Sebab Akibat Ucapan Dusta

Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

“Para bhikkhu terdapat lima kerugian dan bahaya dalam ucapan salah: pembicaraan yang silat lidah, mengeluarkan kata dusta (bohong), fitnah, berbicara kasar, dan omong kosong, setelah meninggal dunia akan dilahirkan kembali di alam kehidupan yang menyedihkan”. (A.III.254).

Bhikkhu (sramana) yang menjalankan hidup pertapaan berkata tidak jujur, karena ucapannya telah menyia-nyiakan kebhikkhuannya. “Sia-sia Rahula, begitulah kehidupan dari bhikkhu yang tidak malu mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat (benar); Buddha menjelaskan kepada Putra-Nya mengenai pentingnya ucapan benar dalam kehidupan suci (M.I.61).

Individu berbicara sebagaimana bertindak, “Janganlah berbicara bila tidak mempraktekkannya, orang bijaksana akan dapat dilihat dengan jelas. Mereka mempraktekkannya dengan apa yang diucapkannya” (S.I.35).

Bicara yang tidak benar seperti: berbohong, menfitnah, menipu, bicara kasar, dan bergunjing adalah merupakan perbuatan yang sangat tidak terpuji. Sekali kita mengucapkan kata-kata yang tidak benar, maka akan dicap sebagai pembohong (pendusta) pemfitnah, dan penipu untuk jangka waktu yang sulit untuk dilupakan orang begitu saja. Akibat dari pembicaraan yang tidak benar akan menyebabkan sering dicaci maki, difitnah, tidak dipercaya, mulut yang bau, pecahnya persahabatan tanpa adanya sebab yang memadai, dibenci, memiliki suara yang parau, cacat alat tubuh, dan pembicaraan yang tidak masuk akal (D.III.269-290).

“Engkau memiliki warna kulit surgawi yang indah. Tetapi ketika engkau berdiri di udara, di langit, cacing-cacing memangsa mulutmu yang berbau busuk. Perbuatan apakah yang telah engkau lakukan di masa lalu?” Dahulu aku adalah pertapa yang jahat, dan mulutku jelek:menyamar menjadi pertapa, aku tidak terkendali di mulut. Melalui kerasnya usahaku maka aku menerima warna kulit ini, dan karena fitnahku (dustaku) maka aku menerima mulutku yang berbau busuk ini” (Pv.I.3).

Kata-kata tentang kebenaran adalah kekal. Demikianlah sifatnya yang abadi, seperti pepatah, kata-kata tentang kebenaran tidak akan mati. Dan dikatakan bahwa individu yang baik sangat kokoh dalam kebenaran, kesejahteraan, dan keluhuran (Sn.453).

Salam Maitri. Amituofo.