Upacara Chau Tu Festival Lunar Chit Gwe

 (dirangkum dari berbagai sumber, oleh Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira/ 净仁法师)  

Dalam Tradisi Tionghoa, Bulan 7 Tanggal 15 menurut Penanggalan Imlek dirayakan sebagai Festival Zhong Yuan (Zhong Yuan Jie [中元节]) atau disebut juga dengan Hari Suci Ulambana dalam Agama Buddha. Festival Zhong Yuan adalah Festival tradisi Tionghoa yang mempunyai arti penghormatan dan rasa bakti kepada Leluhur yang telah meninggal dunia serta menolong makhluk yang sengsara. Dalam Masyarakat Tionghoa, Bulan 7 (kalender Imlek) yang merupakan bulan jatuhnya Festival Zhong Yuan (Zhong Yuan Jie) ini juga disebut dengan Bulan Hantu. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan “Hungry Ghost Festival”.

Terdapat 3 versi tentang asal usulnya Festival Zhong Yuan, diantaranya adalah menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, Agama Taoisme, dan Agama Buddha.

Festival Zhong Yuan ( 中元)menurut kepercayaan Masyarakat Tionghoa

Menurut Kepercayaan Masyarakat Tionghoa sejak zaman Dinasti Shang, Pada Bulan 7 Tanggal 1 pintu neraka  akan dibuka oleh Raja Neraka (Yan Luo Wang [阎罗王]) agar makhluk-makhluk halus (Hantu) yang tidak mendapat persembahan makanan dari keluarganya dapat menikmati persembahan makanan di alam manusia. Kemudian Pada hari terakhir bulan 7, pintu neraka akan ditutup dan semua makhluk halus (hantu) harus pulang ke alam neraka. Oleh karena itu, bulan 7 menurut penanggalan Imlek disebut juga dengan Bulan Hantu.

Apapun versinya, Semangat dari perayaan Festival Zhong Yuan atau Hari Suci Ulambana adalah sama yaitu menolong makhluk yang sengsara. Dalam perkembangan hingga saat ini, Festival Zhong Yuan atau Hari Suci Ulambana menjadi momen yang penting untuk berbuat baik dengan memberikan sumbangan atau Dana Paramita kepada fakir miskin dan Yatim Piatu.

Festival Zhong Yuan ( 中元)Menurut Agama Taoisme

Dalam ajaran Taoisme, Festival Zhong Yuan adalah festival yang memperingati Hari Kelahiran Kaisar Di Guan dan juga untuk menyambut kedatangan Kaisar Di Guan [地官大帝] ke bumi atau alam manusia untuk memberikan pengampunan terhadap dosa-dosa manusia yang telah meninggal dunia (Roh).  Kaisar Di Guan adalah salah satu dari 3 Kaisar Tritunggal Agama Tao yang terdiri dari Kaisar Tian Guan [天官大帝] atau disebut juga dengan Shang Yuan [上元], Kaisar Di Guan [地官大帝] atau disebut juga dengan Zhong Yuan [中元]  dan Kaisar Shui Guan [水官大帝] yang juga disebut dengan Xia Yuan [下元].

Festival Zhong Yuan (Hari Suci Ulambana) menurut Agama Buddha

Sutra Intan bersabda: Subhuti, Tathagatha/Buddha  adalah satu-satunya yang membicarakan kebenaran, yang membicarakan kenyataan, yang membicarakan apa yang sebenarnya, yang tidak membicarakan yang palsu, yang tidak membicarakan apa yang tidak sebenarnya.

Dalam Agama Buddha, berdasarkan Sutra Ullambana maka setiap Bulan Lunar 7 tanggal 15 Chit Gwe Capgo menurut Kalender Imlek diperingati sebagai Hari Suci melaksanakan bakti balas budi dengan melaksanakan Upacara Ulambana yang mana pada Hari Suci Ulambana ini para umat Buddha akan melakukan Ritual upacara untuk menghormati dan menolong para leluhur, almahrhum/mah, orang tua dan guru dimasa lampau, menolong makhluk-makhluk yang pernah kita sakiti, dimakan atau terbunuh baik yang disengaja maupun tidak, karena akibat keserakahan, kebencian dan kebodohan serta untuk menolong semua Makhluk yang menderita di tiga alam celaka utamanya alam Preta yaitu alam kehausan dan kelaparan sepanjang masanya (lebih sering disebut dengan alam Hantu Kelaparan).  Ritual tersebut sering disebut dengan Chao Du Fa Hui [超渡法会] dalam bahasa Mandarin. Hari Suci Ulambana ini juga berkaitan dengan Kisah Bakti salah seorang siswa utama Buddha Sakyamuni yaitu Maha Mogallana yang ingin menolong Ibunya di alam Preta atau alam hantu kelaparan. Sang Buddha kemudian memberikan Khotbahnya kepada Maha Mogallana yang tertulis dalam Ulambanapatra Sutra tentang cara untuk menolong ibu Maha Mogallana yang berada di alam preta (alam Hantu Kelaparan).

Penjelasan Makna & Tujuan ULAMBANA/ CIOKO

Pada bulan 7 perhitungan Candra sengkala/Imlek, di Vihara-Vihara Agama Buddha Mahayana selalu diadakan upacara perayaan Ulambana, yang dikenal dengan istilah sembahyang Cioko (Hok Kian), Cautu (Mandarin), atau yang dikenal juga dengan istilah sembahyang rebutan bagi kaum peranakan. Untuk itu, marilah kita mengetahui dengan jelas sejarah Upacara Ulambana ini diadakan dalam setiap tahun. Berdasarkan kitab suci, Upacara Ulambana ini ada, karena 3 peristiwa di bawah ini, yaitu:

  1. Sejarahdisebut juga Hari Kathina Arya Sangha atau Hari berbakti umat kepada Sangha disebut Hari Sangha.
  2. Maha Bhiksu Maugalyayana membuka pintu neraka untuk menolong ibundanya yang menderita di alam neraka.
  3. Maha Bhiksu Ananda bertemu makhluk alam neraka yang merupakan manifestasi Avalokitesvara Bodhisatva.

 

1. Sejarah Varsa disebut juga Hari Kathina Arya Sangha atau Hari Berbakti umat kepada Sangha disebut Hari Sangha

Masa Varsa adalah suatu periode waktu yaitu selama 3 bulan, yang digunakan oleh para Bhiksu untuk secara mendalam membina diri di suatu tempat.

Cara menghitung masa varsa dapat ditinjau dari 2 sisi yaitu:

Menurut tradisi MAHAYANA.

Dimulai dari tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 penanggalan lunar. Selama 3 bulan Arya Sangha membina diri secara total di dalam Dharma dan Vinaya. Tanggal 15 bulan 7 hingga tanggal 15 bulan 8 penanggalan lunar (1 bulan) merupakan hari bergembira menyambut kemenangan para Arya Sangha membina diri kembali secara total

Menurut tradisi THERAVADA.

Cara menghitung menurut Tradisi Theravada ialah 40 hari setelah Waisak, yang disebut Hari Asadha, dan selama tiga bulan (Varsa/Vasa) setelah Hari Asadha, yang disebut Hari Kathina (Hari Kathina versi Mahayana disebut Kathina kesatu). Perbedaanya dengan versi Mahayana hanya 40 hari.

Meskipun terdapat perbedaan tersebut, namun mempunyai makna dan sejarah yang sama, yaitu:

Pada zaman Hyang Buddha, selama 9 bulan para Arya Sangha berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain sambil membina diri dan menyebar-luaskan ajaran Buddha kepada manusia maupun makhluk-makhluk lainnya yang berjodoh dan menerima ajaran Buddha.

Perlu diketahui, di Negara India ada suatu tempat yang memiliki 4 musim, yaitu musim panas, semi, hujan dan dingin, dan ada pula suatu daerah yang memiliki 3 musim, yaitu musim panas, hujan dan dingin. Dikala musim panas, demikian panasnya bisa mencapai lebih dari 44 derajat, sehingga tanah menjadi retak, tumbuh-tumbuhan dan serangga banyak yang mati atau bersembunyi di dalam sarangnya.

Dimusim hujan, tumbuh-tumbuhan mulai bersemai dan binatang-binatang mulai ke luar dari sarangnya.

Saat itu sekitar 1250 bhiksu keluar bersama-sama, sehingga tanpa disengaja mereka menginjak tanaman yang baru bersemai ataupun binatang-binatang kecil yang baru ke luar dari sarangnya.

Melihat hal ini Maha Upasaka Anathapindada (bahasa Sansekerta) / Andhanapindikha(bahasa Pali) – Maha Donatur Hyang Buddha, yang memegang peranan cukup penting sekali dalam membantu perkembangan Agama Buddha, khususnya dalam rangka membantu, mendukung, menjaga para anggota Sangha – memohon kepada Hyang Buddha untuk menetapkan peraturan, agar para Bhiksu selama musim hujan, selama 3 bulan, jangan pergi kemanapun, dengan maksud agar tidak merusak tanaman yang baru bersemai dan tidak mematikan kesempatan binatang-binatang kecil untuk hidup.

Demi Maitri-Karuna, Hyang Buddha menetapkan peraturan yang disebut Varsa (bahasa Sansekerta ) atau Vassa (bahasa Pali), yang isinya agar pada musim hujan, selama 3 bulan, para bhiksu tidak pergi kemana-mana, hidup bersama membina diri dengan pedoman Dharma dan Vinaya dan melaksanakan kode etik 6 sikap kerukunan yaitu:

  1. Saling hormat-menghormati sesuai kedudukan dan tanggung jawab
  2. Dalam berbicara menjaga sikap, tidak saling menjatuhkan
  3. Bersama-sama memotivasikan pikiran untuk maju
  4. Bersama-sama mempelajari, menghayati dan melaksanakan Dharma dan Vinaya dalam kehidupan sehari-hari
  5. Keuntungan dinikmati bersama
  6. Ada masalah dimusyawarahkan bersama-sama dan mengambil keputusan yang terbaik.

Enam kode etik untuk persatuan dan kesatuan, yang diajarkan Hyang Buddha, dapat menjadi pedoman setiap organisasi Sangha, keluarga, perkumpulan, ataupun Negara.

Dalam masa Varsa ini, umat mengantarkan dan menyediakanmakanan, pakaian, tempat tinggal, obat-obatan, lain-lain keperluan sangha sehari-hari,.dengan maksud agar dalam membina diri para bhiksu tidak perlu memikirkan kebutuhan sehari-harinya.

Varsa merupakan pula hitungan tingkat kesucian kebhiksuan. Saat para bhiksu menjalankan masa Varsa mereka berkumpul untuk lebih menghayati Buddha Dharma secara bersama (rohani). Selesai masa varsa, bulan 7 tanggal 15 imlek, banyak bhiksu yang mencapai tingkat kesucian, antara lain Srota-apanna, Sakrdagamin, Anagamin, Arhat. Para umat menyambut dengan suka cita selesainya varsa (bertapa) para Bhiksu, dengan ,memberikan dana dan memohon doa kepada Sangha, yang disebut dengan istilah upacara Kathina Puja atau upacara mempersembahkan dana kebutuhan hidup para Bhiksu Sangha.

 

2. Maha Bhiksu Maugalyayana membuka pintu neraka untuk menolong ibundanya yang menderita di alam neraka

Pada suatu ketika, di dalam masa varsa, yaitu di bulan 7 tanggal 7 penanggalan lunar, Yang Arya Maha Bhiksu Arhat Maugalyayana(S)/ Monggalana (P) – salah seorang dari 10 siswa besar Hyang Buddha yang telah mencapai Arhat dalam masa varsa dan terkenal akan kesaktiannya di dalam meditasinya, terkenang ibundanya yang telah meninggal dunia. Dengan kesaktian seorang Arhat, beliau dapat melihat ibundanya sedang mengalami derita siksaan di alam neraka Avicci. Para makhluk di alam itu mempunyai bentuk kepala besar dan perutnya busung, sedang lehernya kecil, anggota badannya kurus kering. Mereka sangat menderita kepanasan. Untuk hidup tidak bisa dan matipun tidak bisa, hidup-hidup terpanggang akibat karma buruk yang telah dilakukan semasa masih hidup.

Didorong oleh rasa bakti seorang anak dan keinginannya untuk membalas budi, maka dengan kesaktiannya, Arhat Mougalyayana membuka pintu neraka dan berusaha menolong ibundanya, tetapi semua usahanya sia-sia belaka. Seluruh makanan yang diberikan ketika sampai di mulut ibundanya selalu berubah menjadi batu bara api, demikian pula dengan minuman yang diberikan juga berubah menjadi air raksa.

Melihat hal ini, Arhat Maugalyayana menghadap kepada raja Neraka (Yama Dipati), memohon pertolongan untuk menolong penderitaan ibunda­nya. Raja Neraka berkata, bahwa hanya seorang Samyaksambuddha yang dapat menolong atau memberikan jalan, agar para makhluk di alam neraka terbebas dari penderitaan.

Akhirnya Arhat Maugalyayana kembali ke dunia dan menemui gurunya, Sakyamuni Buddha (pada waktu itu bulan 7 tanggal 13). Dengan penuh sujud beliau memohon petunjuk dan pertolongan gurunya. Sakyamuni Buddha dengan penuh welas asih memberi petunjuk kepada siswa- Nya, bahwa semasa hidupnya ibunda Maugalyayana banyak melakukan perbuatan buruk, sehingga saat ini terlahir di neraka avicci.

Untuk dapat menolongnya, pada akhir masa varsa,yaitu bulan 7 tanggal 15 penanggalan lunar, salah seorang keluarganya harus timbul rasa bakti dan ingin menolong almarhum/mah dengan memberikan dana kepada Sangha, lalu dengan penuh sujud mengundang Sangha untuk membaca kitab suci Hyang Bud­dha, dan memohon Sangha menyalurkan pahala tersebut untuk menolong ibundanya.

Arhat Maugalyayana sangat gembira mendengar petunjuk gurunya. Dengan penuh sradha bhakti, ia segera melaksanakan petunjuk gurunya. Setelah pindapatra beberapa hari, dan menyimpan hasilnya, kemudian beliau memberikan hasil pindapatranya kepada Arya Sangha termasuk kepada gurunya, Sakyamuni Buddha, serta memohon diadakan penyaluran jasa dan pahala oleh Arya Sangha. Pada saat itu Hyang Buddha memimpin langsung penyaluran jasa tersebut. Jasa dan pahala dari upacara tersebut dilimpahkan kepada ibunda Arhat Maugalyayana serta para makhluk lainnya yang berjodoh untuk menolongnya bebas dari penderitaan alam neraka.

 Sewaktu upacara ini berlangsung, api neraka seketika menjadi padam (arti dari Gatha Yang Che Cing Sui). Suasana neraka yang panas menjadi sejuk, pada saat itu makhluk- makhluk di alam neraka terbebas dari penderitaannya dan tubuh ibunda Arhat Maugalyayana langsung terbelah tujuh, ia tumimbal lahir ke alam yang lebih baik. Upacara ini bukan hanya berhasil menolong ibunda Arhat Maugalyayana saja, tetapi juga berhasil menolong makhluk- makhluk yang berjodoh di neraka.

Karena demikian besar manfaatnya tersebut, maka sampai sekarang upacara tersebut masih terus diselenggarakan setiap setahun sekali. Tradisi dari penyelenggaraan upacara ini merupakan salah satu cara melestarikan ajaran Hyang Bud­dha, membalas budi dan menolong para makhluk di alam Samsara,yaitu Alam Neraka dan Alam setan gentayangan.

 Oleh karena semangat dari Ulambana adalah menolong para makhluk yang sengsaramaka dikemudian hari oleh para sesepuh Bhiksu Sangha Mahayana dikembangkan dengan mengan­jurkan para umat yang mampu untuk memberikan sedekah (Dana paramita) kepada fakir miskin. Sehinggasampai saat sekarang terlihatlah saat tiba bulan 7 para umat menyisihkan uangnya untuk memberikan sumbangan beras, sandang pangan lainnya yang kemudian disalurkan oleh para pengurus vihara kepada fakir miskin dan anak yatim -piatu.

 

3. Maha Bhiksu Ananda bertemu makhluk alam neraka

Pada suatu hari di dalam masa Varsa, Ananda, yang merupakan salah seorang siswa Hyang Bud­dha, ketika melatih diri memasuki lautan samadhi, tiba-tiba dia melihat satu makhluk aneh yang sangat buruk rupanya; kepala dan perutnya besar tetapi lehernya kecil seperti jarum, dari ketujuh lubang (mata, hidung, telinga, dan mulut) mengeluarkan asap. Ananda lalu bertanya pada makhluk tersebut, “Siapakah engkau dan kenapa engkau datang kemari?”

Makhluk tersebut menjawab, “Ananda, dulu aku adalah seorang manusia seperti Anda. Tetapi, akibat perbuatanku yang buruk, setelah meninggal dunia, aku tumimbal lahir di alam Neraka Apaya. Keadaanku penuh dengan derita dan sangat menyedihkan. Tolonglah aku!”

Ananda merasa kasihan dan hatinya tergerak oleh perasaan welas asih untuk menolong dan meringankan penderitaan makhluk tersebut. Tetapi, berbagai usaha yang dilakukan untuk menolong makhluk tersebut sia-sia belaka. Sehingga, pada akhirnya makhluk tersebut meminta Ananda untuk memohon petunjuk pada gurunya, Sakyamuni Buddha, agar Beliau mau menolong makhluk-makhluk yang men­derita seperti dirinya.

Setelah Ananda berjanji akan memohon petunjuk dari gurunya untuk menolong semua makhluk yang menderita, makhluk tersebut lenyap dari hadapan Ananda setelah mengucapkan terima kasih.

Kemudian Ananda meng­hadap Sakyamuni Buddha dan menceritakan semua penga­lamannya, serta memohon agar Beliau berkenan memberi petunjuk bagaimana cara yang benar untuk menolong dan meringankan penderitaan makhluk-makhluk di tiga alam sengsara.

Setelah mendengar kisah Ananda, dengan penuh welas asih Hyang Buddha bersabda : “Oh, Ananda, makhluk yang engkau lihat di alam meditasi tersebut sebenarnya adalah penjelmaan dari Avalokitesvara Bodhisattva. Berkat welas asih-Nya yang tak terhingga terhadap semua makhluk, Dia datang menampakkan diri dalam wujud seperti itu, agar hatimu tergerak untuk menolong mereka dan memohon petunjuk dari-Ku. Peristiwa ini juga untuk mengingatkan umat manusia, agar tidak berbuat Akusala Karma/ karma burukysehingga tidak terjatuh ke tiga alam sengsara.”

Kemudian Hyang Buddha mengajarkan Ananda cara untuk menolong dan meringankan penderitaan makhluk-makhluk di tiga alam sengsara.

Ananda merasa sangat gembira dan berkata, “Sungguh suci dan mulia Avalokitesvara Bodhisattva. Berkat welas asih-Nya yang luar biasa, terbukalah pintu Dharma bagi mereka di tiga alam sengsara. Guru, demi kebahagiaan semua makhluk, babarkanlah Dharma agar semua makhluk di tiga alam sengsara dapat diringankan penderitaannya. ”

 Kemudian Hyang Buddha menganjurkan kepada Arya Sangha agar setelah selesai menjalankan masa varsa mengadakan upacara Ulambana/ cioko guna menolong mereka yang tumimbal lahir di tiga alam sengsara.

Ketiga hal tersebut diataslah yang menjadi dasar bagi umat Buddha Mahayana dalam melaksanakan upacara Ulam­bana, yaitu setiap bulan ke-7 sistem penanggalan lunar.

Upacara Ulambana biasanya diadakan mulai tanggal 15 bulan 7 sistem penanggalan lunar sampai akhir bulan 7 tersebut. Puncak penutupan upacara jatuh pada tanggal 29 atau 30 bulan ke 7, yang juga merupakan hari Kebesaran Ksitigarbha Bodhisatva (Ti Cang Wang Po Sat).

Berdasarkan Kitab Suci, pelaksanaan Ulambana harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. Upacara harus dipimpin sekurang-kurangnya lima orang anggota sangha.
  2. Dalam melakukan upacara harus ada anak yang berbakti.
  3. Anak tersebut harus mau menjalankan keprihatinan dengan melakukan ciacay / vegetarian selama 1 hari atau 3 hari atau seminggu.
  4. Upacara harus dilengkapi dengan sarana puja yang terdiri dari: 5 macam buah, nasi, 6 macam sayur kering/matang, 6 macam manisan, 5 macam cairan/minuman, hio, bunga segar, lilin atau penerangan, dan lain-lain.

 Makna Perayaan Hari Ulambana

  1. Membalas budi dan menolong untuk orang tua yang masih hidup,
  2. Memberi sedekah, memberi makan, dan menolong untuk  membalas budi kepada orang tua serta leluhur yang telah meninggal dunia, ayah ibu dan guru di masa lampau, makhluk-makhluk yang pernah kita sakiti, makan dan bunuh.
  3. Menjalankan cinta kasih dan kasih sayang Hyang Buddha untuk menolong para makhluk dan membalas empat budi besar.
  4. Mengundang arya sangha atau para Suhu untuk membacakan kitab suci pengampunan dosa dan ayat-ayat kitab suci Jalan Menuju Surga Sukhavati, agar semua makhluk yang berjodoh dapat tumimbal lahir di alam yang lebih baik atau tumimbal lahir di Surga Sukhavati.
  5. Memberikan dana puja / kathina kepada Arya Sangha/ bhiksu.
  6. Memberikan sedekah kepada fakir miskin.

KEWAJIBAN UMAT BUD­DHA YANG SALEH DI BULAN ULAMBANA

Sebagai umat Buddha Mahayana yang saleh, pada upacara Ulambana ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan, yaitu:

  1. Membantu orang tua atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan memberi sedekah dan memohon Arya Sangha melakukan upacara suci Ulambana. Jasa pahala dari membaca kitab suci tersebut, secara umum dilimpahkan untuk kebahagiaan semua makhluk di alam sengsara-alam neraka dan alam setan gentayangan — dan secara khusus untuk sanak keluarga kita yang telah meninggal dunia.
  2. Memberikan dana kepada Arya Sangha di Vihara, baik berupa sandang, pangan, papan, obat-obatan, beras dan lain-lain. Dalam upacara itu, dana tersebut akan diberikan kembali kepada fakir miskin, anak yatim piatu, atau orang- orang yang membutuhkan, dengan maksud memberikan bibit kebahagiaan kepada o- rang-orang yang kurang mampu tersebut, agar pada kehidupan selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Tentu selaku orang yang miskin, yang menerima bibit berkah ulambana (beras) tersebut, harus membangkitkan tekad, agar setelah mereka mampu kelak pada upacara Ulambana tahun berikutnya juga ikut menjadi donatur, walaupun jumlahnya hanya sedikit.
  3. Beramal kepada fakir miskin dan mendoakan mereka untuk memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan.
  4. Mencetak kitab suci atau melepaskan hewan
  5. Introspeksi, membina diri dengan berpedoman pada Ajaran Hyang Buddha, membangkitkan Bodhicitta dengan senantiasa senang berbuat baik dan timbulkan rasa menyesal dan bertobat atas perbuatan karma buruk yang baru. Selain itu, mau melakukan ciacay/vegetarian, tekun berBuddha Smrti, membaca sutra dan mantra untuk disalurkan kepada para leluhur, agar dapat tumimbal lahir di Surga Sukhavati.

Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah, manfaat dan arti daripada upacara Ulambana, yang hingga sekarang, pada setiap bulan 7 penanggalan lunar masih diselenggarakan, sebagai persembahan makanan kepada para makhluk yang telah meninggal dunia dan untuk menolong mereka,baik yang masih mempunyai hubungan keluarga maupun yang tidak ada hubungan keluarga, agar memperoleh makanan yang telah diberkahi dan dapat tumimbal lahir di alam yang lebih baik lagi, bahkan mungkin dapat terlahir di alam Surga Sukhavati

 


 

梵王经云:“孝名为戒”,戒乃成佛之本,可见慈孝是成佛的基础。在《地藏经》、《父母恩重难报经》等诸多经典中,佛陀教育弟子们不仅要孝顺当世父母,也要孝顺过去世父母,乃至泽被广大的众生父母,才是佛门的真慈至孝。

《盂兰盆经》,即是佛陀为后世弟子开示一条孝亲的捷径法门,是佛弟子修孝顺者报答父母养育之恩绝佳的机会。大众依经持诵《佛说盂兰盆经》,并加奉咒章,虔诚供养三宝。上供圣贤,集十方众僧之威神,下施三涂,则济六道含灵之沉沦。

仗此功德,“愿使现在父母,寿命百年无病,无一切苦恼之患,乃至七世父母离恶鬼苦,得生天人中,福乐无极。”即,可为现存父母延寿,去世父母超拔,功德倍增。

佛说报恩孝亲经句集要

 

恩情类别

1、佛告王舍城内之妙德长者,勇猛长者,善法长者等言,长者!我今说妙义,欲利益未知未来世之恩德者,世间出世间之恩有四种:一者父母恩,二者众生恩,三者国王恩,四者三宝恩,是四恩,一切众生,平等负荷。

父母恩情

2、依慈父悲母长养之恩,一切男女皆安乐也。慈父之恩,高如山王;悲母之恩,深似大海。(心地观经)

3、母之悲恩,我一劫之间住世而说,亦说难尽。……悲母之念子,无物可比也。自入胎十个月间,行住坐卧,受诸苦恼,口不能宣之。所欲饮食衣服,虽得亦不喜之,忧心无时休息,但思惟将生产好儿。若产难时,如百千刀,竞来割之;若安产时,与诸眷属共喜乐,如贫人得如意珠,十月苦痛,以生儿一声忘之矣。如听音乐之乐,子寝于母之胸臆,以左右膝,为游履处,由母之胸臆,出甘露泉而长养,其恩德,耸天山岳亦不及,大海亦犹浅。若随顺慈母之教而无违者,诸天护念之,福德无尽。若有善男子善女人,为欲报母恩,一劫之间,每日三时,割自身肉,以养父母,亦未能报一日之恩。(心地观经)

4、父母视子有五事:一令去恶就善,二教以书疏,三令持经戒,四使娶妇,五家中所有给与。(六方礼经)

5、佛问诸沙门,亲之生子,怀之十月,身为重病,临生之日,母危父怖,其情难言;既生之后,推干卧湿,精诚之至,血化为乳,摩饰澡浴,衣食教诏,礼赂师友,重贡君长,子颜和悦,亲亦欣豫,子设惨戚,亲心焦枯。出门爱念,入则存之。心怀惕惕,惧其不善。亲恩如此,当何以报。(孝子经)

6、父母生养,劬劳辛苦,十月妊娠,三年乳哺,长养教诲,艰忧备尽,冀其成立,才艺过人;又望出家,度脱生死,以是恩念,昊天难报。(最胜佛顶尊胜陀罗尼净除业障经)

7、从地积珍宝,上至二十八天,悉以施人,不如供养父母。(末罗王经)

8、佛问弥勒:阎浮提儿生堕地,乃至三岁,母之怀抱,为饮几乳?弥勒答曰:饮乳一百八十斛,除母腹中所食血分。(中阴经)

9、佛言:唯有道德,可以久保。吾前世时,亦更为人偿债,奴婢男子父母,不可称数,皆有一时之缘,难可脱免,至今得道。现我父母,皆先世道德之缘,不由偿债,父母世世放舍,使我学道,累功精进,今成得佛,皆是父母之恩,人亦学道,不可不精进孝顺,一堕失人种,累劫不复。(分别经)

 

恩情报答        

10、若人慈孝父母者,必有增益,则无衰耗。(中阿含经)

11、知恩者,虽在生死,善根不坏;不知恩者,善根断灭,是故,诸佛称赞知恩报德者。(大方广如来不思议境界经)

12、尔时,释迦牟尼佛,初坐菩提树下,成无上正觉已,初结菩萨波罗提木叉,孝顺父母师僧三宝,孝顺,至道之法。孝名为戒,亦名制止。(梵网经)

13、善之极莫大于孝,恶之极不孝也。(忍辱经)

14、世若无佛,善事父母,事父母即是事佛也。(大集经)

15、凡事天地鬼神,不如孝其二亲,二亲最上之神也。(四十二章经)

16、假令有人,一肩荷父,一肩担母,尽事寿量而不暂舍,供给衣食医药,种种所需,犹未能报父母之深恩。(本事经)

17、善男子,于诸世间,何者最富?何者最贫?悲母在堂,名之为富;悲母不在,名之为贫。悲母在时,名为日中;悲母死时,名为日没。悲母在时,名为月明;悲母亡时,名为闇夜。是故汝等勤加修习,孝养父母,若人供佛,福等无异。应当如是报父母恩。(心地观经)

18、有福人,请百人净婆罗门,百人仙人,百人朋友,于七宝堂内,供养百千种上妙珍膳,垂璎珞,以百宝庄严床卧具,以百药治疗病,满百千劫,亦莫若一念孝顺心,以微少物,供养悲母,随从供侍。比前功德,百千万分,不可校量。(心地观经)

19、奇哉!我母受大苦恼:满足十月,怀抱我身;既生之后,推干去湿,除去不净,大小便利,乳哺长养,将护我身。以是义故,我当报恩,色养侍卫,随顺供养。(南大般涅盘经)

20、夫为人子者,当以五事,敬顺父母,云何为五:一者供奉能使无乏;二者凡有所为,先白父母;三者父母所为,恭顺不逆;四者父母正令,不敢违背;五者父母所为,正业不断。(长阿含经)

21、子事父母,当有五事:一当念治生,二早起令奴婢于时作饭时,三不增父母忧,四当念父母恩,五父母有疾病,当恐惧求医治之。(六方礼经)

22、子视父母有五事:一念家事,二修负债,三解诫,四为供养,五令父母欢。(善生子经)

23、饮食及宝,未足能报父母恩,引导令向正法,便为报二亲。(不思议光经)

24、若父母无信,令起信心;若无戒,令住禁戒;若性悭,使行惠施;若无智慧,令起智慧;子能如是,方得曰报恩。(毗那耶律)

25、尔时,世尊告诸比丘:父母于子有大增益。乳哺长养随时将育,四大得成。右肩负父,左肩负母,经历千年更使便利背上,然无有怨心于父母,此子犹不足报父母恩。若父母无信教令信,获安隐处。无戒与戒,教授获安隐处。悭贪教令好施,劝乐教授获安隐处。无智慧教令黠慧,劝乐教授安隐处。如是信如来,至真,等正觉,明行成,为善逝,世间解无上士,道法御,天人师,号佛,世尊。教信法,教授获安隐处。诸法甚深,现身获果,义味甚深。如是智者,明通此行,教令信圣众。如来圣众甚清净,行直不曲,常和合法。法成就,戒成就,三昧成就,智慧成就,解脱成就,解脱见慧成就,所谓圣众四双八辈,是谓如来圣众最尊最贵,当尊奉敬仰,是世间无上福田。如是诸子当教父母行悲。(佛说父母恩难报经)

26、乌答摩纳至佛问讯,而作是言:昙云,若众生如法乞财,供养父母,又以正理使得乐处,正理供给,当得福不?佛言:如是供养,实得大福。佛言:摩纳,不限汝也。一切如法乞财,又以正理供养父母,正理使乐,正理供给,获无量福。(杂阿含经)

27、亲恩若此,当何以报?诸沙门对曰:唯当尽礼,慈心供养,以赛亲恩耳。世尊又曰:子之养亲,甘露百味,以恣其口;天乐众音,以娱其耳;名衣上服,光耀其体;两肩荷负,周流四海,讫子年命,以赛恩养,可谓孝乎?诸沙门曰:唯孝之大,莫高乎兹。世尊告曰:未为孝矣。若亲顽闇,不奉三尊,凶虐残戾滥窃非物,情染外色伪辞非道,耽醉荒乱,违背正真,凶檗若斯,子当极谏以启悟之。若犹蓇蓇未悟,即为开化,牵譬引类,示王者之牢狱,诸囚之刑戮。曰:斯为不轨,身被众毒,自招殒命。命终神去,系于太山,汤火万毒,独唤无救。由彼履恶,遭此重殃。若复未移,悲泣啼号,绝不饮食,亲虽不明,必以恩爱之痛,惧子死矣,由当强忍伏,心崇正道。若亲迁志,奉佛五戒:仁恻不杀,清让不盗、贞洁不淫、守信不欺、孝顺不醉。宗门之内,即亲慈子孝,夫正妇贞,九族和睦,仆使恭顺,润泽远被,含血受恩。十方诸佛,天龙鬼神,有道之君,忠平之臣,黎庶万姓,无不爱敬,祐而安之。虽有颠倒之政,佞臣之辅,凶儿妖妇,千邪万怪,无如己何。于是二亲处世常安,寿终魂灵升生天上,诸佛共会,得闻法言,获道度世,长与苦别。佛言:诸沙门,睹世无孝,惟斯为孝耳,能令二亲去恶为善,奉持五戒,执三自归,朝奉而暮终者,恩重于乳哺之养,无量之惠,若不能以三尊之至化其亲者,虽为孝养,犹不孝矣。(孝子经)

28、告诸比丘:教二人作善,不可得报恩。云何为二,所谓父母也。若复比丘,有人以父著左肩上,以母著右肩上,至千万岁,衣被饮食,床座卧具,病瘦医药,即于肩上放屎尿,犹不能得报恩。比丘当知父母恩重,抱之育之,随时将护,不失时节,得见日月。以此方便,知此恩难报。是故诸比丘当供养父母,常当孝顺,不失时节。(增壹阿含经)

29、受优婆塞戒,先学世书。既学通达,如法求财。若得财物,应作四分。一分应供父母、己身、妻子、眷属。二分应作如法贩转。留余一分,藏积俟用。(优婆塞戒经)

30、若优婆塞受持戒讫,不能供养父母师长,是优婆塞得失意罪。(优婆塞戒经)

31、佛言:若人于父母所,作少供养,获福无量,少作不顺,罪亦无量。(杂宝藏经)

32、佛告诸比丘言:有八种人,应决定施,不复生疑。一父、二母、三佛、四弟子、五远来之人、六远去之人、七病人、八看病者。(杂宝藏经)

33、菩萨为供养佛法僧及父母兄弟,得畜财物。为起寺舍造像,为布施,若有此因缘,得受金银财物,无有罪过。(文殊师利问经)

34、有四种恩,甚为难报。何等为四?一者父,二者母,三者如来,四者说法法师。若有供养此四种人,得无量福。现在为人之所赞叹,于未来世能得菩提。(正法念处经)

35、众生知恩欲报德者,尔时菩萨令修善,不须世间财利酬报。报之大者,当供养父母,乃至持戒。求报恩者,令其行善。是名菩萨报恩巧方便。菩萨为主于父母尊重,种种方便勤修善法,随时供养,知恩报恩。(菩萨地持经)

36、饭诸贤圣,不如孝事其亲。孝者,尽直心,无外私。佛告诸比丘:吾世世奉诸佛至孝之行,德高福盛,遂成天中之天,三界独步。(六度集经)

37、文殊师利白佛言:云何如来说父母恩大,不可不报;又言师僧之恩,不可称量。其谁为最?佛言:夫在家者,孝事父母,在于膝下,莫以报生邀与之等。以生育恩深故言大也。若从师学,开发知见,次恩大也。夫出家者,舍于生死之家,入法门中,受微妙法,师之力也。生长法身,出功德财,养智慧命,功莫大也。追其所生,乃次之耳。(舍利弗问经)

38、天闻地神云乎:我负大地,一切所有,及须弥山之重亦不厌。然我于三种人恒有厌心:一者怀叛逆心,欲谋害人王者,二者弃亲恩,不孝父母者,三者拨无因果,破法-轮僧,障修善者也。如是人,一念间亦不欲任持之。(华严经)

39、佛告阿难:若有众生杀父害母,骂辱六亲,作是罪者,命终之时,挥霍之间,譬如壮士屈伸臂顷,直落阿鼻大地狱中。化阎罗王大声告敕:痴人狱种,汝在世时,不孝父母,邪慢无道。汝今生处,名阿鼻地狱。作是语已,即灭不现。尔时,狱卒复驱罪人,从于下鬲,乃至上鬲,经历八万四千鬲中,捸身而过,至铁网际,一日一夜,尔乃周遍。阿鼻地狱一日一夜,此阎浮提日月岁数,六十小劫。如是寿命,尽一大劫。具五逆者,其人受罪,足满五劫。(观佛三昧海经)

40、佛告阿难:若有父母妻子不放此人至于道场者,此人应向父母等前,烧种种香,长跪合掌。应作是言:我今欲至道场,哀愍听许。亦应种种谏晓,随宜说法。亦应三请,若不听者,此人应于舍宅,默自思惟,诵持经典。(大方等陀罗尼经)

41、世间父母极亲爱,众生慢心不尊重;欲今摧伏我慢幢,是故出家为救护。(大乘菩萨藏正法经)

42、菩萨世世喜然灯于佛寺,及师父母前。菩萨世世随时熟果及好香华,持上佛比丘僧师父母。菩萨世世事师父母,若见卧睡,不数惊觉,若欲使觉,当持音乐。若持好语,诵经往觉之。菩萨世世有奇异美饭食,终不独食。若师父母有饭食,不灭损而食之。菩萨世世持善意视佛,见怨家,见父母,心正等无异。(佛说菩萨行五十缘经)

43、佛告诸比丘:人生世间,不孝父母,不敬沙门,不行仁义,不学经戒,不畏后世者,其人身死,当堕地狱。(阎罗王五使经)

44、尔时,信相菩萨为诸众生而作发起,白佛言:世尊,今有受罪众生,为诸狱卒判磪斩身,从头至足,乃至其顶。斩之已讫,巧风吹活,而复斩之,何罪所致?佛言:以前世时,不信三尊,不孝父母,屠儿魁脍,斩截众生,而获斯罪。(罪业报应教化地狱经)

45、复有众生身体顽痹,眉须堕落,举身洪烂,鸟栖鹿宿,人迹永绝,点污亲族,人不喜见,名之癞病。何罪所致?佛言:以前世时,坐不信三尊,不孝父母,破坏塔寺,剥脱道人,斫射贤圣,伤害师长,常无返复,背恩忘义,常巧苟且,淫匿尊卑,无所忌讳,故获斯罪。(罪业报应教化地狱经)

46、复有众生身体长大,聋騃无足,宛转腹行,唯食泥土以自活命,为诸小虫之所唼食。常受此苦,不可堪处。何罪所致?佛言:以前世时,坐为人自用,不信好言善语,不孝父母,反戾时君。若为帝王大臣,四镇方伯,州郡令长,官禁督护,恃其威势,侵夺民物,无有道理,使民苦悴,呼嗟而行,故获斯罪。(罪业报应教化地狱经)

47、复有众生,其形甚丑,身黑如漆,面目复青,头颊俱堆,疱面平鼻,两眼黄赤,牙齿疏缺,口气腥臭,矬短臃肿凸髋,脚复缭戾,偻脊眶肪,费衣健食,恶疮脓血,水肿干痟,疥癞痈疽,种种诸恶,集在其身。虽亲附人,人不在意。若他作罪,横罹其殃。永不见佛永不闻法,永不识僧。何罪所致?佛言:以前世时,坐为人子不孝父母,为臣不忠其君,为君不敬其下,朋友不赏其信,乡党不以其齿,朝廷不以其爵。妄为趋作,心意颠倒,无有其度。不信三尊,杀君害师,伐国掠民,攻城破坞,偷寨过盗,恶业非一,美己恶人,侵凌孤老,诬谤贤圣,轻慢尊长,欺诳下贱。一切罪恶,悉具犯之,众恶集报,故获斯罪。(罪业报应教化地狱经)

48、佛告辩意:复有五事行,死入地岳亿劫乃出。何谓为五?一者:不信有佛法众而行诽谤,轻毁圣道。二者:破坏佛寺尊庙。三者:四辈转相毁谤,不信殃罪,无敬顺意。四者:反逆,无有上下,君臣父子不相顺从。五者:当来有欲为道者,已得为道,便不受师教而自贡高,轻慢诽师。(佛说辩意长者子所问经)