatakan tidak ada suara.

Sang Buddha berkata: ‘Mengapa anda bicara dengan kacau?’ Ananda dan yang lainnya menjawab: ‘Mengapa anda katakan bahwa kami berkata dengan kacau?’ Sang Buddha berkata :’Sewaktu saya bertanya kepadamu tentang pendengaran, anda berbicara tentang pendengaran, dan sewaktu saya bertanya tentang suara, anda berbicara tentang hal tersebut. Jadi hanya tentang pendengaran dan suara, jawaban anda sangatlah membingungkan; bagaimana bisa tidak saya katakan kacau? Ananda, apabila baik suara dan gaungnya lenyap, anda berkata bahwa tidak ada pendengaran: jika sebenarnya tidak ada pendengaran, alaminya akan mati dan akan seperti halnya buku yang dipergunakan, tetapi apabila lonceng dibunyikan kembali, bagaimana anda mendengarnya? Nyata dan tidak nyata hanyalah berhubungan dengan suara yang mungkin bisa ada atau tidak, tetapi bagaimana alami dari pendengaranmu mengikuti pembeda anda sehingga nyata atau tidak? Jika sebenarnya ia lenyap, siapa kemudian yang mengenal bahwa tidak ada suara?’

‘Maka, Ananda, di dalam pendengaranmu, suara mungkin nyata atau tidak, tetapi hal ini tidaklah berarti bahwa suara tersebut apakah terdengar atau tidak, (dapat) menyebabkan pendengaranmu nyata atau tidak. Jika delusi anda mengartikan secara salah suara sebagai pendengaran anda dan menganggap yang permanen sebagai sementara. Seharusnya anda tidak berkata bahwa pendengaran tidak memiliki alami sewaktu ia muncul terpisah dari (keadaan-keadaan dari) gangguan, ketenangan, hambatan dan kejelasan’.

‘Sebagai contoh, apabila seseorang tertidur ngorok, jika orang-orang mengukur beras, dia mungkin bisa mendengar pukulan dari drum atau suara lonceng yang berbunyi. Jadi sewaktu tertidur dia mungkin merasa bahwa hal aneh bahwa suara lonceng itu seperti pukulan dari (sepotong) kayu atau batu, tetapi jika ia secara tiba-tiba terbangun dan mendengar suara alu, dia akan mengatakan kepada keluarganya tentang kesalahannya sewaktu tertidur. Ananda, apakah orang tersebut mengingat akan tidurnya (keadaan-keadaan dari) ketenangan, gangguan, kejelasan dan hambatan? Walaupun tubuhnya dalam keadaan istirahat, alami pendengarannya masih ada.’ ‘Bahkan sewaktu tubuh anda meninggal dan kehidupan anda berakhir, bagaimana alami ini dapat lenyap? Oleh karena sejak zaman dahulu, semua makhluk hidup telah mengikuti bentuk dan suara dan diarahkan ke aliran pikirannya tanpa menyadari akan alami mereka yang murni, mendalam dan permanen. Melalui perpindahan dari keadaan permanen dan melalui kelahiran dan kematian yang mengikutinya, mereka telah terkontaminasi dengan penyimpangan dalam kehidupan mereka. Jika anda (hanya) dijauhkan dari samsara dan menetap di dalam permanen yang sebenarnya, Cahaya abadi anda akan timbul sehingga menyebabkan organ-organ, data indera, kesadaran dan pikiran (gila) anda akan lenyap secara bersamaan. Objek dari proses pikir (dikotori) oleh debu dan perasaan yang timbul dari kesadaran anda adalah tidak murni : jika keduanya disingkirkan, mata Dharma anda akan tampak suci dan murni segera. Mengapa kemudian anda tidak dapat menyadari Bodhi Sempurna?’

AJARAN UTAMA TENTANG TIGA PELAJARAN MEDITASI TERHADAP PIKIRAN TUNGGAL
Ananda berkata: ‘Yang Maha Agung, walaupun Sang Tathagata telah mengajarkan tentang titik penentu kedua (di dalam perkembangan dari pikiran), saya berpikir bahwa jika seseorang mahir di dalam membuka simpul tidak mengetahui bagaimana caranya hingga mereka tersimpul, dia akan tidak mampu untuk melepaskannya. Dalam kelompok ini, saya dan mereka yang memerlukan pelajaran dan bimbingan selanjutnya, berada di dalam kasus yang sama. Sejak zaman dahulu kala, kita dan delusi kita telah menambah kualitas yang baik sehingga membuat kita mampu untuk memperluas pengetahuan kita dengan mendengar (tentang semuanya itu) dan sehingga disebut sebagai yang meninggalkan rumah-rumah, kita seperti seseorang yang menderita malaria yang setiap beberapa hari sekali bangkit kembali. Maukah anda menaruh kasihan kepada kami dan membantu kami yang terpuruk ini? Maukah anda menceritakan kepada kami bagian mana dari tubuh dan pikiran kita berada dalam keadaan tersimpul dan bagaimana cara untuk melepaskannya sehingga semua makhluk yang menderita dapat terbebas dari samsara dan menghindari masuknya (kembali) ke dalam tiga alam nyata?’

Setelah berkata demikian, dia dan semua kelompok yang ada berlutut, mengeluarkan air mata dengan pahit dan dengan dengan penuh perhatian menunggu ajaran Sang Buddha yang sempurna.

Sang Buddha menaruh kasihan pada Ananda dan yang berada dalam kelompok tersebut yang masih memerlukan pelajaran dan bimbingan seperti juga dengan semua makhluk hidup masa depan. Supaya mereka mampu untuk membangkitkan penyebab dari kemunculan mereka di masa depan di dunia (sebagai guru) dan sehingga menjadi mata (kebijaksanaan) untuk membimbing generasi akan datang, Beliau meluruskan tangan-Nya yang berkilau keemasan untuk menyentuh kepala Ananda (dan menenangkan dia).

Segera semua Buddha di sepuluh penjuru bergetar enam kali1 dan Sang Tathagata, tak berhingga seperti titik-titik debu, mengeluarkan dari puncak kepalanya, cahaya berkilau yang mencapai Jetavana untuk menyinari kepala Sang Buddha. Hal ini sebelumnya belum pernah dilihat oleh kelompok tersebut. Kemudian Ananda dan semua yang hadir mendengar Buddha dalam jumlah tak berhingga mengumumkan satu suara: ‘Bagus, Ananda, jika anda ingin mengetahui bagaimana tentang kebodohan yang diwariskan yang menyebabkan anda berada di dalam samsara, (seharusnya anda mengetahui bahwa) akar dari kelahiran dan kematian adalah enam organ indera anda. Jika anda ingin mengetahui tentang Bodhi Agung, enam organ inilah yang akan membantu anda mempercepat penyadaran kebahagiaan dalam kebebasan dan permanen di Nirvana.’

Walaupun Ananda telah mendengar suara Dharma ini, dia masih belum jelas tentang arti (mendalamnya). Jadi dia membungkukkan badannya dan bertanya kepada Sang Buddha : ‘Bagaimana bisa enam organ yang sama yang menyebabkan saya berada di dalam samsara dan menjadi gembira di dalam Nirvana absolut?’

Sang Buddha berkata: ‘Ananda, baik organ dan objek-objek mereka berasal dari sumber yang sama, keterikatan dan kebebasan bukanlah dua hal yang berbeda. Kesadaran adalah ilusi, seperti bunga yang berada di angkasa. Ananda, pengetahuan anda berasal dari setiap fenomena yang terikat pada bentuk oleh karena organ indera anda. Baik bentuk maupun penglihatan adalah tergantung satu sama lain, seperti dua ikat serat yang mewakili ketergantungan satu sama lain. Maka, jika intelektualmu berperan sebagai yang mengetahui, ini disebut sebagai akar dari kebodohan anda (tetapi) jika ia bebas dari penglihatan, ia akan menjadi Nirvana yang intuitif dan suci. Bagaimana kemudian yang terakhir mengizinkan elemen asing mengganggunya?’
_________________________________
Bodhi yang menggetarkan semua enam organ indera, akar dari yang bukan penerangan.
Untuk mengulang ajaran-Nya, Sang Buddha membacakan gatha berikut :
Kebenaran Alami1 adalah bebas dari semua fenomena2
Yang mana ilusi yang diciptakan oleh penyebab.3
Nomena tidaklah timbul ataupun lenyap, tetapi semua
Fenomena adalah bunga di angkasa.4
Yang tidak benar mengungkapkan yang benar
Akan tetapi keduanya hanyalah ilusi.5
Oleh karena tanpa kebenaran ataupun ketidakbenaran
Bagaimana bisa ditemukan subjek dan objek?6
Oleh karena antara duanya tanpa alami sebenarnya
Titik di mana dua ikat serat bertemu apabila ditegakkan.7
Kemelekatan dan kebebasan dari sebab yang sama timbul,8
Sementara keduniawian dan dunia spiritual bukanlah dua.9
Pikirkanlah alami dasar dari titik ini
Pertemuan baik “yang ada” dan “yang tidak ada” adalah mustahil.10
Jika anda mengabaikannya, anda berada dalam delusi,
Jika anda sadar maka anda akan bebas segeranya.11
Enam simpul dilepaskan satu diikuti yang lainnya;
Apabila semuanya telah dilepaskan maka yang satu akan lenyap juga.12
Pilihlah organ yang menembus semuanya
______________________________________

  1. Kebenaran Alami, atau Pikiran Tunggal, seharusnya menjadi titik pemberangkatan di dalam pelajaran meditasi tiga lipat.
  2. Samatha, atau pelajaran meditasi tentang semuanya sebagai kekosongan.
  3. Samapatti, atau pelajaran meditasi tentang semuanya sebagai ketidakbenaran.
  4. Dhyana, atau pelajaran meditasi tentang ‘Jalan Tengah’ yang mencakup baik nomena yang tidak berubah dan fenomena yang berubah.
  5. Baik yang benar maupun tidak benar adalah relatif dan seharusnya dihapuskan sehingga absolut dapat bermanifestasi.
  6. Pelenyapan dari kedua organ dan data indera untuk melenyapkan ilusi dari kebodohan.
  7. Kebodohan timbul dari organ dan data indera, diwakilkan oleh dua ikat serat yang tergantung satu sama salin supaya bisa berdiri tegak, tetapi adalah kosong pada titik perpotongan mereka.
  8. Baik kemelekatan (delusi) dan kebebasan berasal dari sebab yang sama, atau pikiran.
  9. Baik dunia spiritual dan keduniawian berasal dari pikiran yang sama dan maka tidak bersifat dua.
  10. Jika anda perhatikan ke alami dasarnya, anda akan menemukan bahwa ia berada di luar semua dualisme.
  11. Anda mengalami delusi karena anda bingung tentang alami dasarnya, tetapi jika anda menyadarinya, anda akan segera mencapai penerangan.
  12. Semua enam organ berasal dari pikiran dan sewaktu anda terbebas dari yang pertama, yang terakhir juga akan lenyap. Hal ini adalah sesuai dengan jawaban dari kung an (koan) : ‘Semua benda dikembalikan kepada Satu, ke manakah yang Satu itu dikembalikan?’

Untuk memasuki aliran suci dan mencapai Bodhi.
Kebiasaan buruk mengalir seperti air bah di dalam Kesadaran Alaya yang kompleks.
Oleh karena yang benar maupun yang tidak, dapat menciptakan keraguan
Saya telah menyairkan suatu gatha untuk mengungkapkannya kepada anda.1
Jika pikiran diarahkan untuk mencari pikiran tersebut, yang mana
Pada intinya yang bukan ilusi menjadi ilusi.2
Jika anda berhenti menggemgamnya maka tidak akan dijumpai yang nyata:3
Jika apa yang bukan ilusi lenyap
Dan tidak bangkit lagi, dimanakah ilusi itu?4
Inilah (Hukum) Dharma Teratai yang mendalam itu.5
Bodhi yang berharga dari batu kerajaan,6
Samadhi yang memandang semua benda sebagai ilusi7
Yang merupakan peta tangan yang mengantarkan ke keadaan di luar
Semua ajaran. Doktrin 8 yang tak terbandingkan diikuti
Oleh semua Bhagavat di semua penjuru
Dalam Satu Jalan menuju arah Nirvana.9
____________________________

  1. Alaya, atau kebodohan dasar, adalah objek yang akan dilenyapkan dengan pelajaran meditasi subjektif tiga lipat. Kesadaran ini adalah sangat mendalam dan luar biasa dan berubah menurut bibit dan kebiasaan buruk yang ditumpuk sejak zaman dahulu. Ia terdiri dari baik kebenaran dan kesalahan, maka ‘yang benar maupun yang tidak benar’ yang bias menciptakan keraguan di dalam pikiran para pemula. Untuk alasan inilah Sang Buddha tidak menyingkapkannya kepada murid-murid-Nya.
  2. Jika Pikiran benar yang pada dasarnya bukan merupakan ilusi kita gantungkan, ia akan menjadi satu oleh karena ketergantungan anda. Maka dualisme dari nomena dan fenomena diciptakan dan menutupi alami sebenarnya.
  3. Jika anda hanya berhenti ketergantungannya, bahkan pikiran benar tidak bisa ditemukan.
  4. Ini adalah penghapusan total baik kebenaran dan kesalahan untuk mengungkapkan Absolut.
  5. Samadhi Surangama adalah suci dan tidak bisa dikotori seperti bunga teratai.
  6. Ia bersifat tidak dapat dihancurkan seperti intan kerajaan dan dapat menghancurkan kegelapan dari kebodohan.
  7. Ia meneliti semua fenomena dan menyadari ilusi dan alami sementara mereka.
  8. Abhidharma.
  9. Gatha ini bercerita tentang ajaran Surangama Sutra mendalam yang melingkupi semuanya dan menjawab permintaan Ananda untuk memohon ajaran pada awal dari pertemuan.

Bersambung ke edisi selanjutnya…

Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.