Sadar Setiap Hari
Empat Corak Batin manusia yaitu Timbul, melekat, berubah dan lenyap. Setiap saat alami timbul lenyap sehingga kotor, lelah dan derita. semua aktivitas tidaklah kekal, adalah Dharma timbul lenyap, timbul lenyap sudah lenyap, sunyi nirvana itulah kebahagiaan hakiki!
12 penderitaan manusia: Tubuh manusia mengalami lahir, tua, sakit, mati; batin manusia mengalami berpisah dengan yang dicintai, berkumpul yang dibenci, keinginan yang tidak tercapai; merajarelanya pancaskandha; Kondisi manusia alami muncul, digunakan, rusak dan lenyap.
Duka, kecewa dan kesengsaraan batin selalu menjadi akibat dari pada kelekatan. Kelekatan dalam batin selalu mendatangkan duka nestapa. Isteriku, suamiku, anakku, hartaku, kedudukanku, MILIKKU. Kalau batin sudah ikut memiliki apa yang dipunyai oleh badan, maka sekali waktu yang dimiliki itu menentangnya, tidak menurut, atau meninggalkannya, maka batin itu akan menderita, kecewa dan berduka. Badan memang membutuhkan banyak hal untuk dipunyai sebagai pelengkap, karena badan harus bertumbuh terus, untuk mempertahankan hidupnya. Badan membutuhkan sandang, pangan, papan, bahkan badan merasa berhak menikmati kesenangan melalui panca indriya dan alat-alat tubuhnya.
Akan tetapi, semua yang dibutuhkan badan itu, biarlah hanya dipunyai oleh badan saja. Kalau sampai batin ikut memiliki, maka akan timbul kelekatan. Segala yang dimiliki itu akan berakar di dalam batin, sehingga kalau sewaktu-waktu yang dimiliki itu dicabut dan dipisahkan, batin akan berdarah dan merasa nyeri, kehilangan, kecewa, berduka dan akhirnya mendatangkan penderitaan. Batin harus bebas dari kelekatan, tidak memiliki apa-apa !
Ada beberapa orang yang berpendapat, bagaimana caranya untuk melepas keluarga aku? Anak-anak aku membutuhkan aku untuk membesarkannya! Membesarkan anak itu memang adalah kewajiban, mensejahterakan keluarga itu adalah kewajiban. Tetapi, harus diingat bahwa hukum perubahan itu selalu mengintai kehidupan semua makhuk-makhluk. Jika nanti terjadi perubahan, seperti pasangan kita meninggal, pasangan selingkuh pergi meninggalkan kita, anak-anak kita menjadi dewasa dan mulai meninggalkan kita untuk mengejar masa depannya, anak-anak kita tidak berbakti. Apakah kita siap untuk menghadapi semua kenyataan ini? Belajarlah untuk mempunyai tetapi tidak memiliki. Mempunyai akan tetapi tidak memiliki, itulah seninya! Yang mempunyai adalah badan, akan tetapi mengapa harus batin ikut-ikutan memilikinya?
Contohnya cinta asmara. Cinta kasih bukan berarti memiliki dan menguasai pasangan! Dan cinta kasih ini urusan batin, bukan urusan badan. Badan mengalami sesuatu yang mendatangkan nikmat dan kesenangan, dan ini adalah urusan badan. Kalau sudah habis ya hanya sampai di situ saja, memang semestinya demikianlah. Akan tetapi kalau Sang Aku, yaitu pikiran atau ingatan, mencatatnya dan sang aku ingin kembali mengulanginya, ingin menikmatnya lagi, maka ini berarti batin ingin memiliki dan timbullah kelekatan terhadap yang menimbulkan kenikmatan atau kesenangan itu. Dan kalau sekali waktu, kita harus berpisah dari yang telah mengikat kita, maka timbullah duka dan sengsara. Untuk itulah, hidup haruslah bijaksana, batin bila timbul tapi tidak melekat, tubuh harus sehat tidak sakit dan kotor, moral harus bajik tidak sombong, spiritual harus terang tiada EGO!
Amituofo