Transformasi Penderitaan
(oleh Master Sheng-yen)
Sejak saat kita lahir ke dunia, ancaman penyakit meliputi kita dan hanya setelah kematiannya sakit ini berhenti. Penderitaan tidak terbatas pada tubuh; kehidupan makhluk juga ditandai dengan penderitaan mental dan fisik. Sesungguhnya, orang yang secara fisik sehat tetapi memiliki pikiran sakit jauh lebih menderita dibandingkan orang yang memiliki tubuh yang sakit tetapi pikirannya kuat dan sehat.
Buddhisme berawal dari India kira-kira 2500 tahun yang lalu ketika Buddha Shakyamuni menyatakan permasalahan mengenai penderitaan. Buddha melihat bahwa membantu pikiran jauh lebih penting daripada tubuh, karena jika tubuh sakit dapat mencari pertolongan medis untuk meringankan penyakitnya, akan tetapi jika pikiran yang sakit, maka hanya Buddhadharma akan dapat mengurangi penderitaan mental tersebut.
Sakit fisik akan menimbulkan nyeri yang tidak lain merupakan sensasi tubuh, sedangkan sakit mental merupakan penderitaan yang menipu sensasi, membesar-besarkan masalah, dan membuat hidup kita jadi menyedihkan. Buddhadharma tidak dapat menyingkirkan sakit fisik kita. Ia bukan pemati rasa. Buddhadharma membantu kita meringankan dan menjauhkan kita dari penderitaan mental. Ketika semua permasalahan mental dapat diatasi, itulah yang dinamakan sebagai pembebasan.
Menurut Buddhisme, ada tiga sebab dari penderitaan:
1. Ketidaktahuan tanpa awal. Agama barat berbicara mengenai awal seperti ilmu pengetahuan yang berteori tentang asal mula bumi dan alam semsta. Tetapi dimana titik awal dari lingkaran tersebut? Cobalah, maka anda tidak akan menemukannya. Demikian juga kapan awal dari penderitaan tersebut? Buddhisme mengatakan bahwa tidak ada awal dan bahwa setiap makhluk mengalami penderitaan sejak waktu tanpa awal.
2. Siklus sebab akibat dari penderitaan. Akibat yang kita alami sekarang berakar dari sebab sebelumnya. Demikian pula, akibat saat ini menjadi sebab untuk akibat di masa yang akan datang. Sebagaimana kita bergerak maju dalam waktu, kita tidak pernah berhenti menghasilkan sebab-sebabnya.
3. Penderitaan. Penderitaan umumnya muncul dari lingkungan, hubungan, dan dari gangguan emosi.
Lingkungan
Pada tur (tour) ceramah yang terakhir, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi kota San Fransisco. Iklim disana bervariasi; kabut dan angin sepoi-sepoi, langit jernih, dan temperaturnya dapat berubah dalam detakan jantung. Hal itu tidaklah mengejutkan bagi saya bila beberapa orang menganggap San Fransisco sebagai surga di dunia, sementara bagi yang lain merupakan tempat penuh penderitaan. Selama masa kunjungan, saya semobil dengan seorang wanita yang terus menerus bersin. Saya bertanya kepadanya, “Apakah anda Sakit?” ia menjawab, “tidak, saya alergi terhadap udara.” Bayangkan! Orang-orang menderita terhadap iklim, polutan dan penyakit yang dibawa oleh udara bahkan dari mikroba yang ditemukan di makanan. Sesungguhnya, lingkungan dapat menjadi penderitaan yang sangat besar.
Hubungan
Hubungan sering menyebabkan penderitaan. Akan tetapi siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan tersebut? Kebanyakan orang berpikir bahwa musuh adalah sumber penderitaan. Ini sebenarnya bukan masalah karena sering kali kita menemukan seorang berandalan yang merupakan salah seorang anggota keluarga kita, dapat menjadi teman dekat atau kolega yang profesional. Berikut ini adalah contoh untuk yang kedua. Setelah saya memberikan ceramah di Universitas Stanford, saya dikelilingi oleh orang-orang terpelajar, yang menghabiskan malam tersebut dengan mengeluh tentang para terpelajar adalah orang yang berpikiran dangkal.
Idealnya, kita hendaknya saling membantu, saling mendukung, dan tidak mementingkan diri sendiri. Akan tetapi kenyataan sebaliknya mereka bahkan lebih sering mengabaikan satu sama lain daripada saling membantu. Dan intelegensi bukanlah penyelamat terhadap kedangkalan pikiran/kepicikan serta persaingan yang ada dalam sifat manusia. Apakah ada seseorang yang tidak pernah menempatkan dirinya sendiri berlawanan dengan yang lain? Jawabnya adalah tidak.
Gangguan Emosi
Kita kebanyakan merasa terganggu oleh musuh kita – di dalam pikiran kita sendiri. Pikiran, perasaan, perilaku dan persepsi berubah secara konstan. Kita dapat berubah dari kesombongan menjadi penyesalan, dari kegembiraan menjadi kesedihan, dari kebencian menjadi cinta, dalam hitungan detik. Ketika waktu berlalu, sudut pandang kitapun berubah, sehingga kita melihat sesuatu yang lama dengan cara yang benar-benar baru.
Ketika kita terjebak dalam gangguan pikiran dan perasaan, kita merasakan konflik dan tidak memiliki kekuatan untuk membuat keputusan. Kita mengkhawatirkan untung-rugi, benar-salah. Begitu banyak hal yang tidak dapat diputuskan dalam keadaan pikiran terganggu. Dan meskipun setiap orang menderita bila dalam keadaan ini, banyak orang tetap bersikeras menyatakan bahwa mereka tidak memiliki masalah. Beberapa bahkan membuang jauh keinginan marahnya dan berusaha bekerja dengan kegembiraan untuk membuktikan kepada anda bahwa mereka tidak memiliki masalah.
Suatu kali saya pernah menanyakan secara langsung kepada seseorang mengapa ia mempunyai banyak gangguan. “itu bukan saya!” teriaknya, “ Orang-orang jahatlah yang membuat saya begitu menderita.” Kenyataannya, kebanyakan dari permasalahannya dibuat oleh dirinya sendiri.
Baru-baru ini, saya pernah semobil dengan empat orang yang terlibat dalam sebuah diskusi yang memanas. Salah seorang dari mereka mengatakan kepada saya, “maaf kami sudah berdebat Sefu.” Saya menjawab, “anda yang berdebat; itu bukan masalah saya.” Saya mendengar apa yang mereka katakan tetapi saya memilih untuk tidak terlibat atau terpengaruh oleh percakapan mereka. Pagi berikutnya, salah seorang dari keempat orang tersebut berkata, “Saya tidak tahan mendengar orang berdebat. Pernyataan tersebut menyedihkan”. Apakah anda mengerti? Gangguan yang dirasakannya sebenarnya berakar dari ketidaktoleransinya sendiri.
Teropong Buddhisme
Menurut Buddhisme, gangguan mental dapat datang dalam bentuk keserakahan, kemarahan, ketidaktahuan, kesombongan, atau keraguan. Kapanpun anda merasa tertekan, analisalah sifat dari gangguan tersebut maka intensitas gangguan tersebut akan berangsur-angsur berkurang. Sebagai contoh, ketika anda tertekan karena keserakahan, anda dapat merefleksikan, “Ah, ada keserakahan yang muncul lagi; saya benar-benar mempunyai nafsu keinginan yang kuat!” bersikaplah obyektif dan jangan menilai-nilai, maka gangguan keserakahan tersebut otomatis akan berangsur-angsur berkurang. Sama halnya, ketika anda menderita karena kemarahan: “ Mengapa saya begitu marah?” dengan cara ini baik rasa tertekan dan kemarahan akan dapat di atasi. Lihatlah ke dalam diri anda. Anda tidak perlu menganalisa masalahnya, cukup dengan memeriksa pikiran anda sendiri. Ketika anda melakukan sesuatu yang bodoh dan merasa menderita karenanya, biarkan anda melihat sendiri tindakan tersebut, dan kemudian merefleksikan, “Saya telah melakukan sesuatu yang bodoh.” Hanya dengan menerima kelemahan dalam situasi itu akan dapat meringankan gangguan dan penderitaan anda. Anda hendaknya merefleksi dengan cara yang sama terhadap penderitaan yang disebabkan oleh kesombongan. Hanya dengan memperhatikan kesombongan tersebut akan membantu anda mengatasi perasaan sombong dan pembenaran diri sendiri.
Keraguan juga dapat menimbulkan penderitaan. Keraguan akan mencegah anda untuk dapat membuat keputusan. Bila demikian maka ia akan mematikan kemampuan anda untuk mempercayai diri sendiri dan orang lain. Jika anda mengetahui bahwa anda menderita karena keraguan, buatlah alasan sebagai berikut: “Saya ingin menyelesaikan tugas, oleh karena itu, saya lebih baik mempercayai bahwa saya mempunyai kemampuan untuk melakukannya dan itulah hal yang harus dilakukan.” Jika anda membiarkan diri anda mempercayai alasan ini, maka anda akan dapat menyelesaikan apa yang seharusnya anda kerjakan.
Keraguan dapat mengganggu dan merusak kehidupan kita. Bayangkan seorang laki-laki yang memutuskan untuk menikah akan tetapi ia ragu. Ia khawatir jika pernikahannya akan berakhir dengan perceraian, atau pengantin perempuan meninggalkannya, atau ia berbohong dan mengambil keuntungan darinya. Jika ia tidak memeriksa keraguannya, maka ia akan menderita dalam perkawinan tersebut. Bahkan jika pasangan tersebut tidak mempunyai sebab nyata untuk berpisah, keraguan dapat menjadi alasan dan menyebabkan permasalahan dalam pernikahan tersebut. Jika anda memiliki keraguan seperti itu, katakanlah kepada diri anda sendiri: “jika saya benar-benar memiliki begitu banyak keraguan, maka bodohlah bagi saya untuk menikah. Jika saya ingin menikah, saya harus menerima dan mempercayai pasangan saya.” Jika anda tidak dapat melepaskan minimal beberapa dari keraguan tersebut, akan lebih baik anda tetap sendiri.
Adakah orang yang tidak pernah ragu? Saya belum pernah bertemu dengan orang tersebut.
Buddhisme menjelaskan lima penyebab umum dari gangguan mental:
1. Mencapai tujuan tanpa mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan anda.
‘Mungkin anda tidak peduli dengan kekuatan yang anda miliki dan tidak pernah puas dengan usaha anda. Atau ketika menghadapi sebuah situasi yang berada di luar kendali anda. Anda telah menyebabkan penderitaan pada diri anda sendiri dengan keinginan untuk melawan keadaan tersebut. Sebagai contoh, banyak orang terutama anak muda, percaya bahwa potensi yang dimilikinya tidak terbatas. Apa yang dapat dilakukan orang lain, merekapun mempercayai bahwa mereka dapat melakukannya. Ketika kondisi yang berlawanan terjadi, mereka merasa bersalah dan bersikeras bukan berusaha mengerti dengan kondisi mereka.
2. Mengembangkan keinginan.
Orang-orang yang menderita karena gangguan ini hendaknya melihat kemampuan, keberhasilan atau miliknya sebagai suatu yang besar. Orang seperti ini ingin memperluas pengaruhnya melebihi keterbatasannya. Beberapa dari mereka berjuang untuk memperoleh popularitas agar dunia melihat nama mereka. Yang lain menggunakan kekuatan untuk menaklukkan orang yang bertentangan dengan mereka. Kekuatan perlawanan ini dapat terjadi antar bangsa, dalam keluarga atau teman; satu bangsa ingin menguasai yang lain; seorang istri ingin menaklukkan suami, atau sebaliknya. Keinginan untuk menaklukkan yang lain, atau dalam kehidupan bekeluarga, merupakan gangguan mental.
3. Kesombongan atas pencapaian.
Kesombongan dan kepuasan diri akan menyebabkan kekasaran dan tidak menghormati orang lain. Orang yang arogan percaya bahwa ia mempunyai hak untuk melukai orang lain atau menyingkirkannya tanpa alasan.
4. Putus asa karena gagal mencapai tujuan.
Ketika anda patah semangat, kehilangan kepercayaan diri, dan menyalahkan orang lain atas kegagalan anda, itu berarti anda putus asa.
5. Perasaan tidak aman karena keraguan.
Kepercayaan anda akan menguap bila pikiran dipenuhi gelembung keraguan.
Saya bukan seorang psikiater. Saya bukanlah seorang ahli penyakit mental. Saya hanya mengetahui sudut pandang Buddhis yang membagi permasalahan mental menjadi ‘Lima Kategori’ seperti yang dijelaskan di atas. Kelima gangguan tersebut pada gilirannya dapat menimbulkan banyak permasalahan mental. Perhatikanlah bahwa Buddhisme tidak membahas penyebab atau patologi dari elemen tertentu yang menyebabkan tekanan mental seseorang. Buddhisme hanya berhubungan dengan pengakuan dan bagaimana mengatasi gangguan mental tersebut.
Sekarang bagaimana kita dapat menyeimbangkan pikiran dan menyembuhkan penyakit ini?
Orang-orang sering berkonfrontasi dengan gangguan mentalnya melalui metode yang tidak efektif. Mereka menolak gangguan tersebut dan bersikeras mengatakan, “ Saya tidak sakit. Saya tidak punya masalah. Tidak ada yang salah dengan Saya !” hal ini hanya akan membuat masalah menjadi lebih buruk bagi penderitanya.
Psikiater dan psikolog menggunakan terapi pembicaraan yang berdasarkan pandangan terang untuk menganalisa dan menjelaskan permasalahan pasiennya. Meskipun tujuan dari terapi ini adalah untuk menolong pasien mencapai realisasinya, Buddhdharma memandang metode ini hanya bersifat temporer dan tidak lengkap. Dokter hanya dapat menemukan bagian dari permasalahan, sehingga pasien tidak pernah melihat gambaran yang utuh dari penyakitnya. Permasalahan sering terjadi lagi setelah melakukan konseling yang panjang. Terkadang pasien menjalani terapi yang lambat selama sepuluh atau dua puluh tahun. Hal ini cukup untuk membuat dokternya sakit.
Metode penyembuhan Buddhis dapat membaginya ke dalam dua kategori besar, yaitu: ‘Perubahan Konsep’ dan ‘Metode Praktek.’
Perubahan Konsep
1. Konsep sebab akibat. Umat Buddha percaya bahwa ada kehidupan sebelum kehidupan ini, demikian pula kehidupan sebelumnya, serta kehidupan lampau yang tak terhitung. Banyak dari apa yang kita alami saat ini terasa tidak adil, tetapi itu hanyalah akibat dari tindakan kita di masa lampau. Keinginan kita untuk menerima apa yang terjadi, baik atau buruk, tergantung pada keinginan kita untuk menerima konsep sebab dan akibat. Tidak peduli apa yang kita lakukan, tindakan kita mempunyai akibat.
2. Konsep sebab dan kondisi. Semua fenomena muncul dan berlalu karena akumulasi dan interaksi dari kondisi yang berbeda. Sebab bunga adalah biji, akan tetapi tanah, air, dan matahari haruslah ada agar tanaman tersebut tumbuh. Waktu, tercabut atau kekurangan air atau matahari akan menyebabkan tanaman tersebut layu dan mati.
Chan menekankan pentingnya keyakinan pada Dharma. Ajaran ini meyakikan kita bahwa setiap orang mempunyai sifat Buddha dan setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan. Setiap orang yang memiliki keyakinan dan mempraktikkan Dharma ajaran Buddha, maka ia dapat menjadi seorang Buddha.
Orang-orang biasanya berharap yang lain mengasihi dirinya tetapi mereka jarang ingat bahwa mereka harus melaksanakan welas asih ini terhadap yang lain. Ketika mereka melakukan kesalahan mereka berharap untuk dimaafkan. “jangan ukur saya dengan standar orang suci!” teriaknya. Akan tetapi jika mereka melihat kesalahan orang lain, dengan cepat akan mengatakan: “anda tidak kompeten. Mengapa tidak melakukan dengan benar?”
Anda dapat mengembangkan dan melatih semangat welas asih dengan mengamati ‘Empat Kriteria’ di bawah ini secara aktif:
– Pahami konflik dan tumbuhkan harmoni dalam diri.
– Bersimpatilah terhadap kekurangan orang lain.
– Maafkan kesalahan orang lain.
– Peduli atas penderitaan orang lain.
Kriteria pertama sangatlah penting. Agar dapat merasa damai dalam diri sendiri, anda harus mengembangkan dan mempertahankan pikiran yang damai dan tenang. Anda dapat menumbuhkan ketenangan dan kedamaian dalam diri dengan mengingat konsep sebab akibat, sebab dan penyebabnya. Jika anda mengamati bahwa tindakan anda mempunyai akibat, dan bahwa situasi ini akan menjadi penyebab yang disebabkan oleh karma anda sendiri, maka anda akan menjadi lebih berwelas asih, simpati, pemaaf, dan peduli dengan yang lain.
Metode Praktek
1. Melatih kesadaran terhadap Buddha melalui pelafalan nama Buddha. Ada dua alasan terhadap praktik ini. Pertama, melafalkan nama Buddha agar terlahir di Tanah Suci yang memberikan harapan untuk masa depan, dan sebagai akibatnya akan mempermudah anda untuk melepas. Kedua, melafalkan nama Buddha dapat meringankan masalah mental anda. Ketika anda menemukan diri anda sendiri tidak seimbang, anda dapat menyingkirkan kemarahan, keraguan, atau gangguan mental lainnya dengan berkonsentrasi pada nama Buddha. Saya sering mengatakan: “Kapanpun anda ingin meneriaki seseorang, lafalkanlah nama Amitabha dan biarkan itu menjadi masalah Buddha!”
2. Meditasi. Meditasi duduk dapat mengumpulkan pikiran yang terpecah-pecah dan menstablikan gangguan mental. Ada banyak metode meditasi dan banyak tingkat pencapaian, yang akan dijelaskan selanjutnya (di edisi Majalah Harmoni berikutnya). Pada titik ini, dapat saya sederhanakan dengan memberikan anda penjelasan mengenai tahap selanjutnya yang dapat anda alami dari meditasi, seperti: tahap Samadhi dan tanpa pikiran.
Ketika anda mencapai tahap Samadhi, anda mencapai titik dimana tidak ada pikiran yang berkeliaran. Dalam Samadhi tidak ada orang ataupun masalah yang mengganggu anda. Dari Samadhi, anda dapat mengembangkan ‘Kebijaksanaan tanpa diri.’ Inilah pencerahan Chan. Mencapai pencerahan berarti melihat ke dalam sifat diri sendiri dan bebas dari gangguan maupun penyakit mental. Pada titik ketika anda berada dalam kondisi ini dan tidak kembali, anda telah merealisasikan “Pencerahan yang besar.” Realisasi singkatnya disebut “Pencerahan kecil.” Permasalahan lama anda mungkin akan muncul setelah anda mencapai pencerahan kecil, akan tetapi anda akan mengetahui bagaimana berhubungan dengan mereka. Akhirnya, anda hendaknya tidak mengingat pencerahan besar maupun pencerahan kecil tersebut, terus bermeditasi adalah sangat penting dan merupakan langkah besar menuju pembebasan.