Waspadai Modus Kejahatan Cuci Otak, Santet & Racun!
(Dirangkum dari berbagai sumber oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira)
Modus Kejahatan Cuci Otak
Jangan terlanjur senang apabila ada orang tak dikenal memberi perhatian lebih pada Anda. Perhatian instan itu tetap harus diwaspadai. Sebab bisa saja, orang tersebut memiliki maksud buruk atau bahkan berniat mencuci otak Anda.
Psikolog dari Universitas Airlangga, Margaretha mengajak kita untuk mewaspadai tren kejahatan yang marak belakangan ini.
Menurut Margaretha, konsep pencucian otak merupakan terminologi yang sangat umum. Dari perspektif komunikasi, pelaku kejahatan ini mendekati calon korban dengan proses persuasi. Proses yang secara sadar bertujuan untuk mempengaruhi orang berperilaku sesuatu.
“Pencucian otak sangat bisa berhasil dengan proses persuasi yang sangat profesional. Bisa dengan teknik lowball atau juga sugesti”, kata Psikolog Universitas Airlangga (Unair), Margaretha, S.Psi., G.Dip. Psych., M.Sc.
Teknik lowball, lanjut Margaretha, biasanya diawali dengan sebuah permintaan halus. Permintaan ringan yang disodorkan berlangung terus menerus. Misalnya, seseorang meminta pertolongan secara materiil.
“Kejahatan dengan teknik lowball ini dilakukan dengan jangka waktu lama dan dilakukan secara berulang-ulang pada korban yang sama. Semakin lama, si pelaku semakin memberikan permintaan yang semakin berat. Teknik pencucian otak ini dilancarkan kepada calon korban secara sadar”, jelas wanita yang juga menjabat sebagai Humas Fakultas Pasikologi Universitas Airlangga.
Sedangkan, teknik sugesti digunakan si pelaku dengan menyerang alam tak sadar calon korban. Biasanya masyarakat lebih akrab dengan teknik gendam. Calon korban diserang dalam posisi tenang yakni pada saat istirahat atau tahap gelombang otak mengarah tenang.
“Tipsnya, masyarakat harus lebih menyadari tentang keadaan dirinya, menyadari proses yang dirinya sedang terlibat saat itu. Untuk teknik lowball, biasanya yang diserang adalah orang bertipe mudah merasa bersalah. Jadi saat diminta untuk berbuat sesuatu, tidak bisa menolak,” terangnya.
Tak jauh beda dengan teknik lowball, teknik sugesti juga harus diwaspadai. Kuncinya, masyarakat memang harus meningkatkan kesadaran diri. “Bila ada orang asing yang memberikan perhatian berlebihan, jangan ragu-ragu menolak. Biasanya pelaku-pelaku kejahatan tersebut mensugesti kita menuju ketenangan, bisa dengan memberikan kue atau bahkan mengajak ke suatu tempat,” tandasnya.
Kepribadian Labil Sasaran Cuci Otak
Anak-anak remaja yang berkepribadian labil jadi sasaran kelompok-kelompok radikal untuk diajak bergabung. Demikian menurut cendekiawan muslim Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat.
Prof. Dr. Jalaluddin mengatakan bahwa orang yang frustrasi, berkepribadian tertutup, merasa terasing dari lingkungan, dan tidak memiliki sahabat merupakan orang yang paling mudah di arahkan. “Orang-orang labil itu adalah orang yang tersesat dalam hidupnya. Ketika mereka masuk kelompok tertentu, seluruh hidup mereka diurusi,” katanya di sela-sela acara media edukasi mengenai stres dan depresi di Jakarta.
Sementara itu ahli kedokteran jiwa dr. Surjo Dharmono mengatakan bahwa orang berkepribadian stabil punya mekanisme pertahanan yang baik sehingga sulit dicekoki ideologi baru. “Mereka sadar jika masuk lingkungan yang salah,” kata dr. Surjo.
Orang yang sudah terpengaruh ideologi baru itu kemudian diyakinkan bahwa mereka adalah orang pilihan dan harus menjalankan perintah “Tuhan”.
Untuk mencegah perekrutan gerakan radikal di kalangan remaja, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pelurusan ajaran agama. Presiden meminta seluruh masyarakat untuk turut serta memberantas aksi kejahatan terorisme dan radikalisme.
Cuci Otak
Ketika Nalar Tak Berjalan…
Cuci otak selama ini dituding sebagai mekanisme yang membuat para pelaku teror mampu melakukan hal-hal yang tak rasional dan tidak manusiawi. Cara ini pula yang dianggap bertanggung jawab atas banyaknya anak muda ikut dalam gerakan separatis dengan mengabaikan orang-orang yang dicintainya.
Cuci otak sebenarnya merupakan istilah penyederhanaan dari upaya mempengaruhi pikiran seseorang hingga ia mau dan mampu melakukan tindakan di luar kehendaknya. Cuci otak bukan istilah klinis kesehatan.
Proses mempengaruhi pikiran dapat bermakna positif, seperti dalam proses pembelajaran, bisa pula bermakna negatif, seperti yang di alami pelaku teroris.
“Teknik mempengaruhi pikiran dapat dilakukan dengan hipnotis, penciptaan kondisi seseorang agar mudah dipengaruhi, sugesti maupun lewat proses pembelajaran”, kata ahli psikologi motivasi dari Fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada, Bagus Riyono.
Untuk dapat dipengaruhi, seseorang harus dibuat tidak sadar dan tidak mampu mengendalikan diri. Kondisi ini dapat dicapai dengan membuat pikiran seseorang menjadi sangat capek.
Keletihan otak dapat terjadi lewat pemberian aktivitas fisik yang melelahkan maupun pemberian beban pikiran atau tekanan yang berat terus menerus. “Saat pikiran capek seseorang mudah dipengaruhi atau di indoktrinasi” katanya.
Proses indoktrinasi dapat dilakukan melalui ceramah, pidato, maupun pembicaraan yang memberi makna atas hal yang diyakini serta memaknai keadaan dan peran dirinya. Indoktrinasi membuat orang yang semula tak memiliki ikatan kuat dengan keyakinannya menjadi memiliki keteguhan luar biasa. Akibatnya, ia mau melakukan apa pun untuk menjalankan keyakinan itu, termasuk meninggalkan keluarga dan melukai orang lain.
Indoktrinasi juga dapat dilakukan pada seseorang yang semula sudah memiliki keyakinan cenderung ekstrim. Untuk kelompok ini, proses indoktrinasi menjadi lebih mudah dilakukan.
Dari kacamata orang luar, seseorang yang berada dalam pengaruh orang lain akan terlihat seperti orang sadar, tetapi mengantuk, bingung, atau linglung. Dalam kondisi itu, otak orang akan memancarkan ‘gelombang alfa’.
Empat Kategory Gelombang Otak
Proses mempengaruhi pikiran orang dapat dilakukan kepada siapapun. Namun, tidak akan berhasil jika dilakukan pada orang yang sepenuhnya sadar, tahu apa yang dimaui dan tidak disukai, serta memegang kendali penuh atas dirinya. Saat sadar penuh, otak memancarkan ‘gelombang beta’.
Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi, menurut Bagus, bukan disebabkan oleh lelahnya otak. Saat pemberian pengaruh seseorang dapat menolak atau memikirkan kembali apa yang disampaikan orang lain.
Kemampuan untuk memikirkan ulang pendapat orang lain sangat bergantung pada proses pendidikan seseorang sebelumnya. Hal itu akan mempengaruhi struktur keyakinan seseorang, cara seseorang melogika keyakinannya, maupun cara dia memaknai tindakannya.
“Seseorang yang memiliki paham monolistik dengan satu keyakinan tunggal, tidak terbuka dengan keyakinan, dan cara pikir lain sangat potensial untuk dimanfaatkan”, kata Bagus.
Struktur keyakinan inilah yang membuat tindakan teror atau bom bunuh diri dapat dilakukan siapa pun. Motifnya pun tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan agama, tetapi dapat juga motif politik, ekonomi, hingga nasionalisme membela negara.
Menurut Bagus, dalam sejumlah kasus bom bunuh diri dengan motif keyakinan agama, struktur keyakinan pelaku umumnya menganggap diri mereka sebagai ”kepanjangan tangan” Tuhan dan harus melaksanakan ”tugas” dari Tuhan. Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman dan pengahayatan mendalam terhadap suatu hal, pemikiran yang melompat-lompat (tak runut), dan kurang sabar dalam menyelesaikan masalah.
“Jenis keyakinan tidak menentukan sikap ekstrimitas seseorang, melainkan struktur keyakinannya, bagaimana ia memaknai perannya dalam membela keyakinannya” kata dia.
ORGAN OTAK
Guru besar Neuologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan Rumah Sakit Sardjito Samekto Wibowo mengatakan, mudah tidaknya seseorang dipengaruhi orang lain tidak bergantung pada kondisi organ otak seseorang karena bentuk anatomi otak semua orang sama. Mudah tidaknya seseorang seseorang dipengaruhi bergantung pada kondisi jiwanya.
Meskipun demikian, proses cuci otak akan berimbas pada komposisi kimia dan mengganggu fungsi otak. Komposisi ini dapat dijadikan indikator status kejiwaan seseorang.
Setelah cuci otak, memori jangka pendek seseorang akan hilang. Adapun hilangnya memori jangka panjang sangat bergantung pada besar tidaknya unsur baru yang dimasukkan.
Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Irmansyah menambahkan, proses cuci otak tidak merusak organ otak seseorang.
Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi sangat bergantung kepada kuat tidaknya kepribadian yang dimiliki. Orang yang tidak mandiri, sangat bergantung kepada orang lain, serta memiliki dendam atau kebencian terhadap sesuatu juga akan menjadi lebih mudah dipengaruhi.
Menurut Samekto, cuci otak merupakan persoalan psikologis. Karena itu, proses penyembuhannya tidak bisa dilakukan dengan obat-obatan, tetapi melalui konseling psikologis.
PENDIDIKAN
Menurut Bagus, untuk membangun pribadi yang tangguh dibutuhkan proses pendidikan yang baik. Pendidikan yang mencerahkan dan tanpa tekanan, keteladanan, hingga sistem komunikasi kepada mereka yang tak bisa menenggang perbedaan untuk menata ulang struktur keyakinannya.
Pendidikan dalam keluarga akan mempengaruhi cara pandang seseorang. Mereka yang terbiasa mendapat didikan keras, baik fisik maupun emosi, cenderung menjadi pribadi yang keras dan berpikiran monolistik.
Pendidikan yang bersifat dogmatif tanpa mengenalkan proses memberi alasan (reasoning) atas setiap yang dilakukan cenderung membuat orang menjadi tertutup dengan pendapat lain. ketidakmampuan memberi alasan itu membuat nalar seseorang tidak berjalan dan emosinya menguat. “Saat emosi menguat, logikanya beku dan melemah,” kata Bagus.
Komunitas harus dilakukan dengan seimbang tanpa tekanan. Tekanan yang dilakukan kepada mereka yang memiliki struktur keyakinan keras justru akan semakin menguatkan struktur keyakinan mereka. Hal itu bahkan bisa memunculkan simpati dan dukungan dari mereka yang sebelumnya justru menolak struktur keyakinan yang keras.
Modus Kejahatan Santet
(Awalnya penulis tidak berniat, segan dan tidak bersemangat membuka aib kejahatan ”Sramana-aspal (Penampilan asli, tapi kelakuannya palsu)”. Berhubung sudah banyak orang yang di jadikan korban dan khawatir modus kejahatan Sramana-aspal tersebut merajarela dan bisa saja menyerang banyak orang lain lagi dengan cara yang sama pula. Untuk itu, kiranya permasalahan ini perlu di angkat ke permukaan melalui tulisan guna memberikan informasi secara luas kepada masyarakat Buddhis untuk mencegah, mengantisipasikan atau menangkal sepak terjang Sramana-aspal tersebut. Karena penulis tidak menghendaki masyarakat Buddhis siapaun juga dijadikan korban berikutnya sehingga mengalami susah-derita yang sama akibat kejahatan tersebut).
Di era kemunduran Dharma (kebenaran) seperti sekarang ini, ada segelintir siluman dan keturunan Dewa Mara menjelma dan menjadi ”Sramana-aspal” (Asli tapi palsu; Asli penampilannya tapi perilakunya palsu) Semua terjadi karena minimnya mempelajari, menghayati dan mempraktikan Buddhadharma secara utuh, konsisten, berkesinambungan dan tulus sehingga kegelapan batin dan nafsu latennya tidak berkurang, bahkan semakin tumbuh berkembangnya kebodohan, keserakahan dan kebencian, sehingga suka iri hati, sirik mempunyai ambisi jahat terhadap kemajuan orang lain.
Ciri-ciri sramana-aspal atau kehidupan sramana yang menyimpang dari Dharma, adalah sebagai berikut: “Ia yang melekat kepada emas dan uang, juga akan melekat pada lima kesenangan nafsu (ketenaran, keuntungan, harta-benda/kemewahan, kenikmatan, dan pelayanan), dan ia yang melekat pada lima kesenangan nafsu, bisa dipastikan bahwa itu bukanlah ’Jalan pelepasan’, bahwa itu bukanlah jalan dari seorang bhikkhu Buddhis” (Samyutta Nikaya, vol 4, hal 326)
Untuk mencapai maksud dan tujuan peroleh lima kesenangan tersebut dan ambisi-ambisi lainnya, mereka melakukan penyimpangan yang tidak lazim seperti: berbisinis, menjual Dharma, mengobjekkan ritual, dan mengkormersilkan upacara, dengan menghalalkan segala cara dan tidak segan melakukan aksi kejahatan terselubung, yaitu: mengkaryakan sramanera bodoh, pelihara kaki tangan teroris, mempelajari atau memiliki ilmu santet seperti maosan, tantra-hitam, Taoism, bersekutu dengan dewa, mara atau setan jahat. Bisa juga mengundang atau bekerja sama dengan pakar/ahli santet untuk menyantet, mengerjai dan merusak orang lain yang tidak disukai atau rivalnya.
Bisa juga untuk mencapai maksud dan tujuan mengambil alih organisasi orang lain, merampas properti vihara dan tanah milik orang lain, atau para donatur/dermawan di santet juga agar tunduk dan patuh memberikan dana yang besar sesuai kehendak mereka. Tidak jarang Sramana-aspal tersebut memelihara geng anak muda yang awalnya mereka mau belajar Buddhadharma tapi salah alamat berguru kepada guru-sesat sehingga tanpa disadari ikut tertarik dengan iming-iming imbalan tertentu dan ikut belajar sesat pula.
Pada umumnya, umat yang mengalami kesulitan ekonomi atau lagi nganggur sering mencari bantuan dan dukungan sponsor dari vihara, karena mereka rajin ke vihara dan membantu vihara, maka anak muda tersebut didekati, diberikan harapan dan dibantu biaya kuliah atau usahanya dengan perjanjian kelak harus membayar hutang budi ini dengan tunduk dan patuh untuk melakukan kejahatan yang dikehendaki Sramana-aspal tersebut.
Tentu geng anak muda tersebut pertama-tama diberikan segala fasilitas dan kenikmatan sensual dan dicari kelemahannya. Setelah didapat kelemahannya dilanjutkan dengan doktrinasi, hipnotis, cuci otak atau pergunakan santet agar mereka bingung, linglung dan penuh emosi mau melakukan tugas kejahatan untuk mengerjai orang lain. Geng anak muda tersebut karena pengaruh doktrinasi, santet dan cuci otak tersebut yang bertentangan dengan logika dan kearifan, tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, lupa atau melupakan hukum sebab akibat bagaimana konsekuensi hukum karma dan hukum akhirat kemudian hari.
Bila geng anak muda tersebut membangkang dan tidak patuh maka akan diungkapkan kelemahannya atau kejahatannya di ruang publik atau diancam dan ditekan oleh geng lain atau dilaporkan ke polisi. Bisa juga semua hutang budi dan hutang materi tersebut ditagih harus membayar. Tentu geng anak muda tersebut tidak mampu membayar karena belum bekerja atau berusaha, sehingga terpaksa dan dipaksa melakukan kejahatan terus. Bila geng anak muda tersebut masih membangkang atau kabur maka jalan pintasnya ya mereka disantet juga pada akhirnya.
Geng anak muda tersebut kiranya sudah buta hati nurani dan tidak sadar ia sudah masuk keperangkap iblis, dipengaruhi iblis, bersekutu dengan iblis, bekerja untuk iblis dan menjadi budak iblis. Seandainya kelak ia bertobat dan menyesal sekalipun atau sering ikut kebaktian dan melakukan kebajikan, tetapi karena melakukan kejahatan rutin merusak dan mengganggu sramana lain maka pasti kelak karmanya menjadi ”keturunan iblis atau budak iblis” bermukim di istana iblis. Bila karma baiknya tinggi paling hanya menjadi raja iblis saja.
Sekarang ini sudah memasuki jaman lima kerusuhan, sehingga ada segelintir sramana malas mempelajari dan memperkaya Buddhadharma, cenderung hanya mengarah dan mengejar kepada kekayaan duniawi. Berjuang hanya untuk melambungkan ketenaran, mendapatkan keuntungan duniawi, mengumpulkan harta duniawi, kenikmatan raga dan pelayanan (hidupnya mau dilayani). Mereka membangun vihara mewah, fasilitas yang mewah dan tuntutan kehidupan mewah sehingga membutuhkan biaya banyak akibatnya agama Buddha semuanya di komersialkan seperti ritual komersial, kemana-mana cari dana dan pandai bikin ceremonial malam kesenian untuk penggalangan dana. Anehnya ternyata memang banyak umat dan pengikutnya yang menyukai fasilitas demikian. Awalnya jangka pendek tentu boleh untuk memancing umat datang ke vihara tetapi jangka panjangnya bila umatnya tidak didik dengan Buddha Dharma dengan baik, maka umatnya akan buta Dharma (buta kebenaran) dan tidak arif. Ditambah lagi umatnya sudah buta (kiasan tidak paham Dharma) dan lagi dituntun oleh sramana buta (sramana yang buta Dharma) sehingga jadilah mereka bersama-sama di jalan kegelapan resikonya pasti masuk jurang nestapa dan terjatuh ke tiga alam celaka setelah kematian sesuai kebodohan dan karma buruk yang dilakukan bersama.
“Ada empat noda yang menyebabkan para bhikkhu tidak bercahaya, tidak bersinar, tidak terang. Apakah keempat hal tersebut? Minum-minuman beralkohol… terlibat dalam hubungan seksual,… menerima emas atau uang… memperoleh kebutuhan melalui cara yang salah dalam pencaharian. Inilah keempat noda tersebut, yang menyebabkan para bhikkhu tidak bercahaya, tidak bersinar dan tidak terang”. (Angutara Nikaya, vol 2 hal 53)
Gunakan Teluh Untuk Menyerang Pikiran
Umumnya sramana jahat tersebut mempergunakan santet atau teluh untuk menyerang pikiran atau mempengaruhi pikiran seseorang, agar ia bingung, sakit kepala atau sekujur badan sakit (kepala, tubuh sampai kakinya seperti di tusuk-tusuk oleh benda tajam), lemas suka tidur, tidak bersemangat, pemarah dan emosional, kehilangan kesadaran diri sehingga melakukan perbuatan yang menistakan, bisa juga nafsunya berkembang luar biasa yang cenderung menimbulkan aib, membutakan pikirannya sehingga tidak bisa berpikir dan bekerja normal, menumbuhkembangkan imajinasi khayal yang tidak sesuai logika dan nalar, membangkitkan rasa kebencian bahkan permusuhan di antara keluarga, umat maupun masyarakat luas, atau tidak mampu memimpin dan melaksanakan kebaktian, ceramah atau diskusi Dharma dengan baik karena pengaruh santet jahat tersebut sehingga menjadi pelupa, gagap dan gugup, seperti orang ling-lung (gong-gong/bego) dalam menghadapi segala hal.
Bisa juga pengikut-pengikut setianya di obrak-abrik dengan pergunakan santet agar membenci dan memusuhi gurunya, atau saudara-saudaranya (keluarganya) yang mendukung aktivitas guru tersebut ikut disantet pula agar mereka semua tidak harmonis, tidak dapat bersinergi satu sama lainnya, atau mengundurkan diri dan tidak mau bekerjasama lagi dengan guru tersebut. Bisa juga murid-murid sramana baik tersebut di obrak-abrik, agar murid-murid tersebut menjauhi dan memusuhi gurunya, atau sramana jahat tersebut menyantet dan mengambil murid orang lain, tanpa sepengetahuan dan seijin gurunya. Perbuatan buruk demikian juga termasuk kategori memecah belah sangha. Sungguh kasihan dan iba melihat kelakuan buruk para sramana jahat tersebut. Kenapa mereka patut dikasihani? Karena mereka merusak kehidupan sucinya sendiri, merusak masa depannya sendiri dan pada akhirnya merusak kebahagiaannya sendiri karena msuk ke neraka untuk waktu yang lama sekali, bahkan dikhawatirkan selamanya terbenam dalam siksaan di tiga alam celaka yang tidak terbatas.
Mantra Super Ampuh Penangkal & Pelenyap Kejahatan Cuci-otak, Hipnotis, Santet.
Pertama-tama hormati dan undanglah Bodhisattva Manjusri Bodhisattva, kemudian baru lafalkan mantra super ampuh tersebut.
Namo Ta Ce Wen Shu Se Li Pu Sha (3X)
Om Avira Hum Ka Ca Ra (minimal 21X s/d 108 X)
Untuk menghindari dan melenyapkan kejahatan cuci-otak, hipnotis, atau santet, silakan lafalkan mantra super ampuh untuk menangkal dan melenyapkan pengaruh jahat tersebut. Biasakan sebelum atau sesudah melakukan aktivitas apapun lafalkan mantra super ampuh tersebut, pasti terlindungi, aman, selamat dan sukses. Karena sering terjadi orang yang mau berpidato atau ceramah, bisa saja sebelumnya di santet, atau diganggu makhluk halus tanpa kita ketahui sehingga muncul perasaan aneh, ngawur, gugup, gagap dan tidak bisa konsentrasi melakukan aktivitas dengan baik, sehingga setelah turun panggung mereka dicela bahkan dicerca oleh pihak panitia atau pengurus vihara, karena gagal berpidato atau ceramah dengan baik. Begitupula saat seseorang mau ujian atau pertandingan/kompetisi, bisa saja rival (lawan/musuh) kita gunakan ’black magic’ untuk menggagalkan ujian atau pertandingan/kompetisi yang melemahkan dan merusak kita sehingga kita tidak lulus ujian atau kalah dalam pertandingan.
Untuk mengetahui apakah kita di santet atau di teluh, silakan dilafalkan mantra super ampuh tersebut sebanyak 21 kali, pasti kepala kita awalnya seperti di tindih (tertekan) dan sakit menjadi ringan dan normal kembali; Begitupula mulut kita akan banyak menguap dan keluar air mata, atau tadinya tubuh kita digerayangi bahkan kelamin kita seperti ada yang meraba, setelah dilafalkan mantra tersebut santet atau makhluk penggoda kiriman orang jahat tersebut akan keluar dan sirna, dan kita akan sehat dan normal kembali. Juga bila kita bertemu orang yang tidak dikenal, atau di tegur sapa oleh orang yang tidak dikenal. Bila ada seorang tokoh atau dosen yang memberikan ajaran asing, atau kuliah atau ceramah yang aneh khawatir ada modus kejahatan cuci-otak atau hipnotis, maka sebelum dan sesudah lafalkan mantra super ampuh tersebut.
Bergitupula saat berkunjung ke vihara orang lain yang mana ketua vihara tersebut memiliki ilmu Maoshan, Tantra hitam, Sen-tah (ilmu kebatinan/kesurupan), atau santet-teluh, atau pergi ke tempat angker, keramat, rumah sakit, rumah duka atau ke kuburan/krematorium, alangkah baiknya sebelum tiba di tempat yang dituju dilafalkan dulu mantra super ampuh tersebut untuk menghindari hal-hal buruk yang membahayakan yang mungkin bisa terjadi, dan setelah keluar dalam perjalanan pulang, kembali dilafalkan mantra super ampuh tersebut agar tidak terpengaruh atau terperangkap oleh unsur jahat tersebut. Bilamana kita masih percaya dengan segala pantangan Taisui, Ciong, Fungshui dan lain sebagainya maka sebelum pergi dan sesudah pulang, lafalkanlah mantra super ampuh tersebut karena dapat melindungi diri maupun keluarga kita sendiri sepanjang tahun.
Perlu diketahui, bahwa kekuatan mantra ampuh ini super dahsyat dan tanpa tandingannya, sudah terbukti manfaatnya, karena para Mara (Raja Iblis) dan bahkan Bodhisattva jadi-jadian saja tidak bisa mendikte, mengganggu, mengacaukan apalagi menyesatkan.
Modus Kejahatan Menebar Racun
Sramana jahat selain pergunakan santet bisa juga gunakan kejahatan menebar racun, selalu mencari kesempatan dalam berbagai cara untuk meracuni orang yang tidak disukai atau rivalnya agar jatuh sakit dan mati. Mereka bisa gunakan berbagai jenis racun agar lemas tidak bisa berdiri, tidak bisa bicara, mulut berbusa, buang air terasa sakit, badannya meriang dan lemas. Sramana jahat tersebut tidak bekerja sendiri, karena bila tertangkap bisa merusak cintra dan nama baik melainkan menyuruh geng anak muda yang buta nurani dan masih gelap batin untuk bekerja sama dengan pegawai restaurant vegetarian atau restaurant chinese food melakukan aksinya. Bisa juga di dalam pesawat saat kita diberi minuman dan makanan oleh pramugari suruhan yang dibayar. Bisa juga ada orang yang nyelonong masuk ke vihara orang lain dan menaruh racun di tempat beras, di tempat air minum bahkan di ranjang tidurnya, agar jatuh sakit dan tidak bisa tidur. Atau bisa juga tetangga penghuni yang bersebelahan dengan rumah kita atau vihara, pegawainya di beli dan di kasih uang untuk menebarkan racun melalui lubang eternit, membuang cairan racun di depan pintu atau gas racun melalui cela-cela jendela atau pintu. Kadang saat kita bangun rumah atau vihara mereka bekerja sama dengan tukang bangunan untuk menebar racun ke segenap penjuru, seperti di pasir, saat aduk semen, saat mengecat, atau saat kita pesan furniture, tukang furniturenya disogok sejumlah uang agar saat mengecat ia gunakan racun sehingga furniture tersebut bau racun yang menyesakkan dada, dan lain sebagainya. Kadang pula pipa kran air dari PAM dimatikan selanjutnya mereka mengisi bubuk atau cairan racun ke dalam pipa lain atau kran air yang dibuka, agar penghuni tersebut setelah meminum atau memasak yang mempergunakan air tersebut jadi sakit darah tinggi, stroke atau lemas tidak bertenaga. Tentu lama-kelamaan bila mengkomsumsi air atau makanan yang terkontaminasi racun tersebut bisa sakit parah, kanker, rusak ginjal dan hati bahkan bisa mati.
Dikarenakan sramana jahat dan geng anak muda tersebut sudah bekerja sama dengan ahli pembuka segala kunci, sehingga semua kunci bisa dibuka kecuali kunci nomor saja meraka sulit membuka. Bila saja kode nomor kunci tersebut disimpan di dalam HP, maka HP tersebut juga kelak dicuri dan disadap data-datanya nomor kunci tersebut bila pemilik HP tersebut lengah, tidak waspada atau lalai menyimpannya ditempat aman.
Coba bayangkan, bila makanan orang tersebut sudah diracuni, begitupula malam tidak bisa tidur karena ranjangnya diterbari racun, di tambah serangan santet yang menusuk seluruh badannya. Pastilah orang tersebut jatuh sakit, susah lahir dan batin dan menderita sekali, sehingga ia bisa lemas dan sakit yang berkepanjangan bahkan bila gangguan ini di alami cukup lama pastilah kelak kena penyakit kanker yang mematikan. (Ingatlah! Rejeki dan kebajikan kita tidak bisa dirusak orang, walaupun tubuh fisik kita bisa diganggu, diracun dan dibunuh oleh oleh orang lain, tetapi Dharmakaya tubuh absolut kita tidak mungkin bisa dirusak dan diganggu oleh orang lain. Bagaimanakah orang bisa sirik dan merampas jasa pahala kita? Bagaimanakah pula orang mau merampas vihara dan kedudukan organisasi atas jerih payah perjuangan orang lain?. Pelaku kejahatan tersebut sungguh tidak punya kesadaran baik, sudah buta nurani, sudah tidak punya akal budi, karena sudah dibutakan dan telah menjadi bagian dari Mara (iblis). Semua kejahatan bisa diketahui melalui kegaiban Kuan Yin Bodhisattva, tentu kita mudah mengetahui siapakah pelaku, perencananya atau penyantun dana, apakah kita patut membalasnya? Misalnya: “Kita di gigit anjing apakah kita membalas mengiggit anjing tersebut? Tentu tidak. Demikian orang berkebajikan tinggi tidak akan membalas kejahatan orang, melainkan iba dan kasihan orang tersebut bodoh gemar berbuat kejahatan, toh kelak hasil kejahatan itu ia harus memetiknya buah pahit tersebut kelak, menanggung akibat buruknya sendiri pula).
Jangan berpikir, ” Tidak ada yang tahu”, ketika anda melakukan kejahatan. Ada empat pihak yang tahu: 1. Surga; 2. Bumi; 3. Saksi; 4. Diri sendiri. (Sutra Buddha tentang pikiran yang di salah gunakan)
Banyak orang yang menggunakan jubah kuning, tetapi masih memiliki watak buruk, serta tidak dapat mengendalikan pikirannya, juga ucapan dan perbuatannya! Mereka akan terlahir kembali di alam neraka, sebagai akibat dari perbuatan jahatnya. (Dhammapada XXII, 307)
Kejahatan menebar racun dan gunakan santet ini sangatlah keji dan kejam, telah merusak dan menodai kemuliaan, kerukunan anggota sangha dan masa depan perkembangan agama Buddha.
Perencana, penyantun dana atau pelaku kejahatan (teroris) karena batinnya sudah keracunan oleh keserakahan, kebencian dan kesesatan sehingga gemar menebarkan racun untuk merusak dan mengganggu kehidupan suci orang lain, seperti yang disabdakan di dalam ‘Sutra Nirvana’ : ”Racun dari segala racun adalah tiga jenis nafsu keinginan dalam bentuk keserakahan, kebencian, dan kesesatan.
Kejahatan santet demikian baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (pelaku, perencana, penyantun dana), walau dilakukan hanya sekejab saja atau sudah berlangsung lama dapat dikategori “Kejahatan Garuka-karma”, yaitu: masuk dalam kelompok “Memecah-belah Sangha (merusak ketentraman dan kerukunan Sangha atau umat Buddha). Tentu kelak konsekuensi masuk ke Neraka Avici setelah kematiannya. Umumnya pandangan sramana jahat pastilah mengatakan bahwa dosa dan karma buruk bisa dilenyapkan dengan penyesalan dan bertobat, bila kelak menghadapi kematian toh banyak murid dan rekan-rekannya yang bisa mengadakan segala jenis upacara chautu. Cobalah renungankan apakah YA Moggalana dan YA Anggulimala dapat terbebas dari hukuman karma? Sedangkan kedua orang tersebut telah mencapai tingkatan kesucian Arahat? Ingat! kejahatan untuk diri sendiri mungkin mudah dilenyapkan dengan penyesalan dan pertobatan, bagaimana kejahatan terhadap orang banyak? Bagaimana kejahatan terhadap sramana, vihara, dan Triratna? Apakah mudah dosa dan karma buruk dilenyapkan? Tentu sulit!.
Dosa & Karma Buruk Apakah Mudah Dilenyapkan?
Jikalau semua kejahatan bisa dilenyapkan dengan penyesalan dan pertobatan, kenapa masih adanya hukuman tiga alam celaka? Ingatlah! hukum karma dan hukum akhirat sungguh berpengaruh dan berkeadilan! “Siapa yang menanam, ia harus memetik buahnya; Siapa yang menabur, ia pula yang harus menuai akibatnya”. Apalagi kejahatan yang di rencana pernah di lakukan di dalam tubuh agama Buddha, tentu merusak Bodhicittanya sendiri, merusak rejekinya (jasa pahalanya sendiri), merusak kehidupannya, merusak kebahagiaanya sendiri, dan merusak bentuk kelahiran selanjutnya. Begitupula efeknya merusak kemuliaan agama Buddha, merintangi kearifan orang lain dan merusak kehidupan suci orang lain. Kejahatan yang sudah dilakukan bisa saja lolos dari pengadilan dan penjara duniawi, tapi bisakah lolos dari hukum karma? Atau lolos dari pengadilan dan hukuman akhirat? Tentu tidak bisa! Karena seseorang bisa khilaf sekali atau berapa kali tapi tidak mungkin selamanya. Orang bisa saja salah beberapa kali tapi tidak mungkin salah bertahun-tahun melakukan kejahatan. Umumnya pelaku kejahatan awalnya akan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, tapi kelak tentu giliran mereka yang jahat harus menanggung siksaan neraka dan hukuman karma buruk pasti menderita berkepanjangan untuk kalpa yang lama sekali, karena setiap perbuatan apapun tidak ada yang gratis, luput dari konsekuensi dan tidak beresiko! Banyak sramana disatu sisi ia berbuat banyak kebajikan, tetapi di lain sisi ia juga banyak berbuat aksi kejahatan terselubung, apa karmanya kelak kemudian hari. Seperti pepatah mengatakan: ”Nila setitik rusak susu sebelangga! Artinya perbuatan jahatnya bisa merusak semua karma baik rejekinya.” Sadarilah! karma buruk hanya bisa dilenyapkan bila batin kita sudah sunya! Pertobatan dan penyesalan yang benar, apabila batin sudah sunya dan karma buruk sudah tidak dilakukan lagi.
“Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah (kejahatan yang dilandasi kebencian) dapat membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa” (Mahavairocana-sutra)
Ketika orang bodoh melakukan kejahatan; Ia tidak menyadari akibat dari perbuatannya; Ia akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri; Seperti orang yang terbakar oleh api yang berkobar! (Dhammapada x, 136)
Seperti karat yang timbul dari besi, kemudian akan menghancurkan besi itu sendiri. Demikian pula dengan perbuatan buruk, yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan, akan menghancurkan dirinya sendiri. (Dhammapada XVIII, 240)
Apabila seseorang, menyerang orang yang suka damai, atau menganiaya orang yang tidak bersalah, maka ia akan mengalami sepuluh keadaan yang menyedihkan:
– Rasa sakit yang luar biasa. – Malapetaka.
– Penyakit yang berat. – Terganggu jiwanya.
– Dipersulit oleh penguasa. – Menerima tuduhan yang keliru (di fitnah).
– Kehilangan sanak keluarga. – Jatuh miskin.
– Rumahnya terbakar dalam lautan api.
– Setelah kematiannya ia akan terlahir di alam neraka.
(Dhammapada X, 137 s/d 140)
”Sebab karma yang sudah dilakukan walaupun sudah melewati ratusan kalpa, tidak hilang atau rusak. Saat bertemu berbagai kondisi yang tepat, harus menerima buah pembalasan akibatnya”. (Abhidharma Ta Shen Chen Ye Luen)
Perlu di sadari! ”Pelaku kejahatan sesungguhnya telah merusak dirinya sendiri, dan membantu meringankan karma buruk orang lain.” Untuk itu, penerima hasil kejahatan orang lain, haruslah berterima kasih, dan berpikir: Bila hutang karma masa lalu sekarang saya wajib membayarnya; Bila tidak ada hutang karma masa lalu, tapi ia menciptakan sebab karma buruk terhadap saya sekarang, maka saya harus bisa belajar sabar, mengalah, tabah, dan tidak dipikirin masalah itu, karena semua gangguan kejahatan akan berbalik kepada pelakunya sendiri, juga segala gangguan itu harus dianggap sebagai ujian naik kelas. Tanpa rintangan kejahatan bagaimana kita mengetahui kualitas batin kita? tanpa gangguan orang lain bagaimana kualitas Bodhicitta kita bisa tumbuh berkembang? Ingat! Masalah semua makhluk adalah mandalanya para Bodhisattva. Tanpa dapat menolong, membimbing atau menetralisirkan masalah semua makhluk, para Bodhisattva tidak dapat mencapai Kebuddhaan. Ketahuilah, pelaku kejahatan yang super berat yang terjatuh ke neraka pasti mengalami siksaan berbagai hukuman neraka. Walaupun orang tersebut super jahat sekalipun, tapi Ksitigarbha Bodhisattva (Ti Cang Wang Pu Sha) dengan penuh welas asih tetap menolongnya. Beliau berikrar maha agung: ”Neraka belum kosong, Aku tidak mau jadi Buddha. Semua makhluk sudah tuntas di selamatkan, barulah mencapai kesempurnaan Bodhi.” Perjuangan mulia Ksitigarbaha Bodhisattva ini patut di jadikan contoh teladan, seharusnya di gugu dan di tiru oleh semua praktisi di jalan Bodhisattvayana.
Mantra Pelindungan Untuk Sajian Makanan & Minuman
Untuk menghindari minuman dan makanan yang sudah dibubuhi racun, alangkah baiknya tidak mudah menerima, meminum atau memakan makanan pemberian orang lain yang belum kita kenal, melainkan harus memilih dan menentukan sendiri minuman dan makanan yang dikehendaki. Ingat! lebih baik mencegah daripada mengobati. Praktik Dharma harus dimulai dari memiliki tubuh yang sehat, begitupula melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik berawal memiliki kesehatan yang prima, sehingga mutlak kita harus menjaga keselamatan, kesehatan dan kebugaran tubuh kita sendiri. Waspadalah dalam segala hal, Amithofo!
Mantra untuk mencegah, menangkal dan menetralisirkan racun:
Sam Po La Chie To (Lafalkan sebanyak 21X sebelum minum atau makan)
Mantra ampuh untuk melenyapkan bisa racun ular dan racun ganas lainnya:
Na Mo Fo Mu Ta Khung Chie Ming Wang (3X)
Om Mayura Krante Svaha (21X – 108X)
Sumber referensi:
– Waspadai Kejahatan dengan Modus Cuci Otak; Norma Anggara (nrm/gik) – detik Surabaya
– Kepribadian Labil Sasaran Cuci Otak; (Lusia Kus Ana); KOMPAS.COM
– Ketika Nalar Tak Berjalan; M Zaid Wahyudi; Harian Kompas