Mengenali Penyakit “Lupa Berat”

(oleh YM Bhiksu Samantha Kusala Sthavira)

Di dalam kehidupan masyarakat bisa kita temui banyak orang berusia paruh baya dan usia lanjut mengalami penyakit lupa ingatan atau sering disebut pelupa berat.

Tanda-tanda orang yang  mengalami penyakit  “Lupa berat”, contoh misalnya:
1.    Ia bisa pergi ketempat yang dituju, tapi pulangnya ia bingung bagaimanakah ia bisa kembali ke rumah?
2.    Saat mau mengambil mobil ia lupa posisi letak mobil saat di parkir dimana?
3.    Di dalam rumah terlihat oleh keluarganya ia sudah makan tapi pikiran dan mulutnya malah mengatakan ia belum makan.
4.    Kadang-kadang saat tidur tengah malam hari ia terbangun dan mau pergi ke toilet, setelah buang air, saat mau kembali ke kamarnya  ia bingung dimana letak kamarnya?
5.    Saat pergi belanja ia lupa mau beli apa?
6.    Saat mau bayar di kasir ia lupa membawa dompet.
7.    Ia lupa wajah dan nama partnernya atau anak-anaknya.

Penyakit lupa ingatan ini bagi orang yang tidak memahami penyakit  yang diderita oleh orang lain bisa terjadi kesalah-pahaman yang berujung kemarahan atau keributan.

Dalam pergaulan tentu kita sering mendengar sebutan untuk orang usia lanjut yang sudah pikun banyak pelupa dengan sebutan mandarinnya “Ce ce tai tai, atau kadang-kadang di olok-olok dengan bahasa usil “sudah gong-gong”. Pertanyaannya apakah penyakit pelupa berat ini hanya menyerang orang yang sudah usia lanjut saja? Jawabannya tentu tidak. Banyak anak muda yang relatif usianya masih belia juga suka pelupa misalnya sudah janjian tapi lupa menepati, pinjam barang lupa mengembalikan, lupa pamit, lupa pulang, dan sebagainya. Lebih celakanya lagi bila orang itu sudah memasuki tahapan “lupa daratan, lupa diri, lupa budi atau kacang lupa sama kulitnya”.  Sering juga kita mendengar, bahwa ada sebagian orang yang menjadi tersangka dalam kasus perdata maupun pidana menggunakan penyakit pelupa berat ini di saat mau interograsi oleh penyidik, demi kasusnya tidak bisa dimintai keterangan (kesaksian) untuk menghindari tuntutan hukum. Lantas apakah ia bebas dari ranah tuntutan hukuman?

Untuk lebih mengetahui, mencegah, mengantisipasikan dan mengobati penyakit pelupa berat, marilah kita simak  artikel ini, semoga bermanfaat.

Tinjauan sebab akibat penyakit lupa berat dalam perspektif ajaran Buddha

Setiap manusia bila diuraikan terdiri 2 bagian, yaitu: jasmani dan rohani yang tercakup di dalam Panca Skandha yang terdiri rupa (tubuh) dan rohani (batin), yaitu: perasaan, pikiran, pencerapan dan kesadaran. Juga setiap orang yang dilahirkan di dunia ini, sudah membawa 4 jenis karmanya, yaitu: Karma kelahiran dan kondisi yang sudah terbentuk; Karma kegalauannya yang sedang membentuk; Karma kemampuan, dan karma rintangan pikirannya. Umumnya manusia awam setiap hari hanya memperhatikan tubuh dan penampilannya saja, jarang memperhatikan kondisi batinnya. Coba kita perhatikan, kehidupan manusia, bukan hanya tubuhnya yang beraktivitas juga batinnya beraktivitas yang menjadi sentral utama yang menjadi pencetus, penggerak, pengendali, penentu, penstabil dan perekam. Pada umumnya manusia akan membersihkan muka dan tubuhnya satu hari minimal dua kali mandi dalam sehari. Bagaimana kondisi batin mereka yang sudah bekerja satu harian penuh apa sudah dibersihkan, dengan apa kita dapat membersihkan batin sendiri? Seperti kita ketahui, jasmani bila sakit mudah diketahui dan tidak malu mengakui, tetapi batin bila sakit sulit diketahui dan malu mengakui. Inilah problem utama penyakit manusia. Tubuh banyak yang sehat tapi mental banyak yang sakit, lemah dan kacau, sehingga dunia banyak orang edan, pengacau dan penjahat. Ada pepatah mengatakan: Bekerja tidak mau mandi bakal bau dan jatuh sakit; Sesudah mandi tidak mau bekerja, bakal hidup miskin dan susah. Di dalam ajaran Buddha, penyakit dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: penyakit jasmani, penyakit jiwa, penyakit karma dan penyakit aneh (gangguan setan atau santet). Bila mempunyai penyakit jasmani carilah dokter, bila sakit jiwa carilah psikiater, bila sakit karma carilah shifu/bhante, bila sakit aneh cari pakar atau mantra Buddhis.

Di jaman sekarang, kenapa banyak orang terserang penyakit lupa berat? Karena aktivitas hati yang terdiri dari perasaan, pikiran, pencerapan, dan kesadaran (terdiri kesadaran mengetahui, kesadaran membedakan dan kesadaran merekam/memori) sering kacau, tidak terfokus dan tidak dilakukan seiring sejalan. Misalnya waktu makan ia baca koran, ngobrol atau nonton televisi, sehingga saat makan, pikirannya dan tindakan saat makan tidak menyatu. Saat mau tidur nonton televisi, sehingga mau istirahat tapi batinnya tegang dan kacau, sehingga sulit tidur atau banyak mimpi. Begitupula segala aktivitas manusia awam yang belum melatih diri yang terdiri dari pikiran, ucapan dan perbuatan umumnya tidak menyatu, tidak selaras, tidak seimbang dan tidak serasi. Inilah yang membuat kekacauan sistem tubuh, kesemrawutan dan kekacauan aktivitas antara jasmani dan rohani yang berdampak kesadarannya melemah sehingga setiap perbuatan tidak disadari dan direkam sehingga menjadi pelupa. Bila kondisi ini dibiarkan dan dilakukan terus menerus, lama-kelamaan ia akan jadi pelupa berat. Begitupula orang yang terlalu banyak pikiran, hafalan, memori kenangan, dan pikiran diskriminasi yang direkam dan tersimpan di dalam gudang memori sehingga gudang memori kesadarannya menjadi penuh, sesak dan kacau, kelak dikhawatirkan bisa kosleting, akibatnya pikiran, ucapan dan perbuatan tidak nyambung satu sama lainnya, sehingga terlihat aneh, konyol dan tidak mampu mengontrol diri atau menjaga diri.

Penulis pernah didatangi oleh banyak orang tua yang sudah pikun dan pelupa, mereka berkeluh kesah akan kemalangannya dan mau mencurahkan isi hatinya yang penuh kekesalan, sakit hati dan banyak menderita karena sering ditertawakan, diejek dan direndahkan oleh keluarganya, kerabatnya dan kawan-kawannya yang suka usil mengatakan sudah gong-gong, pikun dan cerewet. Pasien pelupa berat ini berkata bahwa ia sudah pernah di ajak ke dokter jiwa, psikiater dan bahkan ke dukun terkenal untuk mengobati sakit pelupa berat ini, tapi hasilnya masih saja suka lupa dan belum pulih kesadarannya. Lantas mereka ingat ada seorang Shifu untuk minta advise dan bimbingannya. Penulis dengan senang hati mengajarkannya. Di dalam kitab suci di katakan: Memuliakan nama Buddha satu kali, rejeki berkembang tanpa batas; Bernamaskara kepada Buddha satu kali, karma buruknya lenyap bagaikan butiran pasir di sungai Gangga.

Penulis mengajarkan setiap hari harus melafalkan Namo Amithofo atau Kuan Yin Pu Sha lantas harus bernamaskara (lima bagian tubuh harus menyentuh bumi, yaitu: jidat kepala, dua siku tangan dan dua lutut kaki harus menyentuh bumi/lantai). Bangkit lagi ulangi lagi, memuliakan nama Buddha dan namaskara lagi dan seterusnya. Minimal pagi hari 21 kali, siang 21 kali dan malam hari sebelum tidur 21 kali. Metode ini efektif, caranya praktis dan mudah asalkan dilakukan dengan sepenuh hati, tulus dan sujud pasti ada hasilnya, yaitu: menyembuhkan penyakit lupa dan menghilangkan karma buruk. Setelah beberapa bulan mereka rajin mempraktikkan, kenyataan hasilnya mereka datang lagi ke vihara mencari shifu/penulis dan mengatakan penyakit lupa beratnya sudah lenyap, dan bahkan di malam hari tidurnya nyenyak. Penulis berkata syukurlah dan berterima kasihlah kepada pertolongan Buddha. Shifu katakan praktek ini harus terus dilanjutkan dan ditingkatkan, yaitu: belajar melaksanakan sila (pengendalian), samadhi (meditasi) dan Prajna (kearifan) supaya Bodhicittanya berkembang maju dan di akhir penghidupan bisa terlahir ke Surga Sukhavati.

Mengenai masalah anak-anak muda yang suka pelupa, kiranya semua orang tua harus mendidik mentalitas, moralitas dan spiritualitas  anaknya harus dimulai sejak dini saat anak tersebut masih membutuhkan bantuan orang tua, saat anaknya belum bisa hidup mandiri. Saat itulah yang terbaik untuk mendidik dan membina mental anaknya agar kenal budi, mempunyai akal budi, dan dapat membalas budi. Bila membesarkan anak tanpa ajaran agama maka ia akan menjadi manusia-binatang yang mempunyai sifat  liar, buas dan jahat kepada orang tua, keluarga, kerabat maupun temannya. Seorang anak tidak cukup hanya dibekali kepintaran, keterampilan atau intelektual saja, melain utamakan kualitas moral etika, kesehatan mental, kebajikkan dan kebijaksanaan, supaya anaknya layak disebut manusia-manusia atau menjadi anak yang saleh. Bila anak hanya diberikan kepintaran otak tetapi mengabaikan kualitas hatinya, maka anak tersebut hidupnya kacau sehingga senang dengan aktivitas tidak bermutu, penuh kebodohan dan cenderung menyenangi aksi kejahatan. Untuk mencegah anak berbuat bodoh dan jahat maka ajarkan hukum sebab-akibat tiga masa, ikuti jadwal puja bakti di vihara, belilah buku-buku agama, ciptakan pergaulan dengan sahabat baik, beri tugas dan kewajiban untuk melakukan puja bakti setiap hari, pasti budi pekerti, kesadaran, kebijaksanaan anaknya akan berkembang.

Soal perbuatan jahat berlagak pelupa berat agar bisa lari dari jeratan hukum pidana atau perdata, walaupun ia pandai bermain sandiwara dalam persidangan, berkolusi atau menyogok oknum persidangan tapi realitanya orang tersebut tidak dapat lari dari hukum karma dan hukum akhirat. Jadi jangan melakukan kejahatan bila kelak tidak mau di tuntut oleh penegak hukum. Juga jangan mempergunakan kelemahan dari produk dan proses hukum untuk menghindari jeratan hukum, karena ia tidak bisa lari dari hukum keadilan, hukum kesunyataan dan hukum alam untuk mengadili dan menghukum pelaku kejahatan, karena di bumi dan di langit banyak makhluk suci yang memiliki mata batin dan mengetahui isi dan perilaku setiap orang, walaupun aksi kejahatan itu disembunyikan begitu rapi dan tertutup rapat.

Begitu juga anak-anak yang mempunyai penyakit autis, nakal dan bodoh, ajarkan dan bimbinglah mereka untuk memuliakan nama Buddha dan bernamaskara kepada Buddha pasti ada kebaikan dan dapat disembuhkan. Penulis sudah membuktikan dan melihat banyak orang pikun, pelupa berat, anak nakal, autis dan bodoh, semua kembali normal dan sehat. Semua ini karena kemauan, tekad dan usaha maka pasti ada hasilnya ditambah lagi mendapatkan berkah karunia dari pertolongan Sang Triratna Buddha, Dharma dan Sangha.

Tinjauan medis terhadap penyakit lupa berat ini

Penyakit lupa sering disebut Amnesia. Amnesia berasal dari bahasa Yunani, artinya terganggu daya ingat seseorang. Penyakit amnesia dapat berupa organik atau fungsional. Penyebab organik diakibatkan kerusakan otak yang dapat timbul karena adanya trauma atau penyakit, penggunaan obat-obatan- biasanya yang bersifat sedatif. Sementara penyebab fungsional lebih kepada faktor psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego.

Namun, amnesia dapat pula terjadi secara spontan, seperti terjadi pada transient global amnesia. Jenis amnesia global ini umumnya terjadi mulai usia pertengahan sampai usia tua, terutama pada pria, dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam. Sedangkan dampak lain bagi seseorang yang terserang amnesia adalah tidak mampu membayangkan masa depan. Penelitian terakhir yang dipublikasikan dalam jaringan Proceeding of National Academy of Sciences menunjukkan amnesia dengan kerusakan pada Hipokampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini terjadi karena bila seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh, seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang hendak didatangi akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.

Ada dua kategori orang yang terserang amnesia. Pertama anterograde amnesia, dimana ingatan jangka pendek seseorang atas peristiwa yang baru dialaminya tidak mampu ditransfer ke ingatan jangka panjang yang permanen. Akibatnya, penderitaannya tidak akan bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia, meski peristiwa itu baru sesaat berlalu.

Kategori kedua seseorang terserang retrograde amnesia, dimana seseorang tidak mampu memunculkan kembali ingatan masa lalu yang lebih dari peristiwa lupa biasa. Kedua kategori amnesia tersebut dapat muncul bersamaan pada pasien yang sama. Contohnya seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang kejadian di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).

Ginkgo Biloba untuk Penderita “lupa Ingatan”

Penderita amnesia mudah dikenali. Ia tidak mampu mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal sebelumnya. Tanda yang lain, penderita mengalami hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan. Meski demikian pemeriksaan medis lebih akurat untuk mengetahui penderita mengalami amnesia atau gangguan otak lain. Penangan pada penderita amnesia dapat dilakukan dengan pendekatan supportif. Pendekatan berupa mendekatkan hal-hal yang berkaitan baik waktu dan tempat yang pernah atau sedang di alami oleh penderita.

Selain itu juga pemberian ekstrak daum ginkgo biloba juga dapat menghambat gejala amnesia. Bahkan ekstrak daun ginkgo biloba telah digunakan dalam pengobatan China selama ribuan tahun lalu. Obat herbal ini diberikan kepada mereka yang kehilangan ingatan yang banyak menyerang orang tua.

Di Amerika Serikat, ternyata ginkgo biloba banyak digunakan untuk upaya meningkatkan mental dan daya ingat. Obat herbal ini juga berfungsi sebagai antioksidan. Sebuah studi menunjukkan bahwa ginkgo biloba memiliki efek sederhana pada gejala demensia, termasuk kehilangan memori. Pemberian ginkgo terhadap penderita Alzheimer, ternyata menunjukkan hasil yang menggembirakan sebab dapat meningkatkan fungsi kognitif mereka.

Gingko (Ginkgo Biloba L.)
–    Suku: Ginkgoaceae
–    Nama
a.    Nama daerah    : Gingko
b.    Nama asing    : Baiguo, yin xing ye (C), maidenhair tree, ginkgo leaf, ginkgo seed (I)
c.    Nama simplisia    : folium Ginkgo (daun gingko), Semen Ginkgo (biji gingko)

Uraian Tanaman

Pohonnya besar, ketinggiannya mencapai 39 meter, ukuran diameter batangnya mencapai 1 meter, tumbuh dan berkembang di beberapa provinsi China (seperti di Guangxi, Sichuan, Henan, Shandong, Hubei, Liaoning, Jiangsu, Hongkong, Beijing), Jepang dan Amerika (Chicago). Di Indonesia, dilaporkan tumbuh di kebun raya Bali. Tanaman ini menyukai sinar matahari langsung, umurnya panjang dan bisa tumbuh sampai berusia ribuan tahun. Pohon gingko mempunyai ketahanan hidup yang tinggi. Ketika Jepang dijatuhi bom atom, pohon gingko tetap masih bertahan hidup, sementara tanaman lain sudah musnah. Batangnya berkayu dengan kulit berwarna putih kelabu, daun berbentuk tunggal, bertangkai, bulat telur sungsang, dengan lekuk pada ujungnya, pangkalnya runcing. Perbungaan majemuk, buahnya bulat pipih, diameter sekitar 3 cm, bijinya banyak.

Bagian yang digunakan
Daun dan biji yang sudah masak. Usahakan untuk mengumpulkan daun sewaktu di musim gugur, dibersihkan lalu dijemur sampai kering untuk penyimpanan. Untuk biji yang telah masak, dibuang kulit luarnya, lalu di cuci dan dijemur.

Indikasi
Manfaat daun gingko (Yin Xing Ye, Ginkgo Leaf) untuk pengobatan:
1.    Penyakit pikun, memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer
2.    Penyakit Parkinson
3.    Batuk dan asma
4.    Kolesterol darah tinggi (hiperlipidemia)
5.    Penyakit jantung koroner, nyeri dada (angina pectoris)
6.    Nyeri dank ram sewaktu berjalan (intermittent claudication)
7.    Mata kabur
8.    Merangsang pertumbuhan rambut
9.    Pendengaran berkurang, telinga berdenging.
10.    Penyakit pembuluh darah perifer
Manfaat biji gingko (Bai Guo, Ginkgo Seed) digunakan untuk:
1.    Batuk, sesak napas
2.    Keputihan (lekore)
3.    Urine keruh
4.    Sering kencing
5.    Kurang pendengaran
6.    Meningkatkan energy seksual

Efek Samping
Bila menggunakan dalam dosis besar dan mengomsumsi untuk jangka panjang, bisa menimbulkan efek samping, yaitu: mual dan muntah, air liur bertambah, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, telinga berdenging, pendarahan subdural bilateral, dan kemerahan pada kulit.
Sumber Referensi: Koran Media Internasional; Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.