Etika Dalam Pergaulan Buddhis

A.     KALYANAMITTA
Kalyanamitta adalah sahabat sejati . Kita hendaknya dapat membedakan antara sahabat sejati dengan sahabat palsu. Ciri sahabat sejati adalah seorang sahabat yang senantiasa:
1.     Siap dan mampu membantu kita dengan cara yang baik
2.     Memiliki rasa simpati kepada kita baik didalam keadaan suka maupun duka
3.     Menunjukkan hal-hal yang berguna kepada kita
4.     Memiliki rasa persahabatan yang akrab
Sahabat yang siap dan mampu membantu kita dengan cara yang baik, maksudnya:
•    Melindungi dan memperingatkan kita pada saat kita lengah, atau tidak waspada
•    Melindungi harta kekayaan kita dalam keadaan kita lengah dan tidak waspada
•    Melindungi kita dalam keadaan bahaya
•    siap membantu jika kita membutuhkannya
Sahabat yang memiliki rasa simpati kepada kita baik didalam keadaan suka maupun duka, maksudnya:
•    Membuka rahasia pribadinya kepada kita sebagai sahabat sejati
•    Menjaga rahasia kita dan tidak membocorkannya kepada orang lain
•    Tidak meninggalkan kita pada saat kita mengalami banyak masalah
•    Bersedia mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan sahabatnya
Sahabat yang menunjukkan hal-hal yang berguna kepada kita, maksudnya:
•    Mencegah berbuat kejahatan
•    Menganjurkan kita melakukan kebaikan
•    Memberitahukan kita hal-hal yang belum pernah kita dengar
•    Memberitahu kita cara-cara mencapai alam kebahagiaan
Sahabat yang memiliki rasa persahabatan yang akrab, maksudnya:
•    Ikut merasakan penderitaan kita pada saat kita susah
•    Merasa bahagia bila kita mendapatkan kebahagiaan
•    Membela kita apabila kita terkena masalah
•    Membenarkan siapa saja yang memuji kita

B.     AKALYANAMITTA
Akalyanamitta artinya sahabat palsu atau sahabat tidak baik. Karena sahabat palsu dapat menjerumuskan kita. Ada 4 teman palsu yang harus kita waspadai, yang ciri-cirinya adalah:
1.     Mereka mengajak bersahabat dengan tujuan menipu
2.     Mereka yang hanya manis dimulut saja
3.     Mereka yang memuji-muji dan membujuk
4.     Mereka yang menganjurkan kepada seseorang menuju jalan kehancuran
Sahabat palsu yang mengajak kita untuk tujuan menipu, cirinya:
•    Mereka hanya memikirkan keuntungan dari kita
•    Memberi sedikit, tetapi menginginkan imbalan yang banyak
•    Apabila mereka berada dalam keadaan bahaya, mereka akan melakukan hal-hal yang menyebabkan kita percaya
•    Bergaul dengan kita dengan tujuan mendapat keuntungan
Sahabat palsu yang menis dimulut saja, cirinya:
•    Senantiasa membicarakan hal-hal yang lalu yang tidak berguna
•    Cenderung membicarakan hal-hal yang belum terjadi
•    Membantu mengerjakan sesuatu yang tidak berguna
•    Apabila diminta untuk membantu selalu mecari alasan untuk menghindar
Sahabat palsu yang memuji-muji dan membujuk, cirinya:
•    Jika kita berbuat jahat, mereka setuju dan membiarkan berbuat jahat
•    Jika kita berbuat baik, mereka setuju dan membiarkan berbuat baik
•    Dihadapan kita mereka akan selalu mmemuji-muji kita
•    Dibelakang kita mereka akan mencela kita
Sahabat palsu yang menganjurkan kepada seseorang menuju jalan kehancuran, cirinya:
•    Mengajak kita minum-minuman yang memabukkan
•    Mengajak kita berkeliaran dimalam hari
•    Membuat kita untuk melekat pada kesenangan
•    Membuat kita menjadi penjudi
Kalau kita bersahabat dengan sahabat yang baik, kita akan selamat, tetapi sebaliknya bila kita bersahabat dengan sahabat palsu, kita tidak akan selamat. Oleh karena itu berhati-hatilah memilih sahabat. Seorang sahabat palsu yang mau bersahabat dengan kita karena ia mempunyai tujuan yang kurang baik terhadap kita. Kita juga harus waspada dengan sahabat sejati, karena sahabat sejati sewaktu-waktu bisa berubah menjad sahabat palsu.

C.     SIGALOVADA SUTTA
1.     Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam didekat Rajagaha di Veluvana di Kalandakanivapa, pada waktu itu Sigala yang muda belia, putra seorang kepala keluarga bangun pagi-pagi sekali, pergi keluar Rajagaha. Dengan rambut dan pakaian basah, ia mengangkat kedua tangan yang dirangkapkan menyembah enam arah dimulai dari arah Timur, Selatan, barat, Utara, atas dan Bawah.
2.     Pada waktu itu Sang Buddha hendak mengumpulkan makanan dengan cara berpindapata (berkeliling membawa mangkuk/bowl). Ketika beliau melihat Sigala yang muda belia sedang memuja, Beliau bertanya: “Kepada keluarga yang muda bel;ia, mengapa engkau bangun pagi-pagi dan meninggalkan Rajagaha dengan rambut dan pakaian basah, serta memuja berbagai arah?”
3.     “Bhante, ayah hamba ketika mendekati ajalnya, telah berpesan kepada hamba : ananda yang baik, engkau harus engkau harus menyembah enam arah. Demikian bhante, karena menghormati kata-kata ayah hamba melakukannya, dan apakah benar yang saya lakukan tersebut bhante ? hamba mohon petunjuk”.
4.     Karena pertanyaan tersebut Sang Buddha menjelaskan ada 14 aspek negatif yang harus dihindari oleh siapa saja, adalah:
a.     Empat cacat tingkah laku yang harus kita singkirkan yaitu : membunuh, mencuri, berbuat asusila(cabul), kata-kata dusta(bohong).
b.     Empat dorongan yang membuat seseorang melakukan kejahatan yaitu : nafsu, kebencian, kebodohan, ketakuatan.
c.     Empat saluran menghabiskan kekayaan yaitu : minum minuman keras, berjudi, keluyuran dijalan tidak pada waktunya, bergaul dengan wanita/pria penghibur, bergau dengan teman yang malas dan jahat.
5.     Sigalovada Sutta adalah sutta yang berisikan wejangan Sang Buddha kepada Sigala yang patuh dan taat kepada perintah ayahnya. Dalam kesempatan tersebut sang Buddha menjelaskan makna enam arah yang dipuja oleh Sigala, adalah:
•    Arah Timur menghormati orang tua
•    Arah Selatan menghormati guru
•    Arah Barat menghormati anak dan istri
•    Arah Utara menghormati sahabat, keluarga
•    Arah Atas (Zenith) menghormati para rohaniwan/atasan
•    Arah Bawah (Nadir) menghormati bawahan

DASA PUNNAKIRIYAVATTHU
Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata, yaitu dasa, punna, kiriya dan vatthu. Dasa artinya sepuluh, Punna artinya jasa, baik, bajik, manfaat, berguna, Kiriya artinya melakukan, vatthu artinya dasar, hal, cara. Dasa Punnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk melakukan perbuatan bajik atau baik. Bagi umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan salah satu atau keseluruhan dari dasa punnakiriyavatthu tersebut. Sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik terdiri dari :

1.     DANA
Dana berarti beramal/memberi/membantu/menolong makhluk lain tanpa mengharapkan balasan dari mereka yang telah menerima dana kita. Dana dapat diberikan dalam bentuk materi/barang dan non materi (contoh: memberi nasehat, mendorong mobil mogok, dll). Dana terdiri dari 4 macam, adalah:
•     Amisadana: dana yang diberikan dalam bentuk materi atau barang. Misalnya : memberikan uang, beras, makanan, pakaian, obat-obatan, dll.
•     Dhammadana: berdana dalaam bentuk pengorbanan atau pemberian dalam bentuk memberi penerangan, khotbah, ceramah atau mengajar dhamma kepada seseorang atau banyak orang. Dhammadana adalah dana yang paling tinggi nilainya atau pahalanya.
•     Atidana: berdana dalam bentuk pengorbanan diri sendiri demi kepentingan umat manusia.
Contoh: usaha Pangeran Siddharta untuk menjadi Buddha.
•     Mahatidana: berdana dalam bentuk pengorbanan diri atau kehidupannya sendiri untuk mencapai cita-cita luhur.
Contoh: – Pertapa Gautama berusaha menyempurnakan paramita hingga mencapai Nibbana.
•    Para pahlawan yang rela mengorbankan diri atau kehidupan mereka demi membela tanah air.
Gemar berdana akan berakibat terlahir dalam keadaan kaya raya.
2.     SILA
Sila artinya hidup bersusila, perbuatan, etika, moral. Sila terdiri dari:
•     Pancasila (lima latihan kemoralan) Pancasila dilaksanakan oleh umat Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
•     Atthasila (delapan latihan kemoralan). Atthasila dilaksanakan oleh umat Buddha biasa yang berlatih menjalankan hidup sederhana. Biasanya atthasila dilaksanakan setiap tanggal 1,8,15,23 setiap bulan pada penanggalan bulan.
•     Dasasila (Majjhima Sila) terdiri dari sepuluh latihan kemoralan. Sila ini dilaksanakan oleh samanera atau samaneri (calon bhikkhu/ni) dalam kehidupan sehari-hari. Samanera hidup sebagai pertapa(hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain).
•     Patimokkhasila adalah sila yang dilaksanakan oleh para bhikkhu dan bhikkhuni dalam kehidupan sehari-hari. Bhikkhu melaksanakan sila berjumlah 227 latihan, bhikkhuni melaksanakan sila berjumlah 311 latihan.
Hidup yang benar akan berakibat terlahir dalam keluarga luhur yang berbahagia.
3.     BHAVANA
Bhavana/meditasi/samadhi artinya mengembangkan pikiran yang baik tertuju pada satu obyek. Bhavana terdiri dari 2 macam, yaitu:
•     Samatha bhavana: meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Obyek meditasi ini berjumlah 40 macam. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna (kekuatan batin).
•     Vipassana bhavana: meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Obyek meditasi ini berjumlah 2 macam yaitu Nama dan Rupa. Hasil meditasi ini adalah kesucian atau Nibbana.
Dengan melaksanakan meditasi kelah akan terlahir di alam Dewa dan alam Brahma.
4.     APACAYANA
Artinya berendah hati dan hormat (menghormat mereka yang lebih tua dan yang pantas diberi hormat). Dengan berendah hati dan hormat kelak akan terlahir dalam keluarga luhur. Sifat sombong adalah lawan dari sifat apacayana. Merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih tinggi statusnya dari orang lain adalah sifat sombong.
5.     VEYYAVACCA
Artinya berbakti serta bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan. Berbakti mengakibatkan seseorang memperoleh penghargaan dari masyarakat. Contoh: memberi dana pada bulan Kathina, menjadi panitia pada hari besar keagamaan, dll.
6.    PATTIDANA
Artinya suka membagi kebahagiaan terhadap orang lain, tidak kikir dan tidak mementingkan diri sendiri. Pattidana juga berarti melaksanakan perbuatan baik atas nama keluarga kita yang telah meninggal dengan harapan semoga mereka ikut berbahagia melihat kita berbuat kebaikan. Dalam melaksanakan hal ini berakibat terlahir dalam keadaan tidak kekurangan bahkan berlebihan dalam berbagai hal.
7.     PATTANUMODANA
Artinya bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, tidak merasa irihati. Pattanumodana sama dengan Mudita. Contoh: ikut senang melihat kebahagiaan orang lain, memberi ucapan selamat ulang tahun, dll. Dengan melaksanakan hal ini kelak akan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.
8.     DHAMMASAVANA
Artinya mempelajari dan sering mendengarkan dhamma ( khotbah/ceramah dhamma ). Sering mendengarkan dhamma akan menambah kebijaksanaan. Lima macam berkah atau keuntungan mendengarkan dan mempelajari dhamma, adalah:
1.     Dapat mendengarkan dhamma yang belum pernah didengar
2.     Akan lebih dimengerti bagi mereka yang telah mendengarnya
3.     Dapat menghilangkan keragu-raguan akan kebenaran dhamma
4.     Akam memiliki pandangan yang terang
5.     Pikiran akan menjadi bersih
9.     DHAMMADESANA
Artinya menyebarkan atau menerangkan dhamma. Menyebarkan dan mendengarkan dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan. Yang melaksanakan Dhammadesana adalah bhikkhu, bhikkhuni, samanera, atau Pandita.
10.     DITTHUJUKAMMA
Artinya berpandangan hidup yang benar. Pandangan hidup yang benar lahir dari pikiran yang benar. Pikiran benar adalah pikiran yang telah terbebas dari Lobha, Dosa, Moha dan Irsia. Berpengertian dan berpandangan hidup yang benar berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.
DASA AKUSALAKAMMA
Dasa Akusalakamma berasal dari kata Dasa, akusala, kamma. Dasa artinya sepuluh, akusala artinya jahat atau tidak baik, kamma artinya perbuatan. Dasa Akusalakamma artinya sepuluh perbuatan jahat, terdiri dari:
1.     Dilakukan oleh Pikiran (Akusala Mano Kamma) terdiri dari:
a.     Keserakahan (Lobha). Akibat melakukan hal ini adalah tidak tercapainya keinginan baik dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
b.     Kebencian/kemarahan (Dosa). Akibatnya wajah buruk, menderita penyakit, watak tercela.
c.     Kebodohan (Moha). Akibatnya adalah terikat pada benda maupun keadaan, kurang bijaksana, kurang kecerdasan, mengidap penyakit menahun, memiliki pendapat yang tercela.
2.     Dilakukan oleh Badan Jasmani (Akusala Kaya Kamma), terdiri dari:
a.     Membunuh, akibatnya: umur pendek, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan.
b.    Mencuri, akibatnya: hidup dalam kemiskinan, dinista dan dihina, cita-cita tidak tercapai, hidup tergantung orang lain
c.     Perzinahan/berbuat asusila, akibatnya: memiliki banyak musuh, beristri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir dalam keadaan waria.
3.     Dilakukan oleh Ucapan (Akusaka Mano Kamma), terdiri dari:
a.     Berdusta, akibatnya: menderita karena berbicara tidak baik, menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya oleh orang lain.
b.     Berbicara kasar/menghina, akibatnya : sering dituduh yang tidak-tidak oleh orang lain sekalipun tidak bersalah, menerima suara yang tidak enak didengar.
c.     Berbicara tentang keburukan orang lain, akibatnya akan kehilangan sahabat tanpa sebab yang berarti.
d.     Omong kosong (berbicara hal-hal yang tidak perlu), akibatnya: menderita penyakit karena bagian dari badan jasmani tidak berfungsi dengan baik, ucapannya tidak dipercaya orang lain.

Sumber Referensi: http://pak-diyon.blogspot.com/2011/08/etika-dalam-pergaulan.html