Membahas Pikiran Dari Berbagai Kajian & Sutra Buddhis

(Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber, oleh YM Bhiksu Tadisa Paramitab Mahasthavira)

Pengertian Pikiran. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pikiran diartikan: 1. Hasil berpikir. 2. Ingatan.  3. Akal  4. Angan-angan, gagasan. 5. Niat atau maksud.

Pikiran dalam bahasa Pali, ‘Pikiran’ adalah ‘vitakketi’; ‘vicareti’, atau ‘mannati’ (konseptualisasi). Pikiran dalam bahasa Sansekerta adalah ‘Mano’ atau ‘Manas’.

Definisi Pikiran. Definisi ‘Pikiran’ yang berasal dari disiplin psikologi modern ialah:
“Pikiran adalah tanggapan batin terhadap rangsangan yang masuk melalui pancaindra atau datang dari dalam batin sendiri”. (“Thinking is a covert symbolic response to external and internal stimuli”. – Encyclopedia Britannica)

Keterkaitan Pikiran.  Pikiran (mana, citta) biasanya disamakan dengan kesadaran (vinnana). Kesadaran terkait dengan perhatian atau ingatan (sati) dan menyadari (sampajanna), dua hal yang sangat membantu makhluk merealisasi kebenaran. (D.III.273).

Dimanakah Letak Pikiran & Bagaimana Kondisi Pikiran? Pikiran Tidak di luar, tidak di dalam, tidak di antaranya. Pikiran masa lalu sudah berlalu sehingga tidak diperoleh. Pikiran sekarang terus berubah sehingga tidak diperoleh. Pikiran yang akan datang belumlah tiba sehingga tidak tidak diperoleh. (Gabungan Sutra Shurangama dan Sutra Intan)

Perumpamaan Pikiran. Pikiran seperti angin bertiup, yang tak dapat ditangkap oleh siapapun. Ia seperti air mengalir, muncul dan lenyap secara berkesinambungan. Ia seperti api dari lampu, yang disebabkan oleh beragam faktor. Ia seperti halilintar, karena ia lenyap dari momen ke momen. Ia seperti udara, yang terpolusi oleh debu objek luar. Ia seperti monyet, karena ia melekat pada enam nafsu inderawi secara bergantian. Ia seperti pelukis, karena mampu menciptakan sebab-musabab dan kondisi-kondisi karma yang banyak. (Ratnakuta Sutra)

Definisi Manusia. Filsafat Tionghua:  Manusia berarti keramahan manusiawi; Filsafat Yunani: Dia yang dapat menggunakan akal budi; Filsafat India: Dia yang memiliki jiwa sempurna; Ajaran Buddha: Dia yang melampaui segala makhluk lain dalam hal pikiran dan perkembangannya.

Apa yang paling penting untuk keselamatan? Bagi kaum agamis India, meninggalkan hidup duniawi adalah penting; Bagi kaum agamis Tionghua, hidup di dalam masyarakat dengan mengembangkan kebajikan adalah penting; Bagi semua kaum agamis yang lain, Tuhan adalah penting; Bagi umat Buddha, penyucian pikiran adalah tujuan tertinggi.

Pikiran Paling Dhasyat di Alam Semesta
Buddha menyatakan bahwa faktor utama dan kekuatan paling dahsyat di alam semesta adalah pikiran. Para ilmuwan dewasa ini tengah melihat Kebenaran ini-menyadari bahwa pikiran seseorang mampu menciptakan realita menurut apa yang dicerap. Energi pikiran belum dimengerti sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan, namun Buddha telah mengajarkan kepada kita dengan sangat rinci tentang dinamika pikiran. Penguasaan pikiran adalah hal terpenting karena ini merupakan kunci menuju kebebasan dan Kebahagiaan Sejati.

Dunia Kita. Di dalam tubuh yang panjangnya satu depa ini dengan pikiran dan berbagai persepsinya, Saya (Buddha) menyatakan adanya dunia, asal mula dunia, pengakhiran dunia, dan jalan yang membawa pengakhiran dunia. (Buddha).

Bagaimana Meraih Kebahagiaan. Bukan karena menatakan bentuk dan lokasi bangunan melalui pakar Feng Shui, orang bisa hidup bahagia. Bukan karena memiliki banyak properti dan barang-barang mewah, orang bisa hidup bahagia. Bukan karena memiliki banyak keturunan anak dan cucu, orang bisa hidup bahagia. Bukan karena pendidikan dan gelar akademis, orang bisa hidup bahagia. Bukan pula karena pangkat, kedudukan dan penghasilan tinggi menjamin kehidupan penuh kebahagiaan. Melainkan mampu mengendalikan pikiran dan menentramkan hatinya, kenal puas dan mudah dilayani, seseorang mudah  meraih kebahagiaan. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Perkembangan Pikiran. Pikiran yang berlatih konsentrasi akan mendapatkan ketenangan; Pikiran yang tenang akan mengembalikan pikiran menjadi murni; Pikiran murni menumbuhkembangkan pikiran cerah; Pikiran cerah membimbing pembebasan mutlak.. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Lokalisasi Alam Pemikiran. Sesungguhnya Samsara (lautan penderitaan) diciptakan oleh pikiran makhluk. Beragam alam kehidupan berkorespondensi dengan ragamnya keadaan mental. Alam kehidupan merupakan lokalisasi dari alam pemikiran yang menghasilkannya.
Pikiran dicengkeram oleh ‘Tiga Karakteristik Universal’, yaitu:
1.    Anicca Lakkhana: Pikiran itu selalu berubah-ubah, tidak tetap, tidak dapat bertahan selamanya;
2.    Dukkha Lakkhana: Karena pikiran bersyarat, selalu mengembara dan tidak kekal maka menimbulkan dukkha;
3.    Anatta Lakkhana: Pikiran adalah tanpa inti yang kekal, tanpa aku.

Kemampuan Untuk Sadar. Kemampuan seseorang untuk sadar (pikiran sadar) adalah ciri manusia yang paling luar biasa. (Leon Uris)

Matang Secara intelektual & Spiritual. Buddha berkata, “Dharma yang Kuajarkan hanya dapat dipahami oleh orang yang mampu berpikir”. Hanya mereka yang memiliki kecerdasan untuk menggunakan pikiran dengan jelas dan yang matang secara spiritual, tahu bagaimana menghargai Dharma ini sebagai Hukum Universal.

Sekarang kita Hidup Pada Zaman Pikiran. Kita telah hidup melewati zaman batu, zaman besi, zaman tembaga, zaman fanatik keagamaan, zaman penelitian ilmiah, zaman industri, dan sekarang, kita memasuki zaman pikiran. (Napoleon Hill).

Nasib Manusia Ditangan Siapa? Nasib manusia tidak ditentukan oleh “kehendak” makhluk adikodrati (Tuhan), tetapi ditentukan oleh bentuk pikiran, ucapan dan perbuatannya.

Perang & Damai Karena Ulah Pikiran Manusia. Peperangan di rancang oleh pikiran bodoh manusia, begitupula perdamaian dibangun oleh pikiran bijaksana manusia. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Kebahagiaan Karena pengontrol Pikiran. Hanya pikiran sejati sajalah yang dapat menjadi sumber kebahagiaan. Karena kebahagiaan ditemukan dengan cara mengontrol pikiran bukan dengan mengontrol situasi dan kondisi.

Ajaran Buddha Untuk Persaudaraan. Ajaran Buddha bukanlah suatu organisasi untuk mengubah orang yang berkeyakinan lain, tetapi sebuah ‘Persaudaraan Pikiran dan Hati’ yang siap menolong mereka yang terilhami oleh ajaran ini dan yang ingin mempraktikkannya. (Anagarika Govinda)

Mencintai Diri Sendiri Jangan Merugikan Makhluk Lain. Seluruh dunia luas kita jelajahi dengan pikiran kita, namun tidak ditemukan seorang pun yang rasa sayangnya kepada orang lain melebihi rasa sayangnya kepada diri sendiri. Hendaknya orang yang mencintai dirinya tidak merugikan (menyakiti) orang lain. (Buddha S 1:75)

Menurunkan Nilai Kemanusiaan. Kehidupan yang mewah dan pikiran yang rendah munurunkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kekotoran Batin Menghancurkan kehidupan. Ketamakan, kebencian, dan ketidaktahuan muncul dari dalam diri sendiri. Orang yang berpikiran jahat merugikan dirinya sendiri. (Buddha, It)

Pikiran & Banjir. Jika rumahmu kebanjiran, biarkan banjir itu hanya mengganggu rumahmu, tetapi  jangan biarkan segala nafsu “membanjiri” pikiranmu yang dapat menenggelamkan dirimu dan merusak kehidupan sekarang dan kehidupan selanjutnya.

Pikiran & Karma Buruk. Karma buruk pada dasarnya adalah sunya. Semata produk dari pikiran. Ketika pikiran hening. Kesalahan terlupakan. Ketika pikiran terlupakan, Kesalahan hening. Maka keduanya telah mencapai kesunyaan, dan inilah yang dinamakan penyesalan sejati. (Sutra Avatamsaka)

Sifat Fana Kehidupan. Kehidupan, kepribadian, kesenangan dan kesakitan. Semua hanya berlangsung dalam satu saat pikiran. Lalu, segala sesuatu lenyap seketika. (Buddha, Vism: 48)

Segala Sesuatu Itu Tidak pasti. Dunia ini tidak pasti; Filsafat itu teoritis; Politik itu hipokritik; Agama telah menjadi tidak nalar; Ilmu pengetahuan itu tidak manusiawi; Psikologi itu penuh khayalan; Pendidikan itu berorientasi pada tugas; Manusia itu tidak dapat dipercaya; Pikiran itu dapat berubah.

Keserakahan Manusia. Kebutuhan manusia hanya sedikit, tapi keinginan manusia terlalu banyak. Mahatma Gandhi mengatakan: dunia cukup memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup bagi satu orang yang pikirannya penuh keserakahan.

Sifat Pikiran. Pikiran itu pada dasarnya bercahaya, namun objek-objek eksternal mencemari pikiran, melalui pengaruh berbagai indera, dan kekotoran batin. (Buddha-A 1:10)

Ungkapan Kebenaran. Segala keadaan mental memiliki pikiran sebagai pelopor. Pikiran adalah pemimpin mereka, dan mereka diciptakan oleh pikiran. Jika seseorang berkata dan bertindak, dengan suatu pikiran tercemar, penderitaan akan mengikutinya seperti roda pedati mengikuti kuku lembu penariknya. (Buddha-Dh 1)
Sifat Pikiran Mengubah dunia. Di samping berbagai bencana yang dibuat manusia, beberapa bentuk bencana alam juga terjadi akibat polusi batin manusia. Disebutkan dalam ajaran Buddha bahwa cara hidup manusia yang amoral dan cemaran batinnya, seperti kebencian, kekejaman, iri hati, dan ketidaksabaran mengakibatkan bencana alam. Sebaliknya bila cara hidupnya memancarkan belas kasih dan kesucian batin, maka cinta kasih dan simpati berkembang di dalam pikiran. Hukum alam akan energi semesta berjalan dengan lembut. Dengan demikian kita dapat mengubah dunia dengan mengendalikan pikiran.

Tidak Ada Dunia Tanpa Pikiran. Oleh pikiran dunia dipimpin. Oleh pikiran dunia digerakkan. Dan segala hal yang baik dan buruk, ada di dalam dunia karena pikiran. (Buddha S. 1:39)

Pemikiran Menentukan Nasib Kita. Pemikiran adalah pembangun nasib kita yang tidak tampak. Pikiran bagaikan lautan, dan pemikiran itu bagaikan gelombang.

Pikiran Salah Bisa Merusak. Apa pun yang bisa dilakukan seorang musuh kepada lawannya. Atau seorang pembenci kepada mereka yang dibencinya, suatu pikiran yang terarah secara salah, bahakan bisa menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada itu. (Buddha)

Pikiran Berlari Lebih Cepat Dari Yang Lain. Tidak ada fenomena yang datang dan pergi dengan sedemikian cepat seperti pikiran. Adalah tidak mudah untuk menemukan suatu kiasan untuk menunjukkan betapa cepatnya pikiran datang dan pergi. (Buddha)

Manusia Harus Berpikiran Terbuka. Kesadaran membuat seorang manusia berisi. Manusia yang berisi berbicara dengan pikiran yang terbuka. Dan seperti parasut, pikiran bekerja dengan lebih baik ketika ia terbuka sepenuhnya. Kesadaran ini adalah kunci untuk membuka pintu yang mana pertikaan, perselisihan, serta pemikiran yang berfaedah muncul.

Melatih pikiran Dengan Tepat. Bila pikiran ini di latih dengan tepat, tujuan hidup dapat dicapai. Jika sebaliknya, kehidupan akan berada dalam bahaya. Kita tidak sehrusnya mengikuti “Hukum Rimba” dengan mengandalkan kekuatan fisik. Melainkan dengan menggunakan pikiran manusia yang disertai pengertian yang nalar.

Tiada Penderitaan Ketika Pikiran Tenang. Pikiran siapa yang berdiri bagaikan gunung? Kokoh, tak tergoyahkan, tidak melekat pada hal-hal yang menimbulkan kemelekatan, tidak terlukai oleh hal-hal yang memicu kemarahan. Bila pikirannya dikembangkan sedemikian, bagaimana penderitaan dapat datang padanya? Tekun, membaktikan diri pada pikiran yang luhur, seorang yang bijaksana berlatih dalam jalan kebijaksanaan.  Tiada penderitaan bagi orang yang seimbang, yang tenang dan selalu sadar. (Buddha)

Mayat Dalam Peti Mati. Orang yang tidak tahu bagaimana menyesuaikan pikirannya sesuai dengan berbagai situasi akan menjadi seperti sesosok mayat di dalam peti mati.

Anda Adalah Musuh Anda Sendiri. Tidak ada musuh luar yang lebih berbahaya daripada pemikiran diri sendiri yang dikuasai nafsu keinginan, kebencian, iri hati, dan sebagainya.

Ketenangan Menciptakan Kesehatan Mental & Fisik. Suatau keadaan pikiran yang tenang dan damai akan menunjang kesejahteraan mental dan dan fisik. (Visuddhacara).

Emas & Sampah. Pikiran adalah tambang emas sekaligus timbunan sampah bagi pemiliknya.

Pikiran Yang Tidak Dikembangkan. Seperti hujan yang merembes ke dalam sebuah rumah beratap jerami, demikian pula nafsu keinginan merembes ke dalam pikiran yang tidak dikembangkan. (Buddha A, 1:9).

Tiada Penderitaan Bila Pikiran Kokoh. Pikiran kokoh bagikan batu karang, tidak melekat pada hal-hal inderawi, tidak tergoyahkan di tengah-tengah dunia di mana semuanya goyah. Dengan demikian pikiranku telah dikembangkan dengan baik. Jadi, bagaimana mungkin penderitaan dapat datang di jalanku? (Th, 1: 192).

Pikiran Benar. Apa Pikiran Benar itu? Pikiran yang didasari pikiran penghentian, pikiran cinta-kasih dan pikiran untuk menolong. Inilah yang disebut Pikiran Benar”. (Majjhima Nikaya III : 251).

Pikiran Buta. Tiga jenis pikiran; yang menyebabkan kebutaan, hilangnya pandangan dan pengetahuan, yang mengakhiri kebijaksanaan, yang berhubungan dengan kesulitan dan tidak menuntun ke Nibbana. Apa yang tiga itu? Pikiran yang didasari keserakahan, pikiran yang didasari kebencian dan pikiran yang didasari keinginan-merugikan.

Pikiran Melihat. Tiga jenis pikiran yang memberi penglihatan, pandangan dan pengetahuan, yang meningkatkan kebijaksanaan, yang berhubungan dengan keselarasan dan menuntun ke Nibbana. Apa yang tiga itu? Berpikir didasari penghentian, berpikir didasari cinta-kasih dan berpikir didasari keinginan menolong.(Itivuttaka: 82)

Manusia Berada Di antara Surga & Neraka. Kehidupan manusia terletak di antara surga dan neraka, karena pikiran manusia dapat dikembangkan dengan mudah untuk mengalami kebahagiaan surgawi dan bilamana disalahgunakan, pikiran dapat dengan sangat mudahnya mengalami penderitaan neraka.

Robot Manusia. Perasaan kemanusiaan semakin pudar saja dari pikiran manusia, dan tingkah lakunya tidak akan banyak berbeda dari tingkah laku sebuah robot. Nantinya, mungkin robot bertindak menggantikan manusia.

Energi Atom Tidak Dapat Mengubah Pikiran Manusia. Energi atom telah mengguncangkan dan mengubah seleuruh dunia, tetapi bahkan energi atom yang dahsyat sekalipun tidak dapat mengubah pikiran manusia. Pikiran manusia masih sama menyimpangnya, sama tidak dapat dipercayainya, dan sama bahayanya dengan keadaannya pada masa-masa paling awal. Namun agama dapat mengubah pikiran manusia untuk sebuah tujuan yang lebih baik, jika ia sungguh-sungguh menegakkan prinsisp-prinsip keagamaan.

Kuasailah Pikiranmu. Sering kali Buddha menasehati murid – murid – Nya demikian: “Carilah dirimu sendiri”, dan “Kuasailah pikiranmu”. (D. 16).

Pikiran Salah. Pikiran yang diarahkan secara salah akan jauh lebih berat melukai diri sendiri.  (Dhp. 42)

Pemikiran Yang Tidak Terkendali. Berbagai bentuk pikiran harus dibimbing secara tepat dengan akal sehat, kalau tidak, bila mereka meledak dalam tindakan, maka yang empunya pikiran itu sendiri tidak akan mampu mengendalikannya.

Apa Yang Dibutuhkan Pikiran? Bukan kesehatan ataupun pengahrgaan, bukan kekayaan ataupun kekuasaan, yang dapat memberikan kesenangan bagi pikiran. Dengan kesehatan, semua kesenangan melambung. Jadilah bijak, suatu saat kesehatan akan hilang. Hanya dibutuhkan bimbingan Dharma untuk meluruskan, menjernihkan dan mencemerlangkan pikiran.

Sifat Licik Dalam Pikiran Manusia. Ada dua orang pemuda yang tinggal di sebuah asrama. Tiba-tiba salah satu dari pemuda itu mulai meracau. Pemuda lain, yang mencurigai ada sesuatu yang tidak beres dengannya, membawanya kepada seorang dokter. Ia berkata kepada dokter itu, “Dokter, dapatkah Anda merawat teman saya ini karena saya rasa ada seuatu yang salah dengan pikirannya?” kemudian pemuda yang lain berkata, “Dokter, sebenarnya saya adalah orang yang membawa dia kemari untuk dirawat. Sekarang dia malah mengatakan bahwa saya adalah orang yang membutuhkan perawatan.” Si Dokter jadi bingung dan tidak mengerti siapa yang sesungguhnya memerlukan perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa pikiran manusia dapat diplintir!

Sifat Pikiran Yang Bebas. Dinding batu tidak bisa memenjarakan, tidak pula jeruji kerangkeng besi, akan mempengaruhi seorang petapa yang berpikiran bebas dan tenang. (Richard Lovelace)

Pikiran & Musuh. Para musuh tak terukur seperti angkasa, Bagaimana saya dapat memerangi semuanya? Tapi bila saya menghancurkan kemurkaan saya. Pikiran tentang adanya “musuh” terhancurkan. (Santideva)

Tuhan & Pikiran. Bila dalam tradisi agama lain perhatian sepenuhnya ditujukan kepada Tuhan, sebab dengan mengerti kehendaknya akan menyebabkan keselamatan; Tetapi dalam agama Buddha perhatian ditujukan pada pikiran, sebab pikiran adalah perantara yang olehnya segala sesuatu berarti, ditafsirkan dan dipahami. Menjinakkan pikiran adalah menjinakkan dunia. (Santideva)

Sesat & Murni. Karena pikiran yang sesat, seorang menjadi sesat; Karena pikiran yang murni, seorang menjadi murni. (Santideva)

Pikiran & Kesenangan Indriawi. Keputusan cermat sekalipun akan gagal, pikiran tersandung, kebijaksanaan dihancurkan, dan keteguhan seorang akan remuk, bila pikiran diracuni oleh kesenangan indriawi. (Santideva)

Menjaga pikiran & Perlindungan. Tidak akan cukup banyak kulit untuk menyelimuti dunia, tapi dengan menggunakan sendal kulit, saya dapat menjelajahi dunia. Sama halnya, semua lingkungan diluar, tak dapat dijaga secara menyeluruh. Tapi bila saya menjaga pikiran saya, perlindungan apa lagi yang saya butuhkan? (Santideva)

Hukum Getaran & Ketertarikan. Gagasan apa pun yang melekat di dalam pikiran, yang dikhawatirkan atau yang didambakan, akan seketika membungkus dirinya dalam berbagai wujud fisik yang paling nyaman dan sesuai. (Andrew Cornegie)
Pikiran & Payung. Pikiran manusia itu seperti payung, berfungsi paling baik ketika dibuka. (Walter Gropins)

Hukum Dasar Pikiran. Apa yang anda lihat, itu yang anda rasakan. Apa yang anda rasakan, itu yang anda pikirkan. Apa yang anda pikirkan, itu yang anda inginkan. Apa yang anda inginkan, itu yang anda lakukan.

Kendalikan Pikiran Liar. Ketika kita lahir, kita datang ke dunia ini dengan pikiran yang telah dipengaruhi oleh kebiasaan mental kita masing-masing, yang terbawa dari kehidupan sebelumnya – kebiasaan mental yang mungkin telah dikembangkan selama kurun waktu yang panjang dan mungkin pula telah sulit untuk dirubah atau diberi nuansa yang lain. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan kita pada kehidupan ini, orang-tua dan guru-guru mengajar kita bagaimana seharusnya bertindak, namun tidak banyak diajarkan bagaimana seharusnya mengendalikan pikiran kita. Dengan demikian, walau mungkin kehidupan kita dari luar tampak selaras, namun kehidupan-kehidupan kita-pikiran kita, mungkin kacau tak beraturan. Demi mencapai kebahagiaan abadi, pikiran yang tak disiplin harus dapat dikendalikan dan dirubah. Seperti dikatakan Sang Buddha: Pikiran sulit ditangkap, liar dan sangat licik,  bergerak lincah meraih apa yang diinginkan. Sangatlah menakjubkan, melatih pikiran itu. Oleh karenanya para bijaksana menjaga pikirannya, karena pikiran yang terlatih baik akan membawa kebahagiaan. (Santideva)

Samadhi, Pemusatan Pikiran. Dalam agama Buddha usaha menjinakkan dan menjaga pikiran dilakukan melalui meditasi. Istilah yang sering diterjemahkan sebagai meditasi adalah kata bhavana, yang secara harfiah berarti ‘mengolah’ atau ‘mengembangkan’. Jadi dalam pengertian Buddhis, meditasi yang benar adalah suatu proses dinamis, dimulai dengan mendisiplinkan, kemudian menanamkan pengertian, lalu terakhir membebaskan pikiran.

Ada beberapa teknik meditasi yang berbeda, beberapa diajarkan sendiri oleh Sang Buddha, beberapa yang lain dikembangkan oleh Guru-guru sesudah-Nya, namun keseluruhannya dapat dicakup dalam dua pokok utama, pertama adalah Konsentrasi (Pemusatan-pikiran) Sejati (samma samadhi). Istilah ‘samadhi’ berarti mengumpulkan atau menyatukan, dan mengacu pada pemusatan atau penyatuan pikiran. Siswa wanita Sang Buddha, Dhammadina mendefinisikan pemusatan-pikiran (konsentrasi), sebagai berikut:

“Semua penyatuan pikiran adalah konsentrasi”. Buddhagosa mendefinisikannya lewat kata-kata: Apa konsentrasi itu? “Adalah pemusatan dari kesadaran dan semua yang menyertainya secara merata dan sempurna pada satu titik”.

Dengan demikian jelas, bahwa konsentrasi tiada lain adalah suatu usaha untuk menghentikan pergerakan perhatian pikiran (yang sebelumnya selalu bergerak) dengan memancangkannya pada satu titik. Dengan melaksanakannya, baik badan maupun pikiran cenderung akan diam dan tenang; oleh karenanya teknik-teknik meditasi yang tercakup sebagai konsentrasi (Pemusatan-Pikiran) Sejati sering disebut juga Teknik Penenangan (samatha bhavana).

Meditasi ke dua, yakni pelaksanaan meditasi melalui Kesadaran Sejati (samma sati), istilah ‘sati’ berarti pengingatan, kemawasdirian atau perhatian-penuh. Seorang bhikkhu termasyhur Nyanaponika menyebut ‘perhatian penuh’ sebagai perhatian “kosong” dalam bentuknya yang paling mendasar, serta mendefinisikannya sebagai berikut: …… kesadaran batin yang menyatu dan terang tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kita dan dalam diri kita, pada pencerapan-pencerapan secara berkesinambungan. Disebut ‘kosong’, karena pikiran itu mengikuti fakta-fakta kosong dari pencerapan tanpa bereaksi melalui perbuatan, ucapan atau pikiran.

Mawas-diri oleh karenanya, walau bersifat pasif tapi adalah suatu kesiagaan batin, pada pikiran-pikiran yang timbul dan pada pengalaman-pengalaman pikiran. Pengaruh-pengaruh yang membelokkan kesiagaan itu, berupa prasangka yang timbul dari dalam pikiran, ide-ide yang timbul sebelumnya, rasa suka dan tidak suka akan berkurang bila ada kemawasan-diri, lalu secara bertahap, seseorang akan dapat melihat segala sesuatu seperti apa adanya. Kenyataan terlihat secara langsung. Oleh karenanya, teknik-teknik yang dicakup sebagai Kesadaran Sejati juga disebut Teknik Pengembangan Wawasan (vipassana bhavana) (Inggris: insight meditation). (Santideva)

Pemikiran Menpengaruhi Otak. Setiap bentuk pikiran dan perasaan diringi dengan pancaran zat kimia otak yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bermiliar-miliar sel. (Paul Pearsa)

Satu Pikiran Banyak Tangan. Sebuah tim  yang sukses adalah satu kelompok dengan banyak tangan, tetapi satu pikiran. (Bill Bethel).

Saat Mimpi & Sadar. Di dalam mimpi jelas-jelas ada enam alam tuminbal lahir. Saat terbangun sadar nyatanya kosong juga kosong tidak ada maha chilicosmos. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Baik & Buruk. Tidak ada sesuatu yang baik dan buruk, tetapi pikiran membuatnya demikian. (Shakespeare)

Pujian Menyenangkan Pikiran. Pujian begitu menyenangkan pikiran manusia, itulah motiv awal bagi hampir semua tindakan kita.  (D. Samuel Johnson)

Pikiran Khayalan Menyesatkan. Tidak ada satu pun hal lainnya yang seperti hambatan pikiran khayalan, yang demikian mengganggu umat manusia, dan membuatnya mengembara selamanya. (Buddha)

Apakah Meditasi Itu? Meditasi bukanlah suatu cara untuk membuat pikiran Anda tenang. Meditasi adalah cara untuk masuk ke dalam ketenangan yang sudah ada—yang terkubur di bawah 50,000 bentuk pikiran yang dipikirkan rata-rata orang setiap hari.

Pikiran & Tubuh. Seorang manusia adalah sebuah pikiran dengan sebuah tubuh, bukan sebuah tubuh dengan sebuah pikiran.

Sepuluh Kondisi Pikiran Membentuk Ragam Kehidupan. Ragam pikiran manusia dapat menciptakan berbagai kondisi yang membentuk ragam kehidupan. 1. Pikiran jahat yang dilandasi kebencian terjatuh ke alam neraka. 2. Pikiran jahat yang dilandasi keserakahan terjatuh ke alam setan kelaparan. 3. Pikiran jahat yang dilandasi kebodohan terjatuh ke alam binatang. 4. Pikiran bajik yang dilandasi nafsu dan kebencian dilahir di alam asura (raja setan). 5. Pikiran bajik yang dilandasi pamrih dan cinta dilahirkan di alam manusia. 6. Pikiran bajik yang dilandasi kemelekatan dan kasih dilahirkan di alam dewa. 7. Pikiran suci yang mengandalkan perlindungan Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha) menjadi Arahat. 8. Pikiran suci  yang mengandalkan usaha sendiri menjadi Pachekha Buddha. 9. Pikiran suci dan menebarkan belas kasih menjadi Bodhisattva. 10. Pikiran suci dan kebajikan sempurna menjadi Buddha. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Pengharapan Membuka Jalan. Di antara semua kekuatan yang memungkinkan sebuah dunia yang lebih baik. Tidak satupun yang begitu diperlukan, tidak satu pun yang demikian kuat, seperti halnya pengharapan. Tanpa pengharapan manusia hanya setengah hidup. Dengan pengharapan mereka bermimpi, berpikir dan bekerja. (Charles Sawyer)

Pikiran Menciptakan Kejahatan. Kejahatan bersemi dari pikiran; kemudian ia memutar pikiran dan merampoknya. Kejahatan itu ibarat karat pada besi, yang secara perlahan-lahan merusak bentuknya. (Fo Shuo Pei Sutra)

Pikiran Mengatasi Tubuh. Pikiran mengendalikan tubuh. Tubuh tidak mengendalikan pikiran. Pikiran dapat mengelabui tubuh dan bahkan pikiran dapat membunuh tubuh. (Buddha- Dig)

Pikiran Positif & Negatif. Kembangkan pikiran positif dunia menjadi terang penuh harapan dan keindahan, sebaliknya mengembangkan pikiran negatif dunia menjadi gelap penuh derita dan kehancuran. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Jika Pikiran Benar, Segalanya Juga benar. Jika pikiran anda berada dalam keadaan seimbang, apa perlunya untuk berkarya menurut moralitas? Jika pikiran Anda Murni, apa gunanya meditasi bagi Anda? (Sesepuh keenam Hui Neng)

Suka & Tidak Suka. Orang-orang diperbudak oleh perasaan suka dan tidak suka, begitu banyak sehingga mereka tidak dapat melihat kenyataan. Perasaan suka dan tidak suka mempengaruhi cara berpikir manusia. Perasaan suka yang berlebihkan menjadikan rasa rindu. Sedangkan perasaan tidak suka yang berlebihan menjadikan kebencian. Suka dan tidak suka adalah dua ekstrim yang diciptakan perasaan dan memunculkan gejolak pikiran. Suka menciptakan pikiran merangkul, sedangkan tidak suka menciptakan pikiran menampik. Perasaan  bukan suka dan bukan tidak suka menciptakan pikiran netral.

Kebenaran & Pikiran. Kebenaran itu sederhana, pikiran itu rumit.

Tidur Khayalan. Orang-orang tidur siang dan malam, mereka terbawa jauh oleh mimpi-mimpi mereka, hidup menjadi kusut dan sulit. Latihan kesadarn mencerahkan batin mereka. Batin melihat melalui mimpi-mimpi mereka. Terbangun dari tidur khayalan, mereka menyadari sifat kehidupan duniawi. Sekarang mereka siap untuk melangkah keluar dari pikiran dan pergi meninggalkannya. Akhirnya tercapailah kebebasan dari penyakit kehidupan. (Pelajaran Pencerahan)

Pikiran & Mimpi. Siang banyak pikiran malam pasti banyak mimpi. Empat unsur tubuh yang tidak harmonis membuat mimpi kegalauan. Segala karma yang dibentuk terakumulasi mencuat  melalui mimpi saluran. Banyak Makhluk suci membimbing melalui mimpi petunjuk. Kehidupan maya semua makhluk bagaikan mimpi panjang. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Mengubah Pikiran. Pikiran yang cepat itu sakit. Pikiran yang lambat itu sehat. Pikiran yang hening itu luar biasa. (Meher Baba)

Tubuh & Pikiran. Tubuh harus banyak bergerak sehingga sehat; tetapi Pikiran harus banyak diam sehingga damai. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Tujuan & Manfaat Sutra. Membaca sutra untuk dipahami sebagai sarana pembimbing dan mengembangkan pikiran konsentrasi; Memanjatkan sutra untuk menyelaraskan dan memanunggalkan pikiran, ucapan dan perbuatan. Sedangkan melafalkan sutra untuk mensucikan pikiran melepaskan dualisme antara subjek dan objek, eksternal dan internal. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Pikiran Bergerak & Tak Tergerak. Ketika pikiran tetap tinggal di dalam dengan sendirinya dan tidak memunculkan bentuk-bentuk pikiran, ia merupakan cahaya agung Prajna (Kebijaksanaan Bodhi). Jika persepsi muncul di dalam pikiran maka ada sesuatu yang dirasakan sementara sesuatu yang lain tetap tidak dirasakan; tetapi pikiran itu sendiri pada hakikatnya berada di laur persepsi, dan karena alasan ini ia menyinari dunia secara universal. Jika pikiran bergerak, pengetahuannya tidak lagi benar karena ia menyimpang dari dirinya; Kemudian ia tidak lagi abadi, tidak juga bahagia, tidak mencari dirinya, tidak bebeas dari kotoran; Sebaliknya ia terbakar, ia menerima kesakitan, ia menjadi subjek kelapukan dan ketidakabadian, ia tidak lagi bebas; Kemudian akan muncul segala jenis kesalahan dan kotoran. Kebalikannya, kalau pikiran tidak bergerak, akan memanifestasikan segala jenis kebajikan murni. Jadi kalau pikiran bergerak dan merasakan sesuatu yang dijumpainya sebagai objek-objek pikiran, ia akan menemukan sesuatu yang kurang dalam dirinya. Karena benar-benar tidak ada bentuk-bentuk pikiran yang bergerak di dalam Pikiran Tunggal, maka ia merupakan gudang kebajikan yang tiada terkira banyaknya, murni dan berfaedah, dan karena dengan itu ia mengandung kepenuhan dalam dirinya sendiri serta tidak menginginkan suatu apapun, ia disebut Rahim Tathagata, yaitu Dharmakaya”. (Asvaghosha)

Pikiran & Kebencian. Ajaran Buddha tidak untuk mengobarkan (pikiran) penuh kebencian, tidak untuk berkelahi, dan tidak untuk disalahgunakan. (Ratnakarandakavyuha sutra)

Pikiran Merupakan Terbesar. Dalam agama Buddha, pikiran adalah hal penting yang terbesar; segala sesuatu tergantung padanya dan tidak pernah berada di luarnya. (Mulajata hridaya bhumi dhyana sutra)

Pikiran & Ladang. Ladang yang ditelantarkan bila tidak ditanami sayuran atau pohon buah maka rumput ilalang akan tumbuh subur. Begitupula bila pikiran tidak digunakan secara positif maka pikiran negatif akan tumbuh berkembang. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Pikiran Bagaikan Seniman. Pikiran itu seperti seniman yang pinter; ia mewarnai seluruh dunia, dan darinya muncul lima agregat (panca skandha). ketika seseorang mengetahui (dalam tingkatan penembusan) bahwa pikiran adalah pencipta berbagai dunia, maka dia melihat Buddha, dia yang memahami sifat Kebuddhaan yang sejati, karena pikiran, Buddha dan makhluk-makhluk adalah sama. Jika seseorang ingin mengerti semua Buddha masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dia harus merenungkan bahwa pikiranlah yang menciptakan semua Tathagata (Avatamsaka sutra).

Mengerti Pikiran Mengerti Segalanya. Pikiran adalah pemimpin segala sesuatu. Ketika seseorang mengerti pikiran, maka ia mengerti segela sesuatu, karena segala sesuatu di dunia diciptakan oleh pikiran. (Prajna paramita sutra)

Pikiran Digunakan & Ditenangkan.  Dengan pikiran, ketiga alam (triloka) dimengerti, demikian pula dua belas mata rantai sebab akibat (pratitya samutpada). Bahkan kelahiran dan kematian disebabkan oleh pikiran, dan jika pikiran di tenangkan (dibebaskan dari segala nafsu keinginan) tidak ada lagi kelahiran dan kematian. (Avatamsaka sutra)

Pikiran Terganggu. Jikalau pikiran terganggu, maka berbagai hal (persoalan) timbul; jikalau pikiran ditenangkan, berbagai persoalan pun lenyap. Meskipun diliputi kotoran, pada hakikatnya pikiran itu abadi, jernih, murni dan bukan merupakan subjek bagi perubahan. (Mahayana sraddhotpada sutra)

Pikiran Merupakan Dharma Buddha Tertinggi. Para Tathagata menganggap pikiran sebagai Dharma Buddha yang tertinggi, ia memberi manfaat kepada semua makhluk; memadamkan karma negatif; menolong makhluk-makhluk mengatasi bahaya kelahiran kembali, dan menenangkan samudra penderitaan. Di ketiga alam pikiran adalah guru tertinggi, dan ia yang bermeditasi padanya mencapai Nirvana. Tidak ada yang benar-benar eksis di ketiga alam ini kecuali pikiran, yang seperti bumi, darinya semua benda berkembang. Sebaiknya kamu bergaul dengan teman-teman yang baik dan mendengarkan ajaran tentang pikiran, merenungkan ajaran ini, dan berlatih untuk mencapai pencerahan tertinggi. (Mulajata hdrdaya bhumi dhyana sutra)

Sifat Buddha Ada Dipikiran. Pikiran manusia memiliki sifat Buddha yang tidak didapatkan dari yang lain. Ia dapar dibandingkan dengan orang yang mempunyai permata di dalam pakaiannya tetapi ia tidak mengetahuinya. Atau dapat dibandingkan dengan orang yang mencari makanan sementara dia memiliki persediaan yang berlimpah-limpah di gudangnya. (Shurangama sutra)

Pikiran Sejati adalah Murni. Sifat (sejati) pikiran pada semua makhluk adalah murni dan tidak dapat ternoda oleh nafsu keinginan, ia seperti langit yang tidak pernah tercemar. (Mahasannipata sutra)

Pikiran Murni & Buddha Tidak Dualitas. Ketika pikiran terpisahkan dari kotoran-kotoran batin, saya menyatakannya sebagai Buddha. (Lankavatara sutra)

Pikiran Cerah. Bodhisattva tercerahkan di dalam pikirannya sendiri, yang juga merupakan pikiran semua makhluk. Jika pikirannya murni, maka pikiran semua makhluk juga murni, karena subtansi pikiran tunggal adalah subtansi pikiran semua makhluk. Jika debu di dalam pikiran seseorang tersapu bersih secara total, pikiran semua makhluk juga terbebaskan dari debu. Kalau pikiran seseorang bebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan, maka semua makhluk juga terbebaskan dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Demikianlah, seorang Bodhisattva di kenal sebagai Yang Mengetahui Segalanya. (Manjusri vikridita sutra)

Pikiran Sulit Dikontrol. Pikiran mudah terganggu dan liar mengembara ke mana-mana dan sulit dikontrol. Ketika dia liar dia seperti gajah yang buas; satu bentuk pikiran mengikuti yang lain dengan kecepatan kilat; ketika pikiran kehilangan ketenanagannya, dia mengerang seperti kera yang gesit dan dengan demikian menjadi asal mula segala kejahatan. (Nirvana sutra)

Akibat Pikiran Jelek. Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikanyang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa. (Mahavairocana sutra)

Pikiran Mewarnai Nafsu. Jika seseorang tidak memahami ajaran tentang karma, maka dia mengalami penderitaan dalam kelahiran kembali yang berulang-ulang selama jangka waktu yang tidak terbilang. Segala sesuatu dirancang oleh pikiran. Pikiran mewarnai nafsu-nafsu keinginan, dan nafsu-nafsu keinginan mewaranai karma, dan karma mewaranai badan jasmani.  (Upasika sila sutra)

Segala Aktivitas  Diketahui Berbagai Pihak. Jangan berpikir, “tidak ada yang tahu” ketika anda melakukan kejahatan. (kejahatan pikiran, ucapan, perbuatan). Ada empat pihak yang tahu: 1. Surga, 2. Bumi, 3. Saksi, 4. Diri sendiri. (Sutra Buddha tentang pikiran yang disalahgunakan)

Kondisi Dibentuk Oleh Pikiran. Buddha berkata kepada Mahamati. O, Mahamati, jika kamu ingin mengetahui segala sesuatu, bagian dalam maupun luar, yang dihasilkan oleh pikiranmu sendiri, pisahkan dirimu dari kehirukpikukan (keasyikan/keramaian duniawi), kemalasan, dan kegemaran tidur, dan lakukan penyelidikan dengan saksama terhadap segenap aspek yang berbeda yang berasal dari pikiran yang membedakan. (Lankavatara sutra)

Pikiran Bagaikan Api. Di antara lima organ indra, pikiran adalah tuannya. Karena itu, kamu seharusnya mengontrol pikiranmu. Pikiran itu lebih mengerikan daripada seekor ular berbisa, bintang buas, perampok besar atau api yang besar. (Mahaparinirvana sutra)

Buddha Penakluk Pikiran. Lebih baik menghancurkan tulang-tulang dan hatimu daripada melakukan keslahan dengan mengikuti hatimu yang egois. Bukan hanya orang yang secara fisik kuat yang memiliki kekuatan; orang yang mengusai pikirannya sendiri itu lebih kuat darinya. Kalpa-kalpa yang tidak terhitung banyaknya telah dilalui sejak Buddha berjuang menaklukkkan pikirannya sendiri. Beliau tidak pernah menyerah, dan setelah berusaha dengan tidak mengenal lelah Beliau mencapai Kebuddhaan. (Nirvana sutra)

Debu Pikiran. Sifat pikiran adalah murni, tetapi kejahatan adalah debu di pikiran. Bersihkan debu pikiran dengan air kebijaksanaan (Manjusri pariprikkha sutra)

Pikiran Adalah Pelopor. Sang Buddha bersabda; Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah sebagai pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah sebagai pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.  (Dalam Dhammapada I. I dan II)

Pikiran Kacau Penuh Nafsu. Buddha bersabda: “Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan nafsu, dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan memperkuat ikatan belenggunya sendiri”. (Dhammapada, 349)

Pikiran & Nirvana. Buddha bersabda: ” Mereka yang senantiasa sadar, tekun melatih diri siang dan malam, selalu mengarahkan batin ke Nibbana, maka semua kekotoran batin (termasuk pikiran) dalam dirinya akan musnah”. (Dhammapada , 226)

Bodhicitta Adalah Musababnya. “Hyang Buddha berkata: “Pikiran Pencerahan (Bodhicitta) adalah musababnya, belas kasih agung (mahakaruna) adalah akarnya, metoda jitu (upaya) dalam pembebasan adalah yang pamungkasnya. Wahai penguasa segenap rahasia, apakah Pencerahan (bodhi)? Ia adalah mengenal pikiran sebagaimana adanya. Wahai penguasa segenap rahasia, bagian terkecil sekalipun dari Pencerahan nan unggul dan sejati (anuttara samyak sambodhi) tidaklah dapat dicapai melalui pikiran kecendekiaan (intelektual). Mengapa demikian halnya? Karena Bodhi itu tiada berwujud, wahai penguasa segenap rahasia, dharma-dharma itu tiada berwujud. Bodhi memiliki wujud laksana angkasa”. (Sutra Mahavairocana)

Pikiran & Dunia. Buddha berkata“Dunia dipimpin oleh pikiran, dibawa oleh pikiran dan berada di bawah kekuatan pikiran”. (Dh.33).

Pikiran Berubah Secepat Kilat. Pikiran sangat cepat berubah memikirkan sesuatu tetapi begitu cepat pula barganti memikirkan sesuatu. Pikiran sangat sulit dikendalikan, bergerak sangat cepat menuju kemana ia mau pergi, melatih pikiran adalah baik, pikiran yang terkendali akan membawa kebahagiaan (Dh.35).

Pikiran & Gudang Kesadaran. Pikiran (citta) tersembunyi dalam gudang kesadaran atau lubuk hati. Makhluk yang menguasai pikiran akan terbebas dari belenggu mara (Dh.37). Pikiran yang benar akan melepaskan hawa nafsu rendah, dipenuhi perasaan cinta kasih dan bebas dari kekerasan. (S.V.9).

Pikiran & Cahaya. Pikiran bekerja sangat cepat mengatasi kecepatan cahaya, sehingga dikatakan dalam sekejap mata terdapat lebih dari milyaran momen pikiran yang timbul dan tenggelam. Setiap proses pikiran mengandung sejarah momen yang terdiri dari tiga fase: timbul (uppada), berkembang (thiti), da tenggelam (bhanga). Setiap pikiran yang timbul akan lenyap kembali, tetapi memberi kondisi kepada munculnya pikiran yang berikutnya. Hanya ada satu kesadaran dalam satu bagian waktu yang sekejap dan hanya ada satu bentuk pikiran yang timbul pada saat yang sama.

Pikiran & Kesadaran. Proses berpikir dalam keadaan biasa, terdapat tujuh belas getaran yang berlangsung dengan cepat. Tahapan proses berpikir yakni: (1) kesadaran lampau yang pasif (atita bhavanga), (2) kesadaran bergetar karena ada rangsangan (bhavanga calana), (3) kesadaran berhenti bergetar, proses pikiran mulai mengalir (bhavanga paccheda), (4) kesadaran mengarah pada gerbang indra (dvaravajjana), (5) kesadaran lima indra (panca vinnana), (6) kesaadaran menerima (sampaticchana), (7) kesadaran memeriksa (santirana), (8) kesadaran memutuskan (votthapana), (9)-(15) kesadaran impuls (javana), (16)-(17) kesadaran merekam (tadalambana). Kesadaran memutuskan apa yang diperiksa itu baikatau buruk. Pada tahapan kesadaran impuls, karma mulai berproses, baik atau buruk, karena kemauan bebas ada pada tahap kesadaran impuls (Mettadewi,1998:59-60).

Pentingnya Mengendalikan Pikiran Sendiri. “Seseorang tidak mungkin mampu mengendalikan pikiran orang lain tetapi paling tidak dapat bertekad’ aku harus mampu mengendalikan pikiran sendiri’ dengan cara inilah engkau melatih dirimu sendiri dan dengan cara inilah pengendalian pikiran dilakukan. Membandingkan dengan orang bercermin, mengamati dan membersihkan wajahnya sendiri, pikiran-pun dengan cermat memeriksa berbagai kekotoran batin (A.V.92-93)”.

Dunia Adalah Manifestasi Pikiran. Menurut salah satu aliran pemikiran Buddhisme yaitu aliran Yogacara (Cittamatra), menyebutkan bahwa dunia ini adalah manifestasi dari pikiran kita. Dunia dan alam semesta yang kita amati ini sesungguhnya merupakan proyeksi tiga dimensi dari pikiran kita sendiri. Fenomena yang kita persepsikan sebagai realita bukanlah realita absolutkarena masing-masing individu memproyeksikan dimensi pikiran nya sehingga tidak ada realitas tunggal yang berlaku untuk semua orang. Masing masing individu telah mendistorsi tersebut dengan kacamata berwarna yang di ciptakan dari benih energi karma individu pada kehidupan-kehidupan sebelum nya. Hal ini di bahas Michael Talbot dalam buku nya Holographic Universe dan B. Alan Wallace dalam dua buku nya berjudul The Taboo of Subjectivity dan Choosing Reality. Talbot mengumpamakan semesta tidak lebih nyata di bandingkan sebuah hologram yang merupakan sebuah gambar tiga dimensi yang di proyeksikan ke dalam ruang pikiran kita.

Bahaya Dalam Pikiran. ‘Pikiran-pikiran ini buruk, patut dicela dan menyebabkan penderitaan’. Ketika ia memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu, maka pikiran-pikiran buruk jahat yang berhubungan dengan keinginan indera, kebencian dan kebodohan ditinggalkan dan lenyap darinya. Dengan meninggalkan hal-hal itu, pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi. Bagaikan seorang pria atau wanita, muda, remaja, yang menyenangi perhiasan, akan ketakutan, menderita dan muak jika bangkai ular, anjing atau mayat digantungkan di lehernya, begitu pula … ketika seorang bhikkhu memeriksa bahaya dalam pikiran-pikiran itu … maka pikirannya menjadi kokoh, tenang, terpusat dan terkonsentrasi.” VITAKKASANTHANA SUTTA

Positive Feeling Versus Positive Thinking
Positive Thinking dimulai atau diawali dari usaha penyangkalan dari keadaan sebenarnya. Sementara Positive Feeling dimulai dari penerimaan keadaan. Dengan menerima keadaan, hati dan pikiran tak saling bertentangan. Artinya, menjadi selaras antara keadaan dan pernyataan pikiran. Keadaan yang tenang membentuk semua jenis informasi dari luar bisa dengan mudah diterima. Jika semua informasi mudah diterima, efek selanjutnya; kita akan lebih mudah menemukan peluang, dan mengambilnya sebagai sebuah keputusan. Termasuk keputusan yang jenius. (Erbe Sentanu. Penulis buku “Quantum Ikhlas”)

Pembebasan Dari Pengendalian Pikiran. Sang Buddha bersabda: “Bagi seorang yang masih belajar dan belum dapat menguasai pikirannya, tetapi tetap bercita-cita mencapai kebebasan walaupun masih ada keterikatan dalam dirinya, Aku (Tathagata/Sang Buddha) mengetahui bahwa tiada hal yang demikian membantu selain mengendalikan pikiran”. (Itivuttaka. 9)

Pikiran Bebas Dari Jeratan Mara. Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati.  Mereka yang dapat mengendalikannya, akan bebas dari jeratan Mara. (Dhammapada III: Pikiran: 37)

Dominasi Pikiran. Seseorang menjadi baik atau jahat, Mulia atau tercela, suci atau tidak suci, bahagia atau menderita, semuanya didominasi oleh Pikiran kita sendiri. Kekotoran batin pun timbul karena pikiran, karena apapun yang kita pikirkan, batin akan bersandar kepadanya.

Potensi Pikiran. Para Siswa/siswi Sang Buddha dapat mencapai kebebasan dari belenggu keduniawian dan kekotoran batin, karena mereka telah berhasil dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan upaya yang terus menerus untuk mengendalikan pikirannya. Jadi untuk mengendalikan pikiran adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk dapat kita lakukan.

Pikiran Bagaikan Buku. Pikiran ini layaknya sebuah buku harian yang mencatat apapun yang menjadi keinginan kita, baik di masa lampau, sekarang maupun masa yang akan datang. Dari timbunan keinginan- keinginan inilah timbul nafsu keinginan yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai Belenggu, Keterikatan, Kemelekatan.  (Anguttara Nikaya I : 263).

Pikiran itu selalu mengembara jauh. Sungguh ajaib Pikiran ini, ia dapat bergerak menembus ruang, waktu dan jarak dengan begitu cepatnya. Ia tidak bergerak secara fisik seperti halnya manusia berjalan. Namun demikian, pikiran dapat menangkap suatu obyek yang sangat jauh dari anda berada. Sebagai contoh : Ketika saat ini kita berada di Surabaya dan memikirkan sesuatu atau seseorang di New York, saat itu pula anda sudah mendapatkannya! Jadi inilah yang dimaksudkan oleh Sang Buddha dengan: “Pikiran itu selalu mengembara jauh”.

Tidak berwujud. Pikiran ini tidak mempunyai wujud atau bentuk. Jadi, kita tidak dapat mengatakan bahwa pikiran itu Gemuk, kurus, jelek, cantik atau ganteng, putih atau hitam. Pikiran hanyalah daya cerap, kemampuan untuk mengenali suatu obyek.

Terletak jauh di lubuk hati. Kesadaran penglihatan berasal dari mata; kesadaran pendengaran berasal dari telinga; kesadaran penciuman berasal dari hidung; kesadaran pencerapan berasal dari lidah; kesadaran sentuhan berasal dari tubuh. Meskipun beberapa bentuk kesadaran berasal dari mata, hidung, telina dan lain-lain, sebagian besar dari kesadaran berasal dari “relung hati”. Oleh karena itu secara kiasan dikatakan bahwa: Pikiran tinggal di relung-relung”.

Pikiran Silih Berganti. Singkatnya, perlu dicatat bahwa kesadaran/pikiran tidak berbentuk; kesadaran/pikiran dapat mencerap suatu obyek indera; bersifat mengenali obyek. Sementara dalam proses pengenalan, kesadaran tidak keluar dari relung asalnya sekalipun walaupun sejarak seutas rambut, tetapi kesadaran dapat mencerap obyek yang jauh. Dua atau tiga unit kesadaran tidak muncul dalam waktu bersamaan. Setiap unit hanya muncul silih berganti dalam rangkaian.

Pikiran Penuh Kewaspadaan. “Apabila seseorang memiliki perhatian/kewaspadaan, maka segala jenis pikiran jahat yang belum muncul  niscaya tidak akan muncul dan yang sudah muncul akan dapat dilenyapkan”. (Sabbasavasanvara Sutta, Majjhima Nikaya)

Dalam Vitakkasanthana Sutta, Majjhima Nikaya;
Sang Buddha menjelaskan 5 cara untuk mengendalikan pikiran dengan benar, yaitu:
1.     Apabila timbul pikiran jahat (keserakahan, kebencian, atau/dan kebodohan batin) pada saat memperhatikan suatu objek tersebut dengan yang lain, yang disertai dengan kebajikan, ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan/terkendali, ibarat tukang kayu yang mengganti pasak kasar dengan pasak halus.
2.     Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah mengganti objeknya dengan yang disertai kebajikan, ia hendaknya merenungkan bahaya dari pikiran jahat itu. Ini dapat mengusir…, ibarat pemuda-pemudi yang suka berdandan merasa risih dan jijik terhadap bangkai ular atau binatang lain yang bergantung di lehernya.
3.     Apabila pikiran jahatnya tetap muncul meskipun telah merenungkan bahaya dari pikiran jahat, ia hendaknya tidak mengacuhkan pikiran jahat tersebut. Ini dapat mengusir …, ibarat orang yang memiliki penglihatan yang dapat menutup matanya atau mengalihkan ke arah lain apabila tidak ingin melihat suatu bentuk.
4.     Apabila pikiran jahatnya tetap muncul kendati tidak mengacuhkannya, ia hendaknya memperhatikan dasar dan sebab pikiran (untuk mengetahui sebab kemunculannya). Ini dapat mengusir…, ibarat orang yang berjalan cepat, berjalan lambat, berhenti, berdiri, duduk, berbaring, yang menghindari sikap badan yang sulit dan memilih sikap badan yang paling leluasa.
5.     Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah memperhatikan dasar dan sebab pikiran muncul, ia hendaknya dengan merapatkan gigi dan menekan lidah ke langir-langit mulut, menaklukkan, mengendalikan dan menguasai batinnya. Ini dapat mengusir…, ibarat orang kuat yang menangkap dan mencekik orang lemah, menaklukkan, mengendalikan dan menguasainya.

Dengan melaksanakan petunjuk tersebut, seseorang dapat disebut ahli dalam bidang yang berkaitan dengan pengendalian pikiran. Ia dapat berpikir sesuai dengan yang diinginkannya dan dapat pula tidak berpikir terhadap sesuatu yang tidak ingin dipikirkannya.

Pikiran & Dunia. “Dunia dituntun oleh pikiran, Oleh pikiran dunia dinodai, Hanya pikiran semata-mata, Yang menyebabkan segala yang dibawahnya tergoyahkan”. ( Samyutta Nikaya I: 39 )

Pikiran Baik Bermartabat. Bukan dengan pertolongan ibu, ayah, ataupun sanak keluarga;  namun pikiran yang diarahkan dengan baik,  yang akan membantu dan mengangkat derajat seseorang. (Dhammapada III: Pikiran: 43)

Sang Buddha bersabda: “Dunia dikendalikan oleh pikiran, oleh pikiran dunia diganggu. Pikiran itu sendirilah satu hal yang membawa semua yang lain ada di bawah kekuasaanya”. (Samyutta Nikaya I, 39)

Sang Buddha Bersabda: “Sukar dikendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan”. (Dhammapada , 35)

Sang Buddha bersabda: “Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus; pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia”. (Dhammapada , 36)

Sramana Sejati. Hyang Buddha bersabda: “Bagi mereka yang telah meninggalkan keluarga dan menjalankan kebhikshuan, dapat mengendalikanpikirannya dan mengenal hakekat pikirannya, memahami Asamskerta Dharma disebut Sramana  (Bhiksu).

Nasehat Bijaksanawan. Seorang bijaksana pada zaman dahulu mengatakan: “Jika orang merenungkan objek indrawi, maka timbul daya tarik; dari daya tarik timbul keinginan. Keinginan membakar hawa nafsu yang dahsyat; Nafsu menghasilkan kenekatan; Lalu semua ingatan berkhianat; Membiarkan tujuan mulia lewat, melemahkan pikiran; Sampai tujuan, pikiran dan manusia semuanya runtuh”.

Pikiran Benar. “Pikiran benar  dalah pemikiran yang telah menghancurkan keserakahan atau kemelekatan, kehendak yang terbebas dari niat jahat, dan kehendak untuk tidak merugikan atau menyakiti makhluk lain”. (SN 45.8)

Kecenderungan Pikiran. Buddha  berkata, “Apa  yang  sering dipikirkan  dan  sering direnungkan, itulah yang akan menjadi kecenderungan pikirannya”. (MN 19.11)

Pikiran Mengingat & Merenung kepada Buddha. Bilamana para insan pikirannya senantiasa mengingat dan merenung kepada Buddha, pasti kelak bertemu dengan Buddha, pikirannya tidak menjauhi Buddha, maka tidak usah gunakan metode lain,  hati mudah tercerahkan. (Sutra Shurangama, bab Ta She Ce Pu Sha Nien Fo Yen Thung Cang)

Empat Kediaman Luhur Pikiran. Yaitu dikenal sebagai Brahmavihara yang bermakna empat kediaman luhur pikiran yang diajarkan oleh sang Buddha.
Keempat Kediaman tersebut adalah:
*     Metta – cinta kasih universal
*     Karuna –belas kasih universal
*     Mudita –  simpati/suka cita
*     Upekkha – keseimbangan atau “pikiran yang tenang”

Proses Berpikir.
Menurut Abhidhamma, dalam keadaaan biasa pada satu saat berpikir terdapat 17 getaran kesadaran yang berlangsung dengan cepat. Adapun proses berpikir pada keadaan biasa tersebut adalah:
1.     Bhavanga Atita (kesadaran tak aktif lampau)
2.     Bhavanga Calana (bhavanga bergetar)
3.     Bhavanga Upaccheda (bhavanga berhenti bergetar)
4.     Pancadvaravajjana (lima gerbang tempat masuk objek)
5.     Panca Vinnana (lima kesadaran)
6.    Sampaticchana (kesadaran penerima)
7.     Santirana (kesadaran pemeriksa)
8.     Votahapana (kesadaran memutuskan)
9–15 Javana (kesadaran impuls)
16-17 Tadalambana (kesadaran merekam)

Tahap Pertama:
Bhavanga Citta adalah kesadaran yang pasif. Kesadaran pasif ini terdapat pada orang yang sedang tidur nyenyak tanpa mimpi atau ketika seseorang tidak memberikan reaksi apa apa terhadap rangsangan objek dari luar maupun dari dalam. Kesadaran ini dipandang sebagai tahap pertama untuk mempelajari proses berpikir walaupun proses berpikir itu belum mulai.

Tahap Kedua:
Bhavanga Calana adalah kesadaran yang bergetar, karena misalnya ada objek luar atau stimulasi oleh suara cahaya (bentuk) atau rangsangan pada indriya yang diterima oleh orang yang tidur, pada tahap ini Bhavanga Atita lenyap atau dengan kata lain bhavanga citta mulai aktif. Keadaan ini merupakan tahap kedua. Calana artinya bergerak atau bergetar. Pada tahap ini bhavanga mulai bergetar, getaran ini hanya berlangsung satu saat saja sesudah itu berhenti. Hal ini merupakan akibat dari rangsangan atau objek yang berusaha untuk menyentuh atau menarik perhatian kesadaran pikiran dengan cara menganggu arus bhavanga.

Tahap Ketiga:
Bhavanga Upaccheda adalah tahap pada waktu getaran bhavanga calana terhenti. Upaccheda artinya dipotong atau diputuskan. Sebagai akibatnya, proses pikiran muncul dan mulai mengalir, namun stimulasi atau objek belum dapat dikenal oleh kesadaran.

Tahap Keempat:
Pancadvaravajjana atau kesadaran mengarah pada lima pintu indriya. Pada tahap ini kesadaran dari proses berpikir mulai mengarah untuk mengenal objek dan pada tahap ini pula kesadaran diarahkan untuk mengetahui pada indriya mana dari lima pintu indriya stimulus akan masuk. Pancadvara adalah “lima pintu” sedangkan avajjana artinya “mengarah pada”. Pada tahap ini orang yang tidur baru tersadar dan perhatiannya diarahkan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa-apa tentang hal itu.

Bila perhatiannya bangkit bukan disebabkan oleh rangsangan dari luar melalui salah satu panca inderanya tetapi oleh rangsangan dalam yaitu dari pikiran maka tahap ini disebut Manodvaravajjana atau “kesadaran mengarah pada pintu indriya pikiran”. Dalam hal ini tahap proses berpikir agak berbeda dengan proses yang kita bicarakan sebab tahap ke-5 sampai ke-8 tidak terjadi.

Tahap Kelima:
Uraian pada tahap ini dibicarakan bila proses berpikir didasarkan pada kesadaran yang mendapat rangsangan luar melalui panca inderanya. Pancavinnana, Panca adalah lima sedangkan vinnana adalah kesadaran. Bila rangsangan itu adalah bunyi maka sota – vinnana atau kesadaran mendengar yang bekerja. Bila rangsangan itu adalah sentuhan maka disebut kaya – vinnana atau kesadaran tubuh yang bekerja. Bila itu adalah bayanganatau objek pandangan maka cakkhu – vinnana yang bekerja. Dan seterusnya. Dalam hal ini pada setiap inderiya ada kesadaran inderiya dan kesadaran inderiya ini yang bekerja. Tapi pada tahap ini kesadaran belum mengerti betul tentang rangsangan apa yang muncul melalui pintu inderiya, hal itu hanya dirasakan(sensed).

Tahap Keenam:
Sampaticchana adalah kesadaran penerima, Tahap ini muncul bila kesan inderiya disebabkan oleh rangsangan yang diterima dengan baik.

Tahap Ketujuh:
Setelah penerima berfungsi, maka muncul fungsi pemeriksa (santirana). Pada tahap ini santirana melaksanakan fungsi pemeriksa dengan cara menentukan rangsangan atau objek apa yang menyebabkan kesan inderiya dan apa yang diterima lalu diperiksa.

Tahap Kedelapan:
Votthapana adalah kesadaran memutuskan atau menentukan, pada tahap ini keputusan diambil berdasarkan rangsangan yang disebabkan oleh kesan inderiya, dan apa yang diperiksa lalu diputuskan atau ditentukan.

Tahap Kesembilan sampai Kelima belas:
Javana adalah impuls kesadaran. Pada saat ini kesadaran bergetar selama tujuh kali (pada saat saat menjelang meninggal dunia, javana hanya bergetar lima kali). Javana merupakan saat introspeksi yang diikuti oleh perbuatan. Javana berasal dari kata kerja “javati” yang artinya “lari mendorong atau mendesak”. Javana merupakan impuls yang muncul sebagai klimaks dari proses kesadaran dalam proses berpikir. Karena pada tahap ini seseorang dapat menyadari dengan jelas tentang objek atau rangsangan dengan semua ciri cirinya.

Pada tahap ini kamma atau karma mulai berproses sebagai karma baik atau karma buruk. Karena kemauan bebas ada pada javana. Tahap tahap lain dari proses berpikir merupakan gerakan reflek dan harus muncul, sedangkan javana merupakan tahap dimana kesadaran bebas untuk menentukan atau memutuskan. Dalam javana ada hak untuk memilih dan mempunyai kekuatan untuk menentukan masa depan sesuai dengan kehendaknya (karmanya). Bial suatu hal salah dimengerti dan perbuatan telah dilaksanakan, maka hasilnya adalah tidak menyenangkan atau karma buruk. Javana adalah kata tknis yang sulit sekali diterjemahkan dengan tepat.

Tahap Keenam belas dan Ketujuh belas:
Tadalambana atau kesadaran mencatat atau merekam kesan. Tadalambana adalah dua saat yang merupakan akibat yang muncul segera setelah javana. Fungsi tadalambana adalah mencatat atau merekam kesan yang dibuat oleh javana. Tadalambana bukan bagian yang paling penting dari proses berpikir karena fungsinya hanya merekam kesan saja. Tadalambana berasal dari kata Tadarammana yang artinya adalah “objek itu”. Dimana Tadalambana karena kesadaran ini mempunyai objek yang sama dengan objek dari javana.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam uraian ini bahwa 17 tahap yang membentuk suatu proses berpikir hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek sekali. Perkembangan dari proses berpikir adalah berbeda beda bagi setiap objek, hal ini terjadi karena adanya intensitas rangsangan yang berbeda pula. Jika intensitas rangsangan besar sekali maka suatu proses berpikir yang sempurna terjadi, jika intensitas rangsangan besar maka tadalambana (tahap 16 dan 17) tidak terjadi. Jika intensitas rangsangan kecil atau kecil sekali maka proses berlangsung tanpa ada kesadaran yang sempurna.

Pikiran Benar & Kemuliaan.”Pikiran yang terarahkan secara benar membuat seseorang menjadi mulia dan memperoleh pahala baik; melebihi apa yang dapat diberikan oleh ibu, ayah atau sanak keluarga”. (Dhammapada, Citta Vagga 43)

Lakukan Dengan Pikiran Melepas. Lakukan segala sesuatu dengan pikiran melepas; Jangan mengharapkan pujian dan imbalan. (Achaan Chah)

Pikiran & Sifat Kebudhaan. “Semua makhluk memiliki Sifat Kebuddhaan (Tathagata Garbha) yang demikian. Semua yang berkesadaran, berwujud dan memiliki pikiran tercakup oleh ajaran tentang Sifat Kebuddhaan (Tathagata Garbha). Makhluk hidup memiliki penyebab yang benar bagi Sifat Kebuddhaan (Tathagata Garbha), karenanya dapat dipastikan bahwa mereka akan dapat mencapai Dharmakaya. (Brahmajala Sutra)

Pikiran Harus Diluruskan. Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap; pikiran susah dikendalikan dan dikuasai. Orang bijaksana meluruskannya bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah. (Citta vagga)

Pikiran Selalu Menggelepar. Bagaikan ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah, pikiran itu selalu menggelepar. Karena itu cengkeraman dari Sipenggoda harus ditaklukkan. (Citta vagga)

Pikiran Sangat Binal. Sukar mengendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan. (Citta vagga)

Pikiran Selalu Berkelana & Mengembara. Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia. (Citta vagga)

Pikiran Liar Mudah Terjerat. Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati. Mereka yang dapat mengendalikannya, akan bebas dari jeratan Sipenggoda. (Citta vagga)

Akibat Pikiran Tanpa Dibimbing. Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya. (Citta vagga)

Pikiran Teguh. Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan. (Citta vagga)

Pikiran Berkebajikan. Bukan dengan pertolongan ibu, ayah, ataupun sanak keluarga; namun pikiran yang diarahkan dengan baik, yang akan membantu dan mengangkat derajat seseorang.

Pikiran Sejati Non Dualitas. Di dalam pikiran sejati, tidak ada penolakan atau penerimaan, tidak ada kekalahan atau kemenangan. (Gyalwa Karmapa III)

Manfaat Menembusi Pikiran. Hanya dengan menembusi arti pikiran, semua bisa dikuasai. (Jamngon Kongtrul Rinpoche.)

Proyeksi Pikiran. Semua fenomena adalah proyeksi pikiran (Gyalwa Karmapa III)

Fenomena Pikiran. Pikiran adalah penentu atas keberadaan dan keadaan kita. Pikiran yang tidak diarahkan dengan baik hanya akan menimbulkan kesengsaraan. Pikiran yang diarahkan dengan baik pada hal-hal bajik akan menimbulkan kebahagiaan hingga tercapainya pembebasan. Pikiran merupakan potensi Kebuddhaan kita. Pikiran harus diperlakukan dengan bijaksana, dan dibimbing untuk mengerti kebenaran dan bersemangat untuk menebarkan kebajikan, senantiasa mengembangkan Bodhicitta untuk mencapai Kebuddhan Sempurna.

Pikiran Berfungsi & Tidak Bergiming. Pikiran kita musti seperti dinding: berfungsi namun tak bergeming. (Master Shengyen, Dharmadrum)
Pikiran & Perlindungan. Ketika pikiran sendiri berlindung di dalam Hakekat Diri kita, maka hal tersebut adalah berlindung di dalam ‘Buddha Sejati’. (Sutra Liu Cu Than Cing)

Thoughts & Destiny.
Watch your thoughts, they’re become words
Watch your words, they’re become actions.
Watch your action, they’re become habits.
Watch your habits, they’re become character
Watch your characters, they’re become destiny.

Pikiran Belas Kasih. Kembangkanlah pikiran yang baik sekalipun terhadap musuhmu. Peganglah pikiran yang berbelas kasih dan hargailah semua makhluk seperti orang tuamu. (Upasaka sila sutra)

Pikiran & Debu. Sifat pikiran adalah murni, tetapi kejahatan adalah debu di pikiran. Bersihkan debu pikiran dengan air kebijaksanaan. (Mansjuri pariprikha sutra)

Akar Nafsu keinginan. Di anatara lima organ indra, pikiran adalah tuannya. Karena itu, kamu seharusnya mengontrol pikiranmu. Pikiran lebih mengerikan daripada seekor ular berbisa, binatang buas, perampok besar atau api yang besar. (Mahaparinirvana sutra)

Pikiran adalah asal mula kejahatan. Pikiran mudah terganggu dan liar mengembara ke mana-mana dan sulit dikontrol. Ketika dia liar dia seperti gajah buas; satu bentuk pikiran yang muncul membangkitkan pikiran-pikiran yang lain bagaikan secepat kilat. Ketika pikiran kehilangan ketenangannya, dia mengerang seperti seekor kera gesit. Dengan demikian menjadi asal mula segala kejahatan. (Nirvana Sutra)

Pikiran Tenang. Menghindari rangsangan indera secara berangsur menuntun pikiran menjadi tenang, yang pada gilirannya akan menyebabkan pelaksanaan meditasi menjadi mudah. Hal diatas dengan sendirinya dapat dilakukan dengan menghindari pergaulan dengan orang-orang kasar, tidak terlalu sering mengunjungi pertunjukan-pertunjukan, pesta-pesta, bioskop-bioskop dan tempat-tempat seperti itu; adalah lebih bijaksana menghabiskan waktu sendiri dengan tenang dari pada mencari teman bergunjing ataupun mencari apa saja yang mengasyikkan dan menyenangkan kita. Bila pintu indera dijaga, kita akan mengalami apa yang disebut Sang Buddha sebagai “kebahagiaan karena tak terganggu” (avyasekasukha), dan seperti disebutkan didepan “pikiran yang bahagia akan mudah berkonsentrasi”. (Santideva)

Sifat Pikiran. Sifat sejati pikiran pada semua makhluk adalah murni dan tidak dapat ternoda oleh nafsu keinginan, ia seperti langit yang tidak pernah tercemar. (Mahasannipata Sutra)

Gelar Kebuddhaan. Ketika pikiran terpisahkan dari kotoran-kotoran batin, Saya menyatakan sebagai Buddha (Lankavatara Sutra)

Dunia Dalam Kegelapan. Dunia ini dikusai oleh kebodohan batin, (pikiran bodoh), dan hanya muncul untuk dipahami. Bagai seseorang yang bodoh, yang melekat, dan terselubungi kegelapan, dunia tampak sebagai sesuatu yang abadi. Tetapi bagi orang yang telah mengerti, TIDAK ADA SUATU APA PUN. (Buddha, Ud)

Dimanakah Letak Surga? Surga dan neraka dibentuk oleh pikiran, dirasakan oleh perasaan, diciptakan oleh kesadaran, dihuni sekian lama oleh hasil sebab akibat perbuatan. (Bhiksu Tadisa Paramita)

Hati & Pikiran Sumber Segalanya. Semua kondisi dan rintangan karma, karena pikiran dan hati yang menciptakannya; Khayalannya yang menampakkannya; Kemelekatan yang menjadikannya; Kebodohannya yang membuat derita; Kebijaksanaan yang menetralisirkannya; Pencerahannya yang menyadarkan realitas kekosongan; Ketiadaan hati yang melenyapkannya. (Bhiksu Tadisa Paramita).

Hidup Setelah Kematian Bukan Sebuah Misteri. Perbedaan antara kematian dan kelahiran hanya satu momen-pikiran, momen-pikiran terakhir dalam kehidupan ini mengkondisikan momen-pikiran pertama dalam kehidupan berikutnya, yang pada kenyataannya merupakan kelanjutan dari rangkaian yang sama. Sepanjang kehidupan ini pun, satu momen-pikiran mengkondisikan momen-pikiran berikutnya. Jadi, dari sudut pandang Buddhis, pertanyaan mengenai kehidupan setelah kematian bukanlah sebuah misteri besar, dan seorang umat Buddha tidak pernag khawatir tentang persoalan ini. (Bhikkhu Dr. W. Rahula)

Amoralitas Meruntuhkan Manusia. Dia menderita karena kehilangan kekayaan akibat pelanggarannya (berjudi, mengkomsumsi minuman keras/narkoba, pesta pora) dan desus-desus negatif yang tersebar tentang dirinya; tidak tidak akan mendapat kepercayaan di dalam perhimpunan apapun yang dia dekati; akhirnya dia mati dengan PIKIRAN KACAU dan akan terlahir di alam yang tidak menguntungkan. (Buddha)

Penaklukkan Batin. Tidak ada kemenangan yang begitu penting; Tidak ada prestasi yang begitu mengagumkan; Tidak ada kejayaan yang luar biasa; Dan tidak ada sukses yang begitu bermakna seperti PENAKLUKAN BATIN (PIKIRAN).

Meditasi Pernafasan. Pemusatan pikiran yang tekun pada masuk dan keluarnya nafas, bila dipupuk dan dikembangkan, adalah suatu kedamaian dan suatu yang istimewa, suatu yang sempurna dan pula suatu cara hidup yang menyenangkan. Tidak hanya itu, juga akan menghalau pikiran-pikiran jahat tak-terlatih yang telah timbul dan membuatnya hilang seketika. Bagaikan, ketika bulan terakhir dari musim panas, debu dan kotoran beterbangan, lalu hujan deras yang turun tiba-tiba menenangkan dan menurunkannya ke bumi seketika. (Buddha)

Hakikat Pikiran Asli Tidak Berubah. Pada hakikatnya tiada yang salah dengan pikiran kita. Intinya pikiran ini begitu murni dan tenang. Pikiran kita menjadi kacau karena selalu mengikuti suasana hati. Pikiran menjadi tidak tenang atau gelisah karena tertipu dan dipermainkan oleh suasana hati. Sesungguhnya ia tidak tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Segala fenomena yang ditangkap dan diproduksi oleh pikiran bagaikan impian, ilusi, ombak, bayang-bayang, embun dan halilintar tidak real dan tidak diperoleh. Pikiran dapat membentuk segala imajinasi menciptakan berbagai pemikiran namun hakikat pikiran asli tetaplah tidak berubah. Umumnya pikiran umat awam tidak terlatih cenderung liar dan bodoh, hingga rangsangan-indera datang menerpa dan menjeratnya dalam berbagai dimensi bahagia, derita, suka atau duka, itupun bukan pikiran. Mereka hanyalah suasana hati yang datang memperdaya. Pikiran yang tidak terlatih akan hanyut dan tenggelam mengikuti mereka, lupa akan hakikatnya dan lalu berpikir bahwa memang kitalah yang sedang bersedih, jenuh, gembira, dan sebagainya.

Pikiran & Zen. Praktik Chan atau Zen hanya menghasilkan pemahaman pikiran atau dengan hanya menyangkut rana kongnitif manusia. Pengelolahan internal pikiran manusia saja sudah memadai untuk memahami pencerahan, kebijaksanaan dan kebebasan manusia. Untuk mencapai pencerahan tertinggi, seseorang harus mengetahui secara spontan sifat dan hakikat dari pikirannya yang tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Dari momen pikiran, seseorang mampu menyadari hakikat pikiran sepanjang waktu. Dengan begitu, segala hal akan bebas dari pengekangan. Sekali Tathata (hakikat pikiran) diketahui maka orang akan bebas dari (delusi) selamanya. Keadaan pikiran seperti ini adalah kebenaran absolut. Untuk mencapai pencerahan tertinggi,seseorang harus mengetahui secara spontan sifat dan hakikat dari pikiranya yang tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.

Karakteristik Orang Bijaksana. Ada tiga karakteristik dari seorang bijaksana ini, tanda-tanda seorang bijaksana, sifat-sifat seorang bijaksana. Apakah tiga ini? Di sini seorang bijaksana adalah seorang yang memikirkan pikiran-pikiran baik, mengucapkan kata-kata baik, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. (Bālapaṇḍita Sutta)

Semua Kondisi Diciptakan Pikiran Khayal. Semua dharma dihasilkan dari pikiran khayal sehingga terdapat ragam perbedaan. Bila menjauhi hati dan pemikiran, maka tiada wujud dan kondisi. Bila dapat melepaskan bentuk-bentuk perasaan, semua jenis perasaan, derita-bahagia, galau-gembira atau hati bodoh, pikiran khayal dan sebagainya yang membuat kerisauan, maka dapat terbebas dari proses kelahiran dan kematian, dan mudah mencapai Nirvana. (Abhidharma Ta Sheng Chi Sin Luen)

Simpul-simpul Pikiran Yang Satu. Pikiran tak berwujud dan dia berpencar ke sepuluh arah. Di mata dia disebut penglihatan; di telinga dia disebut pendengaran; di hidung dia dapat mencium bebauan; di mulut dia dapat mengecap berbagai rasa; di tangan dia dapat memegang dan menggenggam; di kaki dia dapat berlari dan membawa. Sesungguhnya pikiran adalah satu sinar murni kemudian terbagi jadi enam indra terpisah namun berpadu secara harmonis. Karena pikiran tidak memiliki eksistensi sendiri, maka di manapun berada. (Guru Zen Rinzai).

Pencerahan & Pembebasan Mutlak. Pikiran yang tidak memunculkan pemikiran, ia akan tenang; Pikiran yang tidak terjebak pemikiran, ia akan leluasa; Pikiran yang tidak tersekat pemikiran subjek dan objek, ia akan terang; Pikiran yang tidak melekat pemikiran, ia akan suci; Pikiran yang memunculkan pemikiran terpusat, ia akan menembus ruang dan waktu; Pikiran yang tiada rintangan pemikiran, ia akan cerah; Pikiran tanpa pemikiran timbul dan lenyap (non-dualitas), ia akan memperoleh pembebasan mutlak (Bhiksu Tadisa Paramita)

Sumber Perpustaka:
Buku Santapan Batin, Untaian Senyum Pencerahan; Sri Dhammananda; Yayasan Penerbit Karaniya.
Buku Agama Buddha Mahayana; Beatrice Lane Suzuki; Penerbit Karaniya.
Proses Berpikir, Buku Intisari Agama Buddha, by whitelotuzz
Pengendalian Pikiran Oleh Tanhadi, http://tanhadi.blogspot.com.au/2009/12/pengendalian-pikiran.html