Bagaimana Mendeteksi Ajaran Menyimpang
1. Pemimpin selalu benar
Kepemimpinan karismatik ini dilengkapi dengan gelar kehormatan dan berbagai julukan diciptakan tanpa pembuktian dari mana berasal. Ketika ditanyakan dimana, bagaimana dan kapan terjadinya gelar tersebut diraih, maka biasanya jawaban mereka mengelak dan berputar-putar sehingga mengaburkan jawaban sebenarnya.
Pemimpin akan mengklaim pengetahuan tertinggi berasal dari sutta, meditasi dan ayat-ayat tertentu dalam kitab untuk membenarkan pemikiran dan tindakan mereka. Denga pola pikir tersebut, pemimpin itu merasa memiliki wewenang ilahi untuk mengajarkan orang bagaimana untuk hidup dan berprilaku, seperti pemimpin bermata dalam kerajaan orang buta.
2. Tidak boleh ada pertanyaan
Pengikut ajaran menyimpang biasanya mengutip perkataan pemimpin mereka tanpa pernah menanyai. Jikapun ada pertanyaan kepada pemimpin mungkin dapat mengakibatkan sanksi atau ditinggalkan oleh pemimpin dan anggota lainnya. Bahkan “Kalama Sutta” bisa diputar sesuai interpretasi mereka. Salah satu ayat favoritnya adalah “…bila kamu sendiri tahu hal-hal ini yang baik, hal-hal ini tidak disalahkan, hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana, dilakukan dan diamati, hal-hal ini membawa manfaan dan kebahagiaan, maka masuk dan bergabunglah di dalamnya.”
Masalahnya adalah para pengikutnya dari waktu ke waktu diberi label bahwa status mereka adalah “Pelajar Dhamma” berhubung karena ketidaktahuan mereka, maka perlu berlatih lebih tekun sebelum mereka dapat memutuskan untuk diri sendiri. Sehingga ini merupakan salah satu bentuk perintah persahabatan spritual kalyana mitra (hubungan khusus antara pengajar dan muridnya). Namun disayangkan para pengikut ajaran menyimpang cenderung memanfaatkan hubungan ini untuk tujuan mereka sendiri, bahkan mengarahkan pada sistim parasit terus menerus atau ketergantungan berlanjut. Ini merupakan anti-thesis dari hubungan simbolik yang terdapat pada Sangha dan pengikut awam yang diperlihatkan pada aliran utama.
3. Seluruh dunia melawan kita
Kritikan publik dan teguran dari orang-orang yang terlihat lebih berpengetahuan atau terkemuka biasanya membuat pemimpin ajaran menyimpang menciptakan kondisi mereka sebagai kelompok yang tertindas. Pengikutnya secara terus menerus diingatkan bahwa mereka sedang diganggu oleh tangan yang tidak terlihat, oleh orang yang berwenang dan oleh orang-orang yang merasa iri terhadap aliran mereka. Cara mereka satu-satunya untuk menghadapi kekuatan ini adalah berkumpul bersama karena seluruh dunia sedang melawan mereka.
4. Tidak ada orang lain yang benar
Pemimpin ajaran menyimpang percaya mereka memegang kekuasaan dari kebenaran pada metode pengajaran dan cara berlatih. Siapapun yang berkeinginan untuk menghadiri atau berkunjung ke kelompok Dhamma lain akan dijauhi oleh pengikut lainnya dan dianggap sebagai pengkhianat
5. Eksploitasi keuangan
Ajaran menyimpang biasanya sibuk untuk mengumpulkan uang, baik dengan alasan untuk tujuan amal ataupun untuk membangun pusat perkumpulan mereka. Salah satu metode nya adalah menekankan pada ajaran “tanpa pribadi”, “tanpa ego”, “keserakahan”, “kehampaan” dan kemudian menghubungkan dengan bagaimana kekayaan seseorang tidak begitu berarti terhadap kebaikan jika dibandingkan dengan orang yang mendermakan kekayaannya terhadap komunitas untuk penyebaran Dhamma. Kelompok ajaran menyimpang ini mengajarkan bahwa pengorbanan diperlukan untuk kebaikan organisasi lebih baik dibandingkan meletakan keuangan seseorang di tempat lain.
6. Menggunakan ketakutan dan intimidasi
Ajaran menyimpang bergantung pada intimidasi pribadi dan publik untuk menjaga anggota mereka dalam jalurnya. Dalam ajaran Buddha, khususnya lebih menekankan pada pelatihan pikiran melalui meditasi yang merupakan bagian integral untuk pelatihan. Untuk individu yang masih lemah/menghadapi masalah pribadi untuk bisa bermeditasi, maka para pemimpin karismatik ajaran menyimpang mahir berempati dengan masalah ini.
Ketika pemimpin mereka marah dan menggunakan kata-kata kasar, mereka dijelaskan bahwa hal tersebut sebagai ekspresi “cinta dan kasih sayang”. Beberapa pembenaran ini dengan memberi label pada respon agresif ini sebagai “persahabatan yang sangat akrab”. Dan ketika anggota yang tadinya menjadi sasaran juga menjadi pelaku yang mengintai untuk berbuat yang sama, maka intimidasi menjadi lengkap. Ini merupakan psikologi hukum rimba yang berlaku.
Sebagai hasilnya, anggota dari kelompok ajaran menyimpang ini secara berkesinambungan menghadapi pertempuran dalam kelompok itu sendiri untuk mempertahankan keinginan mereka agar diterima dan status mereka dapat meningkat bergantung pada apa yang mereka lakukan. Dengan cara ini pemimpin ajaran menyimpang dapat menjaga kekokohan keanggotaan wajib dan ikatan pada organisasi mereka.
7. Indoktrinasi
Hampir semua ajaran menyimpang dari ajaran Buddha menggunakan suatu teknik mengubah pikiran seperti meditasi, ketakutan pada guru, ketakutan pada karma jahat dan manipulasi emosional untuk mencuci otak para anggotanya untuk tetap tinggal.
Pemimpin tersebut mahir menusut hati nurani yang bersalah, sering bermain dengan pikiran yang bingung, dan memberikan konseling pribadi tentang pengamatan pembentukan mental setelah satu pertemuan.
Daripada mengarahkan pengikutnya memperkokoh pribadinya untuk menghadapi musuh internal di dalam pribadi, ajaran menyimpang malah menumbuhkan ide-ide pembebasan melalui dukungan komunitas, sehingga dengan demikian mengabadikan ketergantungan pada kekuatan eksternal.
sumber : How to spot a Buddhist cult
Diposkan oleh chandadhammo http://chandadhammo.blogspot.com/2011/05/bagaimana-mendeteksi-ajaran-menyimpang.html