“Menuju Pencerahan Manusia yang Arif dan Bijaksana”
Hyang Buddha dikenal sebagai penakluk terbesar yang pernah dilihat dunia. Beliau menaklukkan dunia dengan senjata belas kasih dan kebijaksanaan yang tidak terkalahkan. Ajaran-Nya bagaikan ‘Perahu Penyelamat’ bagi umat manusia yang sedang dirundung banjir kebodohan dan tenggelam dalam lautan derita. Guru Buddha membimbing semua makhluk agar sadar dan berupaya menyeberangi dunia kegelapan, kebencian dan penderitaan, menuju dunia yang bercahaya, dipenuhi cinta kasih, kebahagiaan dan keselamatan.
Ajaran Buddha adalah agama yang realita yang sangat efektif dengan dunia ilmiah modern. Cahaya yang datang dari alam, dari ilmu pengetahuan, dari sejarah, dari pengalaman manusia, dari setiap nilai di alam semesta, memancar bersama dengan ajaran Buddha. Hanya orang yang sadar dan berjodoh dapat meyakini dan mempraktikkan ajaran-Nya yang membawa manfaat besar. Sedangkan di dunia fana masih banyak orang-orang yang diliputi kegelapan batin, dicengkeram oleh karma buruk sehingga pikirannya sesat dan berkembangnya sifat-sifat egoisme, keserakahan, kebencian dan kebodohan, akibatnya senang melakoni kehidupan salah, cenderung suka berbuat jahat, sehingga merugikan, menyusahkan bahkan membunuh banyak makhluk lain. Tentu konsekuensinya kemalangan dan penderitaan menyertainya. Untuk menyadarkan dan memperbaiki watak umat manusia, maka perlu di ajarkan Hukum Karma ”Hukum Pengadilan Universal”, Siapa yang menabur siapa pula yang menuainya”, “Siapa yang berbuat siapa pula yang harus bertanggung jawab”.
Untuk menjaga dan menciptakan Perdamaian Dunia dalam pandangan Buddhis sesungguhnya tidak dibutuhkan segala macam senjata pembunuh dan angkatan perang yang dikhawatirkan dapat menciptakan banyak malapetaka, penderitaan dan kemalangan bagi umat manusia, melainkan hanya perlu di ajarkan dan dipraktikkan ragam kebijaksanaan yang penuh cinta kasih dan welas asih universal kepada pemimpin dan masyarakat dunia. Bila saja umat manusia sudah kehilangan watak saling mengasihi dan saling menghormati, maka akibatnya banyak orang yang berhati kejam, jahat, bengis dan brutal. Untuk itu, Ajaran cinta kasih dan welas asih yang agung mutlak harus digemakan, di terapkan dan di implementasikan dalam setiap kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, bernegara bahkan sampai mendunia, agar seluruh lapisan masyarakat lokal maupun di dunia internasional mempunyai jalinan “Persaudaraan Universal” untuk saling menghormati, melindungi dan bersinergi untuk membangun peradaban luhur dan dunia yang damai tanpa tersekat oleh segala perbedaan, ruang dan waktu. Selain itu, perlu dikembangkan berbagai pola kebijaksanaan, keterampilan dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai contohnya: Tahu apa yang harus dilakukan adalah kebijaksanaan; Tahu bagaimana harus melakukan sesuatu adalah keterampilan; Tahu melakukan sebagaimana mestinya adalah pelayanan.
Mengerti banyak hal menjadi pandai. Mengerti banyak orang menjadi bijaksana. Mengerti diri sendiri menjadi cerah. Pengertian bijaksana adalah dapat melihat segala sesuatu itu dengan sewajarnya, atau dalam keadaan yang sebagaimana semestinya, tidak dipengaruhi oleh khayalan, kepalsuan, kecenderungan, keinginan, fantasi, kepercayaan dan lain-lainnya yang bebas dari segala pandangan pribadi. Hidup bijaksana adalah dapat melihat segala kondisi apa adanya dan mampu menemukan keindahan pada setiap saat. Pikiran, ucapan dan perbuatan selalu manunggal. Mengembangkan pencerahan tanpa egosentris, kesucian tanpa diri, belas kasih tanpa pamrih, senantiasa berterima kasih dan pengabdian tanpa akhir. Walaupun hidup dan berkarya di dunia tetapi batinnya Nirvana. Walaupun karma baiknya berlimpah tetapi hatinya sunya.
Empat karakteristik yang menghasilkan ‘Keakuan’ adalah ego, kepribadian, keberadaan dan kehidupan. Apabila empat kerakteristik ‘Keakuan’ tumbuh berkembang maka khayalan dan keserakahan diri pun ikut berkembang. Jika empat karakteristik ‘Keakuan’ sudah mulai berkurang maka tahapan pencerahan mulai muncul. Bila saja empat kerakteristik ‘Keakuan’ sudah lenyap maka seketika dapat meraih pencerahan menyeluruh. Untuk mempraktikkkan Jalan Buddha hendaknya melenyapkan kekotoran batin, membangkitkan pikiran Bodhi,senantiasa mengembangkan welas asih untuk membimbing dan menolong penderitaan semua makhluk.
Rangkailah kemajemukan menjadi keindahan, untailah segala perbedaan menjadi keunikan. Tindakan vigilante (main hakim sendiri), aksi kekerasan, pengrusakan dan tawuran yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini telah banyak merugikan masyarakat. Untuk itu, esensi ajaran agama untuk perdamaian, pendidikan budi pekerti, moralitas dan etika sopan santun wajib di ajarkan kepada semua generasi guna menjaga ketertiban, keteraturan, keamanan dan kenyamanan demi kesejahteraan kita semua dan membangun citra dan budaya luhur bangsa. Mendambakan keharmonisan dalam kemajemukan hanya bisa terwujud bila kita saling menghormati, tenggang rasa, toleransi dan perilaku cinta kasih yang terus dipancarkan tanpa diskriminasi. Untuk menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa maka mutlak Empat Pilar Kebangsaan harus tetap berdiri tegak, kokoh dan lestari, juga perlu ditingkatkan dan diimplementasikan terus Trilogi Kerukunan Umat Beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar persaudaraan lestari sesama anak bangsa dan kerukunan umat beragama bisa selalu harmonis dan saling bersinergi untuk bersama-sama membangun kejayaan bangsa dan kemakmuran negara yang tercinta ini.
Pikiran umat manusia bisa menjadi tambang emas atau sebaliknya menjadi timbunan sampah bagi pemiliknya, karena itu sifat pikiran dapat merubah dunia menjadi baik atau buruk. Bila saja pikiran seluruh umat manusia dapat tumbuh dan berkembangnya kebijaksanaan, saling memancarkan cinta kasih dan welas asih tanpa diskriminasi dan pamrih, maka niscaya dunia akan damai, semua makhluk akan hidup berbahagia dan bumi pun akan menjadi surga kembali.
Akhir kata, mari kita tingkatkan terus praktik belas kasih dan kembangkanlah kebijaksanaan. Semoga semua makhluk berbahagia, Amithofo.