Shuranggama Sutra 楞嚴經

(sambungan dari edisi sebelumnya)

Melenyapkan objek-objek penyebab luar
‘Ananda, seperti anda dan saya memandang istana yang dihuni oleh empat raja surgawi yang terdapat di air, di tanah, dan di udara, walaupun banyak dijumpai beragam bentuk dan lekukan dalam keadaan terang dan gelap, mereka sebenarnya merupakan hasil dari fenomena objektif pembedamu. Di sini anda harus membedakan antara “aku”-mu dan objek-objek luar. Dari apa yang anda lihat, sekarang saya mengambil apa yang termasuk ke dalam “aku”-mu dan yang merupakan fenomena. Ananda, jika anda mengosongkan seluruh lapangan pandangmu dari matahari dan bulan sampai dengan jarak tujuh pegunungan4 dengan segala macam cahaya, semua yang kelihatan itu adalah fenomena yang bukanlah ANDA. Apabila anda (memperpendek jangkauanmu) anda akan melihat awan-awan dan burung-burung yang sedang beterbangan, debu-debu dan angin, pohon-pohon, pegunungan, sungai-sungai, rumput-rumput, manusia-manusia dan binatang-binatang; mereka dikatakan semuanya eksternal (luar) dan bukanlah ANDA.
______________________
1 Dhyana pertama dari keempat dhyana, yang besarnya seperti sebuah alam dan terdiri dari tiga dunia Brahma. Lihat juga ajaran Ch’an dan Zen, Seri Ketiga, Daftar Kata, halaman 287, Rider & Co.
2Salah satu dari sepuluh kepala murid-murid dari Sang Buddha.
3Amala, buah seperti kacang areka.
4Tujuh pegunungan konsentris jaraknya yang mengelilingi Semeru, pusat dari seluruh pegunungan di dunia, setiap jaraknya dipisahkan oleh laut dari yang lainnya.

Inti dari persepsi
‘Ananda, berbagai jenis barang-barang, baik jauh maupun dekat, apabila diamati dengan inti dari penglihatanmu, akan kelihatan berbeda sedangkan alamiah penglihatanmu itu tunggal. Inti yang cemerlang ini sebenarnya adalah alamiah dari persepsimu.1
_______________________
1 Hal ini menunjukkan Inti dari Penglihatan yang cemerlang dan berasal dari Kesadaran Kedelapan yang mengrefleksikan lima data indera dan menyadari objek-objek sekitar, maka disebut sebagai penglihatan penyebab. Sewaktu ia kontak dengan dunia luar, hal ini menghasilkan Kesimpulan Langsung yang merupakan milik dari Kesadaran Kedelapan (alaya-vijñana). Jika kontak pertama ini diikuti pemikiran yang mengendalikan pikiran dan membuatnya jadi berbeda, ini merupakan Kesimpulan Komparatif yang merupakan bagian dari Kesadaran Keenam (mano-vijñana).
Metode delapan lipat untuk mengembalikan keadaan mental ke penyebab asalnya, yang telah didiskusikan sebelumnya, untuk melenyapkan penglihatan pembeda yang timbul dari penyebab luar, terutama Kesimpulan Komparatif. Kesimpulan Langsung sekarang kita diskusikan untuk mengungkapkan Inti dari Penglihatan dengan kapasitas untuk melenyapkannya juga.
Walaupun kesurgawian dan keduniaan berbeda, dan lapangan pandang juga tidak besar ataupun terbatas, semuanya ini menjadi bagian dari Persepsi Langsung dari Kesadaran Kedelapan. Keanekaragaman dari fenomena yang luas, seperti surga, bumi dan semua yang terdapat di dalamnya, timbul di dalam lapangan pandang dan menunjukkan bahwa walaupun penampakan berbeda, persepsi itu sama bentuknya dan tidak dapat bercampur dengannya. Inti cemerlang yang tidak berubah ini dikenal sebagai Sifat Alamiah dari Persepsi. Jika anda mengenalnya, anda akan memiliki kemampuan untuk menyadari Alamiah Sebenarnya.

INTI DARI PERSEPSI YANG DISALAHARTIKAN
SEBAGAI KOMPONEN LUAR

Membuktikan kesalahan konsepsi yang disalahartikan
‘Jika penglihatan itu merupakan suatu objek, seharusnya anda dapat juga melihat penglihatanku. Jika anda dapat melakukannya, mengapa sewaktu saya tidak melihat apapun, anda juga melihat kehampaan penglihatanku? (Bahkan) jika anda dapat, itu bukanlah yang sebenarnya, melainkan penglihatanmu yang salah. Jika anda tidak melihat kehampaan penglihatan saya, hal itu berarti penglihatanmu dan saya bukanlah merupakan objek. Jikalah demikian, mengapa penglihatanmu tidak bisa menjadi DIRIMU? Dan jika sewaktu anda mengamati suatu objek, seharusnya ia juga melihatmu; jika demikian objek dan sinar alamiah penglihatanmu akan bercampur dan anda, saya dan dunia ini akan berada di dalam keadaan keragu-raguan’.

Persepsi benar
‘Ananda, sewaktu anda melihat (benda-benda), penglihatan ini milikmu dan bukanlah milikku, dan sifat ini menyebar kemana-mana, jika itu bukanlah DIRIMU, jadi berupa apakah ia? Mengapa anda masih menyangsikan tentang sifat alamiah dirimu dan bertanya kepadaku untuk meyakinkan bahwa itu tidak salah?’1
_________________________
1Hal ini digunakan untuk mengetahui penyimpangan Ananda dari sifat alamiah yang asli dari penglihatan. Sang Buddha takut bahwa Ananda akan mengsalahartikan penglihatannya sebagai objek, maka Beliau berkata: ‘Setiap benda yang terlihat merupakan objek, anda dan saya punya juga menjadi objek dan anda dapat juga melihat penglihatan saya. Jika demikian, sewaktu saya tidak melihat apapun, mengapa anda tidak melihat kehampaan penglihatan saya? Bahkan jika anda bisa, itu merupakan penglihatanmu yang salah bukanlah kehampaan penglihatan saya. Jika anda tidak melihat kehampaan penglihatan saya, maka dengan perkataan lain itu berarti penglihatanmu dan saya punya bukanlah merupakan objek-objek. Oleh karena penglihatan ini nyata dan tidak terikat pada objek-objek, apakah itu merupakan sifat alami dari penglihatanmu? Jika anda terikat pada penglihatan sebagai objek, objek itu seharusnya melihatmu juga; maka penglihatanmu dan objek akan saling melihat tanpa ada perbedaan antara manusia dan objek, dan hal ini akan membingungkan. Ajaran tentang penglihatan tidak terikat pada objek-objek adalah mengembalikan persepsi (lihat halaman 12-13) ke Inti dari Kesadaran. Jika anda mengerti tentang ini, anda akan memperoleh secara bertahap Alamiah yang Sebenarnya.
Maka Sang Buddha berkata : ‘Sewaktu anda melihat sesuatu, itulah penglihatanmu yang tidak berhubungan dengan saya. Apakah bukan penglihatanmu yang menembus alamiah sebenarnya dirimu? Ini sebenarnya sudah cukup jelas, mengapa anda masih sangsi tentangnya yang menetap pada dirimu dan gagal untuk mempercayainya sebagai Kebenaran? Mengapa anda masih menunggu saya untuk meyakinkannya lagi?’

MELENYAPKAN KAPASITAS PERSEPSI UNTUK
MENGUNGKAPKAN KESADARAN SEJATI

Kapasitas penglihatan
Ananda bertanya: ‘Yang Maha Agung, jika saya merupakan alamiah dari penglihatan, mengapa sewaktu Sang Buddha dan saya melihat istana dari keempat raja surgawi dan matahari serta bulan, penglihatan itu pertama sekali menembus seluruh dunia dan kemudian kembali ke vihara, kemudian ke kuil-kuil dan sekarang ke aula ini sampai ke atap-atap dan koridor-koridornya? Apakah penglihatan yang pertama sekali menyebar ke seluruh alam semesta sekarang kembali dan hanya menerangai aula ini; apakah kekuatan sebelumnya tidak berkurang, ataukah ia dipotong oleh dinding dari aula ini? Saya tidak mengetahui di mana “pengertian” dari semuanya ini sebenarnya “terletak”, akankah Yang Maha Agung dengan sifat belas kasihannya menerangkannya kepadaku?’

Melenyapkan kapasitas penglihatan
Sang Buddha menjawab: ‘Ananda, semua benda di dunia ini, baik besar maupun kecil, di dalam ataupun di luar, seperti juga pada keadaan yang lain1 semuanya di luar; seharusnya anda tidak mengatakan bahwa penglihatanmu mengalami dilatasi atau konstriksi. Ambil contoh sebuah kotak bujur sangkar yang mana di dalamnya seolah-olah tampak udara dalam bentuk “bujur sangkar” di dalam kotak tersebut. Sekarang katakana kepada saya apakah udara dalam bentuk “bujur sangkar” yang terlihat di dalam kotak tersebut apakah benar-benar bujur sangkar atau tidak? Jika ya, maka seharusnya ia tidak berbentuk bulat bila “dituangkan” ke kotak yang bulat. Jika tidak, maka seharusnya tidak ada udara berbentuk “bujur sangkar” di dalam kotak tersebut. Anda katakan bahwa anda tidak mengetahui di mana “arti” dari semuanya ini “terletak” sebenarnya (tetapi) “arti” itu nyata, di manakah anda ingin “meletakkannya”? Ananda, jika anda menginginkan udara itu tidak berbentuk bujur sangkar ataupun bulat, buanglah kotak itu. Oleh karena udara tidak memiliki tempat, anda seharusnya tidak memaksa kembali untuk memindahkan tempat di mana ia “terletak”. Dimisalkan, seperti yang telah anda katakan sewaktu anda memasuki aula ini, penglihatanmu menciut menjadi lobang kecil dan sewaktu anda memandang ke matahari, apakah anda mengangkatnya untuk melihat matahari di atas langit? Jika dinding bisa menghalangi penglihatanmu, dapatkah anda menghalanginya dari intipan melalui lobang di dinding? Maka anggapanmu itu salah’.

MENGUNGKAPKAN KEBENARAN
‘Semua makhluk hidup, sejak zaman dahulu kala, tidak menghargai dirinya sendiri dengan bergantung pada objek-objek luar, maka mereka kehilangan Pikiran Mendasar mereka. Sehingga mereka diputarbalikkan oleh objek-objek dan menerima ukuran besar dan kecil. Jika mereka dapat memutarbalikkan objek ini kembali, mereka akan seperti Sang Tathagata dan tubuh beserta pikirannya akan berada di dalam keadaan yang sempurna menyeluruh; dari sisi suci yang tidak dapat berubah,² ujung-ujung dari setiap helai rambut mereka akan mengandung semua alam dari sepuluh penjuru’.3
______________________________
1 Delapan keadaan penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya (lihat halaman 43).
2 Sisi Suci atau Bodhimandala, merupakan Alam Murni yang tidak dapat diubah dari Kesadaran Sejati yang sempurna dan bersifat universal. Ini merupakan pelenyapan dari angkasa.
3Kita telah melihat bahwa Kesadaran Kedelapan memiliki tiga ciri khas : pembuktian diri sendiri, persepsi dan bentuk. Sewaktu Sang Buddha hendak melenyapkan kesalahan untuk mengungkapkan Kebenaran, pertama sekali Beliau mengambil contoh bentuk kemudian Beliau menggunakan inti dari penglihatan untuk menunjukkan bahwa ia tidak terikat pada semua penyebab-penyebab luar. Dengan pelenyapan penyebab-penyebab objektif (atau bentuk), penglihatan subjektif (persepsi) juga akan lenyap; ini merupakan pengembalian penglihatan ke inti dari persepsi yang berdiri sendiri. Oleh karena inti dari persepsi atau Kesadaran Kedelapan belum dilenyapkan, pengaruh langsungnya dapat membentuk tubuh dan alam semesta ini, dan memberikan anggapan bahwa kapasitasnya terbatas dan tidak dapat dibandingkan dengan Dharma yang tidak terikat (Dharmadhatu); maka faktor di dalam, di luar, keadaan kecil atau besar yang menyebabkan Ananda sangsi bahwa penglihatannya dikurangi. Jika kapasitas dimusnahkan, organ-organ indera dan objek-objek luar akan lenyap dan Alamiah Sebenarnya akan tidak terbatas. Inilah apa yang orang-orang kuno artikan dengan mengatakan : ‘Tidak perlu untuk mencari Kebenaran; ia akan cukup untuk mendapatkan semua pandangan.’(*) Jika kapasitas penglihatan dilenyapkan, bentuk-bentuk akan lenyap secara spontan. Maka Sang Buddha berkata : ‘Jika seseorang dapat memutarbalikkan objek kembali, dia akan menjadi seperti Sang Tathagata dan tubuh beserta pikirannya akan berada dalam keadaan sempurna, dan dari sisi suci yang tidak dapat diubah, setiap ujung dari helai rambutnya akan mengandung semua alam dari sepuluh penjuru.’
Maka Sang Buddha melenyapkan Persepsi untuk mengungkapkan Kesadaran Ketujuh, demikian juga Agregat Keempat, samskara, dalam pengungkapan sebagian-Nya tentang Kebenaran. Hal ini berhubungan dengan pembalikan dasar kedua (lihat halaman 16) (*) Dikutip dari gatha ‘Have Faith in Your Mind’ oleh Seng Ts’an, Pastor Cina ketiga dari Sekolah Ch’an.
1Sang Buddha hendak melenyapkan pembuktian diri sendiri alaya, dengan anggapan bahwa pelenyapan ego untuk mengungkapkan Kebenaran Tunggal. Oleh karena Kesadaran Ketujuh sering dipakai untuk menyalahkan Kesadaran Kedelapan tentang ego dari dalam, Hinayana menyalahartikannya sebagai Diri Sebenarnya dari Nirvana dan skeptis terhadap Ego Spiritual yang merupakan Diri yang melingkupi mereka di sepuluh penjuru. Inilah alasan mengapa Sang Buddha berkata: ‘Alaya-vijñana sangatlah mendalam dan kompleks, dan bibit-bibitnya dari kebiasaan lama telah berkembang dan meluap (yang tidak tertahankan). Saya selalu menunda untuk mengungkapkannya kepada orang-orang yang terdelusi yang mana mereka.

Melenyapkan inti dari persepsi untuk melenyapkan agregat kelima dan kesadaran kedelapan

MELENYAPKAN KEMELEKATAN TERHADAP EGO UNTUK MENGUNGKAPKAN KEBENARAN TUNGGAL
Ananda bertanya: ‘Jika inti dari penglihatan merupakan sifat alamiah saya yang cemerlang, seharusnya ia timbul sebelum saya. Jika penglihatan merupakan ego yang sebenarnya, ‘apakah yang menjadi tubuh dan pikiran saya? Akan tetapi, tubuh dan pikiran saya dapat membedakan (benda-benda) sedangkan penglihatan saya tidak dapat membedakan tubuh saya. Jika persepsi merupakan pikiran saya dan menyebabkan saya melihat (benda-benda), maka persepsi ini merupakan Ego saya, sedangkan tubuh saya bukan; ini sebenarnya apa yang Sang Buddha buktikan sebelumnya (dengan alasan bahwa) objek-objek seharusnya melihat saya. Mohon Sang Buddha yang penuh belas kasihan untuk menjelaskannya kepada saya.’1

MENELUSURI KONSEPSI ANANDA YANG SALAH TENTANG OBJEK PERSEPSI YANG NYATA DAN TIDAK
Miskonsepsi tentang persepsi objek NYATA
Sang Buddha menjawab: ‘Ananda, konsepsimu tentang persepsi nyata mendahului dirimu tidaklah benar, oleh karena jika benar, inti dari persepsi seharusnya memiliki posisi yang dapat diperlihatkan. Sewaktu anda duduk di Taman Jetavana, anda melihat pohon-pohon dan [nullahs] juga aula ini, dengan matahari dan bulan di atasnya, serta sungai Gangga di kejauhan. Sekarang anda duduk di hadapan kursi singa saya, dan menggerakkan tanganmu menunjuk ke sekitarnya, seperti semua daun-daun yang gelap di hutan, matahari yang bersinar terang, dinding-dinding yang menghalangi dan udara bebas juga rumput-rumput, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda kecil, walaupun ukuran mereka berbeda, masing-masing dari mereka dapat ditunjuk. Jika sebenarnya mereka adalah penglihatanmu yang dimanifestasikan di depanmu, anda seharusnya mampu untuk menunjukkan mana yang merupakan penglihatanmu.’
‘Ananda, seharusnya anda mengetahui bahwa kehampaan itulah penglihatanmu, oleh karena ia telah menjadi persepsimu, bagaimana ia dapat menjadi hampa? Jika benda-benda (luar) merupakan penglihatanmu dan telah menjadi persepsimu, bagaimana ia dapat menjadi objek luar? Jadi, setelah memilah-milah semua benda-benda di depanmu, ambillah prinsip yang benar dan murni dari persepsimu dan tunjukkan (kepada saya) untuk membuktikan bahwa itu sudah jelas dan tidak dapat dibuktikan sama dengan objek-objek luar’.
Ananda berkata: ‘Dari aula ini, sekarang saya melihat sungai Gangga di kejauhan, matahari dan bulan di atasnya, dan semua yang dapat saya tunjuk dengan tangan saya dan dapat dilihat dengan mata; mereka semuanya benda-benda (luar) akan tetapi tidak ada satupun merupakan persepsi saya. Yang Maha Agung, seperti telah Sang Buddha katakan, tidak hanya para pemula pada tahap sravaka, seperti diriku, yang masih dalam arus tumimbal-lahir, bahkan seorang Bodhisatva, tidak dapat memilah-milah benda-benda dan mengambil inti dari penglihatan yang memiliki sifat alamiah yang bebas di luar dari fenomena’.
Sang Buddha berkata: ‘Benar, benar.’
______________________
menganggapnya sebagai ego mereka.’ Hal ini sebabnya mengapa Sang Buddha jarang mengungkapkannya secara mudah.
Sewaktu Ananda berkata : ‘Jika inti dari penglihatan merupakan sifat alamiah saya yang cemerlang, (seharusnya) ia timbul sebelum saya,’ dia bermaksud bahwa jika objek-objek dapat diputarbalikkan sehingga dia akan menjadi seperti Sang Tathagata, maka benda-benda yang tidak terhitung jumlahnya timbul merupakan inti dari penglihatannya. Ini menunjukkan bahwa bentuk merupakan ego.
Sewaktu dia berkata : ‘Jika penglihatan merupakan ego sebenarnya dariku, jadai apakah yang menjadi tubuh dan pikiran saya?’ dia bermaksud jika benda-benda merupakan penglihatan alamiahnya, (seharusnya) mereka menjadi egonya; jika ya, maka di manakah letak tubuh dan pikirannya? Ini menunjukkan bahwa ego muncul terpisah dari bentuk. Sewaktu dia berkata: ‘Akan tetapi sebenarnya tubuh dan pikiran saya dapat membedakan (benda-benda) sedangkan penglihatan tidak dapat membedakan tubuh saya,’ dia bermaksud bahwa jika objek-objek merupakan ego, maka pikiran dan tubuh seharusnya tidak, akan tetapi sebenarnya tubuh dan pikiran dapat membedakan objek-objek, dan jika pikiran dan tubuh merupakan ego, mengapa mereka tidak membedakan tubuhnya? Ini menunjukkan ego yang besar dan bentuk-bentuk adalah kecil, dan bahwa ego itu mengandung bentuk.
Sewaktu dia berkata: ‘Jika penglihatan merupakan pikiran saya dan menyebabkan saya melihat, maka persepsi merupakan ego saya, sedangkan tubuh tidak,’ dia bermaksud bahwa jika objek-objek ini merupakan pikirannya dan membuatnya untuk melihat, maka penglihatan alamiahnya merupakan ego sebenarnya sedangkan tubuh dan pikirannya bukan. Ini merupakan apa yang sebelumnya Sang Buddha buktikan tentang objek-objek yang seharusnya melihatnya. Ini menunjukkan bentuk yang besar dan ego yang kecil dan bahwa bentuk-bentuk mengandung ego.
Maka permohonan Ananda mengenai objek-objek luar yang disalahartikan sebagai ego karena dia tidak mengerti sepenuhnya tentang ajaran Sang Buddha tentang cara untuk “memutarbalikkan benda-benda” sehingga sama kedudukannya dengan Sang Tathagata.

Miskonsepsi tentang persepsi objek-objek TIDAK NYATA
Sang Buddha berkata : ‘Seperti yang telah anda katakan, tidak ada inti penglihatan dengan sifat alamiah bebas di luar fenomena. Sekarang jika tidak ada persepsi pada benda-benda yang anda tunjuk, saya akan ulang bertanya: Seperti halnya anda dan Sang Tathagata duduk di taman Jetavana, sewaktu anda melihat hutan dan semua objek luar termasuk matahari dan bulan, jika memang tidak ada inti dari Penglihatan yang dapat diambil dari mereka, katakan kepada saya, yang mana yang bukan merupakan penglihatan?’
Ananda menjawab : ‘Dari semua benda yang terlihat di taman Jetavana ini, saya tidak mengetahui yang mana yang bukan penglihatan. Mengapa? Karena jika pohon-pohon bukan merupakan penglihatan, mengapa saya dapat melihatnya? Jika mereka adalah penglihatan, mengapa meraka adalah pohon-pohon? Jika kehampaan bukan merupakan penglihatan, mengapa saya melihatnya? Jika kehampaan merupakan penglihatan, mengapa ia hampa? Saya juga telah memikirkannya dengan seksama tentang semuanya ini dan sekarang berkesimpulan bahwa masing-masing mereka adalah penglihatan’.
Sang Buddha menjawab: ‘Benar, benar.’
Dalam kumpulan tersebut, semua yang belum mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, sangat heran setelah Sang Buddha membenarkannya. Mereka gagal untuk mengerti arti-Nya dan menjadi gelisah serta kehilangan keseimbangan. Sang Buddha menyadari keraguan mereka dan merasa kasihan kepada mereka dan berkata : ‘Saudara-saudara yang mulia, perkataan dari Raja Dharma Tertinggi adalah benar, mengikuti Kebenaran dan tidaklah menipu ataupun salah, tidak seperti mereka yang skeptis khotbahnya berupa pendapat diri sendiri dan tanpa tujuan.1
Sekarang dengarkanlah dengan baik-baik; kesetiaanmu padaku tidak akan sia-sia’.2

MANJUSRI PENENGAH YANG BERGUNA
Kemudian, Bodhisatva Manjusri, yang menaruh belas kasihan kepada keempat varga, bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dengan sikap Anjali, berkata: ‘Yang Maha Agung, mereka tidak mengerti pembuktian dua lapis Sang Tathagata tentang kenyataan dan ketidaknyataan dari inti persepsi dalam bentuk dan kehampaan. Mereka berpikir jika bentuk-bentuk penyebab dan kehampaan sebagai penglihatan, seharusnya memiliki tanda-tanda tertentu, dan jika tidak, maka itu bukanlah penglihatan. Mereka tidak mengerti ajaranmu, maka terkejut dan bingung, akan tetapi sekarang mereka tidak seperti orang-orang yang tidak serius dan rendah.³ Mohon Sang Buddha yang penuh belas kasihan untuk memberikan penerangan kepada mereka (sehingga mereka mengetahui) apa itu objek dan inti dari persepsi yang mendasar dan apakah mereka “ada” ataupun “tidak ada” di antara keduanya’.
Sang Buddha berseru kepada Manjusri dan anggota Sangha lainnya: ‘Kepada semua Tathagata dan Bodhisatva yang agung dari
_______________________
1[Harfiah] Tidak seperti Maskari Gosaliputra yang berkhotbah tentang empat jenis keadaan tanpa mati yang berupa pendapat diri sendiri dan tanpa tujuan.
2Tujuan Sang Buddha adalah untuk menunjukkan dengan langsung bahwa Kebenaran Tunggal yang antara ‘ada’ dan ‘tidak ada’. Seperti Ananda dan mereka yang belum mempelajarinya dengan sungguh-sungguh masih terikat kepada dualisme kenyataan dan ketidaknyataan, mereka menjadi gelisah, bingung dan kehilangan keseimbangan sewaktu apa yang mereka yakini biasanya disapu lenyap. Maka Sang Buddha menenangkan mereka. Sampai di sini Ajaran-Nya mengandung tujuan untuk melenyapkan miskonsepsi tentang Ego sebenarnya.
3Ditujukan terhadap murid-murid sombong yang menolak untuk mendengarkan penjelasan Sang Buddha tentang Sutra Teratai.

Sepuluh penjuru, dalam keadaan Samadhi, penglihatan dan penyebab (yang muncul bersamaan), juga semua bentuk-bentuk yang dapat dibayangkan, adalah seperti bunga-bunga di langit yang secara mendasar tidak nyata. Penglihatan dan penyebab sebenarnya adalah inti Penerangan yang mendalam, murni dan suci;1 bagaimana jadinya sehingga “ada” dan “tidak ada” berada di dalamnya? Manjusri, sekarang saya mau bertanya kepadamu; sekarang anda adalah Manjusri yang sebenarnya; mungkinkah dijumpai Manjusri lainnya yang pertama “ada” dan kemudian “tidak ada”?²

Manjusri menjawab: ‘Tidak, Yang Maha Agung, saya adalah Manjusri yang sebenarnya dan tidak mungkin ada yang lain. Mengapa? Jika ada, maka akan ada dua Manjusri, akan tetapi kehadiran saya di sini bukan berarti bahwa tidak ada Manjusri, dengan konsepsi (atas dasar pendapat sendiri) antara “ada” dan “tidak ada”’.

Sang Buddha berkata: ‘Seperti halnya penglihatan yang jelas ini juga objek-objek (yang terlihat) dan kehampaan ini secara mendasar merupakan Kesadaran Sejati yang murni, suci dari Bodhi yang Agung, Sempurna, Cemerlang yang diartikan secara salah sebagai bentuk dan kehampaan seperti halnya pendengaran dan penglihatan, adanya bulan kedua yang dianggap dengan miskonsepsi tentang bulan yang sebenarnya dan yang palsu. Manjusri, hanya ada satu bulan yang benar di antara keadaan “ada” dan ”tidak ada”. Maka, jika penglihatan pembedamu dan objek-objeknya membangkitkan semua jenis kreasi (mental), ini merupakan pemikiran salah yang akan menghambatmu keluar dari dualisme keadaan “ada” dan “tidak ada”. (Jika anda melihatnya dengan) penernagan Alamiah yang suci, murni, benar, ia akan memungkinkanmu terhindar dari dualisme ini.’3
__________________________
1Penglihatan dan penyebabnya timbul dari Inti Penerangan yang mendasar.
2Ini merupakan konsepsi atau pendapat sendiri tentang keberadaan dan ketidakberadaan.
3Dalam keadaan khayalan, kebijaksanaan diubah menjadi kesadaran, oleh karena konsepsi yang salah tentang tubuh dan sekelilingnya dengan variasi yang besar dari benda-benda yang berbeda, semuanya dihasilkan melalui kesadaran. Jika kesadaran berubah bentuknya menjadi kebijaksanaan, semua objek-objek luar akan lenyap dengan seketika. Maka ada suatu kata mutiara : ‘Persepsi tentang bentuk merupakan kesadaran dan tanpa persepsi merupakan kebijaksanaan.’ Perbedaan keduanya hanya terletak pada perubahannya. Apabila inti dari Kebenaran Tunggal diubah menjadi alaya-vijñana, tubuh dan alam semesta akan timbul. Jika tubuh dan pikiran dipisahkan dari dalamnya dan alam semesta dipisahkan dari luarnya, maka gudang kesadaran (alaya) pada dasarnya adalah Kesadaran Sejati dari Dharma dan Kebenaran Tunggal yang permanen di dalam Tathagata-garbha, dengan jalan manakah kita bisa menjumpai keadaan “ada” dan “tidak ada” yang dimaksud? Jika kita terikat pada persepsi salah tentang kesadaran, ia akan membangkitkan (dualisme tentang) apa yang benar dan palsu. Jika kita menggunakan Kebijaksanaan Agung untuk mengaburkan mereka, kita tidak akan dapat menemukan benda-benda demikian. Maka, Manjusri yang

‘MELENYAPKAN PEMBUKTIAN DIRI ALAYA UNTUK PENGUNGKAPAN
KEBENARAN TUNGGAL

DISKRIMINASI ANANDA
Ananda berkata: ‘Yang Maha Agung, Raja Dharma telah bersabda tentang alamiah pencapaian penerangan (Bodhi) yang selalu muncul di sepuluh penjuru4 di luar lingkup kelahiran dan kematian; apakah ini berbeda dari konsepsi premordial mendalam, berdasarkan doktrin Kapila dan bahwa Ego sebenarnya menyebar ke mana-mana menurut orang suci heterodoks yang menutupi kepala mereka dengan abu dan debu? Sang Buddha, sewaktu berada di gunung Lanka, pernah berkata kepada Mahamati: “Orang-orang skeptis selalu berkata tentang keberadaan alamiah tetapi saya bersabda tentang sebab dan akibat yang berada di atas kondisi yang telah mereka capai”. Sekarang bila saya memeriksa Penerangan alamiah ini, ianya bersifat timbul sendiri, di atas kelahiran dan kematian, dan diantara semua kesalahan dan pembalikan. Tampaknya tidak dijumpai sebab dan akibat juga keberadaan alamiah. Maukah Sang Buddha mengajarkan kepada kami sehingga kami tidak jatuh ke dalam hal-hal yang bertolak belakang dari sebenarnya dan memperoleh Kesadaran Sejati yang cemerlang’.
_____________________________
Menganggapnya sebagai Kebijaksanaan Agung mohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskan bagaimana inti persepsi dan objek-objeknya dapat dipisahkan dari dualisme. Sang Buddha, sewaktu dalam keadaan Samadhi Agung, menjawab seperti yang tertera di atas, secara khusus mengungkapkan Kebenaran Tunggal di samping kehampaan.
Sebelumnya Sang Buddha telah melenyapkan penglihatan yang salah dengan bantuan dari inti persepsi dan telah berkata : ‘Walaupun inti persepsi bukanlah inti kesadaran sejati yang mendalam, hal itu seperti bulan kedua akan tetapi bukan cerminannya di permukaan air.’ Sekarang sewaktu Beliau hendak melenyapkan inti dari persepsi, Beliau berkata : ‘Hanya ada satu bulan yang sebenarnya,’ dengan perkataan lain, tidak ada bulan kedua; hal ini jelas menunjukkan sabda Sang Buddha yang penuh dengan kepandaian untuk melenyapkan miskonsepsi, dari yang terkasar sampai dengan yang terhalus sehingga secara perlahan membawa murid-murid-Nya kembali ke Kebenaran yang akan menjadi jelas bagi mereka. Jika pikiran yang salah digunakan untuk menjelaskan benda-benda, mereka tidak akan lepas dari dualisme “ada” dan “tidak ada”. Tetapi jika mereka gunakan sifat Alamiah dari Penerangan sebagai penjelasan, hal itu akan membantu mereka untuk menghindari dualism ini. Hal ini mengungkapkan sifat alamiah dari Kebenaran Tunggal, dan sampai sekarang, kemelekatan terhadap realitas ego dilenyapkan untuk pengungkapannya.
4 Alamiah dari Bodhi diikuti keduniawian akan menyebabkan ia timbul di mana-mana untuk makhluk hidup yang berkorban tanpa menyimpang dari keadaan Nirvana.
5 Hetupratyaya: Hetu = penyebab primer, seperti bibit; pratyaya = akibat atau penyebab kedua, seperti bumi, hujan, sinar matahari.

MELENYAPKAN DISKRIMINASI ANANDA
Memusnahkan “aku”
Sang Buddha berkata: ‘Saya telah mengungkapkan secara mendalam tentang kebenaran kepadamu, tetapi anda masih belum menyadarinya bahkan menganggapnya sebagai “aku”. Ananda, jika itu merupakan “aku”, ia seharusnya menunjukkan dengan jelas bahwa inti itulah dirinya. Sekarang pandanglah penglihatan yang cemerlang ini dan perhatikan apa yang menjadi dirinya? Ananda, jika cahaya merupakan dirinya, anda seharusnya tidak melihat kegelapan dan jika kehampaan, anda seharusnya tidak melihat rintangan. Jika kegelapan merupakan dirinya, alamiah penglihatanmu seharusnya tidak timbul sewaktu ada cahaya, dan jika demikian, mengapa anda masih melihat cahaya?’

Ananda berkata: ‘Jika demikian, alamiah penglihatanmu itu bukanlah “aku”. Sekarang saya menerka bahwa ia diciptakan oleh sebab dan akibat, akan tetapi sampai sekarang saya masih belum mengerti. Saya mohon kepada Sang Tathagata untuk mengajarkan kepadaku bagaimana hal ini berhubungan dengan alamiah dari sebab dan akibat?’

Melenyapkan sebab dan akibat
Sang Buddha berkata: ‘Sekarang anda bercerita tentang sebab dan akibat. Saya mau bertanya: Sewaktu anda melihat benda-benda, alamiah penglihatanmu timbul; apakah penglihatan ini timbul akibat dari cahaya, kegelapan, kelancaran ataukah rintangan? Ananda, jika itu timbul karena cahaya, seharusnya anda tidak melihat kegelapan dan jika karena kegelapan, seharusnya anda tidak melihat cahaya; hal ini sama dengan kelancaran dan rintangan. Sekali lagi, apakah penglihatan ini berada di dalam kondisi terang, gelap, lancar atau terhambat? Ananda, jika ia lancar, anda seharusnya tidak melihat rintangan dan jika ia terhambat anda tidak dapat melihatnya dengan terang; hal ini sama juga dengan terang dan gelap’.

Mengungkapkan inti Bodhi
‘Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa inti Bodhi itu cemerlang dan terang, tanpa sebab ataupun akibat, tanpa “aku” ataupun bukan “aku”, tanpa kenyataan ataupun ketidaknyataan, oleh karena ia berada di atas semua bentuk-bentuk dan identik dengan semua benda-benda (dharma).1 Bagaimana sekarang anda dapat memikirkannya dan menggunakan istilah tidak penting dari duniawi untuk menjelaskannya? Hal ini seperti mencoba menangkap atau menyentuh kehampaan dengan tanganmu; anda hanya akan terbelenggu olehnya. Oleh karena bagaimana anda menangkap kehampaan tersebut?’

Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.