Shuranggama Sutra 楞嚴經
(sambungan dari edisi sebelumnya)
Melenyapkan anggapan yang salah
Ananda berkata: ‘Yang Maha Agung, jika alamiah dari Penerangan Sempurna tanpa sebab atau akibat, mengapa Sang Buddha selalu katakan kepada para bhikkhu tentang alamiah penglihatan yang muncul karena empat keadaan yakni kehampaan, cahaya, pikiran dan mata, apa yang dimaksud dengan semuanya ini?’
Sang Buddha menjawab: ‘Saya berbicara tentang sebab dan akibat keduniawian yang tidak berhubungan dengan Kebenaran Agung’.²
MELENYAPKAN INTI PERSEPSI UNTUK MENGUNGKAPKAN
PENERANGAN AWAL³
MELENYAPKAN DISKRIMINASI ANANDA
‘Ananda, sekarang saya bertanya kepadamu: Sewaktu seorang manusia berkata bahwa ia dapat4 melihat benda-benda, apakah yang dimaksud dengan “terlihat” dan “tidak terlihat”?’ Ananda menjawab: ‘Bila seorang manusia melihat sesuatu sebagai hasil bentuk-bentuk dari sinar matahari, bulan dan lampu, inilah
_______________________________
1Yang timbul dari prinsip dibaliknya.
² Sang Buddha melemahkan pendapat Ananda tentang alamiah dari Penerangan Sempurna sebagai diri dan timbul karena sebab dan akibat, oleh karena alamiah yang dibentuknya, tidaklah timbul secara bebas dari fenomena luar akan tetapi masih tergantung pada sebab dan akibat. Kemudian Beliau mengungkapkan inti Bodhi yang bukan ‘ada’ ataupun ‘tidak ada’, di luar lingkup sebab dan akibat, bukan merupakan diri dan bebas dari semua bentuk-bentuk dan fenomena, dan merupakan keadaan di mana jalan perkataan dan ucapan diputuskan dan yang mana aktivitas pikiran tidak berhubungan lagi; bagaimana hal ini dapat dibayangkan dan diungkapkan dalam bahasa dunia fana ini? Usaha membicarakannya adalah tidak ada gunanya seperti hendak menangkap kehampaan dengan satu tangan. Semua anggapan yang salah telah dilenyapkan untuk mengungkapkan Kebenaran Tunggal.
³Ada tiga jenis Bodhi : (a) Bodhi dasar atau dorman yang ada pada semua makhluk hidup; (b) Bodhi awal, sebagai hasil dari pembangkitan Bodhi dasar dengan mempraktekkan Dharma; dan (c) Bodhi agung, atau Penerangan Sempurna timbul bila keduanya bersatu.
4Kata ‘bisa’ di dalam kalimat tersebut sangat berarti oleh karena itu menunjukkan subjek yang dapat melihat objek-objek. Yang disebut dengan terlihat, akan tetapi bila tanpa cahaya demikian, dia tidak mampu untuk melihat (apapun)’.
(Sang Buddha berkata:) ‘Ananda, jika yang diartikan sebagai tidak terlihat apabila tidak ada cahaya, seharusnya dia tidak melihat adanya kegelapan. Jika ia mampu, hal ini disebabkan karena tidak adanya cahaya; jadi bagaimana mungkin itu dikatakan tidak terlihat? Ananda, di dalam kegelapan, jika dikatakan tidak terlihat, hal ini disebabkan karena dia tidak melihat adanya cahaya, jadi sewaktu ada cahaya, jika dia tidak melihat kegelapan, sekali lagi hal ini dikatakan sebagai tidak terlihat; maka dalam kedua kasus tidak akan ada penglihatan. Akan tetapi dalam dua keadaan yang berganti satu sama lain, alamiah penglihatanmu tidak lenyap seketika. Maka, akan dijumpai penglihatan (sebenarnya) pada kedua kasus tersebut; jadi bagaimana mungkin dikatakan tidak ada penglihatan?’
MENGUNGKAPKAN BODHI AWAL
‘Maka Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa sewaktu anda melihat cahaya, penglihatanmu tidaklah terang; sewaktu anda melihat kegelapan, penglihatanmu tidaklah kabur; sewaktu anda melihat kehampaan, ia tidaklah kosong; dan sewaktu anda melihat rintangan, ia tidaklah terhambat. Setelah anda mengerti keempat keadaan tersebut, seharusnya anda mengetahui bahwa sewaktu penglihatan (sempurna)mu menerima Inti Penglihatan, yang pertama muncul bukanlah yang terakhir dan masih memiliki perbedaan diantaranya; bagaimana penglihatanmu (yang salah) dapat mencapai penglihatan (sempurna)?1 Bagaimana anda dapat berkata tentang sebab dan akibat, adanya “aku” dan (yang disebut) gabungan? Anda semuanya adalah pendengar (sravaka) yang pikirannya sempit dan tanpa pengetahuan yang cukup serta tidak dapat mengerti tentang Kebenaran yang suci dan murni. Sekarang saya akan mengajari anda tentang (Kebenaran) yang harus anda pahami dengan sungguh-sungguh, maka janganlah membiarkan sifat malas dan tidak mawas diri menghambat jalanmu menuju Bodhi Agung’.²
_____________________
1 [Harfiah] ‘Bila penglihatan (menangkap) penglihatan, penglihatan itu bukanlah penglihatan, (oleh karena) penglihatan menyimpang dari penglihatan; penglihatan tidak mampu mencapainya’. Ini merupakan kalimat yang sangat sulit diartikan dan banyak komentator Cina telah mengartikannya secara salah. Terjemahan di dalam bahasa Inggeris dibuat oleh Master Han Shan, yang menulis komentar ini setelah tercapai penerangan sempurnanya. Kalimat ini juga banyak didiskusikan dalam Vihara Ch’an Cina.
²Hal ini menghapuskan inti persepsi untuk mengungkapkan Penerangan Sempurna yang awal. Sejak pertama sekali diskusi tentang penglihatan, inti dari persepsi digunakan untuk melenyapkan penglihatan pembeda yang timbul dari penyebab luar. Kemudian persepsi Alaya dilenyapkan untuk mengungkapkan inti persepsi. Persepsi dan bentuk kedua-duanya merupakan dua ciri-ciri yang intinya sama dan tergantung pada inti kesadaran untuk timbul. Maka, (bentuk-bentuk) objek dan (persepsi) penglihatan bercampur dan tidak mudah untuk memisahkannya. Oleh karena Ananda salah mengartikan persepsi (penglihatan) sebagai (bentuk-bentuk) objek dan sebaliknya, sehingga akan membangkitkan pandangan yang heterodoks. Sang Buddha menggunakan objek-objek luar untuk membuktikan kembali tentang diskriminasi muridnya.
Sekarang inti persepsi telah dilenyapkan, hanya Inti Sebenarnya yang tunggal tersisa, bebas dari semua benda-benda lainnya dan dualisme. Jadi semua keraguan Ananda tentang adanya diri, serta tentang sebab dan akibat dilenyapkan. Hal ini merupakan pelenyapan persepsi dan kembali ke inti kesadaran yang mana masih samar-samar. Inilah kebodohan diri, yang disebut sebagai gudang kesadaran (alaya-vijñana). Hal ini seperti bulan kedua, yang jika tidak dilenyapkan, tidaklah mungkin untuk menyatukan bulan sebenarnya yang merupakan Kesadaran Sejati dari Penerangan dasar. Ini merupakan alasan mengapa inti persepsi dilenyapkan guna memperoleh Penerangan awal.
Sewaktu Sang Buddha hendak melenyapkan inti kesadaran (alaya), Beliau menganalisa konsep keduniawian tentang keadaan ‘terlihat’ dan ‘tidak terlihat’ kepada Ananda. Hal ini berbeda dengan diskusi sebelumnya yang berdasarkan penyebab, karena sekarang hal ini diberikan tanpa sebab luar. Beliau berkeinginan untuk menunjukkan inti persepsi yang tidak memiliki keberadaan di dalam penyebab-penyebab (luar) dan bukan hasil dari akibat – akan tetapi merupakan inti sebenarnya yang berhubungan erat dengan Kesadaran Sejati. Jika kesadaran alaya ini dilenyapkan, lima agregat akan lenyap seketika; ini merupakan Penerangan awal.
Maka Sang Buddha membeberkan analisa tentang persepsi yang diungkapkan oleh orang-orang awam sewaktu mereka melihat sesuatu kepada Ananda dan bertanya kepadanya : ‘Apa yang dimaksud dengan pengertian “terlihat” dan “tidak terlihat”?’ Sang murid menjawab bahwa sesuatu akan terlihat dalam keadaan terang atau gelap, dan Sang Buddha melenyapkan semuanya seperti yang tertera pada paragraf di atas, dan berkesimpulan bahwa walaupun terang dan gelap bertolak belakang, penglihatan alamiah itu tidaklah berubah dan tidaklah lenyap seketika. Maka, keempat keadaan terang, gelap, jelas, dan kabur hanyalah bersifat eksternal sedangkan inti dari persepsi tidak tergantung pada sebab ataupun akibat apapun, itu hanyalah persepsi inti. Apabila semua objek-objek luar telah dilenyapkan, inti inti akan tersisa, akan tetapi ia menjadi bagian dari kebodohan.
Maka, Sang Buddha melenyapkan inti persepsi ini dan berkata: ‘Apabila persepsi (sebenarnya) darimu melihat inti persepsi, itu bukanlah yang terakhir muncul, walaupun jauh darinya, juga berdekatan dengannya; bagaimana penglihatanmu yang salah yang jauh dengan persepsi (sebenarnya) dapat mencapainya? Bagaimana mungkin anda masih terus membicarakan sebab dan akibat, bahwa diri sebagai inti dan gabungannya? Hal ini melenyapkan inti kesadaran Sejati dari kebenaran yang murni dan suci, di mana anda gagal untuk menyadarinya karena pi ya merupakan (keadaan) kesunyataan relatif oleh karena kemelekatan terhadap benda-benda (dharma) masih tetap. Maka pada paragraf berikutnya, Sang Buddha mengajarkan cara melenyapkan kemelekatan terhadap dharma ini.
Mengungkapkan ketidaknyataan dari dua alam² untuk mengungkapkan ketidaknyataan dari Dharma (benda-benda)
Ananda berkata kepada Sang Buddha: ‘Yang Maha Agung, walaupun Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita tentang sebab dan akibat, keadaan “aku”, keadaan bercampur dan bergabung serta keadaan bercerai dan berpisah, pikiran kita masih belum sadar tentang ajaran tersebut. Sewaktu kami mendengar ajaran-Nya tentang penglihatan yang bukan penglihatan, kami menjadi makin bingung dan samar-samar. Kami mohon kepada Yang Maha Agung yang penuh dengan belas kasihan untuk membuka mata kebijaksanaan kami sehingga menerangi jiwa kami.’ Setelah berkata demikian, dia menangis, bersujud di kaki Sang Buddha dan menunggu ajaran-Nya yang suci.1
Sang Buddha menaruh belas kasihan kepada Ananda dan anggota Sangha lainnya, dan hendak mengajarkan tentang praktek mendalam dari samadhi Dharani Agung, sewaktu Beliau berkata kepada Ananda: ‘Walaupun anda telah berusaha untuk menghafal (Dharma-ku), anda hanya telah melebarkan pendengaranmu (atau pengetahuan) dan masih tidak jelas mengerti tentang samatha yang mendalam. Sekarang dengarkan dengan penuh perhatian tentang apa yang saya sampaikan (demi kebaikanmu) dan juga kepada mereka yang masih berada dalam siklus lahir-mati sehingga dapat memperoleh buah Bodhi.
‘Ananda, semua makhluk hidup merupakan subjek dari kelahiran dan kematian pada berbagai alam oleh karena dua pandangan yang terbalik, pembeda dan salah, di manapun mereka muncul, menyebabkan orang-orang terperangkap di dalam roda Samsara. Apa penyebab dua pandangan yang berbeda ini? Dua pandangan ini yakni karma individu dan karma kolektif.
_________________________
² Alam makhluk hidup dan alam benda-benda mati.
1 Lima agregat yang dilenyapkan Sang Buddha sebelumnya hanyalah merupakan istilah dan nama, akan tetapi benda-benda (dharma) yang tampaknya nyata ini masih terdapat di dalam pikiran Ananda, oleh karena ia tidak memiliki pengalaman sendiri tentang ketidaknyataan benda-benda tersebut. Jadi, sewaktu dia mendengar tentang ‘penglihatan yang bukan merupakan penglihatan’, dia semakin bingung dan samar-samar mengerti. Hal ini disebabkan walaupun dia sebagai Hinayana dan tidak lagi terikat kepada realitas dari ego, dia masih terikat dengan tubuh, pikiran dan alam semesta. Maka dia memohon Sang Buddha untuk menjelaskannya.
Kemudian Sang Buddha menjelaskan tentang ketidaknyataan dari tubuh, pikiran, dan alam semesta.
Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.