Kemajemukan & Perbedaan Adalah Keniscayaan
(oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira, Ketua Umum Sangha Mahayana Buddhis Internasional)
Fondasi ajaran Buddha adalah Karuna (belas kasih) serta Prajna (kebijaksanaan luhur). Guru Buddha sepanjang hayat hidupnya senantiasa membabarkan Kebenaran Dharma penuh kasih, cinta damai dan anti kekerasan. Hyang Buddha bersabda: pelaku kejahatan menuai kemalangan; Sedangkan pelaku kebajikan menuai keberuntungan. Pertempuran mendatangkan penderitaan luas bagi rakyatnya, sedangkan akhir pertempuran membawa kebinasaan. Karena kemenangan menimbulkan kebencian; Sedangkan kekalahan membawa penderitaan yang berkepanjangan. Apabila tidak ada perselisihan, pertentangan maupun pertempuran, sehingga tidak ada yang dimenangkan atau dikalahkan, maka kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan pasti dirasakan oleh semua pihak.
Orang bijak merangkul perbedaan, orang bodoh memusuhi perbedaan. Berhadapan dengan perbedaan jangan dipraktikkan menjadi pembedaan, dan jangan pula dikembangkan menjadi sikap rasis atau berkembangnya permusuhan SARA (suku, agama, ras, antar-golongan). Sesungguhnya terjadi perbedaan adalah kodrat alam, keniscayaan dan realita yang harus diterima dan disikapi dengan bijak. Bangsa yang majemuk bisa bersatu maka negara pasti jaya. Umat beragama bisa rukun dan harmonis maka rakyat pasti sejahtera. Untuk itu, rangkailah kemajemukan menjadi keindahan, dan untailah perbedaan menjadi keunikan.
Sepanjang sejarah agama Buddha, tidak pernah terjadi aksi kekerasan atau perang suci atas nama agama Buddha. Bila saja ada siswa maupun umat Buddhis yang melakukan aksi kekerasan atau pembunuhan berencana sesungguhnya ia bukan seorang Buddhis tulen. Apabila ada siswa dan umat Buddha menjadi provokator dan melakukan aksi kerusuhan massal atau pembantaian, maka ia adalah seorang penghianat yang telah mencoreng dan menodai kesucian agama Buddha. Untuk itu, diserukan kepada semua umat Buddha, marilah kita menunjukan kemuliaan ajaran Buddha, Jaga nama baik umat Buddha. Senantiasa menebarkan belas kasih universal dan memberi bantuan sosial demi kebahagiaan semua makhluk
Baik khayalan maupun penerangan, semua berasal dari pikiran. Setiap keberadaan dan fenomena timbul dari kerjanya pikiran. Pikiran membentuk batas yang mengeliling kehidupan. Pikiran murni mengelilingi dirinya dengan hal yang murni. Sebaliknya, pikiran yang kotor mengelilingi dirinya dengan hal-hal yang kotor. ”Pikiran suci” tidak lagi mengelilingi dan memeluk konsep murni dan kotor, ia hidup apa adanya dengan keleluasaan tanpa rintangan lagi. Semua bentuk kehidupan hanyalah aktivitas pikiran dan berkaitan sebab-akibat, Tiada realitas di luar pikiran”.
Perlu kita sadari, semua yang terbentuk berasal dari kekosongan; Semua keberadaan berintikan kekosongan; Semua perubahan karena karakteristik kekosongan; Semua kembali lenyap ke natural kekosongan. Semua yang berkaitan ada atau tiada, pada hakikatnya non-dualitas. Bila terjebak ‘wujud ada’ atau ’wujud tiada’, bermakna kebijaksanaan nya masih rendah. Kehidupan manusia awam adalah kesinambungan kemelekatan, karena kebodohan mereka harus menerima khayalan sakit dan penderitaan panjang. Sebenarnya, segala sesuatu tidak datang dan pergi, juga tidak muncul atau menghilang. Oleh sebab itu, realitanya seseorang tidak bisa mendapatkan sesuatu atau kehilangan sesuatu.
Kesadaran tanpa warna, bentuk atau cahaya dan tak dapat ditampilkan. Ia memperlihat aneka fungsinya hanya ketika sebab-musabab dan kondisi-kondisi tertentu dipenuhi. Semua Dharma dihasilkan dari pikiran khayal sehingga terdapat ragam perbedaan. Bila menjauhi hati dan pemikiran, maka tiada wujud dan kondisi. Bila dapat melepaskan bentuk-bentuk perasaan, seperti derita-bahagia, galau-gembira, atau hati bodoh, pikiran khayal dan sebagainya yang membuat kerisauan, maka dapat terbebas dari proses kelahiran dan kematian, dan mudah mencapai Nirvana.
Bodhicitta adalah sumber kebajikan, tanpa Bodhicitta sulit melakukan rutinitas kebajikan. Tanpa Bodhicitta segala kebajikan bocor pahalanya dan sulit terkumpulnya paramita kebajikan. Tanpa Bodhicitta semua kebajikan yang dilakukan mengarah kepada kebajikan iblis. Oleh karena itu, mengembangkan Bodhicitta adalah mutlak diperlukan untuk melaksanakan kebajikan tertinggi, berjuang ke atas untuk mencapai Kebuddhaan, sedang ke bawah peduli dan menolong semua makhluk agar bebas bodoh dan derita.
Alam kehidupan manusia dibentuk oleh pikiran manusia. Asri atau kacau diciptakan oleh nuansa kesadaran manusia. Sesat atau sadar karena ulah dari pikiran. Nyaman atau resah semua dipermainkan oleh perasaan manusia. Mulia atau nista karena sikap perilaku manusia. Untuk tercapainya perdamaian harus dirancang dan dibangun oleh pikiran manusia. Kesejahteraan manusia bersumber dari pengendalian diri. Untuk mencapai kehidupan yang harmonis maka diperlukan pendidikan budi pekerti, moralitas, dan pendidikan karakter manusia luhur. Di awali meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran. Tanamkan nilai-nilai keluhuran umat manusia, yaitu: malu berbuat jahat, dan takut akibat perbuatan jahat. yaitu: 1. Ciptakan hati manusia yang tentram dan berkebajikan. 2. Ciptakan keluarga yang rukun dan sejahtera. 3. Ciptakan hubungan baik antar manusia untuk saling menghormati dan menghargai. 4. Ciptakan masyarakat yang santun, adil dan bermartabat. 5. Ciptakan kehidupan manusia yang baik dan benar. 6. Ciptakan dunia yang bersinergi, damai dan indah.
Demikianlah artikel ini ditulis secara singkat ini untuk disebarkan kepada kaum Buddhis dan masyarakat luas, semoga dapat diambil hikmahnya dan bermanfaat. Akhir kata, Semoga semua makhluk berbahagia, Amithofo.