Shuranggama Sutra 楞嚴經
(sambungan dari edisi sebelumnya)
MENYATUKAN ENAM SALURAN
SALURAN MELALUI MATA
‘Sekali lagi, Ananda, mengapa keenam saluran (khayalan ke pikiran) mendasari kepustakaan Tathagata yang alamiah dan sempurna. Ananda, keseimbangan penglihatan yang mengganggu penglihatan seperti halnya kedua mata dan penghalangnya merupakan masalah yang timbul dari Bodhi. Karena penglihatan timbul antara dua keadaan terang dan gelap, mereka dimasukkan ke dalam persepsi (alaya) yang disebut sebagai penglihatan (fakultatif). Penglihatan ini tidak memiliki substansi bebas yang muncul terpisah dari dua keadaan terang dan gelap. Maka, Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa penglihatan ini bukan timbul dari terang dan gelap ataupun dari organ penglihatan ataupun kehampaan. Mengapa? Karena jika itu timbul dari cahaya, maka ia akan lenyap apabila kegelapan timbul dan tidak akan menangkap yang belakangan. Jika itu timbul dari kegelapan, maka ia akan lenyap apabila cahaya timbul dan tidak akan menangkap yang belakangan. Jika itu timbul dari organ (penglihatan), maka tidak akan ada (objektif) terang dan gelap; maka inti dari persepsi demikian tidak akan memiliki sifat alamiah dirinya. Jika itu timbul dari kehampaan, sewaktu ia menerima dua keadaan ini, seharusnya melihat juga organ penglihatan. Lebih lagi, kehampaan itu kemudian akan menerima semua dari dirinya dan tidak memiliki hubungan dengan saluran dari kedua matamu. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa saluran melalui mata itu salah dan juga bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’1
______________________________
1Menyeimbangkan penglihatan mewakili kebodohan, dan gangguan sebagai penglihatan terang dan gelap; kedua-duanya timbul dari Bodhi. Bodhi tersebut ditutupi oleh kebodohan; maka tiga sifat alaya : pembuktian diri, persepsi dan bentuk, semuanya tidak nyata adanya.
SALURAN MELALUI TELINGA
‘Ananda, jika seseorang secara tiba-tiba menutup kedua telinganya, gangguan akan timbul dari organ inderanya dan dia akan mendengar suara di kepalanya. (Penutupan telinga ini) demikian juga telinga dan gangguan yang dialami merupakan masalah yang timbul dari Bodhi. Oleh karena pendengaran timbul antara dua keadaan ketenangan dan pergerakan, mereka dimasukkan ke dalam persepsi (alaya) yang disebut sebagai pendengaran. Pendengaran ini tidak memiliki inti bebas dari ketenangan dan pergerakan. Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa pendengaran datang bukan dari ketenangan, maupun pergerakan, juga dari organ indera maupun kehampaan. Mengapa? Karena jika itu timbul dari ketenangan, ia akan berakhir sewaktu adanya pergerakan dan tidak akan mendengar yang belakangan. Jika itu timbul dari pergerakan, ia akan lenyap sewaktu datang ketenangan dan tidak akan mendengar yang belakangan. Jika ia timbul dari organ indera, tidak akan dijumpai (objektif) ketenangan dan pergerakan; maka pendengaran fakultatif ini tidak memiliki inti dirinya. Jika ia timbul dari kehampaan, dan yang bias mendengar (sebenarnya) bukanlah kehampaan tersebut. Lebih lagi, kehampaan itu akan mendengar dirinya sendiri dan tidak memiliki hubungan dengan saluran melalui telingamu. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa saluran melalui telinga bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’
SALURAN MELALUI HIDUNG
‘Ananda, jika seorang manusia secara tiba-tiba menghentikan nafasnya, lobang nafasnya akan terasa dingin. Oleh karena perasaan ini, dia dapat membedakan (ventilasi) yang lapang dari keadaan (tercekik) dan kehampaan dari kepenuhan, serta dapat mencium bau yang sedap dan yang bau. Menahan nafas seperti halnya hidung dan perasaan yang dirasakan merupakan masalah yang timbul dari Bodhi. Oleh karena perasaan timbul dari dua kondisi salah dari kelengangan dan rintangan, sensasi menjadi persepsi (alaya) yang disebut sebagai penciuman. Penciuman ini tidak memiliki inti bebas dari kelengangan dan rintangan. Seharusnya anda mengetahui bahwa itu timbul bukan dari dua keadaan ini dan juga bukan dari hidung maupun kehampaan. Mengapa? Jika itu timbul dari kelengangan, ia akan lenyap bila timbul rintangan; tetapi mengapa ia merasakah yang terakhir? Jika itu timbul dari rintangan, ia akan lenyap bila keadaan lengang; akan tetapi mengapa ia bisa berkontak dengan wewangian dan bau-bauan yang menyengat? Jika itu timbul dari organ-organ indera, maka tidak akan dijumpai (objektif) tentang kelengangan dan rintangan; maka penciuman fakultatif ini tidak memiliki dirinya sendiri secara alamiah. Jika ia timbul dari kehampaan, ia akan mampu mencium hidungnya sendiri; jika demikian kehampaan itu sendiri akan mencium dan tidak memiliki hubungan dengan saluran masuk dari hidung. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa saluran ini bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’
SALURAN MELALUI LIDAH
‘Ananda, jika sebagai contoh, seseorang menjilat bibirnya berulang-ulang, dia akan memiliki kesulitan (dengan perasaan perabaannya), jika ia sedang sakit dia akan mengalami perasaan pahit dan jika ia sedang sehat, (agak) manis yang dirasakannya. Maka pahit dan manis mengungkapkan bahwa perasaan itu tidak berasa tanpa kehadiran (perasaan) yang membangkitkan dan juga, dengan lidah dan kesulitan (timbul akibat rasa) merupakan khayalan dari Bodhi. Khayalan ini akibat kesalahan luar (seperti) pahit dan manis dan ditarik ke dalam persepsi (alaya) yang disebut sebagai rasa. Rasa ini tidak memiliki inti bebas di luar dari rasa (seperti) manis dan pahit, dan tanpa rasa. Ananda, seharusnya, anda mengetahui bahwa persepsi rasa bukan timbul dari rasa (seperti) manis dan pahit dan juga tanpa rasa, juga bukan dari organ indera maupun kehampaan. Mengapa? Karena itu bukan timbul dari rasa manis dan asam; ia akan hilang dalam keadaan tanpa rasa, akan tetapi mengapa ia merasakan keadaan yang terakhir? Jika itu timbul dari tanpa rasa, ia akan hilang bila bersentuhan dengan rasa manis; tetapi mengapa ia masih merasakan manis dan asam? Jika itu timbul dari lidah, yang terakhir itu asalnya bukan dari tanpa rasa maupun rasa manis atau asam; maka kita mengetahui bahwa organ perasa tidak memiliki inti di dalam dirinya. Jika itu timbul dari kehampaan, yang terakhir itu bukanlah mulutmu, yang bias merasakan dirinya sendiri; jadi apa hubungannya dengan saluran dari lidah? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa saluran ini tidaklah nyata dan juga bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’
SALURAN MELALUI TUBUH
‘Ananda, sebagai contoh, jika seseorang menyentuh tangannya yang panas dengan yang dingin dari lainnya, jika dingin itu melebihi rasa panas, tangan yang panas akan menjadi dingin dan jika yang panas melebihi yang dingin, yang dingin akan menjadi panas. Perasaan ini diungkapkan oleh kedua tangan yang bersatu dan kemudian berpisah. Sentuhan ini membangkitkan perasaan, bersama dengan tubuh dan khayalan, merupakan masalah yang timbul dari Bodhi. Masalah ini timbul di mana ada dua keadaan kontak dan tanpa kontak, dan tertarik ke dalam persepsi (alaya) yang disebut sebagai sentuhan. Sentuhan ini tidak memiliki inti “aku” dari kontak dan tanpa kontak, dan dari keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa persepsi raba ini bukan timbul dari kontak maupun tanpa kontak, dari perasaan yang senang atau tidak senang, juga bukan dari organ indera atau kehampaan. Mengapa? Jika itu timbul dari kontak, ia akan lenyap dalam keadaan tanpa kontak; mengapa dapat ia merasakan keadaan yang terakhir? Hal ini sama dengan keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Jika itu timbul dari organ-organ indera, ia akan bebas dari kontak dan tanpa kontak, serta dari keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan; maka tubuhmu yang merasakannya tidak memiliki inti dirinya. Jika itu timbul dari kehampaan, yang terakhir akan merasakan rabaan dirinya sendiri; jadi apa hubungannya dengan saluran melalui tubuh? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa saluran ini salah dan bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
SALURAN MELALUI INTELEKTUAL
‘Ananda, jika seseorang tidur, dia mengorok; dan kemudian sewaktu terbangun, ia melihat benda-benda, dia mampu mengingatnya dan setelah suatu waktu akan melupakannya sama sekali. Hal ini merupakan keadaan pembalikan dari lahir, statis, berubah dan mati yang terus menerus terbawa ke dalam intelektual bagian terbawah; maka organ “mana”, yang bergabung dengan intelektual dan masalah (yang dialami) merupakan suatu penyakit yang timbul dari Bodhi. Penyakit ini timbul akibat penerimaan dua keadaan salah dari kelahiran dan kematian, suatu persepsi yang menyelubungi semua data dalam yang tidak bisa dijangkau penglihatan dan pendengaran; maka hal itu disebut sebagai mengetahui. “Mengetahui” itu tidak memiliki intinya sendiri, terpisah dari keadaan bangun dan tidur, serta dari keadaan lahir dan mati. Maka, Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa organ untuk mengetahui itu timbul bukan dari keadaan bangun dan tidur, juga bukan dari keadaan lahir dan mati, dan juga bukan dari organ indera ataupun kehampaan. Mengapa? Karena jika itu timbul dari keadaan bangun, maka ia seharusnya lenyap dalam keadaan tidur; jadi mengapa seseorang tidur? Jika itu timbul dari kelahiran, maka ia akan menjadi kehampaan pada kematian; jadi siapa yang akan mati? Jika itu timbul dari kematian, maka ia akan lenyap dalam kelahiran, jadi siapa yang akan hidup? Jika itu timbul dari organ-organ indera, jadi sewaktu tubuh mengalami dua keadaan bangun dan tidur, “mengetahui” tidak memiliki inti dirinya sendiri, terpisah dari keadaan ini dan akan seperti bunga di langit. Jika itu timbul dari kehampaan, yang terakhir akan mengetahui bahwa segala sesuatunya dan tidak akan memiliki hubungan dengan saluran masuk melalui intelektual. Maka, saluran itu bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.1
MENYATUKAN DUA BELAS AYATANA (ENAM ORGAN INDERA DAN ENAM ORGAN DATA)
MATA DAN BENTUK
‘Kembali lagi, Ananda, 12 ayatana secara mendasar (sama dengan) keadaan Sempurna dalam kepustakaan Tathagata. Ananda, coba perhatikan lekukan dan aliran dalam taman Jetavana. Apakah itu bentuk yang menciptakan penglihatan mata atau kebalikannya? Jika organ penglihatan menciptakan bentuk, sewaktu anda mengamati kehampaan yang bukan bentuk, bentuk-bentuk itu akan lenyap, artinya tidak ada apapun yang akan nyata. Jadi bila bentuk-bentuk itu tidak ada, apa yang bisa dipergunakan untuk mengungkapkan kehampaan?² Hal ini sama dengan kehampaan. Jika bentuk menghasilkan penglihatan mata, sewaktu anda melihat kehampaan yang bukan merupakan bentuk, penglihatanmu akan lenyap, yang artinya apapun tidak akan nyata; jadi siapa yang membedakan kehampaan dari bentuk? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa bukanlah penglihatan maupun bentuk juga kehampaan memiliki tempat tertentu, dan bahwa bentuk dan penglihatan adalah salah dan juga bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
______________________
1Tidur mengakibatkan lupa dan bangun menghasilkan ingatan. Ingatan mewakili kehidupan dan lupa mewakili kematian. Hal ini menunjukkan bahwa objek-objek (yang diwakili) intelektual tidaklah timbul dari luar, akan tetapi khayalan yang timbul dari keadaan dalam. Kelima indera hanya mengumpulkan fenomena kausal yang tidak dapat dicapai intelektual sedangkan yang terakhir mengumpulkan data dalam yang merupakan bayangan dari objek-objekluar yang timbul dan lenyap tanpa rintangan. Maka, kelahiran dan kematian disebabkanoleh intelektual yang tidak berupa ini.
²Bentuk dan kehampaan merupakan dualitas yang ekstrim; bila bentuk lenyap, bagaimana mungkin kehampaan tetap ada?
TELINGA DAN SUARA
‘Ananda, sewaktu anda berada di taman Jetavana, mendengar suara hentakan gendang untuk memberitahukan makan siang dan suara lonceng untuk mengumpulkan bhikkhu-bhikkhu, suara ini saling mendahului satu sama lain; apakah mereka mendatangi telinga ataukan telinga itu yang mendekati mereka? Ananda, jika mereka mendatangi telinga, hal ini seperti Saya sewaktu sedang meminta makanan di Sravasti, dan tidak hadir di taman Jetavana. Jika suara ini mendatangi telinga Ananda, seharusnya Maudgalaputra dan Kasyapa tidak mendengarnya. Jadi mengapa semua 1.250 bhikhu-bhikkhu, sewaktu mendengar suara lonceng, datang bersamaan ke aula untuk makan? Jika telingamu yang mendatangi suara itu, hal itu seperti sewaktu Saya kembali ke taman Jetavana dan tidak berada di Sravasti. Jadi mengapa anda mendengar suara gendang, jika telingamu mendatangi sumber suara, seharusnya anda tidak mendengar suara lonceng berbunyi pada saat yang sama, juga suara-suara gajah, kuda, kerbau dan domba (di dalam taman ini.) Jika tidak adanya keadaan datang dan mendatangi, maka tidak akan ada dijumpai pendengaran. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa pendengaran dan suara tidak memiliki tempat dan kedua-duanya salah, dan bukan sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’1
HIDUNG DAN PENCIUMAN
‘Ananda, coba hanya cium bau asap dari kayu pembuat kipas dari tempat pembakaran. Yang dibakar itu sedikit akan tetapi baunya menyebar ke Sravasti dan sekitarnya.² Apakah anda berpikir bahwa wewangian ini timbul dari kayu, dari hidungmu, atau dari kehampaan? Ananda, jika itu timbul dari hidungmu, maka seharusnya ia dihasilkan dan disebarkan dari sana, akan tetapi hidungmu bukanlah kayu itu, bagaimana mungkin wewangian itu bisa mencapai daerah sana? Jika anda berkata bahwa anda mencium wewangian, itu seharusnya dihirup ke dalam hidung, tetapi oleh karena ia mengalir dari sana (seperti yang diceritakan sebelumnya), hal ini salah bila anda mengatakan bahwa anda menciumnya. Jika itu timbul dari kehampaan, yang terakhir akan permanen, demikian juga dengan wewangian tersebut, maka tidak diperlukan untuk membakar kayu tersebut. Jika itu timbul dari kayu tersebut, inti harumnya telah menjadi asap karena pembakaran, dan jika hidungmu mencium bau harum ini, hidungmu akan penuh dengan asap; seperti halnya asap akan menguap ke udara, bagaimana mungkin ianya bisa tercium sampai jarak yang jauh sebelum ianya mencapai mereka? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa bau, hidung dan penciuman tidak memiliki tempat tersendiri, dan bahwa penciuman dan bau adalah salah dan bukan merupakan sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
_________________
1 Jika pendengaran dipisahkan dari suara, semua pembeda akan hilang, dan kepustakaan Tathagata akan terungkap.
² Arti harfiahnya kota Sravasti dan tempat-tempat lain sekitarnya dengan jarak 40 mil.
LIDAH DAN RASA
‘Ananda, dua kali dalam sehari anda meminta makanan dan jarang diberi mentega dan krim yang rasanya enak. Apakah anda berpikir bahwa rasa ini timbul dari kehampaan, lidahmu atau makanan tersebut? Ananda, jika itu timbul dari lidahmu, yang terakhir telah menjadi mentega dan oleh karena anda hanya memiliki satu lidah, bagaimana anda dapat merasakan madu tersebut? Jika tidak, ini berarti bahwa rasa itu tidak berubah, jadi bagaimana dapat disebut sebagai merasai? Jika itu berubah dan oleh karena lidahmu itu berupa suatu inti, bagaimana lidah yang satu ini dapat merasakan berbagai macam rasa? Jika itu timbul dari makanan, yang terakhir tidak dapat mengetahuinya, jadi bagaimana ia dapat merasakan dirinya sendiri? Dengan anggapan, bahwa ia dapat mengetahuinya sendiri, dirinya dan makanan lain tidak akan berhubungan dengan apa yang anda rasa. Jika itu timbul dari kehampaan, sewaktu anda “menggigit” udara, apakah yang dirasakan? Dengan anggapan bahwa itu timbul dari kehampaan, sewaktu yang terakhir merasakan garam, seperti lidahmu terasa asin, muanda seharusnya demikian juga; jika demikian halnya, semua manusia akan seperti ikan di laut. Jika anda adalah rasa asin, anda tidak mengetahui apa yang tidak berasa, dan tidak merasakan garam, anda tidak akan memiliki rasa; jadi bagaimana mungkin ada dijumpai rasa? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa rasa, lidah maupun merasakan itu memiliki tempat tertentu, dan bahwa merasakan dan rasa itu adalah salah, dan bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’
TUBUH DAN SENTUHAN
‘Ananda, anda terbiasa untuk menyentuh kepalamu dengan tangan setiap pagi hari. Sewaktu merasakan sentuhan ini, apakah anda mengetahui bahwa yang manakah yang menggosok, apakah tangan atau kepalamu? Jika itu tanganmu, maka (objek) kepala seharusnya tidak merasakan bahwa ia disentuh; jika demikian bagaimana mungkin ada sentuhan? Jika itu tanganmu, maka tidaklah diperlukan tangan itu untuk menyentuhnya; jadi bagaimana bisa dikatakan adanya sentuhan? Jika kedua tangan dan kepala merupakan subjek, maka anda, Ananda, seharusnya memiliki dua kepala. Jika itu timbul akibat kontak antara tangan dengan kepalamu, maka seharusnya kedua tangan dan kepala adalah satu, dan antara satu dengan yang lainnya tidak bisa bersentuhan. Jika itu terdiri dari dua (contoh tangan dan kepala), dari manakah ia timbul, karena subjek dan objek berbeda? Tidak mungkin akan dijumpai sentuhan sewaktu kepalamu bersentuhan dengan kehampaan. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa bukanlah perasaan disentuh ataupun tubuhmu memiliki tempat tertentu, dan bahwa mereka itu salah, dan bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
INTELEKTUAL DAN DHARMA
‘Ananda, oleh karena yang baik, yang jahat dan netral berubah, intelektualmu (mana) akan selalu menimbulkan dharma. Apakah dharma ini timbul dari pikiran ataukah mereka timbul terpisah dari padanya dan memiliki tempat tersendiri? Ananda, jika mereka sama halnya dengan pikiran, mereka tidak akan menjadi objek karena mereka bukanlah fenomena kausalnya; jadi bagaimana mungkin mereka memiliki tempat tersendiri? Jika mereka timbul terpisah dari pikiran dan memiliki tempat masing-masing, apakah mereka memiliki pengetahuan (fakultatif) atau tidak? Jika memiliki pengetahuan (fakultatif) dan pembeda dari padamu, seharusnya mereka bukanlah dharmamu tetapi seharusnya menjadi kepunyaan pikiran salah seorang. Jika mereka memiliki pengetahuan (fakultatif) dan dharmamu (pada saat yang sama), mereka hanyalah pikiranmu; jadi bagaimana anda dapat memiliki pikiran lain seperti yang anda miliki? Jika mereka berbeda dari anda dan tidak memiliki pengetahuan (fakultatif), di manakah letak mereka, oleh karena mereka tidak memiliki (fenomena tidak berbentuk seperti) bentuk, suara, bau atau tanpa kontak, seperti halnya kehampaan? Oleh karena mereka tidak bias ditunjukkan dalam bentuk maupun kehampaan, seharusnya tidak dijumpai di alam ini kehampaan di dalam kehampaan. Dengan anggapan bahwa dijumpai kehampaan di luar dari kehampaan, mereka tidak bias menjadi fenomena kausal pikiran; jadi di mana mereka? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa baik dharma ataupun pikiran memiliki tempat tertentu dan bahwa intelektual dan dharma keduanya salah, dan bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.