Trikaya (Tiga Tubuh Buddha)
Jantung Mahayana Buddhis terletak pada Trikaya (Tiga Tubuh Buddha) dan Bodhisattva, yang sejalan dengan konsepsi Prajna (Kebijaksnaan) dan Karuna (Belas Kasih).
Segera sesudah Buddha merealisasikan Parinirvana, banyak dari pengikutnya mulai berpikir tentang Beliau sebagai sosok yang lebih dari manusia biasa. Bagi kaum Hinayana, Buddha adalah manusia superior yang mencapai kesempurnaan kebijaksanaan di dalam kehidupan ini berkat kekuatan pengembangan spiritual-Nya dan kebajikan yang terakumulasi dari kehidupan-kehidupannya yang lampau. “Tetapi rasa hormat yang dalam yang ada pada siswa-siswa-Nya tidak dapat terpuaskan dengan kemanusiaan yang biasa dari Guru mereka, sehingga Buddha dipandang sebagai seusatu yang lebih dari sesosok makhluk hidup. Jadi Tradisi Pali pun menempatkan Beliau dalam sebuah kehidupan supra-alami disamping kehidupan yang membumi (Suzuki, Garis besar Agama Buddha Mahayana hal 270).
Mahasanghika memahami Buddha sebagai sosok yang supra-alami dan transenden, dan konsepsi mereka diwariskan kepada kaum Mahayana yang berpikir tentang Buddha dalam tiga aspek, yaitu:
- Nirmanakaya (Nirmana = transformasi; kaya = tubuh)
Sebagai manusia Sakyamuni yang berjalan di bumi ini dan berkhotbah kepada para pengikut Nya serta mangkat pada usia 80 tahun. - Sambhogakaya (Sambho = kebahagiaan; bhoga = menikmati; kaya = tubuh)
Sebagai idealisasi Buddha yang memiliki tubuh bercahaya cemerlang dan berkhotbah kepada para Bodhisattva. - Dharmakaya (Dharma = hukum, subtansi; kaya = tubuh)
Sebagai Realitas Tertinggi, yang meliputi segalanya, hakikat pengetahuan dan belas kasih, Yang Absolut.
Buddha bukannya tiga tetapi satu. Trikaya tidak lain merupakan aspek dari Satu Buddha. Jika dipandang dari aspek Yang Absolut dan Universal, Beliau adalah Dharmakaya yang transenden; jika ditinjau dari aspek idealitas, Beliau sebagai manusia dijadikan Ilahi, sebagaimana apa adanya, Beliau adalah Sambhogakaya, membeir khotbah kepada para Bodhisattva untuk menolong mereka bekerja menyelamatkan makhluk makhluk hidup; jika ditinjau dari aspek manusiawi, Beliau adalah Nirmanakaya, Sakyamuni yang menyejarah, lahir di Kapilawastu, mencapai Pencerahan di bawah pohon Bodhi, dan merealisasikan Parinirvana setelah menyelesaikan misi Nya dalam kehidupan.
Harus diingat bahwa Sakyamuni bukanlah satu-satunya manifestasi Dharmakaya dalam wujud Buddha Nirmanakaya, karena ada banyak manifestasi Nirmanakaya, seperti halnya ada banyak sosok ideal dari Sambhogakaya, tetapi hanya ada satu Dharmakaya, Buddha yang Absolut, sedangkan yang lain-lain merupakan aspek refleksi belaka.
Dalam Kayatraya, Ananda mengungkapkan ceramah Buddha mengenai Trikaya. “Apakah Yang Penuh Rahmat memiliki sebuah tubuh?” Buddha menjawab: “Tathagata memiliki tiga tubuh”. Jadi kita dapat melihat bahwa tiga tubuh adalah tiga aspek dari satu Buddha atau Tathagata. Mereka itu satu dalam esensi tetapi berbeda dalam sifat dan aktivitasnya. (Seperti sebuah Bulan diangkasa, yang terdiri Bulan, Cahaya, dan bayangannya/ pantulan cahayanya dimana-mana).
Nirmanakaya
Nirmanakaya adalah Buddha Universal yang bermanifestasi di dunia makhluk-makhluk hidup, yang mengadaptasikan dirinya dengan kondisi-kondisi duniawi, memiliki tubuh duniawi tetapi memelihara kesucian. Dia adalah representasi Yang Absolut di alam manusia, yang mengajar makhluk-makhluk hidup dalam rangka membebaskan mereka dari penderitaan; dan melalui pencerahan membimbing mereka menuju keselamatan. Dengan cara ini Buddha mengajar dan menghantar semua makhluk hidup melalui ajaran religious Nya, yang jumlahnya tak terhitung seperti atom-atom. Segala daya kasih sayang, inteligensi, dan kehendak Nya tidak berkesudahan sampai semua makhluk dengn cara yang tepat dalam perlindungan Nya mencapai keselamatan. Apapun sasarannya untuk penyelamatan dan apapun lingkungannya, Dia akan menyesuaikan diri dengan semua kondisi secara tepat dan sukses berjuang mencapai pencerahan serta penyelamatan.
Nirmanakaya secara umum diartikan sebagai Tubuh Transformasi (Perubahan), karena tubuh ini digunakan oleh Sakyamuni dan manusia-manusia Buddha yang lain untuk bermanifestasi sebagai sosok yang memiliki karakteristik dan sifat mortalitas, dan menjadi sasaran dari penyakit, penuaan dan kematian. Manusia Buddha mengekspresikan manusia yang sempurna, suci, bijaksana, dan memiliki kekuatan. Dia memiliki semua tanda kesempurnaan secara fisik, memiliki kekauatan yang menyatu dengan keelokan, dan pikirannya adalah keutuhan dari intelegensi dan belas kasih.
Lambat laun konsep Nirmanakaya berkembang lebih luas dan lebih ideal. Buddha historis yang pernah hidup di antara manusia – tetapi Ia tampak sebagai manusia super bagi para pengikutnya yang berbakti pada waktu itu – dianggap jauh melebihi bentuk Buddha ideal. Seperti dalam Agama lain, kita menemukan Nabinya yang dipermuliakan, maka dalam Agama Buddha kita menemukan Buddha yang diidealisasikan.
Dalam Agama Buddha Hinayana, Buddha historis di hormati sebagai seorang manusia di antara para manusia, tetapi kita melihat kecenderungan untuk mengidealisasikan Beliau. Dalam Mahayana secara terbuka ada preferensi untuk Buddha yang ideal, Sambhogakaya yang berkotbha untuk para Bodhisattva; dan Nirmanakaya yang berkhotbha untuk umat manusia yang diliputi ketidaktahuan. Tetapi meskipun Buddha Nirmanakaya mengambil bentuk sesosok tubuh manusia, Beliau pada hakikatnya sama dengan Dharmakaya, Beliau sesungguhnya merupakan sebuah manifestasi dari Dharmakaya, dan keilahian ini di akui – atau sebagaimana yang lebih suka dikatakan oleh umat Buddha – Beliau adalah manifestasi dari Hakikat Buddha yang sejati. Tubuh Nirmanakaya yang nyata ini adalah Dharmakaya menyatu di dalam Dharmakaya.
Kitab Kebangkitan Keyakinan mengatakan: “Nirmanakaya tergantung pada kesadaran terhadap fenomena tertentu, yang dengan cara itu aktivitas dipahami oleh pikiran orang biasa, para Sravaka dan Pratyekabuddha. Aspek (Dharmakaya) ini disebut Tubuh Transformasi (Nirmanakaya)”.
Nirmanakaya Buddha dijumpai di mana-mana dan pada setiap waktu. Tubuh Nirmanakaya adalah wahana bagi kegiatan Tathagata, serta di mana saja dan kapan saja dia melakukannya. Hal ini membawa kita pada konsepsi tentang dua bentuk Nirmanakaya Ojin – manifestasi penuh, dan Keshin – Manifestasi sebagian. Secara praktis Ojin adalah Tathagata yang aktif, sedangkan Keshin adalah orang biasa yang mengungkapkan keluarbiasaan spirit Buddha yang ada dimana-mana. Sebagai contoh orang-orang seperti Shotoko Taishi, pelopor agama Buddha di Jepang; Kobo Daishi, orang suci Shingon; (Kecuali bagi para pengikutnya sendiri, yaitu: penganut Singon, yang memandang Kobo Daishi lebih dari Keshin, yang tidak lain dari manifestasi Maitreaya di dunia, Buddha yang akan datang.) Honen Shonin dan Shinran Shonin pendiri sekte Jodo dan Shin, mereka semua dianggap sebagai Keshin (manifestasi sebagian), sedangkan Sakyamuni di anggap sebagai Ojin (manifestasi penuh).
Keshin dapat memanifestasikan dirinya sebagai Bodhisattva, sebagai Dewa, Bidadari, maupun Manusia Super. Jika kita menemukan dalam kehidupan di dunia ini, kapan saja, orang-orang yang berhati suci yang bekerja sendiri untuk kebaikan makhluk-makhluk hidup (bukan manusia saja tapi juga binatang) disana kita menemukan Keshin Buddha-Buddha Nirmanakaya. Mereka adalah orang-orang yang mencoba meredakan penderitaan atau memberikan ajaran yang luhur, mereka pekerja-pekerja aktif yang bekerja keras untuk menolong dengan memberikan contoh kehidupan yang patut diteladani, bukan demi kepentingan diri sendiri tetapi dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan makhluk-makhluk lain. Semua ini adalah Nirmanakaya tipe Keshin. Mereka sering dijumpai di antara orang-orang yang rendah hati dan kadang-kadang pekerjaannya tidak diketahui dan tidak dihargai oleh sesama manusia. Mereka sendiri mungkin tidak menyadari tingkatan mereka yang tinggi dan pencapaian mereka yang superior. Menjadi Bodhisattva seperti itu seharusnya merupakan cita-cita dari setiap penganut Mahayana.
Sambhogakaya
Nirmanakaya merupakan manifestasi yang ditujukan untuk kepentingan makhluk-makhluk yang sedikit atau banyak diliputi ketidaktahuan seperti para Sravaka, PratyekaBuddha, dan Bodhisattva tingkat yang lebih rendah; Tetapi Sambhogakaya dimanifestasikan untuk kepentingan semua Bodhisattva. Sambhogakayalah yang mengkotbahkan kebanyakan Sutra Mahayana. Hanya Shingon yang mengklaim bahwa ajarannya diberikan secara langsung oleh Buddha Dharmakaya.
Sambhogakaya kadangkala disebut Tubuh Pahala karena Ia menikmati buah dari pekerjaan spiritualnya, tetapi belakangan Ia di sebut Tubuh Kebahagiaan karena Ia dinikmati oleh semua Bodhisattva. Sambhogakaya dapat dilihat oleh Bodhisattva. Ia merupakan simbul kesempurnaan dan personifikasi Kebijaksanaan Transendental. Ia merupakan Buddha yang ideal.
Tubuh Buddha ini merupakan tubuh yang bercahaya cemerlang, yang memancarkan sinar terang. Ia memeiliki dua bentuk, yang pertama menyangkut kebahagiaan diri sendiri, dan yang kedua menyangkut pengajaran Bodhisattva. “Tubuh yang lestari ini memiliki kekuatan-kekuatan spiritual yang menakjubkan, menampakkan Roda Dharma, melenyapkan semua keraguan religious yang ada pada para Bodhisattva dan menyebabkan mereka menikmati kebahagiaan dalam Dharma Mahayana”. (Suzuki, outlines, hal 266)
Sambhogakaya adalah ekspresi dari Dharmakaya dan berada di antara Dharmakaya dan Nirmanakaya. Bagi kebanyakan orang Dharmakaya tidak dapat dipikirkan tetapi Sambhogakaya dapat dipikirkan. Bagi beberapa orang, Sambhogakaya mengambil bentuk Amida (Amitabha) di tanah Sucinya. Ia adalah Buddha yang diidealisasikan, di pihak lain, Ia adalah Dharmakaya yang dipersonifikasikan. Amida di Tanah Sucinya adalah Sambhogakaya.
Sambhogakaya adalah Buddha yang Abadi, dan banyak penganut Mahayana berpaling kepadaNya daripada kepada Sakyamuni yang historis, yang merupakan representasi atau bayangan Nya. Mereka dihujat karena hal ini, tetapi mereka menjawab bahwa mereka lebih menyukai subtansi daripada bayangan, realitas daripada bayangan. Mereka menyatakan bahwa Sambhogakaya telah berinkarnasi di dalam Nirmanakaya, dan ketika mata kita melihat kemuliaan Buddha yang Abadi, kita tidak perlu menatap ekspresi manusianya. Selama kita masih diliputi ketidaktahuan, ajaran dan contoh manusia Buddha sangat menolong kita, tetapi ketika melihat dengan jelas dengan mata seorang Bodhisattva, dan “tidak melalui kaca mata yang gelap” kita melihat Buddha yang sangat cemerlang, Buddha Cahaya, Buddha Kebenaran, Buddha Keabadian. (“Sambhogakaya memanifestasikan dirinya di mana-mana dalam tindakan yang tidak terbatas, tidak terhingga, tidak habis-habisnya, berkesinambungan serta mencakup atribut-atribut berkat dan kebajikan yang tidak terbatas”. Kebangkitan Kyakinan hal 101-102)
Dharmakaya
Secara umum dijelaskan bahwa Dharmakaya (Hosshin) adalah Kebenaran Permanen, tidak berbeda, dan dapat dipahami, tetapi penjelasan yang mendetail tentangnya beragam menurut aliaran-aliran Agama Buddha yang berbeda. Dalam Kebangkitan Keyakinan, kita membaca bahwa Ia adalah Kebenaran Pokok. Kitab-kitab Prajnaparamita memandang Dharmakaya sebagai hasil dari Dharma, keberadaan tertinggi; Dharmakaya adalah Prajna, pengetahuan tertinggi. Eon di dalam Daijogisho mengatakan bahwa Dharmakaya adalah Tubuh Keberadaan itu sendiri yang tidak berawal. Dalam Butsujikyo kita baca bahwa Dharmakaya adalah Tubuh Alami Tathagata sendiri, permanen dan tidak berubah, hakikat nyata dari setiap Buddha dan setiap makhluk. Kaum Madhyamika mengartikan Dharmakaya sebagai Kekosongan, yang berarti bagaimanapun realitas yang tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata. Kaum Yogacara mengartikan sebagai Yang Absolut.
Shingon menganggap Dharmakaya sebagai personal, yang memanifestasikan kasih sayang dan tindakan, serta menyelamatkan makhluk-makhluk dengan mengajar mereka, bukan hanya sebagai yang impersonal dan transenden. Dia bukan tidak terbentuk tetapi merupakan subtansi yang riil, benar dan permanen. Dharmakaya adalah keseluruhan subtansi dari alam semesta. Dharmakaya memanifestasikan dirinya di alam semesta di dalam dan melalui semua bagiannya dan manifestasikan ini bekerja secara aktif dalam hukum dan kondisi. Dharmakaya adalah bagian dalam Tubuh Buddha yang telah tercerahkan. Bagi orang-orang yang tidak tahu, Dia tidak berbentuk, tetapi bagi orang-orang yang mengerti, Dharmakaya memiliki bentuk dan mengajarkan Dharma. Menurut Agama Buddha pada umumnya, Dharmakaya itu benar-benar tidak berbentuk dan hening, tapi Shingon menekankan pencerahan tertinggi yang mengekspresikan dirinya secara aktif di dalam kasih sayang dan dengan demikian membentuk sebuah kepribadian sejati yang dapat dirasakan dan diketahui oleh orang yang tercerahkan.
Mungkin dalam satu kata, Realitas, adalah cara yang terbaik untuk menjelaskan Dharmakaya. Dharmakaya adalah apa yang harus direalisasikan oleh setiap makhluk untuk dirinya sendiri. Ia adalah tujuan para Bodhisattva dan makhluk-makhluk lain, meskipun biasanya hanya seorang Bodhisattva yang dapat diharapkan untuk merealisasikan secara penuh. Setiap makhluk memilikinya. Ia merupakan hakikat nyata dari segala sesuatu, dan berdasarkan aspeknya ini kita dapat pula menyebutnya Tathata, Dharmadhatu, Tathagatagarbha. Nirvana merupakan baitnya. “Dharmakaya secara literal berarti tubuh atau sosok yang bereksistensi sebagai prinsip, dan kemudian ia diartikan sebagai realitas tertinggi yang darinya segala sesuatu berasal sesuai hukumnya, tetapi dirinya sendiri mengatasi semua kondisi yang terbatas. Ia adalah apa yang ada di dalam batin dan pada hakikatnya merupakan Kebuddhaan (D.T. Suzuki dalam Studies in Lankavatara, Hal 308)
Di dalam Lankavatara, Dharmakaya menunjuk pada kepribadian Buddha ketika Ia secara sempurna diidentifikasikan sebagai Dharma atau Kebenaran Absolut itu sendiri.
Di dalam Kebangkitan Keyakinan, Dharmakaya adalah “yang abadi, yang penuh berkat, yang berkuasa atas dirinya, yang suci, yang hening, yang tidak berubah, dan yang bebas. Kedemikianan disebut Tathagata-garbha (Rahim Tathagata) atau Dharmakaya. Aktivitas Dharmakaya memiliki dua aspek. Yang pertama bergantung pada kesadaran terhadap fenomena tertentu yang dengan cara tersebut aktivitas diipahami oleh pikiran orang-orang biasa, para Sravaka dan Pratyekabuddha. Yang kedua bergantung pada kesadaran terhadap aktivitas (Karmavijnana) yang dengan cara tersebut aktivitas dipahami oleh pikiran para Bodhisattva setelah melewati tingkat aspirasi mereka yang pertama (Cittopada) hingga puncak tingkatan Bodhisattva. Ini disebut Tubuh Kebahagiaan (Sambhogakaya)”.
Beberapa penulis tentang Mahayana menambahkan pada Dharmakaya ide tentang Shinnyo (Kedemikianan), prinsip kosmos, tetapi penulis seperti D.T. Suzuki membuat Dharmakaya lebih banyak bersifat personal. Dia bersikeras memasukan semangat hidup dengan berbagai kebajikan pada Kedemikianan. Ini juga ajaran Shingon. “Dharmakaya adalah jiwa, sesuatu yang berkehendak dan mengetahui, dia berupa kehendak dan inteligensi, bentuk pikiran dan aksi. Dia bukanlah prinsip metafisik yang abstrak seperti Kedemikianan, tetapi dia adalah semangat hidup yang bermanifestasi di alam seperti juga di dalam pikiran. Penganut Agama Buddha memandang Dharmakaya sebagai pahala dan kebajikan yang tiada taranya dan sebagai inteligensi yang sempurna dan absolut, serta menjadikan sumber cinta kasih dan kasih sayang yang tidak pernah habis-habisnya”. (D.T. Suzuki: Outlines of Mahayana Buddhism, hal 222-223).
Avatamsaka Sutra menyatakan secara komprehensif tentang hakikat Dharmakaya sebagai berikut: “Dharmakaya, walaupun memanifestasikan dirinya di ketiga alam (Triloka), bebas dari ketidakmurnian dan nafsu keinginan. Ia mengungkapkan dirinya sendiri di sini, di sana dan dimana saja, menjawab panggilan karma. Ia bukan realitas individual, bukan suatu keberadaan yang palsu, tetapi universal dan murni. Ia tidak datang dari mana pun, Ia tidak pergi kemana pun; Ia tidak mengukuhkan dirinya sendiri maupun menjadi subjek permusnahan. Ia selamanya tenang dan abadi. Ia adalah Yang Esa, yang menolak segala determinasi. Tubuh Dharma ini tidak mempunyai batas, tempat tinggal, tetapi mewujud di dalam semua tubuh. Kebebasan atau spontanitasnya tidak dapat dipahami. Kehadirannya secara spiritual di dalam segala sesuatu memenuhi kebutuhan badaniah tidak dapat dipahami. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan badaniah tersangkut di dalam sana; Ia mampu menciptakan segala sesuatu. Dengan mengambil bentuk tubuh materiel apa saja yang konkret sebagai seusatu yang diperlukan oleh wujud dan kondisi karma, Ia menerangi semua ciptaan. Walaupun Ia adalah permata intelegensi, Ia kosong dari keistimewaan. Tidak ada tempat di alam semesta dimana Tubuh ini tidak berperan. Alam semesta mengalami proses menjadi, tetapi Tubuh ini tetap untuk selamanya. Ia bebas dari segala pertentangan dan kontradiksi, tetapi Ia bekerja di dalam segala sesuatu untuk membimbing mereka menuju Nirvana.
“Ia membawa berkat bagi kita dengan menghancurkan segala kejahatan, sehingga segala sesuatu yang baik tumbuh lebih cepat; Ia membawa berkat bagi kita dengan penerangannya yang universal yang melenyapkan kegelapan akibat ketidaktahuan yang bersarang dalam semua makhluk; Ia membawa berkat bagi kita melalui hatinya yang maha welas asih yang menyelamatkan dan melindungi semua makhluk; Ia membawa berkat bagi kita melalui hatinya yang maha pengasih yang membebaskan semua makhluk dari kesengsaraan akibat kelahiran dan kematian; Ia membawa berkat bagi kita dengan mengukuhkan sebuah agama yang sempurna yang dengan itu kita dikuatkan dalam aktivitas-aktivitas moral kita; Ia membawa berkat bagi kita dengan memberi kita sesuatu keyakinan yang kuat terhadap kebenaran yang membersihkan segala ketidaksucian spiritual kita; Ia membawa berkat bagi kita dengan menolong kita memahami ajaran yang berdasarkan itu kita tidak mengingkari Hukum Sebab Akibat; Ia membawa berkat bagi kita dengan suatu penglihatan ilahi yang membuat kita mampu mengamati kelahiran kembali semua makhluk; Ia membawa berkat bagi kita dengan sebuah cahaya intelektual yang menyingkapkan bunga-bunga pikiran semua makhluk; Ia membawa berkat bagi kita dengan aspirasi yang membuat kita termotivasi untuk mempraktikkan semua hal yang membangkitkan Kebuddhaan. Mengapa? Karena Tubuh Cahaya dari Tathagata memancarkan Cahaya Intelegensi ke seluruh alam semesta”. (Ibid, hal 223-237)
Dari semua ini Suzuki menyatakan bahwa “Dharmakaya adalah raison d’etre dari semua makhluk, yang mengatasi semua mode Upaya, yang bebas dari berbagai nafsu keinginan serta berupaya dan berada di luar batas pengertian kita yang terbatas”.
Suzuki juga memberi tekanan pada pikiran yang cerdas dan hati yang dipenuhi cinta kasih dari Dharmakaya. Disini dia mendekati interpretasi Shingon.
“Dharmakaya yang identik dengan Kedemikianan atau Pengetahuan tentang Kedemikianan itu absolut; tetapi seperti bulan yang bayangannya terpantul di dalam setetes air dan juga pada permukaan gelombang yang tidak terbatas, di dalam dirinya Dharmakaya menyandang semua aspek yang memungkinkan dari bentuk meteriel yang paling kasar hingga eksistensi spiritual yang paling halus. Ketika Ia menanggapi kebutuhan-kebutuhan Bodhisattva yang kehidupan makhluk-makhluk biasa, dengan sendirinya Ia memakai Tubuh Kebahagiaan atau Sambhogakaya. Tubuh ini merupakan suatu eksistensi supernatural, dan menurut kitab-kitab Mahayana hampir semua Buddha termasuk dalam golongan makhluk ini.
“Kaum Mahayana sekarang beragumen bahwa alasan mengapa Sakyamuni memasuki Parinirvana ketika Beliau berpikir karier-Nya di dunia sudah selesai ialah bahwa dengan mengundurkan diri mengikuti hukum kelahiran dan kematian, Beliau bermaksud memberi contoh melalui diri-Nya tentang ketidakabadian kehidupan duniawi dan kebodohan karana melekat padanya sebagai kebenaran terakhir. Mengenai Dharmakaya-Nya, Ia memiliki kehidupan yang abadi; Ia tidak pernah dilahirkan, dan Ia tidak akan pernah mati, dan ketika terpanggil oleh kebutuhan-kebutuhan spiritual para Bodhisattva, Ia akan menanggalkan pakaian keabsolutan dan bersabda dalam bentuk Sambhogakaya. Ia ‘tidak pernah menghentikan sabda-sabda-Nya yang bergerak seperti sebuah arus untuk selamanya.’ Akan terbukti dari hal ini bahwa pengikut Buddha siap untuk mempertimbangkan semua pemimpin religious atau moral menyangkut kemanusiaan, apapun kebangsaan mereka, sebagai Tubuh Transformasi dari Dharmakaya”. (Ibid, hal 258-261)
Kita memiliki dua konsepsi atau agaknya dua cara untuk menekankan satu konsepsi:
- Dharmakaya adalah Kedemikianan ( Bhutatathata), Tubuh dari Hukum, Yang Absolut Impersonal;
- Rahim Tathagata ( Tathagata-garbha); pengetahuan sejati dan sumber dari setiap keberadaan yang individual, yang mendasari semua fenomena, yang memiliki Cinta kasih, Belas kasih, dan Kehendak, karena itu bersifat personal.
Dharmakaya dapat disamakan dengan Ketuhana dalam Agama-agama lain.
Buddha memberi kesan kepada para pengikut-Nya bahwa tubuh sejati Buddha bukanlah tubuh manusia-Nya melainkan tubuh spiritual-Nya. Dikatakan, Dharmakaya tubuh-Nya yang sejati. Bagaimanapun juga, para pengikut-Nya yang paling dekat mengartikannya sebagai sebuah tubuh dari berbagai Dharma, tetapi sedikit demi sedikit mereka berpikir tentang Dharmakaya sebagi esensi dari semua Dharma, karenanya juga esensi dari eksistensi itu sendiri dan esensi dari Kebijaksanaan yang Absolut. Karena makhluk-makhluk tidak dapat memahami Dharmakaya kecuali melalui pengalaman spiritual, Ia mengambil bentuk Sambhogakaya untuk mekhluk-makhluk tipe Bodhisatvva dan mengambil bentuk Nirmanakaya untuk makhluk-makhluk biasa. Dharmakaya adalah representasi dari Sinnyo (Kedemikianan), kesatuan yang impersonal dan absolut di alam semesta.
Dharmakaya juga merupakan Tubuh Spiritual dari semua Tathagata.
Semua ini mungkin tampak rumit, tetapi sesungguhnya tidak. Dalam Agama lain secara filosofi Tuhan menyangkut aspeknya yang tidak diketahui dipandang sebagai Ketuhanan, sumber segalanya, tetapi tidak dapat dimengerti kecuali melalui pengalami mistis. Itulah Dharmakaya. Supaya makhluk-makhluk dapat berhubungan dengan-Nya, Ia menjadi Tuhan seperti yang biasa dikenal oleh semua orang yang beragam yang percaya; ini menyerupai Sambhogakaya. Tetapi orang awam membutuhkan sesuatu yang lebih nyata dan memerlukan sesosok pribadi yang hidup. Ini adalah Nirmanakaya bagi umat Buddha.
Jika dilihat dengan cara ini, misteri dari Tiga Tubuh pun terpecahkan. Tiga Tubuh diganti dengan sebutan tiga aspek dari satu Buddha: Buddha historis, Buddha abadi, dan Buddha Universal, yaitu:
- Sakyamuni, Buddha historis
- Buddha Abadi, sebagimana yang dilambangkan dengan Amitabha atau Aksobhya, terlepas apakah dipandang sebagai Tuhan, atau lainnya yang abadi.
- Dharmakaya, seperti yang diajarkan dalam aliran Shingon, tidak dapat dikenal kecuali melalui pengalaman spiritual, dan sulit bagi siapapun—kecuali Bodhisattva untuk memahaminya. Melalui meditasi atau pemujaan terhadap salah satu aspek ini—dan apa yang merupakan pemujaan, tidak lain dari sebuah bentuk meditasi—makhluk-makhluk dapat merealisasikan Eksistensi dari Yang Tidak Terbatas bagi diri mereka sendiri.
Sulit untuk menjelaskan Trikaya dengan kata-kata, dan meditasi terhadap problem ini akan menyingkapkannya lebih jauh daripada yang tercetak di dalam tulisan ini. Tetapi untuk mengerti Agama Mahayana, diperlukan pemahaman tentang konsepsi Tiga Tubuh (Trikaya) tersebut. Ia mendasari semua ajaran Mahayana dan dikhotbahkan atau dipandang benar dalam Sutra-sutra Mahayana. Apakah kita membaca Pundarika atau Prajna, Lanka atau Avatamsaka, doktrin ini mmengaruhi semua ajaran dalam sutra-sutra besar tersebut.
Sumber artikel “Trikaya” (Tiga Tubuh Buddha) ini dikutip dari Buku Agama Buddha Mahayana, Beatrice Lane Suzuki, Penerbit Karaniya.
三身
三身(梵文:Trikāya),大乘佛教理論中佛具有的三種身:應身(變化身;梵文:nirmānakāya,藏文:sprul sku)、報身(受用身;梵文:sambhogakāya,藏文:long spyod rdzogs pa’i sku)、法身(自性身;梵文:dharmakāya,藏文:chos sku)。
释义
身(kāya)即聚集之義,聚集諸法而成身。
• 應身(變化身),是諸佛為度化眾生,實行四攝法而權現世間的色身,如釋迦牟尼佛之肉身。
• 報身(受用身),是諸佛所修功德感報之圓滿色身,一般來說,常居色界四禪天頂——色究竟天,為入初地以上菩薩現形說法。
• 法身(自性身):部派佛教以戒定慧及解脫、解脫智見為「五分法身」[1];大乘佛教稱聲聞、獨覺所證為「解脫身」,而以佛果所證最清淨法界、諸法實相、法性真如為法身[2]。並謂此法身不生不滅,無二無別,常住湛然[3],名為如來藏,遍諸眾生中[4],主張觀諸法空相,是為見佛法身[5]。
此三身之關係,如月之體、光、影,稱為一月三身。具體言之,法身之理體是唯一、常住不變,故以月之體為喻;報身之智慧由法身之理體所生,能照明一切,故以月光為喻;應身具變化之作用,從機緣而現,故以月影映現水面為喻[6]。
另外,應身又可叫「變化身」、「父母生身」、「隨世間身」、「化身」、「生身」、「假名身」、「二乘凡夫所見身」等,報身又叫「受用身」、「法性生身」、「菩薩所見身」等,法身又叫「自性身」、「真實身」、「佛所見身」等[7][8]。
歷史
三身的說法,最早起源於印度教。在印度教中,信仰濕婆神的這一派,相信濕婆神擁有變化的能力。他們認為,濕婆神的本體,即是法身,是構成這個世界的根本。他的受用身,居住在天界,為大自在天。而他變化出各種相貌,出現在任何一個需要他的地方。如大黑天,就是他著名的化身[9]。
釋迦牟尼佛示現成佛後,亦延用此三身的名相來為弟子解說佛法。但破斥印度教、婆羅門教的三身說法不如實
各家闡釋
天台宗
按天台宗說法,『理』法之聚集稱為法身,法身如來名毘盧遮那(Vairocana)[10];『智』法之聚集稱為報身,報身如來名盧舍那(Rocana)[11];『功德』法之聚集稱為應身,應身如來名釋迦文(Śākyamuni)[12],視此三佛為不一不異[13]。
三論宗
若依三論宗吉藏的解說,則佛真法身「猶如虛空」,應物現形「如水中月」,此為一本一迹[14]。
其中,法身即佛性,修行顯出佛性,則為報身。但為「開迹合本」,可合佛性及佛性顯,皆名為法身;化菩薩為報身,名盧舍那,化二乘為化身,名釋迦。但為「開本合迹」,化眾生皆名化身。各經論隨義說之,而產生二身、三身或四身的說法[14]。
法相宗
在西明寺學習唯識義理和《大乘起信論》的曇曠,在回答藏王墀松德贊的《大乘二十二問》中,綜合各種大乘三身異說的開合後,解說為[15]:
1. 法身:周遍法界的真如妙『理』(自性身),以及所能證『智』(自受用身)。由於理智平等皆周遍,故皆為法身(另一種說法,則把「自受用身」歸為報身)
2. 報身:隨各十地菩薩所宣說、所分別顯化出來的漸勝相好之身(他受用身)
3. 應身/化身:為未登地諸菩薩眾,二乘、凡人所顯現的功德身
曇曠認為大乘三身諸佛「非一非異」,因為「諸色法無實體故,真如理智無限礙故」,所以說「一微塵中有無量佛,一剎那中含三世劫,一佛住處有一切佛,一切佛國有一切佛,一即一切,一切即一,同處同時,不相障礙」。
他還提到聲聞經論中,說法,報,化三身之義與大乘不同,而解說為:
1. 法身:如來無漏戒蘊,定蘊,慧蘊,解脫蘊,解脫智見蘊,此五是其功德之法
2. 報身:王宮父母所生三十二相,八十種好,酬報過去之因果
3. 應身/化身:如來所現神通化相身
而有的聲聞經論合報身法身為一,只說法身、化身兩種。有的只說一身:皆為功德(guṇa)法,總名為法。自體依止聚集義故,總名為身。
禪宗
禪宗慧能要人於自身中,見自性有三身佛:
1. 謂一切法自在性,名為清淨法身。人性本淨如清天,智惠常明。因於外著境,妄念浮雲蓋覆自性,而不能明。若遇善知識開真法,吹卻迷妄,內外明徹,則於自性中萬法皆見[16]。
2. 謂從法身思量即是化身。不思量,性即空寂;思量即是自化:思量惡法化為地獄,思量善法化為天堂。自性變化甚多,迷人自不知見。一念善,智惠即生[17]。
3. 謂念念善即是報身。一念惡,報卻千年善心;一念善,報卻千年惡滅,故莫回憶過往,而要心下念念善[18]。
佛國淨土
三身若搭配上天台宗所立的四種淨土:
• 法身佛居「常寂光土」,為如如法界之理,真如佛性[19]。
• 報身佛居「實報無障礙土」,為因陀羅網蓮華藏世界,諸法身菩薩所居[20]。
• 應身佛居「凡聖同居土」,為六道輪迴三乘所共居[21];以及「方便有餘土」,為二乘所居[22]。
法相宗稱常寂光土為「法性土」,實報無障礙土為「報土」,凡聖雜居土為「變化土」,但不立「方便有餘土」[23],並把三身配屬四智與清淨法界。
1.《雜阿含638經》:「佛言:「云何?阿難!彼舍利弗持所受戒身涅槃耶?定身、慧身、解脫身、解脫知見身涅槃耶?」」(對應相應部47相應13經)
• 《增壹阿含37品5經》:「若比丘戒身、定、慧身、解脫身、解脫知見身具足者,便為天、龍、鬼神所見供養,可敬、可貴,天、人所奉。是故,諸比丘!當念五分法身具足者,是世福田,無能過者。如是,諸比丘!當作是學」
• 《長阿含10經/十上經》:「云何五證法?謂五無學聚:無學戒聚、定聚、慧聚、解脫聚、解脫知見聚。」
• 《發智論》:「如契經說:『彼成就無學戒蘊、定蘊、慧蘊、解脫蘊、解脫智見蘊。』云何無學戒蘊?答:無學身律儀、語律儀、命清淨。云何無學定蘊?答:無學三三摩地,謂空、無願、無相。云何無學慧蘊?答:無學正見智。云何無學解脫蘊?答:無學作意相應心,已勝解、今勝解、當勝解。云何無學解脫智見蘊?答:盡智、無生智。」
• 《解深密經》:「世尊!聲聞、獨覺所得轉依,名法身不?」「善男子!不名法身。」「世尊!當名何身?」「善男子!名解脫身。由解脫身故,說一切聲聞、獨覺與諸如來平等平等;由法身故,說有差別。如來法身有差別故,無量功德最勝差別,算數譬喻所不能及。」
• 《攝大乘論》:「是聞熏習,若下中上品應知是法身種子,由對治阿黎耶識生,是故不入阿黎耶性攝。出世最清淨,法界流出故。……此聞熏習,雖是世間法初修觀菩薩所得,應知此法屬法身攝。若聲聞獨覺所得,屬解脫身攝。此聞熏習,非阿黎耶識,屬法身及解脫身攝。」
• 《成唯識論》:「謂諸如來真淨法界,受用變平等所依,離相寂然,絕諸戲論,具無邊際真淨功德,是一切法平等實性,即此自性,亦名法身,大功德法所依止故。」
• 《手杖論》:「此聞之熏是極清淨,法界等流之體性故。法界即是如來法身……法謂法身,界即因也,是出世間諸法之界。謂能持彼熏習性故,及斷煩惱所知二障所有餘習,名極清淨。」
•大智度論》:「佛有二種身。一者、法身。二者、色身。法身是真佛,色身為世諦故有佛。法身相上,種種因緣說諸法實相,是諸法實相亦無來無去。是故說諸佛無所從來,去亦無所至 。若人得諸佛法身相,是名近阿耨多羅三藐三菩提。」
•《能斷金剛般若波羅蜜多經釋》:「此二頌中所說之義,頌曰:唯見色聞聲,是人不知佛;此真如法身,非是識境故。此文意顯不應以色聲二種觀於如來。由是異生不能見者,此何為也?彼人起邪勤。言彼異生妄起邪勤,不依正道求見於我。此云法性者即是真如,若言福不證菩提者,此即菩薩福業其果應斷。」
• 《大般涅槃經》:「爾時世尊復告迦葉:「善男子!如來身者,是常住身、不可壞身、金剛之身、非雜食身,即是法身……如來之身成就如是無量功德,無有知者,無不知者;無有見者,無不見者;非有為非無為、非世非不世、非作非不作、非依非不依、非四大非不四大、非因非不因、非眾生非不眾生、非沙門非婆羅門,是師子大師子,非身非不身,不可宣說。除一法相,不可算數,般涅槃時不般涅槃,如來法身皆悉成就如是無量微妙功德。」
• 《不增不減經》: 「甚深義者即是第一義諦,第一義諦者即是眾生界,眾生界者即是如來藏,如來藏者即是法身……舍利弗!此法身者是不生不滅法,非過去際,非未來際,離二邊故。舍利弗!非過去際者,離生時故。非未來際者,離滅時故。舍利弗!如來法身常,以不異法故,以不盡法故。舍利弗!如來法身恒,以常可歸依故,以未來際平等故。舍利弗!如來法身清涼,以不二法故,以無分別法故。舍利弗!如來法身不變,以非滅法故,以非作法故。」
• 《究竟一乘寶性論》:「是故如來說一切時一切眾生有如來藏。何等為三。一者如來法身遍在一切諸眾生身。偈言佛法身遍滿故。二者如來真如無差別。偈言真如無差別故。三者一切眾生皆悉實有真如佛性。偈言皆實有佛性故。」
• 《大乘起信論》:「從本已來,自性滿足一切功德,所謂自體有大智慧光明義故,遍照法界義故,真實識知義故,自性清淨心義故,常樂我淨義故,清涼不變自在義故,具足如是過於恆沙不離不斷不異不思議佛法……名為如來藏,亦名如來法身。」
2. 《大智度論》:「是時,佛告比丘尼:『非汝初禮,須菩提最初禮我。所以者何?須菩提觀諸法空,是為見佛法身,得真供養,供養中最,非以致敬生身為供養也。』以是故言須菩提常行空三昧,與般若波羅蜜空相相應。」
3. 佛光大辭典. 佛身: 法身不生不滅,無二無別,常住湛然
4. 《金光明經·疏·卷三》载:化身佛有化身、父母生身、随世间身、生身、假名身等五名称;应身佛有应身、受用身、报身、智慧佛、功德佛、法性生身等六称;法身佛有法身、自性身、真实身、如如佛、法佛等五称。
5. 《金光明最胜王经·玄枢·卷四》载,前述之化身五名外,加上释迦佛身、二乘凡夫所见身、应身、变化身,共为九名;应身六名加上卢舍那佛身、菩萨所见身,共为八名;法身五名加上佛所见身、毗卢遮那佛身,共为七名。
6. 《俱舍光記》卷七:「解塗灰外道(Vibhuti)說,自在出過三界有三身:一、法身,遍充法界。二、受用身,居住色界上自在天宮,即佛法中說摩醯首羅天,三目八臂,身長萬六千踰繕那。三、化身,隨形六道種種教化。」
7. 《金光明經玄義》:「理法聚名法身」《妙法蓮華經文句》:「法如如境,非因非果,有佛無佛,性相常然,過一切處而無有異為『如』,不動而至為『來』,指此為法身如來也……法身如來名毘盧遮那,此翻遍一切處」《妙法蓮華經玄義》:「境妙究竟顯,名毘盧遮那。」
8. 《金光明經玄義》:「智法聚名報身」《妙法蓮華經文句》:「法如如智,乘於如如真實之道,來成妙覺,智稱如理,從理名『如』,從智名『來』,即報身如來……報身如來名盧舍那,此翻淨滿。」《妙法蓮華經玄義》:「智妙究竟滿,名盧舍那。」
9. 《金光明經玄義》:「功德法聚名應身」《妙法蓮華經文句》:「以如如境智合故,即能處處示成正覺。水銀和真金,能塗諸色像。功德和法身,處處應現往。八相成道轉妙法輪,即應身如來。……應身如來名釋迦文,此翻度沃焦。」《妙法蓮華經玄義》:「行妙究竟滿,名釋迦牟尼。」
10. 《妙法蓮華經文句》:「釋迦牟尼名毘盧遮那。乃是異名非別體也。總眾經之意。當知三佛非一異明矣」
11. 《法華玄論》:「法華論云。王宮現生伽耶成佛名為化佛。久已成佛乃至復倍上數故名為報佛。如實知見三界之相。無有生死若退若出。明法身佛。但三身不同。若法華論明三身者。以佛性為法身。修行顯佛性為報身。化眾生義為化身。若攝大乘論所明。隱名如來藏。顯名為法身。則此二皆名法身。就應身中自開為二。化菩薩名報身。化二乘名化身。或云化地上名報身。化地前名化身。地論法華論是菩提留支所出。攝大乘是真諦三藏所翻。此三部皆天親之所述作。而明義有異者。或當譯人不體其意。今欲融會者。眾經及論或二身或三身或四身。今總束為四句。一合本合迹。如金光明但辨一本一迹也。故云佛真法身猶如虛空。應物現形如水中月。二開本開迹。如五凡夫論明有四佛。開本為二身。一法身二報身。法身即佛性。報身謂修因滿顯出佛性。開迹為二身。化菩薩名舍那。化二乘名釋迦也。三開本合迹。如地論法華論所明。開本謂二身。謂佛性是法身。佛性顯為報身。四開迹合本。如攝大乘論所明。合佛性及佛性顯皆名法身。開迹為二。化菩薩名舍那。化二乘名釋迦。此皆經論隨義說之。悉不相違。眾師不體其意故起諍論耳。」
12. 曇曠. 大乘二十二問. 中華佛學學報.
13. 敦煌本《六祖壇經》:「何名清淨法身佛?善知識!世人性本自淨,萬法在自性:思量一切惡事,即行於惡;思量一切善事,便修於善行,知如是一切法盡在自性。自性常清淨,日月常明,只為雲覆蓋,上明下暗,不能了見日月星辰,忽遇惠風吹散卷盡雲霧,萬象參羅,一時皆現。世人性淨,猶如清天。惠如日,智如月,智惠常明。於外著境,妄念浮雲蓋覆自性,不能明故。遇善知識開真法,吹卻迷妄,內外明徹,於自性中萬法皆見。一切法自在性,名為清淨法身。」
14. 敦煌本《六祖壇經》:「何名為千百億化身佛?不思量,性即空寂;思量即是自化:思量惡法化為地獄,思量善法化為天堂,毒害化為畜生,慈悲化為菩薩,智惠化為上界,愚癡化為下方。自性變化甚多,迷人自不知見。一念善,智惠即生。……從法身思量即是化身」
15. 敦煌本《六祖壇經》:「一燈能除千年闇,一智能滅萬年愚。莫思向前,常思於後,常後念善,名為報身。一念惡,報卻千年善心;一念善,報卻千年惡滅,無常已來,後念善,名為報身。……念念善即是報身」
16. 《維摩經文疏》:「常寂光土,即究竟妙覺所居處也。……常寂光土者,玅覺極智所照,如如法界之理,名之為國。但大乘法性即是真寂之智性,不同二乘斷空偏真之理,故涅槃經云第一義空名為智慧。此經云若知無明性,即是明,如此皆是明。常寂光土義不思義,玅覺極智之所居,故云常寂光土也。法身所居,亦名法性土,但真如佛性非身非土,而說身說土,離土無身,而說土者,一法二義也。」
17. 《維摩經文疏》:「果報國,純法身大士所居,即因陀羅網無障礙土也。……果報國者,即是因陀羅網蓮華藏世界,純諸法身菩薩所居也。以其觀一實諦,能破無明顯法性,得真實果報,而無明未盡,猶為無明潤無漏業,受法性報身。報身所居,依報淨域,即是國也。以觀實相之理,發真無漏,所得果報,故名為實。修因無定,報得色心果所居,依報無礙自在,故名果報,亦得言實報無障礙土也。」
18. 《維摩經文疏》:「一者染淨國,即凡聖共居也。二者有餘國,即方便行人所住也。……所言染淨國者,即是九道眾生,雜共栖止。所以者何?六道皆具見,思凡鄙穢法,故名為染。三乘同見真諦,斷三界結,無見思染,故名為淨。六道三乘共居故云染淨,亦名凡聖同居國也。……凡居即有二種聖居亦有二種。凡居二種者,一、惡眾生居即四惡趣也,二者、善眾生居即人天也。聖同居二種者,一、實聖居。二、權聖居。實聖者,三果及後身羅漢辟支佛,通教六地別教十住圓教十信後,心界內煩惱雖斷,報身猶在三界。二、權聖同居者方便國羅漢辟支菩薩,受偏真法性身,為利有緣眾生,願應生同居土。實報無障礙國及常寂光國圓真法性身菩薩妙覺佛,為利有緣眾生應現來生同居之土,皆是權居也
19. 《維摩經文疏》:「有餘土者,二乘三種菩薩證方便道之所居也。所以者何?若修二觀方便,斷界內通惑盡,及斷恒沙餘別無明見思,未斷捨分段身,而生界外受法性身,即有變易生死,其受報所居之域,名有餘土也。法華經云我於餘國作佛,今傍此立名,有餘國也,亦名方便行人之所居也。」
20. 《圓覺經大疏釋義鈔》:「彼立四土。一凡聖雜居土,即法相中變化土也。二方便有餘土。三實報無障礙土,即是法相中報土,通自他受用。四常寂光土,即法性土。方便一土,法相所無。