Kebahagiaan

Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

Segala penderitaan umat manusia semua berasal dari pikiran bodoh dan keinginan yang salah. Seperti tidak mengetahui makna hidup dan kehidupannya yang singkat. Tidak mengetahui perilaku baik dan buruk. Tidak mengetahui bagaimana mempergunakan batin dan merawat jasmaninya. Tidak menyadari dan mengabaikan jiwa dan potensi Kebuddhaannya, sehingga menyia-nyiakan jodoh dan kesempatan terlahir sebagai manusia yang dapat merubah dan memperbaiki nasib. Ditambah lagi adanya keinginan yang salah, yaitu: selalu mencari keluar dan menuntut keluar, mengharapkan orang lain memperhatikannya, memujinya, membantunya, atau membahagiakannya sehingga kehidupannya menjadi tergantung dan digantung dipermainkan segala kondisi akibatnya hidup menjadi susah dan banyak derita.

Semua orang mendambakan dan mencari kebahagiaan. Tapi banyak orang yang tidak mengetahui dimanakah dan bagaimanakah kebahagiaan itu bisa diraih? Bila kebahagiaan itu dicari dan didapat dari luar yang berkondisi pasang surut, maka kebahagiaan ini bersifat semu dan rapuh, karena sekarang bisa bahagia kelak pasti bakal susah kembali. Sesungguhnya dimanakah sumber kebahagiaan itu? dan bagaimanakah kebahagiaan itu dapat dicari? Kebahagiaan semu umumnya datang dari luar, sedangkan kebahagiaan sejati harus dimunculkan dari dalam hatinya sendiri. Terhadap ragamnya kebahagiaan dari luar yang berkondisi ia senantiasa mensyukuri, berterima kasih, tapi ia tidak terjebak dan melekat. Sedangkan ia senantiasa mengembangkan kebahagiaan yang tidak berkondisi yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, antara lain: Ia merasa bahagia dengan segala kondisinya walaupun kondisinya serba buruk. Ia bisa bahagia dengan lingkungannya walaupun hidup di lingkungan kumuh. Ia selalu bahagia dengan pekerjaannya walaupun mendapat pekerjaan rendah sekalipun. Ia selalu senyum bahagia dengan anggota keluarganya walaupun hubungan keluarganya tidak rukun dan harmonis. Ia merasa bahagia dengan kehidupannya walaupun kehidupannya serba kekurangan. Sikap perilakunya selalu menciptakan kebahagiaan untuk orang lain dengan perasaan bahagia, walaupun banyak orang lain suka lupa budi atau menyakitinya.

Jenis orang demikian ini batinnya selalu memunculkan kebahagiaan dan menyalurkan kebahagiaan, maka orang tersebut memiliki kualitas ‘batin-surga’. Kehidupan sekarang walaupun tinggal di dunia kotor dan bobrok namun kualitas batinnya bagaikan penghuni surga. Karena ia memiliki kualitas batin surga kelak setelah meninggal dunia orang tersebut pasti bahagia terlahir di surga.

Selamat pagi, Salam bahagia. Amituofo.