Hati dan Dharma

Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

Hati adalah sumber kehidupan dan menjadi sumber Dharma/Kebenaran; Hati adalah Ladang kebajikan sekaligus sumur kekotoran batin; Pertanyaannya: Jenis Hati apa yang ditampilkan, digunakan dan diproduksi?

Hati adalah sumber penciptaan kondisi; Hati baik Dharma kebajikan akan mengalir; Hati Buruk hanya bisa mengeluarkan dharma keburukan sulit menghasilkan Dharma kebaikan; Seandainya ia praktik Dharma tapi tidak jujur dan tulus hanya pandai bersandiwara, maka Dharma terlihat dipraktikkan hanya lah kepalsuan bersifat tidak benar dan tidak murni. Ibarat cermin kotor atau bergelombang mana bisa menampilkan pantulan kebenaran?

Begitupula Ibarat gelas kotor lalu di isi air bersih apakah air tersebut layak dan bisa di minum? Lalu bagaimana air bersih di gelas kotor bisa di danakan kepada orang lain? Orang yang tidak jujur tidak tulus hatinya bagaimana ia bisa belajar dan praktik Buddhadharma? Bila batin kotor lalu belajar Buddhadharma apakah Buddhadharmanya bisa bermanfaat bagi dirinya? juga bagaimana pula ia bisa mengajarkan Buddhadharma kepada orang lain?

Bila hati jahat maka segala ilmu yang dimiliki cenderung jahat suka mengerjain dan mencelakakan orang lain kerap digunakan; Ajaran utama Buddha merujuk kepada: Jangan berbuat bodoh dan jahat; Sempurnakan kebajikan dan Sucikan hati dan pikiran; Selama kejahatan dihati maupun dalam sikap perilaku belum dilenyapkan maka semua kebajikan yang dilakukan cenderung ikut ternoda, rusak atau bocor.

Pepatah mengatakan Nila setitik rusak susu sebelangga; Hati masih memproduksi kejahatan sekecil apapun maka jasa pahala yang terkumpul cenderung ikut rusak, juga jauh dan sulit bisa sucikan hati. Bila hati jahat maka ilmu Buddhadharma yang ia peroleh dari mengenyam pendidikan Buddhis lokal maupun di luar negeri cenderung menjadi rusak dan tidak bisa mengalir dan berfungsi dengan baik. Juga sumber Dharma yang berasal dari dalam hati itu tidak keluar dan mengalir.

Buddha bersabda Semua Dharma yang dibabarkan untuk mengobati penyakit hati; Bila sudah puluhan tahun belajar dan praktik Dharma tapi hati belum pernah dikendalikan atau diperbaiki maka ia telah belajar palsu atau melakukan praktik khayal; Bila terlihat membina diri tapi tidak membina hatinya maka cepat atau lambat menjadi SILUMAN; atau MUSANG BERBULU DOMBA.

Berbahagialah praktisi yang jujur dan tulus yang tidak tergerak, tidak tergoda, dan tidak terjungkal oleh delapan angin kondisi; Bersyukurlah kepada praktisi yang mampu sunyikan hati, heningkan hati bahkan mampu sunyakan hati maka ia adalah praktisi sejati yang kelak dapat mengakhiri siklus tumimbal lahir.

Bila praktisi bisa jalankan ketiga ajaran utama Buddha, praktisi demikian lekas mencapai Kebuddhaan, Sebaliknya ketiga ajaran utama bila dipraktikkan sepenggal penggal maka cenderung masuk kejalur Mara.

Salam bahagia, Amituofo.