Caci dan Maki
(Gobind Vashdev)
Kalau ada anak 4 tahun ditawari permen dan permata, mana yang ia pilih? Tentu permen.
Ortunya mengatakan “permata ini lebih mahal dari permen lho” Tetap anak itu pilih permen
Sekali lagi sang ortu meyakinkan dia ” tau ngga permata-permata ini bisa beli pabrik permen”. Apakah anak itu akan berubah ? Rasanya tidak.
Apakah anak itu salah?. Tidak. Mengapa kita tidak menyalahkan anak tersebut? karena kita mengerti, memahami sepenuhnya.
Pengertian dan pemahaman sepenuhnya tidak mengenal benar salah. Kakaknya yang berumur 10 tahun mungkin akan mengatakan “goblok kamu dek, harusnya kamu itu milih permata, permata itu enak”
Adik kecil mengambil permata dan mencicipinya “tidak enak”
Kedua orangtua yang melihat percakapan kedua anaknya hanya tersenyum, mereka tidak menyalahkan adik juga si kakak, mereka mengerti sepenuhnya bahwa ada masa adik dan kakak akan bertumbuh dalam kesadaran.
Orangtua juga mengerti bahwa yang diperlukan untuk diri mereka sendiri adalah kesabaran melewati kelucuan dan keluguan yang terkadang membuat emosi ber-rollercoaster.
Adik, kakak dan orangtua dalam cerita tersebut tidak selalu ditentukan oleh usia, banyak anak kecil yang sudah pengertiannya cukup dalam, banyak juga orang dewasa yang susah diajak untuk memahami.
Mengerti dan memahami adalah atribut yang digunakan seseorang yang dikatakan dewasa.
Dengan kata lain, bila dalam hidup kita masih sering menyalahkan orang lain terhadap emosi yang datang pada diri kita, artinya kita masih perlu berlatih lebih serius.
Bila ada komentar keras dalam postingan kita di medsos dan hati meradang, artinya kita masih perlu meningkatkan pengertian dan pemahaman dalam diri.
Intinya, ketika kita membenci perbuatan orang, siapapun itu, kita perlu tahu bahwa kebencian muncul dan ada di dalam akibat ketidaksadaran diri.Dan tidak ada hal luar yang bisa menghilangkan kebencian akibat ketidak-sadaran itu,kita perlu masuk dan membereskannya sendiri.
Disisi lain yang perlu dipahami adalah, mengerti berlawanan dengan cuek.
Sering saya mendengar orang menasehati orang yang sedang kesal dengan berkata “sudah tidak perlu didengar, lupakan saja dia, biarin dia ngomong apa, jangan ditanggapi”
Memang terlihat baik terkadang bijak, namun perlu diketahui bahwa melupakan atau tidak mau memikirkan adalah suatu bentuk pengalihan yang tidak akan membuat pengertian kita bertumbuh.
Terkadang memang rasa sakit itu terasa sangat, tidak ada salahnya kita beristirahat dengan mengalihkan sejenak, namun kita tidak boleh terlena dengan hidup dalam pengalihan.Kita perlu bertumbuh dengan cara berhadapan dengan rasa tidak nyaman tersebut.Sadari bahwa ketidak-nyamanan berasal dari ketidak-cocokan antara program yang ada di dalam diri dengan keadaan.
Mengerti cara bagaimana pikiran bekerja, perasaan berespon membuat kita lebih gampang mengerti tentang orang lain dan kejadian di sekitar.
Cacilah diriku, maki-makilah saya, Anda juga boleh menyamakan saya dengan yang ada di kebun binatang dan segala isi toilet, lakukan semua itu namun juga maafkan saya juga karena saya tidak bereaksi seperti yang Anda inginkan.
Sama sekali saya tidak cuek, sebaliknya saat itu saya manfaatkan untuk bisa mengerti sepenuhnya mengapa seseorang marah dengan saya atau membenci apa yang saya lakukan.
saya juga tidak perlu memaafkan mereka yang mencaci, karena tidak mungkin ada orang yang bisa menyakiti hati saya tanpa persetujuan dari saya.
Kalau saya tersinggung dan merasa sakit hati, maka tugas utama saya, adalah membereskan ketersinggungan dan sakit hati saya.
Sekali lagi, belajar mengerti tentang diri sendiri akan membuat kita lebih mengerti tentang orang lain.
Dan akhirnya, saya kembali ingin berterimakasih pada orang-orang yang pernah membuat saya tersinggung dan marah, karena mereka menyediakan sebuah tempat pada saya untuk berlatih menjadi pribadi yang lebih sabar dan sadar.
Seperti yang dilakukan guru di kelas yang memberi ujian untuk membuat kita pintar, begitupula kehidupan yang ditemani oleh orang-orang yang berseberangan, Buddha berkata:
“Pada akhirnya kita akan sangat-sangat berterima-kasih pada orang-orang yang membuat hidup kita sulit”
Renungan (Bhiksu Tadisa Paramita):
Satu kemarahan muncul, telah membakar gudang kebajikan kita; Satu kebencian muncul, pintu neraka terbuka untuk kita.