Menabur Sebab & Menuai Akibat
(Di Rangkum dari berbagai sumber, Oleh YM Bhikshu Tadisa Paramita Mahasthavira)
Pendahuluan
Sebelum kita menyimak artikel ini, alangkah baik kita merenungkan sejenak. Di dunia ini populasi umat manusia berkisar tujuh milyar. Lalu makhluk-makhluk yang berada di dalam bumi, di laut, di darat dan di udara ada berapa jenis dan jumlahnya? Belum lagi makhluk yang tidak terlihat di dunia surga maupun di dunia tiga alam celaka serta makhluk-makhluk di Trichillicosmos dan Maha Chillicosmos dengan segala bentuk, aspek dan kemampuannya yang tidak terbayangkan berapa jumlahnya? Lalu siapa yang menciptakan? Siapa pula yang membedakan? Siapa pula yang mengatur kehidupan dan kondisi alamnya untuk semua makhluk di alam semesta ini? Apakah ada “Makhluk Maha Kuasa” yang yang menciptakan, membedakan, dan mengatur kehidupan dan kematian semua ini? Coba bayangkan bagaimanakah menciptakan dan mengatur semua makhluk di alam semesta ini yang tidak bisa diperkirakan dan tidak bakal habis untuk menghitungnya. Lalu bagaimanakah Makhluk Maha Kuasa tersebut menciptakan, memantaunya, menanganinya dan memanggil pulang?
Di kalangan umat manusia, banyak yang tidak memahami realitas hukum kebenaran mutlak. Mereka hanya yakin dan belajar agama untuk datang dan percaya tanpa mau menyelidiki dan mengkaji kebenaran-kebenaran yang di tulis dalam kitab-kitab suci atau yang pernah disabdakan oleh Nabinya. Kecenderungan umat beragama hanya yakin secara membuta terhadap dogma-dogma atau ajaran agamanya tanpa mau menguji, menganalisa, dan membuktikan segala ajarannya apakah sesuai realita, bisa dibuktikan dan bermanfaatkah bila dipraktikkan? Banyak dari mereka hanya yakin, berpikir dan mengira bahwa umat manusia datang ke dunia ini, karena di ciptakan oleh “Tuhan” (“Tuhan yang berpribadi/dipersonalkan”), semua ditakdirkan oleh “Tuhan”, sehingga berasumsi bahwa umat manusia dan kehidupannya semua berasal dari-Nya, oleh-Nya, untuk-Nya, atas kehendak-Nya, cobaan-Nya, pasrah kepada-Nya, dan akhir kehidupan kembali ke pangkuan-Nya. Karena semuanya diciptakan, di atur, dan memuja-Nya yang di langit maka sebutan agama demikian di namakan “Agama Langit”. Adanya pola persepsi demikian akibatnya umat manusia menjadi terbius dan melakukan rutinitas untuk memuja-Nya, gentar kepada-Nya, dan senantiasa memohon kepada-Nya. Karena selalu bergantung kepada-Nya, sibuk memuja-Nya dan menyandar kepada kekuasaan-Nya, dan takut kepada-Nya, akibatnya jiwa para umatnya tidak dibina, potensi diri tidak tergali, kualitas diri tidak dikembangkan, lingkungan tidak dirawat, sehingga sumber daya manusia menjadi sangat minim dan tidak memadai, tidak mampu menciptakan ide-ide cemerlang atau menjadi manusia cerdas, arif, cekatan dan handal, misalnya: sebagai negarawan, politikus, produsen, usahawan, budayawan, atau pekerja unggul yang imajinatif, inovatif, kreatif, dan produktif. Sehingga tidak mampu menjadi pelopor dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), memajukan bangsa dan negara, dan tidak mampu bersaing dalam pentas dunia dalam kemajuan segala bidang.
Kecenderungannya mereka sebagai umat beragama yang menerima, meyakini dan mempraktikkan doktrin “Agama Langit” sehingga hanya tunduk dan takut akan hukuman “Makhluk Maha Kuasa”, tetapi tidak malu dan takut akan hukuman negara, karma dan akhirat. Akibatnya perilaku dan aksi kejahatan di dunia merajarela, tugas dan kewenangannya disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya bukan untuk membangun dan memajukan semua aspek yang sesuai bidangnya masing-masing, melainkan hanya pandai menggegroti, merusak dan merugikan bangsa dan negara, bahkan kejahatannya bisa menyebar dan memberi efek negatif kepada dunia. “Buktinya para penganutnya taat beragama, tapi aksi kekerasan tidak surut; Pejabatnya rajin sembahyang tapi korupsi jalan terus; Sumber daya alam kaya tetapi aneh kenapa rakyatnya miskin?”
Perlu kita ketahui dan renungkan, kenapa segala ciptaan-Nya dan di bawah kekuasaan-Nya bernuansa tidak adil dan berbeda-beda? Kenapa segala ciptaannya banyak yang tidak sempurna? Ada yang terlahir di keluarga kaya, ada pula yang terlahir di keluarga miskin, buruk-rupawan, pintar-bodoh, sehat-sakit, normal-abnormal, mulia-hina, usia pendek–usia panjang, peroleh keselamatan atau mengalami malapetaka dan lain sebagainya. Sesungguhnya siapakah pelaku utama dibalik semua ini yang menciptakan dan berperan mengkondisikan umat manusia sedemikian rupa? Di jaman canggih seperti sekarang ini, kiranya umat manusia hampir mayoritas sudah mengenyam pendidikan formal, memiliki logika, nalar, intelek dan dapat berpikir kritis, tentu kita perlu menyelidiki sebab akibat yang terjadi dan mencari realitas kebenaran yang menciptakan semua kondisi umat manusia dan makhluk lain.
Pandangan & Ajaran Buddha
Hyang Buddha pernah bersabda: untuk mengembangkan dan melestarikan agama Buddha di suatu daerah maka diperlukan kearifan lokal, yaitu: di mana bumi di pijak, di situlah langit dijunjung. Oleh sebab itu, di dalam Ajaran Buddha mengenal “Ketuhanan” dalam bentuk Tatanan Hukum Dharma yang melingkupi seluruh alam semesta. Ketuhanan dalam agama Buddha tidak dipersonalkan seperti “Makhluk Adikuasa” yang mencipta dan ada yang diciptakan. Ajaran Buddha menampik kepercayaan buta adanya Makhluk Maha Kuasa tersebut yang menciptakan alam, bumi tempat tinggal manusia, rupa manusia, batin manusia, kondisi manusia, fasilitas untuk manusia, atau memberikan hukuman atau hadiah kepada umat manusia. Melainkan semua yang diperoleh seseorang adalah hasil “sebab-akibat” karma individu yang diperbuat pada masa lampau atau masa kini, juga dipengaruhi dan saling berhubungan oleh karma kolektif dari semua makhluk.
Di dalam Avatamsaka Sutra, disabdakan: “Segala alam dan kondisinya (dharma-dhatu) yang dialami oleh semua makhluk, semua berasal dari aktivitas hatinya sendiri.” (Artinya: semua bentuk kelahiran, nama, rupa, nasib, kondisi, lingkungan, dan kemampuan, semua berasal dari aktivitas hati. Hati benar semua berubah menjadi positif; Hati bajik semua kondisi berubah menjadi beruntung; Hati suci semua menjadi tanah suci; Sebaliknya hati sesat semua fenomena berubah menjadi negatif; Hati jahat semua kondisi menciptakan derita; Hati tercemar semua masalah jadi menyusahkan.)
Hyang Buddha sendiri pernah mengatakan bahwa Beliau adalah “Maha Tahu”, tetapi bukan ‘Maha Kuasa’, karena Beliau pun tidak mampu melakukan tiga hal:
a) Tidak mampu memutarbalikkan arus karma yang telah dilakukan oleh makhluk;
b) Tidak mampu melenyapkan alam kehidupan Samsara (kelahiran-dan-kematian yang terus-menerus);
c) Tidak mampu menolong makhluk yang tiada jodoh afinitas dengan Beliau; tidak yakin, dan hasil karma yang sudah terbentuk. Oleh sebab itu, untuk menolong semua makhluk, maka Hyang Buddha harus terlebih dahulu meneliti kondisi semua makhluk, membabarkan Dharma yang sesuai untuk menumbuhkembangkan keyakinan dan kesadaran, membentuk jodoh baik dengan semua makhluk, agar bisa mengajarkan kearifan, pencerahan dan pembebasan mutlak. Oleh sebab itu, Dalam agama Buddha, realitanya tidak ada “Makhluk Yang Maha Kuasa”. Bila saja ada Makhluk Maha Kuasa, maka dunia ini tidak akan kacau dan banyak bencana.
Begitu pula ajaran Buddha tidak mengenal adanya istilah ‘takdir atau akibat mutlak’ yang tidak bisa berubah atau dikutuk oleh makhluk tertentu. Hanya hukum sebab akibat yang di ajarkan berkaitan tiga periode. Sebab perilaku baik atau buruk para leluhur tentu saja akibatnya untuk leluhurnya sendiri bukan untuk keturunannya. Jika seorang ayah berbuat maka ia sendirilah yang menerima akibatnya, bukan keturunannya. Tetapi perbuatan ayah memang bisa memberikan efek dan dapat mempengaruhi kondisi selanjutnya untuk keturunannya. Jadi semua kondisi yang terjadi adanya peran sebab-akibat yang saling berkaitan.
Untuk lebih mengetahui tata kerja atau proses hukum karma tersebut secara konkrit, marilah kita menyimak dan menelusuri artikel yang berjudul “Menabur Sebab dan Menuai Akibat”, agar kita bisa lebih sadar dan berkembangnya kearifan untuk malu berbuat jahat dan takut akibat perbuatan jahat, gemar berbuat bajik dan rajin membina diri.
Keadilan & Konsekuensi Hukum Karma
Istilah “Kamma” dikenal dalam bahasa Pali, sedangkan penggunaan istilah “Karma” digunakan dalam Bahasa Sansekerta.
Hukum Karma adalah hukum independen yang memerintah dirinya sendiri, tanpa bisa diganggu dari pihak luar. Hukum ini memiliki potensinya sendiri untuk menghasilkan akibat dari setiap sebab perbuatan. Sebab mengeluarkan akibat dan akibat menerangkan sebab. Bibit memproduksi buah, dan buah menghasilkan bibit. Begitu pula dengan karma dan vipaka. Bahagia dan sedih telah menjadi bagian umum dari manusia yang merupakan akibat-akibat dari sebab-sebab yang ada.
Rumusan agama Buddha tentang sebab akibat (Paticcasamuppada ) adalah: “Dengan adanya ini, terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, timbulah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak ada itu. Dengan lenyapnya ini, maka lenyaplah itu”. (Khuddhaka Nikaya, Udana 40)
Sang Buddha bersabda: “Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat (cetana) itulah Karma, dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan dan pikiran”. (Anguttara Nikaya III, I-117).
Sang Buddha bersabda: “Semua makhluk hidup mempunyai karma sebagai milik mereka, warisan mereka, sebab awal mereka, kerabat mereka, pelindung mereka. Karma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi”. (Majjhima Nikaya, Cullakammavibhanga Sutta, 135)
Di dalam Ksitigarbha Sutra, disabdakan: “Makhluk-makhluk yang terlahir atau bermukim di selatan Jambudvipa (Dunia Saha), setiap muncul aktivitas hati dan bersikap perilaku tiada lain adalah menciptakan karma atau dosa”.
“JIKA BERTANYA SEBAB KEHIDUPAN SEBELUMNYA, LIHATLAH APA YANG DITERIMA PADA KEHIDUPAN INI. JIKA BERTANYA AKIBAT KEHIDUPAN MENDATANG, LIHATLAH APA YANG DIPERBUAT PADA KEHIDUPAN INI”.
“Bila umat manusia tidak meyakini hukum karma, maka dunia akan kacau dan banyak aksi kejahatan; Bila umat manusia menyakini hukum karma, maka dunia akan tertib, aman dan harmonis”.
Untuk lebih memahami kondisi bekerjanya karma sebagai suatu Hukum Sebab Akibat, kita dapat memulainya dengan mengenali adanya hukum yang bekerja di alam semesta ini. Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Dighanikaya Atthakatha II-432, dapat ditemui adanya Lima Hukum Alam [Pancaniyama Dhamma], yaitu :
1. Rtu Niyama [Utu Niyama], yaitu: hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan suhu, contohnya gejala timbulnya angin dan hujan, bergantinya musim, perubahan iklim, sifat panas, dan sebagainya.
2. Bija Niyama, yaitu: hukum sebab-akibat mengenai biji-bijian, contohnya sesawi berasal dari biji sesawi, gula berasal dari tebu, dan sebagainya.
3. Karma Niyama [Kamma Niyama], yaitu: hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan perbuatan, contohnya perbuatan baik akan menghasilkan akibat baik, dan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk.
4. Citta Niyama, yaitu: hukum sebab-akibat yang berkiatan dengan hasil pikiran, misalnya proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat kesadaran, kekuatan batin, telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi, dan sebagainya.
5. Dharma Niyama [Dhamma Niyama], yaitu: hukum sebab-akibat yang berkaitan dengan gravitasi, berupa gejala alam yang menandai akan terlahirnya atau meninggalnya seorang Bodhisattva ataupun seorang Buddha.
Hukum Karma [Kamma Niyama] merupakan salah satu dari Hukum Alam tersebut di atas yang terjadi karena prinsip Hukum Sebab dan Akibat, dimana setiap suka ataupun duka pasti ada penyebabnya. Tiada sebab maka tiada akibat. Segala penderitaan akan dapat dihindari apabila dapat diketahui sebabnya. Penyebab tunggal dari segala bentuk penderitaan adalah kemelekatan terhadap nafsu keinginan duniawi.
Jenis–jenis Karma
A. Karma Menurut Waktu
Terdapat empat jenis Kamma berdasarkan waktu munculnya akibat (vipaka), yaitu:
1. Ditthadhamma Vedaniya Kamma
Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak atau disebut dengan Paripakka dittha dhamma vedaniya kamma.
Contoh: Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y.A. Sariputta Maha Thera menjadi kaya raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari disebut dengan Aparipakka ditha dhamma vedaniya kamma. Contoh: Jika berbuat kebajikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang.
2. Upajja Vedaniya Kamma
Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya, yaitu: satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.
3. Aparapariya Vedaniya Kamma
Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.
4. Ahosi Kamma
Karma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Karma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Karma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga karma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).
B. Karma menurut fungsi
Terdapat empat jenis Karma berdasarkan fungsinya:
1. Janaka Kamma
Karma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Karma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa). Seseorang dilahirkan ke dalam keluarga yang miskin dan di keluarga yang kaya ditentukan oleh Janaka Kamma.
2. Upatthambhaka Kamma
Karma yang mendukung terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul (kamma penguat). Karma ini membantu Janaka Karma, yaitu:
• Membantu Janaka Karma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
• Membantu Janaka Karma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
• Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Karma menjadi maju dan bertahan lama.
Misalnya: Debby adalah seorang nenek yang ditetapkan oleh Janaka Karma hanya hidup selama 70 tahun di dunia, tetapi di dalam kehidupannya sehari-hari, nenek Debby sering melakukan perbuatan baik seperti berdana, melaksanakan sila dan bermeditasi sehingga umur yang ditetapkan oleh Janaka Karma selama 70 tahun bertambah 20 tahun.
3. Upapilaka Kamma
Karma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Kamma ini memperlemah kekuatan Janaka Kamma (kamma pelemah), yaitu:
• Upapilaka Karma yang menekan Janaka Karma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
• Upapilaka Karma yang menekan Janaka Karma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
• Upapilaka Karma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Karma.
Misalnya: Budi seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namun dalam kesehariannya, ia sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan keringanan hukuman menjadi 7 tahun saja.
4. Upaghataka Kamma
Karma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi. Misalnya: Taufik adalah seorang pemain bulutangkis. Ia sering menjadi juara dalam beberapa pertandingan dan bulutangkis adalah karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil, tiba-tiba ia menabrak truk yang ada di depannya. Akibatnya tangan kiri Taufik menjadi patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya menjadi hancur.
C. Karma Menurut Kekuatan
Terdapat empat jenis Kamma berdasarkan sifat dari akibat yang dihasilkan, yaitu:
1. Garuka Kamma
Karma berat yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya.
Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis, yaitu:
• Akusala Garuka Kamma adalah perbuatan buruk/jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Karma (perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Karma (lima perbuatan durhaka, yaitu: membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Hyang Buddha dan memecah-belah Sangha).
Akibat dari melakukan Akusala Garuka Karma adalah tumimbal-lahir ke alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu: alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).
Akusala Garuka Karma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat dirasakan di kehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129. Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka Avici. Contoh lain adalah Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.
• Kusala Garuka Kamma adalah perbuatan baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir di alam Dewa Brahma.
Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma itu, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (karma membantu).
2. Asanna Kamma adalah kusala karma (perbuatan baik) dan akusala karma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan batin. Dengan batin misalnya; memikirkan, merasakan, mengingat-ingat semua perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan, atau memikirkan kebaikan atau kejahatan terhadap makhluk lain. Karma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang, jika tidak ada kekuatan karma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.
Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.
3. Acinna Kamma atau Bahula Karma adalah Karma Kebiasaan, yaitu: perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Bila seseorang belum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat Asanna Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Karma Kebiasaan (Acinna Kamma) yaitu: perbuatan-perbuatan yang merupakan kebiasaan seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.
Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
4. Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pernah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses apabila ketiga karma di atas tidak pernah dilakukan. Kattata kamma misalnya tanpa sadar menggaruk kepala walaupun kepala tidak gatal.
4 Macam Karma
Mengenai ajaran karma, uraian yang jelas dapat ditemukan dalam Tipitaka. Dalam Kukkurovada Sutta dari Majjhima Nikaya, Sang Buddha telah menguraikan ajaran karma kepada dua orang petapa yang datang bertanya kepada Beliau. Uraian yang sama dapat juga ditemukan dalam Catukkanipata dari Angutara Nikaya. Menurut dua sumber tersebut di atas, Sang Buddha secara tegas telah menggolongkan karma atau perbuatan menjadi empat macam dalam hubungan dengan sifat dan akibat–akibatnya:
“Para bhikkhu, empat macam karma yang telah Ku pahami dengan kebijaksanaan sendiri dan selanjutnya kuajarkan kepada dunia. Apakah empat macam karma itu? Empat macam karma itu adalah: Karma hitam yang berakibat hitam; karma putih yang berakibat putih; karma hitam dan putih yang berakibat hitam dan putih; dan karma bukan hitam maupun putih yang berakibat bukan hitam maupun putih serta membawa pengakhiran karma”. (Anguttara Nikaya, Catukkanipata 232–238 )
Mengenai karma yang mempunyai salah satu dari tiga kondisi ini sebagai sebab, Sang Buddha menyatakan: “O para bhikkhu, bilamana perbuatan–perbuatan seseorang dilakukan karena keserakahan…, dilakukan karena kebencian…, dilakukan karena kebodohan, timbul dari kebodohan, didasari oleh kebodohan, berasal dari kebodohan, maka dimanapun ia akan dilahirkan, disanalah perbuatan–perbuatannya menjadi masak; dan di manapun mereka masak; disanalah ia akan mengalami akibat dari perbuatan perbuatannya itu, apakah dalam hidup sekarang, atau dalam beberapa kehidupan berikutnya”. (Anguttara Nikaya, Tikanipata 171)
Kejahatan Ringan Berakibat Fatal
“Orang macam apakah O para bhikkhu, yang hanya dengan melakukan kejahatan ringan akan berakibat menyeretnya ke neraka ? O para bhikkhu, bilamana seseorang tidak terlatih silanya, tidak terlatih konsentrasinya, tidak terlatih kebijaksanaannya, rendah dan terbatas kemampuannya dalam hal kebajikan, maka sekalipun ia hanya melakukan kejahatan ringan, maka perbuatan tersebut akan dapat menyeretnya ke neraka”. (Anguttara Nikaya Tikanipata 321)
Perbuatan Tanpa Disertai Tiga Racun
Tiga racun adalah: keserakahan, kebencian dan kebodohan. Mengenai karma yang disebabkan oleh tiga kondisi ini, Sang Buddha bersabda: “O para bhikkhu, bilamana perbuatan perbuatan seseorang dilakukan tanpa keserakahan… dilakukan tanpa kebencian… dilakukan tanpa kebodohan, tidak berasal dari kebodohan, karena kebodohan telah lenyap, maka perbuatan perbuatan tersebut ditinggalkan, dijadikan seperti tonggak pohon kelapa, dan menjadi mandul serta tidak dapat tumbuh lagi di masa yang akan datang”. (Anguttara Nikaya, Tikanipata 172)
Para bhikkhu bilamana perbuatan perbuatan seseorang dilakukan dengan tanpa keserakahan (alobha)… dengan tanpa kebencian (adosa) … dengan tanpa kebodohan (amoha), lahir dari amoha, disebabkan oleh amoha, berasal dari amoha, maka perbuatan itu adalah bermanfaat (kusala), mengakibatkan kebahagiaan, mengarah pada pengakhiran perbuatan selanjutnya dan bukan mengarah pada timbulnya perbuatan perbuatan baru. (Anguttara Nikaya, Tikanipata 388–339)
KARMA SUTRA
Sutra ini merupakan salah satu ajaran Hyang Buddha yang menerangkan tentang hukum karma. Tentang sebab musabab semua perbuatan kita yang berlaku, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang di dalam kehidupan kita masing-masing.
Ketika Hyang Buddha berada di kota Rajagaha, 1.250 orang Arahat datang berkumpul bersama para makhluk lainnya. Pertemuan para Arahat tersebut di namakan Caturangasannipata. Mereka berkumpul di Veluvanarama (Vihara Hutan Bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat Purnama-sidhi di bulan Magha. Waktu itu Yang Mulia Ananda datang mendekati Hyang Bhagava, Ia memberi hormat dengan beranjali dan mengelilingi Hyang Buddha tiga kali (berpradaksina). Setelah memberi hormat, Ia dengan sopan duduk di satu sisi, kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Hyang Bhagava:
“Guru, mengapa semua makhluk yang dilahirkan selalu dicengkram oleh dukkha (derita) seperti lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (ketidaktahuan), tidak menghormati Buddha Dharma, tidak berbakti kepada orang-tua, tidak bermoral, tidak menjalankan Sila”. Generasi ini menjadi kacau seperti benang kusut, rumput munja dan gelabah, sehingga tidak dapat terbebas dari apaya (alam neraka), duggati (alam binatang), vinipata (alam keruntuhan) dan samsara (lingkaran tumimbal lahir).
Banyak di antara makhluk itu terlahir tuli, buta, bisu, idiot, cacat dan lainnya, saling bersaing, saling merugikan, saling memusuhi, saling membenci, saling membunuh, saling berbuat jahat dan tidak adil. Bagaimana kita dapat mengerti rahasia Kesunyataan (Hukum Realita) apa yang tersembunyi di balik kenyataan hidup ini. Dan apakah akibat buruk dari setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia?
Semoga Guru berkenan menjelaskan kepada kami sebab-musabab dari semua perbedaan-perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya keragu¬raguan terhadap keadilan dan kebenaran?”
Hyang Buddha Bersabda: “Ananda, perhatikan dengan baik, Aku akan menerangkan tentang Hukum Karma. Sebenarnya, segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan ini dikarenakan akibat dari karma lampau yang berbuah, yang diwariskan dari perbuatan pada kehidupan yang lampau. Karma-lah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam alam kehidupan ini: ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang bahagia, ada yang menderita, ada yang sempurna, ada yang cacat, ada yang dipuji dan ada yang terhina”.
Kemudian Hyang Bhagava melanjutkan dengan mengucapkan syair di bawah ini:
“Segala sesuatu sudah ditentukan oleh karma lampau. Percaya dan tekun mengamalkan Sutra ini akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan yang tiada taranya”.
O, para bhikkhu, Aku akan membuat syair contoh untukmu, karena dengan contoh maka orang-orang pintar akan dapat mengerti makna dari apa yang dikatakan.
Membangun vihara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membangun vihara” membuat ia mendapat kedudukan terhormat (tinggi).
Membangun jalan dan jembatan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat. akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya; akibat dari “membangun jalan dan jembatan” membuat ia dapat keselamatan dalam perjalanan serta memiliki kendaraan yang bagus.
Berdana jubah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi jubah untuk bhikkhu” membuat Ia memiliki cukup sandang serta berpakaian bagus.
Berdana makanan dan minuman, O bhikkhu. menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi makan dan minuman untuk orang miskin” membuat ia kaya.
Kikir dan tidak mau berdana, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang; atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “kikir dan tidak mau berdana” membuat ia miskin.
Berdana untuk bhikkhu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi untuk keperluan bhikkhu” membuat Ia memiliki rumah mewah.
Membangun sekolah dan rumah sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membangun sekolah dan rumah sakit” membuat la hidup sukses dan bahagia.
Memuja Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memuja Hyang Buddha dengan bunga” membuat ia memiliki wajah yang rupawan.
Tekun membaca paritta (sutra/mantra) dan melaksanakan Sila, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, Akibat dari “tekun membaca paritta (sutra/mantra) dan melaksanakan Sila” membuat Ia cerdas dan bijaksana.
Membabarkan Dharma, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyebarkan Dharma dalam Dharmasala” membuat ia mendapatkan isteri yang cantik dan berbudi.
Menghias altar, O bhikkhu. Menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghias altar Hyang Buddha dengan macam-macam dekorasi, hiasan yang bagus dan pantas” membuat Ia sukses dalam perkawinan.
Menolong orang sebatang kara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghormati dan menolong orang sebatang kara” membuat Ia memiliki orang-tua yang baik.
Bergossip, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “sering menceritakan orang lain” membuat ia ditinggalkan oleh kawan-kawannya.
Berkata kasar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berkata kasar” membuat ia sering menerima kata-kata yang tidak menyenangkan.
Mengobrol kosong, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mengobrol kosong” membuat ia tidak dapat berbicara dengan jelas.
Berburu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berburu binatang” membuat ia menjadi yatim-piatu.
Membunuh makhluk hidup, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membunuh makhluk hidup” membuat Ia pendek umur.
Mencuri, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mengambil barang milik orang lain” membuat Ia akan kehilangan barang-barangnya.
Berzina, O bhikkhu, menganjurkan. melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “melakukan hubungan seks yang tidak diperkenankan” membuat Ia dimusuhi lingkungannya.
Berdusta, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdusta” membuat Ia sering mendapat tuduhan palsu.
Melepas binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membebaskan binatang yang tertangkap orang” membuat ia memiliki anak yang sukses.
Merusak lingkungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya; akibat dari “merusak hutan, tanaman, tumbuhan bunga” membuat ia tidak mempunyai keturunan.
Memperkosa, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang. atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memperkosa anak isteri orang lain” membuat Ia hidup sengsara dan kesepian.
Meniup Lilin altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak mengenal rasa hormat dan dengan sengaja meniup lilin atau lampu altar Hyang Buddha” membuat mulutnya menjadi cacat.
Menghina suami, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghina dan memukul suami” membuat Ia menjadi janda.
Menolong hidup makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyelamatkan nyawa makhluk lain” membuat ia panjang umur dan bahagia.
Lupa budi, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “melupakan budi dan jasa orang lain” membuat Ia menjadi budak (kuli).
Menyeleweng, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyeleweng dengan isteri atau suami orang” membuat ia hidup kesepian.
Menyesatkan orang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyesatkan orang dengan bacaan porno” membuat matanya jadi buta.
Berdana minyak lampu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdana minyak lampu untuk altar Hyang Buddha” membuat Ia dikaruniai mata yang indah dan terang.
Mencaci orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “mencaci maki orang tua” membuat Ia menjadi bisu dan tuli.
Memukul orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memukul orang tua” membuat tangannya cacat.
Menodong dan merampok, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya. akibat dari “menodong dan merampok” membuat Ia berkaki cacat.
Menertawakan siswa Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari menertawakan siswa Hyang Buddha dan tidak menghormati Buddha Dharma” membuat punggungnya bongkok.
Tidak membayar hutang, O bhikkhu. menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak membayar hutang” membuat Ia terlahir kembali menjadi kerbau atau kuda.
Menipu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menipu dan mencelakakan orang lain”, membuat Ia terlahir kembali menjadi babi atau anjing.
Berbuat kejam dan sadis, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berbuat kejam dan sadis” membuat Ia hidup lama di penjara.
Menolong orang sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke surga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memberi obat menolong orang sakit atau luka” membuat Ia selalu sehat.
Meracuni makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “meracuni makhluk lain” membuat Ia mati keracunan.
Memfitnah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memfitnah dan mengadu domba” membuat ia muntah darah.
Minum minuman keras, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “minum minuman keras” membuat Ia mabuk, ketagihan dan tidak dihormati orang.
Membuat makhluk lain mati kelaparan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “membuat makhluk lain mati kelaparan” membuat ia mati kelaparan.
Menghina orang miskin, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menghina orang miskin” membuat ia berbadan cebol dan jelek.
Tidak setia, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “tidak setia dan berkhianat” membuat ia hidup sengsara dan menyedihkan.
Mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya akibat dari “mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian” membuat ia menjadi tuli.
Menyiksa binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menyiksa binatang” membuat badannya korengan dan bisulan
Sumpah palsu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “sumpah palsu” membuat ia mati disambar geledek, petir atau api.
Iri hati, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “iri hati dan cemburu akan sukses dan kebahagiaan orang lain” membuat ia kesepian, bau busuk dan korengan.
Memuja Hyang Buddha dengan daging, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “memuja Hyang Buddha dengan daging” membuat ia menderita penyakit kulit.
Berdagang dengan tidak jujur, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berdagang dengan tidak jujur” membuat Ia menderita penyakit korengan.
Berburu dengan tali atau jala, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “berburu binatang dengan tali atau jala” membuat Ia mati tergantung.
Bermusuhan, benci dan dendam, O bhikku, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “bermusuhan, benci dan dendam” membuat ia mati digigit binatang (Jelmaan dari musuhnya).
Menggugurkan kandungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari “menggugurkan kandungan” membuat Ia tidak dapat melahirkan.
“Bagi orang yang mencatat dan mencetak Sutra ini, kehidupannya akan berhasil dan dihormati.
Bagi orang yang menyimpan Sutra ini akan terlindung dari malapetaka”.
Bagi orang yang mengkhotbahkan ajaran Dharma ini, dalam kehidupannya akan berhasil dan bertambah kebijaksanaannya. Bagi orang yang membacakan Sutra ini kepada orang lain, akan dihormati dan dicintai orang banyak. Bagi orang yang menyebarluaskan Sutra ini, akan menjadi maju dan jaya”.
Apa pun yang kita lakukan akan kembali kepada kita, jadi terimalah segala pahala maupun pembalasan terhadap diri kita. Jangan mengira kejahatan yang kita lakukan tidak akan ada akibatnya, akan terbukti dan di alami sendiri dalam kehidupan ini atau kehidupan mendatang.
Kalau tidak percaya berkah dari melaksanakan Buddha-Dharma, lihatlah kebahagiaan yang dinikmati oleh para siswa Hyang Buddha.
Karma kehidupan lalu menentukan pahala kehidupan sekarang. Karma kehidupan sekarang akan menentukan kehidupan mendatang.
Bagi orang yang tidak percaya pada ajaran Karma, akan jatuh terlahir di alam rendah. Bagi orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Dharma ini, akan terlahir di alam-alam surga.
Jika karma tidak berakibat, mengapa Bhikkhu Moggallana bertekad menolong ibunya dari penderitaan neraka? “Begitulah Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah umur pendek karena suatu sebab tertentu ‘?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.
Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab umur pendek itu?”. Engkau harus menjawab: “Membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul dan membunuh, tanpa mempunyai rasa kasihan kepada makhluk hidup adalah sebab umur pendek. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninnya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia akan bertumimbal-lahir, maka umurnya akan pendek”.
“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah menderita banyak penyakit karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.
Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab menderita banyak penyakit itu?” Engkau harus menjawab: “Menyakiti makhluk lain dengan menggunakan tinju, batu, tongkat atau senjata, gembira melihat makhluk lain menderita adalah sebab dari menderita banyak penyakit. Orang yang melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia bertumimbal-lahir, Ia akan menderita banyak penyakit”.
“Ananda. bila engkau ditanya: “Apakah rupa buruk karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”.
Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab rupa buruk itu?”. Engkau harus menjawab: “Cepat marah, lekas naik darah, untuk hal kecil saja yang diceritakan kepadanya, Ia sudah menjadi murka, marah berkeras kepala, memperlihatkan kegusarannya, kebenciannya dan kecurigaannya adalah sebab dari rupa buruk. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja la akan bertumimbal-lahir, Ia akan mempunyai rupa yang buruk.
“Ananda, bila engkau ditanya: “Apakah mempunyai wibawa/pengaruh sedikit sekali karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya”. Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali itu ?”. Engkau harus menjawab: “Iri hati, penuh rasa dengki dan benci, mengiri kalau orang menerima hadiah, diberi tempat menginap, penghargaan, penghormatan, dimuliakan, dan diberi persembahan dengan sopan santun adalah sebab dari mempunyai pengaruh sedikit sekali. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, ia akan mempunyai pengaruh yang sedikit”.
“Ananda. bila engkau ditanya: “Apakah menjadi miskin karena suatu sebab tertentu?” Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab miskin itu?”. Engkau harus menjawab: “Tak pernah memberikan makanan, minuman, jubah, pengangkutan, bunga, wangi-wangian, obat-obatan, tempat menginap, tempat tinggal, lampu dan sebagainya kepada bhikkhu dan pandita adalah sebab menjadi miskin. Orang yang tidak pernah melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninva hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali sebagai manusia, di mana saja ia akan bertumimbal-lahir, Ia akan menjadi orang miskin”.
“Ananda apabila engkau ditanya: “Apakah orang menjadi rendah karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab orang menjadi rendah itu?” Engkau harus menjawab: “Tinggi hati dan penuh kesombongan, tak mau menghormat kepada orang yang patut dihormati, tak mau berdiri untuk siapa Ia patut berdiri, tak memberi tempat duduk kepada yang patut diberi tempa duduk, tak memberi kamar kepada yang patut diberi kamar, tidak menjamu kepada yg patut dijamu, tak memberi hormat dan penghargaan kepada yang patut diberi hormat dan penghargaan, dan juga tak memberikan persembahan kepada yang patut diberi persembahan adalah sebab menjadi orang rendah. Orang yang tidak pernah melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali menjadi manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, akan dilahirkan sebagai orang rendah”.
“Ananda bila engkau ditanya: “Apakah orang menjadi dungu karena suatu sebab tertentu?”. Engkau harus menjawab: “Ya.” Dan tentang pertanyaan: “Apakah sebab orang menjadi dungu itu?” Engkai harus menjawab: “Tak mengunjungi para bhikkhu dan menanyakan kepada mereka: “Apakah yang dimaksud dengan karma baik, Guru? Apakah yang dimaksud dengan karma tidak baik ‘? Apa yang tercela? Apa yang terpuji? Apa yang patut dilakukan? Apa yang tidak patut dilakukan? Perbuatan apakah yang dapat mengakibatkan celaka dan penderitaan untuk waktu yang lama? Perbuatan mana yang dapat membawa berkah dan kebahagiaaan untuk waktu yang lama?” adalah sebab menjadi orang dungu. Orang yang tidak melakukan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila Ia dilahirkan kembali menjadi manusia, di mana saja Ia akan bertumimbal-lahir, akan dilahirkan sebagai orang dungu”.
“Ananda, pemilik dari perbuatan adalah makhluk, Ia adalah ahli-waris dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya pula yang menjadi pelindungnya. Perbuatan apa pun yang Ia lakukan baik atau buruk, Ia juga kelak yang menjadi ahli-warisnya.
Terdapat orang yang gemar membunuh makhluk hidup, mengambil milik orang lain, melakukan perbuatan asusila dengan wanita; berbicara yang tidak benar, sering menggosip orang lain, menggunakan kata-kata kasar, suka mengobrol kosong; tamak, berhati kejam dan mengikuti pandangan yang keliru. Ia terikat erat-erat kepada perbuatannya yang dilakukan dengan jasmani, ucapan atau pikiran. Dengan sembunyi-sembunyi Ia melakukan perbuatan-perbuatan, mengucapkan kata-kata dan memikirkan sesuatu: dan sembunyi-sembunyi pula cara dan tujuannya. Tetapi Aku katakan kepadamu: “Bagaimana tersembunyinya pun cara dan tujuannya, orang itu pasti akan menerima salah satu dari kedua akibat ini, yaitu siksaan dari neraka atau terlahir sebagai binatang yang merangkak”.
Demikianlah tumimbal-lahir dari makhluk-makhluk: “Sesuai dengan karmanya, mereka akan bertumimbal-lahir dan dalam tumimbal-lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri”. Karena itu, Aku menyatakan: “Pemilik dan ahli-waris perbuatan adalah makhluk, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya. Perbuatan apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang menjadi ahli-warisnya. Perbuatanlah yang membuat manusia menjadi mulia dan rendah, kaya dan miskin, bahagia dan menderita”.
Setelah membabarkan Ajaran Karma kepada Ananda dan para Arahat, lalu Hyang Bhagava menambahkan: “Contoh yang telah Aku berikan hanya sebanyak setetes air dibandingkan contoh yang belum diberikan sebanyak air yang ada di sungai Gangga.” Kemudian Hyang Bhagava mengucapkan Ovada Patimokkha:
“Jangan berbuat kejahatan. Perbanyaklah perbuatan baik, Sucikan hati dan pikiranmu. ltulah Ajaran semua Buddha”. Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik.
Hyang Buddha bersabda:
“Nibbanalah yang tertinggi dari semuanya
Mereka bukanlah pertapa jika masih menindas orang lain,
Mereka bukan pula pertapa yang masih menyebabkan kesusahan orang lain.
Tidak menghina, tidak melukai,
Mengendalikan diri sesuai dengan tata tertib,
Makan secukupnya,
Senang hidup menyepi,
Dan senantiasa berpikir luhur.
Itulah Ajaran semua Buddha”.
Kemudian Yang Mulia Ananda berkata: “Pada generasi yang kacau-balau ini, banyak manusia yang telah mengisi kehidupannya dengan perbuatan-perbuatan jahat dikarenakan ketidak-tahuan mereka akan ajaran dan Hukum Karma. Kami sangat senang dan gembira, Guru. Dengan panjang lebar dan penuh cinta kasih Guru telah menguraikan Dharma, menjelaskannya bagai orang yang menegakkan kembali apa yang roboh, atau memperlihatkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau membawa lampu di waktu gelap gulita, sambil berkata: itu Siapa yang punya mata, silakan melihat”.
Demikianlah Dharma telah dibabarkan oleh Guru dalam berbagai cara, dan kami berjanji untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma mulai hari ini sampai akhir hayat kami. Begitu mulianya Dharma ini, sehingga bagi siapa saja yang menulis, membaca, mencetak, menyebarluaskan sutra ini, atau digunakan untuk memuja para Buddha, akan di anugerahi dengan kebahagiaan dan kesuksesan besar, dan kelak nanti setelah meninggal akan terlahir bahagia di Buddha-loka tempat para siswa Buddha bersemayam”.
Setelah Ananda berkata demikian, para Arahat, para bhikkhu, para upasaka, para dewa, para asura, para gandhaba, para makhluk halus lainnya menjadi gembira hatinya dengan kata-kata Hyang Bhagava. Mereka berjanji akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma ini. *****
145种的因缘果报(145 Macam Sebab dan Akibat Pembalasan):
《佛说善恶因果经》简译 (Terjemahan singkat “Sutra Tentang Sebab Akibat Dari Perbuatan Baik dan Buruk”)
佛在祇树给孤独园时,阿难请问八吐命运为何千差万别?佛告诉阿难:都是由于前世用心不同,例如:
Pada suatu hari saat Bhagavan Buddha berdiam di Anatapindika Jetavana Arama, pada waktu itu Ananda bertanya: Mengapa nasib/akibat karma setiap manusia berbeda? Bhagavan Buddha memberitahu Ananda: itu disebabkan perbuatan dan niat kehendak yang berbeda dari kehidupan masa lampau, misalnya:
1.前世忍辱,今生相貌端正。
Bila di kehidupan lampau dapat menahan/tabah dengan segala macam penderitaan, maka di kehidupan sekarang terlahir dengan wajah rupawan (bagus)
2.前生爱发脾气,今生长相丑陋。
Bila di kehidupan lampau suka marah-marah, maka di kehidupan sekarang akan terlahir dengan wajah yang buruk (jelek).
3.前世贪心又吝舍,今生贫穷。
Bila di kehidupan lampau serakah dan kikir, maka di kehidupan sekarang terlahir miskin dan susah.
4.前生礼敬三宝,今生高官显要。
Bila di kehidupan lampau memberikan penghormatan (respek) pada Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha), maka di kehidupan sekarang menjadi makmur dan sejahtera.
5.前世骄傲轻视人,今生出身下贱。
Bila di kehidupan lampau sombong dan suka memandang rendah orang lain, maka di kehidupan sekarang terlahir rendah (miskin) dan susah.
6.前世对人恭敬,今生身形高大。
Bila di kehidupan lampau menaruh hormat (respek) pada orang lain, maka di kehidupan sekarang terlahir dengan tubuh tinggi besar.
7.前生轻视正法,今生身材短小。
Bila di kehidupan lampau meremehkan Dharma yang benar, maka akan terlahir dengan dengan tubuh kecil dan pendek.
8.今生凶狠不认错,前世是羊。
Bila di kehidupan sekarang memiliki sifat yang galak dan tidak mau mengakui kesalahan, maka di kehidupan lampaunya adalah seekor kambing.
9.今生红眼睛,前世吝惜火光明。
Bila di kehidupan sekarang terlahir dengan mata merah, karena di kehidupan lampaunya kikir akan cahaya. (tidak mau berdana penerangan)
10.今生眼小如麻雀,前世缝鹰鸟眼。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki mata yang kecil bagai burung gereja, karena pada kehidupan lampaunya menjahit mata burung.
11.今生哑吧,前世毁谤正法。
Bila pada kehiduapan sekarang terlahir bisu, karena di kehidupan lampau memfitnah Dharma yang benar.
12.今生耳聋,前世不喜欢听正法。
Bila di kehidupan sekarang terlahir bisu, karena pada kehidupan lampau tidak suka mendengarkan Dharma yang benar.
13.今生缺齿,前世爱啃骨肉。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir dengan gigi yang rusak dan ompong, karena pada kehidupan lampau suka menggerogoti tulang-tulang dan daging.
14.今生鼻塞,前世燃不好香供佛。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir dengan penyakit gangguan hidung, karena pada kehidupan lampau tidak membakar dupa yang baik untuk Buddha.
15.今生兔唇,前世爱钓鱼。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir dengan bibir pecah bagai kelinci, karena pada kehidupan lampau suka memancing ikan.
16.今生皮肤黑,前世佛像安在屋檐下烟薰处。
Bila pada kehidupan sekarang tubuh kulitnya hitam, karena pada kehidupan lampau suka meletakkan arca Buddha dekat tempat asap di bawah atap.
17.今生手脚残废,前世看到师长不肯起立致敬。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir cacat kaki dan tangan, karena pada kehidupan lampau tidak menaruh hormat (respek) pada guru dan senior.
18.今生驼背,前世衣衫单薄背对佛像。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir bongkok, karena pada kehidupan lampau mengenakan pakaian seadanya (tidak sopan) membelakangi arca Buddha.
19.今生脖子短,前世看到尊长缩头走避。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki leher yang pendek, karena pada kehidupan lampau pada waktu melihat senior mengelak dan menghindar.
20.今生有心痛病,前世砍刺众生身体。
Bila pada kelahiran sekarang menderita sakit pada hati, karena pada kehidupan lampau suka membacok dan menusuk tubuh para makhluk .
21.今生常咳嗽,前世冬天给人冰冷食物。
Bila pada kehidupan sekarang sering menderita batuk, karena pada kehidupan lampau memberikan makanan dingin pada orang lain pada saat musim dingin.
22.今生没有儿女,前世杀雏鸟。
Bila pada kehidupan sekarang tidak memiliki putra dan putri, karena pada kehidupan lampau suka membunuh ayam dan burung.
23.今生多子多孙,前世喜欢救养生物命。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki banyak anak dan cucu, karena pada kehidupan lampau suka menolong dan merawat makhluk hidup.
24.今生长寿,前世慈心不杀生。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki umur panjang, karena pada kehidupan lampau memiliki cinta kasih tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup.
25.今生短命,前世好杀生。
Bila pada kehidupan sekarang berumur pendek, karena pada kehidupan lampau suka membunuh makhluk hidup.
26.今生大富,前世好布施。
Bila pada kehidupan sekarang menjadi kaya raya, karena pada kehidupan lampau suka berdana.
27.今生聪明,前世喜欢诵经求学问。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir pintar dan cerdas, karena pada kehidupan lampau suka membaca sutra dan belajar.
28.今生愚笨,前世为畜生。
Bila pada kehidupan sekarang terlahir bodoh, karena pada kehidupan lampau menjadi binatang.
29.今生急躁,前世为猴子。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki temperamen yang tidak sabar, karena pada kehidupan lampau menjadi kera/monyet.
30.今生有恶疾,前世破坏三宝。
Bila pada kehidupan sekarang banyak menderita sakit berat, karena pada kehidupan lampau suka merusak/menfitnah Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha).
31.今生手脚不随,前世捆绑众生手脚。
Bila pada kehidupan sekarang kaki dan tangan terasa tidak baik dan tidak sehat, karena pada kehidupan lampau suka mengikat kaki dan tangan makhluk hidup.
32.今生个性恶毒,前世是蛇蝎。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki sifat jahat, karena kehidupan lampau terlahir sebagai ular atau kalajengking.
33.今生身相端正,前世持戒。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki tubuh yang baik dan anggun, karena kehidupan lampau hidup melaksanakan sila (pengendalian)
34.今生六根不完全,前世破戒。
Bila pada kehidupan sekarang enam inderanya tidak sempurna, karena pada kehidupan lampau sering melanggar sila.
35.今生不爱干净,前世为猪。
Bila pada kehidupan sekarang tidak suka kebersihan, karena kelahiran lampaunya menjadi babi.
36.今生喜爱歌舞,前世为歌伎。
Bila pada kehidupan sekarang suka menyanyi dan menari, karena kehidupan lampaunya sebagai penyanyi atau penghibur.
37.今生多贪心,前世为狗。
Bila pada kehidupan sekarang begitu serakah, karena kehidupan lampau menjadi anjing.
38.今生脖子长瘤,前世独食。
Bila pada kehidupan sekarang menderita tumor pada leher, karena kehidupan lampau suka makan sendiri.
39.今生常口臭,前世爱恶口骂人。
Bila pada kehidupan sekarang mulutnya mengeluarkan bau yang tidak sedap (bau busuk), karena pada kehidupan lampau suka mencaci maki orang lain.
40.今生舌短,前世暗中骂尊长。
Bila pada kehidupan sekarang memiliki lidah yang pendek, karena kehidupan pada lampau suka mencaci maki senior di belakangnya (tanpa diketahui orangnya).
41.喜淫他人妇女,死堕鹅鸭。
Bila suka mengganggu dan berzina pada wanita lain, akan terlahir sebagai angsa atau itik/bebek.
42.喜淫九族亲人,死堕雀鸟。
Bila suka berzina terhadap sembilan kelompok keluarga/family sendiri, setelah mati terlahir jadi burung merak.
43.吝惜经书,藏匿智慧不教别人,死作土木中虫。
Kikir pada kitab suci, tidak mau meminjamkan pada orang lain dan tidak mengajarkan kebijaksanaan kepada orang lain, akan terlahir sebagai ulat kayu.
44.喜好骑马射箭,死后转蛮荒地方。
Suka menunggang kuda dan memanah akan terlahir di tempat yang gersang dan tertinggal.
45.爱好打猎杀生,死堕豺狼。
Suka berburu dan membunuh, akan terlahir sebagai harimau atau srigala.
46.喜欢穿彩色衣服,死作斑驳鸟。
Suka mengenakan pakaian warna-warni, akan terlahir sebagai unggas/burung-burung.
47.喜欢学人语调,死作鹦鹉。
Suka mengikuti nada bahasa orang lain (mengejek), akan terlahir sebagai burung kakak-tua.
48.喜欢宣扬别人坏事,死堕蟒蛇。
Suka menceritakan/menyebarkan keburukan orang lain, maka akan terlahir sebagai ular kobar.
49.蛮横恼害别人,死作懊恼虫。
Dengan kasar mencelakakan dan menfitnah orang lain, akan terlahir sebagai ulat.
50.喜欢流传恶作剧信息,死作鸱枭鸟。
Suka menyiarkan berita-berita buruk, akan terlahir sebagai burung.
51.常咒别人遭殃横祸,死作野狐。
Suka menyumpahi agar orang lain kena celaka, maka akan terlahir sebagai binatang rase liar.
52.喜欢惊吓人,死作蝩鹿虫。
Suka mengagetkan orang lain, akan terlahir sebagai binatang serangga.
53.前生控制人粮食,今生作啄木虫。
Di kehidupan lalu suka mengusai makanan orang lain, sekarang terlahir sebagai burung pematuk kayu.
54.盗用僧水,来生作水中鱼鳖。
Mencuri air milik bhiksu (Sangha), kelak terlahir sebagai binatang penyu laut.
55.污染众僧地,来生作屏中虫。
Mengotori lantai tempat kediaman para bhiksu, akan terlahir sebagai kutu serangga.
56.盗僧果子,来生作食泥土虫。
Mencuri buah-buah makanan para bhiksu (Sangha), akan terlahir sebagai cacing tanah.
57.前生偷僧物,今世作牛驴。
Di kehidupan lalu mencuri barang-barang milik bhiksu (Sangha), maka terlahir sebagai lembu atau keledai.
58.向僧人强借贷,来生作白鸽。
Memaksa pinjam barang pada bhiksu (Sangha), akan terlahir sebagai burung merpati.
59.辱骂众僧,来生作牛身上虫。
Mencaci maki para bhiksu (Sangha), maka akan terlahir sebagai kutu sapi.
60.吃众僧菜,来生作野菜虫。
Memakan makanan sayur para bhiksu (Sangha), akan terlahir sebagai kutu sayur.
61.拿用僧杂物,来生作飞蛾。
Menggunakan dan mengambil barang-barang milik bhiksu (Sangha) akan terlahir sebagai kutu terbang (laron).
62.浓妆艳抹抽菸入寺,来生作丑嘴鸟。
Berdandan medok dan merokok masuk ke vihara akan terlahir sebagai burung dengan paruh yang jelek/buruk.
63.夫妇在寺中共宿,来生作青头台虫。
Suami-istri tinggal bersama di dalam vihara (tidur bersama), pada kelahiran berikutnya akan terlahir sebagai kutu serangga berkepala hijau.
64.坐佛塔,来生为骆驼。
Duduk di atas pagoda (candi) Buddha, akan terlahir sebagai binatang unta.
65.穿鞋入寺,来生作虾蟆。
Memakai sepatu/sandal masuk vihara (altar), di kehidupan berikutnya akan terlahir sebagai binatang kodok bangkong.
66.听经时乱讲话,来生作百舌鸟。
Waktu mendengarkan ceramah sutra, tetapi tidak mendengarkan malah berbicara/ngobrol, maka di kehidupan berikutnya akan terlahir sebagai burung banyak celoteh.
67.污僧尼净行,死堕铁窟地狱,百万刀轮,斩截身体。佛告诉阿难,到寺庙有两种心,一种善心,另一种恶心。
Menodai kesucian bhiksu-bhiksuni, akan terlahir di neraka dan tersiksa. Bhagavan Buddha memberitahu Ananda: orang-orang yang datang ke vihara terdapat dua macam niat. Yang pertama dengan niat dan hati yang saleh. Sedangkan yang kedua dengan hati dan tujuan tidak baik.
68.若到寺中,礼佛敬僧,请问经义,受戒忏悔,供养三宝,不惜身命,护持大法,就是最上善人。
Jika datang ke vihara, menghormati pada Buddha dan anggota sangha bertanya tentang makna sutra, menerima sila, bertobat, mendukung Triratna, tidak takut berkorban, membantu pengembangan Maha Dharma, itulah orang saleh utama.
69.若到寺中,只向众憎要东西,强求借贷,或是找众僧缺失,存心破坏憎誉,或白吃僧物,毫无羞愧心,甚至将寺中饼果菜肴,私自带回家用,此等人死堕铁丸地狱,镬汤、炉炭、刀山、剑树等等地狱,就是最下恶人。
Bila datang ke vihara, hanya minta barang kepada bhiksu, memaksa untuk pinjam barang serta mencari-cari kesalahan para bhiksu. Berniat jahat untuk merusak nama baik bhiksu, memakan makanan para bhiksu, tidak ada rasa malu, bahkan membawa pulang makanan dan buah-buahan dari vihara ke rumah. Orang-orang demikian setelah meninggal dunia akan terlahir di neraka dengan segala macam penderitaannya. Inilah orang-orang yang paling jahat menerima akibatnya.
佛又说: Bhagavan Buddha bersabda lagi:
70.今生抢劫剥人衣服,死堕寒冰地狱,罪毕转生为蚕。
Pada kehidupan sekarang merampas dan merampok pakaian orang lain, setelah meninggal terjatuh di neraka beku yang dingin, masa hukumannya habis dilanjutkan kehidupan selanjutnya menjadi ulat sutra.
71.不喜欢点灯照亮佛经佛像,死堕黑暗地狱。
Tidak suka menyalakan lampu dan penerangan untuk kitab-kitab Buddha dan arca Buddha, setalah meninggal terjatuh di alam neraka yang gelap.
72.今生屠杀斩截众生,死堕刀山剑树地狱。
Di kehidupan sekarang suka membunuh dan membantai para makhluk, setelah meninggal terjatuh di alam neraka gunung pisau dan pohon pedang yang penuh penderitaan dan siksaan.
73.今生喜好打猎杀生,死堕铁锯地狱。
Di kehidupan sekarang suka berburu dan membunuh, setelah meninggal terjatuh di alam neraka gergaji besi.
74.今生行为邪恶,死堕铜柱铁床地狱。
Di kehidupan sekarang sering melakukan perbuatan sesat dan jahat, setelah meninggal dunia terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan bagai tergencet tiang perunggu dan ranjang besi.
75.今生多妻妾,死堕铁磨地狱。
Di kehidupan sekarang banyak istri dan selir, setalah meninggal terjatuh di alam neraka tersiksa dan digencet/dipukul logam besi.
76.今生多丈夫,死堕毒蛇地狱。
Di dalam kehidupan sekarang memiliki banyak suami, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka tersiksa oleh bintang ular berbisa.
77.今生烧烤雏鸡,死堕灰河地狱。
Di dalam kehidupan sekarang suka membakar dan memanggang burung dan ayam, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan dengan siksaan debu sungai.
78.今生杀猪鸡,死堕镬汤地狱。
Di dalam kehidupan sekarang suka membunuh babi dan ayam, setalah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan dengan direbus air menjadi kuah.
79.今生禁闭虐待猪狗,死堕尖石地狱。
Di dalam kehidupan sekarang suka mengurung dan menganiaya babi dan anjing, maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan dengan pukulan batu-batu tajam.
80.今生常喝醉酒,死堕饮铜地狱。
Di dalam kehidupan sekarang suka minum alkohol dan bermabuk-mabukan, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan karena siksaan minum air timah.
81.今生斩截众生,死堕铁轮地狱。
Di dalam kehidupan sekarang sering melakukan pembunuhan dan pembantaian makhluk hidup, maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan karena siksaan roda besi.
82.今生偷僧果子,死堕铁丸地狱。
Di dalam kehidupan sekarang sering melakukan pencurian buah-buahan makanan milik bhiksu (Sangha), maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan karena disiksa menelan biji-biji besi.
83.今生食猪狗肠肉,死堕粪尿地狱。
Di dalam kehidupan sekarang suka makan daging babi dan anjing, maka setelah meninggal akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan karena disiksa dengan kotoran-kotoran.
84.今生卖生鱼,死堕铁犁地狱。
Di dalam kehidupan sekarang menjual ikan hidup, setelah meninggal terlahir di alam neraka yang menderita dengan siksaan alat pembajak tanah.
85.今生继母虐待前母子女,死堕火车地狱。
Di dalam kehidupan sekarang ibu tiri menyiksa anak-anak yang bukan anak kandungnya sendiri (menyiksa anak-anak dari ibu sebelumnya/anak orang lain), setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang menderita dengan siksaan kendaraan api.
86.今生好挑拨是非,死堕铁犁地狱。
Di kehidupan sekarang sering mengadu domba, maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang menderitaan dengan siksaan bajak besi.
87.今生恶口骂人,死堕拔舌地狱。
Di kehidupan sekarang suka mencaci maki orang, akan terlahir di alam neraka yang menderita dicabut lidahnya.
88.今生爱说谎话,死堕铁针地狱。
Di kehidupan sekarang suka berbohong (dusta) akan terlahir di alam neraka dengan siksaan memakan jarum besi.
89.今生杀生祭邪神,死堕铁碓地狱。
Di kehidupan sekarang suka membunuh makhluk hidup untuk upacara memuja dewa sesat, maka setelah meninggal dunia terjatuh ke alam neraka dengan siksaan tubuhnya di pahat besi.
90.今生作地理风水师、丧葬业、算命师,欺骗多收财物,死堕铁铜地狱。无量恶鸟啄食身肉筋骨,受苦无穷。
Di kehidupan sekarang menjadi Guru Feng-shui, Pengurus kematian atau penguburan (peramal yang menentukan hari penguburan/kremasi dan letak posisi peti mati yang bersifat komersial dan cari untung), Peramal Nasib, menipu uang dan harta orang lain, setelah meninggal dunia terlahir di alam neraka yang berbentuk penjara besi dan perunggu. Mengalami penderitaan karena tubuh dan tulang jasmaninya dipatuk burung, menerima penderitaan yang tak terhingga.
91.今生作巫婆欺骗他人财物,死堕肉山地狱。
Di kehidupan sekarang menjadi “dukun” dan menipu harta dan benda orang lain, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang berbentuk gunung daging.
92.今生作巫婆骗人可上天取魂神把人救醒,死堕斩腰地狱。
Di kehidupan sekarang menjadi “dukun” yang menipu orang lain dengan mengatakan dapat pergi ke alam dewa untuk menghidupkan orang mati, maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka dengan penderitaan punggungnya dibacok/ditebas.
93.今生作巫婆教人杀生米其大神,降祸于众生或大地,死堕斩身地狱,铁马啄其眼。
Di kehidupan sekarang menjadi dukun yang mengajarkan orang untuk membunuh makhluk hidup untuk upacara, mendatangkan kutukan bagi makhluk hidup dan alam, maka setelah kematiannya akan terjatuh di alam neraka dengan penderitaan mata terpotong dan matanya terpatok.
94.今生作医生,病治不好又骗病家财物,死堕针炙地狱,全身被火烧。
Di kehidupan sekarang menjadi “dokter”, tak dapat menyembuhkan penyakit pasien malah menipu harta dan uang pasien, maka setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang penuh penderitaan tertusuk jarum dan seluruh tubuhnya terbakar api.
95.今生破塔坏寺,侮辱僧尼,不孝父母,死堕阿鼻大地狱,历经八大地狱和一百三十六小地狱,受苦一至五劫才能出来,若未遇到善知 识识教导很快又堕地狱受苦。
Di kehidupan sekarang merusak vihara dan pagoda, menodai bhiksu-bhiksuni, tidak berbakti kepada orang tua, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam Neraka Avici, merasakan delapan penderitaan neraka besar, 136 penderitaan kecil, menerima penderitaan satu sampai lima kalpa baru bisa keluar. Jikalau tidak menemukan orang bijak yang membimbingnya, maka akan cepat terjatuh kembali ke neraka menerima penderitaannya kembali.
佛说:Bhagavan Buddha bersabda:
96.为人身形高大,污秽,爱发脾气不明理,前生是骆驼。
Lahir sebagai manusia berbadan tinggi, kotor dan suka marah-marah tanpa alasan, di kehidupan lampaunya adalah seekor unta.
97.为人爱走路,不怕险难以满足食欲,前生为马。
Lahir sebagai manusia yang suka berjalan kaki, tidak takut bahaya dan sulit untuk memenuhi keinginan makan (nafsu makan), kelahiran sebelumnya sebagai kuda.
98.为人脚不怕寒热,记忆力很差,前世为牛。
Lahir sebagai manusia tidak takut panas dan dingin, daya ingatannya lemah, kelahiran sebelumnya adalah seekor lembu/sapi.
99.为人自以为是,高声无愧,是非不分,前世为驴。
Lahir sebagai manusia, merasa dirinya hebat, berbicara besar tidak rendah hati, tidak bisa membedakan yang benar dan salah, kehidupan sebelumnya adalah seekor keledai.
100.为人贪好肉食行为大胆,前世为狮子。
Lahir sebagai manusia yang suka makan daging dan jiwanya berani, kehidupan sebelumnya adalah seekor singa.
101.为人身高大眼,受游野外,讨厌妻子,前世为虎。
Lahir sebagai manusia, bermata besar, sering keluar rumah, tidak ada perhatian dengan istri, kehidupan sebelumnya adalah seekor harimau.
102.为人体毛长眼小,喜换住处,前世为鸟。
Lahir sebagai manusia yang berbulu panjang dan bermata kecil, suka menukar tempat tinggal, kelahiran sebelumnya adalah seekor burung.
103.为人性情返复不定,喜杀害虫,前世为野狐。
Terlahir sebagai manusia yang sifatnya tidak menentu dan suka berubah, suka membunuh serangga, kelahiran sebelumnya adalah seekor rase.
104.为人勇健,淫欲少,不爱妻子,前世为狼。
Terlahir sebagai manusia gagah pemberani, nafsu birahinya sedikit, tidak sayang pada istri, kehidupan sebelumnya sebagai serigala.
105.为人不爱好衣服,喜欢乘机捕捉奸淫非法事,小时眼神凶恶易怒,前世为狗。
Terlahir sebagai manusia yang tidak suka berpakaian bagus (rapi) suka menangkap perkara-perkara asusila dan pelanggaran-pelanggaran, waktu masih kecil matanya galak dan suka marah, kelahiran sebelumnya adalah seekor anjing.
106.为人好淫,爱说黄色笑话,前世为鹦鹉。
Terlahir sebagai manusia yang suka mengumbar birahi, suka bicara dan bercanda asusila, kelahiran sebelumnya adalah seekor burung kakak-tua.
107.为人喜欢在大众中,爱说话烦人,前世为鸲鵅。
Terlahir sebagai manusia yang suka di tengah-tengah banyak orang, gemar berbicara banyak dan mengganggu orang, kehidupan sebelumnya adalah seekor burung.
108.为人矮小好淫,见包心迷,常换女伴,前世为雀。
Terlahir sebagai manusia yang bertubuh pendek, suka gonta-ganti pasangan/pacar, kelahiran sebelumnya adalah seekor burung gereja.
109.为人红眼短齿,说话吐口水,睡相缠身,前世为蛇。
Terlahir sebagai manusia yang matanya merah dan giginya pendek (kecil), berbicara mengeluarkan liur, cara tidurnya melingkar, kelahiran sebelumnya adalah ular.
110.为人不辨是非,说话口气嗔毒,前世为木中蠹虫。
Terlahir sebagai manusia yang tidak tahu benar dan salah, nada suaranya penuh kebencian, kelahiran sebelumnya adalah ulat dalam kayu.
111.为人爱独处贪食,晚上睡眠少,前世为狸。
Terlahir sebagai manusia yang suka menyendiri dan rakus, di malam hari sedikit tidurnya, kelahirannya sebelumnya adalah seekor rase.
112.为人爱偷盗,贪财记怨,不分亲疏,前世为鼠。
Terlahir sebagai manusia yang suka mencuri, serakah dan pendendam, tidak bisa membedakan kerabat atau bukan, kelahiran sebelumnya adalah seekor tikus.
113.为人破塔坏寺,隐藏三宝物自己用,死堕阿鼻大地狱,罪毕转生为畜生,像鸽雀、鸳鸯、鹦鹉、青雀、鱼鳖、弥猴、獐鹿等,若得人身,生为阴阳人淫女。
Terlahir sebagai manusia suka menghancurkan pagoda dan merusak vihara, menyembunyikan barang-barang milik Triratna untuk dipergunakan secara sembrono bagai milik sendiri, setelah meninggal dunia terlahir di neraka Avicci, setelah mengalami penderitaan neraka akan terlahir sebagai binatang, seperti: burung merpati, mandarin duck (bebek yuan-yang), burung kakak-tua, burung kecil, ikan, penyu, kera, dan manjangan. Kalau terlahir sebagai manusia akan menjadi waria atau wanita penghibur.
114.为人爱发脾气,死堕毒蛇、狮子虎狼、熊狸鹰雉,若得人身,喜欢养猪鸡,作屠夫猎人或狱卒。为人愚痴,不解道理,死堕象猪牛羊、水牛蚤虱、蚊子蚂蚁,若得人身,耳聋眼盲口哑,肢体不全,驼背,不能接受佛法。
Terlahir sebagai orang yang suka marah (emosional tinggi) akan terlahir sebagai ular berbisa, singa, harimau, srigala, beruang, rase dan burung rajawali. Kalau terlahir kembali sebagai manusia suka memelihara babi dan ayam, menjadi tukang jagal, pemburu atau sipir penjara. Orangnya bodoh tidak memiliki nalar dengan baik. Setelah kematiannya akan terlahir sebagai gajah, babi, sapi dan kambing, kutu-lembu, nyamuk, semut. Jika terlahir sebagi manusia akan menjadi tuna rungu, tuna netra dan bisu, tubuhnya tidak sempurna, bongkok dan tidak dapat menerima pelajaran Buddhadharma.
115.为人骄傲轻视人,死堕粪虫,驼驴狗马,若生为人,受奴婢身,贫穷乞丐,为众人轻贱。
Terlahir menjadi manusia yang sombong, suka menghina (merendahkan) orang lain, setelah kematian terlahir sebagai ulat kotoran unta, keledai, anjing dan kuda. Kalau terlahir sebagai manusia menjadi pembantu dan budak, miskin dan menjadi pengemis, dipandang rendah oleh banyak orang lain.
116.为人当官借势,贪取民物,死堕肉山地狱,百千万鬼,割食其肉。
Lahir sebagai manusia semasa menjadi pejabat menyalahgunakan kekuasaan, memeras dan mengambil barang-barang milik rakyat, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka yang menyerupai gunung daging, banyak setan memotong dan menyantap tubuhnya.
117.今生喜欢强迫别人站立不得休息,死堕白象,只能站著不能卧睡。
Di kehidupan sekarang suka memaksa orang lain berdiri tanpa istirahat, setelah meninggal dunia terlahir sebagai gajah putih, hanya bisa berdiri tidak dapat tidur berbaring.
118.今生破斋戒而夜晚饮食,死堕饿鬼,百万万岁,不得饮食,要吃食时,口出火焰。
Di kehidupan sekarang melanggar peraturan sila untuk makan malam, maka setelah meninggal dunia akan terlahir sebagai setan kelaparan, dalam masa yang panjang tidak dapat minum dan makan. Bila ingin makan mulutnya mengeluarkan api dan asap.
119.今生喜欢赤身露体,死作寒枭虫。
Di kehidupan sekarang suka bertelanjang badan dan menampilkan tubuhnya (porno-aksi), setelah kematiannya akan terlahir sebagai burung yang kedinginan.
120.今生斋戒时,暗藏食物偷吃,死堕熟铁地狱,再生为人,因咽寒病短命而死。
Di kehidupan sekarang saat melaksanakan Atthasila suka menyimpan makanan dan sembunyi makan, setelah meninggal dunia akan terlahir di alam neraka dengan penderitaan siksaan besi panas. Bila terlahir sebagai manusia menderita sakit tenggorokan dan mati pada usia muda.
121.今生礼佛头不著地,死堕倒悬地狱,再生为人喜欢欺骗人。
Di kehidupan sekarang saat bernamaskara tidak menyentuh tanah, maka setelah meninggal dunia di alam neraka tergantung. Bila terlahir kembali menjadi manusia suka melakukan pembohongan.
122.今生礼佛不合掌,死堕偏僻地方,常辛苦工作而无收获。
Di kehidupan sekarang menghormat Buddha tidak beranjali, maka setelah meninggal dunia terlahir di tempat terpencil, senantiasa bekerja sangat letih tetapi tidak ada hasil.
123.今生听到法师引罄声不起立让路,死堕大蟒蛇,被许多小虫啃食。
Di kehidupan sekarang mendengarkan bhiksu membunyikan gong (Imkeng) tetapi tidak berdiri memberi jalan, maka setelah kematiaannya akan terlahir sebagai ular kobra yang besar dan digerogoti oleh ulat-ulat kecil.
124.今生拱手礼佛,死堕反缚地狱,再生为人,常遇恶事。
Di kehidupan sekarang memberikan hormat dengan salam soja pada Buddha (tidak beranjali), setelah kematiannya terlahir di neraka. Bila terlahir sebagai manusia sering menjumpai hal-hal yang buruk.
125.今生合掌五体投地,诚心礼佛,常出生尊贵,生活快乐。
Di kehidupan sekarang beranjali dan kelima bagian tubuh (kepala, dua tangan dan dua lutut) menyentuh lantai (bumi), dengan tulus hati menghormati pada Buddha, senantiasa terlahir dengan wajah agung dan hidupnya bahagia.
126.今生常生气又贪吃,前世为颠狂人。
Di kehidupan sekarang sering marah dan rakus makan, kehidupan lampaunya menjadi orang gila.
127.今生凸眼邪视,前世邪眼看别人妇女。
Di kehidupan sekarang memiliki mata melotot keluar dan juling, karena kehidupan lampaunya suka sesat melirik istri atau perempuan milik orang lain.
128.今生护太太骂父母,死堕斩舌地狱。
Di kehidupan sekarang melindungi (membantu) istri tetapi mencaci maki ayah-ibu, setelah kematiannya terlahir di alam neraka dengan penderitaan lidahnya dipotong.
佛告诉阿难,以上众苦,都是由于造十恶业,上品堕地狱,下品堕饿鬼,中品堕畜生。造十患业都会坠三恶道,若生为人,各得两种苦报:
Bhagavan Buddha memberitahu Ananda: Semua penderitaan itu disebabkan melakukan sepuluh karma buruk (1. Membunuh; 2. Mencuri; 3. Berzina; 4. Berdusta; 5. Bicara Buruk; 6. Menfitnah; 7. Ucapan Tidak bermanfaat; 8. Keserakahan; 9. Kebencian; 10. Kebodohan) Karma Buruk bagian atas terlahir di alam neraka. Bagian bawah terlahir di alam setan kelaparan. Bagian menengah terlahir di alam binatang. Melakukan sepuluh karma buruk akan terlahir di tiga alam celaka (penderitaan). Seandainya terlahir sebagai manusia, akan memperoleh dua hal, yaitu: penderitaan dan pembalasan.
(1)犯杀生的人:短命和多病。
Pelanggaran karena melakukan pembunuhan: akibatnya berumur pendek dan banyak penyakit.
(2)犯抢劫偷盗:贫穷和财产保不住。
Pelangaran karena melakukan pencurian: akibatnya menjadi miskin dan tidak bisa menjaga harta benda.
(3)犯邪淫:配偶不贞良和夫妻相诤,不随己心。
Pelanggaran karena melakukan perbuatan asusila (zina): akibatnya pasangan hidup tidak setia dan suami istri suka bertengkar, tidak sejalan dengan harapan pribadi.
(4)犯妄语:常被诽谤和被骗。
Pelanggaran karena kata-kata dusta: akibatnya sering difitnah dan ditipu serta dibohongi.
(5)犯两舌(挑拨离间):破坏眷属和得弊恶眷属。
Pelanggaran karena suka mengadu domba (merusak hubungan satu sama lainnya): akibatnya mendapatkan keluarga berantakan (hancur) dan anggota keluarga yang tidak baik.
(6)犯恶口:常闻恶骂声和说话常引起诤讼。
Pelanggaran karena berbicara jahat (kotor): akibatnya akan sering mendengar caci maki dan ucapannya disanggah orang lain atau pembicaraannya selalu diperdebatkan orang lain.
(7)犯绮语(说无意义的话):说正经话没人相信和所说的话无法实现。
Berbicara yang tidak bermanfaat (gosip atau bicara tidak ada artinya): akibatnya walaupun berbicara benar tidak ada yang percaya dan kata-katanya tidak dapat terlaksana.
(8)犯贪心:贪财永不满足和所求不能如意。
Pelangaran karena keserakahan hati: akibatnya keserakahan akan harta dan selamanya tidak puas, juga keinginan dan harapannya tidak didapat yang sesuai kemauannya.
(9)犯嗔(凶恶毒狠):常被人找麻烦和常被人激怒伤害。
Pelanggaran karena kebencian (jahat dan dendam): akibatnya sering dipersulit dan sering dibuat marah serta dilukai oleh orang lain.
(10)犯邪见:常生邪见家庭和心常自卑阳奉阴违。
Pelanggaran karena memiliki pandangan salah dan sesat: akibatnya akan terlahir di keluarga sesat, sering menderita rendah diri serta segala sesuatu berjalan tidak ideal.
以上十恶业为造成众苦的主要原因。
Sepuluh kejahatan tersebut menjadi penyebab utama dari semua penderitaan.
会中犯十恶业的人,害怕的请问如何避免三恶道苦,佛说:
Dalam Pasamuan adakah pertanyaan bagi kemungkinan melakukan pelanggaran sepuluh perbuatan buruk. Mereka takut dan bertanya, bagaimanakah caranya untuk menghindar agar tidak terlahir di tiga alam celaka yang menderita. Bhagavan Buddha bersabda:
129.今生造搭建寺,来生必作国王。
Di kehidupan sekarang membangun pagoda dan vihara, kehidupan yang akan datang terlahir menjadi raja.
130.今生作县市长护持佛寺,来生必作宰相大臣,州长郡长,衣车充足。
Di kehidupan sekarang sebagai pejabat pemerintahan dan melindungi Vihara Buddha, kehidupan akan datang pasti terlahir menjadi perdana menteri atau menteri besar, pembesar (negarawan/bangsawan) dan pejabat pemerintah, sandang pangannya (termasuk pakaian dan kendaraannya) berkecukupan.
131.今生以身作榜样感化别人,作种种功德,来生必大富,众人敬仰,无往不利。
Di kehidupan sekarang tubuhnya mempraktikkan kebaikan menjadi suri tauladan untuk menggugah orang lain, melakukan banyak kebajikan, maka di kehidupan akan datang terlahir menjadi orang kaya raya, dihormati banyak orang, dan semua berjalan dengan lancar.
132.今生喜欢燃灯照明,来世生在日月天中。
Di kehidupan sekarang suka menyalakan lampu penerangan, di kehidupan akan datang terlahir di alam dewa surya rembulan.
133.今生喜欢布施慈心收养生物,来生必大富。
Di kehidupan sekarang suka berdana dengan cinta kasih, merawat makhluk hidup, maka kehidupan akan datang terlahir menjadi kaya raya.
134.今生喜欢布施饮食,来生饮食充足,身体力气充足,长寿聪慧,若布施给畜生得百倍福报。
Di kehidupan sekarang suka berdana makanan dan minuman, maka kehidupan yang akan datang peroleh makanan dan minuman berkecukupan, badan jasmaninya kuat, panjang usia, pintar dan bijaksana. Bila berdana kepada para binatang akan memperoleh seratus kali lipat pahala rejekinya.
135.布施无善根人得千倍福报。
Berdana kepada orang yang tidak punya benih (akar) kebajikan, peroleh kebaikan beribu kali ganda.
136.供养持戒比丘得万倍福报。
Berdana kepada bhiksu yang mentaati sila akan peroleh sepuluh ribu kebaikan.
137.供养法师,流通大乘经,宣讲如来秘密法藏,使大众开心眼,得无量福报。
Berdana kepada bhiksu yang menyebar luaskan Sutra Mahayana, menjabarkan ajaran-ajaran rahasia Tathagata, agar banyak orang terbuka mata hatinya (sadar), akan memperoleh pahala kebajikan yang tak terhingga.
138.供养菩萨诸佛,福报无尽。
Memberikan persembahan kepada para Buddha dan Bodhisattva, akan memperoleh pahala kebaikan yang tak terbatas.
139.供养父母或布施病人,也得无尽福报。
Berdana dan merawat orang tua atau berdana kepada orang sakit, juga akan memperoleh pahala kebajikan yang tak terbatas.
140.今生帮众僧洗浴,来生面目端正,众人敬仰。
Di kehidupan sekarang membantu (memberikan kemudahan) para bhiksu untuk mandi, kehidupan akan datang terlahir dengan wajah agung dan rupawan, akan dihormati banyak orang.
141.今生喜欢赞叹读通经法人,来生音声优雅美妙,令人听到心生欢喜。
Di kehidupan sekarang suka memuji orang yang mengusai makna dan pembacaan sutra, di kehidupan akan datang akan terlahir dengan suara merdu, membuat orang yang mendengarkan hatinya penuh kegembiraan.
142.今生喜欢持戒,来生身相端正。
Di kehidupan sekarang gembira melaksanakan sila, kehidupan akan datang terlahir memiliki wajah baik dan rupawan.
143.今生造井供人水,种道树给人遮荫,来生作人王饮食丰足。
Di kehidupan sekarang menggali sumur dan memberikan air kepada banyak orang, menanam pohon agar orang banyak bisa berteduh dan menyejukkan, kehidupan akan datang terlahir menjadi raja dengan makanan dan minuman yang berkecukupan.
144.今生喜欢抄写经法布施给人读,来生辩才无碍,学法很容易开悟,诸佛菩萨常保护,常为人中领袖。
Di kehidupan sekarang suka menyalin sutra dan dibagikan kepada orang untuk dibaca, kehidupan akan datang terlahir memiliki telenta dalam bicara, belajar Dharma menjadi mudah dan memperoleh pencerahan, mendapat perlindungan dan bimbingan dari para Buddha dan Bodhisattva, sering menjadi pemimpin orang banyak.
145.今生喜欢造桥船帮助人,来生七宝俱足,众人敬服侍。
Di kehidupan sekarang suka membantu membuat jembatan dan kapal untuk membantu orang menyeberang, maka kehidupan akan datang terlahir dengan memiliki tujuh macam ratna manikam, banyak orang menghormati dan melayani.
佛告诉阿难,以前所讲经典也有许多因果实例,要劝众生读诵修行,自然能消苦难。
Bhagavan Buddha memberitahu kepada Ananda. Dahulu dalam pembabaran sutra juga sudah banyak contoh tentang sebab akibat. Hendaknya para insan mempelajari dan belajar melatih diri, maka akan dapat menyingkirkan penderitaan dan kesulitan.
摘择自《佛说善恶因果经》(佛教大藏经二十八册第九百二十页)
Dikutip dari “Sutra Tentang Sebab Akibat Perbuatan Baik dan Buruk”. (Maha Tripitaka jilid XXVIII, Halaman 920)
Melakukan perbuatan jahat tersembunyi apakah ada yang mengetahui?
Jangan berpikir, “Tidak ada yang tahu, ketika anda melakukan kejahatan”. Ada empat pihak yang tahu, yaitu: 1. Surga; 2. Bumi; 3. Saksi; 4. Diri sendiri. (Sutra Buddha tentang pikiran yang salah digunakan)
Jangan menganggap remeh kejahatan yang ringan, dengan berpikir, perbuatan jahat tidak akan berakibat buruk padaku. Ibarat sebuah tempayan air, yang dipenuhi air setetes demi setetes, yang pada akhirnya akan terpenuhi juga. Demikian orang yang bodoh memenuhi dirinya, dengan perbuatan jahat sedikit demi sedikit, yang dimana setelah terpenuhi kelak akan membawa penderitaan, malapetaka dan penyesalan. (Dhammapada IX, 121)
Sebab karma yang sudah dilakukan walaupun sudah melewati ratusan kalpa, tidak hilang atau rusak. Saat bertemu berbagai kondisi yang tepat, harus menerima buah pembalasan akibatnya. (Abhidharma Ta Shen Chen Ye Luen)
Di dalam Ajaran Liau Fan, tertulis: Orang yang banyak dosa dan karma buruk, kebanyakan sering bingung, tidak konsentrasi, pelupa, bila bertemu orang suci/bijak selalu merasa bersalah dan tertekan, tidak senang mendengarkan ajaran baik, hukum sebab-akibat, membalas budi orang dengan kedendaman. Sering bermimpi buruk, selalu mengeluh. Ini adalah gejala bahwa orang tersebut telah banyak berbuat kesalahan dan kejahatan. Kesalahan kecil adalah ibarat duri menusuk daging kita dan harus segera dicabut. Kesalahan besar adalah ibarat jari kita yang di gigit ular berbisa yang harus segera diikat tanpa ragu-ragu dan segera ke rumah sakit untuk menghindar racun tersebut menjalar ke bagian lain dan mematikan.
Ketika orang bodoh melakukan kejahatan; Ia tidak menyadari akibat dari perbuatannya; Ia akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri; Seperti orang yang terbakar oleh api yang berkorbar. (Dhammapada X 136)
Seperti karat yang timbul dari besi, kemudian akan menghancurkan besi itu sendiri. Demikian pula dengan perbuatan buruk, yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan, akan menghancurkan dirinya sendiri. (Dhammapada XVIII, 240)
Sang Buddha bersabda: “Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan jahatnya telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik”. (Dhammapada, 119 – 120 ).
Pelaku kejahatan: Tidak di langit, tidak di tengah samudera, juga tidak di dalam gua atau di puncak gunung; tidak ada suatu tempat pun di dunia ini yang dapat dipakai orang untuk menghindarkan diri dari akibat perbuatannya yang jahat. Di alam ini Ia menderita, juga di alam sana; Di kedua alam ini orang jahat menderita la menderita karena diganggu oleh pikirannya; Ia akan lahir di neraka dicengkeram oleh derita.
Bagaimana Konsekuensi Melakukan Karma Buruk dan Karma baik?
Apakah “Karma Buruk” yang diperbuat dapat dilenyapkan? Apakah karma baik yang sudah kita lakukan bisa lenyap juga? “Karma Pikiran” terbentuk adanya niat dan kehendak. “Karma Ucapan” terbentuk adanya mulut sudah mengucapkan “Karma Perbuatan” terbentuk adanya aksi perbuatan. “Niat baik, karma baik; Niat buruk, karma buruk; Tiada niat tiada ciptakan karma”.
Karma buruk yang sudah diciptakan untuk diri sendiri mudah bertobat dan menyesal. Bagaimana karma buruk yang kita perbuat untuk makhluk lain apakah mudah lenyap dengan laksanakan pertobatan? Tentu sulit! Karena belum tentu makhluk lain dapat memaafkan dan melupakan. Bagaimana pula karma buruk yang kita sudah lakukan terhadap sepuluh penjuru (kepada para makhluk)? Tentu tidak sangat sukar sekali untuk di lenyapkan! Konsekuensinya ya harus membayar hutang karma dan menerima penderitaan dari segenap penjuru.
Buktinya bisa kita lihat: Yang Arya Moggallana adalah seorang Arahat, tetapi kenapa harus mati dengan cara mengenaskan? Karena kehidupan lampaunya pernah dihasut oleh istrinya sehingga membunuh orang tua yang buta secara kejam dan sadis. Yang Arya Angulimala adalah seorang Arahat, kenapa matinya sangat menyedihkan ditimpukin batu dan kayu sampai mati? Karena hasutan guru sesatnya sehingga telah membunuh sebanyak 999 orang untuk di ambil jari jempolnya, guna dibuat kalung. Di dalam Sutra Upaya Kausalya, disabdakan: Tathagata memperlihatkan sebab-musabab dan kondisi-kondisi yang memunculkan “balasan karma” pada dirinya dan memperlihatkan hal ini kepada para makhluk hidup, supaya mereka dapat berpikir, “Bahkan Ia, Raja Dharma” pun masih menerima balasan karma, apalagi para makhluk hidup lainnya? Artinya walaupun sudah suciwan atau bahkan sudah sempurna, tanpa kecuali harus ‘menerima’ sebab akibat yang diperbuat.
Ingat! Peribahasa mengatakan: “Nila setitik bisa rusak susu sebelangga”. Artinya niat jahat kecil bisa merusak timbunan karma baik. Kejahatan kecil bisa mencemari kebajikan besar. Karma baik bisa dirusak oleh perbuatan bodoh dan jahat. Karma baik sulit dilaksanakan dan sukar dikumpulkan tetapi karma jahat mudah dilakukan gampang dikumpulkan. Lihat saja di dunia ini mudah kita melihat aksi kejahatan, karena aksi kejahatan dipublikasi oleh media cetak dan elektronik setiap hari tanpa dibayar, tetapi bila menginginkan kasus kejahatan tidak dipublikasi (membungkamkan kasus) maka pelaku kejahatan tersebut harus membayar sejumlah uang. Sedangkan kebajikan pamrih umumnya dimuat di koran bila dipublikasi harus membayar media koran. Akan tetapi sangat sukar melihat aksi kebajikan yang murni, karena tidak mau dipublikasikan, tidak mengharapkan pujian, dan tidak ingin diketahui orang banyak. Inilah perilaku kebajikan agung yang dipujikan oleh Guru Buddha.
Resiko perbuatan jahat adalah kemalangan dan penderitaan. Apabila sudah menyadari bahayanya karma buruk dan akibatnya. Maka hentikan perbuatan buruk segera dan laksanakan kebajikan sebanyak mungkin. Hanya bangkitkan penyesalan tulus dan pertobatan sejati untuk tidak melakukan kejahatan lagi, serta dengan batin sunya dan rajin Nien Fo baru karma buruk dapat berguguran.
Ragam Kebajikan
Di dalam Ajaran Liau Fan, tertulis: Bila kita lebih mendalam meneliti kebajikan, maka kita akan menemukan banyak perbedaan, misalnya: “Ada kebajikan yang sejati dan kebajikan palsu. Ada kebajikan yang lurus dan kebajikan yang miring; Ada kebajikan yang tersembunyi (yin te) dan kebajikan yang terbuka (yang shan); Ada kebajikan yang benar dan kebajikan yang salah; Ada kebajikan tegak dan kebajikan yang condong; Ada kebajikan yang penuh dan kebajikan yang setengah-tengah; Ada kebajikan yang besar dan kebajikan yang kecil; Ada kebajikan yang mudah dan ada kebajikan yang sulit”.
“Hyang Buddha selalu mengajarkan hukum karma, pelaku perbuatan baik atau buruk menghasilkan akibat, ibarat bayangan badan akan mengikuti kemana saja kita pergi”.
Dalam Buku I Ching tertulis:
Tidak mengumpulkan kebajikan tidak akan mendapatkan keberuntungan; Tidak mengumpulkan kejahatan tidak akan binasa. “Keluarga yang melakukan banyak kebajikan akan mengakumulasikan nasib baik dan bertahan terus dari generasi ke generasi”.
Kategori Perbuatan Bajik
Beberapa perbuatan berikut akan menghasilkan karma baik dan nasib baik:
1. Selalu bersifat kedermawanan [dana]
2. Menjaga moralitas yang baik [sila]
3. Senantiasa melakukan meditasi [bhavana]
4. Melakukan penghormatan [apacayana]
5. Pengabdian yang mendalam [veyyavacca]
6. Senantiasa mengirim jasa kepada makhluk yang menderita [pattidana]
7. Berbahagia atas perbuatan baik dari pihak lain [anumodana]
8. Mendengarkan Dharma [dhammasavana]
9. Membabarkan Dharma [dhammadesana]
10. Meluruskan pandangan salah [ditthijjukamma]
Jangan meremehkan kebajikan dengan mengatakan bahwa kebajikan yang kulakukan hanya sedikit, tak akan membawa pahala bagiku. Tetapi sebenarnya, ibarat air yang jatuh setetes demi setetes pada akhirnya dapat mengisi sebuah gentong. Demikianlah orang yang bijaksana mengisi dirinya sedikit demi sedikit dengan kebajikan.
Pelaku kebajikan: Di alam ini Ia berbahagia, juga di alam sana; Di kedua alam ini orang baik hidup bahagia Ia berbahagia dalam menikmati kebahagiaan; Ia menerima pahala dari perbuatannya yang baik.
Maha Bhiksu Yin Guang berkata: “Pendidikan rumah tangga adalah fondasi untuk mengurus negara dan menentramkan dunia. Hukum sebab dan akibat adalah jalan utama untuk mendukung pendidikan rumah tangga. Pendidikan rumah tangga serta hukum sebab dan akibat adalah hal yang terpenting untuk menyelamatkan hati mansia sekarang ini. Bila tidak di mulai dari kedua usaha utama ini, maka segala usaha lain adalah bagaikan ujung ranting yang tiada manfaatnya”.
Jangan Kaku dan Terjerumus Ke Dalam Doktrin Karma Mutlak
Sebagai praktisi yang baik, janganlah kita melekat pada pandangan kaku dan terjerumus ke dalam doktrin karma mutlak, karena karma bukanlah “fatalisme” (kepercayaan nasib adalah segala-galanya yang tidak bisa dirubah dan diperbaiki). Kenyataan karma masa lampau mempengaruhi kondisi sekarang, tetapi tidak menguasainya, karena karma masa lalu sudah lewat seperti juga sekarang terus berubah. Kekuatan karma bersemayam di hati, hati timbul karma muncul; Hati sunya karma tidak nyata. Tiada hati tiada kondisi. Tiada pikiran tiada masalah; tiada keinginan tiada derita; tiada “Sang Aku” tiada tumbal lahir. Hyang Buddha berkata: pandangan dualistik tentang diri dan dunia melahirkan penderitaan.
Tidak Ada Penghukuman Abadi
Hukum karma memang tidak bisa di rubah, tetapi setiap aksi dan akibat perbuatan (sebab-akibat dari karma tiga masa) masih bisa dirubah. Tidak ada konsep dosa yang tidak terampuni dalam ajaran Buddha; Tidak ada hukuman abadi karena neraka pun tidaklah kekal. Buddha berkata bahwa semua perbuatan adalah baik atau buruk disebabkan ada atau tidak adanya kebijaksanaan. Selalu ada harapan sepanjang seseorang menyadari kesalahannya dan berubah untuk menjadi lebih baik.
Penutup
Demikianlah artikel “Menabur Sebab dan Menuai Akibat” dibuat, yang dirangkum dari berbagai sumber. Adapun harapan dari penulisan artikel ini, kiranya dapat diambil hikmahnya dan bermanfaat untuk menata dan memperbaiki sikap dan perilaku umat manusia melalui penggunaan pikiran, ucapan dan perbuatan umat manusia selama hidupnya. Senantiasa mengingat dan rajin mempraktikkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh, yaitu: “Jangan Berbuat Bodoh dan Jahat; Sempurnakan Segala Kebajikan dan Sucikan hati dan Pikiran”, agar kondisi kehidupan sekarang maupun untuk kehidupan yang akan datang umat manusia menjadi lebih baik, bermakna dan berkualitas.
Semoga artikel ini dapat disebarkan dan dipublikasikan ke segenap penjuru untuk kebaikan, kearifan, keberuntungan dan kebahagiaan semua makhluk, svaha. Kung Te Wu Liang, Amithofo.
Daftar Pusaka: 145种的因缘果报 (145 Macam Sebab dan Akibat Pembalasan) diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia oleh Bapak Chauming, Dosen STAB.