Pahala & Manfaat Melafalkan Amitabha Buddha

(Dirangkum dan diterjemahkan dari berbagai sumber, oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthvira 净仁法师)

阿弥陀佛, 依正庄严, 无上医王,
光中极尊, 佛中之王, 慈悲难量.

Namo Bhagavate Sakyamunaye Tathagataya Arhate Samyaksambuddhaya

Pendahuluan
Dunia ini adalah dunia yang dipenuhi ”lima kekeruhan 五濁惡世“, terutama pada masa kini kekeruhan semakin bertambah cepat dan dalam, terasa lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (kebodohan), keangkuhan, kecurigaan dan pandangan sesat manusia semakin meningkat dan berkembang. Akibatnya banyak terjadi bencana, musibah dan malapetaka di mana-mana. Kecenderungan mentalitas, moralitas dan spiritualitas umat manusia masa kini mudah merosot  sulit bangkit, sehingga tingkah laku umat manusia banyak yang sesat, jahat, aneh dan konyol. Seharusnya mereka memahami makna dan tujuan hidup maya. Kehidupan singkat ini ‘BUKAN’ untuk mengumbar berbagai hawa nafsu, menyibukkan diri untuk kefanaan, mengejar  dan melekat kepada kekayaan duniawi. Melainkan ‘Meminjam kepalsuan untuk membina kebenaran’ untuk berjuang membina diri, introspeksi diri, refleksi diri, koreksi diri, meningkatkan mawas diri untuk mengembangkan potensi diri dan mencapai kesempurnaan diri.

Hati kacau & pikiran khayal yang berkelana dan mengembara sangatlah berbahaya
Batin kita diibaratkan seperti ladang, bila tidak ditanam dengan tumbuhan yang bermanfaat maka ladang tersebut akan ditumbuhan rumput ilalang. Seperti yang dikatakan sutra ini:
《净度三昧经》里面有一句话:「一人一日中,八亿四千念,念念之所为,无非三途业。」
《地藏经》也说:「南阎浮菩提众生,举止动念,无不是业,无非是罪。」

Sutra Cing Tu San Mei Cing, di dalamnya ada satu bait kata, satu orang selama satu hari, memunculkan 8 milyar empat ribu pikiran, pikiran-pikiran tersebut cenderung tiada bukan ciptakan karma tiga alam celaka; juga Di dalam Sutra Ti Cang Cing, disabdakan: makhluk-makhluk yang berada di selatan Jambhudvipa (Dunia Saha), pikiran selalu bergerak timbul lenyap, tiada bukan menciptakan karma dan tiada bukan menciptakan dosa kejahatan.

Bila manusia batinnya tidak ada kesibukan dan aktivitas Nienfo (melafalkan Amithofo) maka setiap harinya aktivitas mental dan jasmaninya selalu mempunyai kecenderungan dan mudah menciptakan dosa dan karma buruk. Umumnya kecenderungannya memunculkan pikiran dan sifat keserakahan, kebencian dan kebodohan, kesombongan/kemalasan, keraguan dan pandangan salah secara horizontal maupun vertikal, akibatnya sekarang batinnya pasti galau, resah, susah hati, pikun, pelupa, cerewet, pemarah, emosional, sulit tidur, gelisah, dan tingkah laku keburukan lainnya; akibat  buruknya kelak ia pasti terjatuh di alam tiga celaka (alam binatang, alam setan kelaparan dan alam neraka).

Guru Agung Sakyamuni Buddha dengan Maha Welas Asih memperkenalkan keberadaan Amitabha Buddha dan Tanah Suci Sukhavati. Tanah suci Alam Sukhavati, tidak ada di tata surya, juga tidak ada di Galaksi Bima Sakti. Upasaka senior Huang Nian-zu beranggapan bahwa Galaksi Bima Sakti hanyalah sebuah satuan dunia saja. Sedangkan wilayah pengajaran satu Buddha dapat mencakup sepuluh miliar Galaksi Bima Sakti. Alam Sukhavati berjarak dari alam ini sepuluh triliun Alam Buddha, ada sebuah alam yang maha luas bernama Alam Sukhavati, merupakan wilayah pengajaran Buddha Amitabha, bagaimana cara untuk menuju ke sana? Praktisi sekalian yang telah membaca sutra Mahayana juga mengetahui bahwa untuk sampai ke Alam Sukhavati bukanlah hal sulit.

Karena seluruh alam semesta yang tanpa batas ini adalah terwujud dari pikiran kita, maka itu tak peduli berapa jauh jaraknya, juga tidak melampaui batas pikiran kita. Maka itu dalam sebersit niat pikiran dapat mencapai Alam Sukhavati. Kecepatan dari niat pikiran kita, tiada yang dapat sebanding dengannya. Kecepatan cahaya saja per detik hanya dapat mencapai tiga ratus ribu kilometer, sedangkan kecepatan pikiran hanya dalam waktu sekejab, tidak perlu sedetik, sudah dapat menjelajahi seluruh alam semesta yang tanpa batas ini. Buddha memberitahukan kita ini adalah kemampuan manusia. Buddha hanya mengajarkan kita untuk mengembalikan kemampuan asal kita, jika menganggap bahwa Buddha dapat memberikan sesuatu kepada kita, ini adalah omong kosong, maka itu dikatakan bahwa Ajaran Buddha sama sekali tidak ada kepercayaan takhayul.

Bumi di semesta alam tampak sangat kecil, agama lainnya percaya pada alam surga, menurut Ajaran Buddha surga bukanlah hanya satu saja, namun ada 28 alam surga, masing-masing memiliki kondisi yang berbeda, di dalam sutra Buddha dijelaskan secara terperinci. Lingkungan kehidupan kita yang sesungguhnya sangatlah luas, setiap planet di luar angkasa memiliki hubungan dengan kita. Ada rekan yang memberitahukan padaku peneliti negara barat menggunakan cara ilmiah, dapat mengetahui masa lampau seseorang, telah membuktikan bahwa manusia mengalami tumimbal lahir, ada orang yang pada masa lampaunya tinggal di sebuah tempat, ada pula yang masa lampaunya adalah hewan, ada juga yang berasal dari planet lain yang terlahir ke bumi.

Ruang memiliki luas yang tanpa batas, manusia planet bumi juga mungkin bertumimbal lahir di planet lain. Maka itu disebut alam ini adalah ‘tempat perantauan’, sedangkan Alam Sukhavati adalah kampung halaman kita. Di dunia ini kita hanya tinggal sementara saja, setelah sampai di Alam Sukhavati, kita memiliki usia tanpa batas, waktu yang panjang barulah kampung halaman. Ketika tersesat kehilangan arah, setelah tercerahkan tidak ada yang tidak ingin kembali ke jalan yang benar, semuanya akan bertekad lahir ke Alam Sukhavati.

Sejarah Amitabha Buddha
Menurut Sutra Kehidupan Tanpa Batas atau Sutra Agung Kehidupan Tak Terhingga (Mahāyāna Amitāyus Sūtra), Amitābha dulunya, pada masa yang sangat lampau dan kemungkinan pada solar sistem yang lain, adalah seorang bhikku bernama Dharmakāra. Pada beberapa versi dari sūtra, Dharmakāra digambarkan sebagai mantan raja yang, setelah mendengar ajaran dari Buddha Lokesvararaja, meninggalkan harta dan tahtanya. Ia kemudian berketetapan hati untuk menjadi seorang Buddha dan memiliki sebuah Buddhakṣetra (“Tanah suci Buddha”), suatu alam yang terdapat di alam semesta primordial di luar (Ruang dan Waktu biasa, dihasilkan dari kumpulan pahala yang dikumpulkan sang Buddha) dimana segala isinya sempurna. Ketetapan hati tersebut tertuang dalam 48 Ikrar Agung  Amitabha Buddha, menggambarkan jenis tanah suci Buddha seperti apa yang di aspirasikan oleh Dharmakāra, persyaratan seperti apa agar dapat terlahir di sana, dan wujud setiap makhluk yang terlahir di sana. Bhiksu Dharmakara mempraktikkan Dharma luhur dan terus mengumpulkan pelaksanaan suci dari 210 Koti dunia Buddha yang khas; Selama 5 Kalpa demikian terus menerus tanpa henti-henti akhirnya dapat dijadikannya satu alam Buddha yang demikian suci dan murni, demikian indah, megah dan agung!

Pada versi sūtra yang dikenal luas di China, Vietnam, Korea, dan Jepang, Sumpah ke-18 Bhiksu Dharmakāra adalah bahwa setiap makhluk di alam semesta manapun yang ingin terlahir di Tanah Suci Amitābha dan menyebut namanya bahkan hanya sebanyak 10 kali akan dipastikan untuk terlahir kembali di sana. Sumpah ke-19 menjanjikan bahwa, Amitabha Buddha bersama dengan para Bodhisatwa dan makhluk suci lainnya, akan muncul di hadapan mereka yang menyebut namanya pada saat menjelang kematian. Keterbukaan dan penerimaan terhadap semua manusia tanpa terkecuali membuat Aliran Tanah Suci memiliki pengaruh besar terhadap Mahāyāna Buddhisme. Aliran Tanah Suci awalnya menjadi populer di barat laut India/Pakistan dan Afganistan, selanjutnya menyebar sampai ke Asia Tengah, Tiongkok dan seluruh dunia.

Sūtra tersebut juga menjelaskan bahwa Amitābha, setelah mengumpulkan kebajikan yang sangat besar selama sejumlah kehidupan yang tak terhingga, akhirnya mencapai Kebuddhaan dan hingga sekarang masih berdiam di tanah sucinya, yaitu: Sukhāvatī, yang digambarkan memiliki banyak kebaikan dan kegembiraan.

Doktrin dasar mengenai Amitābha dan sumpah-sumpahnya ditemukan pada tiga kanonikal teks Mahāyāna: Sutra Kehidupan Tanpa Batas/Sutra Panjang Sukhāvatīvyūha, Sutra Amitabha/Sutra Pendek Sukhāvatīvyūha Sutra Perenungan/Sutra Amitāyurdhyāna

Melalui usahanya, Amitābha menciptakan “Tanah Suci” (净土, pinyin: jìngtŭ; Jepang: jōdo; Vietnam: tịnh độ) yang disebut Sukhāvatī (Sanskerta|Sanskrit) atau “Tanah Kebahagiaan”). Sukhāvatī berlokasi jauh di barat di luar tata surya kita. Dengan kekuatan sumpahnya, Amitābha membuatnya memungkinkan bagi siapapun yang menyebut namanya untuk terlahir kembali pada alamnya, memperoleh bimbingan dharma dari dirinya demi mencapai Kebodhisattvaan dan pada akhirnya Kebuddhaan (tujuan akhir Mahāyāna Buddhisme). Dari sana, para Bodhisatwa dan Buddha tersebut akan kembali ke bumi untuk menolong lebih banyak makhluk.

Amitābha adalah Buddha cinta kasih tanpa batas. Beliau tinggal di barat (digambarkan dalam posisi meditasi) dan berupaya untuk mencerahkan setiap makhluk (digambarkan dalam posisi memberi berkah). Teknik paling penting yang Beliau ajarkan adalah memvisualisasikan seluruh alam di sekitar sebagai tanah suci. Siapapun yang melihat dunianya sebagai tanah suci akan membangkitkan energi pencerahannya. Dunia dapat terlihat sebagai tanah suci dengan jalan menyatukan pikiran-pikiran positif (pikiran pencerahan) atau dengan mengirimkan cinta kasih kepada semua makhluk (berharap semua makhluk berbahagia). Menurut doktrin Amitabha, seseorang dapat datang ke tanah suci Amitābha jika pada saat menjelang kematiannya, mereka memvisualisasikan Amitābha bercahaya terang seperti matahari tepat di atas kepala mereka, mengulang-ulang nama Beliau sebagai mantra dan melepaskan jiwa (energi kesadaran,神识) melalui cakra mahkota.

Sejarah lain dari Amitabha Buddha
Di dalam Sutra Pei Hua Cing, Sansekertanya Karuṇāpuṇḍarika-sūtram,  dikisahkan: Kehidupan lampau yang lama sekali bagaikan banyaknya butiran pasir pada asenkya kalpa lalu, pada era dunia Buddha yang bernama San Ti Lan, saat itu, ada Raja Cakravarti  yang bernama Wu Cen Nian, menghormati dan berdana kepada Tathagata Pao Cang. Melalui petunjuk menteri besarnya Pao Hai yang menjadi guru baik dan pandai menganjurkan untuk mengembangkan hati, menyepi dan konsentrasi selama tujuh tahun, mengembangkan tekad,  saat menjadi Buddha, negerinya beraneka kemuliaan, murni dan agung, untuk membimbing semua makhluk. Tathagata Pao Cang meramalkan dan menginisiasikan, melewati kalpa yang lama sekali bagaikan butiran pasir sungai gangga, di alam penjuru barat akan menjadi Buddha, Negerinya An Le (Sukhavati). Awalnya seorang Raja sekarang menjadi Amitabha Buddha. Dan Maha Menteri Pao Hai sekarang adalah Sakyamuni Buddha.
《悲华经》往昔过恒河沙等阿僧祇劫,此佛世界名删提岚。彼时有转轮王名无诤念,恭敬供养宝藏如来。复经大臣宝海善知识劝勉发心,静处思惟七岁,发愿愿成佛时,国中种种清净庄严,摄化众生。宝藏如来与授记,过恒河沙劫,西方世界作佛,国名安乐。彼国王者,今阿弥陀佛是;彼大臣宝海者,今释迦牟尼佛是.

Penjelasan & Pengertian Namo Amita Buddha (解釋 南無阿彌陀佛的意義)
南無, Penjelasan makna Na Mo adalah sepenuh hati (satukan hati) dan sepanjang hayatnya untuk berlindung;  阿彌陀 ( A Mi Ta) tidak terbatas. Tidak terbatas usia cahayanya (无量光), tidak terbatas usia kehidupannya (无量寿)。  佛 (Fo)是 两足尊(福慧圆满) penjelasannya adalah Buddha memiliki kesempurnaan rejeki (pahala) dan kesempurnaan kebijaksanaan. 佛 (Fo)是自觉, 觉他, 觉行圆满, artinya Buddha adalah dirinya sudah cerah, mampu mencerahkan makhluk lain, dan pencerahannya sudah sempurna (sudah mencapai Penerangan Agung). Jadi penjelasan lengkap dan utuh dari Namo Amita Buddha adalah dengan sepenuh hati dan sepanjang hayatnya untuk berlindung kepada ‘Cahaya tidak terbatas’, ‘Usia kehidupan yang tidak terbatas’, ‘Rejeki (pahala) yang tidak terbatas’, ‘Kebijaksanaan yang tidak terbatas’, ‘Pencerahan sempurna yang tidak terbatas’. Maksudnya adalah apabila Anda sekali saja dapat memuliakan Na Mo A Mi Ta Buddha, maka Anda sudah mengembangkan dan kelak memiliki cahaya yang tidak terbatas, usia kehidupan tidak terbatas, rejeki (pahala) yang tidak terbatas, kebijaksanaan yang tidak terbatas, dan pencerahan sempurna yang tidak terbatas.

48 Ikrar Amitabha Buddha
Sumber : (Buddhavaca Amitayus Tathagata Sutra)
Bhiksu Dharmakara berkata demikian kepada Hyang Bhagava Lokesvararaja: “Semoga Hyang Bhagava berkenan mendengarkan kepadaku, kepada apa yang menjadi tekadku, dan bagaimana, setelah aku mencapai Samyaksambodhi, negeri Buddhaku sendiri akan dikarunai dengan segenap keagungan dan sifat mulia yang tak terpahamkan.
1)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika masih terdapat Alam kesedihan seperti neraka, setan kelaparan, hewan-hewan dan sebagainya di negeriku, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha! (kesempurnaan Buddha atas usaha sendiri)
2)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata usianya telah habis dan mereka masih diterjunkan di 3 alam kesedihan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
3)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
4)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata warna kulit dan jasmaninya tidak serupa, paras dari mereka juga berbeda-beda ada yang cantik dan ada yang jelek, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
5)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak menguasai pengetahuan Purvanivasanu (daya yang dapat mengingat tumimbal-lahir yang lampau), dan mereka hanya mengerti segala kejadian dari ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, , maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
6)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Caksu (mata batin) dan mereka hanya biasa melihat ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
7)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki Divyasrotra (teliga Surga) dan hanya bisa mendengar khotbah-khotbah dari ratusan ribu Koti Nayuta Buddha dan banyak ajaran Buddha mereka tidak mampu menerima seluruhnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
8)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetahuan Paracittajnana (daya intuisi) yang mampu membaca pikiran makhluk-makhluk dari ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
9)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata mereka tidak memiliki pengetehuan Rddhividhi (langkah Surga) dan mereka dalam selintas merenung hanya dapat mengarungi ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha saja, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
10)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata mereka belum memiliki pengetehuan Asravaksaya (daya mampu memusnahkan kekotoran batin) dan mereka hanya memiliki ide-egois dan selalu memikirkan keperluan tubuh diri sendiri, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
11)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata mereka tidak ditempatkan pada Samyaktveniyatasi (hakikat mutlak untuk mencapai pahala yang sesuai Sang Praktek Dharma) agar semua dapat mencapai Nirvana, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
12)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata sinar hidupku terbatas sehingga tidak dapat memancar ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
13)    Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata masa hidupku terbatas, meskipun sampai dengan ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
14)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para Sravaka yang berada di negeriku, andaikata jumlahnya dapat dihitung oleh para pratyekabuddha yang berasal dari rakyat-rakyat di dunia Trisahasra-Mahasahasra Lokadhatu hingga lamanya ratusan ribu Kalpa, mereka dapat mengerti jumlahnya dan tidak salah hitung seorangpun, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
15)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, kehidupan atau usianya adalah tidak terbatas, kecuali atas kehendaknya mereka senang panjang atau pendek, jika tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
16)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada dinegeriku, andaikata diantara mereka kelakuan mereka terbukti kurang baik atau berdosa, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
17)    Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada di sepuluh penjuru dunia dengan jumlah tak terhingga tidak memuliakan namaku, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
18)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia setelah mendengar namaku lalu timbul keyakinan dengan riang gembira, ingin dilahirkan di negeriku dengan cara merenung atau menyebut namaku (Namo Amitabha Buddhaya!), andaikata setelah pelaksanaanya genap 10 kali tidak dilahirkan di negeriku, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha. Kecuali mereka telah memiliki dosa Pancanantarya (5 perbuatan durhaka) dan pernah memfitnah Sad-Dharma dari para Tathagata.
19)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia yang telah membangkitkan Bodhicitta (bercita-cita ingin mencapai Kebuddhaan dan ingin menyelamatkan para makhluk), telah mempraktekkan dan mengamalkan berbagai kebajikan dan Dharma,dengan ini mereka berjanji bertekad dilahirkan di negeriku.
Pada saat mereka akan mengakhiri kehidupannya, andaikata Aku tidak bersama-sama dengan rombongan-Ku mengelilinginya serta menampakkan diri di depan mereka, Supaya aku menjadi perwira terunggul di Triloka!, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
20)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia setelah mendengar namaku mengarahkan hatinya kepada negeriku dan menanam berbagai benih kebajikan, kemudian jasa-jasanya di-Parinamanakan (disalurkan) di negeriku, andaikata cita-citanya tidak dipenuhi, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
21)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di negeriku, andaikata seluruh badannya tidak dilengkapi dengan Dvatrimsa-Maha-Purusa Laksana (32 macam tanda fisik agung) seperti badan Buddha dan Bodhisattva, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
22)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang lahir di negeriku yang berasal dari berbagai alam Buddha, semua memiliki identitas disebut Ekajatipratibaddha (hanya satu kali menitis telah menjadi Buddha-pilih) kecuali:
a)     Jika mereka telah mempunyai cita-cita akan menjelmakan raganya secara bebas, kemudian dengan badan Nirmitanya dilengkapi perisai-ikrar. Demi makhluk-makhluk sengsara mereka akan menimbun jasa-jasa sebanyak-banyaknya untuk membebaskan segala umat dari belenggu penderitaan dan cita-citanya ini akan tetap sukses;
b)     Jika mereka akan menjelajah ke berbagai negeri Buddha, guna mempraktekkan Bodhisattva-Carita (pelaksaan tugas Bodhisattva) disana, cita-citanya juga akan sukses;
c)     Jika mereka bermaksud ingin mengadakan kebhaktian untuk mengabdi para Buddha yang berada di 10 penjuru dunia, ini juga akan tercapai;
d)     Jika mereka akan membimbing para umat yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai Gangga, agar umat-umat tersebut dapat menegakkan Saddharma teragung di dalam hatinya dan dapat meningkatkan status mereka hingga melampaui Bhumi-Bodhisattva yang setarap, agar segala contoh-contoh tentang “Samantabhadra-Guna” dapat dihayati oleh para umat yang dibimbingnya hingga sukses. Andaikata keadaan mereka tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
23)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku, setelah menerima Adhisthana (dikuatkan) tentang Rddhibala Buddha (tenaga gaib Buddha) dan hendak mengabdi para Tathagata, andaikata mereka tidak dapat megunjungi negeri-negeri Buddha yang banyaknya ber-Koti-Koti Nayuta yang tak terhingga dengan waktu sekali santapan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
24)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tiba di depan para Buddha di berbagai dunia dan mereka sedang menampilkan jasa-jasanya guna menhasilkan bermacam-macam sajian agung serta alat-alat pujaan untuk mengabdi para Buddha. Andaikata segala niat yang dimaksudkan oleh mereka itu tidak muncul dengan memuaskan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
25)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak mampu berkhotbah tentang pengetahuan Sarvajna (segala pengetahuan Buddha) kepada pengikutnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
26)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak memiliki badan Vajra-Narayana (badan sekuat seperti Narayana) maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
27)    Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk dan serta segala sesuatu yang berada di negeriku itu, bukan saja bermutu suci murni, bercahaya indah rupawan, melainkan juga berbentuknya, jenisnya serta warnanya pun demikian unik. Baik umat-umat maupun benda-benda semua demikian cantik, halus dan menakjubkan! Jumlah jenis-jenisnya pun sulit diperhitungkan!, Juga terdapat banyak umat yan berbakat cerdas, bahkan memiliki Mata-batin. Andaikata mereka dapat mengamati jenis-jenis benda tersebut mereka dapat menjelaskan namanya serta jumlahnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
28)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, karena tidak memiliki jasa sehingga tidak dapat melihat atau mengerti warna dan cahaya pohon Bodhi dari Mandalanya; Bahkan tinggi pohon yang hanya 4 juta Yojana pun juga tidak terlihat oleh mereka, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
29)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, telah menerima ajaran-ajaran Buddha seperti Sutra-Sutra, Gatha-Gatha, Dharani penting, Vibhasa-Vibhasa (keterangan-keterangan yang amat luas) dan sebagainya, tetapi mereka masih belum memiliki ketrampilan tentang Prajna (kebikjaksanaan terluhur) dan Pratibhana (berlidah fasih), maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
30)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu hanya memiliki keterampilan Prajna dan Pratibhana yang terbatas, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
31)    Apabila aku telah menjadi Buddha, bumi-bumi di negeriku itu akan tetap berkualitas mulus, rapih, dan bersih; Sinar hidupku tetap menembus segala alam Buddha di 10 penjuru dan jumlahnya banyak sekali tak dapat diperkirakan, dan alam-alam tersebut tidak berbeda seperti wajah orang yang dicerminkan pada kaca mengkilap, seluruhnya amat terang benderang. Andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
32)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka seluruh lingkungan di negeriku mulai dari permukaan bumi terus ke angkasa terdapat banyak istana mestika yang mewah, gedung-gedung tinggi, kolam-kolam yang penuh dengan air 8 budijasa, bunga teratai yang bermacam-macam warna, pohon-pohon dari 7 mestika serta segala harta benda seperti terdapat di berbagai dunia. Dan benda-benda tersebut semua terbuat dari berbagai permata dan ribuan jenis wewangian. Setiap bangunan dihias dengan amat teliti, indah, megah, halus dan menakjubkan! Kemuliaannya melampaui alam-alam manusia atau Surga; keharumannya meliputi 10 penjuru dunia, sehingga para Bodhisattva yang berada di dunia itu setelah mencium harumnya lalu melaksanakan Buddha-Carita ( pelaksanaan tingkat Kebuddhaan), andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
33)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam Buddha tak terhingga serta sulit diperkirakan, bila badan mereka tersentuh oleh sinar hidupku, baik hati (pikiran) maupun jiwa-raganya akan merasakan kehalusan, lembut dan tanda sifat yang unik ini tetap melampaui para Dewata. Andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
34)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, setelah mendengar namaku, andaikata mereka tidak dapat memiliki Anutpatika-Dharma-Ksanti (menetap batin pada Nirvana) serta berbagai Dharani penting, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
35)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para wanita yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar namaku timbul keyakinan dan merasa amat riang gembira lantas membangkitkan Bodhicittanya. Dan jika sejak itu mereka tidak senang akan tubuh wanitanya dan ingin menjelma menjadi tubuh pria pada masa mendatang. Andaikata mereka masih tetap memiliki tubuh wanita dalam kehidupan berikut, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
36)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat banyak Bodhisattva yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mereka mendengar namaku, baik sekarang maupun di masa mendatang selalu menjalankan Sila-Sila Brahma-Carita (mengendali nafsu indera, bebas dari perzinahan) hingga memperoleh kebuddhaan. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
37)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Dewa, manusia, yang berada di 10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar namaku maka dengan sikap sangat khidmat memberi penghormatan kepadaku sambil menimbulkan keyakinan dengan amat riang gembira, kemudian melaksanakan Bohisattva-Carita (memanfaatkan para umat serta diri sendiri agar sama-sama mencapai Kebuddhaan) dan berkelakuan amat suci dan agung, sehingga selalu dimuliakan oleh para manusia dan para Dewa. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
38)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para makhluk yang berada di negeriku menginginkan beberapa stel pakaian atau jubah, mereka akan menerimanya dan selintas merenung pakaian lengkap serta jubah-jubah khusus untuk Dharma yang tertentu; Yang selalu dipujikan oleh Sang Buddha itu, dimana semua akan berada di atas tubuhnya. Andaikata pakaian yang mereka terima itu tidak sesuai kehendaknya atau bahannya belum jadi, harus dijahit, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
39)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para makhluk yang berada di negeriku tidak dapat menikmati kebahagiaan yang sama besar dengan para Bhiksu yang berstatus Asravaksaya (segala kotoran batin dan penderitaan telah musnah), maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
40)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang berada di negeriku jika bermaksud ingin melihat alam Buddha yang suci murni dan indah di 10 penjuru banyaknya yang tak terhingga, biar pada saat apapun mereka dapat melihatnya melalui pohon-pohon mestika dan jelasnya seolah-olah wajah seseorang tercemin pada kaca yang mengkilap, Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
41)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, dimana setelah mendengar namaku dan tinggal sedikit saat lagi mereka akan mencapai Kebuddhaan, tapi panca inderanya atau organ-organ lain masih cacat atau fungsinya kurang normal, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
42)    Apabila aku telah menjadi Buddha, dan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku maka semua akan memiliki suatu Samadhi luhur yang disebut Suvibhaktavati (terbebas segala ikatan) dan mereka hanya sepintas terpikir semua telah berada di depan Buddha yang tak terhingga sulit diperkirakan mengadakan pemujaan, dan saat itu mereka masih tetap didalam keadaan Samadhi pada semula belum diakhirinya. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
43)    Apabila aku telah menjadi Buddha, dan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, andaikata demi suatu tugas penting mereka ingin dilahirkan di salah satu anggota keluarga yang mulia saat ia telah tutup usianya, jika tidak dipenuhi keinginannya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
44)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia setelah mendengar namaku merasa amat riang gembira dan tekad melaksanakan ‘Bodhisattva-Carya’ yang terluhur hingga sukses, disamping mereka mengumpulkan jasa-jasa yang terangung selengkap-lengkapnya guna perbekalan menyeberang ke Pantai-seberang. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
45)    Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku semua akan memiliki suatu Samadhi lebih luhur yakni Samantanugata (secara luas dan seimbang terhadap batin sipemuja), dan dalam Samadhi itu mereka bisa dengan Mata-batin melihat para Buddha yang banyaknya tak terhingga dan sulit diperkirakan; Dan disamping itu dengan pelaksanaan Samadhi ini mereka mencapai Kebuddhaan. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
46.    Di dalam Sutra Kuan Wu Liang Sou Fo Cing, disabdakan: menghendaki terlahir di surga Amitabha Buddha, harus membina 3 kebaikan/pahala (三福): 1. Berbakti dan menyokong ayah ibu, membantu usaha para guru, hati penuh cinta kasih dan tidak membunuh, melatih 10 kebajikan (dasa kusala); 2. Menerima dan melaksanakan Abhisekha Trisarana (Berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha), sampai mempraktikkan sila yang penuh, tidak melanggarnya; 3. Mengembangkan Bodhicitta, sangat yakin kepada hukum karma, membaca dan memanjatkan ajaran Mahayana, membimbing dan menuntun para praktisi. Tiga kebaikan ini dinamakan perbuatan suci. Buddha memberitahu kepada Ratu Vaidehi, apakah kamu sekarang sudah mengetahui? Tiga perilaku kebaikan ini adalah dipraktikkan dulu, sekarang dan akan datang oleh tiga masa Buddha yang menjadi sebab perbuatan suci.
47)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, tidak segera memiliki Avinivartaniya (memiliki status tanpa mundur atau berpaling terhadap Kebodhian) dari Anuttara Samyaksambodhi itu, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
48)    Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di berbagai dunia, setelah mendengar namaku, tidak segera memiliki 3 jenis Dharma-Ksanti, atau hanya yang pertama: Ghosanugata-Dharma-Ksanti (dengan suara dapat mengerti makna-makna Dharma); atau hanya yang kedua: Anulomiki-Dharma-Ksanti (batinnya sangat halus dan lembut); atau hanya yang ketiga: Anutpattika-Dharma-Ksanti (batin tetap di Nirvana atau dalam keadaan tanpa lahir tanpa musnah); Demikian pula tentang Avinivartaniya yang berasal dari Dharma luhur yang dipegang oleh para Buddha itu, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

Maha Sukhavati Vyuha Amitabha Sutra.
Sang Bhiksu Dharmakara, Beliau mengucapkan Gatha-Gatha lagi kepada Tathagata Lokesvararaja tersebut yang bunyinya sebagai berikut:
1)     Kini, ikrar-utamaku telah tersusun semua,
Pastilah, aku akan mencapai Penerangan Sempurna!
O, Lokanatha termulia! Seandainya cita-citaku tak terwujud,
Maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
2)     Mulai Kalpa kini hingga Kalpa tak terhingga,
Bila aku bukan Dermawan yang terkemuka;
Tidak suka melayani para miskin secara luas,
Maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
3)     Apabila aku telah menjadi Buddha,
Namaku pasti meliputi 10 penjuru dunia!
Seandainya, sama sekali tak didengar oleh mereka,
Maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
4)     Aku terbebas dari nafsu indera, dari pandangan salah,
Juga mempraktekkan Prajna serta Brahmacariya.
Cita-citaku hanya satu yakni menjadi Buddha termulia!
Juga Maha guru dari para Dewa, manusia!
5)     Kini, tenaga gaibku telah dijadikan Mahaprabha (sinar terang),
Sinar terang memancar ke pelbagai dunia tak terhingga!
Tiga kekotoran batin (ketamakan, kebencian & kebodohan) telah musnah total,
Cahayaku akan membantu umat untuk bebas dari sengsara!
6)     Cahayaku akan membantu mereka membuka Mata-bijak,
Cahayaku akan membantu mereka melenyapkan buta, gulita.
Kini, pelbagai jalan Kesedihan telah kututup secara rapat,
Cahayaku terus menerangi gerbang Kusala (kebaikan) untuk Sang Umat.
7)     Kini, jasa-jasaku telah lengkap, usaha ku pun sempurna,
Sinar kewibawaanku cemerlang di seluruh penjuru dunia.
Sinar Bulan serta Sang Surya bagai gerhana total,
Sinar Siva juga tertampak di ruang angkasa!
8)     Aku akan membuka gedung-Dharma untuk Sang Umat,
Aku akan mendanakan permata-jasa secara luas;
Aku akan meraung-raungkan Simhanada di depan perhimpunan terakhir,
Aku akan selalu mengkhotbahkan Dharma luhur kepada para pendengar!
9)     Aku akan memuja para Tathagata yang termulia,
Dengan jasa-jasaku serta kebajikanku yang terlengkap!
Baik tentang Pranidhana maupun Prajna, mudah-mudahan sukses semua,
10)     Seperti para Tathagata memiliki pengetahuan Avaranajnana (pengetahuan tanpa halangan).
Yang lampau, sekarang, mendatang semua dipahami olehNya!
O, Tathagataya! Kini kuserahkan segala jasaku dengan khidmat,
Supaya aku cepat beridentitas sesama Sang Lokesvararaja!
11)     O, Lokanatha termulia! Seandainya cita-citaku terwujud,
Guncangan akan meliputi setiap “Tigaribu-Maharibu Dunia”!
Dewa-Dewi penuh memadati di seluruh ruang angkasa,
Demi memuja aku, dihujani dengan bunga Mandarawa Surga!

Sudahkah dan Berapa Lama Amitabha Menjadi Buddha?
Maha Sukhavati Vyuha Amitabha Sutra, disabdakan: “Bhagavan yang termulia!” Arya Ananda tiba-tiba bertanya pada Sang Buddha Sakyamuni: “Apakah Sang Bhiksu Dharmakara sudah menjadi Buddha? Apakah Beliau sudah Parinirvana atau belum? Dan di manakah Beliau berada pada masa sekarang? mohon dijelaskan!”
“Arya Ananda!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Bhiksu Dharmakara, Beliau telah menjadi Buddha yakni: Buddha Amitayus juga disebut Buddha Amitabha! Kini, Beliau berada di Surga Barat, jaraknya kira-kira ratusan ribu Koti Buddhaksetra (alam Buddha) Terbahagia!”

“Sudah menjadi Buddha?” Arya Ananda tanya lagi: “Kapankah? Sudah berapa lamakah Beliau mencapai Kebudhaan, Bhagavan?” Buddha menjawab: “Lamanya sudah 10 Kalpa”

Keagungan, Kemegahan dan Keindahan Surga Sukhavati
Di dalam Sutra Amitabha (Fo Shuo A mi Tuo Cing) disabdakan: Sariputra! Di surga Sukhavati terdapat tujuh tingkat Veranda dengan tujuh tirai rajutan, tujuh baris jajaran pohon semua terbentuk dari empat macam mustika, karenanya negeri itu disebut kebahagiaan sempurna. Lagi pula Sariputra,di alam Sukhavati terdapat tujuh kolam permata berisi air yang memiliki delapan sifat kebaikan, dasar kolam penuh dengan hamparan pasir emas, keempat sisinya terdapat tangga yang terbuat dari : emas, perak, batu lazuardi dan batu kristal, diatas terdapat pagoda-pagoda yang terhias emas, perak, beryl, kristal, Musaragarbha batu-batu akik ,indung mutiara.

Di kolam-kolam terdapat bunga teratai sebesar roda pedati, berwarna hijau dengan kemilau hijaunya, berwarna kuning dengan kemilau kuningnya, berwarna merah dengan kemilau merahnya dan berwarna putih dengan kemilau putihnya, lembut, menakjubkan, indah dan murni.

Maha Sukhavati Vyuha Amitabha Sutra, disabdakan:
Buddha Sakyamuni bersabda: “Ketahuilah O, Arya Ananda! Seluruh bumi dari alam Buddha Amitayus (Amitabha) bukan tanah! Melainkan, bumiNya adalah kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur Suvarna (emas), Rupya (perak), Vaidurya (lazuardi), Sphatika (kristal), Pravada (bunga karang), Musaragalva (indung mutiara) dan Asma-garbha (akik), jumlah 7 jenis permata yang bermutu tertinggi! Demikian pula, lingkungan dari seluruh bumi amat lapang, luas, terbesar dan tanpa batas. Permata-permata yang menjadi bumi itu semua disusun satu jenis demi satu jenis atau berganti-ganti, sehingga sinar permata terus gemerlapan, kelihatan demikian indah, megah, jernih dan menakjubkan! Mutu permata tidak berbeda dengan permata Surga Paranirmitasvara! Baik kwalitasnya maupun keindahannya telah melampaui mustika-mustika terunggul di pelbagai dunia di 10 penjuru! Lagi, alam BuddhaNya tidak ada gunung Sumeru atau gunung Cakravada dan gunung-gunung lain; Juga tidak ada laut biasa atau laut terbesar; Juga tidak ada sungai, selokan, ngarai atau lembah dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah penciptaan oleh daya Rddhibala Buddha Amitayus (Amitabha)! Pada hakikatnya, apabila Sang umat ingin menyaksikan keadaannya atau ingin memandangnya meliputi pegunungan atau lautan, danau, sungai dan sebagainya pasti dapat dilihat atau dinikmati oleh mereka, asalkan Sang umat tekun melaksanakannya DharmaNya hingga dirinya dilahirkan ke Pantai-seberang (Sukhavati arti- nya)!”

Arya Ananda! Walaupun musiknya demikian banyak sampai ratusan ribu macam dan suaranya pun demikian merdu yang dimiliki oleh raja Surga keenam itu, bila diperlombakan dengan satu macam suara yang dikumandangkan oleh pohon mustika yang dimiliki Buddha Amitayus saja, kalahnya melampaui ribuan Koti berlipat-ganda! Ketahuilah, suara dari musik-alamiah yang berada di alam Sukhavati itu tidak kurang dari ribuan macam, dan semua suaranya adalah gema Dharma yang amat bermanfaat! Apalagi suara-suara yang dikumandangkan demikian merdu, selaras, terang, damai dan sedap didengar! Oleh karena itu, apabila dibandingkan dengan musik-musik yang berada di 10 penjuru dunia, tapi, suara pohon mustikalah yang terkemuka!”

“Lagi,  Arya Ananda yang bijak! Tentang bangunan-bangunan seperti Vihara, Asrama Sangha, istana mewah, pagoda agung, gedung-gedung berteras tinggi dan sebagainya yang berada di alam Sukhavati itu, kesemuanya dibangun dengan bahan 7 jenis permata yang paling berharga dan dijadikan secara otomatis tanpa menggunakan tenaga manusia! Dan di puncak bangunan tersebut dipasangkan tali bersilang yang dibuat dari bahan-bahan: Mutiara tulen, Candra-Mani dan sebagainya sehingga kelihatan berkilauan dan amat menarik!”

“Lagi Arya Ananda yang bijak! Pada bangunan-bangunan yang demikian indah itu, baik di dalam maupun di luar terdapat berbagai kolam Padma besar, diameternya juga berbeda-beda, ada yang hanya 10 Yojana, ada 20 atau 30, atau hingga ratusan ribu Yojana juga ada. Kolam Padma tersebut semua dipenuhi dengan air yang bersifat 8 Budi-jasa: Murni, segar, manis, lunak-ringan, lembap-berkilat, tenang-damai, dapat menghilangkan haus, lapar dan dapat bermanfaat bagi setiap tubuh makhluk dan sebagainya. Dan, bau air demikian harum, tidak berbeda dengan sari embun Surga! Kondisi dari Kolam Padma itu juga amat unik:
Kolamnya yang dibuat dari emas didasari pasir perak;
Kolamnya yang dibuat dari perak didasari pasir emas.
Kolamnya yang dibuat dari kristal didasar pasir lazuardi;
Kolamnya yang dibuat dari lazuardi didasari pasir kristal.
Kolamnya yang dibuat dari bunga-karang didasari pasir ambar (Ambar atau amber adalah resin pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya) ;
Kolamnya yang dibuat dari ambar didasari pasir bunga karang.
Kolamnya yang dibuat dari indung mutiara didasari pasir akik indah;
Kolamnya yang dibuat dari akik indah didasari pasir indung mutiara.
Kolamnya yang dibuat dari mutiara-putih didasari pasir emas- merah;
Kolamnya yang dibuat dari emas-merah didasari pasir mutiara-putih.

Tapi, di antara kolam-kolam tersebut terdapat juga yang dibuat dari 2 macam permata atau 3 macam permata, atau hingga 7 macam permata. Dan, di sekeliling kolam tersebut banyak pohon-pohon Candana yangsedang berbunga tumbuh di sana dan bunga Candana serta daun-daunnya subur sekali, semua penuh-sesak hingga menutup seluruh pohonnya. Wangi dari bunga Candana demikian semerbak terus melimpah ke seluruh alamNya. Lagi, di tengah-tengah kolam Padma terdapat banyak Bunga-bunga seperti bunga Utpala Surga, bunga Padma, bunga Kumuda, bunga Pundarika dan sebagainya. Semua beraneka-warna; Hijau bersinar kehijau-hijauan; Kuning bersinar kekuning-kuningan; Merah bersinar kemerah-merahan; Putih bersinar keputih-putihan dan yang khas bersinar aneka-warna. Dan, semua bunga yang indah-indah itu beserta dedaunnya satu persatu tertempel di muka air kelihatan amat menarik! Apabila para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta makhluk-makhluk lain ingin mandi atau ingin berenang di dalam kolam Padma itu, dapat menuruti kehendaknya atau kesenangannya. Andaikata, ada yang ingin air 8 Budi-jasa itu merendam ke dua kakinya, akan segeralah airnya merendamkan ke dua kaki: Apabila mereka ingin air meninggi hingga ke lututnya segeralah air merendam ke lututnya. Demikian pula, jika mereka ingin airnya merendam sampai ke pinggang atau sampai ke lehernya, hanya dengan pikiran sepintas saja, air tersebut telah sampai ke tempat yang dimaksukan mereka! Tanpa merasa kesulitan sedikitpun! Apabila mereka ingin badannya disiram dengan air yang serbaguna itu, justru airnya akan bagaikan suatu alat penyiram terus menerus menyiram air segar dan harus ke seluruh badannya! Setelah mandi jika sang umat menghendaki airnya kembali pada semula, segeralah air tersebut kelihatan tidak berbeda dengan sebelumnya! Adapun, bila mereka ingin airnya panas, hanya dengan pikiran sepintas saja airnya telah terasa panas; Apabila ingin airnya menjadi dingin, segeralah airnya terasa dingin, kesemuanya dapat menuruti kemauan sang umat, betapa senang dan memuaskan!”

“Ketahuilah, Arya Ananda! Barang siapa yang pernah mandi di kolam Padma tersebut, pastilah ia akan merasa badannya amat enak, sehat dan semangatnya demikian segar-bugar, apalagi segala kekotoran batin hilang total! Lagi, Arya Ananda! Air 8 Budi-jasa yang berada di semua kolam Padma itu, kesemuanya demikian jernih, murni dan sulit diperlihatkan, hanya terlihat butiran-butiran pasir dari berbagai permata bercahaya kilau-kemilau di dasar kolam, walaupun kedalaman kolam demikian dalam hingga tak terhinggapun dapat terlihat dasarnya! Lagi pula pada setiap kolam terdapat banyak saluran air seperti sungai permata yang terindah. Air di dalam sungai indah itu dapat mengantar air dari kolam ke kolam lain, kemudian airnya dapat mengalir dan kembali ke asal. Pergerakan alirnya tenang sekali tidak begitu cepat juga tidak begitu lambat. Akan tetapi, aliran air itu selalu bersuara yang amat merdu; Suaranya dapat mengumandangkan berbagai ajaran Buddha yang bermanfaat untuk para umat di negeri Buddha tersebut, dan siapa pun dapat menangkapnya, cuma harus menurut bakat mereka masing-masing. Maka dari itu, mereka ada yang mendengar suara yang menerangkan Buddha, ada yang mendengar suara yang menerangkan Dharma, ada yang mendengar suara yang menerangkan Sangha. Atau Suara-suara hanya menerangkan Aranyaka (tenang, kesunyian); Atau Suara-suara yang menerangkan makna-makna Sunya, Anatman (kekosongan, tanpa keakuan); Atau Suara-suara yang menerangkan Maha-Maitri, Maha-Karuna (cintakasih yang terluhur dan balas-kasihan yang terluhur); Atau Suara-suara yang menerangkan berbagai Paramita (ketentuan-ketentuan bagi pelaksanaan Bodhisattva); Atau Suara-suara yang menerangkan Dasabalani (10 jenis tenaga Buddha); Atau Suara-suara yang menerangkan daya Abhaya (daya tanpa ketakutan); Atau Suara-suara yang menerangkan Avenika-Dharma (Dharma tanpa berupa sama); Atau Suara-suara yang menerangkan Sarva-Abhijna-Mati (Segala daya gaib dan kebjijaksanaan); Atau Suara-suara yang menerangkan Anabhisamskara (tanpa perbuatan); Atau Suara-suara yang menerangkan Abhava, Anirodha (cipta dan musnah); Atau Suara-suara yang menerangkan Anutpattikadharmaksanti (menetapkan batinnya di Nirvana) hingga Suara-suara yang menerangkan Abhisekabhumipratilambha (diwisuda secara kerajaan) dan sebagainya. Suara-suara yang bermanfaat itu terdengar sesuai dengan bakat sipendengar agar setiap umat dapat menerima suatu Dharma luhur dengan hati riang gembira! Kemudian masing-masing boleh menurut kemampuannya mengamalkan pelaksanaan suci batiniah.

Berkah dan Manfaat Peroleh Pancaran Sinar Amitabha Buddha
Di dalam Maha Sukhavati Vyuha Amitabha Sutra, disabdakan: “Arya Ananda!” Sang Sakyamuni Buddha melanjutkan sabdaNya: “Barangsiapa yang dapat kesempatan menemukan sinar hidup Buddha Amitayus yang demikian terang benderang itu (diberkati oleh Sinar Buddha Amitabha), ke 3 jenis ‘Kotoran’ (ketamakan, kebencian dan kebodohan) yang pernah dimilikinya lantas lenyap total! Baik lahir maupun batin dari mereka akan terasa lemah-lembut; terasa halus budi dan bersemangat riang-gembira! Demikian pula, jika para makhluk yang berada di “Tiga Alam Kesedihan” sedang menderita berbagai sengsara, setelah mereka menemukan (peroleh) sinar tersebut, hilanglah segala belenggu-belenggu apapun dalam sepintas! Dan apabila usia mereka telah habis segeralah bebas dari alam kesedihan tersebut dan dilahirkan di dunia manusia atau Surga!”

Arya Ananda! Ketahuilah, andaikata terdapat para umat yang berbudi setelah mendengar jasa-jasa Beliau; Kewibawaan dan sinar hidup yang terang benderang dari Beliau, lantas mengarahkan hatinya ke alam Buddha Amitayus, kemudian dengan sepenuh kebulatan tekad memuliakan namaNya. Demikian pula, mereka di siang hari, malam hari atau di suatu kesempatan dengan khidmat menceritakan tentang hal-hal Buddha Amitayus kepada para makhluk, supaya makhluk-makhluk apapun dapat memperoleh manfaatNya. Maka, Sang umat yang berbudi itu boleh menurut kehendaknya atau cita- citanya, agar dilahirkan di “Sukhavati” yakni alam Buddha yang terbahagia! Dan kelakuan atau perbuatan yang terpuji dari Sang umat tersebut akan selalu dipuji oleh para Bodhisattva serta para Sravaka, Pratyekabuddha dan lain-lainnya! Saat Sang umat tersebut sedang mencapai Kebuddhaan, sinar hidup merekapun tidak berbeda dengan Buddha Amitayus atau Amitabha. Dan para Buddha serta para Bodhisattva yang berada di 10 penjuru dunia juga ikut bergembira, sehingga keadaannya seperti sekarang kalian memuji Buddha Sakyamuni dengan hati riang gembira!”

Di dalam Sutra Amitabha (Fo Shuo A Mi Tuo Cing) disabdakan:
Sariputra, demikianlah negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan yang indah, megah dan agung, lagi pula Sariputra, di negeri Buddha ini senantiasa terdengar musik surga dan tanahnya kuning emas. Dalam enam periode sehari semalam, turun hujan bunga-bunga Mandarawa. Tiap makhluk di negeri ini sepanjang pagi yang cerah dengan jubahnya mengumpulkan bunga dan mempersembahkannya kepada beratus ribu koti Buddha dari penjuru lain.

Pada waktu makan, mereka kembali ke negerinya masing-masing dan selesai makan, mereka istirahat. Sariputra,di negeri kebahagiaan sempurna dengan pahala dan kebajikan terhias indah,megah dan agung.

Lagi pula Sariputra, di negeri ini selalu ada burung-burung beraneka warna nan indah dan langka. Burung seriap putih, merak, kakatua, bangau putih kecil, kalavinka dan burung berkepala dua. Kumpulan burung ini bernyanyi dalam enam periode sehari semalam dengan suara merdu dan harmonis. Suara mereka yang jernih dan riang membabarkan lima akar kebajikan, tujuh bagian Bodhi, delapan jalan suci dan Dharma-Dharma lain. Bila makhluk di negeri itu mendengar suara-suara ini, mereka bersama-sama ingat akan Buddha, ingat akan Dharma dan ingat akan Sangha.

Sariputra, jangan mengira bahwa burung-burung ini lahir akibat pelanggaran karma mereka, karena alasan apakah? Di negeri ini tidak ada tiga jenis kelahiran sesat. Sariputra, di negeri Buddha ini bahkan nama-nama tiga jenis kelahiran sesat tidak ada. Bagaimana sebenarnya? Kumpulan burung ini semuanya diciptakan melalui penjelmaan oleh Amitabha Buddha agar suara Dharma tersiar luas. O Sariputra, di negeri Buddha itu, ketika semilir angin berhembus,barisan pohon-pohon permata dan tirai-tirai permata menimbulkan suara-suara lembut dan indah laksana seratus ribu jenis musik dialunkan pada saat yang sama.

Mereka yang mendengar suara ini dengan sendirinya ingat akan Buddha, ingat akan Dharma,ingat akan Sangha. Sariputra, negeri Buddha itu dihiasi dengan pahala dan kebajikan terhias indah, megah dan agung. Sariputra,apa yang kau pikirkan? Mengapa Buddha ini disebut Amitabha? Sariputra, kemilau cahaya Buddha ini tak terhingga menerangi sepuluh penjuru dunia,tanpa halangan. Oleh karenanya disebut Amitabha. Lagipula Sariputra, kehidupan Buddha ini dan rakyatnya mencapai kalpa Asankhyeya tiada terbatas tiada terhingga. Oleh karenanya disebut Amitabha.

Sariputra, sejak Amitabha mencapai tingkat kebuddhaan, sepuluh kalpa telah berlalu. Lagipula Sariputra, di negeri kebahagiaan sempurna makhluk hidup yang lahir semuanya Avaivartika (tidak mundur lagi dari jalan kesucian/kebodhian).

Di antara mereka banyak yang dalam kehidupan ini mencapai tingkat kebuddhaan. Jumlah mereka sangat banyak, tidak dapat dihitung dan hanya dapat disebut dalam kalpa Asankhyeya yang tiada terbatas, tiada terhingga. Sariputra, mahluk hidup yang mendengar ini seyogyanya berikrar agar dilahirkan di negeri itu, mengapa demikian? Agar mereka yang berhasil adalah orang suci dan baik semua berkumpul bersama-sama di satu tempat. Sariputra, seorang tidak boleh kekurangan dalam perbuatan-perbuatan baik, berkah, kebajikan dan hubungan penyebab untuk mencapai kelahiran di negeri itu. Sariputra, kalau ada seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar nama Amitabha Buddha dan memanjatkan nama itu baik selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari, dengan sepenuh hati dan tanpa gangguan,bila orang itu mendekati akhir hayatnya,Amitabha Buddha beserta para makhluk suci akan muncul dihadapannya.

Ketika akhir hayatnya tiba,hatinya tidak goyah. Ia akan terlahir di negeri kebahagiaan sempurna Amitabha Buddha. Sariputra, karena aku melihat manfaatnya, maka Ku-ucapkan kata-kata ini. Jika makhluk hidup mendengar ucapan ini, mereka seharusnya berikrar untuk dilahirkan di negeri itu.

Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar sutra ini dan mengucapkan nama-nama semua Buddha ini, lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataKu dan ucapan semua Buddha.Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar, ”aku berhasrat lahir di negeri Amitabha.” Orang-orang ini semua tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa mendatang. Sebab itu Sariputra, semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi jika mereka orang-orang yang memiliki keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini.

Mengembangkan Kesadaran Buddha Amitabha
Dalam tradisi Tanah Murni agama Buddha, mengulangi nama Buddha Amitabha merupakan bentuk dari Kesadaran atas Buddha (Skt. buddhānusmṛti) secara tradisional. Istilah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghua sebagai nianfo (念佛), yang secara populer dikenal dalam bahasa Inggris. Praktik ini digambarkan sebagai pemanggilan Buddha ke dalam pikiran dengan mengulangi namanya, untuk memungkinkan praktisi memusatkan perhatiannya pada Buddha (samadhi). Hal ini dapat dilakukan dengan bersuara maupun secara mental, dan dengan atau tanpa menggunakan tasbih Buddha. Mereka yang mempraktikkan metode ini sering berkomitmen pada repetisi dalam serangkaian bilangan tetap per hari, sering kali dari 50.000 menjadi lebih dari 500.000.(Luk, Charles. The Secrets of Chinese Meditation. 1964. hal. 83). Menurut tradisi, patriark kedua dari aliran Tanah Murni, Shandao, dikatakan telah mempraktikkannya siang dan malam tanpa henti, setiap kali memancarkan cahaya dari mulutnya. Oleh karena itu, ia dianugerahi gelar “Guru Besar Cahaya” (光明大师) oleh kaisar Dinasti Tang Gao Zong (高宗). (Luk, Charles. The Secrets of Chinese Meditation. 1964. hal. 84)

Selain itu, dalam Buddhisme Tiongkok  ada praktik terkait yang disebut “jalur ganda Chan dan budidaya Tanah Murni”, yang juga disebut “jalur ganda kekosongan dan eksistensi”. Seperti yang diajarkan oleh Yang Mulia Nan Huaijin, nama Buddha Amitabha dibaca perlahan-lahan, dan pikiran dikosongkan setelah tiap-tiap pengulangan. Ketika lamunan muncul, kalimat ini diulang kembali untuk membersihkannya. Dengan latihan terus-menerus, pikiran mampu untuk tetap tenang dalam kekosongan, yang berpuncak pada pencapaian samādhi. (Yuan, Margaret. Grass Mountain: A Seven Day Intensive in Ch’an Training with Master Nan Huai-Chin. 1986. hal. 55)

Berbagai Sutra dan Abhidharma Menjelaskan
Manfaat dan Pahala dari Nienfo (Buddhanusmrth)
1.    Di dalam Sutra Sui Yuan Wang Sen Cing, disabdakan: Negeri Buddha tidak terbatas, kenapa harus fokus untuk dilahirkan di Surga Sukhavati? Karena adnya sebab unggul, yaitu 10 kali melafalkan menjadi sebab unggul-Nya; satu lagi karena kondisi unggul-Nya, yaitu: empat puluh delapan ikrar agung untuk menolong semua makhluk.
2.    Di dalam Sutra Ye Ten San Mei Cing, disabdakan: sepuluh penjuru tiga masa para Buddha karena belajar Nienfo, cepat meraih Anuttara Bodhi (Kesempurnaan Bodhi), oleh karena itu, tiga masa para Buddha disebabkan Nienfo seketika mencapai Kebuddhaan.
3.    Di dalam Sutra Ju Leng Chia Cing, disabdakan: sepuluh penjuru alam semesta, semua makhluk dan para Bodhisattva, yang mencapai tingkatan Dharmakaya (tubuh absolut), Sambhogakaya (tubuh cahaya/kebijaksanaan), Nirmanakaya (tubuh penjelmaan), atau tubuh perubahan lainnya, semua berasal bimbingan Buddha Amitabha, karena mereka di lahirkan di Surga Sukhavati.
4.    Di dalam Sutra Xiang Fa Cie Yi Cing, disabdakan: Sakyamuni setelah Maha Parinirvana (mangkat), awal 500 tahun ‘Pelaksanaan Sila’ sangat kokoh, para Bhiksu melaksanakan sila suci, mencapai kesucian dan pembebasan mutlak, maka disebut era  ‘Kebenaran Dharma’.  Era ‘Corak Dharma’ 1000 tahun, Samadhi kokoh, saat corak Dharma, para bhiksu cenderung dan memiliki kebiasaan membina samadhi, dengan samadhi mencapai kebebasan mutlak;  sedangkan “Era Kemunduran Dharma’ 10,000 tahun Nienfo Kokoh, masa kemunduran Dharma, para bhiksu hanya melatih Pintu Dharma Nienfo, dengan gunakan Nienfo untuk mengakhiri kelahiran dan kematian, keluar dari Triloka Dhatu. Karena itu, pintu Dharma tanah suci begitu berkembang dan menyebar luas, semuanya membabarkan dan mempraktikkan ‘Pintu Dharma Tanah Suci’.
5.    Di dalam Sutra Shuranggama, Bagian Ta Se Ce Nien Fo Yen Thung Cang, disabdakan: bila para makhluk hatinya selalu mengingat dan melafalkan nama Buddha, pasti sekarang atau kelak dapat bertemu dengan Buddha, tidak menjauhi Buddha, tidak perlu metode kemudahan lain, bisa sendiri mencapai hati cerah.
6.    Di dalam Sutra Ta Ci Cing, disabdakan: jaman kemerosotan Dharma bermilyar-milyar orang membina diri, hanya sedikit orang mencapai kesucian, dengan mengandalkan  Nienfo dapat menyeberangi arus kelahiran dan kematian.
7.    Di dalam Sutra Fo Shuo Wu Liang Sou Fo Cing, disabdakan. melafalkan nama Buddha (Amitabha), setiap melafalkan dapat melenyapkan 80 milyar kalpa dosa kelahiran dan kematian.
8.    Di dalam Taisho Tripitaka Vol 47, No.1970, dijelaskan,  di dalam Se Cia Fo Chuan Sou, pernah mengajarkan sepasang suami istri yang sudah tua,  Namo di bagian barat Surga Sukhavati, Amitabha Buddha memiliki 360,000,000,119,500 (三十六万亿一十一万九千五百; Tiga ratus enam puluh milyar, seratus sembilan belas ribu lima ratus) yang sama nama dan sama sebutan nama para Buddha lainnya. (Keterangan ini juga di tulis di buku Cing Thu Chan Fa Yi Kui). Artinya dengan memuliakan Namo Amitabha Buddha sekali saja, berarti Anda telah memuliakan Tiga ratus enam puluh milyar seratus sembilan belas ribu lima ratus  nama para Buddha lainnya. Sungguh luar biasa dan fantatis!)
9.    Di dalam Sutra Fo Shuo Kuan Ting Cing, disabdakan: sepuluh penjuru Tanah Suci boleh dan sesuai kehendak pikiran untuk dilahirkan; Bodhisattva Phu Kuang bertanya kepada Buddha, Bhagava, kenapa di dalam banyak Sutra hanya memuji Negeri Amitabha Buddha saja? Buddha bersabda: Bodhisttva Pu kuang, Anda tidak mengerti maksud Saya, Orang-orang yang tinggal di dunia Saha banyak memiliki kekeruhan keserakahan, keyakinan yang mengarah sangatlah sedikit, hatinya kacau tidak ada ketetapan. Untuk membimbing para makhluk agar menjadi satu arah dan satu tujuan, supaya mudah terlaksana, maka cenderung memuji hanya satu Tanah sSuci Buddha. (maksudnya: jaman sekarang ini era lima kekeruhan, hati para umat manusia banyak yang kacau dan kotor, bila mengajarkan banyak Tanah Suci para Buddha, maka hati umat manusia  pasti tambah menjadi bingung dan kacau, dipastikan banyak yang gagal untuk di lahirkan di Tanah Suci para Buddha, oleh karena itu, Guru Agung Sakyamuni Buddha dengan kebijaksanaannya cenderung mengajarkan Tanah Suci yang special, khusus dan luar biasa,  yaitu: Tanah Suci Amitabha Buddha, karena mudah, dan tidak sulit untuk dilahirkan ke Surga Sukhavati).
10.    Di dalam Sutra Avatamsaka, Hua Yen Cing, Dasa Bhumika Bodhisattva (10 Tingkatan Se Ti para Bodhisattva) sejak awal dan akhir tidak terlepas dari praktik Nienfo.
11.    蓮池大師《彌陀經疏鈔》引《大本彌陀經》言:念佛之人,有四十里光明燭身,魔不能犯。Maha Bhiksu  Lien Che, dalam (Mi Tho Cing Su Chau) Ying, (Sutra Ta Pen Mi Tho Cing), disabdakan: orang yang melaksanakan praktik Nienfo ada cahaya benderang yang melindungi dan mengelilinginya sejauh 40 Mil, para Mara (iblis) tidak bisa melanggar/menggangunya.
12.    Di Dalam Sutra Kuan Cing, disabdakan: mendengar Sutra Mahayana dengan 12 bagian, hanya dapat melenyapkan karma buruk sebanyak 1000 kalpa, masih jauh untuk dilahirkan; tetapi melafalkan Amitabha Buddha satu kata, dapat melenyapkan karma buruk 50 milyar kalpa, langsung  dan menyeberangi untuk dilahirkan di Tanah Suci (Sukhavati).
13.    Di dalam Sutra A Mi Tho Fo Ken Pen Pi Mi Shen Cou Cing, disabdakan: nama Amitabha, lengkap terkandung tidak terukur dan tidak terbatas, tidak bisa dipikirkan, rahasianya sangat dalam, sangat luar biasa dan ajaib, jasa pahalanya tiada banding, kenapa bisa demikian? “A Mi Ta” tiga tulisan tersebut memiliki sepuluh penjuru tiga masa para Buddha, semua Bodhisattva, Sravaka Arahat, semua Sutra Dharani, Mantra dan Dharma metode praktik yang tidak terbatas. Karena itu melafalkan nama Buddha adalah Anuttara kebenaran dan realita, dan ajaran termulia dari Dharma Mahayana, adalah Anuttara terunggul kesucian ajaran seketika dan praktik ajaib, adalah Dharani Anuttara yang sangat ampuh, demikian disebut gatha: Tulisan A adalah sepuluh penjuru tiga masa Buddha, tulisan Mi adalah semua Bodhisattva, tulisan Ta adalah 80,000 ajaran suciawan, tiga tulisan  (A Mi Ta) adalah kesempurnaan.
14.    Di dalam Sutra Nie Phan Cing, disabdakan: Buddha memberitahu kepada Maha Raja: misalnya ada yang membuka gudang penyimpanan permata, selama satu bulan berdana kepada semua makhluk, jasa pahala yang diperoleh sangatlah besar, lebih baik ada orang satu ucapan melafalkan nama Buddha, jasa pahala melampaui yang disebutkan di depan, karena pahalanya tidak bisa di ukur.
15.    Di dalam Maha Prajna Sutra (Ta Po Ye Cing), disabdakan: bilamana ada putra berkebajikan dan putri berbudi, ke bawah hanya satu kali memuliakan Na Mo Buddhaya yang Maha Maîtri Karuna. Sebab kebajikan ini putra kebajikan dan putri berbudi selama mengarungi arus kelahiran dan kematian, akar kebajikannya tiada akhir, di antara terlahir sebagai dewa atau manusia selalu peroleh kemakmuran dan kebahagiaan, dan akhirnya akan memasuki Nirvana.
16.    Di dalam Sutra Nirvana (Nie Phan Cing) disabdakan: Nienfo satu kali dengan ucapan, jasa pahalanya dibagi menjadi 16 bagian. Bilamana ada orang berdana satu dunia para makhluk selama 3 bulan , dibandingkan dengan pahala Nienfo satu bagian dari 16 bagian lebih unggul dibanding pahala berdana. Perlu diketahui pahala Nienfo melampau satu juta kelipatan dari pahala berdana materi. Di dalam Sutra juga di katakan: bilamana ada orang di empat penjuru di kolong langit dengan tujuh permata, berdana kepada para Buddha, Bodhisattva, Paccheka Buddha, dan Sravaka, peroleh rejeki sangatlah banyak; lebih baik mengajak orang untuk Nienfo dengan satu suara, rejekinya lebih unggul. Di dalam Sutra lain juga disebutkan, bilamana ada orang melafalkan nama Amitabha Buddha, melafalkan sampai 1000,000 kali, pasti dapat dilahirkan ke alam Sukhavati.
17.    Di dalam Sutra lotus (Fa Hua Cing) disabdakan: tidak membicarakan orang lain baik atau buruk, panjang atau pendek, hanya fokus Nienfo, segera terlahir di Tanah Suci, tidak terjatuh ke alam celaka.
18.    Di dalam Sutra Jan Ci Cing, disabdakan: satu kali merendahkan orang Nienfo, karma buruknya selama ribuan kalpa terjatuh ke Neraka Nieli; Satu kali memuji orang Nienfo, dapat melenyapkan diri (tubuh) dari karma buruk terberat selama ratusan kalpa.
19.    Di dalam Sutra Kuan Wu Liang Sou Cing, di sabdakan: bila ada makhluk melakukan karma tidak bajik, lima perbuatan Garuka karma (1. Membunuh ayah, 2. Membunuh ibu, 3. Membunuh Arahat/Hweshio, 4. Melukai Buddha, 5. Memecah belah Sangha) dan sepuluh kejahatan (1. Membunuh, 2. Mencuri, 3. Berzina, 4. Berdusta, 5. Berbicara kasar/jorok, 6. Menfitnah, 7. Berbicara Gossip/ bicara yang tidak bermanfaat, 8. Serakah, 9. Membenci, 10. Bodoh.) Lengkap sudah perbuatan tidak bajik tersebut. Orang bodoh demikian dengan karma buruknya pasti masuk ke alam celaka, melewati banyak kalpa, menerima penderitaan tidak terbatas. Tetapi orang bodoh tersebut saat mau menjelang ajal/mati, bertemu dengan orang baik yang memiliki pengetahuan bajik, mengajarkan untuk melafalkan Amitabha Buddha, sampai sepuluh kali, untuk melenyapkan dosa karma buruk dan memohon dilahirkan di surga Sukhavati. Peroleh tingkatan kelahiran bagian bawah di tingkat bawah.
20.    Di dalam Sutra Se Wang Tuan Cie Cing, disabdakan: di saat pasamuan ada empat milyar makhluk, mengetahui saat kematian dan kelahiran selanjutnya, menjadi galau, karena nafsu sebagai sumbernya, dengan gembira mau dilahirkan di negeri tanpa nafsu. Hyang Buddha bersabda: menghadap ke barat melewati negeri yang tidak terhitung, ada Buddha yang bernama Wu Liang Sou/Amitabha Buddha, Tanahnya suci, tiada seksual, kemarahan dan kebodohan, terlahir di atas bunga teratai, tidak melalui ayah dan ibu, kalian harus dilahirkan disana.
21.    Di dalam Sutra Kuan Fo San Mei Cing, disabdakan: Manjusri Bodhisattva karena sebab masa lalu, peroleh Samadhi Nienfo, dilahirkan di Tanah Suci. Hyang Bhagava mengingat dan berkata, Anda pasti dilahirkan di alam Sukhavati.
22.    Di dalam Sutra Ta Ci Cing, bagian Sien Fu, disabdakan: praktisi yang memohon pencapaian Anuttara Bodhi (Bodhi yang tiada banding) seharusnya membina meditasi Nienfo untuk memasuki samadhi; Gatha mengatakan: bilamana orang memuliakan dan mengingat Amitabha Buddha , dinamakan Samadhi Anuttara yang dalam dan ajaib, saat dilakukan sepenuh hati dan pikirannya terhadap objek untuk melihat Buddha, adalah Dharma tidak timbul dan tidak lenyap.
23.    Di dalam Sutra Ju lai Pu Se Yi Cing Cie Cing, disabdakan: Bodhisattva sudah mengetahui para Buddha dan semua Dharma adalah hati yang meneliti, peroleh ketabahan Sui Suen, atau memasuki tingkatan Dasa Bhumi pertama, rela melepaskan tubuhnya untuk segera dilahirkan  di alam Miau Si (妙喜世) atau dilahirkan di tanah suci Sukhavati.
24.    Di dalam Sutra Chen Yang Cu Fo Kung Te Cing, disabdakan: bilamana ada yang mendengarkan nama Buddha Wu Liang Sou/ Amitabha Buddha, sepenuh hati yakin dan gembira, orang tersebut saat meninggal dunia, Amitabha Buddha bersama rombongan para Bhiksu hadir dihadapannya, Mara (iblis) tidak bisa merusak kesadaran dan kebenaran hatinya. Juga disabdakan: mempraktikkan, menjapa dan mengingat kepada Amitabha Buddha, maka orang tersebut peroleh rejeki/keberuntungan tidak terbatas, selamanya di jauhkan dari tiga alam celaka, setelah di akhir kehidupan dilahirkan di alam Sukhavati.
25.    Di dalam Sutra Pan Tan San Mei Cing, disabdakan: Buddha memberitahu Pa Tho He Bodhisattva, bilamana sramana atau umat awam, penah mendengar alam barat Amitabha Buddha, senantiasa melafalkan Buddha Amitabha, tidak rusak silanya, satu hati melafalkan , selama satu hari satu malam, sampai tujuh hari tujuh malam, selewat tujuh hari dapat melihat Amitabha, bila dalam keadaan sadar tidak mampu melihat maka saat mimpi bisa melihat. Misalnya saat mimpi dapat melihat,  tidak mengetahui siang atau malam, juga tidak mengetahui di dalam atau di luar, tidak digunakan saat kegelapan yang tidak menampakkan, tidak digunakan bila ada halangan dan rintangan sehingga tidak terlihat. Demikian Pa Tho He Bodhisattva, hati harus mengingat, para alam negeri Buddha dinamakan Maha Gunung Semeru Gunung, dimana ada tempat kegelapan akan terbuka, mata juga tidak terintangi, hati juga tidak ada rintangan, adalah Bodhisattva Mahasattva tidak memiliki mata dewa bisa melihat dan menembusi, tidak memiliki telinga dewa bisa mendengar dan menembusi, tidak memiliki kegaiban bisa ke negeri  alam Buddha, akhirnya tidak ada rintangan dapat melihat kelahiran nya di alam Buddha, dengan kemudahan duduk melihat Amitbha Buddha, mendengarkan semua sabda sutra dapat menerima, melalui praktik Samadhi semuanya tercukupi, sabda ini untuk manusia.
26.    Di dalam Sutra Na Sien Pi Ciu Cing, disabdakan; Raja Milan bertanya kepada Bhiksu Na Sien, Sramana Ching Cau berkata, orang di dunia melakukan kejahatan selama ratusan tahun (seumur hidup), saat mau meninggal bisa Nienfo, setelah mati bisa dilahirkan di alam dewa, ucapan ini saya tidak percaya, selain itu Raja berkata membunuh satu makhluk setelah mati masuk ke Neraka Nie Li, saya juga tidak percaya.   Bhiksu Na Sien bertanya kepada Raja; bilamana ada orang melempar batu kecil di atas air, batu tersebut mengapung atau tenggelam?, Raja berkata: tenggelam!, Bhiksu Na Sien berkata di atas perahu meletakkan batu, karena diletakkan di atas perahu apakah tenggelam, Raja menjawab: tidak tenggelam. Bhiksu Na Sien berkata: di atas perahu batu diletakkan, karena sebab ada perahu sehingga tidak tenggelam; orang walau ada karma kejahatan, satu saat bisa Nienfo makanya tidak memasuki Neraka Nie Li, mudah di lahirkan di alam dewata. Sebaliknya bagaikan batu kecil orang melakukan kejahatan, tidak mengetahui Sutra Buddha (Dharma) setelah mati mudah memasuki Neraka Nie Li, Raja berkata: sadhu! Sadhu.
27.    Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Lun, disabdakan: pahala Nienfo, semua kearifan, semua pengetahuan dan pandangan, Maha Maitri Karuna (cinta kasih dan welas asih universal), sepuluh kekuatan, empat tanpa kegentaran, empat kebijaksanaan tanpa rintangan, delapan belas Dharma tidak umum dan lain sebagainya. Melafalkan Buddha pahalanya tidak terbatas, dan tidak terpikirkan, dinamakan Nienfo. Melafalkan di tingkat ketujuh Dasa Bhumi (七地)atau ada kekotoran atau tidak ada kekotoran, ada kekotoran harus menerima pembalasan, tiada kekotoran tiada pembalasan, tiga akar gembira, bahagia dan pelepasan sensasi semua menjadi terpadu. Mampu mempraktikkan juga mampu menerima buah balasannya. Mempraktikan bagaikan di negeri ini belajar samadhi Nienfo; Buah balasannya bagaikan di negeri Buddha Wu Liang Sou (Amitbha Buddha), orang jadi mudah secara natural mampu Nienfo.
28.    Di dalam Sutra Ta Ci Je Cang Cing, Buddha bersabda: menginginkan terlahir di alam Buddha, jangan memunculkan rintangan, para makhluk di haruskan mandi membersihkan tubuhnya, memakai pakaian bersih dan segar, memakan sayuran dan senantiasa setelah siang tidak makan lagi, jangan memakan segala jenis bawang yang bau menyengat. Tinggal ditempat yang sunyi dan tenang, memunculkan pikiran benar dan duduk bersila, atau berjalan atau duduk, Nienfo rupa dan wujud Buddha, juga jangan lagi mengharapkan kondisi lain, dimulai satu hari satu malam, sampai tujuh hari tujuh malam, sepenuh hati Nienfo, sampai akhirnya  bertemu Buddha. Melafalkan dengan suara kecil hanya dapat melihat kecil, suara besar melihat yang besar, sampai praktik Nienfo tidak terbatas, dapat melihat rupa tubuh Buddha tiada  terhitung dan tiada terbatas.
29.    Di dalam Sutra Ta Pei Cing, Buddha bersabda: bilamana ada makhluk-makhluk, melaksanakan Nienfo sampai satu bunga di lemparkan ke atas angkasa, demikian keberuntungan dan pahala buah balasannya tidak akan berakhir.
30.    Di dalam Sutra Mo Ho Po Ye Po Lo Cing, disabdakan: bila mana ada putra berkebajikan dan putri berbudi, hanya memiliki hati respek dan Nienfo, maka memiliki akar kebajikan, sebab dan jodoh baik, sampai keberuntungan yang tidak terbatas, juga penderitaannya berakhir. Hanya satu bunga dilempar ke angkasa raya dengan Nienfo dapat mengakhiri penderitaan dan peroleh keberuntungan tidak terkirakan. Juga bila satu orang bisa mengucapkan Namo Buddhaya, penderitaannya berakhir dan rejekinya tidak terbatas.
31.    Di dalam Mantra Pa Yi Chie Ye Cang Ken Pen Te Sen Cing Thu Shen Cou, disabdakan: mampu menjapa mantra (Wang Shen Cou) ini Amitabha senantiasa berada di atas kepala kita, setiap hari dan malam terlindungi, tidak khawatir penagih hutang (Yen Cia Cai Cu) bisa mudah mengganggu, sekarang selalu peroleh ketenangan, di akhir penghidupan dapat dilahirkan di surga Sukhavati.
32.    Di dalam Sutra Shu Cu Kung Te Cing, di sabdakan: bilamana ada orang tangannya menggunakan tasbih, walaupun tidak meningat dan menjapa nama Buddha atau Dharani (mantra), orang ini peroleh keberuntungan tidak terbatas. Bagaimana pahalanya bila tasbih tidak terlepas dari tangan, Nienfo tidak putus?
33.    Di dalam Sutra Se Wang Sen Cing, disabdakan pintu Dharma 10 Macam Aktivitas Untuk Dilahirkan: 1. Merenungkan tubuh dengan pikiran benar, senantiasa batinnya gembira, dengan minuman, makanan dan pakaian didanakan untuk Buddha dan Sangha, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 2. Melakukan pikiran benar  dengan obat mujizat dan terbaik, didanakan kepada Seorang Bhiksu yang sedang sakit dan semua makhluk, dapat dilahirkan di Negeri Amitabha Buddha; 3. Dengan hati benar tidak melukai satu kehidupan (nyawa), cinta kasih dan belas kasih terhadap semuanya, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 4. Dengan hati benar menerima sila dari guru, murni dan bijaksana melatih Brahmacariya (kesucian diri), hati senantiasa gembira, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 5. Dengan hati benar berbakti dan menuruti ayah dan ibu, menghormati dan membantu usaha guru, tidak timbul kesombongan dan kemalasan, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 6. Dengan hati benar mengunjungi kuti Sangha, menghormati pagoda/candi dan Vihara (Sangha Arama), mendengarkan Dharma memahami satu kebenaran, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 7. Dengan hati benar dalam satu hari dan satu malam, menerima dan melaksanakan Astangasila (Atthasila / delapan sila), tidak melanggar satupun, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 8. Dengan hati benar bila mampu melaksanakan Astangasila beberapa bulan atau beberapa hari, meninggalkan tempat tinggal (rumah), senantiada memohon petunjuk Guru baik, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 9. Dengan hati benar senantiasa mampu melaksanakan sila suci, rajin membina samadhi, melindungi Dharma, mulut tidak jahat, bila mampu melaksanakan demikian, dapat terlahir di Negeri Amitabha Buddha; 10. Dengan hati benar terhadap ajaran Anuttara (Dharma Agung), tidak memunculkan cemohan (menghina), semangat melaksanakan sila suci, mengajarkan kepada orang yang tidak punya kebijaksanaan, menyebarkan/ mengedarkan sutra atau Dharma, membimbing dan mengajar para makhluk yang tidak terbatas, demikian semua orang dan lainnya bisa dilahirkan di Negeri Amitabha Buddha.
34.    Di dalam Sutra Wu Liang Sou Cing, bagian bawah, disabdakan; Buddha berkata kepada Maitreya Bodhisattva: bilamana ada makhluk memperoleh nama Buddha, gembira dan antusias, dapat memusatkan satu pikiran, ketahuilah orang tersebut peroleh keberuntungan besar, jasa pahalanya berlimpah dan tiada tandingannya. Praktisi Nienfo, ketahuilah orang itu bagaikan bunga langka Fen Tho Li; Bodhisattva Kuan She Yin, Bodhisattva Ta Se Ce menjadi teman mulia, duduk di mandala, terlahir di semua Buddha punya keluarga (berjodoh dengan Buddha).
35.    Di dalam Penjelasan Sutra Wu Liang Sou Cing, disabdakan: lengkap tiga hati dapat dilahirkan, apakah ketiga itu? 1. Ketulusan hati: aktivitas tubuh menghormati dan bernamaskara kepada Buddha, aktivitas mulut memuji dan memuliakan Buddha, aktivitas pikiran memusatkan merenungi dan memperhatikan Buddha. Apa yang dilakukan harus benar dan nyata maka dinamakan ketulusan. 2. Hati yang mendalam penuh keyakinan: hati penuh keyakinan kepada kebenaran dan realita, yakin dan mengetahui sendiri dan tubuh ini penuh kegalauan dan masih sebagai umat awam, akar kebajikan tipis dan sedikit, selalu tergerus arus Triloka Dhatu, tidak keluar dari kebakaran rumah (rawan dan rapuhnya kondisi kita); sekarang yakin dan mengetahui Amitabha yang memiliki ikrar dengan memuliakan namaNya, ke bawah sepuluh lafalan atau satu kali lafalkan, pasti dilahirkan, adapun satu pikiran tidak ada keraguan hati, ini dinamakan hati yang dalam penuh keyakinan. 3. Hati yang memiliki ikrar dan pelimpahan jasa: sudah melakukan semua akar kebajikan, harus melakukan pelimpahan jasa dan ikrar untuk dilahirkan, maka dinamakan hati yang memiliki ikrar dan pelimpahan jasa. Bila lengkap memiliki tiga hati ini pasti dapat dilahirkan, bila kurang satu maka tidak dapat dilahirkan.
36.    Di dalam Sutra Cen Yi A Han Cing, disabdakan: empat jenis persembahan ( pakaian, minuman dan makanan, perlengkapan tidur serta obat atau perawatan)  di danakan kepada semua makhluk di selatan Jambhudvipa (dunia saha), pahalanya dibanding dengan ada orang melafalkan nama Buddha, maka jasa pahalanya  Nienfo lebih tinggi melampaui dan tidak terpikirkan.
37.    Di dalam Sutra Miao Hua Lien Hua Cing, disabdakan: Satu kali memuji ‘Namo Buddhaya’, sudah mencapai di jalan Kebuddhaan.
38.    Di dalam Sutra Ti Cang Pen Yen Kung Te Cing, bagian ke-9 Chen Fo Ming Hao, disabdakan: bila ada orang yang menjelang kematian, keluarganya atau hanya satu orang untuk menolong orang sakit parah, dengan suara tinggi melafalkan nama satu Buddha, maka orang yang meninggal tersebut dapat melenyapkan 5 jenis garuka karma terburuk, karma lain dan pembalasannya juga lenyap. Bila lakukan 5 jenis garuka karma, dosanya sangat berat, melewati milyaran kalpa tidak bisa keluar. Untungnya saat menjelang kematian, ada orang memuliakan nama Buddha, maka karma-karma buruk tersebut pelan-pelan lenyap, apalagi semua makhluk bisa sendiri melafalkan dan mengingat, peroleh keberuntungan tidak terukur, dan melenyapkan karma buruk tidak terbatas.
39.    Di dalam Sutra Ta Sheng Cuang Yen Pao Wang Cing, disabdakan: Bodhisattva Kuan She Yin, menjelma berbagai tubuh untuk menolong semua makhluk yang tidak terukur sebanyak ratusan ribu nayuta, agar dapat dilahirkan di alam Sukhavati, bertemu dengan Amitabha Buddha, mendengarkan Dharma supaya mencapai kesucian Bodhi.
40.    Di dalam Sutra Sui Yen Wang Sen Cing, disabdakan: “sepuluh penjuru surga Buddha, semuanya agung dan murni, siapa yang membangkitkan tekad pasti dilahirkan, tetapi lebih baik ke surga Amitabha Buddha, kenapa demikian? Sebabnya Amitabha Buddha bersama Bodhisattva Kuan Yin dan Ta Se Ce, sejak awal mengembangkan hati, berangkat dari dunia ini, terhadap semua makhluk cenderung mempunyai jodoh”. (Pantesan semua makhluk yang tinggal di dunia ini terhadap Tri Suciwan (Si Fang San Shen) begitu saling kenal dan berjodoh).
41.    Di dalam Sutra Ta Pao Ci Cing, disabdakan; para Bodhisattva yang bermukim di surga Sukhavati semuanya mantap untuk meraih Anuttara Bodhi, menjadi calon Buddha. Begitupula Sutra Fo Shuo A Mi Tho Cing disabdakan; negeri Sukhavati semua makhluknya tidak mengalami kemunduran lagi. Di antaranya banyak sekali yang mencapai tingkatan calon Buddha, jumlahnya sulit di prediksi, hanya bisa diucapkan tiada terhitung, dan tiada terbatas. Demikian banyaknya Bodhisattva tingkatan calon Buddha kelak di sepuluh penjuru akhirnya menggantikan kedudukan dan mencapai Kebuddhaan.
42.     Di dalam Sutra Leng Chia Cing, disabdakan; “sepuluh penjuru alam semua Buddha, para makhluk dan Bodhisattva, ada yang berbentuk Dharmakaya (tubuh absolut), Sambhogakaya (tubuh cahaya), Nirmanakaya (tubuh penjelmaan) dan tubuh perubahan, berasal dari Amitabha Buddha, keluar dari alam Sukhavati”. (Perlu diketahui alam Sukhavati, bukan hanya menghasilkan Bodhisattva calon Buddha saja, melainkan sumber pengembangan sepuluh penjuru para Buddha; kita sekali terlahir di negeri-Nya maka dapat melihat Buddha dan mendengarkan Dharma , keduanya kebahagiaan dan kebijaksanaan dilatih, lekas mencapai tingkatan tiada tergerak, kemudian peroleh manfaat menjadi Buddha.)
43.    Di dalam Sutra Ta Pei Xing Tho Lo Ni Cing, disabdakan: Bodhisattva Kuan She Yin berkata, Guru saya adalah Amitabha Buddha, senantiasa berdana, memuliakan dan memujikan namaNya (Amitabha Buddha), peroleh keberuntungan tidak terbatas dan melenyapkan karma buruk yang tidak terbatas.
44.    Di dalam Sutra Wu Liang Sou Cing, disabdakan: Wu Liang Sou Fo (Amitabha Buddha) memiliki 84,000 perwujudan, satu persatu wujud tersebut memiliki 84,000 ciri-ciri mulia,, satu persatu ciri mulia tersebut mempunyai 84,000 cahaya benderang, satu persatu cahaya benderang menyebar menerangi sepuluh penjuru alam, para makhluk yang Nienfo di dilindungi tidak dilepaskan.
45.    Di dalam Sutra Chen Can cing Thu Fo She Sou Cing, disabdakan: setelah mendengar senantiasa dipikirkan, selama satu hari satu malam, sampai tujuh hari melafalkannya berkesinambungan dan tidak kacau, adalah putra berkebajikan, atau putri berbudi, saat menjelang meninggal dunia, Amitabha Buddha bersama siswa Sravaka, rombongan Bodhisattva hadir di depan dan di belakang untuk mengelilingi, dengan Maitri Karuna melindungi, sehingga hati tidak kacau, setelah melepaskan kehidupan ini, mengikuti Buddha terlahir di surga Amitabha  alam Sukhavati tanah suci Buddha.
46.    Di dalam Sutra Kuan Wu Liang Sou Fo Cing, disabdakan: menghendaki terlahir di surga Amitabha Buddha, harus membina 3 kebaikan: 1. Berbakti dan menyokong ayah ibu, membantu usaha para guru, hati penuh cinta kasih dan tidak membunuh, melatih 10 kebajikan (dasa kusala); 2. Menerima dan melaksanakan Abhisekha Trisarana (Berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha), sampai mempraktikkan sila yang penuh, tidak melanggarnya; 3. Mengembangkan Bodhicitta, sangat yakin kepada hukum karma, membaca dan memanjatkan ajaran Mahayana, membimbing dan menuntun para praktisi. Tiga kebaikan ini dinamakan perbuatan suci. Buddha memberitahu kepada Ratu Vaidehi, apakah kamu sekarang sudah mengetahui? Tiga perilaku kebaikan ini adalah dipraktikkan dulu, sekarang dan akan datang oleh tiga masa Buddha yang menjadi sebab perbuatan suci.
47.    Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Lun, disabdakan: Samadhi Nienfo akan peroleh rejeki dan pahala besar, karena itu para Bodhisattva menghendaki untuk menolong semua makhluk. Sedangkan semua samadhi lainnya tidak sebanding dengan rejeki dan pahala dari samadhi Nienfo, karena cepat melenyapkan segala karma buruk.
48.    Di dalam Abhidharma Se Wang Pi Pho Sha Lun, Bab Cu Nien Fo San Mei Phing, disabdakan praktisi awal melafalkan tubuh rupa Buddha, selanjutnya baru melafalkan Dharmakaya Buddha (tubuh absolut), kenapa demikian? Praktisi awal yang melaksanakan Bodhisattvayana harus Nienfo dengan merenungkan 32 wujud agung dan 80 tanda-tanda kemuliaan Buddha. Selanjutnya mendalami untuk memperoleh kekuatan dengan Nienfo merenungi Dharmakaya (tubuh Absolut). Hati yang sudah menembusi dan memiliki kekuatan, seharusnya Nienfo untuk pemahaman realitas sejati yang tidak serakah dan melekat.
49.    Di Sutra Kuan Cing Shi Zhan Shu, disabdakan: praktisi Nienfo, adalah orang terbaik di antara banyak orang; orang yang baik penuh keajaiban di antara banyak orang, orang yang mulia di antara banyak orang, orang yang langka di antara banyak orang, orang yang sangat super (hebat) di antara banyak orang.
50.    Di dalam Abhidharma Si Fang He Lun, Buddha memberitahukan kepada Maitreya Bodhisattva: mengembangkan 10 jenis hati, dapat dilahirkan di Surga Sukhavati, apakah sepuluh itu? 1. Terhadap semua makhluk mengembangkan maha cinta kasih, hatinya tiada merugikan dan menyakiti;  2. Terhadap semua makhluk mengembangkan maha welas asih,  hatinya tiada menekan dan membuat galau; 3. Terhadap Buddha dan Dharma kebenaran, tidak segan-segan berkorban, hatinya selalu gembira menjaga dan melindungi; 4. Terhadap semua Dharma, mengembangkan ketabahan yang tangguh ( tak tergoyahkan), hati tiada terjebak dan melekat; 5. Tiada keserakahan terhadap keuntungan dan pelayanan, selalu menghormati dan memuliakan orang, pikiran murni dan hati riang; 6. Memohon kebijaksanaan Buddha,  di setiap waktu, hati tidak lupa atau hilang; 7. Terhadap semua makhluk, senantiasa memuliakan dan menghormati, hati tidak merendahkan dan menyepelekan; 8. Tidak melekat kepada perdebatan duniawi, selalu mengembangkan Kebodhian secara bertahap, hati menimbulkan tekad yang pasti; 9. Menanam berbagai akar kebajikan, tiada memiliki kekotoran, hati selalu murni; 10. Terhadap semua Tathagata, melepaskan semua perwujudan (tidak melekat), membangkitkan hati pikiran terserah (menerima apa adanya), adalah dinamakan Bodhisattva yang mengembangkan 10 macam hati.  Karena adanya hati demikian, seketika dapat dilahirkan. Bila orang itu memiliki 10 hati, menyempurnakan dengan sepenuh hati, gembira dan menginginkan terlahir di surga Buddha; bila tidak dapat dilahirkan , adalah tidak mungkin demikian.
51.    Thien Thai Che Ce Ta She menulis (Wu Fang Pien Nien Fo Men), mencetuskan: 1. Nien Fo dengan menjapa nama untuk dilahirkan; 2. Nienfo merenungi wujud melenyapkan karma buruk; 3. Nienfo menyadari semua kondisi terjadi karena peran hati; 4. Nienfo untuk melepaskan hati dan kondisi; 5. Nienfo untuk menampakkan hakikat jati diri yang sempurna menembusi.
52.    Miau Khung Fa She di dalam ajaran ‘Che ming she se pa fa’, mengatakan; sesaat menolong penderitaan adalah dengan segera berdana; Untuk menolong penderitaan puluhan ribu kalpa, adalah utamanya Nienfo.
53.    Bodhisattva Nagarjuna (Lung Shu Pu Sha), di dalam Abhidharma Se Ol Pi Pho Sa Lun, menjelaskan 2 jalan dan 2 kekuatan. Menjelaskan Bodhisattva menghendaki dan memohon mencapai tingkatan ketidak munduran lagi (yaitu: tidak mundur lagi untuk pencapaian Anuttara Samyak Sambodhi)  ada dua, yang sulit dan yang mudah. Di era kekeruhan, pada saat tidak ada Buddha, memohon ketidak munduran adalah praktik sulit; tetapi hanya yakin kepada Amitabha Buddha yang memiliki 48 ikrar maha agung, dan mengembangkan sebab, jodoh dan tekad untuk dilahirkan di tanah suci Sukhavati, dengan mengandalkan kekuatan Buddha untuk membimbing  memasuki Samadhi Mahayana, maka disebut praktik mudah. Secara natural mengandalkan kekuatan ikrar Tathagata Amitabha dapat dilahirkan di tanah suci Sukhavati, mengandalkan kekuatan Nya untuk peroleh ketidak munduran lagi.
54.    起信论 云: 念佛完全可以入四 法界, 事 法界,理法界,  理事无碍法界, 事事无碍法界.

‘一心念佛,不杂余业,就入事法界’。修持是事。要一心念佛不参杂别的。不是念佛之外,还练气功,那就不是一心。一心念佛,不杂余业,就入了事法界。

‘心佛双泯,一真独脱,入理法界’。念著念著,心与佛在自己心中都没有了;本有的一真独然透露,就这一句佛号明明朗朗。就入理法界。寂然不动,生佛俱泯,这些事相都没有了。

‘即心即佛、大用齐彰、入理事无碍法界’。这个心就是佛,是心是佛,是心作佛,从体起用,从性起修,全修在性,大用齐彰。一人念佛,光明遍满全法界。小说一人念佛有四十里光明,此对凡夫说的。要是圆人,遍满一切,大用齐彰,理事无碍。所以不起于座,分身尘刹,广度无边众生。一人念佛之功遍满一切处,此大用也。

‘非心非佛、神妙无测、入事事无碍法界’。非心非佛就离开一切了。神妙不测,此境界非凡夫所能知,事事无碍。

所以念佛就入四法界,四法界就是一真法界。所以’华严念佛三昧论’以一真法界为体,以诸法实相为体。净修捷要:‘无量光寿是我本觉’。我们所念的阿弥陀佛就是我们的本觉。‘起心念佛方名始觉’,生起念佛之心才是开始觉悟,故名始觉。念的是阿弥陀佛,阿弥陀佛就是本觉,始觉就合本觉,‘始觉合本’,此最重要。始觉合本觉才称为觉悟。‘始本不离,直趋觉路,’就到究竟觉。由于一真法界为体,所以你本心就是佛,起心来念,念什么?念佛。佛是什么?佛就是你自己,无量光寿就是你的本体。

Bagaimana Anda dapat mencapai Surga Sukhavati?
Nianfo (Mandarin: 念佛, pinyin: Nianfó / Nienfo; Jepang: 念仏 nembutsu;  Korea: yeombul; Vietnam: niệm Phật) merupakan metode melafalkan nama Buddha. Melafal nama Buddha berarti secara terus menerus mengingat dan melantunkan kata “Namo Amithofo”, atau “Amithofo” atau boleh juga “Namo Amitabha Buddha”. Metode Nianfo merupakan metode paling umum, paling mudah, paling praktis, paling dianjurkan dan paling banyak dipraktikkan oleh semua praktisi baik dari mazhab Sukhavati maupun dari mazhab Mahayana.

Tujuan utamanya tetap mencapai pikiran terpusat. Namun tanpa mencapai pikiran terpusat pun jika memiliki keyakinan dan tekad yang dalam maka dipastikan akan dapat terlahir di Tanah murni Buddha. Metode inilah yang telah mengantarkan berjuta-juta orang terlahir di Tanah Murni Sukhavati. Keefektifan dari metode ini terletak pada tekad yang telah dijanjikan oleh Buddha Amitabha di dalam 48 tekad agungnya.

Pada tekad ke 18 dari 48 tekad agung ini, Buddha Amitabha mengatakan, “Saat Aku mencapai keBuddhaan, semua makhluk hidup yang berada di sepuluh penjuru alam, jika mendengar nama Ku, memiliki keyakinan secara mendalam dan bersuka cita, mengarahkan jasa kebajikannya dengan tekad terlahir di negeri Ku, melalui pelafalan (nama Buddha Amitabha) hingga sepuluh kali, jika tidak dapat terlahir, kecuali bagi mereka yang telah berbuat 5 karma buruk besar dan mencela ajaran sejati, maka Aku tidak akan mencapai keBuddhaan”. Karena Buddha Amitabha telah berhasil mencapai keBuddhaan maka secara otomatis tekadnyapun menjadi efektif. Jadi tidaklah heran jika para praktisi yang melafal nama Buddha dengan benar akan dapat terlahir di Tanah Murni Buddha.

Upayakan Nienfo Menjelang dan Saat Mangkat
Menurut penjelasan Sutra Buddha, Amitabha Buddha akan menjemput seseorang yang akan menjelang ajalnya, dengan syarat orang tersebut mengulang nama Amitabha Buddha dengan bersungguh-sungguh dan menyatukan hati dan pikiran sampai tercapainya konsentrasi penuh, satu hati tak tergoyahkan (ik sin pu luan/ 一心不乱).
Sepuluh manfaat mengulang Amitabha Buddha, adalah:
1.     Dilindungi oleh para dewa* baik siang dan malam
2.     Dilindungi oleh 25 Bodhisattva**  termasuk Bodhisattva Avalokitesvara
3.     Dilindungi oleh semua Buddha, Amitabha Buddha akan menyinari dan melindungi anda
4.     Setan-setan atau racun ular tidak dapat melukai anda
5.     Kebanjiran, kebakaran, senjata tidak akan melukai anda, kecelakaan tidak akan menimpa anda.
6.     Kesalahan-kesalahan yang dilakukan dimasa lampau dapat dihindari
7.     Anda tidak akan mempunyai mimpi buruk, yang ada hanyalah mimpi yang damai dan tenang, dimana anda akan mungkin dapat melihat Amitabha Buddha dengan tubuh emas.
8.     Anda akan bahagia, mempunyai penampilan yang bagus, bersemangat, sehat dan selalu berhasil
9.     Anda akan dihormati oleh orang (makhluk)lain
10.     Menjelang berakhirnya kehidupan anda, anda tidak akan takut dan tetap berada pada pikiran yang benar.

Tiga Suciwan dari surga Sukhavati (Si Fang San Shen, 极乐三圣 ) akan membawa sekuntum bunga teratai untuk anda dan akan membimbing anda ke negeri mereka. Anda akan terlahir di surga Sukhavati melalui bunga teratai dan menikmati kebahagiaan dan kehidupan abadi. Sepuluh keuntungan di atas merupakan cara untuk mengubah kesulitan kehidupan sekarang menuju kehidupan yang bahagia dan tenang, dan keuntungan yang terakhir adalah untuk keluar dari arus tumimbal lahir.

*Di dalam Sutra Pan tan San Mei Cing, Buddha bersabda: bilamana orang secara khusus mempraktikan untuk melafalkan dan Samadhi Amitabha Buddha, maka semua Dewa, termasuk Maha Catur Raja Dewata, 8 jenis Dewa Naga, selalu mengikuti bagai bayang-bayang untuk melindungi, mengasihi dan senang untuk bertemu, selamanya tiada para setan dan dewa jahat yang membuat bencana, rintangan, kesulitan, menambahkan kegalauan dan kekacauan.

**十往生经, 曰:“若有众生,念阿弥陀佛,愿往生者,彼极乐世界阿弥陀佛,即遣观世音菩萨、大势至菩萨、药王菩萨、药上菩萨、普贤菩萨、法自在菩萨、师子吼菩萨、陀罗尼菩萨、虚空藏菩萨、佛藏菩萨、菩藏菩萨、金藏菩萨、金刚藏菩萨、山海慧菩萨、光明王菩萨、华严王菩萨、众宝王菩萨、月光王菩萨、日照王菩萨、三昧王菩萨、定自在王菩萨、大自在王菩萨、白象王菩萨、大威德王菩萨、无边身菩萨,是二十五菩萨。拥护行者。”观念法门曰:“又如十往生经说,佛告山海慧菩萨以及阿难:若有人专念西方阿弥陀,愿往生者,我从今已去常使二十五菩萨影护行者,不令恶鬼恶神恼乱行者,日夜常得安稳。
** “Di dalam Sutra Shi Wang Sen Cing, disabdakan: bilamana para makhluk melafalkan Amitabha Buddha, membangkitkan tekad dilahirkan di surga Sukhavati, Amitabha Buddha mengutus/mengirim 1. Bodhisattva Kuan She Yin, 2. Bodhisattva Ta She Ce, 3. Bodhisattva Yao Wang, 4. Bodhisattva Yao Shang, 5. Bodhisattva Phu Sien, 6. Bodhisattva Fa Ce Cai, 7. Bodhisattva She Ce Hou, 8. Bodhisattva Tho Lo Ni, 9. Bodhisattva Si Khung Cang, 10. Bodhisattva Fo Cang, 11. Bodhisattva Phu Cang, 12. Bodhisattva Cing Cang, 13.  Bodhisattva Cing Kang Cang, 14.  Bodhisattva San Hai Hui, 15. Bodhisattva Kuang Ming Wang, 16. Bodhisattva Hua Yen Wang, 17. Bodhisattva Cung Pao Wang, 18. Bodhisattva Ye Kuang Wang, 19. Bodhisattva Je Cao wang, 20. Bodhisattva San Mei Wang, 21. Bodhisattva Ting Ce Cai Wang, 22. Bodhisattva Ta Ce Cai Wang, 23. Bodhisattva Pai Xiang Wang, 24. Bodhisattva Ta Wei Te Wang, 25. Bodhisattva Wu Pien Sen, yang berjumlah 25 Bodhisattva untuk melindungi para praktisi. Pintu Dharma Merenung dan Mengingat, berkata bahwa sesuai Sutra She Wang Sen Cing, Buddha memberitahu kepada Bodhisattva San Hai Hui dan juga Ananda: Bilamana ada manusia memfokus kan pikiran ke barat Amitabha Buddha, bertekad dilahirkan disana, maka Saya (Amitbaha Buddha) mulai hari ini senantiasa membuat bayangan (perwujudan) 25 Bodhisattva** untuk melindungi para praktisi, sehingga tidak ada setan jahat dan dewa jahat mengganggu atau mengacaukan praktisi, setiap hari dan malam senantiasa tenang dan tentram.

Di dalam Sutra Fo Shuo Se Wang Sen A Mi Tho Fo Kuo Cing, disabdakan: bila para makhluk, sangat yakin dengan sutra ini, melafalkan Amitabha Buddha, bertekad dilahirkan di alam Sukhavati Amitabha, maka diutus 25 Bodhisattva** untuk melindungi praktisi, saat jalan, saat berdiri, saat duduk, saat rebahan (tiduran), saat siang, saat malam, di semua waktu dan di semua tempat, tidak mudah diganggu oleh setan jahat dan dewa jahat yang mencelakakan.

Metode Melakukan Nien Fo
Metode ajaran utama yang dikembangkan oleh mazhab Sukhavati adalah praktik Nian Fo. Istilah Nien Fo mengandung makna “Perenungan pada Buddha”. Istilah “Perenungan pada Buddha” sendiri memiliki makna yang luas. Pada tingkat sederhana, perenungan pada Buddha berarti memfokuskan batin tertuju pada Buddha. Pada tingkatan yang luas, perenungan ini berkembang pada objek perenungan sifat-sifat luhur Buddha, kemuliaan-kemuliaan Buddha baik dari sisi eksternal seperti tanah murninya hingga sisi internal seperti 32 tanda ciri fisik unggulnya.

Tujuan dari batin yang terfokus pada kemuliaan Buddha adalah agar batin terus berpaling dari tiga racun (keserakahan, kebencian dan kegelapan batin). Tiga racun merupakan sumber noda batin. Dalam kehidupan sehari-hari, gejolak pikiran tanpa disadari selalu berinteraksi dengan tiga racun ini. Orang yang tidak terlatih dalam praktik meditasi, maka gejolak pikirannya yang berinteraksi dengan noda batin itu tidak begitu mudah dikenali atau disadari, dan itulah sebabnya berbagai perbuatan negatif terus melandanya. Bagi praktisi Theravada, untuk melatih pikiran agar dapat menekan tiga racun noda batin adalah dengan praktik perhatian penuh (sati). Pada prinsip yang sama, praktik Nian Fo adalah sebuah praktik perhatian penuh yang sekaligus bersandar pada kekuatan diri sendiri dan kekuatan Buddha.

Apakah dengan bantuan kekuatan Buddha, maka prinsip praktik Nianfo telah bertolak belakang dengan nasihat Sang Buddha tentang kita harus menjadikan diri sebagai pelita, bersandar pada diri sendiri? Memang benar bahwa Sang Buddha menasihati kita untuk menjadi diri sendiri sebagai pelita dan berusaha sendiri, tetapi perlu diketahui bahwa sebelum menjadikan diri sendiri sebagai pelita, bukankah kita terlebih dahulu harus berlindung (bersandar) pada Buddha, Dharma dan Sangha (Triratna). Sebelum berlindung pada Triratna dan berusaha jalan sendiri itu ibarat orang buta yang berjalan sendiri sambil membawa lampu, meskipun ia telah menerangi jalan, dia sendiri tidak dapat melihatnya. Jadi dalam praktik Nian Fo yang bersandar pada kekuatan Buddha itu sesungguhnya merupakan bentuk aktual dari berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha yang dileburkan dalam satu wadah pelatihan. Prinsip ini sama dengan semua aliran agama Buddha manapun.
Jadi praktik Nian Fo bukanlah semata-mata mengucapkan nama Buddha saja seperti yang sering terlihat. Terdapat empat jenis Nianfo, yaitu:
1.     Nianfo melalui meditasi visualisasi
Bentuk Nianfo melalui meditasi visualisasi adalah suatu usaha menciptakan sebuah objek yang divisualkan melalui pikiran dan mengarahkan pikiran pada objek tersebut secara terpadu hingga mencapai pikiran terpusat. Praktik Nianfo melalui visualisasi ini diajarkan oleh Sang Buddha kepada Ratu Vaidehi dalam Amitayur Dhyana Sutra. Sang Buddha berkata kepada Ratu vaidehi bahwa cara untuk melihat dan terlahir di alam Sukhavati adalah dengan mempraktekkan 16 tahap meditasi visualisasi pada bentuk-bentuk kemuliaan alam Sukhavati beserta tanda-tanda kemuliaan 9 jenjang alam tersebut. Jika dapat mencapai pikiran terpusat melalui praktik ini maka dipastikan akan terlahir di alam Sukhavati.

Praktik Nianfo melalui metode ini akan sulit mencapai keberhasilan bagi orang-orang yang:
•     Tidak memiliki bakat meditasi
•     Pikiran kasar
•     Tidak memiliki keterampilan
•     Tidak memahami metode secara mendalam
•     Tidak memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang cukup

Syarat-syarat di atas tentu juga akan sangat tergantung pada jenis-jenis orang tertentu sajalah yang dapat memenuhinya. Karena metode ini dapat diterapkan pada semua golongan maka masih dikategorikan sebagai metode ajaran yang sulit.

2.     Nianfo melalui perhatian pada objek patung Buddha Amithofo
Nianfo melalui metode ini adalah dengan memusatkan perhatian pada objek patung Buddha Amithofo, mulut melafal nama Buddha, mata tertuju pada patung, pikiran terarah pada bentuk kemuliaan Buddha Amitabha. Melalui perbuatan, ucapan dan pikiran demikian yang terus berkesinambungan tanpa henti, maka semakin hari akan semaking mendalam pelatihannya sehingga juga akan dapat mencapai pikiran terpusat. Dengan memadukan perbuatan, ucapan dan pikiran secara berkesinambungan dan tertuju pada objek patung, hal ini tidak mudah dilakukan.

3.     Nianfo melalui pemahaman terhadap realitas sejati
Jenis Nian fo ini adalah yang tersulit dan hanya sanggup dipraktikkan oleh golongan orang yang memiliki talenta dan kebajikan tingkat tinggi. Melalui pemahaman bahwa batin dan Buddha tidak terpisah, tidak ada Buddha di luar batin diri, dan tidak ada batin di luar Buddha, Buddha dan batin adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Batin yang selaras dengan Buddha pada dasarnya adalah kosong, maka nama Buddha yang dilafalkan sesungguhnya tidak eksis, namun juga tidak melekat pada kekosongan tersebut, tidak ada yang kosong maupun yang bukan kosong, kemudian menyadari hakikat batin sejati. Terdapat berbagai istilah untuk menggambarkan sifat realitas sejati, seperti Nirvana, Tathagatagarbha, Buthata, Hakikat Buddha. Tidak ada istilah yang statis untuk mendeskripsikan realitas sejati, karena sifatnya non dualitas, tidak dilahirkan juga tidak musnah. Dalam tataran fenomena, Sukhavati terletak sejauh 10 milyar negeri Buddha dari dunia ini. Sebagai makhluk awam yang masih dibelenggu oleh noda batin, maka makhluk awam masih melekat pada fenomena jauh, dekat, baik, buruk. Itulah sebabnya kita melihat dunia ini berdasarkan sifat kekotoran batin kita, ada dunia yang indah dan ada dunia buruk. Namun secara prinsipil dunia ini maupun tanah murni itu tidak memiliki jarak. Orang yang batinnya murni dimanapun dia berada adalah tanah murni. Jika dia mempraktikkan Nian fo, setiap saat tanah suci Sukhavati berada di depan matanya.

Master Hui Neng Patriak ke-6 mazhab Chan mengatakan bahwa pengertian jauh dekat itu adalah untuk orang tingkatan rendah. Pemahaman non dualitas hanya untuk orang tingkatan tinggi. Itulah sebabnya Master Chin Khung mengatakan bahwa metode ajaran Chan khusus untuk orang tingkat tinggi. Mencapai tingkatan dimana melihat segala sifat fenomena sebagai nondualitas, ini sudah bukan manusia biasa lagi, dan berapa orang yang sanggup mencapai tahapan ini? Jadi jenis Nianfo melalui pemahaman realitas sejati tergolong sulit bagi manusia awam, maka hal ini jarang dibicarakan. Bagi praktisi yang telah mencapai tahapan ini, mereka tetap saja melafal nama Buddha layaknya orang awam, karena Sukhavati itu memang bukan tidak ada. Istilah tidak ada adalah dalam konteks prinsipil, karena jangankan Sukhavati, secara prinsipil tataran dunia kita, alam-alam, makhluk-makhluk juga tidak nyata. Sang Buddha mengatakan semua ini muncul hanya karena ilusi belaka. Namun sebagai orang yang berada dalam belenggu noda batin, pelatihan bertahap tetap diperlukan guna merealisasi pencapaian tingkat realitas sejati yang non dualitas atau non deskriminasi. Pepatah mengatakan “Saat terbelenggu, tiga alam itu tampak eksis. Setelah tercerahkan, sepuluh penjuru itu kosong belaka”. Kita tidak bisa mengatakan dunia ini eksis atau kosong, sifatnya relatif dan masalahnya hanya tergantung pada apakah kita terbelenggu atau tercerahkan.
4. Nianfo melalui cara melafal nama Buddha
Ini adalah metode Nianfo yang paling umum, paling mudah, paling praktis, paling dianjurkan dan paling banyak dipraktikkan oleh semua praktisi baik dari mazhab Sukhavati maupun dai mazhab Mahayana lainnya. Karena kepopuleran inilah maka secara berangsur-angsur istilah Nienfo pun hanya mengacu pada metode “melafal nama Buddha” ini. Nienfo ini dimulai dari hati yang tulus, dikeluarkan dari mulut, dan kembali di dengar oleh telinga. Usahakan terfokus dan sejujurnya saat lagi Nienfo. Untuk mendapatkan pahala dan manfaat besar maka saat Nienfonya harus mantap, tidak ragu, tidak kacau dan berkesinambungan. Inilah metode yang sering dianjurkan oleh para Sesepuh. Baik dari golongan tingkat atas maupun dari golongan tingkat bawah, kaya, miskin, pintar, bodoh, pria, wanita, bhiksu, bhiksuni, perumah tangga, tidak ada satupun yang tidak sanggup mempraktekkan metode ini. Melafal nama Buddha berarti secara terus menerus melantunkan kata “Namo Amithofo”, atau “Amithofo” atau boleh juga “Namo Amitabha Buddhaya”. Tujuan utamanya tetap mencapai pikiran terpusat. Namun tanpa mencapai pikiran terpusat pun jika kita memiliki keyakinan dan tekad yang dalam maka dipastikan akan dapat terlahir di tanah suci Buddha. Metode inilah yang mengantarkan berjuta-juta orang terlahir di tanah suci. Keefektifan dari metode ini terletak pada tekad yang telah dijanjikan oleh Buddha Amithofo di dalam 48 tekad agungnya. Pada tekad ke 18 dan 48 Buddha Amithofo mengatakan, “Saat Aku mencapai Kebuddhaan, semua makhluk hidup yang berada di sepuluh penjuru alam, jika mendengar namaKu, memiliki keyakinan secara mendalam dan bersuka cita, mengarahkan jasa kebajikannya dengan tekad terlahir di negeriKu, melalui pelafalan (nama Buddha Amithofo) hingga sepuluh kali, jika tidak dapat terlahir, kecuali bagi mereka yang telah berbuat 5 karma buruk besar dan mencela ajaran sejati, maka Aku tidak akan mencapai Kebuddhaan.” Karena Buddha Amitabha telah berhasil mencapai Kebuddhaan maka secara otomatis tekadnyapun menjadi efektif. Jadi tidaklah heran jika para praktisi yang melafal nama Buddha dengan benar akan dapat terlahir di tanah suci Buddha.

Ada berbagai cara dalam mempraktikkan Nianfo. Terdapat banyak cara ini adalah bertujuan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi mental seseorang beserta faktor eksternal. Setiap cara itu memiliki efektifitas dan manfaatnya masing-masing. Seorang praktisi dapat memilih secara bebas cara yang hendak dipraktikkan, dan boleh saja disaat merasa tidak cocok dengan cara pertama lalu mengganti cara lainnya. Intinya adalah menemukan cara yang dapat membuat batin menjadi tenang, pikiran-pikiran kacau menjadi berkurang dan yang terutama adalah dapat mencapai pikiran terpusat. Namun mencapai pikiran terpusat bukanlah keharusan bagi seorang praktisi, yang terpenting adalah keyakinan dan tekad yang kuat. Melafal nama Buddha ibarat menyembuhkan penyakit. Terdapat berbagai cara itu ibarat resep. Selama dapat menyembuhkan maka itu berarti telah menyembuhkan resep yang cocok. Pikiran kacau ibarat penyakit, dan nama Buddha ibarat obat. Melafal nama Buddha berarti memberi obat pada pikiran kacau. Jika dapat sembuh, berarti obatnya telah berhasil diberikan sesuai takarannya. Berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa cara Nianfo:

1.     Nianfo dengan suara lantang
Saat melafal nama Buddha dengan suara lantang, suara terdengar nyaring, keras dan jelas. Kemudian pikiran terfokus pada suara nama Buddha. Meskipun menggunakan cara ini dapat mengakibatkan tenggorokan menjadi sakit dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, namun ia dapat mengatasi masalah kantuk, kemalasan dan pikiran kacau. Menggunakan cara ini juga dapat membuat orang yang mendengarnya tergerak untuk ikut menyebut nama Buddha. Cara inilah yang sering dipraktikkan oleh Patriach ke 6 Master Yen shou saat berada di atas puncak gunung Dong bing di wilayah Han Zhou. Para penduduk yang berada di kaki gunung dapat mendengarnya dengan jelas dan nyaring.
Dalam Sutra Ye Bao Cha Bie Jing (sutra tentang berbagai jenis karma) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh manfaat dari melafal nama Buddha dengan suara lantang:
a)     Mengatasi rasa kantuk
b)     Membuat takut mara
c)     Suara berdentang ke sepuluh penjuru
d)     Penderitaan di 3 alam buruk menjadi jeda
e)     Suara lain tidak dapat masuk (menjadi tidak terganggu)
f)     Pikiran menjadi tidak berkeliaran
g)     Semangat dan tekun
h)     Para Buddha “bergembira”
i)     Mencapai keadaan samadhi
j)     Terlahir di tanah suci

2.     Nianfo dengan suara kecil
Saat dalam keadaan lelah, atau berada di suatu tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara keras, maka melafal nama Buddha dapat dilakukan dengan suara kecil. Namun harus melafal dengan cukup jelas, terdengar jelas dan terpaku dalam batin dengan sikap tulus dan tekad yang kuat, terus demikian secara berkesinambungan, maka juga akan dapat mencapai pikiran terpusat.

3.     Nianfo tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat menggerakan mulut
Jika cara pertama dan kedua tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka dapat mempraktikkan cara ini. Cara ini sama seperti cara pertama dan kedua namun suara ditekan hingga ke titik seperti berbisik atau bahkan tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat mulut saja yang bergerak. Namun kata “Namo Amithofo” terus berdentang secara jelas ke dalam batin, dengan demikian pikiran pun menjadi tidak berkeliaran, jadi efeknya tetap sama dengan cara mengeluarkan suara. Cara ini dapat dilakukan di dalam situasi seperti sedang berbaring, sakit, berada dalam kamar mandi, atau di tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara.

4.     Nianfo dengan cara mengejar nama Buddha
Sama seperti menggunakan cara melafal nama Buddha tanpa suara, tetapi sebutan nama Buddha dilafal secara cepat, tanpa memberi kesempatan pikiran lain masuk sehingga seperti mengejar nama Buddha yang berada di depan. Cara ini juga sangat efektif untuk mengikis pikiran kacau, karena setiap saat akan timbul pikiran lain, maka ditutupi oleh sepatah kata nama Buddha Amithofo. Jadi ini adalah cara yang sering dilakukan oleh para praktisi.

5.     Nianfo dengan cara bersujud
Saat melafal nama Buddha, sikap tubuh melakukan sujud. Atau dapat juga dengan cara menyebutkan nama Buddha satu kali lalu bersujud satu kali, kemudian pikiran memikirkan Buddha. Cara ini adalah pelatihan yang melibatkan perbuatan melalui tubuh, ucapan dan pikiran tertuju pada Buddha. Jadi pelatihan melalui cara ini termasuk sangat efektif.

6.     Nianfo dengan jadwal tetap
Yang ditakutkan dalam praktik Nian fo adalah tekun pada awalnya lalu menjadi malas di kemudian hari. Sebaiknya praktik Nian fo dilakukan terus menerus sepanjang waktu dan seumur hidup. Tetapi berhubung para umat awam yang memiliki kesibukan lain dalam kehidupan sehari-hari karena tidak sanggup melepaskan semua kemelekatan ini, maka praktik Nian fo dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetap. Setelah menetapkan jadwal, mereka pun harus mempraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 10 ribu kali nama Buddha, ada 20 ribu kali, 50 ribu kali bahkan ada yang 100 ribu kali. Jika tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan dan tekad. Kemudian ada juga yang membuat jadwal Nian fo di setiap pagi dan malam sepanjang tahun, ada yang membuat sesi 7 hari Nian fo dan lain-lain.

7.     Nianfo setiap saat
Setiap saat, tidak perduli kapan dan dimana adalah saat yang tepat untuk melafal nama Buddha. Baik sedang berjalan, berdiri, duduk atau berbaring, pagi, siang atau malam tiada waktu tanpa melafal nama Buddha. Didalam pesawat, dihotel, di rumah, di kamar mandi, sedang makan, buang air, berolahraga, bernafas, praktik Nian fo tetap dapat dilakukan dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Inilah yang disebut melafal nama Buddha setiap saat.

8.     Nianfo dalam hati
Nian fo dalam hati berarti melafal nama Buddha hanya dalam pikiran. Saat mulut mengucapkan nama Buddha, pikiran terus memikirkan nama Buddha, dan saat mulut tidak mengucapkan nama Buddha, pikiran juga terus memikirkan nama Buddha. Inilah yang disebut dengan melafal tidak seperti melafal, tidak melafal tetapi sedang melafal.

9.     Nianfo dengan menghitung tasbih
Tasbih dalam bahasa Parkit disebut Pasakamala, japamala, atau juga aksa sutra. Nian fo ini dipraktikkan dengan cara menghitung jumlah nama Buddha yang kita lafalkan, dan tasbih adalah sarana yang digunakan untuk mempermudah penghitungan. Setiap perhitungan pada satu lingkaran tasbih, maka perhitungan diulang dari awal dan terus demikian dengan tujuan mengendalikan pikiran kita pada nama Buddha yang kita lantunkan. Sesungguhnya Nianfo dengan memanfaatkan sarana tasbih telah ada dalam catatan Sutra Mahayana. Di antaranya adalah:
•     Xiao Liang Shu Zhu Gong De Jing (Sutra manfaat menghitung tasbih, Terjemahan Bhiksu Ratnacinta asal Kashmir (abad 6). Terdapat terjemahan versi lain dari sutra ini, yakni: Man Shu She Li Zou Zang Hong Xiao Liang Shu Zhu Gong De Jing, terjemahan Bhiksu Yi Jing asal Tiongkok (abad 7). Kedua sutra ini mengisahkan penjelasan Bodhisattva Manjusri tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Hyang Buddha Sakyamuni.
•     Mu Huan Jing (Arista Sutra), kitab ini telah ada pada masa dinasti Jin Timur dan tidak diketahui penerjemahnya.
•     Mu Huan Zi Jing (Arista sutra) terjemahan Amoghavajra (abad g). Arista Sutra mengisahkan tentang raja Virudaka dari kerajaan Kosala yang mengutus bawahannya untuk pergi memohon ajaran dari Hyang Buddha. Hyang Buddha lalu mengajarkan cara membuat tasbih dari kayu yang dibulatkan sebanyak 108 biji dan menggunakannya untuk melantunkan nama Buddha, Dharma dan Sangha dan kemudian menguraikan tingkatan manfaat/pahala dari praktek ini.
•     Jin gang ding yu jia nia zhu jing, terjemahan Amogahvajra abad 6. dalam Tripitaka edisi Taisho, kitab ini digolongkan dalam divisi sutra Tantra, sutra ini berisi tentang uraian Bodhisattva Vajrapani tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Buddha Vairochana.
•     Tuo luo ni ji jing (Sutra kumpulan Dharani), terjemahan Bhiksu Atikula asal India Tengah. Sutra ini juga digolongkan dalam divisi Tantra.
•     Wen shu yi gui jing
Biji tasbih dapat dibuat bermacam-macam jenis dari segi jumlahnya, ada yang berjumlah 1080, 108, 54, 42, 36, 27, 21, 14. jumlah yang berbeda-beda ini memiliki makna simbolis yang berbeda-beda pula. Bahan yang digunakan juga berbeda-beda seperti emas, perak, kristal, mutiara, tembaga, kayu, biji bodhi, biji teratai, dan lain-lain.
Praktik Nianfo dengan menggunakan tasbih dalam tubuh mazhab Sukhavati telah ada sejak abad ke 6 yang diperkenalkan oleh Master Dao Chuo.

10.     Nianfo dalam pernapasan
Cara praktik Nian fo ini adalah menarik nafas sambil mengucapkan dalam hati kata Namo A, kemudian mengeluarkan nafas sambil mengucapkan dalam hati kata Mi Tho Fo. Dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas sambil melafal nama Buddha, jika terus menerus dibiasakan dalam praktik demikian maka setiap saat nama Buddha akan menetap dalam setiap pernapasan kita.

11.     Nianfo menjelang kemangkatan
Dalam ajaran Buddha, detik-detik kematian adalah sebuah momentum yang sangat penting untuk mengembangkan sifat-sifat positif (kusala) agar tidak terperosot ke alam yang buruk. Dalam literatur Theravada pun menekankan pentingnya untuk memiliki javana citta (impul batin) sebelum ajal. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh bhiksu Ashin Janakabhivamsa dalam “Abhidhamma sehari-hari”, bahwa jika ada pikiran baik (kusala) muncul sampai nafas berakhir, dia akan terlahir kembali di alam yang membahagiakan. Jika akusala javana citta muncul sebelum kematian, dia pasti akan terlahir kembali di alam menyedihkan.

Demikian juga detik-detik paling menentukan bagi praktisi Nianfo adalah saat dapat mempraktikkan Nianfo pada detik-detik yang menentukan ini dengan penuh kesadaran. Apabila beliau berada dalam kondisi tidak sadar diri atau koma, maka pada saat ini sangat dianjurkan untuk membantunya melafalkan nama Buddha di sisinya. Ada saatnya seseorang yang dalam kondisi koma, dia tetap mendengar suara-suara di sekitarnya, maka saat-saat seperti ini sangatlah baik untuk melafalkan nama Buddha agar batinnya tidak berpaling ke pikiran yang berkaitan dengan keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Jika memiliki keyakinan dan tekad yang kuat maka ia akan dapat ikut melafalkan nama Buddha di dalam hatinya dan dia akan dapat terlahir di tanah suci. Jika dia berada dalam kondisi tidak sadar bahkan tidak dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, maka bagi yang tidak membiasakan diri dalam praktik Nian fo dalam kehidupan sehari-hari maka akan sulit baginya untuk terlahir di tanah suci Sukhavati.

Amithofo Membimbing Para Makhluk Untuk Jadi Amithofo
Bila semua makhluk, pikirannya selalu mengingat Amithofo; matanya selalu melihat wujud keagungan Amithofo; telinganya selalu mendengarkan ajaran Amithofo; hidungnya selalu merasakan wanginya kebajikan Amithofo; mulutnya selalu melafalkan pujian Amithofo; tangannya selalu berdana kepada Amithofo; tubuhnya selalu bernamaskara kepada Amithofo; kakinya selalu melangkah menapak jalan ke surga Amithofo. Keyakinannya hanya tertuju kepada Amithofo, tekadnya untuk dilahirkan di surga Amithofo, praktiknya hanya Samadhi melafalkan Amithofo. Bila semua ini dilakukan, maka sekarang mendapatkan perlindungan dan bimbingan Amithofo, pancaran sinar Amithofo selalu menerangi jalan kehidupan kita, kelak dilahirkan di surga Amithofo, untuk dibimbing menjadi Amithofo.

5 Keunggunglan Pintu Dharma Tanah Suci (净土/念佛法门)
1.    Pintu Dharma Tanah Suci metode tercepat melampaui Triloka Dhatu, tidak diperlukan memutuskan kebodohan, metode ini sungguh sulit dipahami pikiran.
Delapan puluh empat ribu metode Dharma, setiap metode pintu Dharma harus memutuskan kebodohan, baru bisa keluar dari Triloka dhatu 三界, pandangan dan pikiran galau 见思烦恼  putus/lenyap  baru bisa keluar dari enam alam tumimbal lahir. Abu dan pasir kebodohan  尘沙无明 bila sudah dipecahkan baru dapat menampakkan hakikat jati diri. Di dalam Maha Tripitaka bila kegalauan (kebodohan) tidak dilenyapkan tetapi dapat mencapai buah kesucian, nyatanya tidak ada bukti demikian yang bisa di dapat. Hanya satu pintu Dharma Buddhanusmrth 念佛法门 (Nien Fo/terus mengingat dan melafalkan Buddha Amitabha) yang dapat membawa karma  dan kebodohan untuk dilahirkan di Surga Sukhavati. Kegalauan boleh tidak putus tetapi harus ada kemampuan untuk mengendalikan, tidak diikuti perilaku oleh sebab kegalauan. Apa yang disebut memulai menampakkan dan perilaku? Ini adalah sutra Buddha punya seni ajaran, artinya tidak cepat menjadi perilaku karena disebabkan kegalauan. Walau kegalauan naturalnya ada, tapi tidak menjadi perilaku. Saya ada hati penuh keserakahan, tetapi saya terhadap ketenaran, keuntungan, harta, rupawan, kenikmatan dan pelayanan tidak menodai. Walaupun hati penuh keserakahan belum dilenyapkan, dengan satu pujian Amitabha Buddha (Amithofo) mampu mengendalikan, tidak menjadi perilaku, demikianlah sebagai  pengendaliannya.

Ini adalah mengendalikan kegalauan walau belum tuntas lenyap. Membina pintu Dharma lain walau kamu memiliki kemahiran mampu mengendalikan kegalauan, akan tetapi tidak bisa keluar dari Triloka Dhatu. Pengendalian kegalauan (伏烦恼) adalah kekuatan meditasi. Praktik Empat jenis meditasi dan delapan Samadhi (四禅八定) cepat dilahirkan ke alam dewata tingkat 28 (alam tanpa pikiran dan bukan tanpa pikiran) samadhinya sangat dalam dapat mengendalikan kegalauan sampai 80 ribu maha kalpa. Setelah 80 ribu maha kalpa sudah berlalu maka samadhinya lenyap, pelan-pelan pengendaliannya tidak bisa diandalkan, kegalauannya mulai menjadi perilaku, sehingga terhanyut dalam proses tumimbal lahir mengalami proses lahir dan mati. Musti melatih sampai tingkat ke Sembilan Samadhi(九定), maka kegalauan baru putus dan keluar dari Triloka dhatu. Tingkat keempat kesucian Arahat sudah melenyapkan kegalauan pandangan dan pikiran. Oleh kenyataan ini perlu diketahui, tiga kesucian yang lainnya ( 3 tingkatan kesucianArahat lainnya) masih harus berjuang untuk pengendalian kegalauan. Empat meditasi dan delapan Samadhi adalah pengendalian kegalauan pandangan dan pikiran. Tetapi pengendalian kegalauan saja tidak bisa keluar dari Triloka Dhatu. Sedangkan pintu Dharma Buddhasmrth (Nien Fo Fa Men) pengendalian kegalauan bisa keluar dari Triloka Dhatu. Sungguh luar biasa! Khususnya hanya menggunakan satu bait Amitbha Buddha (Amithofo), selalu fokus mempraktikkan satu bait Amithofo, satu bait di sambung satu bait (berkesinambungan), kegalauan di luar tidak masuk dan kegalauan yang di dalam tidak berfungsi. Menggunakan metode Dharma ini untuk mengendalikan kegalauan. Ini adalah praktik unggul yang luar biasa.

2.    Bicara Terlahir disurga barat Sukhavati, sekali terlahir semuanya terlahir.
Surga Sukhavati memiliki 4 tingkatan Surga, yaitu; “1. Surga Pemukiman Orang Awam dan Orang Suci, 2. Surga Kemudahan dan Berkelimpahan, 3. Surga Agung dari Sambhogakaya Sejati, dan 4. Surga Cahaya Nirvana Abadi.” Semua Buddha memiliki 4 tanah murni, tetapi 4 tanah murni ini tidak sekaligus bisa diperoleh. Kita sekarang tinggal di jaman Sakyamuni Buddha dengan kondisi pemukiman orang awam dan orang suci. Tanah kemudahan dan berkelimpahan ada dimana? Kita tidak tahu! Tanah kemudahan dan berkelimpahan adalah tempat tinggal para Arahat dan Pacchekha Buddha, kita tidak tahu dimana? Walaupun ada tetapi kita tidak tahu, juga di 6 alam tidak ada.
Di enam alam ada pemukiman orang awam dan orang suci. Tingkatan ke atas adalah Arahat, Pacchekha Buddha, Bodhisattva dan Buddha, kita tidak ada bagiannya! Bila kamu menghendaki dan terlahir di surga Sukhavati, seperti kita yang membawa karma dan kebodohan pasti dilahirkan ke pemukiman orang awam dan orang suci. Setelah dan saat dilahirkan di tanah pemukiman orang awam dan orang suci, sama juga terlahir di tingkatan tanah kemudahan dan berkelimpahan, tanah agung dari sambhogakaya sejati, dan tanah cahaya nirvana sejati. 4 jenis tanah semuanya bisa diraih sekaligus ( sekali dilahir tingkatan empat tanah bisa diraih) ini adalah luar biasa! Sepuluh penjuru tanah suci para Buddha tidak ada yang demikian. Bodhisattva Kuan She Yin, Bodhisattva Ta Se Ce, Bodhisattva Wen Shu Se Li, Bodhisattva Phu Sien adalah menetap di surga agung dari Sambhogakaya sejati. Bila kita dilahirkan di surga Sukhavati dapat melihat dan bertemu dengan mereka, menjadi sekawan dalam belajar dan berlatih, bersama dalam berdiri dan duduk. Sekarang kita bertemu dengan para Bodhisattva harus memberi hormat, sampai disana menjadi  kawan dalam belajar, cumanya mereka adalah kita punya para ketua dalam belajar. Ini adalah praktik unggul yang luar biasa.

3.     Hanya dengan praktik melafalkan Amitabha Buddha secara fokus, tidak perlu lagi menggunakan metode pintu Dharma lainnya. Tidak perlu membina meditasi Chan, tidak perlu praktik penghentian dan perenungan (Ce Kuan) , tidak perlu melafalkan mantra, semuanya tidak perlu lagi. Hanya satu bait Amithofo, dilafalkan secara berkesinambungan, tidak ragu dan kacau, dijamin anda pasti berhasil. Begitu gampang dan mudah. Tidak ada praktik lainnya lagi yang begitu mudah. Ini adalah  praktik unggul yang luar biasa.

4.     Waktu untuk berlatih sangat pendek, tidak perlu panjang. Di dalam Sutra Amitbha, disabdakan; hanya dibutuhkan satu minggu, dari hari pertama sampai hari ketujuh, tujuh hari bisa berhasil, tidak perlu waktu yang panjang. Metode pintu Dharma lainnya harus membina banyak tahun, membina beberapa kalpa, sangatlah sulit. Ini metode Nienfo hanya tujuh hari bisa berhasil.
Ucapan ini banyak praktisi setelah mendengar jadi ragu?. Kita tidak sedikit sudah mengikuti retreat tujuh hari Nienfo. Ada yang sampai tujuh tahun, tidak terdengar kabar dilahirkan di surga Sukhavati? Bagaimana mungkin tujuh hari bisa berhasil?   Kalian sudah melafalkan sudah banyak tahun, banyak mengikuti retreat, tetapi tidak ada satu pun yang ‘SESUAI DHARMA’. Tidak sesuai Dharma, tidak sesuai kebenaran sehingga tidak berhasil. Bilamana sesuai kebenaran, sesuai Dharma, satu minggu Nienfo pasti berhasil. Coba kita renungkan! bilamana ada yang benar-benar sesuai Dharma dan sesuai kebenaran punya retreat tujuh hari, saya pikir tidak ada orang yang mau ikut retreat, kenapa demikian? Tujuh hari retreat Nienfo pasti meninggal, siapa yang sudah siap dan berani pergi, meninggalkan semuanya? Bila usia kehidupan belum habis, tapi tidak mengembangkan Bodhicitta ke atas menapak jalan Kebuddhaan, ke bawah tidak menolong semua makhluk. Menilik kondisi demikian, banyak praktisi hanya mau berlatih tapi tidak siap meninggalkan semuanya untuk dilahirkan disana, atau tidak mengembangkan Bodhicitta, walau banyak praktisi giat membina diri dengan sungguh-sungguh. Kita bisa saksikan catatan Cing Thu Sen Sien Lu, dan Wang Sen Cuan, bisa dilihat benar-benar tidak sedikit orang dalam tujuh hari Nienfo bisa dilahirkan ke Surga Sukhavati, tujuh hari peroleh kemanunggalan hati tidak kacau lagi.

Mampu satukan hati dan tidak kacau lagi inilah keberhasilan, peroleh kemanunggalan hati, maka akan leluasa saat meninggal dan dilahirkan, setiap saat bisa memilih untuk pergi. Atau bila masih suka menetap di dunia ini untuk beberapa tahun lagi tidak ada rintangan dan masalah lagi. Sungguh ada kemampuan untuk pergi, tidak ada yang pergi tanpa kesenangan, kenapa demikian?  Karena alam Sukhavati sangatlah indah dan menawan, siapa yang sudi tinggal di dunia ini menerima dosa! Nyata-nyatanya disebabkan tidak bisa pergi, tidak ada kemampuan untuk pergi, atau tidak ada pikiran mau pergi ke sana adalah sangatlah bodoh, di tempat ini menerima penderitaan dan kesulitan. Berinteraksi dengan orang–orang sekarang, setiap hari pening dan galau, cape sekali. Tetapi bila sudah tiba di surga barat alam Sukhavati, tinggal bersama dengan para Buddha dan Bodhisattva sungguh menyenangkan, sangatlah leluasa. Karena itu urusan ini realita dan wujud kebenaran ini harus sungguh-sungguh dipahami.

5.     Melafalkan satu Buddha yang mulia peroleh perlindungan dan bimbingan dari sepuluh penjuru tiga masa para Buddha,  juga termasuk telah melafalkan semua Buddha, satu nama Buddha pun tidak ada yang ketinggalan. Sungguh benar dan realita dan tidak terpikirkan, disebabkan semua Buddha tidak ada yang tidak memuji Amitabha Buddha, tidak ada satu Buddha pun yang tidak membicarakan Sutra Wu Liang Sou Cing, tidak ada satu Buddha pun yang tidak menganjurkan orang untuk Nienfo memohon untuk dilahirkan ke Tanah Suci. Para Buddhapun melafalkan Amitabha Buddha, sungguh tidak terpikirkan begitu banyak!
Secara singkat ‘tidak terpikirkan’ yang berjumlah lima ini sudah cukup, semua ini karena maha ikrar agung dari Amitabha Buddha, maha praktik yang membuat keberhasilan, maka disebut tidak terpikirkan manfaat dan pahala yang dihasilkan.

Untuk Melihat Keberadaan Surga Sukhavati
Di dalam Amitayur Dhyana Sutra, disabdakan: Hyang Buddha mengajarkan Vaidehi dan juga semua makhluk agar selanjutnya mereka dapat bermeditasi pada alam Sukhavati di penjuru Barat. Hanya melalui kekuatan Hyang Buddha sajalah maka seseorang dapat melihat Negeri-Buddha sejelas ia melihat bayangan wajahnya yang terpantulkan dalam cermin tembus pandang (Transparan) yang diletakkan di hadapannya.

Untuk Melihat alam Sukhavati harus duduk menghadap ke arah barat, dan mempersiapkan pikirannya untuk mencapai meditasi (kepada Amitbha Buddha) dengan teguh supaya memiliki persepsi tak-tergoyahkan melalui penerapan tunggal (pikiran). Ada 16 corak meditasi untuk melihat Alam Sukhavati, yaitu: 1, Persepsi atas matahari (terbenam) yang menjadi meditasi; 2. Persepsi atas air jernih yang menjadi meditasi; 3. Perspsi atas bumi yang merupakan meditasi ketiga; 4. Persepsi atas pohon-pohon (Negeri Buddha) yang merupakan meditasi keempat; 5. Persepsi mengenai air dengan delapan nilai kemuliaanya yang merupakan meditasi kelima; 6. Persepsi yang dibentuk dengan bermeditasi pada (ciri-ciri) Negeri Buddha yang merupakan meditasi keenam; 7. Persepsi atas tahta teratai yang merupakan meditasi ketujuh. 8. Persepsi atas gambar (Hyang Buddha dan Bodhisattva-Bodhisattva) yang merupakan meditasi kedelapan; 9. Persepsi yang diperoleh melalui meditasi lengkap pada semua wujud dan tubuh (Buddha) yang merupakan meditasi kesembilan; 10. Persepsi atas wujud dan tubuh nyata Bodhisattva Avalokitesvara yang merupakan meditasi kesepuluh. 11. Persepsi atas wujud dan tubuh nyata Bodhisattva Mahasthamaprapta yang merupakan meditasi kesebelas; 12. Persepsi yang diperoleh melalui meditasi lengkap pada negeri Buddha (Amitayus) yang merupakan meditasi keduabelas; 13. Meditasi yang membentuk persepsi gabungan atas Hyang Buddha dan Bodhisattva yang merupakan meditasi ketigabelas; 14. Persepsi atas tiga kelompok makhluk ini disebut meditasi pada jenis kelahiran mulia (tinggi), yang secara (gabungan) merupakan meditasi keempatbelas; 15. Persepsi atas tiga kelompok makhluk ini (secara gabungan) disebut meditasi pada jenis kelahiran pertengahan, yang merupakan meditasi kelima belas;  16. Persepsi atas tiga kelompok makhluk ini (secara gabungan) disebut meditasi pada jenis kelahiran asor (rendah) yang merupakan meditasi keenam belas.

Setelah Hyang Buddha selesai mengucapkan kata-kata ini, Ratu Vaidehi beserta lima ratus pelayan wanitanya berkat sabda Hyang Buddha, dapat melihat pemandangan atas alam Sukhavati yang membentang jauh, serta mampu melihat tubuh Hyang Buddha (Amitayus) dan tubuh kedua Bodhisattva Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta dengan batin penuh kegembiraan.

Sembilan Tingkatan Bunga Teratai (九品莲花)
Di dalam Amitayurdhyana Sutra, Hyang Buddha bersabda kepada Ananda dan Ratu Vaidehi:
Jenis Kelahiran Mulia (atas) tingkat tinggi (上品上生者)dapat dicapai oleh mereka yang di dalam pencarian mereka untuk dilahirkan disana, telah mengembangkan tiga macam pikiran, yaitu: 1. Pikiran yang tulus; 2. Pikiran yang penuh keyakinan dan mendalam; 3. Pikiran yang terpusat pada tekad untuk terlahir di alam Sukhavati dengan mempersembahkan segenap kumpulan kebajikan yang mengakibatkan kelahiran kembali disana. Mereka yang menyempurnakan ketiga macam pikiran ini pasti akan terlahir di alam sukhavati.

Terdapat pula tiga kelompok makhluk yang dapat terlahir di alam Sukhavati. 1. Mereka yang memiliki batin kasih-sayang, tidak berlaku kejam terhadap makhluk apapun, dan menjalankan semua perilaku bajik sesuai dengan peraturan-peraturan Hyang Buddha; 2. Mereka yang mempelajari dan melafalkan sutra-sutra doktrin Mahayana, misalnya Sutra-sutra Vaipulya; 3. Mereka yang mempraktikkan enam rangkaian perenungan (Perenungan terhadap 1. Buddha; 2. Dharma; 3. Sangha; 4. Moralitas; 5. Kemurahan hati; 6. Para Dewa). Ketiga kelompok makhluk ini, yang berharap untuk terlahir di alam Sukhavati dengan mempersembahkan segenap kumpulan kebajikan mereka masing-masing, pasti akan dilahirkan disana, apabila mereka telah menjalankan perilaku-perilaku bajik tersebut selama satu hari atau bahkan selama tujuh hari.

Sewaktu seseorang yang telah mempraktikkan (kebajikan-kebajikan) ini akan terlahir di alam Sukhavati, berkat keyakinan dan semangat yang sungguh-sungguh itu, maka Hyang Buddha Amitayus bersama kedua Bodhisattva: Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta, Nirmanakaya (tubuh penjelmaan) Buddha (Amitayus/ Amitabha Buddha) yang tak-terhingga, ratusan bhiksu dan Sravaka termasuk segenap pengikut mereka, dan para dewa yang tak terhitung, beserta istana-istana tujuh permata  akan muncul di hadapan dirinya; Bodhisattva Avalokitesvara bersama Bodhisattva Mahasthamaprapta akan mempersembahkan Tahta Berlian (vajrasana) kepadanya. Selanjutnya, Hyang Buddha Amitayus sendiri akan menyinari tubuh orang yang menjelang ajal itu dengan sinar-sinar yang cemerlang. Beliau dan para Bodhisattva (yang hadir) akan mengulurkan tangan mereka dan menyambutnya. Kemudian Avalokitesvara, Mahasthamaprapta dan segenap Bodhisattva lainnya akan memuji keagungan orang yang telah mempraktikkan perilaku-perilaku bajik tersebut, dan membabarkan ajaran yang menjadikan hatinya gembira. Ketika ia memandang ke arah dirinya sendiri, sesudah menyaksikan kesemuanya ini, bergembira dan bersuka-cita, ia akan mendapatkan tubuhnya terduduk di atas Tahta-Berlian itu; dan setelah ia mengikuti Hyang Buddha, dalam sekejab-mata, ia akan terlahir di dalam alam Sukhavati. Sesudahnya ia terlahir di sana, ia akan melihat tubuh dan wujud Hyang Buddha dengan segenap ciri kemuliaan yang lengkap, dan juga wujud-wujud dan ciri-ciri kemuliaan para Bodhisattva; ia juga akan melihat sinar-sinar cemerlang dan hutan-hutan permata, mendengar mereka membabarkan Dharma agung, dan dengan segera akan menyadari kepastian atas Dharma yang tak-tertimbulkan (anut-pattika-dharma-ksanti). Tak lama kemudian ia akan melayani semua Buddha yang bermukim dalam berbagai dunia di sepuluh penjuru. Di hadapan masing-masing Buddha itu, secara berturut-turut ia akan memperoleh ramalan (vyakarana) mengenai pencapaiannya (untuk menjadi Buddha) yang akan datang. Sekembalinya ke dunianya sendiri, (Sukhavati, di mana ia baru saja terlahirkan), ia akan memahami ratusan ribu pintu Dharani (untuk mencapai pencerahan batin); demikian makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran mulia (atas) tingkat tinggi.
Jenis Kelahiran Mulia (atas) Tingkat Menengah  (上品中生者) adalah mereka yang tidak mempelajari, mengingat, menelaah, ataupun melafalkan sutra-sutra Vaipulya, tetapi memahami sepenuhnya kebenaran (yang terkandung di dalam sutra-sutra tersebut); batinnya teguh dalam Kebenaran Agung, yang tidak mencela doktrin Mahayana, tetapi benar-benar yakin akan hukum sebab akibat; yang mempersembahkan segenap kebajikan yang telah dipupukinya untuk kelahirannya di alam Sukhavati. Sewaktu orang yang memiliki kebajikan-kebajikan ini menjelang ajal, maka Hyang Buddha Amitayus dengan diiringi kedua Bodhisattva: Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta beserta para pengikutnya Mereka yang tak-terhitung jumlahnya, akan membawa Tahta Ungu Keemasan dan mendatanginya serta mengucapkan kata-kata pujian: Putra Ku dalam Dharma, karena engkau telah mempraktikkan doktrin Mahayana, memahami dan meyakini Kebenaran Agung, maka kini Aku datang untuk menjumpai dan menyambut mu. (setelah berkata demikian) Beliau bersama-sama dengan ribuan Nirmanakaya Buddha serentak mengulurkan tangan Mereka.  Ketika orang tersebut melihat kepada tubuhnya sendiri, ia akan mendapati dirinya terduduk di atas Tahta Ungu Keemasan; lalu, ia akan merangkapkan kedua belah tangannya (beranjali), memuji dan mengagungkan semua Buddha. Dalam satu saat pikiran, ia akan terlahir di negeri Buddha tersebut, duduk pada tahta teratai di atas danau tujuh permata. Tahta teratai ungu keemasan yang ia duduki, adalah seperti bunga permata kebesaran, yang akan terbuka pada keesokan harinya. Tubuh pendatang baru ini menjadi berwarna ungu keemasan, dan di bawah setiap kakinya terdapat sebuah bunga teratai yang terbuat dari tujuh permata. Kemudian Hyang Buddha dan Bodhisattva-Bodhisattva akan memancarkan sinar-sinar cemerlang yang menyinari seluruh tubuhnya, yang segera menyebabkan matanya terbuka dan menjadi terang. Sebagai akibat praktik-praktiknya (dalam dunia manusia), di sana ia akan mendengar suara-suara yang membabarkan kebenaran Agung, yang memiliki arti amat mendalam.

Lalu ia akan turun dari tahta keemasan dan menyembah Hyang Buddha (Amitayus) dengan tangan beranjali, memuji dan mengagungkan Hyang Lokanatha. Setelah tujuh hari segera ia akan memperoleh keyakinan yang tak-tergoyahkan atas Anuttara Samyaksambodhi yang akan dicapainya. Selanjutnya ia akan terbang ke segenap dunia di sepuluh penjuru untuk melayani semua Buddha yang bermukim di sana, dan di bawah bimbingan Mereka ia akan mempraktikkan semua bentuk samadhi. Setelah satu masa kalpa kecil berlalu, ia akan mencapai kepastian atas Dharma-yang–tak tertimbulkan (anutpattika-dharma-ksanti), dan pencapaiannya (untuk menjadi Buddha), demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran mulia tingkat menengah.

Jenis kelahiran Mulia (atas) tingkat rendah (上品下生者); kelompok makhluk-makhluk ini pun percaya akan hukum sebab akibat, tidak mencela doktrin Mahayana, senantiasa tekun mengembangkan Bodhicitta (batin pencerahan), dan mempersembahkan segenap kebajikan yang telah dipupuknya untuk kelahirannya di alam Sukhavati. Sewaktu orang yang memiliki kebajikan-kebajikan ini menjelaang ajal, maka Buddha Amitayus, dengan diiringi kedua Bodhisattva: Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta, berserta para pengikut Mereka, akan membawa bunga teratai keemasan; dan dengan kemampuan adi-insani-Nya Beliau menciptakan lima ratus Nirmanakaya Buddha untuk mendatangi dan menjemput orang tersebut. Lima ratus Nirmanakaya Buddha ini serentak mengulurkan tangan mereka dan mengucapkan kata-kata pujian; O putra-Ku dalam Dharma, karena engkau telah hidup dalam kesucian dan bertekad mengembangkan Bodhicitta, maka kini Kami datang untuk menjemputmu. Setelah melihat mereka, ia mendapati dirinya terduduk di atas bunga teratai keemasan tersebut, yang segera membungkusnya dan mengikuti Hyang Lokanatha. Selanjutnya ia akan terlahir dalam danau tujuh permata, dan sesudah sehari semalam, bunga teratai tersebut akan membuka sendiri. Tujuh hari kemudian, ia dapat melihat tubuh Hyang Buddha, meskipun batinnya masih belum cukup terang untuk melihat semua ciri utama dan ciri tambahan kemuliaan tubuh Hyang Buddha, yang akan dapat ia lihat dengan jelas sesudah dua puluh satu hari. Lalu ia akan mendengar suara-suara yang membabarkan Dharma Agung; dan dengan mengunjungi seluruh dunia di sepuluh penjuru, ia akan memuliakan semua Buddha, yang dari Mereka ia akan mendengarkan kotbah Dharma yang memiliki arti amat mendalam. Setelah tiga masa kalpa kecil berlalu, segera ia akan menyadari jalan masuk ke Pengetahuan tentang Seratus Dharma (Satadharma Vidyadvara/ Pai fa ming lun) dan menjadi mapan dalam tahapan (Bodhisattva) Pramudita; demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran Mulia (atas) tingkat rendah.

Jenis kelahiran pertengahan tingkat tinggi (中品上生者): makhluk-makhluk yang menerima dan melaksanakan lima sila (pancasila Buddhis), delapan sila, dan mempraktikkan peraturan-peraturan lainnya; yang tidak melakukan pancanantarya-papakarma (5 karma terburuk); yang tidak menghina atau membuat sengsara makhluk apapun; yang mempersembahkan segenap kebajikan yang telah dipupuknya untuk kelahirannya di alam Sukhavati yang terletak di penjuru barat. Sewaktu orang yang memiliki kebajikan-kebajikan ini menjelang ajal, maka Buddha Amitayus, dengan disertai para Bhiksu dan pengikut-pengikut Mereka , akan muncul di hadapannya dengan memancarkan sinar berwarna keemasan dan membabarkan Dharma tentang ‘penderitaan’, ‘kekosongan’, ‘ketidak-kekalan’, ‘tanpa aku’ kepadanya. Beliau juga akan memuji kehidupan tanpa rumah (menjadi bhiksu) yang dapat membebaskan seseorang dari segenap penderitaan. Sewaktu melihat Hyang Buddha (Amitayus), ia benar-benar bersuka cita dalam hatinya; dan segera ia akan mendapati dirinya terduduk pada sebuah bunga teratai. Dengan berlutut di atas tanah sambil merangkapkan kedua belah tangan (beranjali), ia menyembah pada Hyang Buddha. Sebelum mengangkat kepalanya, ia akan mencapai alam Sukhavati dan terlahir disana. Bunga teratai itu segera akan membuka, dan pada saat itu ia akan mendengar suara-suara dan nada-nada yang memuji dan mengagungkan Empat Kebenaran Mulia (catvari-arya-satyani, yaitu: dukkha, sebab dukkha, akhir dukkha, dan jalan pembebasan dukkha). Langsung seketika itu ia akan mencapai hasil tingkatan kesucian Arahat, memperoleh tiga-rangkaian pengetahuan (trividya, yaitu: ingatan kembali kehidupan-kehidupan lampau; perbuatan-perbuatan gaib; penghancuran kekotoran batin). Enam kemampuan adi insani (sad-abhijna; 1. Mengingat kembali kehidupan lampau; 2. Mengetahui kematian dan kelahiran para makhluk lain;3. Melakukan perbuatan-perbuatan gaib; 4. Telinga deva; 5. Mengetahui batin dan bentuk pikiran makhluk lain; 6. Menghancurkan kekotoran batin), serta delapan kebebasan (asta-vimoksa; tingkatan meditasi  yang mengatasi obyek meditasinya) lengkap. Demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran pertengahan tingkat tinggi.

Jenis kelahiran pertengahan tingkat  menengah  (中品中生者), makhluk-makhluk yang pernah selama sehari semalam melaksanakan delapan sila, sehari semalam melaksanakan sepuluh sila sramanera, sehari semalam melaksanakan bhiksu sila, tidak melanggar disiplin moral lainnya. Mempersembahkan segenap kebajikan yang telah dipupuknya untuk kelahirannya di alam Sukhavati. Pada saat menjelang ajal, orang yang memiliki kebajikan moral ini, yang telah diwangikan melalui pengembangan selama hidupnya, akan melihat Hyang Buddha (Amitayus), yang diringi oleh segenap pengikut-Nya, dan dengan memancarkan sinar berwarna keemasan, Hyang Buddha (Amitayus) akan datang ke hadapannya dan mempersembahkan bunga teratai tujuh permata.

Ia akan mendengar suara di angkasa, yang memujinya dengan kata-kata: O putra keluarga mulia, engkau benar-benar orang bajik. atas dasar kepatuhanmu pada ajaran semua Buddha tiga zaman, maka kini Aku datang untuk menjemputmu. Lalu ia akan mendapati dirinya terduduk di atas bunga teratai. Segera bunga teratai akan membungkusnya, dan dengan berada di dalam bunga teatai itu ia akan terlahir di atas danau tujuh permata alam Sukhavati yang terletak di penjuru barat.

Tujuh hari kemudian bunga teratai itu akan membuka kembali, dan pada saat itu ia akan membuka matanya, serta memuji Hyang Tathagata dengan merangkapkan tangannya (beranjali). Setelah mendengar kotbah Dharma, hatinya akan bersuka cita dan segera ia akan mencapai hasil tingkat kesucian Srotapanna; dan setelah masa setengah kalpa berlalu, ia akan menjadi seorang Arahat; demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran pertengahan tingkat menengah.

Jenis kelahiran pertengahan tingkat rendah (中品下生者): yang dicapai oleh putra atau putri keluarga mulia, yang berbakti dan menyokong penghidupan orang tua mereka, disamping juga berbuat amal dan berlaku kasih sayang dalam dunia. Ketika menjelang ajal, orang yang memiliki kebajikan demikian akan menjumpai seorang guru yang baik dan pandai, yang akan menerangkan secara lengkap mengenai keadaan bahagia negeri Buddha (Amitayus) kepadanya, dan juga tentang empat puluh delapan tekad Bhiksu Dharmakara. Sesudah mendengar hal-hal ini, hidupnya segera akan berakhir, dan waktu yang singkat ia akan terlahir di alam Sukhavati yang terletak di penjuru barat. Tujuh hari kemudian, ia akan berjumpa dengan kedua Bodhisattva: Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta, yang dari Mereka ia akan belajar Dharma yang akan menjadikan hatinya bersuka cita. Setelah masa satu kalpa kecil berlalu, ia akan mencapai hasil tingkat kesucian Arahat; demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran pertengahan tingkat rendah.

Jenis kelahiran asor tingkat tinggi (下品上生者): dapat dicapai oleh orang yang tidak mencela sutra-sutra Vaipulya, walaupun ia telah melakukan banyak perbuatan jahat. Meskipun ia seorang yang amat bodoh, tidak merasa malu ataupun menyesal atas segala perbuatan jahatnya, namun sebelum meninggal dunia, kemungkinan ia bertemu dengan seorang guru yang baik dan pandai, yang akan melafalkan dan memuji judul-judul dari duabelas bagian kitab suci Mahayana. Karena ia mendengar judul-judul semua sutra, ia akan terbebas dari karma-karma buruk yang dapat menyeretnya ke dalam berbagai kelahiran dan kematian selama seribu kalpa. Guru yang bijak itu juga mengajarnya untuk merangkap kedua tangannya (beranjali) dan menyebut ‘Namo Amitabha Buddhaya’. Dengan menyebut nama Buddha demikian, ia akan terbebas dari akibat karma-karma buruknya, yang alih-alih akan menyeretnya ke dalam berbagai kelahiran dan kematian selama lima puluh juta kalpa. Selanjutnya Hyang Buddha (Amitayus) akan mengirim Nirmanakaya Buddha, yang akan datang bersama Nirmanakaya kedua Bodhisattva: Avalokitesvara dan Mahasthamaprapta ke hadapan orang itu, untuk mengucapkan kata-kata pujian: o putra keluarga mulia, karena engkau telah menyebutkan nama Buddha (Amitayus), maka segenap karma burukmu menjadi musnah dan lenyap, dan kini kami datang untuk menjemputmu. Setelah mendengar hal ini, ia akan melihat ruang kamarnya dipenuhi dengan cahaya Nirmanakaya Buddha; dan sementara ia bergembira atas penglihatan tersebut, ia akan meninggalkan kehidupan ini. Dengan duduk di atas bunga teratai, ia akan mengikuti Nirmanakaya Buddha itu untuk terlahir di atas danau tujuh permata.

Empat puluh sembilan hari kemudian, bunga teratai itu akan membuka, dan pada saat itu Bodhisattva Avalokitesvara yang penuh kasih sayang dan Bodhisattva Mahasthamaprapta yang memiliki kekuatan agung akan berdiri di hadapannya, memancarkan sinar yang menakjubkan, dan akan membabarkan ajaran dua belas bagian kitab suci Mahayana yang memiliki arti amat mendalam. Setelah mendengar hal ini, ia akan mengerti dan meyakininya, dan ia akan bertekad mengembangkan Bodhicitta. Setelah masa sepuluh kalpa kecil berlalu, ia akan memperoleh jalan masuk ke pengetahuan tentang Seratus Dharma (sata-dahrma-vidya-dvara/pai fa ming lun), dan akan memasuki tahapan (Bodhisattva) Pramudita. Mereka yang memiliki kesempatan mendengar nama Hyang Buddha, Dharma serta Sangha, nama Tiga Mustika. Dapat juga terlahir di negeri Buddha tersebut. Demikian makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran asor tingkat tinggi.

Jenis kelahiran asor tingkat menengah (下品中生者): dapat dicapai oleh orang yang alih-alih telah melanggar lima sila, delapan sila sampai bhiksu sila. Alih-alih dengan keadaan dirinya yang bodoh sampai merampok barang milik seorang bhiksu tertentu; dan alih-alih atas kotbah Dharmanya yang ‘tidak murni’ (membabarkan dharma dengan motivasi tidak murni untuk keuntungan diri, seperti uang atau pujian) tanpa merasa malu ataupun menyesal atas perilaku buruk yang menodainya, kemungkinan, ketika menjelang ajal dan siap untuk terjatuh ke neraka sebagai akibat dari karma-karmanya yang buruk, serta ketika api nereka telah nampak dari segenap penjuru, ia akan bertemu dengan seorang guru yang baik dan pandai, yang atas dasar kasih sayang, akan membabarkan sepuluh kekuatan dasa bala* (*Sepuluh Macam Kekuatan Luar Biasa dari Pencerahan Buddha – Dasa Bala: 1. Wawasan untuk mengetahui apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin. Pengetahuan mengenai bagaimana makhluk-makhluk menjadi, penyebab-penyebabnya dan bagaimana mereka lenyap; 2. Wawasan untuk melihat cara kerja jaringan pengaruh-pengaruh karma dan buahnya; bagaimana sebuah pengaruh karma tak terelakkan lagi berbuah, dicegah, dinetralkan atau diminimalkan sesuai dengan interaksi dan intensitas dari tiga akar kejahatan: keserakahan – lobha, kebencian – dosa dan kebodohan batin – moha bersama dengan nilai-nilai mulia: kebebasan – alobha, cinta kasih – adosa dan pandangan benar – amoha dan memahami dengan pasti kondisi-kondisi duniawi yang menghalangi atau membantu kerja pengaruh karma, baik maupun buruk; 3. Wawasan untuk memahami bagaimana sebuah tindakan karma tertentu seperti membunuh – panatipata, atau pelepasan – dana dilakukan, kondisi-kondisi tumimbal lahir seseorang tergantung pada kehendaknya masing-masing – cetana ketika gagasan untuk melakukan tindakan tersebut muncul; 4. Wawasan untuk mengetahui bagaimana objek-objek hidup dan benda mati serta sistem dunia ini muncul sesuai dengan kombinasi lima unsur pembentuk dan empat elemen yang terdiri dari padat, cair, gerak dan panas; 5. Wawasan untuk mengetahui bagaimana orang-orang memiliki karakter yang berbeda, kesenangan dan ketidaksenangan sebagaimana yang terus-menerus menjadi kebiasaan dan kecenderungan mental mereka dari kelahiran-kelahiran sebelumnya di alam samsara; 6. Wawasan untuk mengajarkan dengan tepat sesuai kapasitas pemahaman pendengarnya, seringkali berakibat pada pencerahan seketika; 7. Wawasan untuk menjelaskan objek-objek meditasi yang tepat dengan mengetahui perbedaan kekotoran mental atau rintangan-rintangan yang ada dalam pikiran pemeditasi pada saat itu untuk mencapai kegembiraan luar biasa – jhana; 8. Kekuatan supernormal untuk mengingat kembali kelahiran-kelahiranNya di masa lalu beserta kelahiran lampau orang lain; 9. Wawasan untuk memahami bagaimana kelahiran seseorang terjadi sesuai dengan karma mereka masing-masing; 10. Wawasan untuk mengetahui bagaimana Dia mencapai perkembangan, kesucian dan pencerahan mentalNya melalui sebuah proses pelenyapan semua kekotoran mental dan hanya mengembangkan nilai-nilai bajik.)

Dan daya adikodrati sinar-sinar cemerlang Hyang Buddha (Amitayus), serta memuji ajaran tentang moral (sila), meditasi (samadhi), kebijaksanaan (prajna), kebebasan (vimoksa), dan pemahaman tentang kebebasan (vimoksa-jnana). Setelah mendengar hal-hal ini, ia akan terbebaskan dari karma-karma buruknya, yang akan menyeretnya ke dalam berbagai kelahiran dan kematian selama delapan puluh milyar kalpa; dan selanjutnya api neraka yang ganas itu akan berubah menjadi angin yang sejuk dan segar, yang menerbangkan bunga-bunga surgawi. Pada tiap-tiap bunga ini berdiri Nirmanakaya Hyang Buddha Amitayus dan Nirmanakaya Bodhisattva-Bodhisattva, yang datang untuk menerima orang tersebut. Dalam satu saat pikiran ia akan terlahir dalam bunga teratai yang tumbuh di atas danau tujuh permata. Setelah masa enam maha kalpa berlalu, bunga teratai itu akan membuka, dan pada waktu itu Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta akan menggembirakan batinnya dengan suara Brahma Mereka, serta membabarkan sutra-sutra Mahayana kepadanya. Setelah mendengarkan Dharma ini, segera ia akan bertekad mengembangkan Bodhicitta. Demikianlah makhluk-makhluk yang terlahir dalam jenis kelahiran asor tingkat menengah.

Jenis kelahiran asor tingkat rendah (下品下生者): dapat di capai oleh orang yang alih-alih dengan karma buruknya; alih-alih telah melakukan pancanantarya papakarma (五逆罪)serta melanggar sepuluh sila; dan alih-alih dengan keadaan dirinya yang bodoh sampai melakukan  perbuatan-perbuatan jahat; yang dapat mengakibatkan dirinya terjatuh ke dalam alam sengsara, di mana ia harus mengalami penderitaan tanpa akhir selama banyak kalpa, ketika menjelang ajal, ia akan bertemu dengan guru yang baik dan pandai, yang akan menggembirakan batinnya dengan menerangkan Dharma yang mendalam, serta mengajarkan kepadanya cara untuk merenungi Hyang Buddha. Akan tetapi, karena menderita demikian hebatnya sampai ia tak mampu merenungkan Hyang Buddha, maka guru itu akan berkata kepadanya; meskipun seandainya engkau tidak dapat merenungkan Hyang Buddha, namun setidak-tidaknya engkau dapat mengucapkan nama Hyang Buddha Amitayus/ Amithofo. Kemudian ia akan berbuat demikian dengan pikiran tenang dan suara lancar; ia akan (terus-menerus) merenungkan Buddha Amitayus sampai genap sepuluh kali, dengan mengulang-ulang sebutan Amithofo. Berkat kekuatan (kebajikan) pengulangan nama Buddha, selama setiap pengulangannya ia akan terbebas dari karma-karma buruk yang akan menyeretnya ke dalam berbagai kelahiran dan kematian selama delapan milyar kalpa. Ketika menjelang ajal, ia akan melihat bunga teratai berwarna keemasan yang menyerupai bulatan matahari yang muncul di depan matanya; dan dalam satu saat pikiran ia akan terlahir di alam Sukhavati. Kemudian, setelah masa dua belas maha kalpa besar berlalu, bunga teratai itu akan membuka, dan pada saat itu Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta, dengan suara penuh kasih sayang, akan membabarkan ajaran tentang keadaan sejati semua fenomena (dharma) secara terperinci. Dan juga akan mengajarkan cara penghapusan karma-karma buruk kepadanya.

Setelah mendengar Dharma ini, batinnya akan dipenuhi dengan kesukacitaan, dan segera ia akan bertekad mengembangkan Bodhicitta. Demikianlah makhluk-makhluk yang akan terlahir dalam jenis kelahiran asor tingkat rendah.

Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha
Dengan Sempurna Tanpa Rintangan
Bait sutra :
juò cung sen xīn, yì fó nien  fó,      xien chien tāng lái , bì tìng jien fó
若 眾 生 心,憶 佛 念 佛     現 前 當 來,  必 定 見 佛。

Penjelasan:
Bila kita mengamati isi sutra dengan seksama, poin pentingnya adalah pikiran yang terfokus, bukan hanya dalam melafal Amituofo diperlukan pikiran terfokus, namun dalam kehidupan keseharian juga diperlukan pikiran terfokus, melafal Amituofo adalah cara untuk melatih pikiran terfokus. Selain nama Buddha kita tidak memiliki niat yang lain. Setiap lafalan saling berkesinambungan, tercapailah samadhi, di mana saja dan kapan saja, dalam kondisi suka maupun duka dapat mempertahankan pikiran terfokus. Setelah ketrampilan melafal Amituofo telah mahir maka memiliki kemampuan untuk menaklukkan noda pikiran, dengan pikiran terfokus ini juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati pada tanah suci tingkatan pertama. Para sesepuh terdahulu memuji Pintu Dharma ini adalah memuji poin ini, dengan sedikit kemahiran dapat melampaui Trailokya (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka). Saat kini atau kelak pasti mencapai Kebuddhaan.

Di dalam Avatamsaka Sutra tertera Praktisi Sudhana mengunjungi senior Yu-xiang yang suka jalan-jalan ke pasar (shopping), di sana dia melatih samadhi. Namun bagi praktisi senior dan praktisi pemula tentunya berbeda, praktisi pemula harus berusaha menjauhkan diri dari keramaian. Masa kini jika dapat memperoleh keberhasilan dalam melatih diri maka prestasinya lebih tinggi daripada praktisi jaman dahulu, namun jika gagal maka kemundurannya juga begitu cepat.

Mimpi bertemu Buddha adalah tanda baik, namun jika sesekali saja tidaklah masalah, jika keseringan maka dikhawatirkan itu adalah jebakan Mara. Praktisi aliran Sukhavati dilindungi oleh para Buddha dan Bodhisattva, Mara takkan berani datang mengganggu. Di dalam Shurangama Sutra dijelaskan secara terperinci bahwa praktisi Nian Fo di saat menjelang ajal, harus menanti penjemputan dari Buddha Amitabha, jika melihat Buddha atau Bodhisattva lain datang menjemput jangan ikut denganNya, hanya menanti Buddha Amitabha saja, segala kondisi baik yang muncul tidak perlu dipedulikan. Sesepuh pertama aliran Sukhavati Master Hui Yuan ketika menjelang ajal berkata bahwa sepanjang hidupnya telah tiga kali bertemu Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati, kondisinya serupa dengan yang tertulis di dalam sutra.
Ada praktisi yang sepanjang hidupnya melafal Amituofo namun tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, faktor penyebabnya ada 4 yakni :
1.     Tidak menfokuskan diri.
Para guru sesepuh memahami ajaran semua aliran dengan baik, namun setelah mengenal Ajaran Sukhavati, mereka melepaskan yang lainnya, menfokuskan diri melatih Ajaran Sukhavati. Karya Master Lian Ci adalah “Catatan Ringkas Amitabha Sutra” dan karya Master Ou Yi adalah “Penjelasan Amitabha Sutra”. Master Yin Guang sendiri hanya mengandalkan satu sutra yakni Amitabha Sutra dan satu nama Buddha yakni Amituofo, yang lainnya sama sekali tidak ada.
2.     Tidak memiliki keyakinan sepenuhnya
Walaupun melatih Ajaran Sukhavati dan melafal Amituofo, namun tidak yakin sepenuhnya akan terlahir ke Alam Sukhavati. Asalkan hanya ada sedikit saja keraguan, saat menjelang ajal jika memiliki berkah, tidak sakit dan pikiran masih sadar, maka hanya dapat terlahir di tanah pinggiran. Bagi yang kurang memiliki berkah, kesadarannya tidak jelas, ketika keraguannya timbul, maka tidak dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Jika ingin menghapus rintangan ini, maka harus lebih memahami sutra dan kisah nyata para praktisi yang telah terlahir ke Alam Sukhavati.
3.     Tidak memiliki tekad untuk terlahir ke Alam Sukhavati.
Tidak berniat terlahir ke Alam Sukhavati dan melafal Amituofo, menganggap cara ini untuk mengumpulkan berkah, kelak akan menjadi setan yang kaya, ada juga yang ingin ke surga untuk menikmati kesenangan, mengharapkan berkah di alam surga dan manusia.
4.     Tidak mampu melepaskan kemelekatan.
Mendambakan kesenangan di alam manusia dan alam surga. Rupaloka dan Arupaloka juga mendambakan kenikmatan samadhi. Selama ada lobha pasti ada rintangan, tidak dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

Praktisi yang melatih Ajaran Sukhavati, Mara tidak berani datang mengganggu. Faktor penyebab yang pertama adalah kekuatan pikiran, yakni seperti yang tertera dalam sutra ini “mengingat dan melafal nama Buddha”. Yang kedua adalah kekuatan jiwa Ke-Buddhaan, nama Buddha yang kita lafal adalah jiwa Ke-Buddhaan diri sendiri. Kesucian, kesetaraan, maha maitri karuna adalah Buddha. Yang ketiga adalah pemberkatan dari tekad para Buddha. Dengan adanya kekuatan dari tekad para Buddha di sepuluh penjuru dan tiga masa, maka sebesar apapun kekuatan yang dimiliki Mara juga tidak berani datang mengganggu.

Tabiat telah dibina sejak banyak kalpa yang lampau, seperti selalu timbul niat jahat, mengalami mimpi buruk, semua ini adalah karma buruk masa lampau, harus serius bertobat, dengan setulusnya melafal Amituofo adalah pertobatan sejati. Melafal Amituofo juga dapat menyembuhkan pikiran khayal. Kehidupan tidaklah kekal, segala kekayaan dan kemewahan di dunia ini adalah kerisauan, walaupun ada yang menawarkan padaku untuk menduduki tahta Raja Maha Brahma, saya juga tidak sudi. Penyakit juga merupakan salah satu faktor kemunduran, janganlah dipedulikan, lebih baik merenungkan kewibawaan rupa Buddha. Master Ci Yun dari Dinasti Qing berkata, karma manusia sungguh berat, ketika semua jenis sutra, mantra dan metode pertobatan tidak mampu mengeliminasinya, cara terakhir adalah dengan menggunakan sepatah nama Buddha untuk mengeliminasinya, cara yang paling efektif adalah melafal nama Buddha.

Penutup: setelah pembaca/pengamat menyimak tulisan Artikel “Pahala dan Manfaat Melafalkan Amitabha Buddha, diharapkan para umat Buddha atau masyarakat luas dapat menumbuh kembangkan keyakinan, tekad dan pelaksanaan Nienfo, agar pahala sekarang bisa selamat, sehat, sentosa dan Bodhicittanya meningkat, kelak di saat meninggal dunia dapat dilahirkan ke  Surga Sukhavati, alam penuh kebahagiaan dan dibimbing untuk menjadi Buddha.

Pelimpahan jasa: “Semoga jasa kebajikan ini” Memperindah Tanah Suci Amitabha Buddha; Ke atas membalas empat budi besar; Ke bawah menolong tiga alam celaka, Siapapun yang membaca dan menyimak artikel ini; Mengembangkan Bodhicitta pikiran luhur; Di akhir penghidupan ini; Bersama-sama bertekad untuk dilahirkan di Surga Sukhavati”. Svaha.  Amithofo.

Sumber Referensi:
–    Dari berbagai Sutra dan Abhidharma Mahayana Buddhis.
–    5 Keunggulan Pintu Dharma Tanah Suci; juga Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa Rintangan; Oleh : Master Chin Kung.
–    Dari berbagai sumber lainnya yang tidak di ketahui nama dan sumbernya.