Manusia Sampah
Pendahuluan
Di dunia begitu banyak ragam tingkah dan pola kehidupan umat manusia, termasuk siswa dan umat Buddha tidak terkecuali. Apa ciri-ciri ’Manusia Sampah’? Untuk mengenali ciri-ciri “Manusia Sampah” di dunia ini, silakan saja disimak artikel menarik ini. Tujuannya agar kita semua tidak menjadi ’Manusia Sampah’.
Peristiwa Penyebutan “Manusia Sampah”
Di dalam “Vasala-Sutta” [Sutta-Nipata, Bab I : Bab Tentang Ular ; Sutta ke-7] terdapat sebuah kisah menarik ketika Sang Buddha masih hidup. Pada saat itu, Sang Buddha berdiam di dekat Savatthi di Hutan Jeta di vihara Anathapindika. Ketika hari menjelang siang, setelah mengenakan jubah dan mengambil mangkuk, Sang Buddha pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan makanan. Pada waktu itu, di rumah Brahmana pemuja-api yang bernama Aggika-Bharadvaja, api dinyalakan dan benda-benda untuk kurban telah disiapkan.
Kemudian Sang Buddha, yang berjalan dari rumah ke rumah, sampai ke tempat tinggal Brahmana itu. Melihat Sang Buddha mendekat, dia berteriak: “Berhentilah di situ, hai ‘Petapa Gundul’! Berhentilah disitu, hai petapa. Berhentilah disitu, hai manusia sampah!”
Sang Buddha dengan tenang menjawab: “O, Brahmana, dapatkah engkau mengenali ‘Manusia Sampah’? Dapatkah engkau mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah?”
“Memang tidak, O Tuan Gotama, saya tidak dapat mengenali “Manusia Sampah”, dan saya tidak mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah. Karena itu, Tuan Gotama, akan amat bagus bila engkau menjelaskan padaku mengenai hal ini”.
Sang Buddha menjawab: “Baiklah, wahai Brahmana, dengarkan baik-baik dan camkanlah kata-kata-Ku ini”:
1. Siapapun yang marah, yang memiliki niat-buruk, yang berpikiran jahat dan iri hati; yang berpandangan-salah, yang penuh tipu muslihat, dialah yang disebut sampah”.
2. Siapapun yang menghancurkan kehidupan, baik burung atau binatang, serangga atau ikan, yang tidak memiliki kasih sayang terhadap kehidupan, dialah yang disebut manusia sampah.
3. Siapapun yang merusak atau agresif (suka-menyerang dan menghancurkan) di kota dan di desa juga dikenal sebagai perusak atau penjahat yang kejam, dialah yang disebut manusia sampah.
4. Siapapun yang mencuri apa yang dianggap milik orang lain, baik yang ada di desa atau hutan, dialah yang disebut manusia sampah.
5. Siapapun yang setelah berhutang lalu menyangkal ketika ditagih, dan menjawab pedas: “Aku tidak berhutang padamu!”, dialah yang disebut manusia sampah.
6. Siapapun yang berkeinginan mencuri walaupun benda tidak berharga, lalu mengambil barang itu setelah membunuh orang di jalan, dialah yang disebut manusia sampah.
7. Siapapun yang memberikan sumpah palsu untuk kepentingannya sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk mendapat keuntungan, dialah yang disebut manusia sampah.
8. Siapapun yang mempunyai hubungan gelap dengan istri famili atau temannya, baik dengan paksaan atau karena suka sama suka, dialah yang disebut manusia sampah.
9. Siapapun yang tidak menyokong ayah-ibunya, yang sudah tua dan lemah, padahal dia hidup dalam keadaan berkecukupan, dialah yang disebut manusia sampah.
10. Siapapun yang menyerang atau mencaci-maki ayah, ibu, saudara kandung, atau ibu-mertua, dialah yang disebut manusia sampah.
11. Siapapun yang dimintai nasehat yang baik tetapi malah mengajarkan apa yang menyesatkan atau berbicara dengan tidak jelas, dialah yang disebut manusia sampah.
12. Siapapun yang munafik, yang setelah melakukan pelanggaran kemudian ingin menyembunyikan dari orang-orang lain, dialah yang disebut manusia sampah.
13. Siapapun yang setelah berkunjung ke rumah orang lain dan menerima keramah-tamahan disana, tidak membalasnya dengan sikap serupa, dialah yang disebut manusia sampah.
14. Siapapun yang menipu petapa, bhikkhu atau guru spiritual lain, dialah yang disebut manusia sampah.
15. Siapapun yang mencaci-maki dan tidak melayani petapa atau bhikkhu yang datang untuk makan, dialah yang disebut manusia sampah.
16. Siapapun, yang karena terperangkap di dalam kebodohan, memberikan ramalan yang tidak benar demi keuntungan yang sebenarnya tidak berharga, dialah yang disebut manusia sampah.
17. Siapapun yang meninggikan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, pongah dalam kesombongannya, dialah yang disebut manusia sampah.
18. Siapapun yang suka memicu pertengkaran, yang kikir, memiliki keinginan-keinginan jahat, iri hati, tidak tahu malu dan tidak menyesal walau melakukan kejahatan, dialah yang disebut manusia sampah.
19. Siapapun yang menghina Sang Buddha atau siswa-siswa-Nya, baik yang telah meninggalkan keduniawian maupun perumah-tangga biasa, dialah yang disebut manusia sampah.
20. Siapapun yang berpura-pura jadi Arahat (termasuk penggunaan gelar palsu, seperti: “Anuttara Guru/Guru Tiada Banding” atau “Buddha Hidup” atau “Dharmaraja”; Sesumbar menyatakan sebagai “Titisan Maha Bodhisattva” atau “Reinkarnasi Guru Besar”) padahal sebenarnya bukan, dia benar-benar penipu hina terbesar di dunia ini, sampah terendah dari semuanya. Demikian telah Ku jelaskan siapa yang merupakan sampah.
21. Bukan karena kelahiran orang menjadi sampah. Bukan karena kelahiran pula orang menjadi Brahmana (mulia). Oleh karena perbuatanlah orang menjadi sampah. Oleh karena perbuatan pula orang menjadi Brahmana.