Mengapa Di Dalam Agama Buddha Ada Persembahan Dupa?

1.   PENGUNAAN DUPA
Dupa dalam bahasa Sansekerta disebut Gandha. Di dalam legenda India kuno ada kisah Dewi Dupa, yaitu “Gandharva”, tidak makan daging dan minum arak, tetapi hanya menyantap wewangian, sehingga disebut Dewi Dupa. Dikemudian hari dijadikan Dewa Pelindung dari Delapan makhluk agung.

•    Di dalam agama Buddha menggunakan dupa, menurut Kitab Xuan Yi Jing, tercatat sebagai berikut: Pada waktu Hyang Buddha berdiam di Taman Anatapindika Jetavana, Upasaka Puriva membangun sebuah tempat pertemuan untuk mengundang Hyang Buddha. Dia memegang tempat dupa, dari jauh memandang Taman Anatapindika dan memberikan penghormatan kepada Hyang Buddha.

Asap dupa melayang menuju ke tempat Buddha dan berdiam di atas kepala Beliau sehingga membentuk sebuah payung dari dupa. Setelah Hyang Buddha mengetahui maka Beliau mengunjungi tempat pertemuan tersebut.

Berdasarkan kisah ini, dupa dipakai sebagai perantara untuk menyampaikan hasrat umat sehingga dikatakan dupa sebagai simbul hasrat dan niat untuk menghormati Hyang Buddha. Demikianlah kisah awal penggunaan dupa dalam agama Buddha.

•    Di dalam Ekotarikagama Sutra ( Cen Yi Ah Han Cing) dikatakan: Simadhi memegang dupa naik ke atas loteng dan mengucapkan gatha : “Semoga para dewa beserta dupa yang harum memenuhi angkasa dipersembahkan di hadapan Tathagata”.

Ananda berkata kepada Buddha, dupa harum apa ini? Bhagavan Buddha menjawab: Dupa sebagai rasa hormat untuk puja kepada Buddha. (Sheng Se Lie Riwayat Sangha) juga dikatakan: dupa harum untuk menyingkirkan yang tidak sedap, membuat orang senang dan timbul keyakinan.

•    Di dalam agama Buddha, Upacara menggunakan peresembahan dupa sebagai manifestasi dari ketulusan dalam persembahan. Karena dengan perantara dupa dapat menumbuhkan kesucian, ketulusan dan sifat peduli. Dengan menyaksikan dupa harum yang melayang ke udara menuju tempat suci. Hanya dengan keadaan yang tulus baru dapat timbul sifat-sifat tersebut.

•    Di dalam persembahan dengan dupa dan bunga, dipakai sebagai persembahan pada saat Buddha berkotbah: hujan bunga dan dupa harum. Dupa bagaikan Gunung Semeru, Bunga bagaikan Roda Cakra (Sutra Ren Wang Cing bersama dengan para insan memberikan persembahan bunga dan dupa harum).

•    Saddharma Pundarika Sutra, (Miao Hua Lien Hua Cing): kemudian juga ada dengan dupa dan lilin. Ada juga karena dalam komunitas Buddhis sering menggunakan dupa pada waktu beramai-ramai membaca sutra dan doa, sehingga bagi yang berziarah ke vihara disebut Xiang Re (umat yang membawa dupa).

2.    DUPA UNTUK MEMANTAPKAN SILA, SAMADHI, DAN PRAJNA
Menurut Buddhadharma: dengan latihan melalui Sila, Samadhi dan Prajna, pembebasan dan pandangan benar tentang pembebasan kelima kebajikan tersebut「自性五分法身香」,就是 hakikat jati diri memiliki lima bagian Dharmakaya yang harum, adalah: 1.戒香 (harumnya sila); 2.定香 (harumnya samadhi); 3.慧香 (harumnya prajna); 4.解脫香 (harumnya pembebasan); 5.解脫知見香 (harumnya pembebasan pengetahuan dan pandangan)  yang dapat menuju pada pencerahan, sehingga juga dikatakan lima bagian harum. Ini berarti melalui latihan jasmani, ucapan dan pikiran agar dapat memurnikan jasmani daan rohani. Meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan. Dengan demikian memberikan penghormatan dengan dupa dan persembahan hati/batin terhadap Buddha.
•    Umat Buddha pada waktu melakukan puja bhakti sering menyanyikan Gatha Pemujaan “ Menyanyikan dupa dari sila Samadhi membawakan dupa pembebasan cahaya terang meliputi alam Dharmadhatu, memberikan persembahan kepada para Buddha di sepuluh penjuru, melihat, menghayati dan menuju pembebasan. Kutipan Avatamsaka Sutra ( Hua Yen Cing) Inilah makna sesungguhnya dari persembahan dupa.
•    Di Dalam Shurangama Sutra ( Sow Leng Yen Cing) di kisahkan seorang siswa mengetahui seorang bhiksu menyalakan dupa sehingga memperoleh pencerahan dan mencapai tingkat Arahat.
•    Kutipan dari Vimalakirti Nirdhesa Sutra (Wei Mo Cing) mengisahkan tentang Kerajaan Buddha yang dipenuhi dupa harum, semua mencatat tentang dupa.
3.    DENGAN DUPA MENUJU PEMBEBASAN
•    Di dalam Xian Yi Jing, di catat: Ada seorang yang tamak, mengumpulkan emas dalam tujuh botol, kemudian di simpan dalam tanah. Setelah mati menjadi seekor ular. Setelah cukup lama timbul kejenuhan ingin di berikan kepada Bhiksu Sangha. Ular tersebut di bawa ke sebuah vihara mendengarkan ceramah bhiksu dan merasa gembira. Kemudian dia memberikan enam botol emas, sehingga akhirnya ular tersebut terlahir di alam Surga Tavatimsa ( Trayastrimsat).
•    Ini dikatakan awal dari upacara menggunakan dupa. Di Tiongkok upacara menggunakan dupa berwal dari Maha Bhiksu Dao An periode Dinasti Jin. Pada mulanya digunakan pada waktu upacara pembabaran Dharma, mengundang Bhiksu berceramah, memberikan salam hormat, kemudian juga bermaknakan menyalakan dan mempersembahkan dupa.
Dikemudian hari persembahan dupa berlaku untuk acara-acara yang berlangsung dan berhubungan dengan upacara agama Buddha. Dalam upacara Pradaksina yang dipimpin oleh Bhiksu atau pemimpin upacara. Demikian pula pada waktu mengadakan pawai agama di jalan raya.
•    Setelah periode Nan Bei Chau (Dinasti selatan-utara), dikalangan istana juga di adakan upacara dengan dupa. Pada periode Dinasti Tang, lebih semarak lagi seperti dikatakan oleh penyair Zhang Jie: “Upacara dengan dupa terlihat di atas jembatan, pelaksana upacara melewati halaman istana”.  Begitupula dalam Syair Bai Ju Yi, dikatakan: “ Pergi dalam upacara dupa, kembali bersama bhiksu.” Pada waktu itu pihak istana mengadakan upacara dupa, kebanyakan untuk berdoa pada hari-hari baik, tetapi juga di adakan pada hari-hari biasa.
•    Dikemudian hari upacara menggunakan dupa di kalangan rakyat dilakukan untuk upacara ulang tahun atau menyembayangi orang-orang yang telah meninggal dunia.
•    Pada hari-hari perayaan kelenteng, memohon rejeki, harapannya untuk keberhasilan panen, upacara resmi serta pengangkatan pejabat baru, pembukaan toko/usaha, semuanya melakukan upacara dupa untuk menyatakan ketulusan dan harapan baik. Tujuan penggunaan dan harapan penggunaan dupa telah berkembang secara awam dan bersifat kultural.

Berdasarkan tradisi Buddhis Utara (Komunitas Tionghoa), setiap tanggal 1 dan 15 Lunar dan Tahun Baru Imlek. Banyak umat pergi ke Vihara dan Kelenteng untuk bersembahyang. Memberikan penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva serta memohon keselamatan dan kesejahteraan.

Tata Cara Baik Mempersembahkan Dupa
Agar supaya  para umat yang datang bersembahyang memperoleh kebajikan, kesejahteraan, kesalehan, dan perilaku yang benar. Maka dengan ini dijelaskan secara singkat tentang cara bersembahyang agar bermanfaat bagi umat.
I.    Membakar dupa dan memberi penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva makna sebenarnya apa?
•    Vihara/Kelenteng adalah tempat ibadah serta tempat untuk melatih diri dan membina kebajikan bagi umat-umat Buddha. Biasanya juga disebut Arama. Di tempat Altar utama terdapat Arca Sakyamuni Buddha yang pada awalnya adalah Pangeran Siddharta, Putra Raja Sudhodana dari India yang meninggalkan keluarga melatih diri menjadi pertapa akhirnya di bawah pohon Bodhi memperoleh Pencerahan yang disebut Buddha sebagai  pendiri Agama Buddha.
•    Beliau disebut Lokajyesta, Tathagata, Guru  Agung. Menyalakan dupa dan memberikan penghormatan kepada Buddha bertujuan untuk menghormati dan mengenang serta bersyukur, membersihkan noda-noda batin dan menuju kesucian serta menyadari makna kebenaran dan memberikan sumbangan serta dedikasi pada kehidupan. Dengan demikian maka kesejahteraan dan kebijaksanaan akan timbul.

II.    Pada waktu memberikan penghormatan kepada para Buddha dan Bodhisattva apakah harus membakar Dupa?
•    Tidak harus. Terdapat banyak cara pada waktu memberikan penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva. Biasanya: Dengan Bunga (simbol dari sebab) dan buah-buahan (simbol dari hasil). Kalau tidak memungkinkan dapat dengan memberikan persembahan segelas air bersih (melambangkan kesucian). Tetapi tidak boleh menggunakan arak/bir serta daging hewan untuk memberikan persembahan dan penghormatan. Biasanya dengan “Dupa, bunga, pelita, buah” salah satunya boleh.

III.     Apa makna dari membakar dupa?
•    Dengan tulus memberikan penghormatan kepada Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha), dengan demikian juga bersifat membimbing para insan.
•    Memberikan isyarat kepada jagad raya agar memperoleh bimbingan Triratna.
•    Secara simbolis menjelaskan sifat pengorbanan diri demi kebahagiaan makhluk lain.
•    Dengan menyalakan dupa, menyatakan sifat teguh pada Sila dan Samadhi. Mengandung makna “Melatih diri dalam Sila, Samadhi, Prajna, menyingkir Lobha (keserakahan), Dosa/Dvesa (kebencian), dan Moha (kebodohan)”. Persembahan yang terpenting adalah Dupa yang membimbing  Sila dan Samadhi.

IV.     Apakah dengan memberikan  persembahan  dupa dapat memperoleh Rejeki dan menjadi Kaya?
•    Tidak dapat. Di dalam Sutra dikatakan “Di dalam Keyakinan Dharma, sesuatu yang diperoleh dapat dikabulkan”. Masalahnya harus mengerti persoalannya, memperoleh Rejeki harus diperoleh sesuai dengan Dharma. Membakar Dupa hingga menjadi debu berarti mau berkorban demi orang lain. Inilah yang dimaksudkan dengan Dana. Hal tersebut juga memberikan inspirasi kepada kita: Jika ingin memperoleh Rejeki, harus berdana dan menanam Kebajikan. Berdana materi adanya penyebabnya dan memperoleh hasil adalah akibatnya. Melepas adalah penyebabnya dan memperoleh adalah hasilnya. Keduanya saling mengisi. Oleh karena itu, Rejeki seseorang adalah diperoleh berkat latihan dan usaha. Bukan karena diperoleh dari Buddha dan Para Bodhisattva. Sering dikatakan dalam agama Buddha: “Nasib dirancang oleh diri sendiri, berkah rejeki dibentuk oleh diri sendiri”.
•    Dengan membakar dupa besar (termasuk Lilin besar) apakah dapat memperoleh rejeki yang besar? Hal itu menunjukkan pandangan keliru orang-orang awam untuk mengukur dan menilai kebesaran Buddha dan Para Bodhisattva. Tentunya pandangan tersebut keliru.

V.    Kalau ada orang yang harus membakar dupa besar juga bagaimana?
•    Kelenteng/vihara adalah tempat yang dikunjungi oleh umat. Biasanya akan membatasi umat untuk membakar dupa besar. Ditambah lagi umat yang datang cukup banyak dikhawatirkan membakar dupa besar akan melukai umat yang datang bersembahyang.
•    Asap dupa yang tebal, menimbulkan polusi udara serta mudah menimbulkan bahaya kebakaran. Dengan demikian bukan melakukan kebaikan malah menimbulkan karma buruk. Bagi umat yang hendak membakar dupa besar dapat menyerahkannya kepada petugas vihara/kelenteng. Kalau disetujui, pada waktu dibakar Rohaniawan di vihara/kelenteng juga akan membimbing membacakan doa.

VI.    Pada waktu membakar dupa bersikap dan berharap bagaimana?
•    Membakar dupa dan menghormat kepada Buddha dan Para Bodhisattva harus dengan hati & batin yang bersih dan tulus, kalau benar-benar sujud maka akan memperoleh berkah yang tak terhingga. Seandainya mau berharap dan memohon, hendaknya melepaskan sifat egois dan berusaha selalu peduli pada orang dan mahkluk lain, bercita-cita untuk membantu orang lain maka dengan demikian akan memperoleh pahala yang baik. Di dalam Sutra dikatakan: “Dengan tulus menghormat kepada Buddha sekali, akan mengurangi karma buruk, melafalkan dan mengenang Buddha akan memperoleh berkah sejahtera.

VII.Pada waktu menghormat kepada Buddha dan Para Bodhisattva, harus membakar berapa batang dupa?
•    Sebaiknya Tiga batang. Sebagai tanda dari Sila, Samadhi dan Prajna. Hal tersebut juga bermaknakan menghormat kepada Buddha, Dharma, Sangha (Triratna). Ini merupakan Puja yang terbaik. Membakar dupa bukan dengan membakar banyaknya dua, tetapi yang penting bersikap tulus dan sujud.

VIII.Ada banyak Buddha dan Para bodhisattva di altar, apakah harus semuanya diberikan 3 batang dupa?
•    Tidak tentu. Biasanya di ruang altar utama memberikan tiga batang dupa sudah cukup. Terhadap altar-altar lain cukup dengan merapatkan kedua telapak tangan dan ber-anjali sudah cukup. Tentu juga harus berdasarkan ketentuan dari vihara/kelenteng yang bersangkutan. Tetapi di setiap tempat dupa, memasang dupa tidak lebih dari tiga batang.

IX.    Dengan tangan memegang dupa yang telah dibakar, melakukan puja bakti, bisa dibenarkankah?
•    Tidak benar. Dupa yang telah dinyalakan harus diletakkan di tempat dupa. Yang pertama ditaruh di tengah sambil berkata dalam hati: “Memberi penghormatan pada Buddha agar menuju pencerahan”.
•    Dupa yang kedua ditaruh sebelah kanan sambil berkata dalam hati: “Menghormat pada Dhamma menuju penghayatan kebenaran dan tidak tersesat.
•    Dupa yang ketiga ditaruh disebelah kiri sambil berkata dalam hati: “Memberi penghormatan pada Arya Sangha, suci murni tidak ternoda”.

Setelah menaruh dupa berhadapan dengan Arca Buddha lalu mengangkat kedua tangan dan beranjali memberikan penghormatan kepada Buddha.
Sekarang ada orang memegang dupa kemudian bernamaskara menghormat kepada Buddha. Hal itu mudah menimbulkan terbakar atau melukai diri sendiri dan orang lain. Di kuatirkan membakar benda/barang lain, menimbulkan asap tebal dan polusi, merusak lingkungan dan  membahayakan kesehatan. Hal tersebut sungguh tidak baik.

X.    Bagaimana dengan memberikan dana dan hormat kepada Buddha dan Para Bodhisattva yang merupakan pahala terbesar?
•    Di dalam Sutra dikatakan: “Dari semua dana, dana Dharma adalah yang paling utama”. Yang dimaksudkan dengan dana Dharma yaitu berdasarkan sutra-sutra Buddha, sesuai dengan Dharma mempelajari dan membabarkan serta menjelaskan kepada orang-orang lain. Di dalam kehidupan sehari-hari, sosialisasikan, dan berperilaku baik. Berbuat kebaikan dan menjauhkan kesalahan/kejahatan.
•    Cara untuk memberikan persembahan dupa
•    Memberikan persembahan dupa adalah persembahan tulus kita kepada Buddha dan Para Bodhisattva. Hal itu juga merupakan makna dari menghentikan segala macam kilesa (keruwetan batin) serta keluar dari penderitaan dan memperoleh ketenangan. Karena persembahan dupa berperan penting. Di dalam Sutra Abhidhamma juga mencatat bagaimana caranya kita mengenali dupa yang baik untuk persembahan puja.
•    Yang pertama kita harus menggunakan dupa yang baik dan harum. Sebelum memberikan persembahan dupa harus dilihat dupa yang baik atau kualitas rendah. Jangan menggunakan dupa yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Dupa yang berkualitas baik dapat membantu menciptakan aroma ketenangan serta membina daya konsentrasi ketenangan.
•    Terutama untuk mereka yang melatih diri, panca inderanya begitu sensitif peredaran prananya baik, kalau menggunakan bahan kimia akan menimbulkan efek-efek negatif. Bukan saja tidak  dapat membina ketenangan tetapi malah menimbulkan efek-efek yang negatif.

•    Cara untuk mengenali Dupa yang berkualitas baik
Dupa yang berkualitas baik bukan saja mempengaruhi persembahan kita tetapi juga mempengaruhi kesehatan seseorang. Bagaimana caranya mengenali Dupa yang berkualitas baik?
1.    Terlihat seimbang tidak luntur waktu dipegang, bedak/bubuk dupa tidak berjatuhan dan luntur, waktu di dirikan dapat berdiri dengan tegak.
2.    Setelah dinyalakan terasa aroma harum, tidak perih kena mata dan menusuk hidung, aroma harumnya dapat bertahan lama.
3.    Yang terpenting dupa yang berkualitas baik harus dibuat dari bahan-bahan alamiah agar menjaga kesehatan, tidak menggunakan dari bahan-bahan kimia.

•    Dengan dupa harum memberikan persembahan dan penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva untuk menyatakan ketulusan, menyadari sifat sebenarnya dari pribadi/sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan dupa yang berbaring atau dupa lilit. Menggunakan dupa berkualitas baik bukan saja bermanfaat  bagi kesehatan & jasmani, tetapi juga bermanfaat bagi ketenangan batin, lebih-lebih lagi untuk menunjukkan penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva.

•    Oleh karena itu, hendaknya berusaha menggunakan dupa-dupa dari berkualitas baik pada waktu melakukan puja bakti dan penghormatan pada Buddha dan Para Bodhisattva pada waktu hari-hari Upasatha, hendaknya dapat menggunakan dupa dari kualitas baik agar juga menciptakan kondisi bebas polusi dan ketenangan.

Biasanya dupa berkualitas baik dapat bertahan dan menyebarkan aroma harum ketempat yang cukup luas dan merubah keadaan dan fenomena menjadi tenang dan damai. Dupa yang berbaring dan harum, bila dengan tenang diresapi, maka akan terasa nyaman dan menyenangkan. Hal tersebut juga merupakan persembahan yang baik untuk Buddha dan Para Bodhisattva.

•    Setiap hari dengan tulus dan tekun memberikan penghormatan dan persembahan kepada Para Buddha, berdoa dan melaksanakan jalan Ke-Bodhian. Agar supaya semua cita-cita dan harapan dapat terlaksana, Damai dan Bahagia. Menumbuhkan Kebijaksanaan dan dapat Mengembangkan Maitri Karuna.
•    Beberapa cara untuk memberikan persembahan Dupa.
•    Menurut catatan Sutra dan Abhidharma memberikan pengarahan, bagaimana memberikan persembahan dupa dan penghormatan kepada Buddha dan Para Bodhisattva agar bermanfaat bagi umat yang melaksanakan bakti Puja.
1.    Mensucikan badan jasmani dan batin.
Sebelum melakukan bakti Puja, terlebih dahulu harus cuci tangan, mulut, merapikan penampilan dan menenangkan batin.
2.    Memberikan Persembahan dan Penghormatan pada Buddha.
Sebelum melakukan bakti Puja di hadapan para Buddha dan Bodhisattva, memandang altar dan Merenungkan Keagungan, Kebajikan Buddha dan Para Bodhisattva, dengan tulus dan tenang melakukan Puja Bakti bagaikan benar-benar berhadapan dengan para Buddha dan Bodhisattva secara nyata.
3.    Lafalkan Mantra pada waktu memberikan persembahan dupa.
Letakkan dupa di depan dada kemudian bacakan Mantra: “Om-Sarva-Tathagata-Dhupa-Puja-Megha-Samudia Sumaye Hum”.
4.    Berlindung dan berbakti kepada Para Buddha.
Kalau ada umat yag melakukan persembahan dan bakti khusus kepada para Buddha dan Bodhisattva, maka dapat mengulang doa tersebut:
•    Dengan sepenuh hati memuja Sakyamuni Buddha.
•    Dengan sepenuh hati memuja Amitabha Buddha.
•    Dengan sepenuh hati memuja Avalokitesvara Bodhisattva (Kuan Yin Phu Sha).
Para pelaksana puja dapat dengan kemampuan masing-masing melakukan visualisasi (观想), maka para Buddha dan Bodhisattva akan memancarkan cahaya dan hadir dihadapan pelaksana untuk menerima persembahan.
5.    Gatha pemujaan Dupa
Setelah melakukan bakti Puja kepada para Buddha dan Bodhisattva maka dibacakan Gatha Pemujaan. Dengan bervisualisasi semoga semua persembahan dan Puja kepada Para Buddha dan Bodhisattva di Alam Jagat Raya yang tak terbatas dapat mempengaruhi semua mahkluk sehingga akhirnya mencapai pencerahan  Ke-Bodhian (Anuttara Samyak Sambodhi).

Semoga dengan dupa dan bunga-bunga tersebut, memenuhi sepuluh penjuru. Memberikan persembahan kepada Para Buddha serta Para Suci dalam Ke-Buddhaan yang tak terbatas dapat dimanfaatkan untuk Bakti Puja. Berbagi kepada semua mahkluk agar semuanya mencapai kearifan dan kebahagiaan.

佛教缘何供香
1、香为佛使
香在梵语中称健达。古印度传说中有香神,即“乾闼婆”,不食酒肉,唯求以香味为食,以资阴身,又自其阴身出香,故名香神。以后被引为佛教护法的八部众之一。

佛教中用香,据《贤愚经》卷六载:佛陀当年住在祗园时,有长者富奇那建造了一座旃檀堂,准备礼请佛陀。他手持香炉,遥望祗园,梵香礼敬。香烟袅袅,飘往祗园,徐徐降落在佛陀头顶上,形成一顶“香云盖”。佛陀知悉,即赴富奇那的旃檀堂。根据这个传说,“香”是弟子把信心通达于佛的媒介,故经上称“香为佛使。”这也是佛教中以香敬佛的缘起。

《增一阿含经》中讲到:“须摩提女手执香火上楼,向如来说偈日:‘唯愿尊屈神,尔时香如云。在空中餐满祗洹,住在如来前。”阿难白世尊言:‘此是何等香?’尊曰:‘此香是佛使’。”《僧史略》中说:“香也者,解秽流芬,令人乐闻也。香为信心之使也。”

在佛教中以香供佛,是一种虔诚的、真诚的供养,因为香是传递真诚的心情的一种媒介。焚香中产生的一种清净、虔诚、忘我的状态,目睹一缕清香袅袅上升直达天庭的神圣境界,只有在真实、坦诚的状态中才能产生。在供养中,有以香、花供养的。佛陀说法时,“雨诸香华,香如须弥,华如车轮”(《仁王经》卷上);与会大众“香华伎乐,常以供养”(《法华经.序品》)。再者,以香和烛供养也常相列。还有,人们因学佛、信佛而交往,又称为“香火因缘”,再引伸,佛教徒结成团体,共同念佛诵经,又称为“香火社”。朝山拜佛者又有称为“香客”的。

2、戒定慧解脱香
佛教认为:通过修行戒、定、慧、解脱和解脱知见这五种功德,可以成佛,喻为“五分香”。这是指通过身口意的修行,使自己身心清净,升起觉悟和智慧,以此供佛,或称理供佛,或心香供佛。佛教徒在焚香时常唱 “香赞”:“戒香定香解脱香,光明云盖遍法界,供养十方无量佛,见闻普重证寂灭。”(出《华严经》),也是焚香供佛的又一象征意义。《楞严经》卷五说香严童子闻比丘烧沉水香而悟入圆通,证罗汉果;《维摩诘经.香积佛品》中说上方有众香佛国,一切皆以香作,乃至以香气为语言声音。都是与香有关的论述、记载。

3、行香促解脱
关于行香,在《贤愚经》卷七中载:昔有贪婪之人,蓄金七瓶,掘地深藏。后病死变为毒蛇,犹守金瓶。经墁长岁月,心生厌倦,呼行人捐金一瓶,供僧作福。行人担蛇至一寺,遵嘱行香僧前,僧为蛇说法,蛇因之而喜,复献出六瓶金施僧,蛇因此而命终生忉利天。此为“行香”之初起。中国“行香”始于晋代道安法师。原为法会仪式,指法师升座说法时,向他燃香礼敬。也泛指燃香、上香、拈香。后来“行香”一般系指佛事斋会中,由法师和主持斋者持香炉绕行坛场,或引导仪仗巡行街市。

南北朝开始,朝廷即举办“行香”法会。唐朝“行香”尤盛。如张籍《送令狐尚书赴东都留守》诗中:“行香暂出天桥上,巡礼常过禁殿中”。自居易有诗《行香归》中日:“出作行香客,归如坐夏僧。”当时,朝廷举办“行香”法会,多用‘ 于国忌日。当然也有非忌日行香的。后又有民间以“行香”祝寿或超度亡灵的。民俗中庙会、求福、祈祷丰年、官场仪式、新官赴任、店铺开张等都有所谓的行香,表达人们良好祝愿的方式,己与佛教中的“行香”大相庭径。(信息来源:中国民族报)

燒香祈福的正確方法
按照我國的傳統習俗,每年春節及農曆初一、十五等日期,廣大群眾有到寺院燒香禮佛、祈福求安的習慣。為使十方善信種植福田、廣獲法益、正善正行,以滿所願,故將燒香祈福的正確方法簡要的介紹給大家,以祈共沾法益。
一、燒香禮佛的真實意義是什麼?
寺院是佛教徒培福修慧的場所,古稱叢林,通常在寺院大雄寶殿上供奉的叫釋迦牟尼佛,是古印度淨飯王的太子,後出家修行,在菩提樹下證道。成為大徹大悟的覺者,是佛教的創始人,被尊為“世尊”、“本師”等。燒香禮佛的真實意義在於表達對佛陀的尊敬、感激與懷念。去染成淨,奉獻人生,覺悟人生。如此而行,自然福慧具足,心想事成。

二、供養佛、菩薩一定要燒香嗎?
不一定。供養佛、菩薩方法很多,通常用鮮花(表因)和水果(表果),如果條件不具備,僅供一杯清水(表清淨平等)也行。但是,絕對不用酒肉來供養佛菩薩。通常用“香、花、燈、塗、果、樂”六供養,其中之一均可。

三、燒香的含義是什麼?
第一、表示虔誠恭敬供養三寶,以此示範接引眾生。
第二、表示傳遞信息於虛空法界,感通十方三寶加持。
第三、表示燃燒自身,普香十方,提醒佛門的無私奉獻。
第四、表示點燃了佛教徒的戒定真香,含有默誓“勤修戒、定、慧,熄滅貪、嗔、痴”意,佛並不嗜好世間大香貴香,但卻喜歡佛的戒、定真香。

四、燒香求財可以得到嗎?
不可以。佛經上講:“佛氏門中,有求必應”。關鍵要懂得其中道理,求財要如理如法去求。燃香成灰是表示無私的奉獻,即佛門所說的“布施”。這啟示我們:人生求財求福,先要捨財種福。財布施是因,得財富是果。舍是因,得是果,捨得不二。所以,一個人的福報是自己修來的,不是佛菩薩施捨給你的。佛門常講:“命由己造,福由己求。”燒大香就發大財嗎?這純屬“以凡夫之心,度諸佛之腹”。大徹大悟、大慈大悲的諸佛菩薩,又怎會像凡夫眾生一樣,去在意你大香小香而分別賜富呢?當然不會。

五、有人一定要燒香怎麼辦?
寺院是公共活動場所,一般會限制燒大香,加上節假日人流量多,燒大香稍為不慎就會灼傷他人,濃煙滾滾,不利環保,也易引起火患,如此,求福不成,反造無邊罪業。一定要燒大香的信眾,可將大香交給寺院管理人員,同意安排焚燒,焚燒時,寺院裡的法師也會為你們祈禱。

六、燒香禮佛應當許什麼樣的願?
燒香禮佛時應當心地清淨,果能一塵不染,獲福無邊。若要許願,當放棄自私自利,損人利己的念頭,發利益社會、利益眾生之大心願,則功德無量。佛經上講 “禮佛一拜,滅罪河沙;念佛一聲,福增無量”是也。

七、禮拜佛菩薩,上幾支香為宜?
上三支香為宜。此表示“戒、定、慧”三無漏學;也表示供養佛、法、僧常住三寶。這是最圓滿且文明的燒香供養。上香不在多少,貴在心誠,所謂“燒三支文明香,敬—片真誠心”。

八、寺院裡供的佛菩薩很多,給每個佛、菩薩都要燒三支香嗎?
不一定。一般在大雄寶殿前上三支香就行了,其它各殿合掌禮拜,效果是一樣的。當然,也可以按照寺院的規定,根據寺院香爐分佈的情況自行決定,但每個香爐中不超過三支香為宜。
九、把點燃的香拿在手上拜佛正確嗎?
不正確。把香點燃後應插在香爐中間,第一支香插在中間,心中默念:供養佛,覺而不迷;第二支香插在右邊,心中默念:供養法,正而不邪;第三支香插在左邊,心中默念:供養僧,淨而不染。上完香後,應對佛像,肅立合掌,恭敬禮佛。現在有人將一把香點燃以後拿在手上拜佛,既可能引起火患,燒傷他人或自己, 也容易燒壞拜墊和器物,更造成濃煙滾滾,污染環境,危害健康,實在是不文明不如法。

十、什麼方法供養佛菩薩功德最大?
佛經上說:“一切供養中,法供養第一。”所謂法供養就是佛經上的教導,如理如法受持誦讀,自行化他,為人演說。即在日常生活和待人處世中:“諸惡莫作,眾善奉行。”

供香的方法
供香是我們對佛菩薩真誠的供養,也以此象徵自身煩惱的止息,得到解脫的清涼自在。由於香在供養中的重要地位,經論中也記載許多供香的方法、儀軌。在供香之前,我們先來了解,如何辨識好香與壞香,才能真正獻上好香來供養。首先,我們要注意供香一定要用好而純的香,
供香是我們對佛菩薩真誠的供養,也以此象徵自身煩惱的止息,得到解脫的清涼自在。由於香在供養中的重要地位,經論中也記載許多供香的方法、儀軌。
在供香之前,我們先來了解,如何辨識好香與壞香,才能真正獻上好香來供養。首先,我們要注意供香一定要用好而純的香,千萬不要用化學的香料。好的香,它會使人諸根集中持攝,鎮靜中樞神經,使定力增強,諸根增長。尤其是修行者,六根特別敏銳,氣脈特別通暢,如果用化學香,進入體內會造成殘存,不但擾亂定境,使意念紛雜,而且火氣容易上升,不但達不到安神作用,反而使身心受損。

辨識好香的方法
香的好壞,不僅影響我們的供養,也影響人體健康。要辨識香的好壞,可以從幾方面著手……
1、外觀上必須表面勻稱,未染色;拿取時不掉香粉、不沾手;(立香)香腳細而直。
2、點燃後產生的香味清雅耐聞;不刺眼、不刺鼻;香味的滲透力及持久性強。
3、最重要的,好香必須是以天然香料研磨製成,不含任何化學物品,有益健康者。

以香禮佛,重在表達誠心、體悟自性,所以,最好是採用臥香或質料較佳的盤香,用好香不但身體健康,心思也容易寂靜,更是表達供佛最恭敬的心意。

市面上許多便宜的香,大多是用木屑染色,加上化學香精做成的,因此容易造成空氣污染。媒體曾經呼籲民眾,在初一、十五時盡量避免到廟裡,因為初一、十五去拜拜的人很多,每個人都去上香,但用的都是化學香,燃燒後產生極為嚴重懸浮微粒的空氣污染,會使人產生頭暈、過敏等現象。
好的香空氣滲透力極強,點一根,大約可以滲透四、五十坪的地方,可以改善不良的環境和氣味。
好的沈香,如果讓心沈靜下來,再聞香的味道,就會感覺有一股清涼之氣從喉頭沈下來,很舒服。室內如果有發□的地方,一經薰過,就不再發□了,可見好香不只是清淨環境、身心的最佳良品,更有益於身心修持,真正可以向佛、菩薩表達最上敬意的媒介。

每天真誠的上香供養、祈願,能成就無上菩提,使一切心願圓滿,幸福如意,世出世間的修行、智慧、慈悲一切菩提事業,也能如願成就。

供香的方法
供香的方法及內容,各經論所記載有多種,以下是參照各種經論中記載的儀軌整合而出的供香法。依照這種供香的方法,如法供養,能使供香者如實獲得供香的利益。
一、清淨身心
在供香之前,首先要洗手、漱口,端正儀官,身心寂靜安定。
二、供佛
在所奉養的佛菩薩、本尊,聖像之前,恭敬合掌,眼中觀察佛教光明聖像,思惟佛陀及一切聖眾的功德巍巍,一心誠敬供養,就如同佛菩薩現在眼前一般。
三、持誦燒香真言
接著,我們捻起所供養之香,燃香持至胸前。

此時也可以持誦“金剛香菩薩真言”:唵 薩娑 怛他揭多 杜婆 布穰  暝伽 三慕達 羅窣發羅拏  三末曳 吽.
Om Sarva-Tathagata-Dhupa-Puja-Megha-Samudra-Samaye Hum
(皈命一切如來燒香供養雲海普皆平等能滿願)
此時我們祈願所供之香,化為無量廣大香雲,普薰法界,上令十方諸佛歡喜,下能覺悟一切有情。

四、皈命諸佛                                                                                                       如果有個人特別供養的佛菩薩本尊,這時可以特別持念,如:
一心奉請 南無本師釋迦牟尼佛
一心奉請 南無阿彌陀佛
一心奉請 南無大悲觀世音菩薩
行者可以隨自己的能力運心觀想,一心所奉請諸聖從,放出廣大光明,來到眼前,接受我們的供養,並歡喜受用。

五、唸供香偈
皈命諸佛之後,接著我們要唸供香偈,觀想祈願以此香供養十方一切諸佛賢聖,在無邊的世界中,都能普薰一切眾生,共同成證無上圓滿菩提。
願此香花雲,遍滿十方界,供養一切佛,尊法諸賢聖,無邊佛土中,受用作佛事,普薰諸眾生,皆共證菩提。

[作者: 佚名; 来自:中国民族报; 录入:Yangsihan; Diterjemahkan Oleh Prof Chauming.