Sebab Akibat Homoseksual Dan Seksual-Sesat

Ditinjau dari berbagai kajian dan perspektif ajaran Buddha.

Pendahuluan
Bentuk-bentuk kelahiran manusia yang mempunyai segala perbedaan rupa, mentalitas, jodoh dan kondisi manusia semua dipengaruhi oleh kekuatan karma dan kesadarannya masing-masing.  Pengaruh  karma masa lalu begitu dominan, mencengkeram dan sudah mengakar sehingga di saat kelahirannya sudah mempunyai kecenderungan hasrat dan tabiat. Ditambahkan lagi pola asuhan dan pendidikan dari orang tuanya serta dipengaruhi lagi oleh informasi, lingkungan dan pergaulannya sejak kecil sampai beranjak dewasa, akibatnya sifat, watak dan karakter kejiwaan manusia satu sama lain berbeda.

Di era globalisasi masalah homoseksual sudah marak, subur, merebak dan mewabah. Semuanya sudah terbuka, tidak tabu dan risih, juga tidak malu apabila membahas masalah penyimpangan homoseksual akibat gencarnya media cetak, media elektronik dan internet yang mempublikasikan berbagai macam kegiatan seperti diskusi, fashion show, pertunjukan fim, lomba dan wisata, yang secara langsung atau tidak langsung ikut mempromosikan gerakan kaum homoseksual. Ditambah lagi adanya dukungan promosi, pawai, iklan, film, sinetron yang menampung dan mendistribusikan secara umum dan terbuka yang mengeksploitasikan keunikan dan aktivitas kaum homoseksual. Tentu sambutan masyarakat moderen di seluruh dunia semakin terbuka dan menerima kehadiran mereka. Buktinya populasi kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bisa kita telusuri bahwa sebagian negara di dunia, ada yang sudah memberikan ijin berdirinya organisasi LGBT (gay, lesbian, biseksual dan transgender) bahkan merestukan perkawinan sejenis atau pasangan gay dan lesbian dapat mengadopsi anak secara sah berdasarkan hukum setempat.

Adakah yang salah bila ditilik dari hukum alam? Lalu bagaimanakah pandangan dan tanggapan dari kalangan medis, psikolog dan perspektif ajaran Buddhis terhadap  masalah homoseksual yang sedang menjamur dan tumbuh subur di muka bumi ini? Bagaimanakah bila dikaitan dengan hukum sebab akibat mengapa mereka menjadi homoseksual? Adakah solusinya untuk meredakan dan mengatasi gejolak homoseksual di kalangan masyarakat? Bagaimanakah kita memandang mereka, menerima, menolak, atau masa bodoh?

Begitupula orientasi seksual umat manusia di dunia sekarang ini dari tahun ke tahun terus berkembang dan bervariasi yang menjurus kepada seksual sesat. Apakah seksual sesat itu? Lalu bagaimana pengertian dan penjabaran makna Seksual Sesat? Bagimanapula sebab akibatnya perilaku seksual sesat kelak di kemudian hari?

Artikel ini di rangkum dari berbagai info, media dan tulisan dari berbagai sumber. Adapun maksud dan tujuan mengangkat masalah homoseksual ke permukaan, adalah sekedar untuk diketahui oleh publik secara kajian ilmiah, klinis,  moralitas,  mentalitas dan spiritualitas. Mencuatkan masalah homoseksual ke permukaan bukan bermaksud dan bertujuan merendahkan, melecehkan apalagi menistakan kaum homoseksual. Melainkan untuk memahami dan menyadari keberadaan dan dampaknya, bersama kita membahas dan meneliti masalah homoseksual dari sudut kebenaran Buddhadharma, juga ditinjau dari kajian hukum sebab akibat.

Untuk itu, marilah kita menyimak dan mencermati artikel yang menarik ini dengan serius dan seksama untuk membuka cakrawala pandangan,  pengertian, mencegah dan mengatasi masalah homoseksual yang sedang melanda dunia sekarang ini.

Definisi & Proses Homoseksual
Kategori Klinis
Di Indonesia, data statistik menunjukkan 8-10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu terlibat pengalaman homoseksual. Dari jumlah ini, sebagian dalam jumlah bermakna terus melakukannya. (Kompas Cyber Media, 2003). Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari populasi manusia adalah homoseksual atau pernah melakukan hubungan sesama jenis dalam hidupnya. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini menyatakan diri mereka sebagai homoseksual. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia). Di era keterbukaan dan kebebasan seperti sekarang ini, diprediksi populasi kaum homoseksual terus tumbuh berkembang secara signifikan, karena pada umumnya masyarakat dunia sudah bisa menerima keberadaannya dan mau menampung aspirasi mereka.

Hasil survei YPKN menunjukkan, ada 4.000 hingga 5.000 penyuka sesama jenis di Jakarta. Sedangkan Gaya Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk Jawa Timur adalah homo. Angka-angka itu belum termasuk kaum homo di kota-kota besar. Dede memperkirakan, secara nasional jumlahnya mencapai sekitar 1% dari total penduduk Indonesia. Dr. Dede Oetomo, adalah “presiden” gay Indonesia, yang telah 18 tahun mengarungi hidup bersama dengan pasangan homonya, beliau juga seorang “pentolan” Yayasan Gaya Nusantara.  (Gatra, 2003)

Data ini menunjukkan eksistensi keberadaan kaum homoseksual di Indonesia. Homoseksual hingga saat ini masih menjadi issue yang kontradiktif di masyarakat, tidak hanya kontradiktif dalam hal genealoginya, akan tetapi sampai pada perdebatan apakah kaum homoseksual bisa di terima di masyarakat?

APA SIH HOMOSEKSUAL?
Ketika seseorang menyebutkan homoseksual, kata-kata homoseksual ini dapat mengacu pada tiga aspek:
1.    Orientasi Seksual/Sexual Orientation
Orientasi seksual – homoseksual yang dimaksud disini adalah ketertarikan/dorongan/ hasrat untuk terlibat secara seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantis) terhadap orang yang berjenis kelamin sama. American Psychiatric Association (APA) menyatakan bahwa orientasi seksual berkembang sepanjang hidup seseorang.
Sebagai informasi tambahan, dalam taraf tertentu, pada umumnya setiap orang cenderung memiliki rasa ketertarikan terhadap sesama jenis. Seperti misalnya saja: pria yang mengidolakan aktor/musisi/tokoh pria tertentu dan juga sebaliknya wanita yang mengidolakan aktris/musisi/tokoh wanita tertentu. Kadar ketertarikan seperti ini umum dimiliki oleh banyak orang dan tidak termasuk dalam orientasi homoseksual.
2.    Perilaku Seksual/Sexual Behavior
Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertian perilaku seksual yang dilakukan antara dua orang yang berjenis kelamin sama.
(Perilaku seksual manusia melingkupi aktivitas yang luas seperti strategi untuk menemukan dan menarik perhatian pasangan (perilaku mencari & menarik pasangan), interaksi antar individu, kedekatan fisik atau emosional, dan hubungan seksual (Wikipedia).
3.    Identitas Seksual/Sexual Identity
Sementara homoseksual jika dilihat dari aspek ini mengarah pada identitas seksual sebagai gay atau lesbian. Sebutan gay digunakan pada homoseksual pria, dan sebutan lesbian digunakan pada homoseksual wanita.

Tidak semua homoseksual secara terbuka berani menyatakan bahwa dirinya adalah gay ataupun lesbian terutama kaum homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat/negara yang melarang keras, mengucilkan, dan menghukum para homoseksual. Para homoseksual ini lebih memilih untuk menutupi identitas mereka sebagai seorang gay ataupun lesbian dengan tampil selayaknya kaum heteroseksual.

Bagaimana Proses & Apa yang Mempengaruhi Terbentuknya Homoseksual?
Terdapat tiga garisan besar kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual sebagai berikut:
1.    Biologis
Kombinasi /rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom), otak , hormon, dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi homoseksual dapat dilihat dari:

Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.

Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.

Ketidakseimbangan Hormon
Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.

Kelainan susunan syaraf
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.

Kaum homoseksual pada umumnya merasa lebih nyaman menerima penjelasan bahwa faktor biologis-lah yang mempengaruhi mereka dibandingkan menerima bahwa faktor lingkunganlah yang mempengaruhi. Dengan menerima bahwa faktor biologis-lah yang berperan dalam membentuk homoseksual maka dapat dinyatakan bahwa kaum homoseksual memang terlahir sebagai homoseksual, mereka dipilih sebagai homoseksual dan bukannya memilih menjadi homoseksual.

Namun sebagai informasi tambahan pula, faktor-faktor biologis yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual ini masih terus menerus diteliti dan dikaji lebih lanjut oleh para pakar di bidangnya.

2.    Lingkungan
Lingkungan diperkirakan turut mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual terdiri atas berikut:

Budaya/Adat-istiadat
Dalam budaya dan adat istiadat masyarakat tertentu terdapat ritual-ritual yang mengandung unsur homoseksualitas, seperti dalam budaya suku Etoro yaitu suku pedalaman Papua New Guinea, terdapat ritual keyakinan dimana laki-laki muda harus memakan sperma dari pria yang lebih tua (dewasa) untuk memperoleh status sebagai pria dewasa dan menjadi dewasa secara benar serta bertumbuh menjadi pria kuat.

Karena pada dasarnya budaya dan adat istiadat yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sedikit banyak mempengaruhi pribadi masing-masing orang dalam kelompok masyarakat tersebut, maka demikian pula budaya dan adat istiadat yang mengandung unsur homoseksualitas dapat mempengaruhi seseorang. Mulai dari cara berinteraksi dengan lingkungan, nilai-nilai yang dianut, sikap, pandangan, maupun pola pemikiran tertentu terutama sekaitan dengan orientasi, tindakan, dan identitas seksual seseorang.

Pola asuh
Cara mengasuh seorang anak juga dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Sejak dini seorang anak telah dikenalkan pada identitas mereka sebagai seorang pria atau perempuan. Dan pengenalan identitas diri ini tidak hanya sebatas pada sebutan namun juga pada makna di balik sebutan pria atau perempuan tersebut, meliputi:

Kriteria penampilan fisik: pemakaian baju, penataan rambut, perawatan tubuh yang sesuai, dan sebagainya.

Karakteristik fisik: perbedaan alat kelamin pria dan wanita; pria pada umumnya memiliki kondisi fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita, pria pada umumnya tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mengandalkan tenaga/otot kasar sementara wanita pada umumnya lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan yang mengandalkan otot halus.

Karakteristik sifat: pria pada umumnya lebih menggunakan logika/pikiran sementara wanita pada umumnya cenderung lebih menggunakan perasaan/emosi; pria pada umumnya lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang membangkitkan adrenalin, menuntut kekuatan dan kecepatan, sementara wanita lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang bersifat halus, menuntut kesabaran dan ketelitian.

Karakteristik tuntutan dan harapan: Untuk masyarakat yang menganut sistem paternalistik maka tuntutan bagi para pria adalah untuk menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Dengan demikian pria dituntut untuk menjadi figur yang kuat, tegar, tegas, berani, dan siap melindungi yang lebih lemah (seperti istri, dan anak-anak). Sementara untuk masyarakat yang menganut sistem maternalistik maka berlaku sebaliknya bahwa wanita dituntut untuk menjadi kepala keluarga.
Jika dilihat secara universal, sistem yang diakui universal adalah sistem paternalistik. Namun baik paternalistik maupun maternalistik, setiap orang tetap dapat berlaku sebagai pria ataupun wanita sepenuhnya. Yang membedakan pada kepala keluarga: pria dalam paternalistik dan wanita dalam maternalistik adalah pendekatan yang digunakan dalam memenuhi tanggung jawab mereka sebagai kepala keluarga.

Pola asuh yang tidak tepat, seperti contoh yang tidak asing yaitu: anak laki-laki yang dikenakan pakaian perempuan, didandani, diberikan mainan boneka, dan di asuh seperti layaknya mengasuh seorang perempuan, ataupun sebaliknya dapat berimplikasi pada terbentuknya identitas homoseksual pada anak tersebut. Mengapa demikian? Karena sejak dini ia tidak dikenalkan dan di didik secara tepat & benar akan identitas seksualnya, dan akan perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan.

Figur orang yang berjenis kelamin sama dan relasinya dengan lawan jenis
Dalam proses pembentukan identitas seksual, seorang anak pertama-tama akan melihat pada: orang tua mereka sendiri yang berjenis kelamin sama dengannya: anak laki-laki melihat pada ayahnya, dan anak perempuan melihat pada ibunya; dan kemudian mereka juga melihat pada teman bermain yang berjenis kelamin sama dengannya.

Homoseksual terbentuk ketika anak-anak ini gagal mengidentifikasi dan mengasimilasi – apa, siapa, dan bagaimana – menjadi dan menjalani peranan sesuai dengan identitas seksual mereka berdasarkan nilai-nilai universal pria dan wanita.

Kegagalan mengidentifikasi dan mengasimilasi identitas seksual ini dapat dikarenakan figur yang dilihat dan menjadi contoh untuknya tidak memerankan peranan identitas seksual mereka sesuai dengan nilai-nilai universal yang berlaku. Seperti:  ibu yang terlalu mendominasi dan ayah yang tidak memiliki ikatan emosional dengan anak-anaknya, ayah tampil sebagai figur yang lemah – tak berdaya; atau orang tua yang homoseksual. Namun penting diketahui! Tidak semua anak yang dihadapkan pada situasi demikian akan terbentuk sebagai homoseksual karena masih ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi dan tentunya  juga karena kepribadian dan karakter setiap orang berbeda-beda.

Pada figur ibu yang terlalu mendominasi dan ayah yang tak memiliki ikatan emosional dengan anak-anaknya, ayah tampil sebagai figur yang lemah, homoseksual dapat terbentuk pada anak dengan dinamika psikologis seperti yang dikemukakan oleh Leila CH Budiman sebagai berikut:

Anak seakan kehilangan model untuk menjadi laki-laki dan perempuan yang heteroseksual (orang yang tertarik secara seksual pada lawan jenisnya).

Dr N Littner, ahli psikoanalisis dari program Child Therapy, Chicago, mengatakan bahwa ibu seorang homoseksual sikapnya keras, agresif, kelaki-lakian, atau kekanakan dan tidak efektif, serta sering kali tidak stabil. Dia gagal dalam menciptakan rasa aman, membina hubungan dekat, dan menumbuhkan keberanian pada anak-anaknya. Ayah seorang homoseksual sering kali absen secara fisik atau jauh secara emosional, sering didominasi istrinya karena pasif dan lemah. Hubungan antara kedua orangtua tidak dekat, sering kali disertai rasa benci, dimana istri merendahkan suaminya yang lemah dan tidak efektif.

Dalam suasana demikian, anak perempuan maupun anak laki-laki menjadi bingung dan kehilangan model jenisnya sendiri yang diterima masyarakatnya. Anak perempuan kehilangan identitas femininnya dan tumbuh menjadi kelaki-lakian, keras, dan agresif. Karena kelaki-lakiannya dia juga jadi berminat secara seksual pada perempuan, jenisnya sendiri (lesbian). Sedang anak laki-laki tidak mendapat identitas maskulin, sukar mengadakan hubungan yang dekat dengan perempuan dan sukar menumbuhkan rasa cinta pada perempuan. Mereka takut melakukan itu dan merasa lebih aman mendekati laki-laki. Keadaan ini mudah membuat dia menjadi homoseksual (gay).

(Mengutip dari kolom Kompas CyberMedia mengenai konsultasi psikologi: Takut Jadi Homoseksual yang diasuh oleh Leila CH Budiman)

Dari uraian di atas, proses yang terjadi dapat di analogikan demikian:
a.     Anak akan melihat orang tua yang berjenis kelamin sama dengan dirinya sebagai “kelompok jenisnya” dan anak adalah bagian dari “kelompok” ini.
b.     Anak akan melihat orang tua yang tidak berjenis kelamin sama dengannya sebagai “kelompok di luar jenisnya” dan anak bukanlah bagian dari “kelompok” ini.
c.     Apa yang dilakukan oleh orang tua yang tidak berjenis kelamin sama dengannya terhadap orang tua yang berjenis kelamin sama dengannya di-idiomkan dengan apa yang dilakukan oleh “kelompok di luar jenisnya” terhadap “kelompok jenisnya” dimana ia termasuk sebagai bagian kelompok ini; dan lebih jauh lagi hal ini diprediksi sebagai: gambaran apa yang akan dilakukan oleh kaum wanita terhadap dirinya nanti ketika ia menjalin hubungan dengan wanita (jika ia pria); dan apa yang dilakukan oleh kaum pria terhadap dirinya nanti ketika ia menjalin hubungan dengan pria (jika ia wanita).

Dalam kasus di atas jelas terlihat si anak laki-laki merasa tidak nyaman terhadap ibunya yang terlalu dominan dan memperlakukan ayahnya (yang adalah kelompoknya) secara tidak menyenangkan. Tanpa disadari oleh anak, kejadian ini seakan terekam dalam ingatannya dan dijadikan sebagai contoh bagaimana wanita akan memperlakukan dirinya nanti seandainya ia membina hubungan dengan wanita, dan ia sama sekali tidak menginginkan hal seperti demikian terjadi pada dirinya. Pada akhirnya ia jadi merasa lebih nyaman dan aman untuk berhubungan dengan kelompok jenisnya sendiri. Demikian sebaliknya yang terjadi pada anak perempuan.

Melakukan hubungan homoseksual yang bukan murni didasari oleh orientasi homoseksual (ketertarikan yang bersifat romantis) melainkan karena dimotivasi oleh rasa tergantung terhadap sesama jenis dan kebutuhan akan power (kuasa) disebut pseudohomoseksual (pseudohomosexual). The pseudohomosexual type is equated with “latent” or “unconscious” homosexuality. Seorang pseudohomoseksual meyakini bahwa dirinya lemah dan tidak memiliki kuasa/kekuatan untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan meraih apa yang diinginkannya sendirian. Karena itu ia mencari seseorang yang dapat dijadikannya sebagai pegangan, sebagai tempatnya berlindung dan bergantung. Dengan latar belakang pengalaman hidupnya, ia menemukan kenyamanan dan rasa aman ketika berhubungan dengan sesama jenisnya. Oleh karena itu seorang pseudohomosexual menjadi dependent kepada sesama jenisnya.

Sementara dalam kasus orang tua yang homoseksual, anak secara nyata dihadapkan pada sebuah fakta akan adanya hubungan homoseksual, dan hubungan demikian memang mungkin terjadi. Apabila hubungan diantara orangtua homoseksual tidak mengalami masalah dalam artian hubungan mereka baik-baik saja malah mungkin nampak harmoni, maka homoseksual dapat terjadi karena anak melakukan modelling terhadap orang tuanya.

Skala Kinsey
Skala Kinsey mencoba menggambarkan sejarah seksual seseorang atau episode aktivitas seksual mereka pada waktu tertentu. Menggunakan skala dari 0, berarti secara eksklusif heteroseksual, sampai 6, yang berarti secara eksklusif homoseksual.

Skala Deskripsi
0    Sepenuhnya heteroseksual
1    Heteroseksual, sesekali homoseksual
2    Heteroseksual, homoseksual lebih dari sesekali
3    Biseksual.
4    Homoseksual, sesekali heteroseksual
5    Homoseksual, heteroseksual lebih dari sesekali
6    Sepenuhnya homoseksual
X    Aseksual, Non-Seksual

Kekerasan seksual (Penderaan Seksual/Sexual Abuse) & Pengalaman Traumatik
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab terhadap orang lain yang berjenis kelamin sama adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual. Banyak hal yang dapat membuat seseorang melakukan kekerasan seksual semacam ini, antara lain:
–    Hasrat seksual/nafsu
–    Pelampiasan kemarahan/dendam
–    Ajang ngerjain orang, seperti: perploncoan dari senior kepada yunior, nge-bully teman yang culun, dan sejenisnya

Pada dasarnya semua orang yang melakukan hubungan seksual terhadap orang lain tanpa adanya persetujuan dari orang tersebut sudah termasuk ke dalam kategori melakukan kekerasan seksual.

Seperti apa bentuk kekerasan seksual yang dilakukan sangat bervariasi. Mulai dari memegang alat kelamin sesama jenis, menginjak-injak, memaksa untuk melakukan sesuatu hal terhadap alat kelaminnya sendiri maupun alat kelamin si pelaku, hingga menggunakan alat-alat tertentu sebagai media dalam melakukan kekerasan seksual.
Kekerasan seksual seperti ini menempatkan korban dalam sebuah situasi yang sangat ekstrim tidak menyenangkan, mengancam jiwa, tidak aman, meresahkan, kacau, dan membingungkan. Ini menjadi sebuah pengalaman traumatik dalam diri korban. Pengalaman demikian dapat mengganggu kondisi psikologis korban. Ia berusaha untuk menghindari ingatan mengenai kejadian tersebut yang membuatnya sangat tidak nyaman dan sangat terluka/”sakit”. Setiap hal yang memicu ingatannya terhadap kejadian tersebut membuatnya menjadi sangat resah, kadang muncul rasa marah, dan seringkali baik disadari maupun tanpa disadari korban melakukan upaya untuk merusak/”menyakiti” dirinya sendiri. Ini dinamakan trauma psikologis.

Pengalaman traumatik tidak hanya terbatas pada mengalami kekerasan seksual, melihat seorang yang melakukan kekerasan seksual ataupun melakukan hubungan homoseksual juga dapat menjadi sebuah pengalaman traumatik bagi seseorang.

Demikianlah terdapat 4 buah faktor lingkungan yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual, yaitu: budaya/adat istiadat; pola asuh; figur orang yang berjenis kelamin sama; dan kekerasan seksual & pengalaman traumatik.

Keempat faktor ini mempengaruhi perkembangan psikologis dan pandangan/sikap seseorang terhadap sosial yang dapat disingkat dengan istilah perkembangan psikososial. Julie C. Harren mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ini dikombinasikan dengan temparamen genetik yang mempengaruhi persepsi, secara keseluruhan akan menumbuhkan/membentuk homoseksual.

Bagaimana keempat faktor tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual, Sativoner menjelaskan demikian: Saya menjelaskan bahwa anak-anak pertama-tama akan melihat pada orang tua yang berjenis kelamin sama dengan dirinya dan kemudian melihat pada teman-teman bermain yang berjenis kelamin sama dengan dirinya untuk membentuk identitas dirnya sendiri: untuk mengerti bagaimana mereka bisa menjadi seperti mereka/memenuhi standard, menyesuaikan diri, apa saja nilai-nilai yang mereka miliki sebagai pria ataupun wanita, apa yang sebenarnya dimaksud dengan menjadi pria ataupun wanita, dan sebagainya. ketika pada anak-anak tidak terbentuk ikatan yang sehat dengan sesama jenis kelamin mereka dan kebutuhan mereka akan hubungan bersama sesama jenis kelamin tidak terpenuhi, maka kebutuhan ini tidaklah pergi; kebutuhan ini malah semakin meningkat atau mengambil bentuk lain. Khususnya, mendekati masa puber, kebutuhan yang tak terpenuhi ini mengambil bentuk seksual, kebutuhan emosional beralih menjadi seksual (Satinover, 1196).

(Sativoner menjelaskan bagaimana berlangsungnya proses homoseksual pada anak-anak, kemudian yang menjadi pertanyaan bagaimana proses yang terjadi pada orang dewasa? Pada orang yang terbentuk menjadi homoseksual setelah dewasa, faktor lingkungan yang paling besar kemungkinan mempengaruhinya adalah kekerasan seksual dan pengalaman traumatik. Seperti telah sedikit dikemukakan di atas bahwa pengalaman traumatik membawa pada trauma psikologis, demikianlah juga yang terjadi pada korban dewasa. Alih-alih mereka berusaha menghindari sensasi dari pengalaman tersebut malah seringkali ketika mereka sedang sendiri, pengalaman dan sensasi tersebut muncul dan membayang-bayangi diri mereka, demikian juga dalam mimpi. Reaksi setiap orang atas hal ini tentulah berbeda-beda tergantung pada jenis kekerasan seksual yang dilakukan dan tergantung pula pada pribadi orang tersebut. Korban kekerasan seksual yang akhirnya menjadi homoseksual pada umumnya mereka merasakan “sakit”, juga mungkin merasakan “jijik” , kecewa, dan marah. Namun mereka juga teringat akan sensasi yang dirasakan ketika kejadian tersebut terjadi dan timbullah hasrat dalam diri mereka untuk merasakan kembali sensasi tersebut. Dorongan inilah yang membuat mereka mencoba-coba dan akhirnya merasakan kenyamanan hingga terbentuk menjadi homoseksual. Namun tidak menutup kemungkinan adanya penjelasan lain dalam kasus terbentuknya homoseksual pada orang dewasa).

3.    Interaksi antara biologis dan lingkungan
Penelitian yang dilakukan tidak pernah secara pasti menyatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai homoseksual. Dalam faktanya, penelitian yang dilakukan mengindikasikan adanya banyak faktor, termasuk kemungkinan faktor biologis dan lingkungan yang berkontribusi terhadap orientasi homoseksual (LeVay, 1996; Whitehead & Whitehead, 1999).

Beberapa pihak mengatakan bahwa dengan menerima faktor lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual berarti hendak menyatakan bahwa kaum homoseksual memilih untuk menjadi homoseksual. Pernyataan ini dicapai dengan didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa pada dasarnya manusia itu diberikan kehendak bebas untuk memilih dan menentukan jalan hidup mereka sendiri. Dengan demikian meskipun lingkungan dapat melakukan segala sesuatu, menciptakan situasi dan kondisi tertentu, dan mempengaruhi seseorang namun keputusan tetaplah berada di tangan orang tersebut untuk memilih. Maka muncullah sebuah pernyataan bahwa homoseksual adalah hasil sebuah pilihan yang dibuat oleh diri sendiri.
Sementara dari sisi faktor biologis, dengan menerima faktor biologis sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya homoseksual berarti hendak menyatakan bahwa kaum homoseksual terlahir dan dipilih sebagai homoseksual. Pernyataan ini dicapai dengan didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa manusia lahir dengan kondisi genetik, otak, hormon, dan sususan syaraf tertentu yang telah diberikan oleh-Nya demikian adanya. Mereka tidak memilih untuk memiliki rangkaian genetik, otak, hormon, dan susunan syaraf tertentu yang  dapat menjadikan mereka homoseksual. Kaum homoseksual tidak memilih untuk menjadi homoseksual. Mereka lahir dengan kondisi demikian, mereka dipilih sebagai homoseksual.

Kedua pemikiran ini nampak saling bertolak belakang, satu di ekstrim kanan dan satu lagi di ekstrim kiri. Julie C. Harren membawa sebuah pemikiran baru dalam menyikapi hal ini bahwa lingkungan turut berperan dalam membentuk homoseksual. Lingkungan turut mengambil bagian dan bukan semata-mata pilihan dari seseorang untuk menjadi homoseksual. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang (faktor lingkungan) dikombinasikan dengan temparamen genetik (faktor biologis) yang mempengaruhi persepsi, maka secara keseluruhan akan menumbuhkan/membentuk homoseksual.

Dengan demikian, untuk yang memandang homoseksual sebagai pengaruh dari faktor biologis, bahwa seorang homoseksual dipilih sebagai homoseksual nampaknya homoseksual bukan menjadi harga mati. Sementara untuk yang memandang homoseksual sebagai pengaruh lingkungan, bahwa seorang homoseksual memilih untuk menjadi homoseksual nampaknya perlu mengembangkan sikap lebih toleran, menghargai, berempati, dan kindness terhadap homoseksual, tidak semata-mata menghakimi dan mengecam – karena lingkungan pun turut berperan dan turut ambil bagian dalam membentuk homoseksual.

Homoseksual Ditinjau Dari Psikologi
Psikologi adalah salah satu disiplin ilmu pertama yang mempelajari orientasi homoseksual sebagai fenomena diskrit (terpisah). Upaya pertama mengklasifikasikan homoseksualitas sebagai penyakit dibuat oleh gerakan seksolog amatir Eropa di akhir abad ke-19. Pada tahun 1886, seksolog terkemuka, Richard von Krafft-Ebing, menyejajarkan homoseksualitas bersama dengan 200 studi kasus praktik seksual menyimpang lainnya dalam karya, Psychopathia Sexualis. Krafft-Ebing mengedepankan bahwa homoseksualitas disebabkan oleh “kesalahan bawaan lahir [selama kelahiran]” atau “inversi perolehan”. Dalam dua dekade terakhir dari abad ke-19, pandangan lain mulai mendominasi kalangan medis dan psikiatris, menilai perilaku tersebut menunjukkan jenis individu dengan orientasi seksual bawaan dan relatif stabil. Pada akhir abad 19 dan awal abad 20, homoseksualitas dipandang secara umum sebagai penyakit.

American Psychological Association, American Psychiatric Association, dan National Association of Social Workers berpendapat:
“Pada tahun 1952, ketika Asosiasi Psikiatri Amerika pertama kali menerbitkan Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, homoseksualitas dikategorikan sebagai gangguan mental. Namun, pengklasifikasian tersebut segera menjadi sasaran pemeriksaan kritis dalam penelitian yang didanai oleh Institut Kesehatan Mental Nasional. Studi dan penelitian berikutnya secara konsisten gagal menghasilkan dasar empiris atau ilmiah yang menunjukkan homoseksualitas sebagai gangguan atau kelainan. Dari berbagi kumpulan hasil penelitian homoseksualitas, para ahli bidang kedokteran, kesehatan mental, ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku mencapai kesimpulan bahwa pengklasifikasian homoseksualitas sebagai gangguan mental tidak akurat dan bahwa klasifikasi DSM mencerminkan asumsi yang belum teruji, yang didasarkan pada norma-norma sosial yang pernah berlaku dan pandangan klinis dari sampel yang tidak representatif yang terdiri dari pasien yang mencari terapi penyembuhan dan individu-individu yang masuk dalam sistem peradilan pidana karena perilaku homoseksualitasnya.

Sebagai pengakuan bukti ilmiah, Asosiasi Psikiatri Amerika menghapuskan homoseksualitas dari DSM pada tahun 1973, menyatakan bahwa “homoseksualitas sendiri menunjukkan tidak adanya gangguan dalam penilaian, stabilitas, keandalan, atau kemampuan sosial umum atau vokasional”. Setelah meninjau data ilmiah secara seksama, Asosiasi Psikologi Amerika melakukan tindakan yang sama pada tahun 1975, dan mendesak semua pakar kejiwaan “untuk memimpin menghilangkan stigma penyakit mental yang telah lama dikaitkan dengan orientasi homoseksual”. Asosiasi Nasional Pekerja Sosial pun menerapkan kebijakan serupa.

Kesimpulannya, para pakar kejiwaan dan peneliti telah lama mengakui bahwa menjadi homoseksual tidak menimbulkan hambatan untuk menjalani hidup yang bahagia, sehat, dan produktif, dan bahwa sebagian besar kalangan gay dan lesbian bekerja dengan baik di berbagai lembaga sosial dan hubungan interpersonal”.

Penelitian dan literatur klinis menunjukkan bahwa atraksi seksual dan cinta, perasaan, dan perilaku dalam konteks hubungan sesama jenis bersifat normal dan positif. Konsensus ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku dan profesi kesehatan dan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksualitas merupakan variasi normal dan positif dari orientasi seksual manusia. Kini, terdapat bukti penelitian yang menunjukkan bahwa menjadi gay, lesbian atau biseksual sesuai dengan kesehatan mental normal dan penyesuaian sosial. ICD-9 yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (1977) mencantumkan homoseksualitas sebagai penyakit kejiwaan; kemudian dihilangkan dalam ICD-10 yang disahkan oleh Sidang Majelis Kesehatan Dunia ke-43 pada tanggal 17 Mei 1990. Seperti DSM-II, ICD-10 menambahkan orientasi seksual ego-distonik, mengacu kepada individu yang ingin mengubah identitas gender atau orientasi seksual mereka karena gangguan perilaku atau psikologis( F 66,1 ). Masyarakat Psikiatri China menghapuskan homoseksualitas dari Klasifikasi Gangguan Mental China pada tahun 2001, lima tahun setelah dilakukan studi oleh asosiasi tersebut. Menurut Royal College of Psychiatrists “sejarah buram ini menunjukkan bagaimana marjinalisasi terhadap sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu (dalam hal ini kasus homoseksualitas) dapat menyebabkan praktik medis berbahaya dan dasar diskriminasi di masyarakat. Namun, pengalaman diskriminasi dalam masyarakat dan kemungkinan penolakan oleh sebaya, kerabat, dan yang lainnya, seperti kolega, mengakibatkan sejumlah individu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) mengalami kendala kesehatan mental dan masalah penyalahgunaan obat yang lebih kuat ketimbang rata-rata. Meskipun ada klaim dari kelompok-kelompok politik konservatif di Amerika Serikat bahwa tingginya kendala kesehatan mental adalah bukti bahwa homoseksualitas itu sendiri merupakan gangguan mental, tidak ada bukti apapun yang dapat mendukung klaim seperti itu.

Kebanyakan individu lesbian, gay, dan biseksual menjalani psikoterapi dengan alasan sama seperti individu heteroseksual (stres, hubungan kesulitan, kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi sosial atau tempat kerja, dll); orientasi seksual mereka mungkin penting, sepele, atau tidak penting bagi perlakuan dan pokok permasalahan mereka. Apapun masalahnya, ada risiko tinggi prasangka anti-gay terhadap klien psikoterapi yang lesbian, gay, dan biseksual  Penelitian psikologis untuk hal ini telah membantu melawan sikap dan tindakan berprasangka (“homofobia”) yang merugikan, dan secara umum membantu gerakan perjuangan hak-hak LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).

Penerapan psikoterapi yang disetujui harus didasarkan pada fakta-fakta ilmiah berikut:
•    Ketertarikan seksual, perilaku, dan orientasi sesama jenis merupakan varian seksualitas manusia yang bersifat normal dan positif, tidak menunjukkan gangguan mental atau perkembangan.
•    Homoseksualitas dan biseksualitas di anggap buruk, dan stigma ini dapat memiliki berbagai konsekuensi negatif (misalnya, stres minoritas) sepanjang rentang kehidupan (D’Augelli & Patterson, 1995; DiPlacido, 1998; Herek & garnet, 2007; Meyer, 1995, 2003 ).
•    Perilaku dan ketertarikan seksual sesama jenis dapat terjadi dalam konteks ragam orientasi seksual dan identitas orientasi seksual (Diamond, 2006; Hoburg et al, 2004;. Rust, 1996; Savin-Williams, 2005).
•    Individu-individu gay, lesbian, dan biseksual dapat hidup bahagia dan memiliki hubungan dan keluarga yang stabil dan berkomitmen, setara dengan hubungan heteroseksual dalam pokok-pokok penting (APA, 2005c; Kurdek, 2001, 2003, 2004; Peplau & Fingerhut, 2007) .
•    Tidak ada studi empiris atau penelitian ulasan sepadan (peer-review research) yang mendukung teori yang mengaitkan orientasi seksual sesama jenis dengan disfungsi keluarga atau trauma (Bell dkk, 1981;. Bene, 1965; Freund & Blanchard, 1983; Freund & Pinkava, 1961; Hooker, 1969; McCord et al, 1962;. DK Peters & Cantrell, 1991; Siegelman, 1974, 1981;. Townes et al, 1976).

Etiologi
American Psychological Association, American Psychiatric Association, dan National Association of Social Workers pada tahun 2006 menyatakan:
“Saat ini, tidak ada kesepakatan ilmiah tentang faktor-faktor yang menyebabkan individu menjadi heteroseksual, homoseksual, atau biseksual -termasuk kemungkinan dampak biologis, psikologis, atau sosial orientasi seksual orang tua. Namun, bukti yang tersedia menunjukkan bahwa sebagian besar lesbian dan gay dewasa dibesarkan oleh orangtua heteroseksual dan sebagian besar anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua lesbian dan gay tumbuh menjadi heteroseksual”.

Pada tahun 2007, Royal College of Psychiatrists menyatakan:

“Meskipun spekulasi psikoanalitik dan psikologis telah berlangsung hampir satu abad, namun tidak ada bukti substantif yang mampu mendukung pendapat bahwa pola asuh atau pengalaman anak periode awal berperan dalam pembentukan dasar orientasi heteroseksual atau homoseksual seseorang. Orientasi seksual bersifat alamiah di alam, dan ditentukan oleh serangkaian interaksi kompleks faktor genetik dan masa kandungan awal. Orientasi seksual, karenanya, bukan merupakan pilihan”.

American Academy of Pediatrics dalam Pediatrics pada tahun 2004 menyatakan: “Orientasi seksual mungkin tidak ditentukan oleh satu faktor, tetapi oleh gabungan pengaruh genetik, hormon, dan lingkungan. Dalam beberapa dekade terakhir, teori-teori biologi telah dikemukakan para ahli. Tetapi, tetap menjadi kontroversi dan tidak pasti tentang asal-usul ragam orientasi seksual manusia, tidak ada bukti ilmiah bahwa kelainan pola asuh, pelecehan seksual, atau sejarah hidup buruk lainnya mempengaruhi orientasi seksual. Pengetahuan saat ini berpendapat bahwa orientasi seksual biasanya dibentuk selama usia dini”.

American Psychological Association menyatakan “mungkin ada banyak penyebab terbentuknya orientasi seksual seseorang dan sebab-sebab tersebut berbeda pada tiap individu”, dan mengatakan orientasi seksual kebanyakan orang ditentukan pada usia dini. Penelitian tentang bagaimana orientasi seksual pada pria dapat ditentukan oleh faktor genetik atau faktor prenatal lainnya, menjadi perdebatan sosial dan politik terkait dengan isu homoseksualitas, dan juga menimbulkan kekhawatiran tentang profil genetik dan pengujian pralahir.

Profesor Michael King menyatakan: “Kesimpulan yang dicapai oleh para ilmuwan dalam menyelidiki asal-usul dan stabilitas orientasi seksual adalah bahwa itu merupakan karakteristik manusia yang terbentuk sejak awal kehidupan, dan tidak dapat berubah. Bukti ilmiah asal usul homoseksualitas dianggap relevan sebagai perdebatan teologis dan sosial karena adanya anggapan bahwa orientasi seksual adalah sebuah pilihan”.

Biseksualitas bawaan (atau kecenderungan biseksual) adalah istilah yang diperkenalkan Sigmund Freud, mengacu pada karya rekannya, Fliess Wilhelm, yang menguraikan bahwa semua manusia dilahirkan biseksual tetapi seiring perkembangan psikologis – yang mencakup faktor eksternal dan internal – seorang individu menjadi monoseksual, sementara biseksualitas tetap dalam keadaan laten.

Para penulis dari penelitian pada tahun 2008 menyatakan “ada cukup bukti bahwa orientasi seksual manusia dipengaruhi secara genetik, sehingga tidak diketahui bagaimana homoseksualitas, yang cenderung menurunkan keberhasilan reproduksi, mampu bertahan dalam populasi pada frekuensi yang relatif tinggi”. Mereka berhipotesis bahwa “walaupun gen yang membawa kecenderungan homoseksualitas mengurangi keberhasilan reproduksi homoseksual, gen tersebut dapat memberikan beberapa keuntungan pada heteroseksual yang membawa gen itu”. Hasil studinya menunjukkan bahwa “gen” yang membawa kecenderungan homoseksualitas dapat memberikan keuntungan perkawinan pada heteroseksual, yang dapat membantu menjelaskan evolusi dan terjaganya homoseksualitas dalam populasi”. Sebuah studi tahun 2009 juga memperlihatkan peningkatan kesuburan wanita yang signifikan berhubungan dengan keturunan homoseksual dari garis ibu (tetapi tidak pada mereka yang berada pada garis keturunan ayah).

Dalam abstraksi studinya tahun 2010, Garcia-Falgueras dan Swaab menyatakan, “otak janin berkembang selama masa intrauterin, pada janin yang mengarah ke pembentukan bayi laki-laki terjadi melalui kerja testosteron pada sel-sel sarafnya yang berkembang, atau yang ke mengarah ke perempuan melalui absennya lesakan hormon ini. Dengan cara ini, identitas gender kita (keyakinan tergabung dalam gender pria atau wanita) dan orientasi seksual telah diprogram atau diatur dalam struktur otak ketika masih dalam kandungan. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa lingkungan sosial setelah kelahiran membawa pengaruh pada identitas gender atau orientasi seksual”.

Resiko Yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual
Kategori Klinis
Setiap identitas status yang melekat pada seseorang, setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang dilakukan pasti mengandung resiko. Bahkan hidup sendiri adalah sebuah resiko yang harus dijalani dan dihadapi. Demikian juga dengan identitas seksual, baik itu heteroseksual, homoseksual, biseksual semuanya memiliki resiko yang harus dijalani dan dihadapi.

Berbicara mengenai homoseksual, resiko yang rentan dihadapi oleh homoseksual, dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu berdasarkan: sumber resiko & jenis resiko.
1.    Sumber Resiko
Berdasarkan sumber resiko dapat dilihat sumber/asal usul darimana resiko tersebut datang. Maka resiko yang rentan dihadapi oleh homoseksual dapat dibedakan menjadi dua:
a.    Resiko yang harus dihadapi dari lingkungan eksternal
Keberadaan kaum homoseksual di tengah-tengah masyarakat dan di dalam berinteraksi/bersosialisasi dengan lingkungan senantiasa dihadapkan pada hukum, norma, nilai-nilai, dan aturan tertulis maupun tidak tertulis, serta stereotipe yang berlaku di masyarakat. Misalnya saja hukum negara yang tidak memperbolehkan terjadinya pernikahan antara sesama jenis kelamin, norma agama yang tidak memperbolehkan hubungan homoseksual, aturan tidak tertulis yang berlaku di masyarakat untuk menghindari relasi dengan kaum homoseksual, menutup kesempatan bagi kaum homoseksual untuk berkarya/bekerja, bersekolah atau pun kesempatan untuk mendapat pelayanan kesehatan yang sama dengan yang lain.

Situasi di atas berpotensi menghasilkan reaksi dan perlakuan yang bermacam-macam dari lingkungan di sekelilingnya. Ada yang bersikap biasa, ada yang memandang sebelah mata, ada pula yang  hingga perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dikucilkan, disisihkan/dijauhi oleh keluarga, teman, dan lingkungan kerja, serta masyarakat.

Inilah sekelumit gambaran resiko-resiko yang kerap dihadapi oleh kaum homoseksual ketika mereka berada di tengah-tengah masyarakat dan menjalin interaksi/bersosialisasi dengan lingkungannya. Tidak menutup kemungkinan ada kaum homoseksual yang menghadapi situasi dan respon berbeda dari masyarakat.  Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hukum dan budaya yang berlaku antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian sangat mungkin terjadi kaum homoseksual tertentu di masyakat A dengan budaya dan nilai-nilai tertentu memiliki resiko perlakuan yang berbeda dengan kaum homoseksual di masyarakat B dengan budaya dan nilai-nilai yang tidak sama.

b.    Resiko yang berasal dari perilaku sendiri/lifestyle
Seorang homoseksual senantiasa berhadapan dengan adanya realitas gaya hidup tertentu yang berlaku di kalangan kaum homoseksual. Gaya hidup ini meliputi cara, perilaku, dan kebiasaan tertentu baik itu dalam mengekspresikan orientasi seksual, bersosialisasi, maupun menjalani hidup sehari-hari.

Gaya hidup tertentu pada kaum homoseksual dapat beresiko buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental & emosional, seperti: berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual (berhubungan intim); melakukan hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom); melakukan anal sex; minum-minuman keras & narkoba.

(Penelitian mengenai homoseksual pria menunjukkan bahwa lebih dari 75% pria homoseksual mengaku telah melakukan hubungan seksual bersama lebih dari 100 pria berbeda sepanjang hidup mereka: sekitar 15% dari mereka pernah mempunyai 100-249 pasangan seks, 17% mengklaim pernah mempunyai 250-499, 15% pernah mempunyai 500-999, dan 28% mengatakan pernah berhubungan dengan lebih dari 1.000 orang dalam hidup  mereka. (Bell AP, Weinberg MS. Homosexualities. New York 19781)).

(Pada wanita-wanita lesbian, total jumlah pasangan seks lebih rendah, namun tetap diatas rata-rata jika dibandingkan wanita heteroseksual. Banyak wanita lesbian juga berhubungan seks dengan pria. Wanita lesbian 4 kali lebih memungkinkan untuk mempunyai lebih dari 50 pasangan pria sepanjang hidupnya dibandingkan wanita heteroseksual. (Fethers K et al. Sexually transmitted infections and risk behaviours in women who have sex with women. Sexually Transmitted Infections 2000; 76: 345-9.1)).

Gaya hidup demikian beresiko terhadap terganggunya kesehatan fisik, seperti: STI’s (Sexual Transmitted Infections)/STD’s (Sexual Transmitted Diseases) termasuk HIV-AIDS; dan terganggunya kesehatan mental & emosional, seperti: kecemasan berlebihan, depresi, merusak/menyakiti diri sendiri, dan sebagainya.

2.    Jenis Resiko
Berdasarkan jenis resiko, resiko yang rentan dihadapi oleh homoseksual dapat dibedakan menjadi tiga:
A.    Resiko sehubungan dengan kesehatan mental dan emosional
Sebuah penelitian baru di UK menemukan bahwa orang-orang homoseksual 50% lebih rentan mengalami depresi dan menggunakan narkoba jika dibandingkan dengan populasi normal lainnya, laporan Health24.com2) (London, 17 September 2008 (LifeSiteNews.com)

(The British Journal of Psychiatry tahun 2004, mengeluarkan sebuah hasil penelitian mengenai penyakit mental yang tinggi pada pria gay, lesbian, dan pria & wanita biseksual. Penelitian ini mensurvei penyakit mental yang dialami oleh orang-orang gay dan biseksual di Inggris dan Wales antara September 2000 dan July 2002. Survey ini mencakup 2430 orang gay dan biseksual diatas usia 16 tahun. Penelitian menemukan rata-rata yang tinggi dalam melakukan perbuatan menyakiti diri sendiri baik yang di rencanakan atau disengaja di antara group ini: 42% pria gay, 43% lesbian, 49% pria dan wanita biseksual. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of Consulting and Clinical Psychology menemukan hal sebagai berikut: pria gay dan biseksual lebih rentan di-diagnosa mengalami sedikitnya 1 dari 5 gangguan kesehatan mental daripada laki-laki heteroseksual. Wanita lesbian-biseksual lebih mungkin melaporkan diri mengalami masalah sehubungan dengan gangguan mental daripada wanita heteroseksual dalam tahun-tahun sebelum mereka di interview. 24% wanita lesbian dan biseksual mengalami 2 atau lebih gangguan mental di tahun sebelumnya3).

(Setelah menganalisa sekitar 25 penelitian terdahulu mengenai orientasi seksual dan kesehatan mental, para peneliti mengatakan dalam sebuah jurnal medis BMC Psychiatry bahwa resiko bunuh diri dapat melambung hingga 200% jika seseorang terlibat dalam gaya hidup homoseksual2).

(Dua penelitian yang dilakukan oleh American Medical Association Archives of General Psychiatry pada Oktober 1999 menyatakan adanya hubungan yang kuat antara homoseksualitas dan perilaku bunuh diri, demikian juga dengan gangguan mental dan emosi lainnya4).

(Anak muda yang mengidentifikasi dirinya sebagai homoseksual, lesbian dan biseksual empat kali lebih mungkin menderita depresi berat, tiga kali lebih mungkin menderita gangguan kecemasan, empat kali lebih mungkin menderita gangguan perilaku, enam kali lebih mungkin menderita kombinasi gangguan mental, dan lebih dari enam kali lebih mungkin melakukan bunuh diri4).

Data-data penelitian yang dilakukan oleh berbagai sumber diatas membenarkan adanya resiko gangguan kesehatan mental dan emosional pada homoseksual, seperti: depresi, gangguan mental, gangguan kecemasan, gangguan perilaku (melakukan penganiayaan-kekerasan seksual atau fisik/sexual or physical abuse), menyakiti/melukai diri sendiri, hingga perilaku bunuh diri.

Dinamika penyebab gangguan mental & emosional
Apakah yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mental dan emosional seperti demikian pada homoseksual? Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal ini:
*    Tekanan psikologis terhadap penderitaan/kondisi yang tidak menyenangkan, seperti: homophobia; HIV-AIDS; non HIV STD’s seperti: Syphilis, Anal Cancer, Gonorrhoea, Chlamydia, Herpes, Genital Warts; masalah body image. Tekanan psikologis dapat membuat seorang homoseksual menjadi stres dan ketika ia tidak mampu menghadapi stres ini (distress), dirinya menjadi tidak terkendali dan tidak mampu mengkontrol dirinya sendiri. Dalam situasi demikian orang ini dikendalikan sepenuhnya oleh emosi-emosi negatif di dalam dirinya seperti: depresi, kecemasan/ketakutan yang berlebihan,  mengasihani diri sendiri, amarah, iri hati, dsbnya.
*    Negative self image
Negative self image terjadi ketika seseorang memandang dan meyakini dirinya sendiri tidak berharga, rendah diri (bukan rendah hati loh!), dan tidak berdaya (Internalised homophobia).

“Negative self image is views self as socially inept, unappealing, or inferior to others” (www.medical-dictionary.com)

Konsep homophobia internal melihat pada sebuah pemikiran dimana kita membangun self image negatif akan diri kita sendiri akibat dari perlakuan orang lain terhadap seksualitas kita selama kita bersosialisasi.

Negative self image terbentuk pada seorang homoseksual ketika ia dihadapkan pada: pengalaman masa lalu yang menyakitkan (ditolak dan dianiaya/disakiti baik fisik maupun emosional oleh keluarga, teman-teman bermain di masa kecil, ataupun di sekolah);  perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat (homophobia) seperti dengan: memberlakukan stereotipe tertentu mengenai homoseksual, men-cap atau memberikan label negatif tertentu, memberikan tekanan/memaksakan nilai-nilai, sikap, atau tindakan tertentu; serta faktor diskriminatif dalam hal beberapa hal seperti hukum, norma, nilai-nilai, dan aturan-aturan tertentu.

Seorang homoseksual berkata: “Homophobia dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Hal ini merusak/mengganggu kesehatan fisik dan mental kita. Dan dapat mempengaruhi bagaimana kita menilai diri sendiri dan masa depan kita. Kita mungkin akan mencoba mengatasi tekanan tersebut dengan minum-minum, menggunakan narkoba, merokok atau seks”.

*    Terlibat dalam melakukan hubungan seksual (hubungan intim) homoseksual.
Dalam sebuah wawancara dengan Zenith News, Dr. Richard Fitzgibbons, seorang psikiater anak kecil dan dewasa yang sudah berpraktek lebih dari 27 tahun mengatakan: “Dibandingkan dengan sampel kontrol yang tidak pernah mengalami pengalaman homoseksual dalam jangka waktu 12 bulan sebelum interview, pria yang pernah mempunyai pengalaman kontak/hubungan homoseksual apapun dalam periode tersebut lebih mungkin merasakan depresi berat, bipolar disorder, panic disorder, agoraphobia, dan OCD. Wanita dengan pengalaman kontak/hubungan homoseksual dalam jangka waktu 12 bulan terakhir lebih sering di diagnosa mengalami depresi berat, phobia sosial atau ketergantungan alkohol”.

Dia menyimpulkan dengan berkata, “Pria dan wanita dengan sejarah hubungan homoseksual lebih sering mengalami hampir semua gangguan psikiatri yang diukur dalam penelitian tersebut. Penemuan ini adalah hasil dari gaya hidup yang ditandai oleh kebiasaan melakukan hubungan seks yang sembarangan dan ketidakmampuan untuk melakukan komitmen, dikombinasikan dengan kesedihan, perasaan tidak aman yang amat sangat, amarah dan masalah ketidakpercayaan semenjak masa kecil dan remaja yang belum terselesaikan”.

Persepsi dan sikap seorang homoseksual terhadap hubungan seksual yang dilakukan memiliki konsekuensi terhadap kesehatan mental dan emosionalnya. Ketika ia menaruh persepsi dan sikap negatif terhadap hubungan seksual yang dilakukannya maka perasaan-perasaan tidak menyenangkan akan hadir dalam dirinya dan mengganggunya.

Persepsi dan sikap negatif ini bisa berwujud guilt (perasaan bersalah), fear (ketakutan), shame (rasa malu) karena keyakinan bahwa hubungan seksual yang dilakukannya tersebut tidaklah baik, keyakinan bahwa hubungan seksual yang dilakukannya bukanlah atas kehendak bebasnya sendiri, keyakinan bahwa hubungan seksual yang dilakukannya tidak membawanya pada apapun, tidak memberikan sesuatu yang berarti, atau tidak akan ada ujungnya, menjadikan hubungan seksual sebagai sebuah pelarian atau pelampiasan atas emosi-emosi negatif yang dirasakannya, dsbnya. Akibatnya, setiap habis mengecap kenikmatan sesaat, dirinya malah terluka oleh rasa tidak berguna, rasa kesepian yang dalam, kehampaan, rasa bersalah, rasa berdosa, dan sebagainya.

Akhirnya terbentuk mata rantai yang patologis (tidak sehat), melakukan hubungan seksual kemudian merasa terluka, akhirnya menyakiti diri sendiri lantas mencari pleasure/hal-hal yang dapat menyenangkan dirinya (mengobati dari rasa sakit) dengan melakukan hubungan seksual lagi dan kemudian berulang lagi dan demikianlah seterusnya.

Menurut Sanderson (www.lesbianinformationservice.org 1995), dampak-dampak dari staying in the closet/coming out bagi homoseksual khususnya wanita lesbian, adalah:
a.    Penghindaran intimasi khususnya dari orang-orang terdekat, serta menempatkan ketegangan dalam  hubungannya dengan pasangan. Sebaliknya semakin terbuka individu tentang orientasi seksualnya, maka semakin sempurna individu tersebut dan menjadi lebih sehat, baik secara fisik maupun emosional.
b.    Menyebabkan depresi, ketergantungan terhadap alkohol, drug abuse, bunuh diri dan perilaku lain yang menyakiti diri sendiri.

Coming out adalah proses dari penemuan atau penerimaan diri sendiri dan pemberitahuan tentang orientasi lesbian atau gay (homoseksual) seorang individu kepada orang lain7.

B. Resiko sehubungan dengan kesehatan fisik/biologis
Perilaku seksual tertentu dapat beresiko mengganggu kesehatan fisik/biologis pada kaum homoseksual. Seperti: melakukan hubungan seksual bebas/berganti-ganti pasangan bahkan dengan orang yang tidak dikenal; melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti: tidak menggunakan kondom dan tidak mengetahui diagnosa/status kesehatan seksual (HIV-AIDS, penyakit kelamin) pasangan main; dan melakukan anal sex adalah perilaku-perilaku seksual yang beresiko besar mengganggu kesehatan fisik/biologis kaum homoseksual.

Dr. Xiridou melakukan penelitian mengenai penyebaran HIV di antara homoseksual di Belanda dan menemukan bahwa penyebaran HIV lebih cepat diantara pasangan homoseksual yang menganggap mereka menjalani “steady” relationship/hubungan yang “tetap”. Pasangan-pasangan ini gagal untuk melibatkan diri dalam perilaku seks yang aman/”safe sex” dan terlibat dalam 6-10 hubungan seksual tambahan diluar dari hubungan dengan pasangan utama mereka setiap tahunnya. Sementara mereka yang menganggap hubungan seksual mereka adalah “casual” terlibat dalam 16-28 hubungan seksual diluar dari dari hubungan dengan pasangan utama mereka setiap tahunnya. (AIDS,17:1029-1038, 2003)
British health officials in 2004 also expressed concern about homosexuals who use the internet to locate sex orgies, where HIV-infected and non-infected homosexuals engage in unprotected sex3. (Pejabat kesehatan British, UK pada tahun 2004 juga menyatakan keprihatinannya terhadap para homoseksual yang menggunakan Internet untuk mencari pesta seks, dimana para homoseksual yang terjangkit HIV dan yang tidak bersama-sama ikut terlibat dalam melakukan hubungan seks tanpa pengaman3).

Sebuah penelitan epidemiologi” dari Vancouver, Canada mentabulasikan data antara tahun 1987 dan 1992 terkait kematian yang disebabkan oleh AIDS dan menemukan bahwa pria homoseksual atau biseksual kehilangan waktu hidup hingga 20 tahun dari perkiraan usia hidupnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jika 3% dari populasi yang diteliti adalah gay atau biseksual, maka probabilitas/peluang dari seorang pria gay atau biseksual yang berumur 20 tahun untuk dapat hidup sampai dengan usia 65 tahun adalah 32%, dibandingkan dengan 78% pada pria lainnya secara umum. Dampak buruk/merusak dari merokok jika diperbandingkan-perokok kehilangan waktu hidup rata-rata sekitar 13.5 tahun dari perkiraan usia hidupnya.

Resiko-resiko gangguan kesehatan yang dapat dialami dari perilaku seksual tidak sehat tersebut adalah sebagai berikut:

*    HIV-AIDS
Pada tahun 1997, koran New York Times memuat artikel yang berisi bahwa seorang pria homoseksual mempunyai peluang 50% untuk terjangkit HIV pada usia pertengahan. (Sheryl Gay Stolberg, “Gay Culture Weighs Sense and Sexuality,” New York Times (Late edition, east coast), November 23, 1997, section 4, p.1.

Pada tahun 1998, 54% dari semua kasus AIDS di Amerika Serikat adalah pria homoseksual dan menurut Center for Disease Control (CDC), 90% dari pria ini terjangkit HIV melalui akitivitas seks bersama pria lain. (Centers for Disease Control and Prevention, 1998, June, HIV/AIDS Surveillance Report 10 (1).

Bahkan yang lebih mencengangkan, CDC melaporkan pada tahun 1998  sekitar setengah dari seluruh kasus infeksi HIV terbaru di AS terjadi diantara orang-orang berusia dibawah 25 tahun. Diantara orang -orang berusia 13-24 tahun ini, 52% dari seluruh kasus AIDS pria yang tercatat pada tahun 1997 merupakan pria muda yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. (CDC Fact Sheet: “Young People at Risk,” Center for Disease Control & Prevention, National Center for HIV, STD and TB Prevention Division of HIV/AIDS Prevention, July 24, 1998.

Pada bulan November 2003, CDC mengatakan bahwa trend infeksi HIV naik di 29 negara bagian. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 40.000 orang pengidap HIV baru, dan 70% diantaranya adalah pria. Dari pria yang terjangkit ini, 60% diantaranya terinfeksi melalui hubungan homoseksual, 25% melalui narkoba, dan 15% melalui hubungan heteroseksual.

Pada April 2005, CDC mengeluarkan hasil penelitian terhadap 5.600 pria gay dan biseksual mengenai kebiasaan seks dan sikap mereka sewaktu dilakukan tes HIV. 10% dari orang yang disurvei terjangkit HIV positif. CDC menemukan bahwa di antara mereka yang terjangkit HIV positif, 77% tidak mengetahui bawah mereka terinfeksi dan 50% terlibat dalam hubungan seks tanpa pengaman dalam waktu 6 bulan terakhir.

Sementara menurut data WHO, di Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari 150%. Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan epidemik HIV tercepat. Menurut data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), di Indonesia sampai dengan 30 September 2007 jumlah kasus AIDS secara kumulatif yang dilaporkan mencapai : 10.384 kasus. Pencapaian ini diperoleh berdasarkan laporan dari 32 provinsi atau 186 kabupaten/kota . Cara penularan kasus AIDS kumulatif dilaporkan melalui: IDU (Injecting Drug User) 49,5%, Heteroseksual 42%, dan Homoseksual 4%6.

Jika dilihat dari data ini, seakan kasus AIDS melalui hubungan homoseksual terbilang sangat minim.  Namun data berikutnya akan menyebutkan adanya kerentanan homoseksual terhadap IDU (49%). Oleh karena itu sepatutnya kaum homoseksual tetap peka dan peduli dalam menyikapi adanya fenomena 4% (+/- 415 orang) dari kaum homoseksual yang terkena HIV atau AIDS. Penjelasan mengenai hubungan antara Homoseksual dengan kerentanan terhadap IDU akan dijelaskan setelah ini.

*    Anal Cancer
Menurut J.R. Daling et.al, “Correlates of Homosexual Behavior and the Incidence of Anal Cancer”, Journal of the American Medical Association 247, no.14, 9 April 1982, pp. 1988-90, resiko kanker anal (dubur) melesat hingga 4.000% diantara mereka yang terlibat dalam berhubungan seks menggunakan lubang anal (dubur).

Pada tahun 2004, pejabat kesehatan di King County, Washington, melaporkan adanya kenaikan drastis pada kasus-kasus kanker anal akibat hubungan seks homoseksual.

*    STI’s / STD’s lainnya, seperti: chlamydia trachomatis, cryptosporidium, giardia lamblia, herpes simplex virus, human papilloma virus (HPV) or genital warts, isospora belli, microsporidia, gonorrhea, viral hepatitis types B & C and syphilis.

Sementara penggunaan kondom dapat mengurangi resiko terjangkit HIV sebesar 85%, di sisi lain bahkan jika kondom digunakan 100% sepanjang waktu, kondom tetap gagal memberikan tingkat perlindungan yang adekuat dari banyak STD’s lain di luar HIV seperti Syphilis, Gonorrhoea, Chlamydia, Herpes, Genital Warts dan lainnya. Satu-satunya seks yang aman, selain dengan menahan diri (nafsu/hasrat), adalah dengan melakukan monogami mutual dengan pasangan yang tidak terinfeksi. (Sex, Condoms, and STD’s: What We Now Know. Medical Institute for Sexual Health. 2002.

C.    Resiko yang sehubungan dengan kedua-keduanya (kesehatan mental & emosional dan  kesehatan fisik/biologis)

Perilaku dibawah ini menyangkut resiko rusaknya kondisi fisik, terganggunya kesehatan fisik/biologis serta terganggunya kondisi mental & emosional seorang homoseksual. Kedua faktor ini saling terhubung/berkorelasi satu sama lain.

*    Domestic Violence/Sex – Physical –  Emotional Abuse
Hubungan di antara sesama homoseksual seringkali diwarnai dengan kekerasan baik itu kekerasan seksual, fisik, maupun emosional. Motif dibaliknya seringkali dikarenakan masalah/gangguan mental dan emosional pada diri si pelaku homoseksual.

Sebuah penelitian terbaru akhir-akhir ini yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health menemukan bahwa 39% pria yang tertarik dengan sesama jenis pernah mengalami kekerasan/penganiayaan oleh pria homoseksual lainnya4.

Pada tahun 2003, National Coalition of Anti-Violence Programs (Program koalisi nasional anti kekerasan) mengeluarkan sebuah penelitian mengenai tingginya kasus KDRT diantara pasangan homoseksual. Penelitian ini mencatat kekerasan yang terjadi diantara pasangan gay semenjak tahun 2002 dan menemukan adanya 5000 kasus termasuk 4 pembunuhun. Data statistik yang terkumpul ini baru sebuah bagian kecil yang terkumpul dari aksi kekerasan yang ada3.

Sebuah penelitian oleh Susan Turrell berjudul “A descriptive analysis of Same-Sex Relationship Violence for a Diverse Sample” dan diterbitkan dalam Journal of Family Violence (vol 13, pp 281-293), menemukan bahwa kekerasan dalam hubungan merupakan masalah yang signifikan pada homoseksual. 44% pria gay melaporkan bahwa mereka pernah merasakan kekerasan dalam hubungan mereka; 13% melaporkan kekerasan seksual dan 83% melaporkan penganiayaan/penderaan emosional. Tingkat kekerasan lebih tinggi terjadi pada para lesbian dengan  55% melaporkan kekerasan fisik, 14% melaporkan kekerasan seksual dan 84% melaporkan penderaan emosional.

Menurut sebuah rangkuman yang dibuat oleh Knight-Ridder, penelitian memperkirakan bahwa kekerasan domestik/KDRT yang terjadi diantara pria gay berkisar dari 12% hingga 36%, dimana hampir sama dengan wanita homoseksual. Di dalam penelitian koalisi, 34% pernah mengalami kekerasan psikologis/simbolik; 22% pernah mengalami kekerasan fisik, dan 5% kekerasan seksual.

Dalam penelitian terpisah yang diterbitkan dalam The Journal of Men’s Studies (22 Maret, 2003), par peneliti mencatat bahwa sebuah survey tahun 2000 mengenai KDRTpada gay menemukan dari 52 responden, 79% pernah mengalami didorong, dijoroki ataupun ditarik; 77% pernah mengalami dihalang-halangi atau dilarang keluar oleh pasangannya; 64% pernah mengalami pemukulan dengan tangan atau kepalan tinju; 54% pernah ditampar.

Sebuah penelitian pada tahun 1998 menemukan bahwa dari orang-orang yang disurvei, 62% pernah diancam dengan menggunakan senjata dan 85% pernah mengalami kehilangan atau  kerusakan barang atau uang karena/yang dilakukan oleh pasangan yang marah. Sebagai tambahan, 39% pernah dipaksa untuk melakukan hubungan seksual oleh pasangan homoseksualnya tanpa kehendak/persetujuan dari dirinya.
*    Substance Abuse/Penyalahgunaan NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)/Narkoba
Kondisi mental dan emosional yang bermasalah; serta lifestyle/gaya hidup kaum homoseksual dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan narkoba dan minum minuman keras. Penyalahgunaan zat-zat aditif ini meliputi narkoba (ekstasi, putauw/heroin, ganja, morfin, kokain/shabu-shabu, cannabis), dan minuman keras. Penyalahgunaan zat demikian dapat mempengaruhi kesehatan tubuh seperti (gangguan otak, syaraf, hati, dan sebagainya), juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional (menjadi lebih emosional, lebih numb/tidak merasakan apapun, paranoid, delusi, halusinasi, dan sebagainya).

Penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras membuat seseorang berada dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar, dan dalam keadaan demikian orang tersebut tidak dapat mengkontrol/mengendalikan dirinya sendiri. Pada saat demikian, banyak sekali resiko yang harus siap dihadapi.

Penelitian dari seluruh dunia menunjukkan adanya pemakaian narkoba yang cukup tinggi diantara pasangan homoseksual. Sebuah laporan yang diterbitkan dalam The Atlanta Journal-Constitutuion (18 April, 2004), mengindikasikan adanya peningkatan tren diantara pria muda homoseksual, dimana mereka menggunakan ekstasi untuk mempertahankan aktivitas seksual selama pesta seks berlangsung. Mereka yang menggunakan ekstasi tiga kali lebih mungkin terjangkit HIV.

Pejabat kesehatan di Seattle melaporkan pada tahun 2001 penggunaan narkoba diantara pasangan homoseksual menunjukkan trend yang meningkat, Mereka menggunakan narkoba sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan seksual. Penggunaan narkoba berhubungan dengan melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dan melakukan hubungan seks dengan pria-pria homoseksual yang tidak dikenal. The Midwest AIDS Prevention Project menerbitkan statistik berikut tentang penggunaan narkoba diantar kaum homoseksual pada tahun 2004:

Hampir 10% dari pria gay dan biseksual yang ikut serta dalam survey yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat kota Michigan ini melaporkan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seks tanpa pengaman selagi mereka mabuk atau high. Diantara pria gay remaja, 68% minum-minuman keras, 44% menggunakan narkoba; sedangkan diantara lesbian: 83% mengkonsumsi alkohol; 56% menggunakan narkoba.

Pada tahun 1992 sebuah survey mengenai wanita lesbian dan biseksual di Fransisco menyebutkan bahwa 30% diantaranya pernah menggunakan narkoba  selain alkohol; 1 dari 7 wanita pernah mengalami kekerasan ketika sedang mabuk atau high; dan 29% melaporkan mengalami kekerasan seksual3.

Menurut artikel ini, “Secara konsisten data menunjukkan bahwa penggunaan narkoba – terutama yang masuk ke dalam pembuluh darah – berhubungan dengan meningkatnya resiko terinfeksi HIV sebesar 40%”. (Sharon Worcester, “Drug abuse in gay men linked to other issues: depression, partner abuse, and childhood sexual abuse are often intertwined with drug abuse,” (Family Practice News, March 1, 2005. 3)

Demikianlah gambaran keseluruhan mengenai resiko-resiko yang rentan dihadapi kaum homoseksual. Gambaran ini diperoleh berdasarkan hasil riset ilmiah dan obyektif. Bertujuan untuk menghadirkan pengetahuan, akan berbagai hal yang harus dan sebaiknya di ketahui oleh setiap orang, baik itu kaum homoseksual maupun heteroseksual, Kita semua diharapkan menjadi lebih peka dan waspada terhadap resiko dan ancaman yang bisa merusak/merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Dengan pengetahuan ini, setiap orang, termasuk kaum homoseksual dapat mengambil sikap dan pilihan yang tepat. Bukan hanya  sekedar mengetahui resikonya, namun juga tahu apa konsekuensinya dan dengan demikian dapat lebih mempersiapkan diri. Bertanggung jawab atas setiap pilihan dan tindakan yang dilakukan, serta melakukan  tindakan pencegahan jika diperlukan. Agar pilihan sikap, tindakan, dan keputusan yang dibuat tidak menimbulkan kerugian baik bagi dirinya maupun orang lain.

Sementara bagi kaum heteroseksual, pengetahuan ini bertujuan bukan hanya untuk memberi ilmu dan informasi, tapi sekaligus juga menjadi bekal untuk membantu kaum homoseksual dalam menyikapi persoalan yang dialami mereka secara bijaksana agar tercipta lingkungan yang lebih konstruksif bagi terbinanya jiwa  – mental yang lebih sehat.

Tulisan berikutnya akan membahas bagaimana individu menyikapi homoseksualitas pada dirinya, bagaimana menghadapinya, serta bahasan lain seputar mekanisme konstruktif yang bisa dilakukan.
50 Jenis Kelainan Seksual & Penyebabnya
Pengertian Seksual Sesat adalah kegiatan seks yang salah dan tidak normal, menyakiti dan merusak peran dan fungsi organ tubuh. Juga merusak mentalitas, meruntuhkan moralitas dan meredupkan spiritualitas. Kecenderungan perilaku seksual sesat disebabkan berkembangnya pandangan salah dan pikiran kotor, hanya mengejar ragam kenikmatan tetapi melanggar norma kepatutan dan hukum kebenaran. Akibatnya banyak orang berperilaku aneh, sakit jiwa dan hidup tidak normal. Perbuatan seksual sesat yang rutin kelak setelah kematiannya bisa berakibat fatal terjatuh ke alam neraka, alam setan kelaparan dan alam binatang, menerima penderitaan besar dan luas.

Pengidap perilaku seksual yang menyimpang atau sesat ini sepintas memang terlihat seperti orang normal pada umumnya, bedanya ada pada aktivitas seksual mereka untuk mendapatkan kenikmatan dengan cara yang tidak lazim atau wajar. Penyebabnya biasanya bersifat psikologis atau kejiwaan, lingkungan pergaulan dan faktor genetik. Lantas apa saja ya kelainan seksual yang ada saat ini?

Perilaku seks yang tidak wajar di alami beberapa orang yang mengalami kelainan seks atau yang disebut “Paraphilias”. Salah satu contohnya mempertontonkan organ kelamin kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya.

Istilah Paraphilia (kelainan seksual) pertama kali disebut oleh seorang psikoterapis bernama Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul Sexual Aberrations pada tahun 1925. Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, para berarti “di samping” dan philia berarti “cinta”.

Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat, pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.

Atau “Paraphilias” adalah perasaan seksual atau perilaku yang dapat melibatkan mitra seksual yang tidak manusia, tanpa izin, atau yang melibatkan penderitaan atau siksaan oleh satu atau kedua pasangan.

Penyebab Kelainan Seksual
Seperti dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.

Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan paraphilia disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya.

Di sisi lain, penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita paraphilia. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita paraphilia melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.

Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya bestialiti mungkin terjadi sebagai berikut: Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar kuda di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan kuda, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.

Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan bestilialiti.

Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.

Banyak penderita pedofilia yang miskin dalam keterampilan interpersonal, dan merasa terintimidasi bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak.

Jenis-Jenis Kelainan Seksual
1.     EKSIBISIONISME
Eksibisionisme adalah kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya. Dalam beberapa kasus, orang dengan eksibisionisme juga suka melakukan autoeroticism (praktek seksual merangsang diri sendiri atau masturbasi) sambil memperlihatkannya kepada orang lain.

Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.

Secara umum, tidak ada kontak yang dilakukan dengan korban, si eksibisionisme terangsang secara seksual dengan mendapat perhatian dan mengejutkan orang lain dengan tindakannya.

2. FETISISME
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan bra, celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.

Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan seksual dengan menggunakan obyek bukan manusia, paling sering pakaian dalam perempuan, sepatu, stocking, atau item pakaian lainnya.

3.     FROTTEURISME
Orang dengan gangguan ini sering menggosok-gosokkan organ kelaminnya kepada orang lain yang tidak menginginkannya. Perilaku ini sering dilakukan pada saat sibuk, di tempat ramai seperti dalam bus atau di kereta yang penuh sesak.

4.     PEDOFILIA
Pedofilia melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil, umumnya di bawah usia 13. Dideskripsikan kriteria orang dengan pedofilia berusia diatas 16 tahun, dan setidaknya 5 tahun lebih tua dari si anak yang dijadikan obyek seksualnya.

Orang dengan pedofilia bisa tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan, walaupun hampir dua kali lipat ketertarikan lebih banyak pada anak laki-laki. Biasanya orang dengan gangguan ini mengembangkan prosedur dan strategi untuk mendapatkan akses dan kepercayaan anak-anak.

5.     SEKSUAL MASOKISME
Masokisme adalah istilah yang digunakan untuk kelainan seksual tertentu, namun yang juga memiliki penggunaan yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan dan kegembiraan yang diperoleh dari rasa sakit pada diri sendiri, baik yang berasal dari orang lain atau dengan diri sendiri.

Gangguan ini biasanya terjadi sejak kanak-kanak atau menginjak remaja yang sudah mulai kronis. Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan dengan mengalami rasa sakit. Masokisme adalah satu-satunya kelainan paraphilia yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen makosis adalah perempuan.

Istilah ini berasal dari nama seorang penulis asal Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit.

Dalam arti lebih luas, masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari penderitaan sakit. Pandangan psikoanalitik bahwa masokisme adalah agresi berbalik ke dalam, ke diri, ketika seseorang merasa terlalu bersalah atau takut untuk mengungkapkannya secara lahiriah.

6.     SEKSUAL SADISME/SADOMASOKISME
Seorang individu sadisme mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut pengebirian, sedangkan penjelasan perilaku sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme dan masokisme) adalah perasaan secara fisiologis mirip dengan gairah seksual.

Kriteria diagnostik klinis untuk kedua gangguan ini adalah pengulangan dari perilaku selama setidaknya enam bulan, dan kesulitan yang signifikan atau penurunan kemampuan untuk berfungsi sebagai akibat dari perilaku atau terkait dorongan atau fantasi.

Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik heteroseksual dan hubungan homoseksual.

Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya.

Sedangkan Masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.

7.     TRANSVESTIC FETISISME
Gangguan ini dicirikan dengan laki-laki heteroseksual yang mengenakan pakaian perempuan untuk mencapai respons seksual. Gangguan ini dimulai pada saat remaja dan masih diam-diam (tanpa ingin diketahui orang lain), dan kemudian saat beranjak dewasa mulai berpakaian perempuan lengkap dan di depan umum.

Sebagian kecil laki-laki dengan transvestic fetisisme mungkin mengalami dysphoria (ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang kemudian melakukan pengobatan hormonal atau operasi pergantian kelamin untuk membuat mereka hidup secara permanen sebagai perempuan.

8.     VOYEURISM / SCOTOPHILIA
Voyeurisme adalah paraphilia di mana seseorang menemukan kenikmatan seksual dengan menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju, atau melakukan seks. Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang menjadi obyek biasanya orang asing.

Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintip, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.

Orang dengan voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan seks dengan korbannya, tetapi ia tidak benar-benar melakukan itu. Voyeur mungkin mengintip orang asing yang sama berulang-ulang, tapi jarang ada kontak fisik.

9.     BESTIALITAS
Bestialitas atau zoophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seks yang melibatkan hewan. Perasaan seksual orang dengan bestialitas mungkin berfokus pada hewan piaraan seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.

10.     NECROPHILIA
Necrophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seksual melibatkan mayat.

11.     HOMOSEKSUAL
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Umumnya kaum homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.

Homo (Yunani: sama) adalah salah satu kelainan seksual pada seseorang yang menyukai sesama jenisnya. Jika penderita homoseksual adalah laki-laki, maka sebutannya gay dan rasa takut terhadap kaum gay disebut homofibia.

Jika penderita homoseksual adalah perempuan, maka sebutannya adalah lesbian. Dan jika seseorang dapat melakukan seksual dengan sesama jenis maupun lawan jenis disebut biseksual.

Homoseksual sebenarnya bukan penyakit pada umumnya, melainkan cenderung kepada pilihan identitas seseorang. Seorang homoseksual akan sangat sulit untuk diubah menjadi heteroseksual, yaitu seseorang (laki-laki dan perempuan) yang tertarik pada jenis kelamin yang berbeda.
12.    SODOMI
Sodomi adalah hubungan seks yang dilakukan melalui anus. Anus hampir dapat disamakan dengan lubang vagina karena memiliki rektum, yaitu bagian usus besar yang terletak dekat anus. Sodomi beresiko tinggi terhadap kesehatan karena anus merupakan tempat berkumpulnya bakteri dan tempat pembuangan kotoran.

13.     TRANSEKSUAL
Transeksual merupakan bentuk prilaku seseorang yang tidak menginginkan jenis kelaminnya sehingga merelakan untuk dioperasi kelamin untuk memperoleh kepuasan seksualnya. Kelainan ini seudah dapat terprediksi mulai usia kanak-kanak, seperti kesukaannya bermain dengan lawan jenisnya sehingga sifat lawan jenisnya ada pada dirinya.

14.     INCEST
Incest adalah suatu hubungan seksual dengan pasangan yang masih mempunyai pertalian darah. Hanya karena rasa ketakutan dan ingin mendapatkan perhatian kasih sayang dari orang tua atau kakaknya, seorang anak atau remaja mau melakukan perbuatan ini. Biasanya faktor lingkunganlah yang mempengaruhi kelainan ini, yaitu karena adanya rasa cinta yang mendalam sebagai anggota keluarga.

15.     ZOOLAGNIA
Zoolagnia adalah kelainan seksual yang diidap seseorang yang memperoleh kepuasan seksual ketika melihat binatang sedang berhubungan seksual.

16.     PHEDOPHILIA
Phedophilia adalah kelainan seksual yang memperoleh kepuasan jika berhubungan seksual dengan anak kecil atau di bawah umur.

17.     HIPERSEKS
Hiperseks adalah seseorang yang selalu ingin melakukan hubungan seksual sesering mungkin.

18.     TRIOLISME
Triolisme adalah penderita kelainan seksual yang akan memperoleh kepuasan seksual jika saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya dilihat oleh orang lain. Triolisme dapat juga diartikan sebagai hubungan seksual yang dilakukan oleh satu perempuan dengan tiga laki-laki.

19.     HERMAPHRODITE
Hermaphrodite diambil dari dewa Yunani yaitu Hermes dan Aprodite yang artinya setengah laki-laki dan setengah perempuan. Orang tersebut sudah terlahir dengan mempunyai 2 jenis kelamin yang pada hakikatnya hanya ada satu yang berfungsi sebenarnya.

Hal yang mungkin dilakukan adalah dengan menjalani terapi hormon untuk merangsang pertumbuhan sifat dan ciri-ciri sebagai laki-laki atau perempuan.

50 Jenis Kelainan SEKSUAL
Manusia senantiasa mengembangkan daya khayalnya untuk menciptakan variasi aktivitas demi mendapatkan kenikmatan seksual. Dari sinilah timbul istilah kelainan seksual, meskipun ini bersifat subyektif, karena apa yang disebut kelainan bagi seseorang, bisa jadi merupakan kegiatan normal bagi yang lain.
1.     ABLUTOPHILIA
Ini adalah perasaan terangsang kalau memikirkan mandi dengan air hangat. Orang ini pasti mandinya lama.

2.     ACROTOMOPHILIA
Tergila-gila dengan amputasi. Bukannya orang ini senang diamputasi, tetapi ia bergairah kalau melihat tubuh manusia yang bagian tertentunya-misalnya kaki-sudah diamputasi.

3.     AMAUROPHILIA
Punya kegemaran berhubungan seks dengan orang buta atau orang yang ditutup matanya.

4.     ANACLITISM
Hubungan seks dimana salah satu pelakunya berpura-pura menjadi bayi dan diperlakukan seperti bayi juga.misalnya belajar pipis, mengenakan popok atau bermain boneka.

5.     AUTAGONISTOPHILIA
Orang ini juga senang pamer diri, tapi agak berbeda dengan exhibitionist yang terang-terangan, dia lebih suka menciptakan suasana yang memudahkan orang lain untuk melihatnya telanjang. Misalnya membiarkan tirai jendelanya terbuka dan ia akan berjalan-jalan di rumah sambil telanjang.
6.     AUTOEROTIC ASPHYXIATION
Bahasa simpelnya mencekik dalam kegiatan seksual-biasanya onani-agar rasanya lebih nikmat. Vokalis INXS, Michael Huthcence yang ditemukan tewas tergantung diduga bukan bermaksud bunuh diri tapi ingin mempraktekkan tekhnik ini ….

7.     AUTOPEDERASTY
Suatu obsesei yang biasanya timbul pada masa puber, untuk memasukkan penis ke dalam lubang pantat sendiri kan gak mungkin ? lho, namanya saja obsesi.

8.     BACKSWINGING
Ini adalah anal seks yang dilakukan dengan posisi si obyek yang digarap tidur tengkurap.

9.     BASTINADO
Bentuk penyiksaan dengan cara memukuli telapak kaki berulang-ulang untuk memperoleh kepuasan seksual.

10.     BELONEPHILIA
Bisa berbahaya. Ini perasaan bergairah kalau melihat benda-benda kecil dan tajam seperti jarum. Orang ini juga merasa terangsang kalau di tindik. Buat yang punya banyak piercing, saya mohon maaf ya …

11.     BESTIALITY
Ini kegiatan berhubungan seks dengan binatang. Kegiatan ini konon sudah dilakukan sejak jaman romawi kuno. Mungkin karena pada waktu itu populasi manusia masih sedikit.

12.     BDSM
Singkatan dari Bondage and Discipline, Sadism and Masochism. Istilah ini berhubungan dengan permainan seks yang melibatkan ditimbulkannya rasa sakit untuk memperoleh kenikmatan.

13.     BUKKAKE
Kegiatan yang berasal dari jepang. Intinya seorang wanita dikubur di tanah sampai sebatas kepalanya saja lalu beberapa orang mengelilinginya melakukan masturbasi bersama-sama dan menembakkan “bisa”nya itu ke kepala si cewek.

14.     C&B TORTURE
Cara-cara penyiksaan terhadap penis dan dua teman bulatnya, yaitu digigit, dicubit, ditampar, ditarik sampai melar, disundut dan sebagainya.

15.     CANDLING
Aktivitas pemuas kebutuhan seksual dengan cara melelehkan lilin cair yang masih panas ke bagian-bagian tubuh tertentu.

16.     CATAGELOPHILIA
Mungkin orang yang menderita ini adalah orang yang humoris. Pasalnya, dia akan merasa terangsang kalau merasa dipermalukan.

17.    CRHEMASTITOPHILIA
Penderita kelainan ini pasti merasa di surga atau perasaan terangsang yang dirasakan orang kalau dirampok.

18.     CLOT
Kegemaran mengintip wanita melakukan hal-hal yang berhubungan dengan menstruasi, misalnya cewek memasang pembalut ke vaginanya atau mencopotnya.

19.     COPROPHILIA
Merasakan kenikmatan seksual dengan bermain-main dengan kotoran-tinja.

20.     COPROPHAGIA
Hampir sama dengan yang di atas. Sama-sama menyukai kotoran, tapi yang ini merasa puas kalau memakannya. Yikkss .…

21.     CUTTING
Sesuai namanya, ini kegiatan menyayat kulit untuk mendapatkan kepuasan seksual.

22.     DACRYPHILIA
Carilah pasangan yang cengeng, ini kepuasan seksual yang dirasakan penderitanya kalau melihat pasangannya berlinang air mata.
23.     DAISY CHAINING
Sekumpulan cowok berkumpul membentuk semacam lingkaran dan saling memasturbasi satu sama lainnya.

24.     DOGGING
Disebut juga park and ride. Ini kegiatan bercinta dalam mobil di tempat parkir yang terpencil dengan di tonton orang yang mengelilingi mobil itu. Asal jangan kepergok hansip aja.

25.     DOUCHING
Berasal dari bahasa Perancis “Douche”. Ini berarti menyemprotkan air ke dalam vagina untuk memperoleh kenikmatan seksual.

26.     ELECTROPHILIA
Sesuai namanya, dia terangsang kalau mendapatkan kejutan listrik. Awas, jangan terlalu besar voltase-nya.

27.     EXHIBITIONISM
Perasaan puas yang timbul kalau memamerkan organ seksualnya atau melakukan aktivitas seksual di muka umum, seperti yang sering ditunjukkan pasangan baru.

28.     FISTING
Memasukkan seluruh bagian tangan ke lubang pasangannya, umumnya vagina, tapi bisa gunakan imajinasi untuk lubang yang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh yang sudah ahli.

29.     FLASHING
Penggemarnya suka memamerkan alatnya (bisa cowok, bisa cewek) di depan umum, mirip exhibitionist, tapi barangnya itu hanya dikeluarkan sekilas. Kalau ada orang seperti itu di dekat anda dan anda tidak cermat, bisa-bisa anda melewatkan pemandangan langka itu.

30.     FROTTAGE
Ini sering dilakukan oleh para lelaki yang sering naik kereta api dalam kota ataupun bus yang penuh sesak. Orang ini mendapatkan kepuasan dengan menggesek-gesekkan anunya ke obyek terdekat, bukan bangku, tapi ke cewek-cewek.

31.     URTLING
Kegiatan menghidupkan tokoh di majalah anda. Pada gambar cewek yang ada di majalah atau foto dilubangi pas di selangkangannya atau di bagian lain sesuai selera, lalu si pelaku akan memasukkan anunya ke lubang guntingan itu dan bermasturbasi dengannya. Rasanya mungkin mendekati aslinya, tapi awas teriris kertas.

32.     GYNOTIKOLOBOMASSOPHILIA
Tidak penting kalau anda tak bisa mengeja istilah super panjang dan rumit ini. Yang penting anda tahu artinya, bahwa orang ini mempunyai kegemaran seksual memasukkan anunya ke dalam telinga pasangannya, cukup tidak cukup.

33.     HUMMING
Ini variasi oral sex, dimana si cewek mengoral sambil menyenandungkan lagu favoritnya. Yang dicari adalah sensasi vibrasi pada nada-nada rendah yang ngebass.

34.     HYBRISTHOPILIA
Kepuasan yang diperoleh setelah melampiaskan amarah, misalnya dengan memaki-maki atau bersumpah serapah.

35.     KERAUNOPHILIA
Hati-hati kalau sedang berteduh di halte bus sewaktu hujan deras kalau ada yang mengidap kelainan ini, artinya kepuasan setelah setelah mendengar suara gemuruh kilat.

36.     KLISMAPHILIA
Kenikmatan seksual yang diperoleh dengan cara memasukkan cairan pencuci perut melalui anus.

37.     KNISMOLAGNIA
Perasaan terangsang kalau digelitiki sampai kegelian.

38.     MAIESIOPHILIA
Penderitanya merasa bergairah kalau melihat wanita hamil.

39.     NARRATOPHILIA
Kalau punya pasangan seperti ini anda perlu mengoleksi stensilan yang banyak. Dia merasa terangsang kalau diceritakan kisah-kisah jorok oleh pasangannya.
40.     NECROPHILIA
Ini dia, aktivitas menyetubuhi mayat. Konon ini sudah dilakukan oleh orang-orang mesir kuno. Dalam beberapa kasus, mereka tidak memperbolehkan pembalsem mendekati mayat seseorang yang baru meninggal selama beberapa hari. Rahasia pembuatan mumi terjawab?

41.     OPHIDICISM
Kalau ini agak repot, mesti pergi dulu ke pet shop. Ini kegiatan seks dengan memanfaatkan jasa reptil. Misalnya ular tak berbisa atau juga bisa belut.

42.     PRISON HUMPING
Ini bisa diterjemahkan menjadi bercinta ala tahanan dipenjara. Ini kegiatan anal seks tanpa menggunakan minyak pelumas, mungkin bisa pakai ludah sedikit.

43.     RIPPING
Terangsang kalau merobek celana atau stocking perempuan.

44.     SNOWBALLING
Kalau si cewek masih mengulum sperma pasangannya (setelah oral) lalu mereka berciuman dan dia memindahkan cairan itu ke mulut pasangannya itu.

45.     STIGMATOPHILIA
Sedikit beda dengan clot.kalau yang ini merasa terangsang kalau melihat darah yang keluar akibat menstruasi.

46.     TEA BAGGING
Artinya teh celup. Mencelupkan scrotum atau “kantung teh” anda ke mulut pasangan anda berulang-ulang. Kantung teh tersebut tidak diperas.

47.     TRANSVESTIC FETISHISM
Laki-laki yang senang mengenakan pakaian perempuan. Bukan untuk mode, tapi untuk kepuasan seksual.

48.     UTASSASSINOPHILIA
Seseorang merasakan kepuasan seksual kalau dia melakukannya sambil dia berkhayal bahwa dia sedang berada dalam situasi berbahaya yang bisa membuatnya tewas.

49.     VOYEURISM
Perasaan terangsang yang didapat dari mengintip cewek telanjang atau pasangan yang sedang berhubungan seks.

50.     WATER SPORTS
Mandi, minum ataupun bermain air seni pasangannya untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Bahaya Oral Seks !!!
Berdasarkan studi terbaru yang telah dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine, seks oral merupakan kegiatan seksual yang banyak menyebarkan infeksi menular seksual, seperti sifilis, gonore, klamidia, HPV (Human Papiloma Virus) dan herpes.

“Kabarnya adalah, sifilis, gonore dan klamidia merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang dapat disembuhkan. Namun kabar buruknya, HPV dan herpes tidak dapat disembuhkan dan merupakan IMS yang sangat umum menular melalui seks oral,” jelas J. Dennis Fortenberry, M.D., profesor di Indiana University’s School of Medicine, seperti dilansir  Majalah  Menshealth.  Human Papiloma Virus (HPV) merupakan salah satu penyebab kanker serviks atau leher rahim, yang belakangan diketahui bisa menular melalui seks oral. Virus ini bisa diyakini memicu kanker lidah, kanker leher maupun kanker tenggorokan.

Apa Yang Harus Dilakukan?
“Banyak klinik hanya menguji alat kelamin. Jadi, jika Anda diuji, misalnya gonore atau klamidia, tes dari alat kelamin tidak akan mengatakan satu hal tentang apakah ada infeksi di tenggorokan”, jelas Fortenberry.

Terlebih lagi, infeksi menular seksual oral sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Dan karena banyak orang tidak menyadarinya, perlu dilakukan pengujian secara oral. Cari tahu apakah Anda berisiko dengan melakukan pengujian dengan menggunkan sampel air liur.

4 Bahaya Hubungan Seks Lewat Anus/Dubur
Bahayakah hubungan seksual melalui lubang anus atau dubur, karena keinginan variasi hubungan seks. Hubungan seksual normal adalah dengan cara penetrasi penis ke vagina. Tetapi, beberapa orang kadang-kadang ingin mencoba variasi lain, misalnya hubungan seksual lewat belakang atau dubur. Timbul pertanyaan, berbahayakah hubungan seks seperti itu?

Bukan Organ Seks
Dubur merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan tinja, bukan untuk hubungan seksual. Oleh karena itu, strukturnya sangat berbeda dengan vagina.

Karena sangat berbeda, jika hubungan seksual dilakukan lewat anus, akan timbul beberapa masalah serius. Berikut beberapa diantaranya:

1.     Anus Mudah Luka
Berbeda dengan vagina, anus tidak mempunyai sistem pelumasan. Selain itu, dinding anus juga lebih tipis. Oleh karena itu, ketika penetrasi, mudah terjadi perlukaan.

Efek serius dari perlukaan dinding dubur adalah penyebaran penyakit menular seksual (PMS). Virus HIV 30 kali lebih mudah menular pada seks anal (dubur). Selain HIV, juga dapat terjadi penyebaran virus kutil kelamin, virus hepatitis, herpes, dan lain-lain.

2.     Kerusakan Otot Anus
Muara anus dikelilingi oleh otot melingkar yang disebut otot sfingter anal. Otot ini berfungsi menjaga muara anus tetap tertutup, dan baru terbuka ketika buang air besar.

Hubungan seks lewat anus dapat menyebabkan kerusakan pada otot sfingter anal, sehingga buka tutup anus menjadi terganggu. Hal ini akan berakibat buruk pada proses buang air besar.

3.     Infeksi Oleh Bakteri Penghuni Anus
Secara normal, anus dihuni oleh bakteri-bakteri yang membantu tubuh untuk menghancurkan sisa makanan. Pada hubungan seks anal, bakteri ini dapat menimbulkan infeksi baik pada anus sendiri maupun pada alat kelamin pasangannya.

Selain itu, bakteri dapat menyebar ke vagina atau mulut jika penetrasi vagina atau oral dilakukan setelah penetrasi anal. Penyebaran ke vagina, misalnya: dapat menyebabkan infeksi vagina dan saluran kencing.

4.     Perdarahan
Pada hubungan seks anal dapat terjadi cedera yang menimbulkan perdarahan. Cedera tersebut mungkin terjadi akibat robeknya dinding anus atau rektum atau karena robeknya wasir/ambeien. Oleh karena besarnya risiko, lebih baik hindari seks lewat dubur.

Inilah Penyebab Anda Menjadi Hiperseks
Pada pasangan pengantin baru atau mereka yang terpisah cukup jauh dengan tenggang waktu lama, biasanya, aktivitas hubungan seks menjadi tinggi. Namun tingginya frekuensi tersebut lebih diwarnai oleh tingginya dorongan atau kebutuhan seksual semata-mata, bukan oleh sebab-sebab tertentu yang menjadi ciri utama perilaku hiperseks, demikian menurut Dr Gerard Paat, MPH, konsultan seksologi di Biro Konsultasi Kesejahteraan Keluarga RS St. Carolus, Jakarta.

Dari frekuensi hubungan seks memang bisa dilihat apakah seseorang hiperseks atau tidak, yakni bila frekuensinya melebihi ukuran normal. Dari ukuran normal ini, bila terjadi peningkatan drastis, semisal jadi 3-4 kali sehari atau rata-rata 20 kali per minggu, barulah bisa dicurigai salah seorang di antara mereka menderita kelainan/gangguan seksual yang dinamakan hiperseks. Penderitanya bisa pria, bisa juga wanita. Lalu bagaimana tanda-tanda hiperseks pada pria maupun wanita?

Hiperseks Pada Pria
•    Disebut satyriasis, disebabkan faktor fisik maupun psikis. Dari aspek fisik, salah satunya, peradangan di saluran kemih yang merangsang kerja saluran tersebut sedemikian rupa hingga individu bersangkutan terkesan “haus” untuk selalu berintim-intim. Penyebab peradangan ini harus segera ditemukan agar bisa dipastikan upaya penyembuhannya. Soalnya, bila tak segera diobati, dikhawatirkan peradangan tersebut akan meluas menjadi peradangan di buah zakar. Tentu saja peradangan pada “pabrik” sperma ini akan berpengaruh pada hubungan seksual, di antaranya mengganggu produksi hormon testosteron.
•    Sementara aspek psikis bisa berupa ketidaknyamanan dalam diri yang membuat kebutuhan akan kedekatan dengan pasangan meningkat tajam. Tak tertutup kemungkinan ia menderita konsep diri yang sangat rendah hingga khawatir tak mendapat perhatian dari pasangan. Untuk menutupi perasaan tak amannya, ia lantas berusaha keras menunjukkan keperkasaan di ranjang sebagai satu-satunya kelebihan yang ia miliki. Atau sebaliknya, membangun “pertahanan” dengan kecurigaan berlebih, semisal mencurigai pasangan ada main dengan orang lain, tapi ia tetap menuntut aktivitas berintim-intim lebih sering dari biasanya.
•    Penyebab lain, aktivitas berintim-intim dijadikan satu-satunya cara berkomunikasi karena merasa tak mampu membuka diri atau menjalin komunikasi dengan baik. Bisa pula karena terbiasa memanfaatkan aktivitas berintim-intim sebagai sarana pelepas ketegangan, seperti yang kerap terjadi pada pekerja-pekerja yang bidang pekerjaannya dirasa memiliki tingkat stres amat tinggi. Atau, lantaran tak terpenuhinya keinginan atau harapan seksual yang bersangkutan.
•    Ketidakpuasan atau bahkan ketiadaan aktivitas yang satu ini kemudian menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti gelisah terus-menerus, susah tidur, dan cenderung marah-marah tanpa sebab. Ketidakjelasan kondisi psikis ini akan menyeretnya untuk terus mencari dan mencari kepuasan seks.
•    Sayangnya, upaya pencarian akan pemenuhan kebutuhan seksual tersebut kerap ditempuh lewat jalur-jalur di luar ketentuan masyarakat, semisal dengan “jajan” atau malah berselingkuh. Hingga, kondisi ini kemudian memunculkan ciri hiperseks selanjutnya, yaitu promiscuity atau kecenderungan berganti-ganti pasangan. Ia menempuh cara tersebut lantaran menganggap pasangannya tak bisa melayaninya lagi, atau malah “kasihan” pada pasangan.

Hiperseks Pada Wanita
•    Disebut nymphomania, disebabkan sepenuhnya oleh faktor psikis. Salah satunya berakar pada penyimpangan sewaktu usia balita sampai remaja, semisal menyaksikan bagaimana ibunya kerap dipukuli atau disiksa ayahnya. Berbekal pengalaman buruk inilah, semasa dewasa ia merasa butuh pendamping yang berbeda atau lebih baik dari ayahnya. Namun dalam pencarian itu, ia tak bisa menemukan nilai-nilai kebaikan pada satu orang, hingga bergaullah ia dengan banyak orang untuk mencari dan terus mencari orang yang dirasa pas.
•    Padahal, pria yang diidamkan takkan pernah kunjung datang. Bukankah untuk menemukan orang yang sama persis atau malah bertolak belakang sungguh tak mudah? Selalu akan ada saja satu atau dua pria yang memenuhi kriteria fisik, tapi kepribadiannya meragukan. Atau secara aspek kepribadian cocok, tapi aspek lain tak cocok. Ketidakcocokan ini menimbulkan sederet ketidakpuasan yang mendorongnya mencari dan terus mencari, hingga akhirnya membentuk semacam kebiasaan pada tubuh.
•    Celakanya, kalau ia sudah terpengaruh atau minimal mengenal hubungan seks, kebiasaannya untuk berganti-ganti pasangan makin membuatnya nyandu atau ketagihan seks. Sama halnya dengan kebiasaan merokok yang bisa menyebabkan ketagihan. Bukan semata-mata karena nikotin, melainkan pola kebiasaan itu sendiri. Hingga, kala harus berhenti merokok akan sulit sekali dilakukan. Minimal ia akan tetap pegang rokok meski tak diisap, atau tetap diisap tanpa harus dinyalakan. Bisa pula hubungan seks ini dipakai sebagai senjata untuk “memancing” pria yang semula dianggapnya sebagai pria idaman. Hingga bisa dikatakan, dorongan seks yang berlebihan sebetulnya merupakan pemuasan kejiwaan belaka.
•    Kasus serupa bisa pula di alami pria. Misalnya, si Buyung melihat bapaknya sering dilecehkan hingga akhirnya dia berusaha membalas dendam pada wanita dengan menyetubuhi siapa saja hanya untuk dicampakkan begitu saja. Hingga gonta-ganti pasangan dijadikan sarana untuk mencari kenikmatan psikis yang bisa memuaskan nafsu balas dendamnya.
•    Selain frekuensi hubungan seks yang sangat tinggi, harus diperhatikan ada-tidaknya ciri promiscuity, sebelum mencurigai pasangan menderita hiperseks. Maka, bila benar salah satu dari pasangan menderita hiperseks, Anda harus minta bantuan ahli. Bagaimanapun, kualitas berintim-intim pada suami-istri yang salah satunya menderita hiperseks, tak sebagus dengan yang dilakukan atas dasar sukarela atau suka sama suka.

5 Tips Mengenali Maniak Seks (Ciri-Ciri, Gelagat, Tindak-Tanduk)
Seks merupakan kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Namun jika kadarnya berlebih, caranya salah bakal menyulitkan pasangan sendiri, lalu cenderung dikategorikan sebagai seorang pecandu atau maniak seks. Biasanya berbagai hal aneh menjadi pengalaman yang ingin dilakukan dalam berhubungan seks. Agar tidak terjebak pada pasangan yang memiliki masalah dengan seks, berikut beberapa ciri-ciri yang dapat dikenali:
1.    Sering pergi ke klub dan banyak menonton pornografi, merupakan salah satu ciri awal bahwa seseorang kecanduan seks.
2.    Minta bercinta secara terang-terangan di tempat umum.
3.    Selalu meminta menggunakan alat bantu seks.
4.    Berfantasi tentang seseorang, saat sedang bersama pasangannya.
5.    Hubungan percintaannya sedikit ruwet dan cenderung tidak dapat mengelola hubungan dengan mudah dan lebih suka menunjukkan kebohongan dirinya, seperti ada kemungkinan sedang menyembunyikan sesuatu dan sedang berusaha menutupinya dari pasangannya.

Bahaya Seks Dini – Usia Muda
Hai sahabat muda bacalah artikel ini secara seksama, untuk anda ketahui dari dampak negatif melakukan seks di usia muda. Sebelumnya anda perlu memahami bahwa, remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.

Pentingnya Pendidikan Seks
Pendidikan seks atau seksualitas pendidikan adalah proses perolehan informasi dan pembentukan sikap dan keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan dan keintiman. Ini juga merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendidikan mengenai anatomi seksual manusia, reproduksi seksual, hubungan seksual, kesehatan reproduksi, hubungan emosional dan aspek lain dari perilaku seksual manusia.

Sangatlah jelas pengaruh pergaulan bebas yang di luar ambang batas memiliki konteks negatif kuat dikalangan remaja saat ini. Disinilah tugas berat yang harus dipikul oleh para orang tua lebih bisa memperhatikan perilaku remajanya di lingkungan keluarga dan lingkungan sehari-hari dalam pergaulannya. Kontrol seringlah dilakukan dengan di imbangi adanya pengarahan yang positif tentang dampak-dampak negatif dalam pergaulan bebas, khususnya tentang pengetahuan seks dan narkoba. Bimbing serta arahkan terus kepada pendidikan kerohanian yang lebih kuat untuk pagar pelindung dirinya bagi remaja-remaja tercintanya.

Bahaya Melakukan Hubungan Seks Pada Usia Muda
Hubungan seks di usia remaja meningkatkan risiko terkena kanker leher rahim atau serviks penyebab kematian, kata Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau, Dwi Listya Wardhani, di Batam.

Di hadapan empat puluhan remaja dari seluruh kota/kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau dalam kegiatan Orientasi Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Tahap Tegak, Wardhani mengatakan, kanker serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).

“Pria dan wanita yang telah berhubungan intim turut berisiko terinfeksi HPV. Terutama yang pernah melakukan hubungan intim saat remaja (usia belasan tahun),” kata dia di Hotel Pusat Informasi Haji Batam Centre, Batam.

Menurut Wardhani, usia menimal wanita melakukan hubungan seksual adalah 21 tahun, itupun harus dilakukan setelah ada ikatan pernikahan. “Jika dilakukan sebelum usia matang, maka akan sangat beresiko terkena serviks,” Tambah Wardhani.

Berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Wardhani, 490.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa kanker serviks setiap tahun. Bahkan, hampir setengahnya meninggal dunia.

“Artinya, setiap dua menit, seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Di Indonesia sendiri, satu wanita meninggal setiap jamnya,” kata Wardhani.

Hal tersebut, tambah Wardhani, harus menajadi perhaian para remaja agar tidak menjadi korban berikutnya. “Remaja harus punya sikap. Jangan sampai terjebak pada pergaulan bebas,” kata dia.

Survei Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2010 terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia menemukan 93 persen remaja pernah berciuman, 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan oborsi.

“Tak jarang, seorang wanita justru meninggal saat melakukan aborsi. Semua bisa dicegah, kuncinya bentengi diri dan hindari seks bebas,” kata Wardhani.
Harus Sekarang Kapan Lagi Diperhatikan
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek seperti tidak mau tahu saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tidak sedikit banyak orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi, lebih senang menitipkan anaknya di baby sitter.

Ini adalah tugas para orang tua, masyarakat dan pemerintah untuk lebih mengedepankan lagi adanya pendidikan dan pengetahuan tentang seks dikalangan remaja yang harus di imbangi adanya pendidikan dan pengetahuan keagamaan yang lebih mengikat. Hal ini sangatlah perlu untuk acuan dan filter bagi mental para remaja di dalam pengetahuan akidah dan ahklaknya. Pendidikan dan pengetahuan keagamaan harus di nomor satukan lagi di rumah, di lingkungan sekolah, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Karena saat ini pendidikan yang berjalan di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya lebih terfokus kepada pelajaran matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, komputerisasi dan lainnya sebagainya yang kurang memperhatikan adanya pengimbangan pendidikan dan pengetahuan mental, moral dan spiritual itu sendiri. Sehingga sekarang ini mudah di temukan orang pintar, orang cerdas dan orang yang memiliki intelektual tinggi. Tetapi sayangnya, sangat sulit menemukan orang yang baik, bijak, bajik dan cerah pikirannya. Oleh karena itu,  peran dan fungsi kebaikan agama harus disebarkan terus dengan cara menarik yang disesuaikan dengan keinginan remaja, untuk mengendalikan sikap dan perilaku remaja agar menjauhi pergaulan bebas, seks bebas dan perilaku bebas liar.

Bagaimana Jika Saya Homoseksual?
Kategori Klinis
Seseorang  yang merasa dirinya homoseksual, seringkali dihadapkan pada kebingungan: “Apakah saya harus berubah menjadi heteroseksual?”; “Apa yang harus saya lakukan?”; “Bagaimana saya harus menghadapi orientasi yang tidak wajar ini?”; “Apa kata orang kalau mereka tahu saya homoseksual, saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa”. Ujung-ujungnya pertanyaan ini seringkali mentok pada dua pilihan, yaitu: berusaha menjadi heteroseksual (tidak dengan sepenuh hati atau berpura-pura) atau tetap menjadi homoseksual dengan sembunyi-sembunyi. Mana yang lebih baik? Memilih satu diantara dua ini mungkin seperti memakan buah simalakama.

Tidak ada jawaban pasti apakah seorang homoseksual harus berubah menjadi heteroseksual ataukah tetap menjadi homoseksual. Hal ini kembali pada diri masing-masing. Mungkin Anda akan berkata: “Ya iyalah saya tahu pasti kembali pada diri saya, tapi apa yang harus saya lakukan untuk dapat memutuskan langkah saya kedepan?” Ada beberapa point yang dapat membantu menemukan jawaban dan mempersiapkan Mental Anda dalam menghadapi situasi ini, yaitu:
–    Menemukan diri Anda sesungguhnya
Ada sebuah kisah nyata yang kurang lebih intinya adalah demikian (maaf jika tidak sama persis): ada seorang dokter sukses dan terkenal, ia ahli dalam berbagai bidang kedokteran. Suatu ketika ia ditanya oleh anaknya, “Apakah ayah merasa bahagia dengan apa yang sudah ayah peroleh saat ini.” Sangat mengejutkan sang ayah  mengatakan tidak. Mengapa demikian? Ia mengatakan selama ini ia menjalani kehidupan orang lain, bukan kehidupannya sendiri. Menjadi dokter bukanlah dirinya, dirinya tidak merasa bahagia ketika melakukan pekerjaan dokter. Namun ia merasa sangat bahagia ketika mengerjakan pembukuan di rumah, ia dapat melakukannya selama berjam-jam. Karena itu ia katakan, ia menjalani kehidupan orang lain (menjadi dokter) dan tidak menjalani kehidupannya sendiri (yang mencintai akunting).

Seseorang mungkin sekali tanpa disadari menjalani kehidupan orang lain. Melakukan sesuatu hal karena orang lain mengatakan demikian, memilih sesuatu hal karena orang lain menyarankan demikian, mengikuti apa kata banyak orang, atau memutuskan untuk menjalankan sesuatu karena orang lain menyukai anda melakukan hal tersebut.

Begitupun dokter ini, meskipun ia sukses dan terkenal namun karena ia menjalani kehidupan orang lain, ia tidak dapat merasakan kebahagiaan, tidak ada kepuasaan batin dalam dirinya. Ini adalah sebuah pelajaran hidup yang berharga untuk kita petik dan terapkan dalam hidup. Jalanilah hidup dengan menjadi diri sendiri dan anda tidak jauh dari kebahagiaan.

Mungkin muncul pertanyaan dalam benak anda, apakah ini juga berlaku untuk masalah orientasi seksual? Jawabannya adalah pelajaran hidup ini tidak hanya berlaku pada masalah karir atau pekerjaan melainkan berlaku general pada seluruh aspek kehidupan seseorang. Baik itu dalam pekerjaan, keluarga, cinta, hingga juga orientasi seksual.

Pernahkah anda berhenti sejenak dan menanyakan pada diri sendiri (terkait dengan orientasi seksual anda): “Inikah kehidupan yang saya inginkan?”; “Apakah  yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup ini?”; “Apakah secara tidak sadar saya telah menjalani kehidupan yang orang lain ‘rancang-kan’ untuk saya?”; “Lalu kehidupan seperti apakah yang saya inginkan?”; dan lebih dalam lagi anda bisa menanyakan dari hati ke hati secara personal kepada Tuhan “Apakah yang diinginkan-Nya dari anda?”; “Apakah saya sudah menjalani kehidupan yang Tuhan rancangkan untuk saya?” (Ajaran Buddhis mengatakan: Tidak ada makhluk lain yang menciptakan diri kita, kehadiran diri kita terjadi karena ada sebab akibat. Tidak ada makhluk lain yang merancang, hanya diri sendiri yang menjadi arsitektur/perancang kehidupan)

Cobalah berhenti sejenak, renungkanlah pertanyaan ini di dalam hati anda. Jawablah dengan jujur, lepaskan dulu diri anda dari segala macam pemikiran yang membelenggu/memberikan batasan-batasan “tapi ini, tapi itu, tapi menurut ini begini atau begitu”. Tanyakan pada hati anda, jawablah dengan jujur pada diri anda sendiri, karena tidak ada gunanya membohongi/menipu diri sendiri.

Mungkin muncul kebingungan dalam diri anda mengenai apakah yang dimaksud dengan anda menjalani hidup yang di-rancang oleh orang lain? Tidak jarang seorang yang memiliki orientasi homoseksual pernah mengalami penderaan/kekerasan seksual yang dilakukan oleh sesama jenisnya di masa lalu, baik itu di masa kecil, masa sekolah, atau dalam perjalanan hidupnya. Tidak jarang juga seorang yang memiliki orientasi homoseksual pernah mengalami pengalaman yang tidak appropriate mengenai figur orang tuanya. Pengalaman demikian adalah sebagian contoh dari faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terbentuknya seorang homoksesual (Untuk informasi lebih lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual, silahkan baca artikel berjudul: (“Definisi dan Proses Homoseksual”)). Pengalaman-pengalaman demikianlah yang perlu dicermati lebih dalam dan lebih jujur, apakah secara sadar maupun tidak sadar anda menjadikan pengalaman ini sebagai rancangan orang lain atas hidup dan masa depan anda? Bahwa sesungguhnya anda bukanlah seorang homoseksual namun karena adanya pengalaman tersebut – mempengaruhi anda menjadi homoseksual. Ataukah anda menjadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran hidup untuk mengenal dan mengelola pribadi anda menjadi semakin lebih baik?

–    Menerima diri Anda
Setelah menemukan diri anda yang sesungguhnya. Jangan lupa bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga diri anda. Namun jangan jadikan hal ini untuk menilai apakah anda berharga atau tidak berharga. Anda tidak perlu menilai diri sendiri berharga atau tidak berharga. Seperti apapun diri anda sesungguhnya, demikianlah anda adanya. Anda diciptakan dengan tujuan khusus yang telah dirancang oleh Sang Pencipta untuk anda (Ajaran Buddhis mengatakan: semua akibat terbentuk disebabkan oleh diri anda di masa lalu, bukan oleh makhluk lain sebagai pencipta). Terimalah diri anda sendiri. Hiduplah dengan penuh kesadaran bahwa anda (apa adanya) memang nyata benar-benar ada di dalam hidup ini. Mungkin anda pernah memiliki pengalaman yang menyakitkan yang membuat anda memandang rendah diri sendiri, yang membuat anda berpikir untuk menjadi orang yang berbeda, kalau bisa anda ingin menjadi orang lain saja bukan diri anda seperti sekarang ini, yang membuat anda melakukan apa yang bukan diri anda, atau mungkin membuat anda merasa iri terhadap orang lain. Mungkin anda juga dihadapkan pada tuntutan atau keinginan dari lingkungan/orang lain yang menginginkan anda menjadi orang yang berbeda, yang menginginkan anda untuk berubah menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Ingatlah bahwa anda tidak harus menjadi orang yang berbeda, ingatlah dan pandanglah bahwa perubahan itu adalah sebuah pilihan untuk anda dan bukannya sebuah keharusan. Jika anda hendak mengubah sesuatu hal dari diri anda pastikanlah bahwa perubahan tersebut atas pilihan sendiri dan bukan atas sebuah keharusan. Jika anda menjadikan perubahan sebagai sebuah keharusan ini sama saja dengan anda memandang buruk dan menolak diri anda sendiri sehingga anda merasa dan berpikir harus berubah menjadi orang yang berbeda. Penolakan terhadap diri sendiri akan menimbulkan luka batin yang bukannya membuat anda merasakan kedamaian, ketenangan, dan secara tulus menjalani hidup malah sebaliknya membuat anda menjalani hidup dengan penuh beban dan tekanan. Ingatlah, segala sesuatu pada diri anda diciptakan dengan tujuan yang telah dirancangkan-Nya (Buddhis mengatakan: terjadi karena ada sebab akibat) untuk anda dan seturut kehendak-Nya.

–    Menerima realitas
Menerima diri sendiri tidak dapat dipisahkan dari menerima realitas. Sudah menjadi hukum di dunia ini bahwa ada hal yang dapat kita ubah dalam hidup ini, dan ada yang tidak dapat kita ubah. Mengubah masa lalu dan mengubah orang lain (seberapapun menyakitkannya kedua hal tersebut bagi anda) adalah dua hal yang tidak dapat diubah dalam hidup ini.  Masa lalu yang pahit dan menyakitkan mungkin meninggalkan luka di hati, membuat anda memandang rendah diri sendiri, membuat anda merasa tidak pantas untuk dicintai, ataupun mencintai. Perlakuan orang lain yang merendahkan diri anda, menyakiti hati anda, melukai harga diri anda, menyakiti/merusak fisik anda, tidak sepikiran dengan anda, tidak sesuai dengan apa  yang anda harapkan mungkin membuat anda semakin tidak menyukai dan membenci diri anda sendiri. Namun tidak ada satupun hukum di dunia ini yang mengatakan bahwa masa lalu yang menyakitkan dan perlakukan orang lain yang tidak menyenangkan tersebut tidak seharusnya terjadi pada diri anda. Pandanglah segala sesuatu yang terjadi sebagai alat/sarana untuk membentuk pribadi anda menjadi lebih tekun, tegar, dan bijaksana. Tidak ada gunanya menyalahkan masa lalu atau orang lain sebagai penyebab atas apa yang terjadi pada diri anda saat ini. Sikap seperti ini hanya akan mengundang emosi-emosi dan pikiran negatif yang bukannya menyelesaikan permasalahan malahan berujung pada dendam, upaya untuk menghakimi orang lain, dan membuat masalah semakin rumit.

Menerima masa lalu dan perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan dengan lapang dada, sebagai hal yang memang telah terjadi dalam hidup anda. Dan merelakan hal tersebut pernah terjadi dalam hidup anda serta menyadari bahwa tak ada yang dapat anda lakukan untuk mengubah masa lalu dapat membuat hidup anda terasa jauh lebih ringan. Namun tidak cukup hanya dengan menerima, realitas masa lalu juga harus dihadapi dengan berpikiran terbuka, dipelajari, dan di ambil hikmahnya. Kesulitan dalam hidup jika dihadapi dan dijalani dengan ketekunan akan dapat membuahkan kesuksesan psikis/spiritual yang tak ternilai, yang tak kasat mata dan tak dapat dinilai dengan ukuran kesuksesan dunia, seperti: materi/harta, tahta, kekuasaan, maupun kepuasaan biologis.

Misalnya saja: mungkin anda pernah mengalami penderaan atau kekerasan fisik maupun emosional dari orang lain. Menyangkal bahwa anda pernah mengalami hal ini hanya akan menghambat kemajuan diri anda, dan hanya akan membuat anda menyimpan luka ini terus menerus. Namun dengan menerima kenyataan dengan tulus/rela bahwa anda memang pernah mengalami kekerasan/orang lain memang pernah melakukan kekerasan terhadap anda, dan tak ada satupun yang dapat anda lakukan untuk mengubah masa lalu ini, Anda dapat terus menjalani hidup, bersemangat, dan hidup terasa lebih ringan. Ditambah lagi dengan merenungkan pengalaman tersebut, apa yang dapat anda pelajari darinya: apakah yang anda pikirkan jika mengingat kejadian tersebut; menurut anda apakah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain terhadap anda itu adalah benar, wajar, ataukah tidak benar?; apakah pemikiran atau keyakinan anda terkait kejadian tersebut adalah rasional ataukah irrasional; apakah dampak yang ditimbulkan dari kekerasan tersebut pada diri anda hingga saat ini; apakah dampak tersebut sehat ataukah tidak sehat; jika dampak tersebut tidak sehat maka adakah sikap, tindakan maupun pemikiran anda yang harus dibenahi?; jika saat ini anda dihadapkan pada situasi seperti dahulu (setelah belajar dari pengalaman masa lalu) maka apakah yang dapat & sebaiknya anda lakukan?

Dalam dunia ini ada yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan, terimalah hal ini. Perbedaan latar belakang, kepentingan, kebutuhan, pemikiran, sudut pandang, dan perasaan antara satu sama lain adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapan kita. Namun perbedaan adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dan dihadapi dalam hidup. Jika kita melihat perbedaan dari sudut pandang yang berbeda, perbedaan dapat dijadikan sebagai ajang untuk menambah/memperkaya wawasan (oh ternyata ada pemikiran yang berbeda, ada sudut pandang yang lain dalam melihat satu masalah) dan juga sebagai ajang untuk mengevaluasi tindakan dan kualitas hidup yang kita jalani, serta membuat diri tidak berpikiran sempit & merasa diri sendiri paling benar.

–    Cinta dan respek terhadap diri Anda sendiri
Setelah menerima selanjutnya adalah mencintai dan respek terhadap diri sendiri. Yang dimaksud dengan mencintai dan respek terhadap diri sendiri adalah melakukan segala sesuatu demi membangun/memajukan pribadi & kualitas hidup, dan menolak/menjauhkan diri dari tindakan-tindakan yang dapat merusak/merugikan/membahayakan dan mempermalukan diri sendiri – dengan kata lain adalah bertanggung jawab atas diri sendiri.

Memajukan diri dan kualitas hidup dapat dilakukan dengan meningkatkan skill/kemampuan, memperluas knowledge/wawasan pengetahuan, meningkatkan pola hidup sehat, menjaga kesehatan, membangun relasi yang baik dengan sekitar, dan hal-hal positif lainnya.

Dengan mencintai dan respek terhadap diri sendiri, apapun yang menjadi orientasi seksual anda (homo atau hetero) – anda tetap akan menjaga dan meningkatkan kualitas hidup dan pribadi anda. Orientasi seksual tidak memberikan batasan pada seorang individu untuk tetap dapat berfungsi secara optimal di dalam kehidupan, berkarya dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang sehat (secara mental) dan bermoral. Ingatlah bahwa setiap orang turut mengambil peranan dalam membentuk masyarakatnya sendiri. Dan oleh karena itu setiap orang turut bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya (masyarakatnya). Misalnya:

Meski saya homoseksual tapi saya tidak melakukan hubungan seks bebas karena saya peduli terhadap kesehatan saya.
Meski saya homoseksual tapi saya menyukai gaya & pola hidup sehat.
Meski saya homoseksual tapi saya dapat berkarir dan berkarya dengan optimal sebaik yang lain.

–    Respek terhadap orang lain
Respek terhadap orang lain adalah salah satu bentuk tindakan nyata dari respek terhadap diri sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, hidup berdampingan dengan orang lain, dan berinteraksi dengan orang lain. Kualitas seorang manusia dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang lain. Seorang yang dalam berinteraksi/bersosialisasi mampu menunjukkan rasa penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap orang lain, mampu  menghargai dan menghormati perbedaan, baik itu perbedaan pilihan, keputusan, pikiran, pendapat, maupun perasaan orang lain; dan tidak memaksakan kehendak pribadi – adalah salah satu contoh pribadi yang berkualitas. Jangan lupa bahwa perbedaan antara seorang dengan yang lain itu adalah sebuah kenyataan. Dengan menghargai dan menghormati perbedaan, seseorang dapat melihat betapa Hebat, Agung, dan Mulia sang pencipta-Nya yang mampu menciptakan sedemikian banyak manusia yang bervariasi, tanpa ada satu pun yang sama persis (Buddhis mengatakan segala perbedaan terjadi karena pikiran, aktivitas manusia yang berbeda, sehingga membentuk kesadaran dan karma yang berbeda satu sama lainnya.) Mengingatkan akan keterbatasan kita sebagai manusia, menjaga manusia dari sikap menuhankan dirinya sendiri, memaksakan kehendak, merasa diri paling benar dan paling tahu; namun juga perbedaan dapat memperkaya diri, menambah wawasan dan pengetahuan membuat manusia berpikiran terbuka. Contoh respek terhadap orang lain adalah:

Meski saya homoseksual tapi saya tidak suka dan tidak setuju pada tindakan pelecehan seksual terhadap orang lain.
Meski saya homoseksual tapi saya peduli terhadap orang lain yang memiliki orientasi heteroseksual, saya menghargai dan menghormati perbedaan di antara kami.
Meski saya homoseksual tapi saya tidak memaksakan orang lain untuk menjadi seperti saya, saya juga tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi orang lain menjadi seperti saya, selayaknya saya pun tidak ingin diperlakukan demikian.

–    Makna hidup
Mungkin muncul pertanyaan “Untuk apa sih mengejar atau membentuk diri menjadi pribadi yang berkualitas? Apa yang didapatkan dengan menjadi pribadi yang berkualitas?” Jawabannya adalah dengan merenungkan dan menjawab pertanyaan berikut: “Seperti apakah anda ingin menghabiskan sisa hidup anda? Seperti apakah anda ingin dikenal dan dikenang oleh orang lain ketika anda meninggal?” Tubuh bisa hancur dan rusak karena tubuh sifatnya adalah sementara, tubuh menampung jiwa manusia di dalamnya. Ada kelahiran maka pasti ada kematian. Kematian adalah satu hal yang pasti di alami manusia. Namun, jiwa sifatnya adalah abadi (Buddhis mengajarkan tidak ada jiwa atau roh yang berketetapan, yang ada hanya energi kesadaran yang berubah mengikuti karmanya), dan kemanakah jiwa seorang manusia akan pergi setelah ia meninggal, ini ditentukan oleh apa yang diperbuatnya selama hidup.

Coba lakukan atau ingat-ingat ketika anda melakukan hal berikut: menolong orang yang kesulitan menyebrang di jalan (tak peduli dari mana ia berasal, orang mana dia, kulit apapun dia), perasaan apakah yang muncul di hati anda, apa yang muncul di pikiran anda, dan apa yang dirasakan oleh jiwa anda; demikian juga ketika anda membentak atau memaki atau mempertahankan pendapat anda agar diterima oleh orang lain, ataupun melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain (mungkin ia adalah teman anda atau seorang pengendara yang menyelip kendaraan anda) – rasakanlah perasaan yang muncul di hati anda, perhatikanlah detak jantung anda, perhatikanlah pikiran-pikiran yang muncul dalam diri anda, apa yang dirasakan oleh jiwa anda. Manakah yang memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa bagi anda?

Seorang yang tidak memiliki makna hidup, tidak tahu untuk apa hidup, tidak memiliki tujuan hidup, dan tidak merasa hidup itu sebagai hal yang berarti untuk dijalani – tidak akan dapat menghargai setiap detik kehidupan yang dimilikinya. Padahal hidup manusia itu sangatlah singkat, namun kita seringkali menjalani hari-hari tanpa sadar bahwa hidup itu singkat. Seringkali manusia tidak mensyukuri setiap detik hidup yang diberikan padanya, take it for granted, dan bertindak sesuka hati. Padahal detik ini mungkin anda dan saya sedang membaca artikel ini, namun beberapa detik kemudian kita dipanggil oleh untuk menghadap Sang Pencipta (Buddhis mengajarkan, kematian bukan karena dipanggil oleh pencipta, melainkan kematian disebabkan oleh berbagai hal: 1. Rejeki sudah habis; 2. Usia sudah habis; 3. Bencana/malapetaka; 4. Keinginan diri sendiri/bunuh diri).  Kita tak pernah tahu kapan waktunya kita berakhir di dunia ini. Karena itulah pasti anda pernah  mendengar sebuah  kata-kata bijak “Hiduplah seakan besok adalah hari terakhir anda di dunia”. Hidup dengan penuh kesadaran bahwa anda pasti akan meninggal suatu saat, akan membuat anda benar-benar hidup, menjalani hidup sepenuhnya, melakukan apa yang penting dalam hidup, dan tidak menyia-nyiakan kehidupan anda.

–    Self determination & Self Responsibility
Terakhir adalah kebebasan untuk memilih dan bertanggung jawab. Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan aksi/tindakan yang akan dilakukannya tanpa paksaan dari pihak luar demikianpun diri anda, ini dinamakan self determination. Dan setiap orang bertanggung jawab atas setiap pikiran, perasan, sikap, tindakan, pilihan, dan keputusan yang telah dibuatnya, ini dinamakan self responsibility. Bukan seperti “pencuri sembunyi tangan” yang berani melakukan tapi tak berani bertanggung jawab.

Oleh karena itu, setiap pilihan dan keputusan sebaiknya dipertimbangkan dengan matang action dan consequences-nya. Ingat jangan menyia-nyiakan hidup anda. Sebagai bahan pertimbangan, seseorang perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan wawasan yang luas. Galilah informasi seluas-luasnya mengenai homoseksual maupun heteroseksual meliputi: kisah-kisah inspirational & membangun, problematik sebagai homoseksual ataupun heteroseksual, resiko-resiko yang rentan dihadapi (anda dapat membaca artikel “Resiko Yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual”), kiat-kiat kesehatan fisik dan mental, dsbnya. Carilah sumber-sumber informasi yang memang terpercaya dan tidak menjerumuskan Anda.

–    Berinteraksi dan bersosialisasi
Kejujuran pada diri sendiri, sudah sangat jelas pentingnya dan apa dampaknya jika tidak dilakukan. Namun bagaimana dengan kejujuran terhadap orang lain. Bagaimana jika anda adalah seorang homoseksual, apakah harus jujur mengungkapkan kepada orang disekitar anda bahwa anda adalah homoseksual. Keputusan untuk menceritakan/memberitahu atau tidak; dan dengan siapa anda menceritakan/memberitahu dan tidak – ini sifatnya sangat personal dan situasional bagi masing-masing orang. Tidak dapat dipukul rata satu orang dengan yang lain. Masing-masing memiliki pertimbangan sendiri dan dihadapkan pada situasi yang pada umumnya tidaklah sama. Oleh karena itu, anda sendirilah yang sebenarnya paling tahu siapa yang perlu dan penting untuk anda ceritakan/beritahu dan siapa yang tidak; siapa yang dapat dipercaya dan tidak; mana yang penting untuk diceritakan/diberitahu dan tidak.

Dalam kasus ini, tidak mengungkapkan orientasi seksual anda bukanlah berarti anda tidak jujur. Orientasi seksual sifatnya sangat subyektif dan personal. Adalah hak setiap orang untuk menentukan dan memilih apakah ia akan memberitahukan pada orang lain atau tidak. Berbeda jika dalam bertingkah laku anda berpura-pura, berbohong, atau menutup-nutupi – ini dinamakan anda tidak jujur.

Dalam berinteraksi dan bersosialisasi, juga penting untuk memperhatikan manner/sopan santun, dan budaya yang berlaku di masyarakat. Istilah gaulnya kalau orang bilang adalah: tahu waktu, tahu tempat, tahu sikon (situasi kondisi), tahu diri. Dan satu hal yang juga penting adalah menentukan dan fokus pada prioritas. Ketika sedang bekerja maka fokuskan diri sepenuhnya, dan curahkan waktu, tenaga, pikiran, kemampuan, dan perasaan secara optimal untuk bekerja. Ketika sedang hang out bersama teman-teman maka fokus dan curahkanlah waktu, tenaga, pikiran, kemampuan, dan perasaan untuk mereka: untuk mendengarkan cerita mereka, memberikan perhatian pada topik yang mereka bicarakan, memberikan bantuan ketika mereka membutuhkan bantuan, dsbnya. Ini dinamakan anda hidup sepenuhnya, tidak setengah-setengah seperti misalnya: badan di kantor atau kampus tapi pikiran di rumah atau sebaliknya.

Masalah kesehatan/Health Issue
Untuk menanggapi rentannya homoseksual terinfeksi penyakit-penyakit seperti: HIV/AIDS, penyakit menular seksual (STI’s -Sexual Transmitted Infections/Sexual Transmitted Diseases) lainnya, maupun kanker anal – seperti yang telah dibahas pada artikel “Resiko yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual”, para praktisi kesehatan telah mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan. Bahasan ini dapat dilihat pada referensi bacaan yang terlampir dibagian akhir artikel ini.

Demikianlah ketika seseorang dihadapkan pada orientasi homoseksual dalam dirinya, yang paling utama harus dilihat dan dipersiapkan adalah kondisi mentalnya sendiri. Mental yang sehat akan melahirkan tindakan yang positif, sehat, bermoral, dan bertanggung jawab. Mental yang sehat akan membuat seseorang mampu berfungsi secara optimal dalam kehidupannya. Tidak hanya kedalam (untuk diri sendiri) melainkan juga keluar, yaitu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain/masyarakat. Kehidupan terasa utuh ketika manusia mencapai keseimbangan antara inner (dalam diri) dan outer (luar diri)nya. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi insipirasi bagi para pembacanya untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas dalam diri. Pribadi-pribadi yang memiliki mental sehat dan berkualitas akan melahirkan masyarakat yang juga memiliki mental sehat dan berkualitas. Maka marilah kita bersama membangun masyarakat yang bermental sehat dimulai dengan membangun diri sendiri.

Perilaku Homosekual & Seksual Sesat
Ditinjau Dari Perspektif Buddhadharma
Kutipan dari Sutra Ta Sheng Cau Xiang Kung Te Cing.
Seorang Pria Berperilaku Seperti Perempuan
Oh Maitreya, ada empat sebab yang membuat seorang laki-laki berperilaku seperti perempuan dan senang dengan sejenisnya. Apakah keempat penyebab tersebut?
1.    Pada kehidupan lampau suka menghina dan memfitnah dan menzolimi orang lain.
2.    Seorang pria yang suka bersolek memakai pakaian wanita.
3.    Melakukan hubungan zina dengan wanita yang masih ada hubungan keluarga (darah)
4.    Tidak memiliki moral perilaku yang baik tetapi menerima penghormatan dan namaskara dari orang lain.
Karena sebab-sebab seperti itulah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala homoseksual. Hal-hal tersebut bukan saja dilakukan dalam kehidupan sekarang tetapi juga sebagian besar dilakukan pada kehidupan lampau. Oleh karena itu, menghasilkan akibat menjadi homosekual pada kehidupan sekarang.
Bagaimana cara merubahnya?
Pertama-tama harus menyesali empat perbuatan buruk yang disebutkan. Tidak lagi melakukannya. Kemudian dengan rasa hormat dan bakti serta suka cita membuat arca Buddha. Dengan demikian dapat menyingkirkan karma buruk masa lalu. Dengan demikian gejala homoseksual juga akan hilang.

Bagaimanakah terlepas dari homosekual?
Oh Maitreya ada empat sebab akibat yang membuat laki-laki memiliki badan jasmani seperti perempuan. Apakah keempat hal tersebut?
1.    Dengan suara wanita yang lembut dan kemayu menyebut nama Buddha serta para Bodhisattva lainnya.
2.    Memfitnah dan menyerang orang-orang yang melaksanakan sila dengan baik.
3.    Suka menjilat orang dan mempengaruhi orang lain.
4.    Sering timbul iri hati melihat orang lain lebih unggul.
Kalau seorang laki-laki selama hidupnya melakukan hal-hal tersebut, maka setelah kematiannya akan terlahir sebagai wanita. Akan mengalami banyak penderitaan, jika tidak menyesali perbuatan-perbuatan tidak baiknya.

Dengan membuat Arca Buddha akan melenyapkan karma-karma buruknya sehingga tidak terlahir sebagai perempuan/wanita.

Terlahir dengan Tubuh/organ kelamin Tidak sempurna
Oh Maitreya, Ada empat sebab yang membuat seorang laki-laki lahir dengan tubuh/organ kelamin yang tidak sempurna. Apakah keempat sebab tersebut?
1.    Mencelakakan makhluk-makhluk lain.
2.    Menertawakan dan melecehkan sramana (rahib)
3.    Nafsu yang begitu besar dan melanggar sila.
4.    Melanggar sila tapi mengajak orang melanggar sila juga.

Bila ada seorang pria (laki-laki) yang melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut, setelah itu timbul keyakinan untuk membuat Arca Buddha dan menyesali perbuatan-perbuatan tidak baiknya.
Sebab-akibat Memiliki Kelamin Ganda
Oh Maitreya, ada empat perbuatan yang membuat seorang terlahir cacat yang memiliki organ kelamin ganda, yang merupakan hal yang paling rendah (aib) dalam martabat manusia. Apakah keempat hal tersebut?
1.    Menodai tempat suci.
2.    Melakukan perbuatan asusila (zina/homoseksual).
3.    Mengumbar nafsu birahi diri sendiri dengan melakukan onani/martubasi.
4.    Memperdagangkan/memperkenalkan wanita tuna susila kepada orang lain.
Jika ada yang melakukan hal-hal tersebut, setelah sadar dan menyesali perbuatannya, membersihkan diri dan bertekad untuk membuat Arca Buddha. Maka tidak akan lagi terjatuh pada penderitaan semula.

Sebab akibat Menjadi Gay (homoseksual)
Oh Maitreya! Ada empat sebab yang membuat seorang laki-laki (pria suka timbul birahi (tertarik) bila melihat laki-laki, dan melakukan hubungan sesama laki-laki (homoseksual). Apakah keempat sebab tersebut?
1.    Suka memfitnah orang lain.
2.    Suka berdandan memakai pakaian perempuan.
3.    Melakukan hubungan zina dengan wanita yang masih ada hubungan keluarga/kerabat sendiri (se-darah).
4.    Tidak memiliki moral perilaku yang baik tetapi menerima penghormatan dan namaskara dari orang lain.

Kutipan Sutra-sutra Buddhis Tentang akibat perbuatan Homoseksual (gay).
Seksual Sesat
佛说优婆塞五戒相经, 淫戒第三 (Sutra Fo Shuo Yu Pho Se Wu Cie Siang Cing, Ying Cie ke-3). Bilamana Upasaka, terhadap manusia perempuan atau bukan manusia perempuan (makhluk lain yang berjenis perempuan/hantu perempuan), atau terhadap binatang betina. Ada tiga lubang (mulut, vagina dan dubur) melakukan seksualitas disebut seksual sesat, pelanggaran sila ini tidak bisa diampuni. Bilamana ada seorang pria, bukan seorang pria (hantu lelaki) atau terhadap bintang jantan, waria atau transgender (memiliki kelamin ganda) melakukan seksual di dua lobang (mulut dan anus) adalah seksual sesat, pelanggaran sila ini tidak bisa di ampuni. Bila saling memeluk tapi belum sampai telanjang, pelanggaran sila ringan bisa di ampuni. Bila saling memeluk dan telanjang tapi sadar tidak melakukan seksual, pelanggaran sedang masih bisa diampuni. Bilamana ada upasaka memiliki dayaka pembantu anak-anak laki dan sebagainya, saling melakukan seksual di 2 lobang (mulut dan anus) adalah karma pelanggaran yang tidak bisa di ampuni.

Tanya: Intinya sebab apa yang pernah dilakukan sehingga sekarang memperoleh buah akibat (menjadi seorang gay/homoseksual.

Jawabannya: Bila ia seorang lelaki, selama hidupnya sampai akhir hayatnya selalu memikirkan perempuan, sudah tua pun masih gila seks sehingga menjadi om senang, haus dan dahaga dengan perempuan muda sehingga dibenaknya hanya ada perempuan. Setelah kematiannya bila ia terlahir jadi manusia lagi tetapi terlahir sebagai perempuan maka dibenak perempuan itu suka perempuan maka jadilah lesbi. Sebaliknya bila seorang perempuan selama hayatnya sampai kematian menjemputnya terlalu suka kepada setiap lelaki. Saking nafsunya di saat tua pun menjadi tante girang mencari daun muda pria sexy menikmati sampai ajal kematian, sehingga di gudang kesadarannya hanya suka sekali kepada pria. Bila ia masih dapat terlahir menjadi manusia tetapi terlahir menjadi pria, maka kecenderungannya pria suka pria, jadilah gay.

Homoseksual terjadi karena adanya karma seksual sesat yang terberat seperti hubungan sesat yang kacau, hubungan percampuran, termasuk, hubungan manusia dengan ternak, hubungan manusia dengan binatang, hubungan manusia dengan pertalian keluarga dan sebagainya.

Untuk mencegah kelahiran berikutnya tidak jadi homoseksual, lazimnya di saat muda menyukai lawan jenis, tetapi di saat tua mesti secara bertahap dan pasti melepaskan nafsu seksual. Karena umat awam belum mampu menentukan bentuk-bentuk kelahiran selanjutnya. Untuk menetralisir nafsu seksual lakukan banyak Buddha Smrth (Nienfo) dan rutin bernamaskara kepada Buddha (Paifo). Agar kelak kehidupan selanjutnya menjadi normal dan bahagia, atau tidak terlahir kembali ke dunia saha, melainkan terlahir ke surga Buddha.

Tanya: Pelaku homoseksual jenis apa yang menyebabkan karma terberat sehingga harus terjatuh ke alam neraka?
Jawabannya: aktivitas seksual sesat direkam dan disebarkan via media elektronik atau cetak, mengusik ketentraman dunia, mengguncangkan sanubari hati manusia, mengacaukan dan membangkitkan nafsu jorok dan keinginan kotor umat manusia. Bertentangan dengan kodrat manusia yang  normatif dan perkembangannya, juga merusak tatanan kehidupan yang benar, kecenderungannya menyebarkan dan mengembangkan penyakit kotor yang mematikan (HIV/AIDS).

摘录自《妙法莲华经安乐行品》浅释 (Dikutip dari Sutra Miao Fa Lien Hua Cing, Bab An Lo Phing) Sakyamuni Buddha bersabda kepada Manjusri Bodhisattva: seorang Bodhisattva tidak boleh timbul nafsu birahi pada perempuan serta tergoda oleh paras wajahnya. Seandainya dapat menjaga dirinya sendiri dalam Samadhi tentunya baik. Jika berkunjung ke rumah umat jangan duduk bersanding berdua dengan anak perempuan, anak gadis atau seorang janda. Juga tidak bergaul dengan lima macam laki-laki yang tidak normal, yaitu:
1.    Lahir tidak memiliki alat kelamin laki-laki. Ini akibat kehidupan lampau, lahir sebagai homoseksual (gay). Berbadan laki-laki tetapi tidak memiliki alat kelamin laki-laki.
2.    Tidak memiliki kelamin laki-laki karena terpotong atau karena penyakit.
3.    Rasa iri hati yang kuat. Begitu melihat laki-laki timbul rasa iri hati yang kuat, maka tidak akan dapat menghayati Dharma. Melihat wanita timbul juga iri hati maka akan terlahir sebagai wanita tidak bisa menghayati kebenaran Dharma.
4.    Laki-laki bukan laki-laki, perempuan juga bukan perempuan. Yang laki-laki menjadi homoseksual (gay); sedangkan yang perempuan menjadi lesbian. Mereka suka melakukan martubasi (onani) sehingga tidak dapat menghayati kebenaran Dharma.
5.    Terlahir separuh sebagai laki-laki, separuh sebagai perempuan. Karena batin dan pikirannya tidak benar, maka kondisi fisiknya juga tidak sempurna. Mau menjadi sramana (rahib) tidak bisa diterima.

Orang yang melaksanakan latihan Bodhisattva tidak boleh bergaul dengan kelima macam orang-orang tersebut. Untuk keamanan seorang bhiksu tidak dibenarkan sendirian pergi ke rumah seorang awam. Kalau dalam keadaan tertentu karena terpaksa, mustinya melafalkan nama Buddha dalam hati, seperti Namo Amitabha Buddha. (alangkah baiknya dua orang bhiksu pergi bareng.)

Kalau waktu membabarkan Dharma jangan tertawa memperlihatkan gigi, agar tidak menimbulkan nafsu birahi dan munculnya pikiran-pikiran jorok lainnya. Tidak menonjolkan dada dan perut. Pada waktu membabarkan Dharma, jangan terlalu dekat dan rapat dengan umat. Oleh karena itu, yang melatih Jalan Bodhisattva harus sering-sering melakukan introspeksi diri, agar batin tidak ternoda.
Belajar Dharma harus memiliki kesungguhan dan ketangguhan batin sehingga dikatakan tidak rusak kareana air dan api. Sebelumnya mencapai tingkat pencerahan harus extra hati-hati.

华严经中佛说, Sutra Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing), Buddha bersabda: Kehadiran Buddha di dunia tanpa rintangan mengembangkan kesucian cinta kasih, melepaskan maha sinar dan cahaya kesamaan rata menerangi segenap arah secara universal. Memenuhi angkasa raya dengan kesucian cinta kasih, untuk menolong dan melindungi para makhluk dimana saja. Menciptakan jodoh Dharma melalui kesucian cinta kasih. Mencapai kedemikianan-kedemikianan realita Dharma, walaupun tanpa jodoh mengembangkan kesucian cinta kasih. Memasuki tingkatan Bodhisattva dengan ketidak-munculan hakikat. Memberikan manfaat dengan kesucian cinta kasih, apapun yang dikerjakan untuk kegembiraan makhluk. Tidak merasa capai dan jenuh melaksanakan kesucian cinta kasih, mewakili semua makhluk untuk menerima penderitaan tapi tidak merasa susah. Dalam kesulitan menerima kelahiran karena kesucian cinta kasih.Untuk menolong para makhluk di alam kebajikan menerima kelahiran karena kesucian cinta kasih. Dengan kesucian cinta kasih menampakan ketidakkekalan untuk para makhluk yang melaksanakan samadhi sesat. Selama sejarah kalpa tidak melepaskan ikrar agung untuk melaksanakan praktik Bodhisattva secara berkesinambungan dan tidak pernah putus. Dengan hati maha welas asih membimbing dan peduli kepada semua makhluk.

佛顶首楞严经卷第六四Surangama Sutra (Shou Leng Leng Cing, bab ke 64),
Bhagavan Buddha berkata kepada Ananda: Anda sering mendengarkan Aku berbicara tentang makna Vinaya, yaitu: menjaga batin adalah Sila, karena sila timbul Samadhi (ketenangan batin), karena Samadhi timbullah Prajna (kebijaksanaan luhur).

Oh Ananda, apakah yang dimaksudkan dengan menjaga batin? Seandainya para insan di jagad raya ini batinnya tidak dipengaruhi oleh nafsu-nafsu birahi, maka proses kelahiran kembali tidak terus berlanjut. Dengan Samadhi menjaga batin. Tanpa memutuskan nafsu-nafsu rendah dan birahi walalupun banyak memiliki kearifan dan kekuatan samadhi akan terjatuh ke dalam perangkap maya terjatuh ke alam Mara (raja iblis). Tingkat tinggi jadi Raja Mara, tingkat menengah jadi pengikut Mara, tingkatan rendah jadi putri  Mara.  Dengan pengikut Mara yang banyak, mengatakan seolah-olah mereka telah mencapai pencerahan. Setelah Bhagavan Maha Parinirvana, banyak Mara penggoda mempengaruhi umat sehingga mereka terjerumus dalam keserakahan seksualitas. Berkedok menjadi guru-guru spiritual mengajari para makhluk untuk terjerumus sehingga kehilangan jalan Bodhi. Bagi yang melatih samadhi, harus dapat memutuskan nafsu birahi. Orang yang melatih Samadhi tetapi tidak berusaha memutuskan nafsu birahinya, bagaikan orang yang merebus pasir batu dan berharap menjadi NASI walaupun memasak selama jutaan kalpa hanya dinamakan pasir batu, kenapa demikian? Karena dasarnya bukan  beras bagaiamana bisa jadi nasi? Tentu selamanya jadi pasir batu. Bila anda masih memiliki tubuh birahi memohon mencapai buah Kebuddhaan walaupun telah memiliki pencerahan ajaib hanya berkembang  akar buah birahi. Bila masih memiliki akar birahi akan berputar terua dalam dunia tiga alam sengsara, sulit untuk keluar. Tathagata mencapai Nirvana. Bagaimana jalan untuk mencapainya? Terhadap dunia birahi, tubuh dan hatinya harus putus, sampaipun watak yang masih melekat kepada memutusnya juga sudah tidak ada. Hanya tertarik kepada Buddha dan Bodhi dengan sungguh-sungguh. Bila ucapannya demikian itulah ucapan Buddha, bila bukan ucapan demikian itulah ucapan Mara (raja Iblis).

优婆塞戒经, 业品第二十四.Sutra Upasaka Sila (Yu Pho Se Cie Cing, Ye Phing bab 24),
Bila bukan waktunya, bukan pada tempatnya, bukan perempuan (lawan jenis), istri (suami) orang lain, termasuk seksual onani (martubasi) adalah dinamakan sekual sesat.

Penjelasannya: Bagi para perumah tangga (terhadap Upasaka-Upasika),selain hubungan suami istri, semua hubungan yang bertentangan dengan undang-undang Negara atau tradisi setempat/kearifan lokal, hubungan yang tidak sesuai dengan norma kesucian dan pahala, antara hubungan laki-laki dan perempuan yang bersifat birahi adalah zina (kamesu michacara), berikut ini adalah keterangan-keterangannya:
1.     Bukan waktunya
Dijelaskan saat hari ulang tahun (ultah)  atau hari kematian orang tua, ultah diri sendiri, ultah Buddha atau Bodhisattva, saat Lyu Cai Je untuk melaksanakan brahmacariya tidak berhubungan badan. Sedangkan, waktu terbaik hubungan seksual adalah malam, bila melakukan hubungan badan, di pagi, siang atau sore hari dapat dikatakan zina, melanggar kepatutan.
2.      Bukan pada Tempatnya.
Yaitu: melakukan seksual di vihara/pagoda/candi, tempat keramat/suci,di kuburan, di tempat keramaian, di ruang terbuka sehingga ditonton banyak orang,dan tempat lain yang tidak sesuai dan bukan pada tempatnya.
Di dalam sila dikatakan ada tiga bagian tubuh  (3 lobang) yang tidak boleh melakukan zina.
•    Bukan lawan jenis, seperti homoseksual, manusia dengan binatang melakukan seksual.
•    Seorang gadis yang belum di nikahi.
•    Wanita yang sudah bersuami.
•    Martubasi (onani)
Semua itu digolongan zina. Karma dari seksual sesat ada di empat Jambudvipa di bagian timur, barat dan selatan. Sedangkan hanya di bagian utara tidak ada karma seksual sesat.
3. Terhadap
*     Makhluk hidup seperti binatang.
*     Yang rusak, seperti jenazah perempuan yang sudah rusak.
*     Biarawan, seperti bhiksu, bhiksuni, sramanera atau sramaneri.
*    Narapidana, seperti kaum perempuan di penjara.
*     Yang melarikan diri, seperti kaum perempuan yang kabur ketakutan.
*     Perempuan senior, seperti istri guru, (istri family/kerabat)
Melakukan hubungan  tidak pantes,  atau pelecehan seksual semua adalah pelanggaran zina.
4.     Seorang sramana (rahib) Bhiksu/bhiksuni meskipun sudah lepas dari ikatan keluarga, tetapi masih melakukan hubungan seksual terhadap keluarganya sendiri, keluarga kerajaan, atau kepada orang lain, melakukan pelecehan seksual, ini di golongkan pelanggaran zina, kamesu michaccara.
5.     Pada saat-saat buruk, kacau, tirani yang lalim, saat yang menakutkan. Memaksa istri menjadi bhiksuni, tetapi setelah jadi bhiksuni masih melakukan hubungan seksual. Itu di golongkan pelanggaran/zina.
6.     Seandainya melakukan hubungan secara Oral (seksual mulut), Kelamin (seksual onani/rancap), Sodomi (seksual dubur), ini semua merupakan pelanggaran dan zina.
7.     Jika diri sendiri atau dengan orang lain melakukan pengumbaran nafsu atau hubungan seksual di pinggir jalan, di pinggir vihara, tempat pemujaan serta tempat berkumpulnya orang banyak. Itu digolongkan zina (seksual sesat).
8.     Kalau ketika kedua orang tua, saudara atau raja meninggal, pada saat berkabung. Kemudian buat janji untuk melakukan selingkuhan dengan memberi imbalan atau mengundang. Itu semua di golongkan zina (seksual sesat).
9.     Jika melakukan hubungan seksual di samping patung, arca dari orang-orang suci, keluarga yang meninggal atau di samping mayat (jenazah), maka itu digolongkan zina (seksual sesat).
10.     Pada waktu melakukan martubasi, mengkhayal dan berimajinasi dengan pemikiran cabul terhadap istri orang lain dengan pikirannnya jorok/ternoda. Ini juga digolongkan zina. (seksual sesat).

Semua pelanggaran seksual di atas dapat dibagikan katagori berat atau ringan. Jika dibarengi dengan nafsu/kilesa yang kuat maka itu di golongkan berat. Kalau sedikit nafsu/kilesa maka digolongkan ringan.

Di zaman sekarang kegiatan seks yang umum adalah: mastubasi dengan alat seks, melacurkan diri, menjual diri, selingkuh, ini semua adalah zina. Kumpul kebo (seks pra nikah) kemudian menggugurkan kandungan, semua adalah zina dan karma buruk, akan berakibat penderitaan dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu, setiap orang harus berhati-hati. Semua berjalan sesuai dengan hukum karma.

梵网经卷二云:Sutra Fan Wang Cing (Brahmajala Sutra, bab ke-2), disabdakan: Bila siswa Buddha melakukan martubasi/onani dan mengajak orang berzina terhadap berbagai jenis perempuan, maka itu di golongkan perzinaan. Tidak dibenarkan dengan alasan apapun melakukan zina. Terhadap makhluk apapun (binatang, dewa atau setan). Semuanya adalah pelanggaran. Tidak boleh dengan dalih atau alasan apapun juga melakukan perzinaan. Seorang Bodhisattva harus timbul sifat rasa bhakti, menyelamatkan semua makhluk/insan. Menunjukkan sifat-sifat murni dan suci, bukan menumbuhkan sifat-sifat zina dan melakukan pelanggaran tanpa welas asih. Pelanggaran itu di namakan Parajika Bodhisattva.

Hukuman-hukuman akibat zina dan seksual sesat
Banyak orang awam di dunia ini hanya mendambakan ketenaran, keuntungan, kekayaan, kenikmatan dan pelayanan. Utamanya mengejar kenikmatan seksual dengan berbagai cara, bila masih belum puas maka mereka melakukan zina atau seksual sesat tanpa rasa malu dan takut akibat perbuatan bodoh dan jahat. Umumnya orang awam hanya mampu berpikir intuk sekarang ini tetapi tidak mau berpikir panjang untuk kehidupan akan datang. Sebab apa yang sudah diperbuat bagaimana pula kelak akibatnya. Orang bodoh hanya berpikir saat sekarang mencari happy dan nikmat saja tidak mau tahu dan peduli apa hukum sebab-akibat hukum karma yang mencengkeram dan mendominasi untuk tiga masa, lalu, sekarang dan akan datang. Untuk itu, marilah kita cermati penjelasan singkat dan ringkas dari Sutra Buddhis Mahayana, apa dan bagaimana hukuman dan siksaan akibat zina dan seksual sesat.

Dhammapada Ayat 309: Orang yang lengah dan berzina akan menerima empat ganjaran, yaitu: 1. Ia akan menerima karma buruk; 2. Ia tidak dapat tidur dengan tenang/nyenyak;  3. Namanya tercela; 4. Ia akan masuk ke neraka.

《正法念处经卷第六、七地狱品》Sutra Cen Fa Nien Chu Cing, bab ke 6 dan ke 7, bagian neraka, disabdakan:
Pelaku Oral Seks  Menerima Penderitaan Di Neraka ★口交的地狱苦报★
Penjelasan Ringkasnya: Oh Bhiksu! karena semasa hidupnya sering melakukan perbuatan asusila dengan melakukan oral seks (seks mulut, bermain seks dengan mulut), maka setelah meninggal dunia terlahir di alam neraka serta mendapatkan penderitaan panjang yang bertubi-tubi. Makhluk-makhluk dari Dewa Yama selalu menghukum dengan bermacam siksaan yang berkaitan dengan mulut. Mulut dipantek oleh besi panas dari sampai tembus kepala. Penyiksaan selanjutnya memantek mulut sampai tembus ke telinga. Mulut di siram zat besi panas. Lidah ditarik keluar dan dibakar, mata dibakar, tenggorakan dibakar, hatipun dibakar sampai keperut, dan terus dibakar sampai tembus kelobang di bawah (dubur) untuk  keluarkan api. Demikian perilaku seksual sesat, senang melakukan dan menikmati, menciptakan karma buruk dan mendapatkan balasan di neraka. Demikanlah bermacam jenis penderitaan harus melewati seratus milyar tahun senantiasa dibakar. Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti.

Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbuatan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia, tetapi mulutnya dijangkiti penyakit bau gas busuk. Apapun yang pernah dilakukan maka karma buruk selalu mengikutinya yang membuat kemalangan dan mengalami penderitaan panjang.

Pelaku Sodomi Menerima Penderitaan Di Neraka ★肛交的地狱苦报★:
Penjelasan Ringkasnya: Oh Bhiksu, Karena semasa hidupnya di dunia menjadi manusia dan sering melakukan sodomi (bermain seks dengan dubur), maka setelah meninggal dunia akan mengalami penderitaan dan siksaan yang bertubi-tubi di alam neraka.

Terlihat seseorang membunuh, mencuri dan berzina (seksual sesat), dengan gembira melakukan, sehingga terjatuh ke neraka urat-nadi tubuh dipotong-potong (diputuskan). Apa yang dimaksud seksual sesat, terhadap perempuan (termasuk laki-laki) melakukan kegiatan seks bukan tepat orangnya juga bukan pada tempatnya (hanya boleh di bagian kelamin saja, diluar ini adalah seksual sesat).  Tidak mengikuti norma yang berlaku, dan memperkosa. Menciptakan jodoh dan karma buruk, setelah kematiannya terjatuh ke neraka urat-nadi tubuh dipotong-potong, menerima derita dan kesakitan besar.

Siksaan tembaga panas, cairan tembaga panas  dimasukan ke dalam mulut sampai penuh. Teriakan mulutnya menyayatkan sambil berteriak sekarang aku sebatang kara. Demikanlah ratusan tahun sampai waktu tidak terbatas selalu tersiksa. Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti.

Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia, tetapi istrinya tidak setia karena berpaling dan rakus kepada pria lain, walaupun terlihat orang lain tapi sulit dirintangi. Apapun yang pernah dilakukan maka karma buruk selalu mengikutinya yang membuat kemalangan dan mengalami penderitaan panjang.  Ada sebab yang dilakukan maka balasan tidak lenyap, maka harus menerima konsekuensinya

Perilaku Phedofilia Menerima Penderitaan Di Neraka ★恋童的地狱苦报★:
Penjelasan Ringkasnya: Oh Bhiksu, Bila ada orang mengambil anak orang, dengan kekuatan yang dimiliki (fisik, uang atau materi lain) menjebak, memaksa dan melakukan seksual sesat, sehingga anak itu terluka dan menangis. Orang tersebut telah menciptakan jodoh dan karma buruk. Saat tubuh rusak dan mati terjatuh ke neraka besar yang menakutkan. Menerima derita besar. Karena pengaruh karma buruk melihatnya bagaikan anak sendiri di dalam neraka. Timbul rasa cinta yang dalam. Makhluk-makhluk dari Dewa Yama menyiksa dengan tongkat besi menusuk anus. Atau paku besi yang panjang menusuk ke duburnya. Melihatnya bagaikan anak sendiri yang menjadi korban dan mengalami derita. Sendiri juga menerima derita besar, sehingga hati bernuansa cinta pun putus. Tidak bisa lagi tabah, derita hati dalam cinta karena dibakar sehingga derita, satu di antara enam belas bagian demikian hati derita dan tertekan, ditambah badan juga derita. Penyiksa membalikan tubuh kepala di dibawah dan direbus dengan cairan besi panas, membakar bagian-bagian tubuh satu persatu, menuangkan cairan besi pans ke dalam tubuh dan keluar dari dubur. Inilah derita besar akibat melakukan seksual sesat, sampai ratusan tahun bahkan waktu yang tidak terbatas tersiksa sampai karma buruknya habis.  Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia, tetapi tapi tidak punya anak, kalaupun ada anaknya bukan hasil jerih payahnya sendiri. Orang duniawi sering mengatakan kelak tidak bisa jadi lelaki. Apapun yang pernah dilakukan maka karma buruk selalu mengikutinya yang membuat kemalangan dan mengalami penderitaan panjang. Ada sebab yang dilakukan maka balasan tidak lenyap, maka harus menerima konsekuensinya

Melihat Buku, Materi Cabul Menerima Penderitaan Di Neraka★看色情物品的地狱苦报★
Penjelasan Ringkasnya: Oh Bhiksu, bila ada orang suka lihat buku cabul, materi cabul (Pornografi, pornoaksi/striptease, stensilan cabul, majalah cabul, DVD cabul, internet atau ipad cabul, semua materi yang berkaitan dengan kecabulan) atau saat melihat sapi menyusui, atau kuda saat kawin, hati tertarik dan menontonnya. Suka terhadap istri atau perempuan orang lain, pikirannya tergerus nafsu dan melakukan kontak seksual. Karena jodoh dan karma buruk ini, saat tubuhnya rusak dan mati, pikirannya pun masih ingin bermain seksual dengan istri atau perempuan lain. Akibatnya terjatuh ke neraka besar, terlahit di tempat susah menerima derita besar. Bila melihat sapi atau kuda walau di neraka batinnya bergejolak. Pikirannya terkenang istri atau perempuan yang disetubuhi. Gelora nafsunya berkobar sehingga senang mendekati sapi dan kuda tersebut. Siksaan dengan besi dan cairan api di masukan seluruh lubang tubuh sampai penuh ke perut, sakit dan derita sekali. Selama ratusan ribu tahun sampai waktu yang tidak terbatas digodok dan di bakar. Sampai lumat tidak mampu bersuara, begitu menderita dan tertekan di perut dan di dubur.

Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti. Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia tetapi bukan Negara saleh, istri sendiri dibawa kabur tanpa bisa menolongnya, seksual sesat menerima balasan karma buruk yang berat tetapi tidak punya anak, kalaupun ada anaknya bukan hasil jerih payahnya sendiri. Orang duniawi sering mengatakan kelak tidak bisa jadi lelaki.

Kaum Gay Menerima Penderitaan Di Neraka ★男同性恋的地狱苦报★
Penjelasan Ringkasnya: Oh Bhiksu, apa yang disebut seksual sesat adalah hubungan seksual pria dengan pria. Karena menciptakan jodoh dan karma buruk ini setelah tubuhnya rusak dan mati, terjatuh ke neraka besar menerima derita besar. Kumpulan dari kekuatan karma, walaupun di neraka melihat pria pun tubuh panas dingin kepala pusing. Ingin menangkapnya, saat memeluknya tubuhnya buyar bagai abu, setelah mati hidup lagi. Karma tidak baik ini bila ketemu orang selalu takut, menyingkir dan pergi. Di neraka terjatuh ketebing terjal, tubuh belum sampai ke tanah, dipatuk burung, di cabik-cabik bagaikan biji, setelah mati hidup lagi, lalu jatuh lagi, kalaupun sampai ke tanah ada makhluk-makhluk liar yang memakannya sampai tersisa tulang saja. Kalau tubuhnya masih berdaging, maka makhluk-makhluk Dewa Yama menarik dan merebusnya. Demikian ratusan ribu tahun bahkan sampai waktu tidak terbatas direbus dan dimakan sehingga tubuhnya hancur lebur. Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti. Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia tetapi kehilangan istri dan tidak memiliki satu istri pun, kalau pun ada istri, tapi istrinya juga meninggalkannya. Demikian akibat menyukai orang sesama jenis dan melakukan seksual sesat sehingga menderita balasan karma buruk sekali.

Kaum Lesbian Menerima Penderitaan Di Neraka ★女同性恋的地狱苦报★:
Penjelasan Ringkasnya: Oh bhiksu, apa yang dimaksud seksual sesat, terhadap kakak, adik perempuan dan siapa pun juga di tempat terlarang melakukan hubungan seksual adalah melanggar hukum Negara, menodai tempat tersebut. Karena jodoh dan karma buruk ini, saat tubuhnya rusak dan mati terjatuh ke alam neraka menerima derita besar, karena selalu di bakar dan di rebus. Makhluk-makhluk Dewa Yama memukul kejam sampai mengeluarkan lima ribu jeritan sakit. Lorongan pilu sakitnya sangat sulit di dengar, karena jeritan tangis membuat makhluk disana pada jungkir-balik. Atau ada suara nyanyian dan tepuk tangan dengan bermacam suara, semua disebabkan kekuatan karma. Mendengarnya senang demikianlah hatinya sampai mencari suara tersebut. Di neraka tersebut ada pohon besi, di pohon besi ada banyak burung besi yang hinggap di pohon tersebut. Makhluk-makhluk Dewa Yama memukuli orang-orang yang ke neraka. Dihujani pisau dan batu. Semua orang jahat ketakutan menghindari dan lari ke gunung mengharap dapat menghindar. Sampai di atas gunung, penuh cairan panas dan banyak burung besi. Mulutnya yang tajam menghancurkan kepala, otak, mata, hidung, pipi, kulit, kaki, lidah dan semua bagian tubuhnya dimakan, yang tersisa hanya tulang saja. Sesudah dimakan hidup lagi. Penderitaannya selama ratusan ribu tahun sampai waktu tidak terbatas. Dibakar mati kemudian hidup lagi karena menciptakan karma buruk yang memiliki kekuatan karma, sehingga menerima derita besar. Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti. Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia dengan  tubuhkan penuh borok dan bau, berpenyakit kusta, idiot, senantiasa miskin papa, terlahir di negeri buruk. Demikian balasan karma buruknya.

Pikiran Cabul Menerima Penderitaan Di Nereka ★意淫的地狱苦报★
Penjelasan Ringkasnya: wahai Bhiksu, bilamana ada orang memunculkan pikiran birahi dan cabul, mengenang istri tapi bermain seksual dengan istri atau perempuan lain. Karena jodoh dan karma buruk ini, setelah tubuhnya rusak dan mati terjatuh ke neraka besar, menerima derita besar. Kumpulan dan kekuatan karma demikian menerima derita karena selalu dibakar. Menerima siksaan pisau yang melukai, menerima cairan panas, menerima derita penyakit. Disana tidak ada tempat untuk tenteram, karena penderitaannya tidak bisa dibandingkan. Orang yang tersiksa di neraka tersebut hati sampai gila. Demikian menerima derita dan dibakar sampai ratusan ribu tahun bahkan sampai waktu yang tidak terbatas. Direbus atau dipukuli sampai karma buruknya habis, sifat buruknya habis. Jikalau karma buruknya sudah habis maka ia akan terbebas. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia  hidupnya selalu miskin, tinggal di gurun tempat yang buruk atau di daerah gunung yang berbahaya. Menjadi budak dan sering derita karena penyakit.《正法念处经卷第八地狱品之四, Sutra Cen Fa Nien Chu Cing, bab ke-8, bagian neraka ke-4》

Kelinglungan Menerima Penderitaan Di Neraka ★迷奸的地狱苦报★:
Penjelasan Singkat: Oh Bhiksu, bilamana ada orang memberikan minuman kepada istri atau perempuan  lain yang saleh, sehingga mabuk kehilangan kesadaran diri, hati kacau tidak benar, akibatnya tidak dapat  menjaga kesucian, lalu saling berhubungan badan. Karena jodoh dan karma buruk ini setelah tubuhnya rusak dan mati, terjatuh ke neraka menjerit tempat pemotongan, menerima derita besar. Penderitaannya karena dengan besi panas di tarik kelaminnya keluar sampai putus. Setelah putus tumbuh lagi kemudian ditarik lagi, menerima kesakitan luar biasa sehingga menjerit keras. Setelah keluar dari neraka masuk lagi ke neraka lain. Saat berjalan melewati jalanan yang berbahaya, ada burung elang, beruang, serigala, burung hantu yang tubuhnya terbuat besi dan panas, dimana-mana mereka ada. Saat berjalan ketempat berbahaya, orang jahat tersebut ketakutan, menutupi muka dan mulut, mengharapkan ditolong dan ada tempat berlindung, tapi makhluk-makhluk tersebut mencabik-cabik dan memakannya. Setelah mati hidup lagi, demikian tersiksa selama ratusan ribu tahun sampai waktu tidak terbatas. Bila karma buruknya belum habis, sifat buruk belum tuntas lenyap, maka setiap siksaan terus dilakukan dan penderitaan berjalan terus tidak pernah berhenti. Bila karma buruk sudah habis, baru bisa keluar dari neraka. Bilamana kehidupan masa lalu atau kehidupan yang lama sekali, ada perbutan karma baik yang sudah matang, sehingga tidak dilahirkan menjadi setan kelaparan atau jadi binatang. (Bila tidak ada kumpulan karma baik, umumnya dilanjutkan jadi setan kelaparan dan binatang sekian lama). Bila karma buruknya habis baru bisa dilahirkan jadi manusia tapi ditangkap dan dipenjara oleh raja (pemerintah), tubuhnya buruk rupa, mukanya jelek, dipenjara sampai meninggal, demikian pembalasan karma buruknya.

Panca Sila Buddhis
Pancasila Buddhis adalah merupakan lima latihan kemoralan yang hendaknya dilaksanakan setiap saat oleh para umat Buddha. Kelima latihan kemoralan itu adalah latihan untuk tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak dusta dan tidak mabuk-mabukan. Khusus untuk pelaksanaan sila ketiga yaitu tidak melakukan perzinaan, maka harus dikenali terlebih dahulu obyek perzinaan seperti yang terdapat dalam Anggutara Nikaya V, 266 yang menyebutkan antara lain adalah:
1.     Anak dibawah umur
2.     Pasangan hidup orang lain
3.     Orang hukuman
4.     Saudara kandung
5.     Orang yang melaksanakan sila (samanera, bhikkhu)
Sedangkan organ seksual yang dikenal dalam Dharma adalah:
1.     Mulut
2.     Alat kelamin
3.     Anus

Apabila menggunakan salah satu atau lebih dari ketiga organ seksual ini kepada obyek perzinaan yang telah disebutkan di atas, maka orang itu termasuk telah melakukan pelanggaran sila ketiga.

Hubungan seksual yang dilakukan dengan anus atau lebih dikenal sebagai anal seks, oral seks (seks mulut) dalam ajaran Mahayana Buddhis adalah pelanggaran dan melakukan karma buruk yang dapat menjerumuskan ke neraka.
Sutra Ksitigarbah, disabdakan: pelaku seksual sesat, zina atau berbuat asusila, awal ganjarannya terlahir sebagai burung dara, belibis dan itik. Pada akhirnya terjatuh ke neraka, melewati beberapa kalpa sulit bisa terbebas.

Sutra Pao Ying Cing disabdakan: ada satu hantu yang bertanya, sejak saya terlahir di alam setan dan menerima tubuh hantu, terus merasakan cemas dan sangat ketakutan, takut ditangkap orang dan khawatir dipukuli dengan tongkat. Ditambah lagi saya selalu menerima derita dan siksaan racun. Sehingga tidak ada sedikit pun hati yang riang dan gembira. Sebenarnya pelanggaran karma buruk apa sehingga menerima kondisi demikian? Yang Arya Maha Maugalana membalas pertanyaan hantu tersebut: semua akibat terjadi karena saat kamu jadi manusia, suka melakukan seksual sesat. Diam-diam melakukan zina kepada istri dan perempuan orang lain. Disebabkan sering takut orang lain ketahui, maka hatinya tidak tentram. Sekarang kamu mendapatkan sakit dan derita. Ini adalah hanya pembalasan ‘Bunga karma’ saja, kelak “Buah karmanya” harus terjatuh ke neraka, mengalami siksaan di atas ranjang besi yang panas, atau merangkul tiang besi yang panas. Kiranya sangat sulit dan tidak bisa habis menceritakan segala penderitaan karena siksaan dan hukuman di neraka.

12 Perenungan Bahaya Seksual Sesat
Adapun dua belas perenungan ini untuk menyadarkan orang-orang yang bergelora dan dilanda banjir nafsu, lapar dan haus akan kenikmatan seksual. Perenungan ini sangat bermanfaat apabila dipraktikan, dan juga perenungan ini harus sering dilakukan agar kesadarannya bisa tumbuh berkembang, juga dapat menampik dan menghindari segala godaan dan jebakan dari penjual seksual sesat. Bila batin lemah dan bobrok tentu mudah terjerumus ke lembah dosa, tetapi bila batin kokoh dan murni, maka segala godaan dan jebakan apapun tidak mampu menggoyahkan hatinya. Untuk itu, perenungan ini harus disebarkan ke masyarakat luas, agar orang-orang yang menjadi budak nafsu, pengumbar nafsu dan penampung nafsu menjadi sadar, malu dan takut akibat perbuatan jahat.

Perenungan pertama, Takut dengan kesesatan: puluhan ribu aksi kejahatan, kejahatan seksual paling utama. Seksual sesat adalah pelanggaran berat yang menciptakan karma buruk, akibat seksual sesat dapat mempengaruhi banyak kehidupan, tidak mudah dilenyapkan, karena itu jangan lakukan seksual sesat.

Perenungan kedua, Hukuman neraka: seksual sesat merintangi kecemerlangan hati, sampai menyebabkan terjerumus ke alam neraka, setan buruk, dan bintang menerima derita dan kesulitan, karena itu jangan dilanggar.

Perenungan ketiga, Merusak masa depan: seksual sesat paling merugikan pahala kehidupan, mudah merusak dan mengurangi rejeki, usia kehidupan dan merusak keturunan, sampai masa depan suram tidak terang, karena itu jangan dilanggar.

Perenungan keempat, Tubuh terserang penyakit: seksual sesat dapat mengundang banyak penyakit, seperti HIV, AIDS, sipilis dan lain sebagainya, karena itu jangan dilanggar.

Renungan kelima, Balasan karma: usaha bisnis seksual, menyebarkan gambar atau film pornografi atau porno-aksi, selingkuh atau zina, dapat merusak, mencelakan dan membahayakan banyak orang, nama pelaku dan korban tersebut namanya rusak, akibat malu dikhawatirkan jalan pintas bunuh diri, sehingga menerima gangguan setan penasaran yang menghinggapi tubuhnya sampai pembasaan hukuman di neraka.

Perenungan keenam, Katakan ‘tidak mau’: keluar rumah, tentu menginap di hotel, saat jadi tamu hotel pasti ditawari berbagai kenikmatan, pastikan jangan ragu dan terlambat langsung mengatakan “Tidak mau”, untuk menghindari pikiran ngawur yang dapat mencelakan pahala, dan menodai perilaku.

Perenungan ketujuh, Memasuki lebih baik menghindari: bila ada salon yang menawari seks dan kenikmatan, sauna, pusat rekreasi, restoran, karaoke dan lain sebagainya, bila bukan tempat yang benar dan murni jangan dimasuki. Bila tidak tahu sehingga memasuki, pasti tersandung dalam pusaran air laut prostitusi, menjadikan  kekesalan dan penyesalan lama.

Perenungan kedelapan, memikirkan keluarga sendiri, membandingkan hati sendiri dengan hati orang lain: pikirkan bahwa semua pria atau perempuan bagaikan keluarga sendiri, hormati mereka saat berhubungan, sehingga pikiran seksual jadi lenyap, dalam hati mudah menjadi murni.

Perenungan kesembilan, Tidak melihat dan tidak membahas: sila tidak berzina dimulai dari kendalikan hati, kendalikan hati harus di mulai dari kendalikan mata. Mata tidak melihat tubuh cantik. Tidak melihat penyebab kemurnian. Mulut tidak membahas seksual dan tubuh, tidak membahas adalah kemurnian.

Perenungan kesepuluh, Mayat busuk (bangkai) untuk menjernihkan hati: saat menampakkan rupa elok (tubuh seseorang yang sexy) di luar dapat memuncul gejolak hati yang mempunyai pikiran seksual (pikiran ngeres), segera tutup mata (bila tidak bisa segera alihkan pikirannya), mempersepsikan tubuh orang tesebut bagaikan rupa mayat, wajah dan daging tubuhnya bau tengik (busuk), borok kulit, banyak belatung hidup dan merangkak di dalam tubuhnya, sangat mengerikan!

Perenungan kesebelas, Memahami ketidak-kekalan: senantiasa merenung kehidupan manusia sangatlah  pendek dan sementara, tubuh manusia tidak kekal, bagaikan embun pagi, walaupun memiliki tubuh yang rupawan, sekejab saja bisa berubah menjadi tua dan berubah menjadi seonggok tulang yang bau. Kecantikan yang dimiliki dalam kehidupan ini realitanya bagaikan impian, khayalan, ombak, bayangan yang penuh kepalsuan. Tidak bisa dianggap benar.

Perenungan kedua belas, menyesal dan bertobat, serta mengembangkan tekad: orang yang banyak memiliki pikiran seksual, senantiasa merasakan sila tidak berhubungan badan atau sila tidak berzina tidaklah mudah. Saat ini atau setiap hari di hadapan para Buddha atau Bodhisattva lakukanlah penyesalan dan pertobatan atas karma buruk, dengan kesungguhan hati mengembangkan tekad memurnikan diri. Tekadnya adalah: semoga selama hidup saya sampai kehidupan yang tidak terbatas, tidak melanggar seksual sesat apapun, tidak memunculkan pikiran seksual sesat apapun; semoga sampai akhir kehidupan saya dan sampai kehidupan yang tidak terbatas, senantiasa memunculkan hati murni, senantiasa memiliki perenungan murni, dan senantiasa melaksanakan perilaku murni!!! Selain itu, senatiasa merenung dan melafalkan pujian kepada nama Kuan She Yin Pu Sha; dan banyak melakukan kebajikan.

Dapat menerima dan berjodoh dengan Buddhadharma. Tingkatkan dan pelajari, dengan melaksanakan praktik, kamu punya kesempatan besar dan dapat merubah penyimpangan homoseksual. Tidak mesti jadi rahib (sramana), asalkan ada tekad hati mau merubah kesulitan. Praktik yang menjadi perumah tangga pun ada manfaatnya.

Hindari 4 Hal Kecabulan Untuk Meredakan Nafsu Seksual
1.     Hindari penyebab perbuatan cabul – bila terlintas pikiran ngeres dan kotor, baik terhadap pria maupun wanita, jangan dibiarkan atau diteruskan, segeralah dilenyapkan. Jangan sampai menjalar, bersemayamnya dan mengakar  pikiran jorok atau kotor apa pun di benak kita.
2.     Jangan menciptakan kesempatan, atau berhubungan dengan nafsu birahi dan perbuatan cabul, yaitu: hindarilah segala sesuatu yang berhubungan nafsu, pornografi, porno-suara, pornoaksi yang berakibat munculnya nafsu birahi dan perbuatan cabul, termasuk sekedar melihat, mengintip, menonton atau saling memandang yang dapat memunculkan nafsu birahi.
3.     Jauhkan Benda-benda cabul – harus menghindari buku, film dan internet cabul, jangan mengobral makian dengan kata-kata cabul, jangan menyimpan alat-alat cabul, pergi ke toko–toko cabul dan belajar cara-cara cabul.
4.     Hindari perbuatan cabul – jangan melakukan tindakan cabul, melekati tindakan cabul, atau bersatunya dua kemaluan, dan semua pekerjaan cabul, apapun yang berkaitan dengan kecabulan jangan didukung dan dilakukan.

Mantra Untuk Melenyapkan Nafsu Birahi
Sumber :
1.《七佛八菩薩所說大陀羅尼神經‧卷二》Sutra Mahadharani yang Dibabarkan Sapta Buddha Asta Bodhisattva – Bab 2《大正藏》第二十一冊頁543上、545上,Tripitaka Book 21 , page 543-545

2.    《陀羅尼雜集‧卷二》Kumpulan Dharani Bab 2《大正藏》第二十 一冊頁586上。
Tripitaka book 21, page 586

3    《文殊菩薩獻佛陀羅尼名烏蘇式大正 藏》第二十冊頁778上; Tripitaka book 20, page 778
Sutra Usota Dharani Persembahan Manjusri pada Buddha

Usotha Dharani dari Manjusri Bodhisatva
Buddha berpesan pada Ananda untuk masa depan para makhluk tiada derita supaya menyebarluaskannya. Kemudian Manjusri Bodhisattva melantunkan gatha:
Semua jenis makhluk yang terombang ambing dalam alam setan cabul.
Tiada yang dapat tersadar, hanya Aku yang mampu menolongnya
Selamanya melenyapkan penyebab kelahiran dan kematian, merealisasikan bahagia Nirvana.
Aku, Manjusri, saat ini hendak membabarkan Mantra ! Menyelamatkan para insan, supaya menyingkirkan peneyebab nafsu birahi, Dharani ini dinamakan Usota, melenyapkan birahi dan mengikis keangkuhan.

Adapun Mantra Pelenyap nafsu birahi, sebagai berikut:

句梨句梨-帝那.    忧拙忧拙-帝那.        度呼度呼-帝那.
Kuli‧kuli‧tena‧      Yudho‧yudho‧tena‧     Duho‧duho‧tena‧

究咤究咤-帝那.    若蜜都若蜜都-帝那    究咤呼究咤呼-帝那.
Kyuta‧kyuta‧tena.    Namito‧namito‧tena‧    Kyutaho‧kyutaho‧tena‧

忧守忧守-帝那.    耶蜜若耶蜜若-帝那.    度呼咤-究咤多.莎呵.
Yusu‧yusu‧tena‧    Yamina‧yamina‧tena‧    Duhota‧kyutata‧ svaha‧

Menjapakan mantra 3 kali, lalu ikat satu kali. Hingga membuat 7 ikatan, ikatkan pada kaki. Mantra ini mampu membuat yang kehilangan kesadaran kembali berpikiran lurus. Melenyapkan api birahi menyejukkan hati. Menyingkirkan kesombongan. Melenyapkan semua noda karma lobha, dosa dan moha. Bila para putera dan puteri yang berbudi, kesadarannya terjatuh pada moha yang mendalam (kebodohan), telah lama berada dalam samsara (lautan derita) tanpa tahu cara pembebasan. Sehingga terombang- ambing dalam kelahiran dan kematian, samudera birahi, tanpa bisa sadar. Tidak tahu bagaimana cara keluarnya. Berteriak dengan pilunya…

Wahai putera dan puteri yang berbudi, bila batin tersadarkan, maka birahi akan lenyap. Hendaklah menjapa Dharani ini. Akan mengikis kobaran api birahi. Bila birahi telah sirna, maka kesombongan juga akan sirna. Bila kesombongan sirna, maka batinnya akan tenang dalam Samadhi (ke luar tidak terjebak corak, ke dalam tidak kacau). Bila batin telah tenang maka akan memperoleh pembebasan. Bila batin telah memperoleh pembebasan, maka akan memperoleh buah ke Buddhaan. Inilah kekuatan dari Mahamantra ini, sungguh sejati tiada kepalsuan. Demikianlah kekuatannya. Berpantanglah makanan dan minuman yang membuat hilangnya kesadaran dan berpantanglah lima macam sayuran menyengat selama kelipatan 7 hari sampai 49 hari. Janganlah makan semua daging yang tak suci.

Para putera yang berbudi hendaknya melakukan dalam kelipatan 9 total 81 hari, sedangkan para puteri yang berbudi dalam kelipatan 7 total 49 hari. Dalam enam waktu tekun menjapakannya. Membakar dupa hitam Shim-Sui, atau dupa cendana putih. Menabur bunga mempersembahkannya pada sepuluh penjuru Buddha. Dalam enam waktu menjapakannya tanpa alpa. Setelah hitungan harinya usai, segala ikatan akan sirna. Batinnya akan tenang dan terang, tiada birahi. Saat itu akan timbul suka cita yang mendalam. Saat ini aku menerima kekuatan Yang Mahasuci, tubuh ini adalah tubuh Buddha, tidak takut akan kematian. Demikianlah pikiran suci akan berkembang. Mematahkan semua perbuatan jahat dan kata kata yang tidak bermanfaat. Tidak memikirkan mengenai nama dan keuntungan pribadi. Demikianlah setelah genap hitungan harinya, pasti memperoleh pembebasan. Batinnya akan tenang tiada nafsu dan kesombongan.

Merubah Kecenderungan Watak Homoseksual
有佛法必定有方法。佛法就是要轉不可能為可能,超越後天進入先天,超越男女,進入非 男非女的本來境界。你說,同性戀可以轉變嗎?當然可以。

Ada Buddhadharma sudah pasti ada solusinya. Buddhadharma adalah untuk merubah yang tidak bisa di rubah menjadi bisa berubah. Melampaui masa lalu untuk memasuki masa sekarang. Melampaui perwujudan laki dan perempuan, untuk memasuki bukan laki dan bukan perempuan yang sebagai awal kedemikanan. (Hakikat Kebuddhaan memang bukan laki dan bukan perempuan). Coba kamu katakan, homoseksual bisa dirubah tidak? Tentu bisa!

為什麼要認為自己是男或女呢?男女不過是後天的假象。這一生是男人,前一生可能是女人,下一世也可能出生為女人;同樣的,這一生是女人,說一定下一世就出生為男人了。(Kenapa harus terjebak dan merasakan sendiri adalah laki atau perempuan? Bentuk laki dan perempuan hanya kondisi palsu masa lalu. Kehidupan sekarang adalah laki, kehidupan dulu mungkin perempuan, kehidupan akan datang mungkin bisa jadi perempuan lagi; Sebaliknya kehidupan sekarang perempuan, bisa dikatakan mungkin kehidupan selanjutnya jadi pria lagi.
所以,男女只是眾生輪迴中一時的假象而已,究竟人的真實本性中,何有男女之相?人的真實本性,是非男非女的。為什麼不回到這裡,要沉迷於男女的假象中,為同性戀所苦呢?…… Oleh karena itu, bentuk pria atau perempuan hanyalah perwujudan palsu untuk semua makhluk yang mengalami siklus tuminbal lahir. Sesungguhnya setiap manusia mempunya hakikat sejati yang benar dan realita, mana ada perwujudan laki dan perempuan? Hakikat sejati manusia sesungguhnya adalah bukan laki juga bukan perempuan. Kenapa tidak menyadari kebenaran ini, mau terbenam dan takhayul dipermainkan perwujudan palsu jadi laki atau perempuan. Kenapa sih mau derita menjadi homoseksual? ………

談到這裡,不知你懂了嗎?就是要透過佛法的修行,修而有成,就能超越後天的男女相。心中無男女相,就不會喜歡異性或同性。 Diskusi sampai disini, apa sudah kamu mengerti? Harus praktik sampai menembusi Buddhadharma, berjuang sampai berhasil, pasti bisa melampaui ciri laki dan perempuan yang terbentuk oleh masa lalu. Kedemikian hati realitanya tiada wujud laki dan perempuan. Bila menyadari ini, sehingga tidak lagi ada kecenderungan suka kepada lawan jenis atau sesama jenis (homoseksual).

當然,這不是很容易。這是自我精神生命的革命,是一項偉大的工程。但只要去做,就有機會到達。祝福你。Tentu, praktik (merubah karakter) ini tidaklah mudah, harus menjadi semangat saya dalam kehidupan ini untuk merubah nasib. Ini adalah perjuangan mulia. Hanya tekad dan berjuang terus, pasti ada kesempatan untuk merubahnya, selamat berjuang!
(Tambahan: Dengan melafalkan Mantra Ksitigarbha Bodhisattva untuk pelenyap karma tetap yang sudah terbentuk, yaitu: Om Po la Mo Ning To Ning Sa Po Ho. Sebanyak mungkin pasti bisa merubah kecenderungan homoseksual menjadi normal lagi, bahkan bila terus dilafalkan mantra tersebut pasti kelak menjadi orang suci yang tidak ada hasrat lagi terhadap semua seksual maupun hubungan badan terhadap siapapun juga)

世上有两种人,甚是希有难得,有如优昙花,很难值遇其开放。第一种:是从来不行恶法造罪业之人;第二种:是知罪即能忏悔改过之人。
Di dunia ini ada dua jenis orang, sulit ada dan ditemukan bagaikan Bunga Mandarawa, sangat sulit bertemu dan dilacak. Orang pertama: adalah orang sejak awal tidak melakukan kejahatan yang menciptakan karma buruk; Orang kedua orang yang mengetahui dosa dan karma buruknya sendiri, dapat menyesal dan bertobat, dan mampu berubah memperbaiki diri.

10 Hal Membuat Perilaku Homoseksual Bertobat  & Berubah
Sebenarnya homoseksual itu adalah penyimpangan orientasi seksual kepada sesama jenis, baik secara fisik, seksual, emosional ataupun secara spiritual. Awalnya sih gay atau lesbian dipandang sebagai penyakit untuk di obati, akan tetapi sekarang lebih sering disebut sebagai variasi budaya dari identitas dan praktek seksual yang tidak lazim. Bisa juga homoseksual dianggap sebagai orang yang mempunyai ketertarikan yang menyimpang dan tidak pada tempatnya, melakukan hubungan seksual secara tidak benar dan efektif, karena menyalahi kodrat dan bertentangan dengan kebenaran alam. Sehingga status homosekual bisa dianggap ilegal atau legal, juga status sosial mereka bisa beragam di tolak atau diterima oleh berbagai komunitas masyarakat yang ada di seluruh dunia.

Banyak komunitas kaum gay dari berbagai daerah dan di belahan dunia, populasi anggotanya pun tidak kalah dengan komunitas lainnya. Kita lihat saja situs jejaring seperti Facebook, twitter dan situs jejaring lainnya begitu mudahnya mereka mengaku sebagai gay tanpa harus memikirkan status sosial masing-masing dan mengangap gay adalah kebanggaan dan bertekad keras memperjuangkan hak asasi mereka sebagai gay.

Akan tetapi, dalam lubuk hati mereka yang paling dalam ada sebuah penyesalan, kebingungan, kegundahan, perasaan benci dan suka bercampur aduk, “MENGAPA AKU HARUS JADI GAY..??” karena Menjadi gay bukanlah pilihan. Tidak ada seorangpun yang bercita-cita untuk menjadi gay, mereka juga tidak mau menjadi gay. Tapi mengapa mereka harus suka sesama cowok ?, terpesona ketika melihat cowok cakep ?, bernafsu ketika menyaksikan cowok berbadan seksi setengah bugil dan berkhayal akan tidur dengannya? MENGAPA??..

Meski susah untuk berubah, coba kasih jalan keluar sedikitnya ada 10 hal yang musti diperhatikan agar kamu tidak lagi memuja-muja dan terjerat Homoseksual, menyukai sesama kaum laki-laki atau sesama kaum perempuan, dan berubah menjadi Laki-laki Sejati atau menjadi perempuan seutuhnya, untuk melaksanakan jalur kehidupan yang baik dan benar, ada pun 10 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.     Selalu Ingat Buddha
Perbanyaklah ibadah, ikuti semua perintah-Nya, hidari semua larangan-Nya. Kalo kita sudah beribadah secara benar. yakin dan ingat pada tuhan, maka tuhan akan Selalu Ingat pada kita, dan memberi perlindungan pada kita. Dengan  bimbingan spiritualitas dari  Buddha akan menuntun dan  memberikan yang terbaik untuk hidup kita. Dan ingat kita ini sedang di awasi meski kita tak melihat Buddha tapi Bumi, langit  dan para saki selalu melihat dan mengetahui perbuatan kita, dimana saja, kapan saja dan siapa saja.

2.     Selalu ingat Masa Tua
Kebanyakan dari manusia adalah lupa bahwa kita akan tua, renta, reot dan tak berdaya. Coba bayangkan kalo kita sudah tua nanti, siapakah yang bisa setia di samping kita? siapa yang akan merawat kita ketika sakit, siapa yang akan menghibur kita ketika sedih, siapakah yang membantu kita dalam keadaan susah? Apa kita baru akan berubah pada saat itu, terlambat. Sekarang adalah saat yang tepat untuk merubah semuanya.

3.     Selalu Ingat Orang Tua dan keturunan
Kita punya bapak, kita juga punya ibu. Mereka sayang sama kita sebagai anaknya. Sebagai lelaki dewasa pasti kita nantinya ingin menjadi suami yang setia pada istrinya dan menjadi bapak yang menyenagkan pada anaknya. Seorang Homo Seksual berkata “saya bukannya tidak suka wanita, tapi saya tidak suka direpotkan, karna wanita itu merepotkan dan menyusahkan”. INGAT..!! WANITA JUGA DIBUTUHKAN.. jadi buang jauh-jauh anggapan seperti itu. Ingat Ibu kita adalah wanita yang melahirkan kita. Tanpa keberadaan wanita bagaimana kita bisa di lahirkan? Siapakah yang punya andil besar untuk merawat dan membesarkan kita? Ingat dunia tanpa  wanita, maka keberadaan manusia akan punah di muka bumi ini.  Perlu di sadari, surga ada di telapak kaki Ibu. Soal keturunan juga sangat penting dan perlu di perhatikan, karena maksud dan tujuan untuk melahirkan, merawat dan membimbing anak sampai jadi orang adalah harapan agar anak bisa ingat orang tuanya, kelak dapat membalas budi dan merawat orang tuanya di saat orang tuanya tua renta dan banyak sakit. Bila kita tidak mempunyai keturunan siapakah yang akan merawat kita secara tulus dan telaten? Walau kita bisa saja berpikir dan beranggapkan ada panti jompo, tetapi manusia bukan saja butuh perawatan saja tapi juga butuh kasih dan penghiburan. Ingat, anak yang saleh akan menghibur, membimbing dan merawat orang tuanya agar sisa hidupnya kan bahagia, kelak setelah kematian anak tersebut akan melakukan kewajibannya mengurus kematian di saat kematian orang tuanya. Bila mampu membimbing anaknya dari sejak kecil secara arif dan bajik maka di saat meninggalnya orang tuanya, anak tersebut akan berupaya membalas budi besar ortunya dan menyeberangkan orang tuanya ke alam surga.

4.     Ingat Bahaya Penyakit Menular
Hubungan seks bebas sangat beresiko kena penyakit menular, seks bebas cenderung mendatangkan berbagai penyakit. Sperti HIV AIDS, Penyakit Oral (mulut), penyakit Anal (Dubur). Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Bila sudah kena penyakit mematikan, siapa yang menderita? Kalau kena penyakit kotor, siapakah yang repot? Bila kita kena AIDS maka keluarga akan malu dan ikut susah, terutama Ortu kita akan sangat sedih, karena anak yang dibesarkan dengan susah payah dengan darah dan keringat, bukan menjadi baik malah menjadi liar dan sesat, ditambah lagi penyakit yang mamatikan. Coba renungan, bila anda terkena penyakit AIDS adakah pacar/kekasih, teman yang mau peduli dan merawat kamu? Di saat kamu kamu butuh bantuan semua teman mungkin juga keluarga kamu akan menjaga jarak bahkan cenderung meninggalkan kamu, karena semua takut tertular penyakit yang mematikan. Kamu akan dibuang ke tempat penampung penderita AIDS, kamu akan merasa sakit badan yang tak tertahankan, ditambah lagi hati nelangsa menyesali perbuatan bodoh, hanya bisa menunggu ajal kematian datang menjemput.

5.     Selalu Ingat akan kematian
Kita tidak akan tahu. Kita akan mati kapan? 20 tahun lagi, 1 tahun lagi, 1 bulan lagi, 1 hari lagi, 1 jam lagi, bahkan kita tidak akan tahu setelah kita membaca artikel ini kita sudah dipanggil oleh-Nya… jadi berbuatlah sesuatu yang berguna untuk mempersiapkan hidup kitas selanjutnya. Ingat perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran, kenormalan akan mendatangkan bencana dan kemalangan. Ingat, walaupun di berbagai belahan dunia kegiatan homoseksual dilegalkan, bahkan bisa kawin sesama jenis secara hukum duniawi, tapi hukum Dharma melarang, perbuatan Homoseksual bertentangan dengan kodrat alam, tentu kelak menyebabkan penderitaan panjang karena harus masuk ke neraka, setelah habis hukumannnya di neraka, selanjutnya harus menerima berbagai konsekuensi hukum karma. Ingat kematian bukanlah akhir dari segala kehidupan melainkan adalah siklus tumimbal lahir yang berulang-ulang untuk melangsungkan kehidupan selanjutnya. Bentuk kehidupan selanjutnya semua bergantung dari kesadaran karama apa yang telah kita lakukan di masa lampau. Oleh karena itu, sadari, kenikmatan dalam hubungan homoseksual atau seksual sesat hanya terjadi sesaat, tetapi konsekuensi dan akibatnya kelak harus merana dan menanggung penderitaan panjang.

6.     Hindari Onani Sambil Berkhayal
Walaupun onani adalah kegiatan seksual yang sehat, tetapi bagi kaum gay, onani adalah jurus ampuh ketika nafsu mereka sudah diubun-ubun. Dan ini akan menjadi kebiasaan ketika mereka menyaksikan sesuatu yang membuat mereka sangat terangsang. Di dalam ajaran Buddha, apapun kegiatan kita yang membuat terangsang, ketagihan dan menimbulkan ketagihan itu yang bertentangan dengan kebenaran Dharma itu di larang. Semakin sering kita menahan diri dan mampu mengendalikan maka semakin cepat kita berubah kembali normal.

7.     Buang Segala Bentuk Pornografi
Yang suka koleksi film Bokep atau gambar-gambar vulgar yang merangsang birahi di kamar, di HP, Kompi, Laptop SEGERALAH DI DELETE atau nyimpan majalah/DVD porno di bawah kasur segera deh dibuang jauh-jauh (jangan kasih ke temen lagi artinya jangan merusak lagi mentalitas dan moralitas teman kita lagi). Ingat pikiran kotor muncul dari pandangan kotor. Pandangan kotor muncul karena adanya sensasi melihat dan mendengar atau merasakan sentuhan yang merangsang. Bila pikiran sudah kotor maka sikap dan perilaku kita akan ikut pula kotor. Pepatah mengatakan: Dari mana datangnya cinta dari mata turun ke hati. Untuk mencegah timbulnya nafsu kotor, janganlah melihat, mendengar apalagi mengingat hal-hal yang merangsang birahi. Sekali muncul pikiran ngeres langsung ingat Buddha atau cari kesibukan lain, maka di jamin anda akan terbebas dari nafsu kotor.

8.     Hindari Membuka Situs Porno & Jangan Membuat/Mengedarkan Gambar/Film Cabul
Nah.. Ini yang paling penting, Dan sesuatu yang paling sulit dihindari, kecuali keinginan untuk berubah itu timbul dari diri sendiri. Soalnya sampai saat ini. Menurut peneliti ahli informatika Situs yang paling sering dikunjungi kedua setelah facebook adalah SITUS PORNO (owh… kebayang ga tuh.. baru log in di internet yang dibuka langsung situs porno)—harap dibaca lagi point 1— Putuskan hubungan dengan komunitas2 gay di dunia maya dan Dunia Nyata—jika itu membuat kamu sulit menghilangkan ketertarikan pada sesama, akan tetapi jika kita hanya buat sharing dan membantu yang lain buat berubah, itu lebih baik. Membuat gambar atau majalah cabul, seronok atau film porno yang disebarkan ke masyarakat tentu dapat merusak mental dan moralitas masyarakat luas, akibatnya menciptakan karma buruk sepuluh penjuru. Bila sudah memproduksi atau mengedarkan banyak gambar merangsang, majalah cabul atau film porno tentu konsekuensinya nasibnya buruk, rumah tangga berantakan, banyak kemalangan dan usianya pendek. Lihatlah nasib pelawak cabul atau artis/aktor yang melakukan film porno, semua berakhir dengan kematian yang tragis dan memilukan.

9.     Hindari Pergaulan yang Merusak dan Merugikan
Di rumah kita di bimbing oleh ayah ibu, di luar kita di bimbing oleh guru. Di saat kita waktu luang atau lagi senggang kita butuh pergaulan untuk saling curhat atau berbagi. Untuk itu kita perlu bergaul dan berkawan dengan teman. Bila saja kita tidak punya prinsip, ditambah lagi mental kita lemah dan mudah tergoda, maka kita pasti mudah terpengaruh oleh pergaulan. Teman yang baik adalah dapat membimbing kita ke arah yang baik, sedangkan teman yang jahat cenderung merusak, memperalat, dan merugikan kita. Jadi dalam pergaulan pilihlah teman-teman yang baik. Kategori teman yang baik adalah yang melaksanakan PANCASILA (Tidak membunuh, Tidak mencuri, Tidak berzina, Tidak berdusta, Tidak makan atau minum yang membuat ketagihan atau melemahnya kesadaran), Senantiasa melaksanakan Sila, Samadhi dan Prajna. Sila untuk mengendalikan ucapan dan perbuatan, Samadhi untuk mengendalikan pikiran, sedangkan Prajna untuk mengendalikan cara berpandang. Alangkah baiknya bila kita memilih teman yang sehati, senasib dan seperjuangan untuk menapak bersama di jalan Kebuddhaan, maka penghidupan kita di landasi kebenaran, menyongsong pencerahan dan menapak jalan pembebasan mutlak.

10.     Membangkitkan TEKAD KUAT  Pasti Semuanya Berubah
Kita sebagai manusia normal tentu memiliki hati, (Hati mencakupi rupa, perasaan, pikiran, pencerapan dan kesadaran) selayaknya kita sebagai pemilik dapat membentuk ragam hati, dapat menata, mengatur dan menciptakan kondisi hati. Janganlah kita mau dibalikkan, hati memiliki kita, kondisi hati mempermainkan kita, nuansa hati merusak kita, apalagi gudang memori masa lalu membentuk kecenderungan hati menjadikan kita tidak abnormal dan budak nafsu seksual). Segala kondisi baik atau tidak baik, normal atau abnormal semua diciptakan oleh peran dan aktivitas hati, oleh peran dan kecenderungan hati pula segala kondisi di bentuk.  Kita harus sadar, mampu dan kembangkan tekad untuk bisa kendalikan kondisi hati yang liar dan sesat ini. Karena tidak ada satu “Makhluk Maha Kuasa” apapun yang dapat memperbaiki kondisi hati kita, hanya diri kita sendirilah yang dapat membentuk, menata, mengendalikan hati kita.

Perlu diketahui, kondisi seseorang yang menjadi homoseksual karena terjerat khayal dan dipermainkan hati. Hati yang lemah dan kotor biasanya mengingkuti hasrat dan naluri, tetapi hati yang memberontak mampu merubah atau melenyapkan hasrat atau kecenderungan apapun juga, usahakan merubah naluri menjadi nurani. Ingat! Tekad untuk berubah harus dikembangkan lebih kuat, konsisten dan membaja dari kondisi yang terjadi atau karma yang sudah berbuah. Bila mengembangkan tekad sekedar asal-asalan maka perilaku homoseksual sulit dirubah. Tetapi bila tekadnya sudah bulat, membaja dan tidak mundur lagi, maka kekuatan dahsyat yang dimiliki ini dapat merubah perilaku homoseksual menjadi normal kembali. Bila saja dapat mengendalikan hatinya menjadi sunya (kosong) maka semua kecenderungan, perilaku homoseksual dan penderitaan menjadi lenyap, berganti menjadi orang mulia atau makhluk suci yang tidak melakukan hubungan badan lagi. Sadarilah perjalanan seribu langkah dimulai dari rencana, strategi, tekad dan praktik yang dimulai dari satu langkah untuk mencapai tujuan akhir. Bila kita tidak memulai satu langkah kapan kita bisa mencapai garis finish. Bila tidak ada kemauan dan tekad maka tidak mungkin atau sulit merubah sifat dan kecenderungan homoseksual menjadi normal kembali. Oleh kelemahan diri kita sendiri kegagalan di alami, oleh kekuatan diri kita sendiri kesuksesan diraih. Mari kita kembangkan semangat dan tekad untuk memperbaiki nasib malang dan karma buruk menjadi nasib mujur dan karma baik! Sadarilah! Di mana ada kemauan disitu ada jalan; Dimana ada tekad di situ ada keberhasilan

Hormati dan Lindungilah Keberadaan LGBT
Siapa sih yang mau jadi homo? Tidak ada satu orang yang sehat dan waras mau jadi pelaku LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Tentu semua orang pasti memilih kehidupan sehat, normal dan wajar. Perlu disadari, bahwa hukum di Indonesia menjunjung tinggi Hak Asazi Manusia (HAM), sehingga kita wajib melindungi dan membimbing setiap warganya apapun orientasi seksualnya, agar dapat hidup aman, tentram dan sejahtera di bumi nusantara ini. Walaupun banyak ajaran agama cenderung menghukum atau menolak mereka. Kita sebagai orang yang penuh kearifan dan cerah, kita tidak boleh antipati atau menolak kehadirannya karena mereka itu bukan penjahat, melainkan jadi korban dan berkaitan dengan akibat perbuatan karmanya sendiri. Dengan kearifan, kesabaran dan ketekunan kita selalu menyadarkan dan memberikan berbagai solusi dan motivasi untuk mengatasi permasalahan mereka.

Lihatlah di berbagai kitab suci para Buddha, begitu banyak para Bodhisattva  berjuang dan menolong siapa saja tanpa kecuali, asalkan ia mau memanggil dan melafalkan namanya. Begitupula Ksitigarbha Bodhisattva bersedia dan berjuang menolong semua makhluk jahat yang terjatuh ke neraka. Ikrar agungnya adalah “Neraka belum kosong aku tidak mau jadi Buddha”.  Jadi kesimpulannya kita harus simpati dan penuh kasih menghormati dan melindungi mereka, tapi kita tidak boleh mendukung aktivitas mereka untuk menjerat, menjebak atau memarik dan mengarahkan orang-orang menjadi LGBT.  Alangkah baiknya pendidikan seks senantiasa di ajarkan secara berkala untuk meluruskan orientasi seks masyarakat. Agar tidak menyimpang dan terjerumus kepada seksual sesat. Siapakah yang punya andil dan pengaruh besar, tentu saja pemerintah. Diharapkan Pemerintah jangan mengucilkan kaum LGBT melainkan tampung aspirasi mereka dan didiklah dengan keterampilan yang sesuai agar mereka bisa hidup layak dan sejahtera. Tentu semuanya harus juga didukung oleh partisipasi dan bantuan seluruh lapisan masyarakat. Agar masyarakat juga bisa mengetahui dan merasakan kesukaran dan bahayanya  menjadi kelompok LGBT.

Penutup
Demikianlah artikel Sebab Akibat Homoseksual dan Sesual Sesat ditulis dan dirangkum dari berbagai sumber yang memerlukan kecermatan dan menguras cukup banyak energi. Semoga artikel ini bisa menjadi acuan dan pegangan oleh kalangan Buddhis dan menjadi kompas petunjuk arah kehidupan bagi masyarakat luas. Harapannya tulisan artikel ini di Majalah Harmoni ini dapat disebarkan ke segenap penjuru untuk menyadarkan semua pihak akan bahaya dan resiko dari perilaku homoseksual dan seksual sesat. Kiranya lebih baik mencegah daripada menyembuhkan, agar kelak setelah kematian kita tidak terjatuh ke tiga alam celaka. Anjurannya setiap praktisi harus mawas diri, mencegah dan mengantisipasikan berkembangnya gejolak birahi dalam menapak jalan Kebuddhaan. Semoga isi artikel ini dapat diambil hikmahnya dan bermanfaat, Amithofo.

Sumber Referensi:
•    Definisi & Proses Homoseksual; Kategori Klinis; Oleh : Veronica Adesla, S.Psi
•    Resiko Yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual; Kategori Klinis;  Oleh : Veronica Adesla, S.Psi
•    50 Jenis Klainan Seksual; http://www.iniunik.web.id
•    Bagaimana Jika Saya Homoseksual?; Kategori Klinis; Oleh : Veronica Adesla, S.Psi
•    Kutipan dari Sutra-Sutra Mahayana dan Theravada