Menyadarkan Anak Yang Durhaka
Firmawan Lin
Orang Tua adalah segalanya
Pada suatu hari di negeri China, seorang Bupati sedang berada si balai sidang untuk menyelesaikan sebuah perkara. Penggugat adalah seorang wanita tua, dan yang digugat adalah anak laki-lakinya sendiri. Wanita itu mengadukan anak laki-lakinya yang tidak mau memeliharanya, bahkan menelatarkan hidupnya.
Setelah mendengarkan penjelasan dari kedua belah pihak, pak bupati memerintahkan sipemuda setiap bulan harus memberikan beras kepada ibunya sebanyak 30 liter. Namum si anak laki-lakinya merasa keberatan karena menurutnya tanggung jawab seorang ibu adalah untuk membesarkan anaknya, tetapi seorang anak tidak bertanggung jawab, untuk memberi makan dan merawat ibunya. Bupati marah sekali mendengar pendapat pemuda itu dan memerintahkan pengawalnya untuk menangkap pemuda itu, dan menjebloskan kedalam penjara, salah seorang pengunjung yang menyaksikan jalannya pengadilan itu dengan seksama adalah Ibu Qian liu.
Ketika didengarnya keputusan bupati untuk memasukan anak itu ke dalam penjara. Ia merasa keputusan ini kurang tepat dan tidak bijaksana. Ibu Qian liu berpikir, jika sipemuda di jebloskan ke penjara, wanita itu akan semakin tidak diperhatikan lagi. Karena itu ia berkata kepada pak Bupati.
“Pak bupati, dapatkah hukumannya di ganti?”.
Pak bupati balik bertanya, “mengapa?”.
Ibu Qian liu menjawab, “Karena ada hukuman yang lebih tepat dan bijaksana!”
Semua yang hadir di sidang pengadilan itu jadi penasaran, apa sebenarnya hukuman yang terbaik untuk pemuda durhaka itu, yang sedang hendak diusulkan oleh ibu Qian liu. Pak Bupati dengan tidak kalah penasarannya bertanya kepada ibu Qian liu:
“Menurut ibu, hukuman seperti apa yang tepat dan lebih bijaksana?”.
Ibu Qian liu berpaling kepada wanita tua itu dan bertanya, “ketika anak laki-laki ini lahir, berapa beratnya?”.
Wanita tua itu menjawab, “Tiga setengah kilogram”
Ibu Qian liu berkata, “anak adalah darah daging ibu. selama sembilan bulan lebih berada dalam kandungan ibu, kalau anak itu tidak mau memelihara dan merawat ibunya, dagingnya harus diambil tiga setengah kilogram”.
Ketika Bupati mendengar perkataan ibu Qian liu, dia langsung mengerti apa maksud ibu Qian liu yang sesungguhnya. Segera diperintahkannya para pengawalnya untuk menahan sipemuda di lantai, dan mengunakan golok yang sangat tajam untuk memotong daging si pemuda sebanyak tiga setengah kilogram. Potongan tiga setengah kilogram itu harus merupakan kumpulan potongan dari semua angota tubuh pemuda tersebut. Pemuda itu mulai membayangkan jika tangan, kaki, perut, leher, punggung, dan setiap angota tubuhnya diambil sebagian dagingnya, pasti sakit sekali. Karena itu ketika si pemuda melihat para pengawal hendak melaksanakan hukuman itu, segera dia berteriak-teriak ketakutan.
“Bapak Bupati, ampuni saya, ampuni saya, saya mengaku salah!”
Bupati bertanya padanya, “Kamu masih berani tidak menhormati, tidak memelihara, dan tidak mau merawat ibu kandungmu sendiri?”
Pemuda itu berkata, “tidak berani lagi, pak saya jamin ibu saya akan makan enak, memakai baju yang layak, dan menikmati hari tuanya dengan baik.”
Pak bupati berkata tegas, “Baiklah, karena kamu berjanji untuk berubah, saya akan melepaskanmu, tetapi kalau sampai saya mendengar lagi kamu tidak mau memelihara dan merawat ibumu, saya akan segera memotong-motong dagingmu!”
Pemuda itu berkata sekali lagi,”Cukup, saya sadar, saya harus memelihara ibu saya!”.
Pesan Hikmat:
Pak bupati adalah orang yang baik, tetapi hukuman yang hendak dijatuhkannya akan berakibat yang lebih buruk lagi bagi wanita tua itu. Kalau anaknya dimasukkan kedalam penjara. Ibunya akan semakin terlantar. Ibu Qian liu memberikan jalan keluar, mengantikan hukuman dengan himbauan untuk memotong daging sipemuda itu. Hukuman ini membuat si pemuda ketakutan dan berjanji mengubah perilakunya terhadap ibunya.
Seseorang bisa ada didunia ini karena di lahirkan oleh seorang ibu. Sudah sepatutnya anak menghormati, memelihara, serta merawat orang tua terutama saat mereka memerlukanya, apalagi ada nasihat bijak berkata:
“HORMATILAH AYAH DAN IBUMU KARENA MEREKA ADALAH BUDDHA HIDUP, MENGHORMATI YANG PATUT DIHORMATI ITULAH BERKAH UTAMA”
http://buddhistzone.com/story/kisah-nyata/07-10-2010/menyadarkan-anak-yang-durhaka