Prajna Paramita (Kebijaksanaan Bodhi)

Makalah oleh: Yuliyono

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, ajaran Sang Buddha tetap sama. Tetapi kebanyakan umat Buddha belum mengetahui ajaran Buddha secara mendalam dan detail. Seperti halnya mengenai enam sifat kebajikan (Sad Paramita). Dalam agama Buddha Mahayana terdapat Sad Paramita Bodhisattva, yaitu: 6 (enam) sifat kebajikan dari Bodhisattva yang terdiri dari:
1.    Dana Paramita (Kesempurnaan dalam memberi) yaitu:  suatu perbuatan bajik yang sangat mudah untuk dilakukan baik dalam bentuk materi maupun jasa. Berdana dapat menaklukkan sifat keserakahan.
2.    Sila Paramita (Kesempurnaan dalam moralitas) yaitu:  mentaati sila-sila atau peraturan-peraturan. Dengan mentaati sila-sila dapat mencegah kita dari melakukan pelanggaran atau perbuatan yang tidak baik yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
3.    Khanti Paramita (Kesempurnaan dalam kesabaran) yaitu: dalam menghadapi hal apapun setiap saat harus melatih diri untuk bersabar. Dengan kesabaran dapat menaklukkan kemarahan dan kebencian.
4.    Virya Paramita (Kesempurnaan dalam semangat) yaitu: bersifat rajin, berusaha dengan giat dalam melatih diri untuk mengumpulkan jasa kebajikan dan mencapai tingkat kesucian, dengan bersikap rajin dapat menaklukkan sifat kemalasan.
5.    Dhyana Paramita (Kesempurnaan dalam meditasi) yaitu: dengan tekun melatih menenangkan pikiran atau memusatkan pikiran dengan cara meditasi. Pemusatan pikiran dapat menaklukkan kegelisahan batin atau hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan pikiran.
6.    Prajna Paramitta (Kesempurnaan dalam kebijaksanaan) yaitu: mendalami serta memahami secara jelas inti dharma dari ajaran para Buddha. Kebijaksanaan dapat menaklukkan kebodohan batin.

B.  Permasalahan
Di dalam pembahasan makalah ini penulis membatasi hal-hal yang akan di bahas dibuat untuk membahas tentang Prajna Paramita sebagai berikut:
1.    Apa pengertian Prajna Paramita?
2.    Sebutkan sutra-sutra yang berkaitan dengan prajna?
3.    Apa saja syarat-syarat kebijaksanaan?
4.    Sebutkan contoh kebijaksanaan
5.    Sebutkan manfaat dari kebijaksanaan?

C.  Tujuan
Selain di gunakan untuk memenuhi tugas mahayana II, makalah ini bertujuan untuk menjawab permasalahan di atas, meliputi:
1.    Memahami penjelasan Prajna Paramita.
2.    Mengetahui sutra-sutra apa saja yang berkaitan dengan prajna.
3.    Mengerti dari syarat-syarat kebijaksanaan.
4.    Menggambarkan beberapa contoh dari kebijaksanaan.
5.    Mengetahui manfaat dari kebijaksanaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Prajna
Prajna Paramita merupakan perbuatan luhur mengenai kebijaksanaan, Prajna Paramita, yaitu: mendalami serta memahami secara jelas inti Dharma dari ajaran para Buddha. Kebijaksanaan dapat menaklukkan kebodohan batin, melenyapkan keterikatan terhadap nafsu-nafsu indriawi, semua kecenderungan terhadap kekuasaan dan keakuan, serta bebas dari belenggu penderitaan dan tercapainya Samma-Sambodhi (Penerangan Teragung). Praktek meditasi (Dhyana) mengarahkan pikiran bagi berkembangnya prajna. Dalam meditasi tersebut apabila sempurna akan tercapai penglihatan yang melihat secara langsung kebenaran dan berkembangnya kebijaksanaan atau kecerdasan spiritual. Obyek dari prajna meliputi Tathata, Dharmadhatu, Dan Bhutakoti. Kebijaksanaan merupakan pengetahuan yang tertinggi yang meliputi kebenaran yang sesungguhnya dan cinta kasih Universal.

Kebijaksanaan pandai membedakan yang baik dan buruk, pandai menilai segala sesuatu dengan tepat dan bijaksana. Jenis bentuk materi apapun apakah dari masa lalu, masa mendatang, atau masa kini, internal atau eksternal, kasar atau halus, rendah atau tinggi, jauh atau dekat, semua bentuk materi harus dilihat sebagaimana adanya dengan bijaksana, dengan hal ini kebijaksanaan dapat digambarkan sebagai berikut, ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.

Dalam Vimokshamarga-Sutra menjelaskan bahwa Sila, Samadhi dan Kebijaksanaan adalah jalan menuju kebebasan. Sila untuk melenyapkan debu perbuatan-perbuatan jahat. Samadhi untuk melenyapkan debu keterikatan, dan tahap ketiga dari praktik adalah latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi (Adhipannasikkha) yang dirancang untuk membangkitkan pandangan cerah terhadap sifat sejati dari segala hal serta untuk melenyapkan debu pandangan salah. Praktik jalan tersebut sebagai latihan bertahap (Anupubbasikkha) yang membentang secara bertahap dari langkah pertama hingga tujuan akhir. Terdapat dua makna yang dikandung Prajna, yaitu:

1.    Prajna yang kekal
Merupakan substansi dari Prajna itu sendiri. Dalam Prajna ini tidak ditemui lagi perbedaan antara pengetahuan dan ketidaktahuan. Ini merupakan cahaya pengetahuan yang memancar terus menerus.

2.      Prajna fungsional
Yaitu mengikis habis kegelapan dan ketidak tahuan, sehingga terbitlah Prajna yang kekal. Prajna fungsional merupakan pengetahuan yang mengandung daya analisa, daya kritis dan komprehensif. Prajna ini tercapai melalui disiplin diri yang keras dan membudayakan diri. Terdapat lima jenis pengembangan Prajna, yang terdiri dari:
a.    Kebijaksanaan huruf dan kata (pemahaman dari banyak membaca dan mendengar).
b.    Kebijaksanaan intropeksi/meneliti (pemahaman yang berasal dari mengkaji dan menguji).
c.    Kebijaksanaan penembusan (pemahaman dari pengalaman dan penembusan).
d.    Kebijakanaan kondisi (pemahaman sebab-akibat, dan subyek-obyek).
e.    Kebijaksanaan beragam (pemahaman upaya, dan metode).

B.  Prajna dalam Sutra
Di dalam pemahaman Mahayana maupun Theravada terdapat beberapa sutra yang berisi mengenahi pembahasan yang berkaitan dengan Prajna, sebagai berikut:

1.     Salah satu sutra yang berisi tentang Prajna ialah Hotsubodishin-ron (Anuttara-Samyaksambodhicittopada-Sutra) yang berisi pola-pola kebijaksanaan. Kebijaksanaan tumbuh lewat tiga cara yaitu:
a.      Mendengar
Yaitu untuk mencintai ajaran yang telah dipelajari dan tidak pernah bosan mendengarnya.
b.  Meditasi
Adalah merenungkan segala sesuatu sebagaimana adanya, melihat mereka sebagai sesuatu yang tidak kekal, yang menyebabkan penderitaan, kosong dan tidak memiliki diri dengan itu tidak melekat padanya dan berjalan menuju kebijaksanaan Buddha.
c.      Praktik Berlatih
Adalah untuk menyekat diri (membebaskan diri) dari nafsu keinginan dan pikiran jahat dan sedikit demi sedikit memasuki jalan menuju pencerahan.

Kaum Mahayana menegaskan bahwa kekosongan bukanlah objek intelektual tetapi Prajna. Prajna Paramita menyimpulkan bahwa Prajna adalah ibu dari semua Buddha dan bahwa Prajna adalah sumber dari ‘Semua Pengetahuan tentang segalanya’. Pernyataan yang terakhir mengartikan bahwa Prajna adalah sumber dari Semua pengetahuan, bahwa apa yang secara umum disebut pengetahuan lahir dari Prajna itu sendiri bukan objek pengetahuan.

Di sini dicatat dua aspek Prajna: Prajna dalam diri sendiri dan Prajna dalam hubungan dengan pengetahuan. Dengan cara yang sama, Mahayana berbicara tentang kedemikianan yang juga dimiliki dua aspek yang pertama adalah kedemikianan yang tidak berubah atau kekosongan di dalam diri sendiri, dan yang kedua adalah kedemikianan yang berkondisi atau bukan kekosongan. Prajna Paramita merupakan keutamaan yang tertinggi, meskipun untuk mencapainya.Semua Paramita yang lain harus dilaksanakan bersama-sama. Memiliki Prajna Paramita ini secara lengkap sama dengan mencapai Nirwana. Manusia biasa hanya dapat mencoba untuk mendapatkan secercah kemegahan Prajna yang penuh dipancarkan oleh Bodhisattva. Prajna merupakan penyebab yang efisien untuk mencapai pencerahan.

Moralitas (Vinaya) yang mengendalikan kehidupan anggota Sangha, dimaksudkan untuk melatih pikiran dan tubuh secara terkondisi siap bagi kesadaran Prajna pada akhirnya. Namun menurut Mahayana, moralitas saja tidaklah cukup. Batin harus dilatih dan didewasakan untuk memiliki Prajna melalui disiplin Dhyana (meditasi), karena Prajna terpendam sangat dalam.

Beberapa Sutra Mahayana tentang Prajna yang dijelaskan secara singkat yaitu Prajna Paramita (Hannya). Sutra ini merupakan sutra yang paling tua dan paling fundamental dari semua sutra yang berkenaan dengan ide kekosongan yang dikembangkan dari teori sebab-akibat yang ada dalam Agama Buddha awal. Ada banyak versi Prajana Paramita, seperti Maha Prajna Paramita, Ashtasahasrika-Prajna-Paramuta dan ada pula Prajna-Paramita–hrdaya yang lebih tebal dan yang lebih tipis. Bagian-bagian dari Prajna Paramita dianggap tergolong karya-karya Mahayanayang paling awal. Di bawah ini merupakan kutipan Sutra Prajna Paramita:

“Duhai Sariputra, wujud adalah kekosongan, dan kekosongan itu adalah wujud. Wujud tidak berbeda dengan kekosongan, kekosongan tidak berbeda dengan wujud. Demikian pula halnya dengan kekosongan adalah wujud. Demikian pula halnya dengan perasaan, pencerapan, bentuk pikiran, dan kesadaran.

Duhai Sariputra, Semua fenomena bercirikan kekosongan. Mereka tidak muncul pun tidak lenyap. Oleh sebab itu, Sariputra, dalam kekosongan, tiada wujud, tiada perasaaan, tiada pencerapan, tiada bentuk pikiran, tiada kesadaran; tidak ada mata, telinga hidung, lidah, badan dan pikiran; tiada wujud, suara, bebauan, sentuhan, rasa, dan objek batin; tiada unsur indra penglihatan dan sebagainya sampai tiuada unsur kesadaran pikiran; tiada pengetahuan, tiada ketidaktahuan; dan sebaganya, sampai tiada usia tua dan kematian, tiada pengakhiran usia tua dan kematian, tiada pengakhiran usia tua dan kematian, tiada (penderitaan) – asal mula (penderitaan) – lenyapnya (penderitaan) – jalan (menuju lenyapnya penderitaan); tiada pengetahuan luhur, pun tiada pencapaian; tiada realisasi, karena tiada sesuatu yang dicapai. Bodhisattwa yang menjalankan Prajna Paramita bersemayam dengan pikiran yang bebas dari rintangan. Teratasi sudah pandangan yang keliru. Akhirmya tecapailah Nirwana Mutlak”.

2.      Di dalam Sangiti Sutta, Patikavagga, Dighanikaya terdapat dua jenis kebijaksanaa (dua macam Prajna), yaitu:
a.     Lokiya Panna (Laukya-Prajna)
Kebijaksanaan duniawi, yaitu: kebijaksanaan yang dimiliki oleh orang biasa, para Upasaka-Upasika, para Pandita, para Bikkhu-Bikkhuni yang belum mencapai kesucian.
b.     Lokuttara Panna (Lokuttara-Prajna)
Kebijaksanaan di atas duniawi, yaitu: kebijaksanaan yang dimiliki oleh orang-orang suci, seperti Sotapana, Sakadagami, Anagami dan Arahatta. Jadi kebijaksanaan itu tidak hanya dapat dicapai di dunia tetapi juga di atas dunia.
3.      Selanjutnya yaitu dalam Sangiti Sutta Patikavagga, Diganikaya juga terdapat tiga macam kebijaksanaan (tiga macam Prajna):
a.      Sekkha Panna (Saiksa-Prajna), yaitu: Kebijaksanaan dari Sekkha Puggala (Sottapana, Sakadagami, Anagami)
b.      Asekkha Panna (Asaiksa-Prajna), yaitu: Kebijaksanaan dari Asekha Pugala (Arahatta)
c.     Nevasekhanasekha-Panna (Naivasaikhanasaikha-Prajna) kebijaksanaan dari bukan Sekha-Pugala (praktisi yang memasuki arus kesucian), pun bukan dari Asekha-Pugala (umat awam).
4.     Dalam Digghanikaya III .219. Vibanga 324 juga terdapat tiga macam kebijaksanaan (tiga macam Prajna):
a.     Cintamaya-Panna, yaitu: kebijaksanaan timbul dari pemikiran, perenungan tentang sebab dan akibat.
b.     Suttamaya-Panna, yaitu: kebijaksanaan timbul pendengaran, mendengar pelajaran dan berkhotbah.
c.     Bhavanamaya-Panna, yaitu: kebijaksanaan timbul melalui Meditasi.

Ketiga hal di atas merupakan tiga macam kebijaksanaan yang terdapat di dalam Diggha Nikaya yang menjelaskan tentang darimana kebijaksanaan itu dapat muncul.

C.  Syarat-syarat Kebijaksanaan
Terdapat syarat-syarat kebijaksanaan yang terdapat dalam Anguttara Nikaya. Terdapat delapan penyebab dan syarat untuk memperoleh kebijaksanaan yang sangat penting bagi kehidupan spiritual, delapan hal tersebut adalah:
1.     Mempunyai rasa malu serta rasa takut moral yang mendalam terhadap orang serta memandangnya dengan rasa kasih dan hormat.
2.     Menjernihkan apa yang kabur dan menghalau kebingungan terhadap banyak hal yang membingungkan.
3.     Setelah mempelajari Dhamma (Dharma), berdiam menyendiri (penyendirian tubuh dan penyendirian pikiran).
4.     Ia bajik, sempurna dalam perilaku dan tindak-tanduknya, menyadari bahaya akan kesalahan-kesalahan yang terkecil.
5.      Ia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah dipelajari serta memperkokoh apa yang telah dipelajari. Hal ini dapat meneguhkan kehidupan spiritual yang sempurna serta murni sepenuhnya.
6.     Ia bersemangat, ia hidup dengan semangat yang diarahkan untuk meninggalkan segala hal yang buruk dan untuk mendapatkan segala hal yang baik, ia gigih dan kuat dalam upayanya.
7.      Ia tidak mengucapkan ucapan yang lantur dan tidak berarti.
8.     Ia berdiam mengamati pasang surutnya kelima gugus (Panca Skandha) yang dapat menyebabkan kemelekatan, seperti ini: “seperti inilah rupa, seperti inilah munculnya, seperti inilah lenyapnya; seperti inilah perasaan, seperti inilah pencerapan, seperti inilah bentukan kehendak, seperti inilah kesadaran”.

Inilah delapan penyebab dan syarat untuk memperoleh kebijaksanaan yang sangat penting bagi kehidupan spiritual, bila kebijaksanaan belum diperoleh dan untuk manghasilkan penambahan, kematangan, dan penyempurnaan melalui kebijaksanaan yang telah diperoleh.

D.  Contoh Kebijaksanaan (Prajna Paramita)
Di dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya banyak hal-hal yang berkaitan dengan kebijaksanaan, seperti hal di bawah ini, sebagai berikut:
1.      Dalam mengambil sebuah keputusan tidak merugikan pihak lain.
2.     Apabila ada sahabat kita yang berkelahi dengan orang lain, kita tidak langsung membela sahabat kita. Kita harus mencari kebenarannya, meskipun ia sahabat kita.
3.      Sebelum berbuat selalu mempertimbangkan keseimbangan perasaan dan pikiran.

E.  Manfaat dari Kebijaksanaan (Prajna Paramita)
Menjadi orang bijaksana tentu akan memberikan manfaat bagi diri kita maupun orang lain. Adapun keuntungan menjadi orang bijaksana misalnya keuntungan di masa sekarang, mempunyai banyak teman, nama dan kemasyuran, orag bijaksana akan dijauhi orang jahat, orang bijaksana tidak akan dicela, hidup damai, tentram, tidak ditakuti oleh kegelisahan serta keuntungan yang akan kita dapatkan dimasa yang akan datang, yaitu: kita dapat terlahir di alam yang lebih menyenangkan.

Di dalam Dhammapada terdapat syair-syair yang mengandung tentang orang bijaksana, yang terdiri dari:

“Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahannya seperti orang yang mnunjukkan harta karun, hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu. Sungguh baik dan tak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana” (Pandita Vagga 76).

“Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk dan melarang apa yang tidak baik. Orang bijaksana akan dicintai oleh orang baik dan dijauhi oleh orang jahat” (Pandita Vagga 77).

“Pembuat saluran air akan mengalirkan air, tukang panah meluruskan anak panah, tukang kayu melengkungkan kayu, orang bijaksana mengendalikan dirinya” (Pandita Vagga 80).

“Bagaikan batu karang tak tergoncang oleh badai, pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian” (Pandita Vagga 81).

“Orang bijaksana membuang kemelekatan terhadap segala sesuatu, orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan nafsu keinginan. Dalam menghadapi kebahagiaan ataupun kemalangan, orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa” (Pandita Vagga 83).

“Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan dirinya sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela” (Atta Vagga 158).

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Di dalam Agama Buddha Mahayana terdapat enam sifat kebajikan dari Bodhisatva yang terdiri dari dari Dana Paramita, Sila Paramita, Khanti Paramita, Virya Paramita, Dhyana Paramita, dan Prajna Paramita. Prajna Paramita merupakan (Kesempurnaan dalam kebijaksanaan) yaitu: mendalami serta memahami secara jelas inti Dharma dari ajaran para Buddha. Kebijaksanaan dapat menaklukkan kebodohan batin. Prajna Paramita merupakan Paramita yang terpenting, yaitu: perbuatan luhur mengenai kebijaksanaan. Terdapat dua makna yang dalam Prajna, yaitu Prajna yang kekal dan Prajna yang berfungsi sejalan dengan kelima Paramita lainnya. Usaha pengembangan Prajna ini terdapat tiga jalur yang mengarah kepada suatu pendalaman (Intuisi) dan pengetahuan yang terdiri dari ajaran orang lain atau kitab suci tertulis ataupun lisan (Sutamaya Panna), berdasarkan pemikiran yang mendalam (Cintamaya Panna), dan berdasarkan meditasi pengolahan dan realisasi (Bhavanamaya Panna).

B.  Saran
Dengan membaca makalah ini, semoga apa yang ditulis dari penulis diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca. Setelah membaca diharapkan pembaca lebih mengerti tentang Prajna Paramita, dan mempertahankan serta mengembangkan sikap kebijaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA
Sutradharma Tj. Sudarman. “Tiga Guru – Satu Ajaran : Kehidupan dan Ajaran Kebenaran Siddharta Gautama, Confucius, dan Lau Zi”
Kayana Abadi, Dewi.2005.Dhammapada.Rangon Burma: Bukkyo Dendo Kyokai
Lane Suzuki, Beatrice. 1939. Agama Buddha Mahayana. Indonesia: Karaniya
Posted by Yuliyono

http://viewyuli.blogspot.com/2013/04/prajna-paramita.html