Shuranggama Sutra 楞嚴經
(sambungan dari edisi sebelumnya)
KARMA INDIVIDU
‘Apa yang dimaksud karma individu yang menyebabkan pandangan yang salah? Ananda, hal itu seperti seseorang yang karena matanya meradang, melihat lampu pada malam hari seperti lingkaran lima warna yang mengelilinginya. Apakah lingkaran yang tampak itu sebagai akibat dari peradangan matanya ataukah karena penglihatannya? Jika itu merupakan warna peradangan, mengapa hanya orang dengan mata yang sakit itu melihatnya, sedangkan yang lain tidak? Jika itu merupakan warna dari penglihatannya, karena penglihatannya merupakan warna tersebut, apa yang bisa anda artikan tentang lingkaran tersebut? Lebih lanjut, Ananda, jika lingkaran ini tidak tergantung pada lampu tersebut, seharusnya orang tersebut melihatnya juga sewaktu memandang secara dekat tirai, meja dan tikar; jika ia tidak tergantung dengan penglihatan, seharusnya hal itu tidak terlihat oleh mata, jadi mengapa orang yang matanya sakit mampu melihatnya? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa warna ini timbul dari cahaya lampu dan berbentuk lingkaran apabila diterima oleh penglihatan yang terganggu; kedua-duanya (bentuk) lingkaran dan (persepsi) penglihatan adalah diakibatkan mata yang meradang, akan tetapi seseorang yang mengetahui penyakit ini adalah tidak sakit. Jadi, seharusnya anda tidak (mendiskriminasi dan) berkata bahwa itu merupakan lampu atau penglihatan, dengan pengertian lain bahwa itu bukan merupakan lampu ataupun penglihatan tersebut. Hal ini seperti bulan kedua yang bukan merupakan bulan sebenarnya ataupun bayangannya. Mengapa? Oleh karena penglihatan bulan kedua ini merupakan hasil khayalan. Maka, orang-orang bijaksana seharusnya tidak mengatakan tentang khayalan ini “adalah” atau “bukanlah” bentuk atau bahwa ia timbul di luar dari penglihatan atau bukan penglihatan. Dengan cara yang sama, bagaimana dapat anda buktikan bahwa khayalan itu diakibatkan mata yang meradang (adalah berhubungan dengan ) lampu atau penglihatanmu? Lebih lanjut lagi, dapat diambil kesimpulan bahwa itu bukan merupakan (hasil) lampu maupun penglihatanmu.
KARMA KOLEKTIF
‘Apa yang dimaksud dengan karma kolektif yang menimbulkan pandangan yang salah? Ananda, alam semesta ini (Jambudvipa) terbentuk dari, selain lautan yang maha luas, 3000 pulau-pulau dengan yang terbesar di tengah-tengahnya, bergabung semuanya, dari timur ke barat, 2300 negara dan pulau-pulau kecil lainnya yang terdiri dari 1, 2, 30, 40, 50, 200, atau 300 negara-negara. Ananda, (mungkin) di dalam pulau yang kecil hanya ada terdapat dua negara, yang satu dihuni oleh manusia sebagai akibat karma buruk mereka, sebagai hasil dari segala macam bentuk kejahatan, sedangkan penduduk dari negara yang lain belum pernah melihat ataupun mendengar dari mereka’.
‘Ananda, marilah kita bandingkan dua kondisi karma (pertama sekali terhadap pandangan salah yang akibatkan oleh karma individu yang mirip dengan karma kolektif). Ananda, semua makhluk hidup yang mana karma indivualnya mengakibatkan mereka memiliki pandangan yang salah, adalah seperti seseorang yang matanya meradang, melihat cahaya melingkar di sekeliling lampu yang seolah-olah tampak di luar lampu yang berada di depannya, akan tetapi sebenarnya hal itu timbul karena penglihatannya yang terganggu; lingkaran ini bukan dihasilkan oleh bentuk. Akan tetapi dengan penglihatan (fakultatifnya) ia sadar akan masalahnya, adalah bebas darinya. Dengan perkataan lain, jika sekarang anda memandang pegunungan-pegunungan, sungai-sungai dan Negara dengan penduduknya, mereka adalah hasil dari gangguan penglihatanmu sejak dahulu kala. Walaupun penglihatan dan penyebab-penyebab luarnya tampak merupakan (fenomena) di depanmu, sebenarnya mereka berasal dari kesadaran (subjektifmu) tentang (Kebenaran) sejati yang mengakibatkan persepsi (salah) dari kausal kesalahan yang (objektif). Maka, kesadaran dan persepsi (menyebabkan) penglihatan yang salah, tetapi Kesadaran Sejati dari Bodhi dasar melihat dengan jelas keadaan penyebab ini bebas dari kesalahan. Siapa yang menyadari tentang hal ini sebagai kesalahan, tidak akan jatuh ke dalam keadaan khayal. Inilah (apa yang saya maksudkan dengan) penglihatan sebenarnya yang tidak (membedakan dan tentang penjelasan yang anda minta). Bagaimana anda dapat mengerti dengan penglihatan, pendengaran, perasaan dan pengetahuan (pembeda) tersebut? Maka, penglihatan sebenarnya dari dirimu, dari saya dan semua makhluk hidup dari sepuluh macam cara kelahiran merupakan gangguan dari penglihatan dan tidak menyadari tentang penglihatanmu yang salah. Oleh karena sifat alamiah inti persepsi berada di atas semua kesalahan, maka itu bukanlah penglihatan’.
‘Ananda, marilah kita bandingkan penglihatan yang salah sebagai akibat dari karma kolektif dan dari karma individu. (Khayalan tentang) lingkaran di sekitar lampu yang tampak oleh seseorang oleh karena matanya meradang, dan kejahatan yang dilakukan oleh semua makhluk hidup adalah karena karma kolektif, kedua-duanya diakibatkan oleh penglihatan salah sejak dahulu kala. Maka 3000 pulau Jambudvipa, empat samudera luas, dunia saha dan samsara di sepuluh penjuru, demikian juga dengan makhluk di dalamnya adalah hasil dari penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pengetahuan sebab akibat yang timbul dari kesadaran (subjektif) Pikiran sejati, membuat campuran dan gabungan dari sebab akibat sehingga mengalami kebangkitan dan kejatuhan.1
____________________
1Kemelekatan terhadap benda-benda dharma diartikan sebagai seseorang yang tergantung pada pikiran dan tubuh bagian dalamnya, terdiri dari lima agregat (dengan perkataan lain alam makhluk hidup) dan pegunungan-pegunungan, sungai-sungai, angkasa-angkasa dan dunia luar (dengan perkataan lain alam kebendaan), yang semuanya tampak seolah-olah nyata. Maka Sang Buddha berkata tentang ‘pandangan salah, di manapun mereka muncul, menyebabkan makhluk hidup terperangkap di dalam roda karma.’ Inilah arti perkataan : ‘Semua perubahan (mental) menimbulkan penderitaan.’
Karma individu menyebabkan retribusi langsung, yang mempengaruhi tubuh dan pikiran individu, dan karma kolektif mengakibatkan retribusi tergantung, yang mempengaruhi dunia kebendaan, atau alam sekitar yang mengalami karma yang sama. Secara mendasar, dua kesalahan ini tidak nyata dalam keadaan sempurna, tetapi di bawah pengaruh khayalan, kesadaran alaya membangkitkan persepsi yang disebut sebagai pikiran salah, dan bentuk yang merupakan objek khayalan. Maka kesadaran sejati diungkapkan sebagai mata yang baik dan cahaya lampu; pikiran salah sebagai mata yang meradang; tubuh dan pikiran sebagai lingkaran sekitar lampu; dan benda duniawi sebagai bunga di langit. Siapa yang menyadari gangguan pada matanya, menyadari ketidaknyataan dari dua kesalahan ini; maka Sang Buddha menggunakan mata yang meradang untuk mengungkapkan ketidaknyataannya.
Karma individu menyebabkan penglihatan salah adalah retribusi langsung manusia di dalam bentuk tubuh dan pikiran, yang secara mendasar tidaklah nyata dan tergantung pada penglihatan salah untuk membenarkan apa-apa yang seolah-olah nyata. Hal ini diumpamakan sebagai mata yang meradang di mana mata melihat lingkaran di sekitar lampu. Khayalan ini tidaklah nyata oleh karena lampu itu ataupun di luar darinya; maka, bagaimana hal ini dapat didiskusikan sebagai dasar dari dualisme “ada” dan “tidak ada”? Seperti warna cahaya lampu, apa yang salah itu juga timbul dari yang nyata. Siapa yang mengerti tentang hal ini, akan sadar tentang ketidaknyataan dari lima agregat dan melenyapkan semua keraguan tentang sebab dan akibat, keadaan diri, keadaan bercampur dan bergabung, dan keadaan berpisah dan tidak bersatu.
Karma kolektif berhubungan dengan semua makhluk hidup yang mengalami retribusi yang sama, yakni dunia kebendaan yang secara mendasar tidak nyata dan ditimbulkan dari penglihatan yang salah. Sangatlah mudah untuk menyadari ketidaknyataan ego akan tetapi sukar untuk menyadari ketidaknyataan dunia benda. Maka dipergunakan perbandingan antara karma individu dan kolektif atau sebaliknya, untuk menjelaskan ketidaknyataan alam benda-benda. Kedua-duanya, lingkaran di sekitar lampu dan dunia benda-benda timbul dari penglihatan yang mengalami defek/gangguan sejak dahulu kala, sebagai akibat kebodohan mendasar yang diakibatkan perubahan pikiran pertama sekali yang menghasilkan kesadaran (objektif) dari Kesadaran Sejati yang murni dan akhirnya persepsi salah yang menghasilkan fenomena (bentuk).
Dengan ini dihapuskan dua alam untuk mengungkapkan ketidaknyataan dharma.
MENGUNGKAPKAN BODHI DASAR YANG BEBAS UNTUK
MENYINGKAPKAN SEMPURNA YANG TIDAK TERIKAT
(BHUTATATHATA)
‘Siapa yang dapat menghindari campuran dan gabungan (khayalan) serrta berpisah dan bercerai dari sebab yang muncul bersamaan, akan mampu menghancurkan semua penyebab kelahiran dan kematian, sehingga menyempurnakan jalan suci menuju Penerangan dan menyadari pikiran “aku” tentang Bodhi dasar yang permanen dan suci murni.’
MENGHAPUSKAN SEMUA ALUR KESALAHAN UNTUKMEMPEROLEH
PENGERTIAN MENDALAM TENTANGPENGUNGKAPAN
BHUTATATHATA
‘Ananda, walaupun anda telah mengerti tentang Bodhi dasar yang mendalam dan murni, yang bukan merupakan sebab akibat ataupun “aku”, anda masih belum mengerti tentang penciptaan inti penerangan yang tidak bercampur dan bergabung, bukan juga tidak bercampur dan tidak bergabung.’
‘Ananda, sekarang saya harus menanyakan sebuah pertanyaan untukmu. Oleh karena anda masih berpegang pada pemikiran yang salah yang bercampur dan bergabung dengan sebab dan akibat, anda menjadi ragu dan risau tentang (pikiran dari) Bodhi yang timbul dari campuran dan gabungan demikian. Jika demikian, apakah inti persepsi bercampur dengan cahaya lampu atau kegelapan, dengan kelancaran atau rintangan? Jika itu bercampur dengan cahaya, sewaktu yang terakhir muncul dan anda melihatnya, di manakah mereka bercampur dengan penglihatanmu? Oleh karena penglihatanmu jelas, di manakah anda dapat menjumpai campuran tersebut? Jika itu bukanlah penglihatan, mengapa anda melihat adanya cahaya lampu? Jika itu merupakan penglihatan, di mana tempat yang mengandung cahaya tersebut? Oleh karena cahaya itu sempurna dirinya, di manakah kemungkinan tempat penglihatanmu berada? Maka, penglihatan dan cahaya itu berbeda, dan jika mereka bercampur, maka sebenarnya perkataan “cahaya” itu akan lenyap; dengan perkataan lain, campuran demikian akan menekan cahaya.. Konsekwensinya, konsep anda tentang campuran penglihatan dengan cahaya adalah salah, juga konsep campuran penglihatan dengan kegelapan, kejelasan dan rintangan.’
‘Dan juga, Ananda, apakah inti dari persepsimu bergabung dengan cahaya, kegelapan, kejelasan dan rintangan? Jika itu bergabung dengan cahaya, maka sewaktu cahaya hilang dan digantikan oleh kegelapan, penglihatan itu tidak seharusnya bergabung dengan yang sebelumnya., tetapi mengapa anda masih melihat kegelapan? Sewaktu anda melihat kegelapan, jika penglihatanmu tidak bergabung dengannya, dan sewaktu ia bergabung dengan cahaya, seharusnya anda tidak melihat adanya cahaya juga. Jika cahaya tidak terlihat, maka sewaktu ada cahaya, apakah anda mengetahui bahwa itu adalah cahaya dan bukanlah kegelapan? Seperti halnya, gabungan dari penglihatan dengan kegelapan, kejelasan dan rintangan, sama saja salah’.
Ananda bertanya: ‘Yana Maha Agung, saya memikirkan sekali lagi tentang inti penerangan ini; apakah ia bukan bercampur atau bergabung dengan sebab-sebab luar, juga dengan keadaan pikiran berpikir dan berbeda?’
Sang Buddha menjawab : ‘Sekarang anda berbicara tentang tidak bercampur dan tidak bergabung. Apakah anda bermaksud bahwa inti dari penglihatan tidak bercampur dengan cahaya, kegelapan, kejelasan dan rintangan? Jika benar, sewaktu anda memandang ke arah cahaya, maka seharusnya ada garis pembatas antara penglihatan dan cahaya. Sekarang perhatikan baik-baik (dan jelaskan kepada saya) di manakah letak batasan cahaya dan penglihatanmu, di mana letak pembatasnya? Ananda, jika anda tidak melihat di mana cahaya itu berada, maka penglihatanmu tidak akan mampu mencapainya; jika benar,anda bahkan tidak mengetahui di mana letak cahaya tersebut, dan bagaimana jadinya bias dijumpai pembatasnya? Hal ini sama dengan kegelapan, kejelasan, dan rintangan’.
‘Juga, apakah anda maksudkan bahwa inti dari penglihatanmu tidak bergabung dengan cahaya, kegelapan, kejelasan dan rintangan? Jika itu tidak menyatu dengan cahaya, maka kedua-duanya, penglihatan dan cahaya bertolak belakang, seperti telinga dan cahaya yang tidak pernah bertemu. Maka penglihatanmu tidak akan menangkap apapun sewaktu ada cahaya; jadi bagaimana anda dapat menyebutkan bahwa keduanya bergabung atau tidak? Hal ini sama halnya dengan kegelapan, kejelasan dan rintangan.’1
____________________
1Sang Buddha telah mengajarkan tentang Bodhi dasar yang hanya dapat muncul setelah Bodhi Awal ditimbulkan, tetapi Ananda masih berpikir bahwa bila Bodhi Awal bercampur dan bergabung dengan Bodhi dasar, Penerangan Sempurna akan tercapai. Maka dia berpikir bahwa Kesadaran Sejati dari Penerangan dasar akan timbul apabila adanya campuran dan gabungan. Maka Sang Buddha melenyapkan diskriminasi muridnya untuk mengungkapkan Kesadaran Sejati sempurna yang bebas dari semua saudara dan lawan. Maka judul ‘Menghapus semua alur kesalahan untuk memperoleh pengertian mendalam’ (ditambahkan oleh komentator Han Shan). Hal ini melenyapkan pandangan yang salah tentang Kesatuandengan-pembeda untuk mengungkapkan Sempurna yang di luar ketunggalan dan kemajemukan. (Lihat juga Ajaran Ch’an dan Zen, Seri Pertama, The Diamond Sutra, halaman 202).
Sejauh ini khayalan samsara digunakan untuk membedakan yang salah dari yang nyata untuk mengungkapkan Kesadaran Sejati dari Bodhi dasar. Pada paragraf berikut, yang tidak tercipta dikaitkan dengan tujuan mengembalikan yang salah ke yang nyata untuk mengungkapkan Kesunyataan Sempurna dari jalan Tathagata.
PENJELASAN LANGSUNG TENTANG PIKIRAN TUNGGAL
‘Ananda, anda masih juga belum mengerti tentang gambaran khayalan dari semua fenomena yang akan lenyap bila mereka timbul. Khayalan dalam bentuk ini berasal dari inti (alamiah dasar) Bodhi cemerlang. Juga enam jalan masuk (organ-organ), dua belas ayatama (enam organ indera dan enam organ data) dan delapan belas alam indera yang secara salah timbul dari campuran dan gabungan sebab dan akibat dan juga secara salah lenyap apabila sebab dan akibat yang sama dihilangkan kaitannya. Mereka adalah hasil ciptaan dan penghancuran, timbul dan lenyap dalam keadaan Bhutatathata (sempurna) alamiah dari kepustakaan Tathagata yang permanen, cemerlang, tidak berubah, yang tidak datang maupun pergi, bukan khayalan maupun penerangan, dan bukan kelahiran dan kematian yang dapat ditemukan.’1
_____________________
1Ini merupakan penjelasan langsung tentang sumber dari Kesadaran Tunggal yang tidak diciptakan dan tanpa akhir dari kepustakaan Tathagata untuk menggabungkan sejumlah besar fenomena khayalan menjadi prinsip yang mendasarinya. Pikiran dan penglihatan berada dalam persepsi alaya dan semua objek penyebab ke bentuk-bentuk alaya;ini merupakan kebodohan dasar, oleh karena ketidakmampuan manusia untuk menyadari ketidaknyataan dari semua penampakan. Inilah sebabnya mengapa Sang Buddha mengambil objek-objek penyebab untuk menunjukkan ketidaknyataan dari bentuk dan juga persepsi. Maka persepsi dan bentuk dikembalikan ke inti dari kesadaran, yakni kesadaran alaya, yang kemudian akan dilenyapkan untuk mengungkapkan Bodhi awal untuk pencapaian Kesadaran Tunggal. Ini mengungkapkan inti dari kesunyataan sempurna dari kepustakaan Tathagata. Semuanya ini di luar pengertian Ananda yang masih merupakan bagian dari Kendaraan Kecil (Theravada?). Maka Sang Buddha mengajarkan tentang khayalan yang akan lenyap di manapun mereka timbul, oleh karena mereka berasal dari Kesadaran Sejati dari Kepustakaan Tathagata yang tidak berobah, permanen dan mulia. Jika fenomena itu menjadi ketergantungan, maka dijumpailah kelahiran dan kematian, tetapi jika Kesadaran Sejati diselami, maka hanya diperoleh khayalan yang timbul dan lenyap di dalamnya. (Inilah apa yang dimaksud Sutra Hati dengan “Bentuk tidaklah dibedakan dari kehampaan, demikian juga kehampaan dari bentuk. Bentuk ini identik dengan kehampaan dan kehampaan ini identik dengan bentuk.” Demikian juga hubungan empat agregat sisa terhadap kehampaan. Lihat Ajaran Ch’an dari Zen, Seri Pertama, Sutra Hati). Ini merupakan penjelasan langsung tentang Kesadaran Tunggal.
Menggabungkan Sejumlah Besar Benda-Benda dengan Sempurna
untuk Menungkapkan Identitas Fenomena dan Nomena
MENGGABUNGKAN LIMA AGREGAT
AGREGAT PERTAMA RUPA
‘Ananda, mengapa lima agregat secara mendasar merupakanalamiah yang cemerlang dari Sempurna dari Kepustakaan Tathagata? Ananda, sebagai contoh, sewaktu seseorang memandang langit cerah dengan matanya yang bening, dia hanya melihat kehampaan yang tidak mengandung apa-apa. Jika secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas dia menyeimbangkan penglihatannya, pandangannya akan terganggu dan dia akan melihat bunga-bunga menari dan objek-objek lain bergerak di langit. Hal ini sama dengan agregat rupa. Ananda, bunga-bunga yang menari bukan timbul dari kehampaan maupun dari kedua matanya. Jika itu timbul dari kehampaan, mereka akan kembali ke asalnya; jika sebenarnya dijumpai keadaan timbul dan lenyapnya bunga ini, kehampaan tidak akan menjadi hampa. Jika kehampaan itu tidaklah hampa (misalnya padat), maka tidaklah mungkin bisa timbul dan lenyap. Hal ini seperti tubuh (padat) Ananda yang tidak mengizinkan Ananda (yang lain) untuk memasukinya. Jika bunga-bunga ini timbul dari mata, maka mereka seharusnya mampu dikembalikan ke matanya dan oleh karena mereka timbul dari (kewajiban) penglihatan, maka mereka mampu melihat (benda-benda). Maka bila mereka meninggalkan mata tersebut, mereka menjadi bunga-bunga di langit dan sewaktu mereka kembali, mereka seharusnya melihat organ penglihatan. Jika mereka tidak bisa melihat (benda-benda), maka sewaktu ditinggalkannya, mereka akan menggambar langit, dan sewaktu mereka kembali akan ditutupi mata tersebut; akan tetapi sewaktu orang tersebut melihat bunga-bunga ini, matanya tidaklah tertutup. Jadi mengapa anda menunggu sampai langit menjadi cerah (dari bunga-bunga ini) untuk menyatakan bahwa kedua matamu sudah bening? Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa bentuk agregat itu tidak nyata, oleh karena ia bukannya sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.1
________________________
1Keseimbangan mewakili kebodohan; penglihatan terganggu mewakili persepsi salah; dan bunga-bunga yang menari sebagai bentuk-bentuk khayalan; ini merupakan asal dari bentuk. Sang Buddha menggunakan kehampaan dan mata untuk mengungkapkan ketidaknyataan tersebut? Hal ini sama dengan penjelasannya tentang (berjalan) di tebing yang terjal. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa agregat ketiga sanjna bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
AGREGAT KEDUA VEDANA
‘Ananda, misalnya sewaktu seseorang dalam keadaan sehat dan kedua anggota geraknya dalam kondisi yang bagus, dia tidak akan merasakan apapun. Akan tetapi jika secara tiba-tiba, tanpa suatu alasan, dia menggosokkan kedua telapak tangannya, dia akan merasakan kekasaran, kelembutan, dingin dan panas. Hal ini sama dengan agregat kedua vedana. Ananda, sensasi ini timbul bukan dari kehampaan juga bukan dari telapak tangannya. Jika timbulnya dari kehampaan, mengapa hanya dirasakan oleh telapak tangannya saja dan bukan seluruh tubuhnya? Itu bukan tergantung pada kehampaan untuk memilih telapak tangan yang mana untuk merasakannya. Jika ia timbul dari telapak tangannya, seharusnya tidak menunggu sampai kedua telapak tangannya disatukan. Lebih lagi, jika sebenarnya hal ini timbul dari kedua telapak tangannya dan dirasakan apabila kedua telapak tangannya disatukan keduanya, mengapa setelah dipisahkan, perasaan ini seharusnya kembali memasuki telapak tangan, lengan atas, bahu, tulang dan sumsum tulang, serta dirasakan aliran panasnya. Mereka juga seharusnya dirasakan oleh pikiran yang masuk dan keluar, seperti sesuatu yang bergerak masuk dan keluar dari tubuh. Jika demikian, maka tidaklah perlu untuk menyatukan kedua telapak tangan untuk merasakan perasaan ini. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa agregat vedana tidaklah nyata dan juga bukan sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.
AGREGAT KETIGA SANJNA
‘Ananda, jika seseorang berbicara tentang buah plum yang asam, mulutmu akan keluar air liurnya, dan jika anda berpikir untuk berjalan di atas tebing yang terjal, anda akan merasakan gemetar pada telapak kakimu. Hal ini sama dengan agregat sanjna. Ananda, pembicaraan kita mengenai rasa asam bukanlah timbul dari buah plum, dan juga bukanlah ia masuk ke dalam mulutmu. Jika ia berasal dari buah plum itu, maka seharusnya hal itu diungkapkan oleh buah plum itu sendiri; jadi mengapa ia menunggu seseorang untuk membicarakannya? Jika ia masuk melalui mulutmu, seharusnya mulutmulah yang sebenarnya membicarakannya; jadi mengapa ia menunggu sampai telingamu mendengarnya? Jika telinga itu sendiri yang mendengarnya, mengapa air liur bukan keluar dari telinga dari agregat pertama. Maka, siapa yang mengerti bahwa bunga-bunga yang menari itu timbulnya bukan dari kehampaan ataupun mata, akan menyadari ketidaknyataan dari bentuk-bentuk sebagai suatu khayalan.
AGREGAT KEEMPAT SAMSKARA
‘Ananda, agregat keempat samskara seperti air yang mengalir dalam jumlah besar tanpa akhir dan contoh yang paling bagus adalah air terjun. Ananda, aliran ini tidak timbul dari kehampaan dan juga bukan karena airnya; itu bukanlah air sendiri yang menyebabkan timbulnya, juga ia bukan terpisah dari kehampaan dan air tersebut. Jika ia diciptakan oleh kehampaan, angkasa tanpa batas akan menjadi aliran air tanpa akhir dan seluruh dunia akan tenggelam. Jika ia diakibatkan oleh air, maka seharusnya bukanlah air dan seharusnya ia memiliki bentuk dan lokasi sendiri yang harus jelas. Jika itu adalah air, maka air yang tenang dan diam bukanlah disebut sebagai air. Jika ia timbul terpisah dari kehampaan dan air, (hal ini tidak mungkin sebab) angkasa (seluruhnya) (tidak) memiliki apa-apa di luar (dirinya) dan karena tidak ada aliran tanpa air. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa agregat keempat samskara itu salah dan bukanlah sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri.’
AGREGAT KELIMA VIJNANA
‘Ananda, agregat kesadaran (kelima) itu seperti kehampaan dalam kendi besar yang kosong dengan dua mulut.1 Jika seseorang menyumbat kedua mulut dan mengangkatnya ke negara yang lain, kehampaan itu tidak berpindah satu tempat ke tempat lain. Jika kehampaan itu timbul dari suatu tempat, tempat itu akan kehilangan beberapa kehampaannya, dan sewaktu tiba di suatu tempat dan kedua mulut kendi itu dibuka untuk dikosongkan, seseorang seharusnya melihat kehampaan itu mengalir keluar. Maka, seharusnya anda mengetahui bahwa kesadaran itu tidak nyata dan juga bukan sebab ataupun akibat ataupun muncul sendiri’.²
_______________________
1Kendi kavalinka
2Kendi itu mewakili keadaan setelah seseorang meninggal; kehampaan untuk kesadaran, dan kedua mulut kendi, untuk pendengaran dan penglihatan seseorang. Setelah meninggal, fungsi penglihatan dan pendengarannya akan lenyap, maka kedua lobang ditutup. Karmanya menyebabkannya lahir kembali ke alam yang lain. Jika kesadaran dianggap mengikuti manusia yang lahir dan mati, maka seharusnya ia mati pada satu alam dan dilahirkan di alam berikutnya, seperti halnya kendi yang penuh udara dibawa dari satu tempat ke tempat lain; jika demikian, tempat yang ditinggalkan tersebut akan kehilangan udaranya dan di tempat di mana ia tiba akan mendapat tambahan udara yang berasal dari kendi. Oleh karena kitamengetahui bahwa kehampaan itu tidak berobah dan kesadaran itu tidak timbul dan lenyap. Maka, konsep bahwa kesadaran timbul dan lenyap mengikuti kelahiran dan kematian tidaklah berasalan, oleh karena secara mendasar kesadaran itu tidaklah nyata.
Kesemuanya di atas tersebut menghapuskan kesalahan kelima agregat untuk mengungkapkan kesunyataan sempurna dari kepustakaan Tathagata yang alamiah.
Bersambung ke edisi selanjutnya… Sumber: Shuranggama Sutra, Pustaka Pundarika.