Spiritualitas Perayaan Hari Raya Keagamaan Untuk Kembangkan Bodhicitta & Kebahagiaan Semua Makhluk
(oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira)
Setiap tahun umat Buddha pasti menyambut dan merayakan Hari Raya Keagamaan Buddhis, seperti Magha-puja, Trisuci-Waisak, Ullambana, Kathina dan lain sebagainya. Pertanyaannya apakah setiap perayaan keagamaan Buddhis kita cuma berperan sebagai penonton saja, pasif belum aktif mengambil bagian untuk mengisi berbagai rangkaian upacara keagamaan. Apakah dengan rutinitas panjatkan doa, laksanakan ritual, atau mengadakan seremonial saja lantas partisipasi, tugas dan kewajiban umat Buddha terhadap perkembangan dan kejayaan agama Buddha dianggap sudah cukup? Kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan untuk membalas budi besar terhadap Guru Agung Sakyamuni Buddha? Tentu kita semua harus kenal budi, punya akal budi dan bisa membalas budi besar Guru Buddha. Dengan cara apa kita membalasnya?
Di dalam Shurangama Sutra disabdakan: “Selekasnya membina diri mencapai Raja Dharma, menolong semua makhluk tanpa akhir, kembangkan kemuliaan hati seluas-luasnya, inilah baru bisa disebut dapat membalas budi besar Guru Buddha”. Pada umumnya setiap keluarga Buddhis dalam memeriahkan acara keagamaan mungkin saja memoles diri dengan melaksanakan sedikit kebajikan atau mengadakan bakti sosial sekedarnya untuk menyemarakkan suasana keagamaan. Tentu kegiatan demikian awalnya boleh-boleh saja dilakukan, tapi bila setiap tahun tidak ada peningkatan kualitas dalam mengimplementasikan maksud dan tujuan hari keagamaan Buddhis untuk meningkatkan kualitas moralitas, mentalitas dan spiritualitas demi kebahagiaan dan keselamatan hakiki, maka dinyatakan belum seutuhnya menghormati Sang Buddha, yaitu: bersemangat dan rajin mempraktikkan Buddhadharma secara realita dan berkesinambungan untuk mengejar target kualitas kemajuan lahir dan batin dalam meraih cita-cita luhur pencerahan dan pembebasan mutlak setiap umat Buddha.
Seperti kita ketahui, bahwa setiap makhluk terkurung oleh kesadarannya dan dicengkeram oleh karmanya masing-masing. Sehingga rupa, kondisi jiwa raga juga lingkungan satu sama lain berbeda. Sesungguhnya semua penderitaan manusia bukan berasal dari luar melainkan dari dalam dirinya sendiri. Hukum ketidakkekalan logikanya bukan baik atau buruk, realitanya demikian adanya. Kondisi baik atau buruk tergantung bagaimana persepsi dan memaknainya. Begitupula dunia hanyalah sekedar dunia bukan baik bukan pula tidak baik. Mari kita melihat sejarahnya kehidupan Hyang Buddha, bahwa Pangeran Siddharta sejak lahir sampai Mahaparinirwananya semua terjadi dan dilakukan di dunia ini. Kenyataannya Ia tidak anti atau murka kepada dunia ini. Beliau hanya memandang dunia ini sebagai sesuatu yang tidak memuaskan dan bersifat sementara, bukan dianggap sebagai sesuatu yang kejam atau buruk. Hanya saja manusia diliputi ketidak-tahuan atau kebodohan sehingga tercemar oleh dunia akibatnya terjerat dan terbenam dalam kenikmatan duniawi. Begitu banyak ulah manusia terhadap dunia ini, antara lain: orang jahat merusak dunia, orang bodoh dipermainkan dunia, orang lemah terjungkal oleh dunia, orang sadar memanfaatkan dunia, orang kuat merubah dunia, orang bijak mengajari dunia, orang suci sudah terbebas fenomenal dunia. Sesungguhnya ajaran Buddha tidak mengajarkan pola pesimistik atau optimistik melainkan diajarkan jalan tengah pergunakan dunia tapi tidak tercemar oleh dunia atau tidak ekstrim terbenam atau anti dunia yang dikenal non-dualistik, dimulai dengan metode pelajari tentang dunia, hadapi tantangan dunia, terimalah kemajuan dunia, selesaikan urusan dunia, lepaskan fatamorgana dunia, selanjutnya jadikan dunia ini sebagai mandala untuk praktik menyempurnakan paramita dengan membabarkan Dharma dan menolong semua makhluk bebas dari bodoh dan derita.
Di dunia ini kebanyakan orang sering berkeluh-kesah dengan masalah hidupnya. Karena mereka diliputi kebodohan dan tidak paham akan kebenaran mutlak, akibatnya kehidupannya senantiasa di ombang-ambing oleh pasang surutnya ketidak-pastian dalam segala hal. Ketahuilah, bila saja manusia tidak memahami hatinya maka sulit menentramkan jiwanya. Manusia tidak memahami dirinya maka sulit mengembangkan potensi kemajuannya. Manusia tidak memahami makna kehidupannya senantiasa berperilaku bodoh. Manusia tidak memahami realita kebenaran hidupnya pasti banyak penderitaan. Manusia yang tidak memahami manfaat melaksanakan kebajikan sukar mendapatkan keberuntungan. Manusia yang tidak mampu melepaskan beban jiwa dan raga maka sukar peroleh kebahagiaan. Munculnya berbagai penderitaan yang terjadi disebabkan orang tidak paham realita kebenaran sehingga suka menyalahkan orang lain. Orang yang sedikit paham cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Orang yang memiliki pemahaman penuh tidak akan menyalahkan siapapun juga. Kenapa bisa demikian? Karena sumber karma berasal dari aktivitas hati; Hati khayal yang menampakkan; Hati diskriminasi yang membedakan; Hati melekat yang menjadikan kondisi; Hati bodoh yang membuat derita; Hati bijak yang menetralisirkan; Hati sunya lenyaplah fenomena; Hati murni bebas dari rintangan dualitas; Hati cerah menerangi segala realita kebenaran sebagaimana adanya.
Aktivitas hati mewarnai dan membentuk kehidupan.
Semua kebaikan dan keburukan bersumber dari aktivitas hati.
Bila hati membina kebaikan maka jasmaninya tentram bahagia.
Bila hatinya menciptakan keburukan maka tubuhnya akan menerima penderitaan.
Hati yang mengatur tubuh, sedangkan tubuh dipergunakan oleh hati.
Kenapa bisa demikian? Karena: Kebuddhaan dicapai oleh hati yang sempurna.
Kesucian karena hati dikendalikan. Pahala datang karena hati penuh kebajikan.
Jasa terbentuk karena pembinaan. Kebahagiaan karena hati membuatnya.
Mengalami malapetaka karena hati mempunyai kecenderungan.
Hati bisa menciptakan surga, bisa pula menjebloskan ke neraka.
Hati bila dibina bisa menjadi Buddha, bila ditelantarkan jadi makhluk.
Oleh karena itu, hati benar bisa menjadi Buddha, hati sesat menjadi Mara (Raja Iblis).
Hati welas asih penuh kearifan jadi Bodhisattva,
Hati bajik jadi manusia dewa, sedangkan hati jahat jadi Asura (Raja Setan).
Hati adalah sumber dari dosa dan pahala.
Bila ada orang yang bisa memahami hatinya, dapat menentramkan sekaligus menatanya
Tidak berbuat jahat senantiasa membina kebaikan.
Mengingkuti petunjuk dan praktik sesuai dengan ajaran Buddha.
Membangkitkan tekad dan pelaksanaan seperti Hyang Buddha.
Buddha mengatakan orang tersebut tidak lama lagi jadi Buddha.
Semua ajaran Maha Tripitaka menitik-beratkan untuk mengembangkan Bodhicitta, yaitu: ke atas mencapai Kebuddhaan sedangkan ke bawah menyelamatkan semua makhluk. Bila anda belum mengembangkan Bodhicitta segeralah kembangkan, bila sudah mengembangkan tingkatkan terus jangan mundur lagi. Apabila Bodhicitta sudah tumbuh berkembang dibiarkan redup kembali maka sungguh ia rugi besar menyengsarakan dirinya kembali, kelak sukar untuk mengembangkan kembali. Alangkah bahagia apabila setiap makhluk dapat mengembangkan Bodhicitta dan rajin melaksanakan Bodhisattvayana dan berjuang untuk mencapai anuttara Samyaksambodhi. Karena dengan keluhuran Bodhicitta dan tekad Bodhisattvayana inilah bila diakomodasikan dan di limpahkan kepada dunia, maka dunia akan kembali menjadi surga, begitu indah, tenteram, damai dan nyaman untuk dihuni.
Di saat perayaan keagamaan Buddhis apapun adalah suatu kesempatan dan momentum yang terbaik untuk merefleksi diri, introspeksi diri untuk mengevaluasikan sikap dan perilaku umat manusia. Nuansa keagamaan Buddhis kiranya begitu efektif untuk dijadikan sebagai perenungan bagaimana seorang pangeran putra mahkota mampu melepaskan tahta, harta dan wanita menjadi seorang pertapa guna mencari obat mujarab yang ampuh untuk mengatasi dan mengakhiri penderitaan yang disebabkan kelahiran dan kematian dalam siklus tumimbal lahir yang sulit berakhir.
Wahai segenap siswa dan umat Buddha! Marilah kita segera berbenah diri, tingkatan kualitas Bodhicitta, kembangkan kearifan dan sempunakan segala kebajikan untuk memperoleh kebahagiaan hakiki. Ingat! nasib dan masa depan agama Buddha ada ditangan para siswa dan umat Buddha itu sendiri. Janganlah selalu berpikir apa yang agama Buddha bisa berikan untuk kita semua? Melainkan tanyakan apa yang sudah kita bisa berikan untuk agama Buddha. Bila saja semua siswa dan umat Buddha dimana saja mau peduli dan berperan aktif dalam pengembangan agama Buddha maka niscaya agama Buddha akan bersinar kembali dan semua makhluk memperoleh aneka keberuntungan, hidup penuh arif, kejahatan berkurang berganti kebajikan meluas, dunia dan bumi akan harmonis dan sejahtera kembali.
Semoga demikian hendaknya. Akhir kata semoga semua makhluk berbahagia, sadhu, sadhu, sadhu.