Kebaikan dimulai dari ketulusan hati yang baik dan benar
Orang baik pasti di berkati dan di dukung oleh Hyang Triratna dan dilindungi oleh Pelindung Dharma, pasti umat baik dan bijak banyak mendukungnya.
Orang yang berpura pura baik, walaupun ia pandai bermain sandiwara lakon baik sehingga mendapatkan simpati, dukungan dan dana dari para umat, tetapi ia tidak mendapat berkah dan dukungan Hyang Triratna. Semua Pelindung Dharma kabur meninggalkannya.
Orang licik berhati srigala, berbulu dan berwajah domba, ia bisa mengelabui banyak orang tapi ia tidak bisa bohongi Hyang Triratna, apapun yang dikejar, didapat walaupun sudah ditangannya tapi ia tidak bisa menikmatinya.
Hukum karma sangat adil dan faktual, sebab baik pasti akibat baik; Sebab buruk pasti berakibat buruk. Jodoh baik, kondisi baik dan nasib baik harus dibentuk dari hati baik; Tanpa hati baik, niat baik, cara baik dan untuk tujuan baik maka hasilnya pun pasti tidak baik!
Pandai merias wajah, Main Sandiwara berlakon seperti orang baik, penghidupannya berperilaku membodohi banyak orang demi tujuan kormersial untuk kepentingan pribadi, Melakukan banyak kejahatan terselubung, walau banyak orang awam tidak tahu sepak terjangnya tapi Hyang Triratna dan Dewa Yama jelas mengetahui segalanya; sekarang bunganya tentu segala keberhasilannya tidak bisa ia nikmati; kelak ia harus menanggung buah akibat yang menyedihkan.
Belajar dan praktik Buddha Dharma berpusat dan merujuk ke dalam hati. Hati harus memiliki respek, kejujuran dan ketulusan, mampu satukan hati, sunya kan hati untuk tujuan sucikan hati, bila hati licik, mendua dan pecah, disatu sisi berpenampilan baik di lain lain sisi berhati buruk, sehingga terjadi kontradiksi, walaupun pandai berdagang atau cari umat di dapat banyak dukungan dan rejeki datang dari mana mana tapi bukanlah rejeki yang baik dan bermanfaat yang bisa dinikmati; melainkan rejeki palsu yang tidak bisa dinikmati. Kebaikan yang sejati bersumber dari ketulusan hati, baik dan benar.
Amituofo.