Mengenali Guru Yang Salah
Tanya-jawab dengan Ven. Master Sheng Yen:
Tanya:
Bagaimana caranya agar seorang praktisi awam bisa mengenali guru yang salah?
Jawaban:
Yang terpenting dalam mengenali guru adalah adanya kemampuan untuk menentukan apakah mereka memiliki pandangan yang benar tentang Buddhadharma. Kalau pandangan mereka benar, walaupun ada kelemahan dalam perilaku mereka, mereka tidak boleh dianggap sebagai seorang guru yang salah. Sebaliknya, kalau sang guru tidak memiliki pandangan yang benar, mereka tidak bisa dianggap sebagai guru yang benar atau sejati.
Tentu saja, di sini dipakai asumsi bahwa orang yang menilai itu telah memahami Dharma dengan benar. Tanpa mengerti Dharma, seorang praktisi tak akan mungkin bisa menentukan apakah seorang guru itu benar atau salah.
Ada beberapa kriteria dasar yang dapat dipakai dalam memilih seorang guru.
Pertama, pertimbangkan sebab dan kondisi mereka. Artinya, tindakan mereka harus didasarkan kepada kekosongan;
Kedua, pertimbangkan sebab musabab atau karma mereka. Makna kekosongan yang menyertai tindakan para guru yang sejati (sebab dan akibat) harus selaras dengan karma mereka (sebab dan akibat). Begitulah, tindakan mereka harus di iringi oleh rasa tanggung jawab. Mereka harus, pada setiap saat, sadar penuh akan akibat tindakan mereka. Makanya, ada hubungan yang erat antara tanggung jawab dan ketidak-melekatan.
Inilah pertanda seorang guru yang sejati; mereka memiliki pandangan yang benar tentang Dharma, tindakan mereka tidak memperlihatkan kemelekatan dan mereka bertanggung jawab penuh.
Sumber Referensi: Kebijakan Zen; Pengetahuan dan Tindakan; Yayasan Penerbit Karaniya.
Tambahan:
Ciri-ciri seorang Guru Mulia yang telah meninggalkan rumah (Chu Cia Ren/Sramana) adalah telah melepaskan semua hal, seperti: intelek, emosi, ego, nafsu keinginan, tubuh dan pikiran. Mereka telah mengabaikan segala-galanya, tidak lagi terjebak dan melekat kepada segala corak, gelar, kepribadian, kegemaran, keusiaan dan bentuk-bentuk kehidupan kecuali sumpahnya dan Buddhadharma.
Ciri-ciri seorang Guru Sejati memiliki: Pandangannya benar (benar secara Buddhadharma); Pikirannya bijak (kecerdasan tanpa kemelekatan); Tekadnya luhur (mencapai tingkatan keBuddhaan); Karyanya gemilang (menolong makhluk tanpa akhir); Hatinya sunya (praktik kekosongan). (Bhikshu Tadisa Paramita)
Nasib dan masa depan agama Buddha ada di tangan para Sramana dan peran umat Buddha. Mari kita bersama tegakkan kebenaran Buddhadharma; Lestarikan kemurnian Buddhadharma; Babarkan manfaat praktik Buddhadharma. (Bhikshu Tadisa Paramita)