Kosong dari Apa?

(Oleh Utphala Dhamma)

SN 35.85. Suñña Sutta
Suatu ketika Yang Mulia Ānanda mendekati Sang Bhagava dan bertanya, Bhante, dikatakan ‘Kosong adalah sifat dunia, dunia itu kosong …’Dalam hal apa, Yang Mulia, bahwa dunia itu kosong?

Begini Ānanda, karena dunia kosong dari diri dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri, itulah yang dikatakan bahwa dunia kosong.

Dan apa itu, yang kosong dari diri dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri?
Mata, semua bentuk, kesadaran yang timbul diindera mata, kontak mata, dan perasaan apapun yang timbul akibat kontak mata, adalah kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri.
Telinga, semua suara, kesadaran yang timbul diindera pendengaran, kontak telinga, dan perasaan apapun yang timbul akibat kontak telinga, adalah kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri.

Hidung, semua bau, kesadaran yang timbul diindera penciuman, kontak di hidung, perasaan apapun yang muncul akibat kontak penciuman adalah kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri.

Lidah, semua rasa, semua kesadaran yang timbul pada indera pengecap, kontak di lidah, perasaan apapun yang muncul akibat kontak pengecapan, adalah kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri.

Tubuh, semua bentuk sentuhan, kesadaran merasakan, seluruh kontak di tubuh, perasaan apapun yang timbul akibat kontak tubuh, itu juga kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri …

Pikiran adalah kosong dari diri. Semua pemikiran dan ide-ide adalah kosong dari diri. Kesadaran yang muncul di indera pikiran adalah kosong dari diri. Kontak di indera pikiran adalah kosong dari diri. Apapun perasaan yang muncul akibat kontak pikiran, itu juga kosong dari diri apapun dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan diri.

Demikianlah, Ānanda, karena semua ini kosong dari diri dan kosong dari apa yang menjadi milik atau terkait dengan apa yang sebenarnya merupakan persepsi keliru mengenai diri, itulah yang dikatakan bahwa dunia itu kosong.

INDERA MATA adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri. Objek penglihatan… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada mata… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera mata, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak mata adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.

INDERA TELINGA adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri. Objek pendengaran… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada telinga… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera telinga, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak telinga adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.

INDERA HIDUNG adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri. Objek penciuman… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada hidung… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera hidung, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak hidung adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.
INDERA LIDAH adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri… Objek rasa… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada lidah… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera lidah, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak lidah adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.

INDERA JASMANI PENGINDERA SENTUHAN adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri… Objek sentuhan… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada jasmani… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera jasmani, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak jasmani adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.

INDERA PIKIRAN adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri… Objek pikiran… bukan diri. Kesadaran yang timbul lenyap pada indera pikiran… bukan diri. Kontak antara ketiganya (indera pikiran, objeknya, dan kesadaran)… bukan diri. Perasaan dan segala bentuk-bentuk batin yang timbul akibat kontak pikiran adalah fenomena alami alam impersonal, bukan diri.

REFERENSI: MN 148. Chachakka Sutta ..

RUPAM sunyata sunyataiva rupam, Rupan na prithak sunyata sunyataya na prithag rupam, Yad rupam sa sunyata ya sunyata tad rupam; Evam eva VEDANA-SAMJNA-S AMSKARA-VIJNANA M… ~ Bait Pertama dari Prajna Paramita Hrdaya Sutra

Jasmani (rupa) adalah (bersifat) kosong (dari suatu diri) dan kosong adalah (sifat) jasmani, Maka jasmani tiada bukan (pasti) adalah kosong (dari suatu diri) dan kosong (dari suatu diri) pasti adalah hakekat dari jasmani. Beginilah jasmani yang bersifat kosong dan beginilah kekosongan jasmani; DEMIKIAN PULA halnya dengan Perasaan, Pikiran, Bentuk-bentuk pikiran, dan Kesadaran (PANCASKHANDHA / PANCAKKHANDHA).

Jadi bukan hanya RUPA, tapi VEDANA-SAMJNA-S AMSKARA-VIJNANA , kelima Pancakkhandha adalah bersifat kosong. Kosong dari apa? Dari suatu diri/atta/personal.

Sebelum kemunculan Buddha atau sebelum mendengar Dhamma, kita cenderung menganggap bahwa dalam suatu makhluk ada satu komponen utama yang bersifat personal, atau suatu unsur utama personal, suatu inti diri berupa jiwa, suatu ruh, suatu atta. Persis perumpamaan yang diberikan Sang Buddha mengenai seorang raja yang terpesona oleh suara kecapi lalu menganggap suara tersebut adalah salah satu unsur, atau komponen inti, dari kecapi.
SN 35.205. VINA SUTTA: … Misalkan ada seorang raja atau menteri kerajaan yang belum pernah mendengar suara musik kecapi. Kemudian pada suatu hari ia mendengarkannya dan berkata, “Orang baik beritahukanlah kepadaku, suara apakah itu, yang begitu mempesona, begitu menyenangkan, begitu memabukkan, begitu menggairahkan, dengan kekuatan yang begitu mengikat?”
Lalu mereka berkata kepadanya, “Paduka, itu adalah suara musik kecapi. “
Maka ia berkata, “Pergilah, bawakan aku kecapi itu!”
Lalu mereka membawakan kecapi itu kepadanya tetapi ia berkata, “Cukup sudah dengan kecapi ini. Bawakan saja aku musiknya!”
Mereka lalu berujar, “Paduka, kecapi ini terdiri dari berbagai dan banyak bagian: perut, kulit, tangkai, kerangka, senar, kuda-kuda, dan upaya pemain. Dan kecapi itu bersuara karena mereka. Kecapi itu bersuara karena banyak bagian”.
Lalu raja tersebut memecahkan kecapi itu menjadi ratusan bagian, memecah dan memecahnya lagi, membakarnya, menaruh abunya dalam sebuah timbunan, dan menampinya dalam sebuah tong atau mencucinya dengan air agar dapat menemukan suara musiknya.
Setelah melakukan hal ini, ia berkata, “Kecapi merupakan benda yang sungguh jelek; apapun gerangan sebuah kecapi itu, dunia telah terbawa sesat oleh benda itu”.
Demikian pula, pada seseorang yang menyelidiki badan JASMANI sejauh apapun badan jasmani mengada dan berubah, menyelidiki PERASAAN…, menyelidiki PERSEPSI (pencerapan)… , menyelidiki BENTUK-BENTUK BATIN/PIKIRAN…, menyelidiki KESADARAN sejauh apapun kesadaran mengada dan berubah, tidak akan ditemukan atau muncul gagasan atau pandangan mengenai “Diriku, Milikku, Aku”. <SN 35.205. Vina Sutta, Samyutta Nikaya>******
Di Vajira Sutta, Bhikkhuni Vajira, seorang Arahat, saat menegur dan memberi penjelasan pada Mara yang berusaha menggodanya, mengatakan bahwa yang kita sebut “diri” ini adalah semata kumpulan dari sankhara/bentukan (“fabrications”) seumpama “kereta” hanya ada karena komponen-komponennya berkumpul, berpadu atau terintegrasi. Anattalakkhana, Culasaccaka, Mahapuññama Sutta dll, menjelaskan bahwa masing-masing dari pancakhandha bukanlah atta/diri/aku/personifikasi.
Kutipan SN 5.10 VAJIRA SUTTA: Mara, dengan tujuan mengganggu dan menteror, mendekat dan bertanya:
“Oleh siapa makhluk itu diciptakan?
Dimana Sang Pencipta berada?
Di mana makhluk diciptakan?
Di mana lenyapnya makhluk?”
Bhikkhuni Vajira, seorang Arahat, menjawab:
“Makhluk, kau bilang?
Itukah pemikiranmu?
Yang ada di sini, hanyalah kumpulan/tumpukan bentukan-bentukan (sankhara) semata. Tidak bisa ditemukan makhluk di tumpukan ini.”
Lanjut Sang Bhikkhuni:
“Seperti halnya bila komponen-komponennya lengkap berkumpul, ada istilah ‘kereta’; begitupula halnya bila khandha-khandha hadir berkumpul, maka sebagai perjanjian umum ada istilah ‘makhluk’.”
“Hanya yang mengecewakanlah yang mengada terbentuk;
Yang mengecewakanlah yang terbentuk dan lenyap;
Tiada apapun melainkan yang mengecewakan
Tiada apapun melainkan yang mengecewakanlah yang lenyap.”
Menyadari Sang Bhikkuni mengenalinya, Mara kecewa dan segera menghilang.
<SN 5.10 Vajira Sutta>