Dunia Mimpi

dirangkum dari berbagai sumber oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

Menurut agama Buddha, mimpi bisa timbul karena 4 sebab:

  1. Pubba-nimita: perbuatan sehari-hari yang baik maupun yang buruk dapat menimbulkan kesadaran untuk bermimpi berkenaan perbuatan tersebut.
  2. Citta-avarana: kesadaran yang melekat dalam hal-hal yang berkesan dapat menimbulkan mimpi berkenaan dengan hal-hal tersebut.
  3. Dewa-sanharana: dewa yang memberikan mimpi.
  4. Dhatu: unsur dalam tubuh yang tidak normal dapat menimbulkan mimpi.

Makhluk yang masih dapat bermimpi adalah makhluk yang masih mempunyai kamaraga (nafsu indria) dan kepuasan dalam nafsu. Makhluk yang terbebas darikamaraga seperti Rupa-Brahma, Arupa-Brahma, Anagami dan Arahat tidak dapat bermimpi.

Selain itu, makhluk neraka juga tak bisa bermimpi karena makhluk ini dalam keadaan tersiksa setiap saat. Mimpi yang mempunyai makna adalah mimpi yang ditimbulkan oleh kekuatan dewa (bebas dari pengaruh jasmaniah dan rohaniah orang yang bersangkutan). Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa tidak semua mimpi mempunyai makna.

Ajaran Buddha tidak terlalu terkesan terhadap orang yang mengaku sebagai ahli tafsir mimpi. Orang – orang ini memanfaatkan ketidaktahuan orang yang percaya bahwa setiap mimpi memiliki makna spiritual atau ramalan.

Menurut psikologi Buddhis, mimpi adalah proses pembentukan ide yang terjadi sebagai aktivitas pikiran.

Dalam mempertimbangkan
terjadinya mimpi, bisa diingat bahwa proses tidur dapat dibagi ke dalam lima tahap:

  1. mengantuk
  2. tidur ringan
  3. tidur nyenyak
  4. tidur ringan
  5. terbangun

Ada enam penyebab mimpi, tiga diantaranya organik : Angin, empedu, dan lendir. Yang keempat terjadi karena campur tangan kekuatan adialami. kelima : bangkit nya kembali pengalaman masa silam , dan keenam : pengaruh kejadian masa depan secara kategori dinyatakan bahwa mimpi terjadi hanya pada tahap tidur ringan yang dikatakan seperti tidur pada seekor monyet.

Mimpi adalah fenomena yang diciptakan pikiran dan merupakan aktivitas pikiran semua manusia bermimpi, walaupun sebagian orang tidak dapat mengingatnya.

Ajaran Buddha mengajarkan bahwa beberapa mimpi memiliki arti psikologis. Keenam penyebab yang disebutkan diatas dapat juga dikelompokkan dengan cara berikut:

1. Semua pikiran yang tercipta tersimpan dalam pikiran bawah sadar kita dan beberapa diantaranya sangat mempengaruhi pikiran sesuai dengan kecemasan kita. Saat kita tidur, beberapa dari pikiran ini diaktifkan dan muncul sebagai ‘ gambar ‘ yang bergerak . Hal ini terjadi karena selama tidur, kelima indera yang merupakan kontak kita dengan dunia luar beristirahat sementara. Pikiran bawah sadar kemudian bebas menjadi dominan dan ‘ memainkan ulang ‘ pikiran yang tersimpan. Mimpi ini mungkin bernilai bagi psikiater, tetapi tidak dapat dikelompokkan sebagai ramalan. Hal ini se mata-mata refleksi pikiran saat istirahat.

2. Jenis mimpi kedua juga tidak memiliki makna . Hal ini disebabkan oleh hasutan internal dan eksternal yang menimbulkan sejumlah ‘ pikiran visual ‘ yang ‘ terlihat ‘ oleh pikiran pada dsaat istirahat . Faktor internal adalah hal yang menganggu tubuh ( misalnya : makanan berat yang membuat orang tidak mengalami tidur nyenyak atau ketidak se imbang an dan friksi antara unsur penyusun tubuh ) Hasutan eksternal adalah saat pikiran terganggu ( Walaupun orang yang tidur tidak menyadarinya ) oleh fenomena alami seperti cuaca , angin , dingin , hujan , desir dedaun, derit jendela/pintu dan lain – lain . Pikiran bawah sadar bereaksi terhadap gangguan ini dan membentuk gambar untuk ‘ menjelaskan ‘ hal itu . Pikiran mengakomodasi iritasi itu sehinga orang yang bermimpi dapat terus tidur tanpa terganggu. Mimpi ini juga tidak penting dan tidak perlu di tafsirkan.

3. Kemudian ada mimpi ramalan . Hal ini penting. hal ini jarang dialami dan hanya jika ada kejadian mendatang yang sangat berhubungan dengan si pemimpi . Ajaran Buddha mengajarkan bahwa disamping dunia nyata yang dapat kita alam. Ada para dewa yang ada di alam lain atau roh yang terikat pada bumi ini dan tidak dapat kita lihat. Mereka mungkin kerabat atau teman kita yang telah meninggal dan telah terlahir kembali . Mereka mempertahankan hubungan dan ikatan batin dengan kita. Ketika umat Buddha melimpahkan jasa kepada orang meninggal , mereka mengundang para dewa untuk berbagi kebahagiaan yang terkumpul dalam jasa itu . Jadi mereka mengembangkan hubungan mental dengan orang yang meninggal. Para dewa sebaliknya senang dan mereka mengamati kita dan menunjukan sesuatu dalam mimpi jika kita menghadapi masalah besar tertentu dan mencoba melindungi kita dari bahaya. Jika kita mengatakan bahwa dewa dapat melindungi kita , kita tidak berkontradiksi dengan pernyataan sebelumnya bahwa dewa tidak dapat menyelamatkan kita. Peningkatan spiritual kita harus kita jalan sendiri. Jadi, jika ada hal penting yang akan terjadi dalam hidup kita , hal itu mengaktifkan energi mental tertentu dalam pikiran kita yang tampak sebagai mimpi . Mimpi ini dapat memperingatkan bahaya yang akan datang atau bahkan menyiapkan kita untuk berita baik dadakan. Pesan ini diberikan dalam istilah simbolis ( seperti negatif foto ) dan harus ditafsirkan dengan keahlian dan kepandaian. Sayangnya terlalu banyak orang mencampur adukan kedua jenis mimpi ini dan akhirnya hanya membuang waktu dan uang konsultasi dengan cenayang dan penafsir mimpi gadungan . sang Buddha menyadari bahwa hal ini dapat dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan karenanya Ia memperingatkan para bhikku menentang praktik tukang ramal , astrologi , hongshui, dan penafsiran mimpi dalam nama ajaran Buddha.

4. Akhirnya , pikiran kita adalah simpanan semua energi karma yang terkumpul pada masa lalu . Kadang – kadang, saat suatu kamma akan matang ( yaitu saat perbuatan yang kita lakukan pada kehidupan lampau atau awal kehidupan kita, akan mengalami akibatnya ) pikiran yang beristirahat selama tidur dapat memicu suatu ‘ gambar ‘ tentang apa yang akan terjadi.

Sekali lagi, tindakan yang akan datang haruslah sesuatu yang penting dan sangat kuat sehinga pikiran ‘melepas ‘ energi ekstra itu dalam bentuk mimpi yang gamblang. Mimpi semacam itu sangat jarang terjadi dan hanya pada orang tertentu dengan jenis pikiran khusus.

Tanda – tanda akibat karma tertentu juga muncul dalam pikiran kita pada saat terakhir ketika kita akan meninggalkan dunia ini.

Mimpi dapat terjadi saat dua manusia mengirimkan pesan telepati yang kuat satu sama lain . Jika seseorang memiliki keinginan kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ia berkonsentrasi kuat pada pesannya dan orang yang ingin diajak berkomunikasi . Saat pikiran beristirahat merupakan keadaan yang ideal untuk menerima pesan ini yang terlihat sebagai mimpi. Biasanya mimpi ini hanya muncul dalam satu momen kuat karena pikiran manusia tidak cukup kuat untuk mempertahankan pesan semacam itu dalam jangka lama . Semua makhluk duniawi adalah pemimpi, dan mereka melihat hal yang tidak abadi. Mereka tidak melihat bahwa usia muda berakhir dengan usia tua , kecantikan dengan keburukan, kesehatan dengan penyakit, dan hidup itu sendiri berakhir dengan kematian.

Dalam dunia mimpi ini, yang benar – benar tanpa inti, terlihat sebagai kenyataan . Mimpi selama tidur merupakan dimensi lain “dunia mimpi”. Orang satu – satu nya yang terbangun adalah para Buddha Maha Bodhisattva dan Arahat karena mereka telah melihat kenyataan.

Para Buddha, Maha Bodhisattva dan Arahat tidak pernah bermimpi. Ketiga jenis mimpi yang pertama tidak dapat terjadi dalam pikiran mereka karena pikiran mereka telah ‘ditenangkan ‘ secara permanen dan tidak dapat diaktifkan menjadi mimpi . Jenis mimpi terakhir tidak dapat terjadi karena mereka telah menghilangkan semua energi nafsu mereka secara sempurna dan tidak ada ‘sisa’ energi kecemasan atau nafsu ketidakpuasan untuk mengaktifkan pikiran untuk menghasilkan mimpi.

Sang Buddha juga dikenal sebagai yang terbangun karena cara – Nya menenangkan tubuh fisik bukanlah dengan cara kita tidur yang menghasilkan mimpi. Seniman dan pemikir besar , seperti Goethe dari jerman , sering berkata bahwa mereka mendapatkan beberapa inspirasi terbaik dari mimpi, hal ini dapat disebabkan saat pikiran mereka terputus dari lima indera selama tidur, mereka menghasilkan pikiran jernih yang kreatif yang tinggi.

Orang orang awam saat keadaan sadar pikiran mereka banyak yang berkhayal, berkeinginan khayal dan beraktivitas khayal dan memiliki tujuan khayal; Batin mereka tertidur siang dan malam, terbawa jauh oleh mimpi mimpi khayal, mereka haus, lapar dan menggelepar menginginkan berbagai kondisi bernuansa khayal, sehingga batin mereka jadi kusut dan kotor. Bangunlah dari mimpi khayal, sebelum kematian datang menjemput.

Sutra Intan disabdakan: Semua Dharma yang berkondisi dan dipamrihkan bagaikan impian, ilusi, ombak, bayangan, bagaikan embun, dan halilintar, seharusnya menjadikan perenungan demikian.

Hati yang selalu timbul lenyap, fenomena yang selalu datang pergi, waktu dan ruang yang terus berubah, bagaimana sesuatu yang berkondisi demikian bisa dikuasai dan dimiliki?

Salam Sadar. Semoga sudah bangun dari tidur mimpi.

Semoga Semua Mahkluk berbahagia, svaha. Amituofo.