Konsep & Masalah Keluarga

Pendahuluan
Banyak umat manusia dewasa di muka bumi ini, belum memahami konsep, difinisi dan masalah keluarga. Umumnya orang tua jarang sekali memberikan informasi dan penjelasan seutuhnya mengenai konsep, peran dan fungsi keluarga kepada anaknya yang mulai beranjak dewasa. Begitu pula peran guru-guru di sekolah jarang sekali memberikan penjelasan dan pembelajaran untuk memahami dan mengatasi masalah keluarga. Sehingga anak-anak jaman sekarang minim sekali pengetahuan bahkan tidak lagi memahami  apa peran dan fungsi membentuk keluarga. Mereka hanya tahu kelak bila mereka sudah dewasa hendak kawin dan hidup berumah tangga barulah mereka  membentuk keluarga. Karena minimnya info dan pembelajaran mengenai konsep dan masalah keluarga, sehingga jaman sekarang banyak orang kawin banyak pula orang bercerai, banyak orang yang memilih hidup berumah tangga tetapi malah keluarga menjadi berantakan, menghasilkan banyak anak-anak stress, abnormal, broken home, broken heart dan anak-anak yang liar dan terlantar.

Pepatah mengatakan: “Sebelum Anda mempraktikkan hidup berumah tangga, pelajarilah dan pahami dulu teori dan konsep bagaimana membentuk keluarga dan hidup berumah tangga, karena modal berumah tangga bukan hanya cinta, nafsu dan kebutuhan materi saja, melainkan masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi”. Oleh karena itu, “Setiap keluarga pasti punya masalah tersendiri yang harus di antisipasi dan di atasi”.

DEFINISI KELUARGA
1.     Duvall dan Logan ( 1986 ):
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2.     Bailon dan Maglaya ( 1978 ):
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
3.     Departemen Kesehatan RI ( 1988 ):
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa Karakteristik Keluarga adalah:
1.     Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
2.     Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain
3.     Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik
4.     Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

STRUKTUR KELUARGA
1.     Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2.     Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3.     Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4.     Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5.     Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

CIRI-CIRI  STRUKTUR KELUARGA
1.     Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2.     Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3.     Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
1.    Suami sebagai pengambil keputusan
2.     Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3.     Berbentuk monogram
4.     Bertanggung jawab
5.     Pengambil keputusan
6.     Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7.     Ikatan kekeluargaan sangat erat
8.     Mempunyai semangat gotong-royong

MACAM-MACAM STRUKTUR/TIPE/BENTUK KELUARGA
1.     TRADISIONAL :
a.     The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b.     The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
c.     Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
d.     The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e.     The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll.
f.     The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g.     Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h.     Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
i.     Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya: dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dan lain-lain.
j.     Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k.     The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

2.     NON-TRADISIONAL:
a.     The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b.     The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c.     Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama
d.     The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e.     Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f.     Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g.     Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h.     Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i.     Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j.     Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k.     Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1.     Peranan ayah:
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
2.     Peranan ibu:
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3.     Peranan anak:
Semua orang tua yang baik menginginkan anak-anaknya kelak tumbuh dewasa menjadi orang yang baik dan berguna, bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk itu, peran anak adalah menghormati, patuh dan berbakti kepada orang tua. Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Peran Kedua Orang Tua
Konstruksi instrumen pada peran tanggung tawab orang tua oleh Lucia Gilbert dan Gary Handson, adalah sebagai berikut:
1.    Mengajari perkembangan kognitif
2.    Mengajari menangani emosi
3.    Mengajari keterampilan sosial
4.    Mengajari norma dan nilai sosial
5.    Mengajari kesehatan fisik
6.    Mengajari kebersihan pribadi
7.    Mengajari bertahan hidup
8.    Memberikan kebutuhan dasar kesehatan
9.    Memberikan kebutuhan dasar makan, pakaian dan tempat tinggal
10.    Memberikan kebutuhan dasar emosional (kasih sayang, mengenal emosi-emosi lainnya)
11.    Memberikan kebutuhan dasar perawatan anak
12.    Mendampingi anak terlibat dalam institusi-institusi sosial
13.    Mendampingi anak terlibat dengan anggota keluarga yang lain.
Jadi, tanggung jawab utama orang tua adalah mengajarkan anak bersosialisasi dan memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan keamanan.
FUNGSI KELUARGA
1.     Fungsi biologis:
a.     Meneruskan keturunan
b.     Memelihara dan membesarkan anak
c.     Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d.     Memelihara dan merawat anggota keluarga
2.     Fungsi Psikologis:
a.     Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b.     Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c.     Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d.     Memberikan identitas keluarga
3.     Fungsi sosialisasi:
a.     Membina sosialisasi pada anak
b.     Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c.     Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4.     Fungsi ekonomi:
a.     Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b.     Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c.     Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5.     Fungsi pendidikan:
a.     Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b.     Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c.     Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN/PERKEMBANGAN KELUARGA
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1998):
1.     Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
a.     Membina hubungan intim yang memuaskan
b.     Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c.     Mendiskusikan rencana memiliki anak
2.     Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
a.     Persiapan menjadi orang tua
b.     Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c.     Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3.     Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun:
a.     Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b.     Membantu anak untuk bersosialisasi
c.     Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
d.     Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e.     Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f.     Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g.     Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4.     Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk:
a.     Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan
b.    Mempertahankan keintiman pasangan
c.     Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5.     Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa:
a.     Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b.     Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c.     Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d.     Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6.     Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua:
a.     Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b.     Mempertahankan keintiman pasangan
c.     Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d.     Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e.     Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7.     Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
a.     Mempertahankan kesehatan
b.     Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c.     Meningkatkan keakraban pasangan
8.     Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal :
a.     Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b.     Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c.     Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d.     Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e.     Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan:
1.     Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
2.     Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3.     Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4.     Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5.     Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1.     Tujuan umum:
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2.     Tujuan khusus:
a.     Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b.     Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c.     Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d.     Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e.     Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya

Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981):
1.     Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2.     Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3.    Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
4.     Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5.     Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Peran Perawat Keluarga:
1.     Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a.     Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b.     Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2.     Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3.     Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4.     Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
5.     Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6.     Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7.     Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
8.     Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah
9.     Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga:
1.    Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2.    Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3.    Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga
4.    Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5.    Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6.    Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7.    Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8.    Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9.    Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10.    Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

Kata Mutiara Untuk  Membentuk  Keluarga Bahagia
•    Bahagiakanlah keluarga kita sebelum membahagiakan orang lain.
•    Kesalehan keluarga menjadi penentu bagi tegaknya sesuatu bangsa yang aman, makmur dan sejahtera.
•    Meraih kesempurnaan kebahagiaan di dunia dimulai memiliki keluarga yang bahagia.
•    Ciri-ciri orang yang mencintai keluarganya adalah dia selalu bersabar dan teguh dalam mendidik mentalitas, moralitas dan spiritualitas keluarganya.
•    Seorang yang bekerja keras untuk menunaikan tanggung jawab kepada keluarganya adalah bukti kasihnya kepada keluarganya.
•    Tingginya derajat suami ditentukan oleh perjuangannya menjadi pemimpin rumah tangga, sehingga dituntut menjadi teladan yang baik bagi keluarga yang dipimpinnya.
•    Kelembutan dan kasih sayang seorang ibu ditentukan oleh kerajinannya mengasuh dan merawat rumah tangganya dengan penuh kesabaran, sehingga menciptakan keluarga bahagia.
•    Sesungguhnya keluarga itu berkumpulnya orang-orang terkasih yang memiliki hubungan dan ikatan batin sangat erat dan kuat untuk melakoni hidup sesuai kodratnya masing-masing, saling mengasihi dan berbagi suka dan duka, berat sama dipikul dan ringan sama di jinjing.
•    Kasih sayang yang terjalin di antara anak dan orang tua mampu melahirkan sikap jujur dan terbuka.
•    Kekuatan cinta yang tulus mampu menggerakkan hati dan ucapan untuk senantiasa berterima kasih kepada pasangan, anak ataupun orang tuanya.
•    Mencintai keluarga adalah amanah bagi setiap manusia.
•    Pecinta keluarga tidak akan membiarkan dalam rumahnya berlaku keburukan dan kemaksiatan.
•    Anak-anak lebih memerlukan contoh dan keteladanan dari kedua orang tua mereka daripada celaan dan kekerasan.
•    Kehidupan kita akan berubah apabila dimulai dengan perubahan diri, keluarga, pergaulan dan lingkungan.
•    Mahkota orang tua adalah anak cucunya dan kehormatan anak-anak adalah karena nenek moyang mereka.
•    Apabila setiap anggota keluarga saling mencintai, menyayangi, dan saling mengalah, niscaya seluruh masyarakat akan menjadi baik, aman dan damai.
•    Keharmonian keluarga terletak pada sikap tanggungjawab dan terbangunnya komunikasi yang sehat di antara sesama anggota keluarga.
•    Komunikasi dalam keluarga akan senantiasa terpelihara selama berpedoman dan mempraktikkan  ajaran agama yang diyakini.
•    Keluarga yang hidup sesuai dengan ‘Dharma Kebenaran dan berkebajikan’ akan menjadi keluarga yang rukun penuh berkah keberuntungan dan lancar dalam segala urusan.
•    Warisan termahal dan terbaik dari diri kita untuk keluarga, keturunan, dan masyarakat adalah ajaran moral, budi pekerti dan keindahan akhlak kita.
•    Para suciwan mencintai orang-orang yang selalu berjuang memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat.
•    Cintailah suami atau istri kita dengan memuliakan orang tuanya dan keluarganya.
•    Bagaimana kita bersikap kepada anak-anak kita, begitu pula mereka akan bersikap kepada kita. Maka berikan sikap yang terbaik kepada mereka.
•    Jika seseorang mengenal cinta kasih, kenal budi, punya akal budi dan bisa membalas budi kepada sebuah keluarga, maka orang itu dibukakan hati untuk ilmu agama.
•    Kebahagiaan sesuatu keluarga bukanlah diukur dari segi mata-benda, tapi sejauh mana ketaatan keluarga kepada ajaran agama.
•    Ibadah seorang ibu adalah modal bagi lahirnya anak-anak yang saleh yang akan menjadi benteng bagi orang tuanya kelak setelah meninggal dunia.
•    Para suciwan menampakkan hakikat ke-Budhaan yang dimiliki setiap makhluk, tapi karena kegelapan batin dan dicengkeram oleh karmanya, sehingga kondisi semua makhluk berbeda satu sama lainnya. Bila seseorang ingin mendidik anggota keluarga, maka jernihkan pandangan dan pikirannya terlebih dahulu, baru kemudian didiklah mentalitas, moralitas dan spiritualitasnya, pasti sikap dan perilaku anggota keluarga tersebut akan menjadi baik dan benar.

10 Kiat MembinaKe luarga Bahagia
Setiap orang sama ada yang sudah berkeluarga atau belum berkeluarga pastilah menginginkan keluarganya sentiasa berada di dalam keadaan bahagia dan harmoni. Untuk mencipta keluarga bahagia bukanlah hal yang susah, jika suami, istri dan juga anak-anak mengetahui kiat-kiat untuk membina keluarga tersebut. Di sini ada beberapa perkongsian kiat-kiat untuk membina keluarga bahagia:
1.    Kawin raga memang mudah tapi kawin hati ternyata sulit tidaklah mudah. Walaupun suami istri bisa tidur seranjang tapi banyak tidur mimpinya berbeda. Untuk menciptakan rumah tangga yang utuh lestari, ciptakan  rumah tangga yang sehati, senasib, seperjuangan. Jujur dan terbuka antara satu sama lain.
2.    Dengarkan keluhan pasangan anda dan menganggap serius perasaan pasangan kita.
3.    Apabila berlaku perselisihan dalam keluarga sebaiknya dibincangkan sesama suami dan istri sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut dan tidak menimbulkan kebencian dalam keluarga. Andai kata tidak berhasil, dapatkan petunjuk orang ketiga yang arif agar dapat menolong untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4.    Tunjukkan pada pasangan anda bahawa anda mencintainya. Salah satu cara untuk menunjukkan rasa cinta anda adalah dengan perhatian, pelayanan dengan sering mengatakan kalimat “I love you so much”.
5.    Peruntukkan masa bersama berdua sahaja tanpa diganggu dengan anak-anak minimal setahun sekali.
6.    Janganlah sekali-kali mengungkit-ungkit perkara keburukan yang sudah berlalu. Belajarlah dari kesalahan tersebut dan memperbaikinya.
7.    Percayalah kepada pasangan. Apabila anda ragu-ragu padanya, berdoa dan lakukan kebaktian memohon petunjuk-Nya dan ungkapkan kepadanya isi hati anda tanpa menyakiti hati pasangan anda.
8.    Pada saat pasangan anda berbicara, pandanglah wajahnya sehingga dia mengetahui anda sedang memberi perhatian sepenuhnya kepada apa yang ingin dia bicarakan.
9.    Apabila berlaku pentengkaran, jagalah perkataan anda (jangan sampai mengatakan sesuatu yang akan disesali nantinya) dan berusahalah tetap tenang dan berusahalah untuk tetap tegar.
10.    Janganlah masalah dari luar di bawa ke rumah, sebaliknya janganlah masalah di rumah di bawa ke luar. Untuk itu, Jagalah rahasia hubungan anda berdua dengan sebaiknya.

Tips Menjaga Keluarga Harmonis
Siapa di dunia ini yang tidak ingin memiliki keluarga yang harmonis? Rasa-rasanya setiap pasangan yang akan dan telah menikah tentunya mengharapkan terwujudnya keluarga yang harmonis bahkan anak-anak pun ingin orang tua mereka rukun, harmonis dan keluarga bahagia.
Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis memang tidak semudah mengucapkannya, kadang ada saja hal-hal sepele yang memicu pertengkaran dalam rumah tangga dan bila dibiarkan dapat tanpa segera diselesaikan bisa-bisa akan menjadi masalah besar bagi keutuhan rumah tangga.

Lalu apa saja yang harus dilakukan agar rumah tangga tetap harmonis? Simaklah tips berikut yang disajikan oleh Ruang Keluarga untuk Anda sekeluarga:
1.    Membuat komitmen jangka panjang bersama suami/istri
2.    Saling jujur dan terbuka sehingga komunikasi tetap terjalin sempurna
3.    Saling memahami perasaannya, menciptakan dan menjaga suasana yang menyenangkan
4.    Tidak mengedepankan sikap emosional dan egois melainkan mengutamakan kebersamaan dalam keluarga
5.    Pahami dan pegang teguh ajaran agama serta praktikanlah secara bersama membangun keluarga sakinah
6.    Tumbuhkan perhatian penuh pada suami/istri dan masa depan anak-anak
7.    Menjalin tali silaturahmi yang kuat terhadap keluarga suami/istri
Bila hubungan anda dengan suami/istri mulai terasa hambar cobalah untuk mengulangi bulan madu anda bersamanya, dengan cara ini hubungan akan kembali terjalin dan bersemi indah.