Kebenaran Versus Kebaikan

Oleh: YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira

Di dalam ajaran Buddhis untuk meraih kesucian dan pembebasan, Buddha tidak mengajarkan “Delapan Kebaikan” untuk meraih Kesucian dan pembebasan: 1 pandangan baik, pikiran baik, ucapan baik, perbuatan baik, penghidupan baik dan seterusnya…….
Hanya mengajarkan “Jalan Utama Beruas Delapan”, yaitu: Pandangan benar, Pikiran benar, Ucapan Benar, Perbuatan benar, Penghidupan benar dan seterusnya…..

Lihat di surga dewa, para penghuni surga karena dapat melaksanakan DASA KUSALA (Sepuluh kebajikan) mereka semua bisa terlahir di surga dewa, tapi karena tidak melaksanakan Jalan Utama Beruas Delapan sehingga di alam dewa banyak sekali terjadi keributan, pertengkaran dan pertempuran! Sedangkan kita perhatikan para Arahat dan Bodhisattva yang telah melaksanakan Jalan Utama Beruas Delapan mana ada terjadi keributan, pertengkaran dan pertempuran, mereka semua rukun, damai dan harmonis.

Yang baik belum tentu BENAR, sedang yang Benar sudah tentu BAIK;

Didunia banyak orang menjalin kasih, menebar cinta kasih dan saling menjalin kebaikan; Bila pandangan dan pikiran orang orang tersebut belum benar, kasih dan kebaikan juga akan kandas bahkan bisa menjadi tragedi!
buktinya berapa banyak hubungan keluarga, kerabat, teman, dan lainnya awalnya baik berakhir menjadi musuh bebuyutan. semua bisa terjadi karena tidak memiliki hati benar dan tidak berpedoman kepada kebenaran!

Kebaikan mudah dilakukan tapi kebenaran yang sesuai ajaran Buddhadharma itu sulit dilakukan! walau sulit kebenaran ini harus di kembangkan dan dilaksanakan!

Bila seorang praktisi sudah mencapai kebenaran total ia otomatis mencapai pencerahan dan kesucian.

Maksud Benar disini adalah kebenaran sejati bukan benar sesaat; benar ala konsep pandangan dan pikiran pribadi yang masih berego tinggi atau merasa benar dalam khayalan dan dusta, atau bukan kebenaran munafik yang diciptakan delusi.

Kebenaran sejati adalah kebenaran mutlak. Realitas kenyataan sejati.

Salam bahagia, Amituofo.