Talenta
By : Nico Mercubuono
Setiap manusia dilahirkan di dunia pasti memilikki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan–kelebihan itu yang kita namakan bakat atau yang lebih dikenal dengan “Talenta”. Setiap orang mempunyai talentanya di bidang masing–masing, ada di spiritual, organisasi, olahraga, musik, dan lain-lain. Di dalam kehidupan ini, setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, kadang seseorang tidak mengetahui apa kelebihan malahan hidupnya hanya berfokus pada kelebihan orang lain atau kelemahan diri sendiri, hal seperti ini pastilah membuat kepercayaan diri sulit dikembangkan bahkan kita juga bisa mengalami kemunduran dalam diri kita masing–masing. Selain itu kita pasti merasa minder terhadap diri kita, bahkan yang lebih fatalnya lagi kita jadi merasa diri kita bukan apa–apa di tengah masyarakat yang berakibat kecewa pada diri sendiri yang terlalu dalam.
Tanpa kita sadari setiap manusia pasti punya kelebihan, namun ada beberapa orang kalah sebelum bertanding, gagal sebelum usaha. Seperti ajaran Hyang Buddha “EHIPASSIKO”, Datang Lihat dan Buktikan. Pertama, datanglah dalam diri anda masing–masing, renungkan serta refleksikanlah batin kita, bidang mana yang paling kita minati dan kita paling ahli dalam bidang itu. Lihat kondisi kita apakah memadai untuk dapat melakukannya, setelah itu Buktikan hasilnya yakni dengan menggali lebih dalam talenta kita diikuti dengan belajar dan selalu berusaha serta dengan tekun untuk mengoptimalkan talenta kita. Maka kelak kita akan menjadi manusia yang luar biasa.
Sama halnya seperti kisah kura–kura berikut ini: Alkisah, di suatu hutan terdapat seekor kura–kura yang sedang berjalan dengan lambat sambil membawa tempurungnya yang selalu menempel. Suatu ketika kura–kura itu bertemu muka dengan kancil dan mereka saling bertegur sapa. Kura-Kura sambil menarik nafas kemudian mengeluh kepada kancil: “Beginilah diriku, jalan ku begitu lambat, aku tidak bisa berlari secepat dirimu”. Secara tidak langsung dari perkataan kura–kura ini terdapat rasa iri terhadap kelebihan yang dimiliki kancil.
Namun, kancil pun tidak menanggapi keluhan kura–kura. Kancil mengungkapkan hal yang lebih penting disampaikan kepada kura–kura, bahwa seisi hutan ini sedang cemas, karena sang raja hutan sedang mengaung kelaparan dan mulai mencari mangsa untuk santapannya. Kancil mengkhawatirkan kura–kura yang jalannya lambat karena raja hutan dapat dengan mudah mengejar kura–kura. Kura–kura menjadi cemas dan mencari berbagai cara untuk dapat berlari, dia tekun berusaha, namun lari nya masih saja lambat dan tak secepat si kancil.
Waktu terus berlalu, tibalah saatnya raja hutan berkelana di hutan rimba mencari mangsa untuk dijadikan santapannya, melihat datangnya raja hutan, kura–kura pun berlari dengan sekencang–kencangnya. Namun, jalan kura–kura merasa aneh dan raja hutan pun mengejarnya dan berhasil menghampirinya. Raja hutan pun mengeluarkan erangannya yang menakutkan disertai dengan cakaran kukunya yang tajam. Sedangkan kura-kura hanya dapat pasrah dan menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung. Sudah cukup lama raja hutan memukul, mencakar, serta ingin memecah tempurung namun saja usahanya sia–sia. Akhirnya dia menyerah dan meninggalkan kura–kura berserta tempurungnya.
Melihat kondisi yang sudah aman, monyet yang sedang bergelantung di atas pohon, berteriak keras kepada kura–kura. Ia menyampaikan bahwa sudah aman, si kura–kura sambil mengintip perlahan– lahan memberanikan diri keluar dari tempurung. Monyet itu berkata kepada kura–kura bahwa kamu tidak perlu berlari seperti kami, atau pun tidak perlu memanjat pohon yang tinggi untuk menghindar dari raja hutan, kamu cukup masuk dalam tempurungmu, dan itu sudah aman. Kura–kura pun berterima kasih kepada monyet itu, dia menghela nafas lega dan bersyukur dan berucap dalam hati ternyata aku pun juga makhluk yang teristimewa, yang terlahir dengan tempurung yang di bawah kemana -mana.
Dari sinilah, kita belajar dari sikap kura–kura, terkadang kita seperti kura–kura, selalu melihat kelebihan orang lain dan kelemahan diri kita sendiri. Kita selalu ingin sama seperti orang lain, akibatnya kita hanya menjadi “FOLLOWERS” atau selalu mengikuti langkah jejak orang lain saja. Kura–kura hanya sebagai followers kancil, mengikuti gaya kancil berlari, sedangkan dia lupa dan tak sadar akan talenta yang lebih besar dari kancil. Perlu kalian ketahui, setiap orang itu berbeda, tak semua orang bisa disamakan, Setiap orang itu sebenarnya memiliki talenta yang luar biasa hebat. Namun belum disadari, butuh proses yang cukup dalam mengenal diri sendiri.
Ada patutnya, sebagai umat Buddha yang saleh, kita dapat memahami serta mendalami adanya “HUKUM KARMA” atau lebih dikenal dalam bahasa sehari–hari Hukum Sebab Akibat, semua yang kita peroleh tidak bisa lepas dari 3 kondisi, masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Talenta kita yang ada saat ini adalah hasil buah karma baik masa lampau, bertemu di kehidupan ini, jadi ada hubungan buah karma yang pas, ditambah lagi kita asah talenta kita di kehidupan ini, maka talenta kita akan semakin berbuah yang membuat diri kita semakin ahli di talenta itu.
Karena itu, jangan sampai kehidupan kita hanya bertuju kepada kelebihan orang lain atau pada kelemahan diri sendiri, maka kepercayaan diri sulit dikembangkan. Untuk itu, sekecil apapun kemampuan kita, kita harus dengan penuh semangat dengan giat berusaha serta tekun berlatih untuk bisa mengoptimalkannya. Jika dilandasi dari lubuk hati paling dalam, ditambah dengan kekuatan karma baik yang bisa kita peroleh dari masa lampau dan masa sekarang, pasti keyakinan diri akan menjadi bekal kehidupan yang luar biasa dashyatnya.
Selain itu, kita harus sering “BERSYUKUR dan BERTERIMA KASIH” atas segalanya yang kita miliki atau kita dapatkan, sedangkan kelemahan atau keburukan kita harus kita kenali dan wajib kita perbaiki jangan dibiarkan terus merajalela. Kita jangan pesimistif dan jangan mudah mengeluh atau putus asa atas hasil yang kita peroleh. Bila kita senantiasa mengucapkan rasa syukur dan berterima kasihlah atas berkah atau kelebihan kita, sudah pasti kita akan memiliki semangat, ilham dan daya upaya untuk memperoleh keberhasilan yang sejati baik di dalam spiritual maupun di dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu, kenali diri dan maksimalkanlah talenta masing–masing, giat berusahalah untuk mencapai hasil yang optimal. Semoga semua makhluk hidup bahagia. Tadyatha, Om Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha. Amithofo.