佛解”破坏别人家庭因果报” Buddha Menjelaskan: “Sebab-Akibat Merusak Rumah Tangga Orang Lain”

1.世间人为什么会有“爱别离”?这是我们过去世自己造不善业,破坏别人的家庭,使别人家庭不能够完聚,于是我们在这一生受到果报。
Orang-orang dunia kenapa mengalami “Perpisahan dengan yang di cintai”? Ini ada hubungan di masa lampau, kita pernah menciptakan karma yang tidak baik, merusak rumah tangga orang, sehingga rumah tangga orang lain tidak lengkap.Oleh sebab itu, kehidupan sekarang kita harus menerima akibatnya.

2.古时候,破坏人家的家庭的事情少,破坏畜生的家庭的事情多,都受这种果报。什么样的因,有什么样的果报;什么样的果报,过去生中一定有因缘。
Di jaman dulu, perilaku merusak rumah tangga orang lain sangat sedikit, tetapi merusak rumah tangga binatang sangatlah banyak. Semua menerima konsekuensi balasan karma. Sebab menciptakan apa maka kelak harus menanggung akibat apa; Sekarang menerima akibat apa pasti di masa lampau ada penyebabnya.

3.    凡是破坏众生的家庭,不能不受报应!我们最常见的,小鸟也有家庭,你去抓这个鸟,抓窝里面的蛋,你破坏众生的家庭,你叫人家家破人亡,来生你得人身,也要有“家破人亡”的这个报应。
Perilaku merusak rumah tangga para makhluk, tidak bisa lari untuk tidak menerima balasan karmanya! Kita sering melihat, burung kecil ada keluarganya, kamu menangkap burungnya, ambil telor dari sarang, kamu telah merusak rumah tangga binatang tersebut. Kamu menyuruh (membuat) keluarga orang lain hancur dan orang lain mati, maka kelak bila kamu peroleh tubuh manusia, maka kamu harus juga mengalami rumah tangga sendiri hancur dan orangnya mati, ini adalah balasan karma masa lalu.

4.    破坏别人的家庭,这个因果很重很重!佛经上讲得很清楚,邪淫的罪过很重。你贪图的只是片刻之欢,可是你后头要受无量劫的罪报!一定要了解后果的严重,这个事情做不得!
Merusak rumah tangga orang lain, ini menciptakan sebab akibat yang sangat buruk! Kitab suci Buddha sudah menerangkan sejelas-jelasnya. Seksual sesat dosanya sangat berat, Kamu mengumbar hawa nafsu keserakahan hanyalah kesenangan sesaat saja, tapi setelah kamu membelakangi masalah ini harus menerima pembalasan karma buruk yang tidak terbatas! Harus memahami resiko karma buruk yang berat, perilaku buruk  ini jangan dilakukan.

5.    古大德常常告诉我们,“万恶淫为首”,淫为首,你看看今天的社会,的确是排在第一,今天人不知道那是恶的根本!你看今天人的造作,这真的是古人所讲的“造孽”!
Orang dulu yang mempunyai kebajikan besar telah memberitahukan kepada kita, bahwa: ratusan kejahatan, kejahatan seksual adalah yang utama. Seksual sesat adalah kejahatan utama, kamu dapat melihat masyarakat sekarang, nyatanya kejahatan seksual ada di urutan pertama. Orang sekarang tidak tahu perbuatan buruk itu yang mendasar! Kamu lihat sekarang punya orang begitu mudah melakukan, ini sungguh keterlaluan, seperti orang dulu mengatakan perilaku yang menciptakan “karma sangat buruk”!

6.    破坏别人的家庭,这是“造孽”,这是恶事。你今天造作恶因恶业,你将来一定感恶报!“杀盗淫妄”,你只要搞上这个,果报决定在地狱,这是一定要警惕的!
Merusak rumah tangga orang lain (misalnya: orang tua yang menyuruh anaknya bercerai; Mertua membuat ulah agar perkawinan anak dan mantunya bercerai;  Kakak atau adik, ipar menyebabkan, membantu atau mendukung perceraian; atau teman mengambil suami atau istri orang lain, termasuk menukar-nukar pasang hidup) ini menciptakan karma buruk besar, ini adalah kejahatan. Kamu sekarang menciptakan sebab jahat dan karma buruk, kelak kamu harus menerima balasan buruk!  Membunuh, mencuri, berzina dan berdusta, jika kamu lakukan ini, balasan karmanya pasti terjatuh ke neraka, ini harus di waspadai!

7.佛在经论上常说:“财色名食睡,地狱五条根。”淫欲是色,五欲里面最严重的就是色,你淫欲不断,你就不能超越轮回!
Bhagavan  Buddha dalam ajaran Sutra dan Abhidharma sering mengatakan: harta, kenikmatan, ketenaran, cita rasa dan kemalasan adalah lima akar yang menyebabkan ke neraka. Nafsu seksual adalah kenikmatan, lima hawa nafsu yang terberat adalah kenikmatan. Aktivitas seksual dan nafsu yang mendera kamu belum putus, kamu tidak bisa terbebas dari siklus tumimbal lahir.

8.    所以佛在经上教导我们,如果我们真的想在这一生当中,要超越六道轮回,那我们一定要把“淫欲”的念头断掉;否则的活,你念佛的功夫再好,也不能往生。
Oleh karena itu, Bhagavan Buddha di dalam Sutra mengajari kita, bila kita benar-benar berpikir dalam kehidupan sekarang ini, mau terbebas dari  lingkaran tumimbal lahir di enam alam (alam neraka, setan kelaparan, binatang, manusia, asura dan dewa), maka kita harus memutuskan gejolak pikiran nafsu dan seksual. Bila tidak, kamu walaupun Nien-Fo ilmunya bagus sekalipun, tetap tidak bisa terlahir di surga Sukhavati.

Perunungan: Jangan berperilaku bodoh & jahat; Jangan pula bahagia di atas penderitaan makhluk lain!
Melakukan perceraian, tentu anak-anak yang tidak tahu masalah harus menanggung derita sepanjang hayatnya karena kehilangan ayah atau ibu. Walaupun kelak mereka mendapat ayah atau ibu tiri di kemudian hari, tetapi kedududkan ayah atau ibu yang sebenarnya tidak tergantikan. Barang siapa yang merusak rumah tangga orang lain, menyebabkan perceraian, membantu perceraian, mencampuri urusan rumah tangga orang lain sehingga keluarga mereka kacau dan berantakan dan akhirnya terjadi perceraian. Termasuk menyuruh bercerai, mempermudah orang lain bercerai, melakukan perzinaan  atau selingkuh dengan suami atau istri orang lain sehingga mereka bercerai. Juga perilaku memperkosa, menculik, atau membunuh ayah, ibu atau anak orang lain, sehingga keluarga mereka tidak utuh, dan mereka mengalami penderitaan sepanjang hidupnya, maka perbuatan ini dosanya sangat besar, dan karma buruk yang teramat berat demikian dipastikan kelak pelaku kejahatan tersebut  setelah kematiannya masuk ke tiga alam celaka, yaitu: alam neraka, setan kelaparan atau binatang. Setelah hukuman  di tiga alam celaka habis.  Bila masih berkesempatan  jadi orang maka kelak dilahirkan di keluarga berantakan yang tidak utuh, juga  setelah dewasa nanti kehidupan berumah tangganya juga berantakan, atau di antara suami, istri dan anak-anaknya tidak pernah bisa hidup rukun dan bersatu.

Apabila seseorang ingin memperoleh hidup bahagia, dengan cara menyiksa (merusak kebahagiaan )makhluk lain dan makhluk itu juga mendambakan kebahagiaan, maka dalam kelahiran yang berikutnya, ia tidak akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, seseorang menginginkan kebahagiaan dengan cara tidak menyiksa (tidak merusak kebahagiaan) makhluk lain, maka dalam kelahiran berikutnya, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kesenangan. (Dhammapada X 131-132)

Janganlah tidur dengan istri  (suami) orang lain! karena kenikmatan yang diperoleh hanya sekejap. Akibatnya akan dilupti ketakutan dan nasib sial! Juga akan mendapat hukuman berat dari Raja Neraka (Dhammapada 310)