Akibat Memberi Kotoran Tinja

Pada waktu dulu di India ada seorang Brahmana yang memiliki harta dan kekayaan yang berlimpah, Brahmana tersebut mempunyai dua orang istri. Istri pertama adalah umat Buddha yang saleh, setiap waktu sering menghormati dan berdana kepada Hyang Triratna yaitu Buddha, Dharma dan Sangha. Pada saat itu ada seorang Bhiksu bermukim di atas gunung dan melaksanakan pertapaan yang sulit. Setiap harinya Bhiksu itu mengembara ke rumah Brahmana untuk melaksanakan Pindapatra (mencari dana makanan) untuk mendapatkan makanan. Istri pertama selalu menyiapkan makanan sayur dan nasi yang terbaik untuk didanakan kepada Bhiksu tersebut, tetapi istri kedua dari Brahmana adalah orang yang sangat kikir dan mempunyai tabiat suka iri hati, mempunyai pandangan sesat dan tidak percaya hukum sebab akibat dari karma perbuatan. Pada satu hari isti kedua yang jahat ini mendapatkan kunjungan Bhiksu tersebut dan merasa malu apabila menolaknya,  terpaksa ia menerima mangkok Pindapatranya, dengan rasa ketidak senangan hati, istri muda tersebut memberikan kotoran tinja manusia di dasar mangkok dan di atasnya ditaruh sedikit nasi, kemudian dipersembahkan kepada Bhiksu itu. Setelah menerima dana persembahan makanan tersebut Bhiksu itu kemudian kembali ke gunung. Pada waktu saat Bhiksu tersebut makan baru sebagian, dirasakan adanya kotoran  tinja manusia dibagian bawah dari mangkok, sehingga Bhiksu tersebut menjadi jijik, mual dan tidak bisa melanjutkan makan lagi. Setelah diketahui ada kotoran tinja  maka mangkok Pindapatranya dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang ada. Sejak saat itu Bhiksu tersebut tidak lagi mengunjungi rumah Brahmana untuk memohon dana makanan.

Dari sejak peristiwa ini terjadi, kemudian hari istri muda mulai merasakan kembangnya perbuatan karma, yaitu mulut dan badannya selalu mengeluarkan aroma bau  kotoran, semua orang menjauhinya dan menghindar. Akibat dari perbuatan jahat ini tidak lama kemudian istri muda tersebut meninggal dan menerima akibat buah karma buruk terjatuh di Neraka Kotoran (siksaan neraka direbus oleh air mendidih yang penuh kotoran tinja). Setelah siksaan Neraka masanya habis, maka masih harus berputar dan terjatuh kembali di tiga alam celaka (yaitu: alam neraka, setan kelaparan dan binatang), untuk menerima sebab akibat dosanya yaitu harus memakan kotoran tinja selama sepuluh juta tahun lamanya.

Bila karma buruk dan hukuman siksaannya di tiga alam celaka sudah habis,  maka kembali akan dilahirkan menjadi manusia yang mempunyai tabiat aneh, yaitu suka makan kotoran tinja manusia, bila saja tidak makan kotoran tinja, maka perutnya akan merasa sakit. Kondisi demikian terus berlanjut sampai ia menjadi dewasa dan menikah,  perbuatan jijik tersebut masih dilakukan pada setiap tengah malam, ia pasti bangun dan mencuri makan kotoran tinja manusia, kelakuan aneh demikian lama-lama suaminya mengetahuinya dan pergi bertanya kepada Hyang Buddha apa penyebab dari perbuatan ini? Dijawab oleh Hyang Buddha Bahwa ini adalah akibat dari perbuatan karma buruk berdana kotoran tinja kepada anggota Sangha pada masa kehidupan lalunya.
(kisah nyata ini di ambil dari Kitab Suci Sutra Ciu Ca Pi Ie Cing).

Sad Dharma Pundarika Sutra ( Phu Men Phing ) dikatakan
Barang siapa memberikan dana makanan racun atau obat terlarang, bermaksud mau mencelakakan sipenerima dana, maka segeralah ingat kepada kekuatan dan kegaiban dari Kuan Yin Phu Sha, maka makanan racun dan obat terlarang tersebut akan dikembalikan kepada sipemilikinya (pelakunya).

Di dalam kitab suci agama Buddha dikatakan sebagai berikut:
Ada tujuh karma paling buruk yang kelak harus memasuki alam Neraka Avici  karena perbuatan jahatnya  yaitu:
1.    Membunuh Ayah.
2.    Membunuh Ibu.
3.    Membunuh Arahat .
4.    Memecah Belah Sangha/Melenyapkan Keberadaan Sangha (merusak ketentraman atau kerukunan para sramana/chu cia ren).
5.    Melukai Hyang Buddha.
6.    Membunuh bhiksu (menyakiti bhiksu).
7.    Membunuh Guru Pentabishan Sila/Upacara.
Dari tujuh perbuatan ini kelak harus menerima akibat yang sangat menyedihkan selamanya di siksa dan menderita di alam Neraka Avici.

Adapun Hukuman Neraka Avici adalah sebagai berikut:
1.    Masa hukumannya di neraka Avici selama berjuta-juta kalpa tanpa memperoleh pembebasan. Hukuman di alami siang dan malam. Kalpa demi kalpa tanpa berhenti. Itulah sebabnya di sebut tidak terputus (Dalam waktu).
2.    Di neraka itu berapapun jumlah orang hukuman, entah satu maupun sejuta, setiap ruangan akan terasa penuh sesak. Itulah sebabnya di sebut tidak terputus (Dalam ruang).

3.    Tidak ada satu pun terhukum luput dari suatu hukuman, baik berupa siksaan dari binatang-binatang bertubuh besi seperti elang, ular, serigala, anjing, dan sebagainya. Atau siksaan dari lesung dan palu besi yang menumbuk tubuh, menggilas, menggergaji, mengebor, memahat, mengiris dan membabat; atau di masukan ke dalam cairan mendidih, di ikat dengan jala besi, tali besi, bara besi, atau di suruh naik kuda besi yang panas, lalu dikupas kulitnya, atau sekujur tubuhnya di siram cairan besi panas; yang lapar di beri makan biji besi panas dan minum cairan besi. Sepanjang berapa Nayuta Kalpa penderitaan seperti itu berlangsung tanpa berhenti. Itulah sebabnya di sebut tidak terputus (Dalam penderitaan).

4.    Di neraka itu tidak memandang apakah itu seorang pria, wanita, terpelajar atau tidak, tua atau muda, terhormat atau rendahan, naga atau mailaikat, dewa atau setan, masing-masing harus menjalani hukuman dari dosa yang diperbuatnya . itulah sebabnya disebut tidak terputus.

5.    Selama hukumannya belum habis, terhukum akan berulang-ulang mati dan hidup kembali setiap hari dan malam, sepanjang ratusan kalpa. Penderitaan ini di alami terus menerus tanpa berhenti sekejabpun. Hanya bila karmanya telah berakhir dia bisa tumimbal lahir. Itulah sebabnya di sebut tidak terputus
(Sumber: kitab suci Ksitigarbha Bodhisattva Purna Pranidhana Sutra).

Demikian kisah nyata dari kitab suci Sutra Buddhis yang menceritakan sebab akibat yang di timbulkan karena perbuatan bodoh dan jahat.  Sehingga di ingatkan kepada semua umat manusia,  janganlah karena gelap batin, ketidak senangan, iri hati, dengki, kesal atau sakit hati melakukan perbuatan bodoh dan jahat, yaitu  memberikan makanan berupa kotoran tinja, racun, obat perangsang, atau narkoba kepada para anggota Sangha. Janganlah punya niat jahat, rencana jahat dan perbuatan jahat, baik yang dilakukan sendiri atau menyuruh orang lain untuk membunuh, merusak, menodai, menipu, menfitnah dan mencelakakan, untuk menghancurkan kehidupan seorang Bhiksu atau perilaku memecah belah Sangha. Begitupula janganlah menggangu dan merusak kehidupan para Bhiksu yang sedang dalam tahap melatih diri, atau merintangi dan menggagalkan perjuangan para anggota Sangha untuk membabarkan Buddha Dharma dalam bentuk apapun. Karena dari perbuatan bodoh dan jahat ini, agama Buddha bisa terusik, tercemar, perkembangannya bisa tersendat, keutuhan serta keharmonisan Triratna terganggu, umat merasa kehilangan guru pembimbing dan juru penceramah, aktivitas vihara nya bisa terganggu, dan semua makhluk tidak mendapatkan cinta kasih, perhatian dan kepeduliannya, karena kehilangan seorang Bhiksu yang mengabdi dan berbakti untuk perkembangan agama Buddha dan keselamatan semua makhluk.  Semua dosa dan karma buruk dari perbuatan ini adalah dosa sepuluh penjuru dan sulit di ampuni, akibatnya sekarang dan selamanya harus menerima siksaan Neraka Avici dan mengalami penderitaan besar untuk waktu yang lama sekali.