Bunuh Diri
Dalam Berbagai Kajian & Perspektik ajaran Buddha
Dirangkum dari berbagai sumber, oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Pengertian Bunuh diri: bunuh/membunuh adalah menghilangkan/menghabisi/mencabut nyawa, mematikan; Sedangkan pengertian bunuh diri: adalah sengaja atau direncanakan dan dikehendaki untuk mematikan diri sendiri, atau membunuh diri sendiri dengan berbagai cara, baik secara sembunyi maupun terbuka dihadapan publik.
Tindakan Bunuh Diri dalam keadaan apa pun adalah salah secara moral dan spiritual. Tindakan Bunuh diri karena frustasi, kekecewaan, kesedihan atau putus asa hanya menyebabkan penderitaan yang lebih besar. Bunuh diri adalah tindakan ‘super bodoh’ dan jalan pengecut untuk lari dari kenyataan dengan mengakhiri masalah dalam kehidupan dengan cara bunuh diri. Realitanya tubuh atau diri tidak ada yang salah, hanya pikiran manusialah yang salah berpikir bertindak gegabah dan sembrono menganggap bunuh diri adalah jalan pintas untuk mengakhiri berbagai maslah. Begitupula perasaan sensitive dan peka seseorang yang terlalu didominasikan dan dipermainkan pasang surutnya kondisi maupun pengaruh lingkungan sehingga perasaan jadi sedih, kecewa dan frustasi sehingga mengambil jalan nekad dengan bunuh diri. Seseorang tidak akan bunuh diri jika pikirannya terang, murni dan tenang, begitupula bila perasaannya netral tidak terjebak dualitas, suka-suka, senang-sedih, derita-bahagia, sukses-gagal, untung-rugi, hina-mulia. Jika seseorang meninggalkan dunia ini dengan pikiran yang bingung, sedih, kecewa dan frustasi, rasanya tidak mungkin ia akan terlahirkan kembali dalam kondisi yang lebih baik. Bunuh diri adalah tindakan yang tidak buruk karena hal ini di dorong oleh pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan yang paling utama, kegelapan batin. Mereka yang melakukan bunuh diri belum belajar bagaimana menghadapi masalah mereka, bagaimana menghadapi kenyataan hidup dan bagaimana menggunakan pikiran mereka dengan cara yang baik dan benar. Orang demikian belum mampu memahami sifat kehidupan dan kondisi duniawi.
Beberapa orang mengorbankan dan menghabisi hidupnya untuk alasan yang mereka anggap baik dan mulia. Mereka mengambil nyawa sendiri dengan cara-cara seperti pengorbanan diri sendiri, minum racun, gantung diri, lompat dari gedung tinggi, menembakkan peluru ke kepalanya sendiri, atau mogok makan. Tindakan-tindakan demikian mungkin tergolong berani dan bernyali. Bagaimanapun, dari sudut pandangan ajaran buddha, tindakan demikian tidak dapat di pahami dan dimaklumkan. Hyang Buddha telah menunjukkan dengan jelas bahwa keadaaan pikiran bunuh diri mengarah pada penderitaan lebih lanjut. Seluruh sikap ini sekali lagi membuktikan betapa ajaran Sang Buddha adalah agama yang positif dan mendukung kehidupan.
Bunuh diri (bahasa Inggris: suicide, berasal dari kata Latin suicidium, dari sui caedere, “membunuh diri sendiri”) adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya seringkali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, ketergantungan alkohol/alkoholisme, atau penyalahgunaan obat. Faktor-faktor penyebab stres antara lain kesulitan keuangan atau masalah dalam hubungan interpersonal seringkali ikut berperan. Upaya untuk mencegah bunuh diri antara lain adalah dengan pembatasan akses terhadap senjata api, merawat penyakit jiwa dan penyalahgunaan obat, serta meningkatkan kondisi ekonomi.
Terdapat bermacam-macam metode yang paling sering digunakan untuk bunuh diri di berbagai negara dan sebagian terkait dengan keberadaan metode tersebut. Metode yang umum antara lain: gantung diri, racun serangga, dan senjata api. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, sehingga bunuh diri menduduki posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia. Angka bunuh diri tercatat lebih banyak dilakukan oleh pria ketimbang wanita, dengan kemungkinan tiga sampai empat kali lebih besar seorang pria melakukan bunuh diri dibandingkan wanita. Tercatat ada sekitar 10 hingga 20 juta kasus percobaan bunuh diri yang gagal setiap tahun. Percobaan bunuh diri semacam ini lebih sering dilakukan remaja dan kaum hawa.
Cara pandang terhadap bunuh diri selama ini dipengaruhi oleh konsep eksistensi yang luas seperti agama, kehormatan, dan makna hidup. Agama Abrahamik secara tradisional menganggap bunuh diri sebagai perbuatan melawan Tuhan karena kepercayaan bahwa kehidupan itu suci. Selama era samurai di Jepang, seppuku dijunjung tinggi sebagai sarana pertobatan akibat kegagalan atau sebagai bentuk protes. Sati, sebuah praktik pemakaman dalam agama Hindu yang mengharuskan janda untuk melakukan pengorbanan diri di atas api pembakaran jenazah suaminya, baik atas keinginan sendiri maupun didesak oleh keluarga dan masyarakat.
Dahulu di kebanyakan negara barat, bunuh diri maupun percobaan bunuh diri merupakan tindakan kriminal yang bisa membuat seseorang dihukum, namun sekarang hukum tersebut sudah tidak berlaku lagi. Pada abad ke-20 dan ke-21, bunuh diri dalam bentuk pengorbanan diri digunakan sebagai sarana protes, dan kamikaze serta bom bunuh diri digunakan sebagai taktik militer atau teroris.
Semua Tindakan Bunuh Diri dimulai Dari Pikiran
Pikiran bunuh diri adalah pikiran untuk membunuh diri sendiri tanpa melakukan bunuh diri secara eksplisit. Sedangkan suicide ideators adalah orang yang memikirkan atau membentuk intensi untuk bunuh diri yang bervariasi derajat keseriusannya tetapi tidak melakukan percobaan bunuh diri secara eksplisit atau bunuh diri (Maris dkk.,2000). Pikiran bunuh diri bervariasi mulai dari yang non-spesifik (“Hidup ini tidak berarti”), yang spesifik (“Saya berharap saya mati”), pikiran dengan intensi (“Saya akan membunuh diri saya”), sampai pikiran yang berisi rencana (“Saya akan membunuh diri saya sendiri dengan pistol”).
Pikiran bunuh diri paling sering diasosiasikan dengan gangguan depresi (Maris dkk., 2000). Pada akhir-akhir ini fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi sebuah alternatif yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga oleh remaja. Padahal suatu masalah itu ada jalan keluarnya tanpa harus dengan cara singkat seperti itu, namun lain halnya dengan bunuh diri karena, untuk membela Negara (Tanah Air). Laporan WHO di tahun 2010 menyebutkan, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Pemerintahan Indonesia diminta melakukan investasi pada sektor SDM dan finansial untuk melakukan upaya pencegahan aksi bunuh diri. Badan itu juga memperkirakan pada tahum 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa pada 1998.
Di Indonesia, masalah perekonomian memang masih menjadi faktor utama penyebab aksi bunuh diri. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan stres berkelanjutan yang akhirnya memicu depresi berat dan mendorong seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Selain masalah ekonomi, kebiasaan orang tua di Indonesia untuk memanjakan anak-anak menyebabkan mereka tumbuh dengan mental yang tidak kuat karena terbiasa dengan segala permintaan yang selalu dituruti dan disediakan. Akhirnya begitu mereka mendapatkan suatu tekan, mereka tidak kuat dan menggakiri hidupnya dengan bunuh diri.
TEORI BUNUH DIRI
Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000). Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000).
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului, misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan. Jadi bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas keinginannya. Bila seseorang meminta untuk dirinya dibunuh karena pasrah akan kondisinya disebut Euthanasia.
PENJELASAN BUNUH DIRI
Penjelasan-penjelasan dari perspektif yang berbeda berikut hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan dalam memahami perilaku bunuh diri yang kompleks.
1. Penjelasan Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi. Penjelasan kedua memandang masalah bunuh diri pada dasarnya adalah masalah kognitif.
Pada pandangan ini, depresi merupakan faktor kontribusi yang sangat besar, yang khususnya diasosiasikan dengan hopelessness. Fokus pandangan ini terletak pada penilaian negatif yang dilakukan oleh suicidal person terhadap diri, situasi sekarang, dunia, dan masa depan. Sejalan dengan penilaian ini, pikiran yang rusak muncul. Pikiran ini seringkali otomatis, tidak disadari, dan dicirikan oleh sejumlah kesalahan yang mungkin. Beberapa diantaranya begitu menyeluruh sehingga membentuk distorsi-distorsi kognitif.
Beck (dalam Pervine, 2005) memperkenalkan model kognitif depresi yang menenkankan bahwa seseorang yang depresi secara sistematis salah menilai pengalaman sekarang dan masa lalunya. Model ini terdiri dari 3 pandangan negatif mengenai diri, dunia, dan masa depan. Dia memandang dirinya tidak berharga dan tidak berguna, memandang dunia menuntut terlalu banyak darinya, dan memandang masa depan itu suram. Ketika skema kognitif yang disfungsional (automatic thoughts) ini diaktifkan oleh kejadian hidup yang menekan, individu beresiko melakukan bunuh diri.
Penjelasan ketiga menyatakan bahwa perilaku bunuh diri itu dipelajari. Teori ini berpendapat bahwa sebagai seorang anak, individu suicidal belajar untuk tidak mengekspresikan agresi yang mengarah keluar dan sebaliknya membalikkan agresi tersebut menuju pada dirinya sendiri. Di samping itu, sebagai akibat dari reinforcement negatif, individu tersebut menjadi depresi. Depresi dan kaitannya dengan perilaku bunuh diri atau mengancam hidup lainnya bisa dilihat sebagai reinforcer positif, karena menurut pandangan ini individu dipandang tidak dapat bersosialisasi dengan baik dan belum mempelajari penilai budaya terhadap hidup dan mati.
Sebagai tambahan, Jamison (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengemukakan bahwa psikopatologi adalah elemen paling umum pada perilaku bunuh diri. Dia percaya bahwa sakit mental memainkan suatu peranan penting pada perilaku bunuh diri. Beberapa kondisi psikopatologis yang difokuskannya adalah mood disorder, schizophrenia,borderline dan antisocial personality disorder, alkoholik, dan penyalahgunaan obat-obatan.
2. Penjelasan Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri.
3. Penjelasan Sosiologis
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu:
- Egoistic Suicide
Inidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi dengan masyarakatnya, dimana individu mengalami underinvolvement dan underintegration. Individu menemukan bahwa sumber daya yang dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia lebih beresiko melakukan perilaku bunuh diri. - Altruistic Suicide
Individu di sini mengalami overinvolvement dan overintegration. Pada situasi demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara individu dengan masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan bunuh diri yang dilakukan demi kelompok. Identitas personal didapatkan dari identifikasi dengan kesejahteraan kelompok, dan individu menemukan makna hidupnya dari luar dirinya. Pada masyarakat yang sangat terintegrasi, bunuh diri demi kelompok dapat dipandang sebagai suatu tugas. - Anomic Suicide
Bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur anggotanya. Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya (misalnya hasrat terhadap materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika masyarakat gagal membantu mengatur individu karena perubahan yang radikal, kondisi anomie (tanpa hukum atau norma) akan terbentuk. Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan mempersepsikannya sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak oleh kelompok teman sebayanya. - Fatalistic Suicide
Tipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat. Misalnya ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak.
MOTIF – MOTIF BUNUH DIRI
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan:
- Dilanda keputusasaan dan depresi
- Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
- Gangguan kejiwaan/tidak waras (gila).
- Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta/Iman/Ilmu)
- Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu:
- Egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
- Altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
- Anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).
ALASAN MEMILIH BUNUH DIRI
Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita dihadapkan pada masalah yang menguji masing-masing orang. Namun dibalik masalah tersebut tinggal setiap orang mampu menyelesaikan dengan jalan keluar yang benar atau malah sebaliknya.
Banyak tindakan bodoh dari manusia yang berusaha mengambil jalan sesat ini yaitu mengakhiri hidup sebagai solusi akhir. Dari beberapa alasan orang melakukan tindakan bunuh diri berikut beberapa orang memilih alasan seseorang melakukan bunuh diri.
a. Membela Tanah Air Atau Negara
Jika pengorbanan nyawa yang terjadi di sejumlah negara hanya dilakukan seorang atau sekelompok pejuang dalam keadaan terdesak, dalam sejarah peperangan Jepang di Pasifik (1944), pejuang Jepang siap mengorbankan nyawa dalam unit-unit khusus yang telah dipersiapkan dengan taktik menabrakkan pesawat yang mereka kemudikan ke kapal-kapal perang Amerika. Jepang menjuluki serangan yang tak biasa ini sebagai kamikaze atau yang dalam bahasa mereka berarti Angin Dewa.
Tentara AS sangat terkesima menyaksikan serangan nekad yang sulit dinalar ini, bagaimana tidak? Para pilot muda kamikaze itu dengan beraninya menukik untuk kemudian menabrakkan pesawat-pesawat mereka ke kapal-kapal perang AS. Setiap pesawat rata-rata membawa bom seberat 250 kg, pasukan kamikaze juga mengirim bom-bom terbang yang dikendalikan pilot. Menurut mereka hanya dengan cara inilah efektivitas kekuatan udara negerinya akan ada pada tingkat maksimal.
b. Tindakan Teroris (Boom Bunuh Diri)
Terorisme adalah penggunaan kekerasan, fisik atau psikologis, melalui serangan lokal untuk elemen atau fasilitas dari pemerintah atau penduduk yang telah diatur, untuk menanamkan rasa takut, teror, dan dengan demikian mendapatkan efek psikologis masyarakat.
Terorisme juga disebut yaitu serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Terorisme digunakan sebagai taktik, yang merupakan bentuk kekerasan politik. Terorisme dibedakan dari tindakan perang dan kejahatan perang yang terjadi dengan tidak adanya perang.
Meskipun tindakan terorisme merupakan perbuatan kejahatan seperti yang ditetapkan Resolusi 1373 Dewan Keamanan PBB dan hukum lokal hampir semua negara di dunia, namun terorisme memaksudkan fenomena yang mencakup perbuatan terorisme itu, orang yang melakukan terorisme itu sendiri dan tujuan mereka melakukannya.
c. Himpitan Ekonomi
Banyak ekonomi di jadikan alasan untuk bunuh diri hal ini sudah banyak terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun kasus ini tetap bertambah. Setiap hari angka kelahiran bertambah lapangan kerja juga minim sehingga menimbulkan banyaknya pengangguran trjadi setiap hari.
Masyarakat kita di Indonesia betul-betul sangat luar bisa dibandingkan di dunia Barat, mereka yang ketidak mampuan ekonomi tetap mendapat jaminan dari Pemerintahnya. Padahal mereka ada pada dunia kapitalisme yang menganut kebebasan dalam perdagangan.
Fenomena di Indonesia bagaimana??? bahwa masyarakat kita luar biasa karena tetap bisa hidup walau tidak ada jaminan sama sekali dari pemerintah. Tidak ada yang gratis di Indonesia ini, semua perlu uang. Yang lebih kita prihatin adalah Pancasila kita dan UUD45 melindungi Fakir Miskin dan Anak Terlantar. Tetapi apa yang terjadi di mayoritas masyarakat pada prakteknya tidak.
d. Putus Cinta
Cinta kadang membuat mata buta dan buta hati karena jikalau hubungan cinta sudah meresap diantara orang yang sedang jatuh cinta. Apapun tindakan akan dilakukan hingga dari perbuatan gagal jalin hubungan asmara hingga berakibat mengakhiri hidupnya.
Cinta memang tak pernah kenal usia baik muda maupun tua jika sudah kena racun asmara maka keduanya bisa lupa daratan. Mereka seakan-akan dunia milik berdua dan jatuh cinta semua akan terasa indah. Tapi ingat waktu dan nasib yang akan menentukan bahwa betapa sakitnya ketika putus cinta, terkadang akal sehat kalah dengan emosi sesaat yang berakibat fatal.
Banyak kasus yang sudah ada, yaitu salah satu paangan yang menjalin asmara memlih mati karena gagal dalam hubungan asmara. Apakah ini suatu tindakan solusi, perbuatan ini hanya menambah masalah dan beban keluarga yang ditinggal.
Melihat dari kejadian yang menimpa orang-orang tersebut hendaknya kita yang hidup jangan berbuat bodoh dan terhadap diri sendiri. Putus cinta bukanlah akhir dari segalanya, tetapi suatu langkah baru untuk menjalani hidup yang lebih baik. Ambil sisi baik dari pertimbangan dan koreksi dari sisi buruk agar bisa menerima suatu keadan.
e. Gangguan Jiwa (gila)
Stres kerap kali menjadi alasan dari banyaknya beban yang dia pikul yaitu suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan yang berupa tekanan dalam diri sendiri. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Banyak faktor muncul yang bisa memicu stres seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan mengadakan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat total.
Pada tahap ini jika seseorang sudah mengalami gangguan jiwa yang sudah pada level sudah tidak ingat lagi atau secara umum gila maka bisa juga oang tersebut berbuat bodoh pada dirinya sendiri yaitu bunuh diri. Sebenarnya dari penjelasan nomor 1 sampai 4 tersebut sudah merupakan gangguan jiwa pada level ringan artinya mereka masih ingat namun karena suatu alasan tertentu maka tindakan tersebut dia lakukan.
f. Masalah Sekolah
Beberapa remaja bahkan sering bunuh diri karena masalah nilai di sekolah yang buruk, stres karena ujian, atau khawatir dengan masa depannya.
g. Masalah keluarga
Beberapa remaja dalam keluarga yang berantakan, lebih rentan bunuh diri. Selain itu, beberapa kasus bunuh diri juga dipicu karena problem dalam perkawinan.
h. Problem pekerjaan dan finansial
Bagi orang dewasa, kebanyakan kasus bunuh diri karena problem finansial maupun masalah pekerjaan. Usaha yang bangkrut, ataupun karena dipecat dari pekerjaan, membuat mereka tidak berani menghadapi masa depan dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
i. Penyakit
Bagi beberapa orang yang menderita penyakit yang tak kunjung sembuh, juga akhirnya mengambil tindakan untuk bunuh diri. Atau kaum lansia yang sudah tak sanggup lagi menanggung penderitaan akibat penyakit fisik, memilih bunuh diri. Memang tidak semua orang memilih untuk bunuh diri. Bahkan sebagian besar orang mampu menghadapi problem yang bahkan jauh lebih berat, tanpa perlu bunuh diri.
j. Kecanduan
Beberapa kasus bunuh diri dilakukan oleh mereka yang memiliki kebiasaan menggunakan narkoba dan alkohol.
k. Bawaan genetik
Beberapa orang mewarisi gen dengan emosi yang lemah dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa garis keluarga terjadi banyak kasus bunuh diri. Anggota keluarga yang salah seorang di garis keturunannya pernah bunuh diri, lebih berisiko melakukan bunuh diri.
l. Kondisi Otak
Otak kita memang unik. Susunan kimiawi otak bisa membuat seseorang lebih kuat dalam menghadapi problem. Kadar serotonin yang rendah khususnya di dalam otak, dapat membuat mood seseorang menjadi buruk, membuat tidak bahagia, mengurangi minat seseorang pada keberadaannya, dan berisiko menjadi depresi dan bunuh diri.
FAKTOR RISIKO BUNUH DIRI PADA INDIVIDU
- Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian.
- ehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam.
- Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
- Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
- Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
- Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
- Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang sebelumnya dia senangi.
- Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
- Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus berbuat apa.
- Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan, berpisah, putus hubungan.
- Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang muda.
- Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya pada perempuan.
- Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota keluarga.
- Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi, skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker, HIV/AIDS, TBC, dan cacat).
- Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
- Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai prestasi tinggi di sekolah.
- Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya.
Individu dengan risiko tinggi ini umumnya menunjukkan perilaku tertentu. Perilaku tersebut adalah kurangnya minat dalam kehidupan dan adanya kebimbangan terhadap hidup atau mati (bersifat ambivalen).
Sebagian besar individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia, gangguan afektif, penyalahgunaan alkohol/NAPZA lainnya, menunjukkan berbagai gejala yang spesifik yang dapat diidentifikasi terhadap penyakitnya.
Terdapat gejala umum yang ditemukan pada orang yang cenderung bunuh diri:
- Merasa sedih
- Sering menangis
- Kecemasan dan gelisah
- Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan)
- Perokok dan peminum alkohol berat
- Gangguan tidur yang menetap atau berulang
- Mudah tersinggung, bingung
- Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
- Sulit mengambil keputusan
- Perilaku menyakiti diri
- Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain
- Menjadi “sangat fanatik terhadap agama” atau jadi “atheis”
- Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus
Jika mengetahui individu dengan gejala tersebut di atas, segeralah dibantu. Intervensi anda akan dapat menyelamatkan kehidupannya atau mencegah bunuh diri.
Trend Bunuh Diri
Dijaman sekarang sangatlah aneh, semua orang mengikuti jaman, semua anak muda suka ngetren dan mengikuti mode, mengikuti selera dan banyak pilihan sampai tindakan bunuh diri juga jadi trend an mode. Bunuh diri adalah mengakhiri kehidupannya sendiri dengan cara yang bertentangan dengan norma, agama dan tidak etis. Di dunia ini banyak orang memohon untuk dilahirkan kembali jadi manusia tetapi sulit dan tidak diperoleh, bagaimana bisa orang dengan mudah membunuh diri mengakhiri kehidupannya sebagai manusia? Memang aneh dan konyol, tindakan bunuh diri karena berbagai alasan dilanda kebingungan, susah dan derita kenapa tidak mampu diakhiri oleh batin dengan tidak dipikirin atau belajar dilupakan?, malah tubuh yang tidak salah kenapa dimatiin dengan cara tragis? Tindakan bunuh diri jelas menyusahkan dan membuat trauma yang dalam dan berbekas untuk keluarga, kerabat dan teman-temannya, bahkan menyusahkan dan membuat sedih semuanya. Banyak orang tidak tahu dan tidak paham bahaya dan akibat bunuh diri, sehingga mudah mengambil solusi terakhir bunuh diri untuk menyelesaikan semua masalah.
Who: Angka bunuh diri di Indonesia capai 10,000 pertahun
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat, angka bunuh diri di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada 2010 mencapai 1,8 per 100.000 jiwa atau sekitar 5.000 orang per tahun. Kemudian pada 2012, estimasinya meningkat jadi 4,3 per 100.000 jiwa atau sekitar 10.000 per tahun.
“Bunuh diri menjadi penyebab utama kematian secara global nomor lima di antara mereka yang berusia 30-49 tahun. Bahkan bunuh diri menyumbang 1,4 persen dari semua kematian di seluruh dunia,” ujar Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI dr Eka Viora, SpKJ, di Jakarta, Kamis (11/9).
WHO juga mencatat, negara-negara berpenghasilan tinggi mempunyai tingkat bunuh diri lebih tinggi yaitu 12,7 per 100.000 jiwa. Adapun tingkat bunuh diri di negara berpenghasilan rendah atau menengah sebanyak 11,2 per 100.000 jiwa.
“Secara global, setiap tahunnya lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri, atau 1 kematian setiap 40 detik. Angka ini berdasar penelitian selama 10 tahun di 172 negara”, kata Eka.
“Jumlah nyawa hilang setiap tahun karena bunuh diri ini melebihi jumlah kematian akibat pembunuhan dan peperangan”, Eka melanjutkan.
Menurut dia, bunuh diri adalah masalah yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti psikologis, sosial, biologis, budaya dan lingkungan. Karena itu, terhubung dengan berbagai sumber sangat penting untuk individu yang mungkin rentan terhadap bunuh diri.
Tahun ini, hari pencegahan bunuh diri internasional yang diperingati setiap 10 September mengangkat tema “One World Connected”. “Tema ini mencerminkan fakta bahwa koneksi penting di setiap tingkatan jika kita ingin memerangi bunuh diri,” kata Eka.
6 Negara dengan Angka Bunuh Diri Tertinggi 2017
Angka bunuh diri terus meningkat dari hari ke hari. WHO melaporkan, setiap 20 detik seseorang melakukan bunuh diri. Dilansir dari themeshnews.com, menurut penelitian rasio jumlah orang yang bunuh diri selama enam tahun terakhir meningkat 50 persen. Situasi ini dianggap memprihatinkan.
Di era teknologi yang cepat ini banyak penelitian telah membuktikan bahwa alasan dan faktor seseorang melakukan bunuh diri adalah karena penyakit psikologis, penyalahgunaan zat tertentu. Alasan lainnya karena kesulitan keuangan.
Berikut data terbaru enam negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia.
6. Hungaria
Negara ini mempunyai angka percobaan bunuh diri yang cukup tinggi. Menurut laporan, angka bunuh diri paling banyak dilakukan oleh perempuan. Namun rasio bunuh diri yang dilakukan oleh laki-laki lebih meningkat dibanding perempuan.
Faktor penyebab bunuh diri pada pria berusia antara 30 sampai 60 tahun adalah perceraian. Selain itu juga faktor pengangguran dan mengonsumsi alkohol juga berperan dalam peningkatan angka bunuh diri di negara ini.
Laporan terbaru para pengguna tembakau juga merupakan faktor penyebab bunuh diri di wilayah ini. Tingkat bunuh diri di negara ini sekitar 21,7 dan masuk sebagai negara dengan angka bunuh tertinggi keenam di dunia.
5. Slovenia
Slovenia, negara kecil dengan populasi sekitar 2 juta ini ternyata termasuk salah satu negara dengan angka kematian tertinggi. Jumlah orang yang bunuh diri di Slovenia per tahun dilaporkan berjumlah 400 orang. Jumlah ini turun dibanding tahun 2016 yang berjumlah 600 orang.
Tingkat bunuh diri di negara ini adalah 21,8 dari 10.000 orang sehingga Slovenia menjadi negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia nomor lima.
Sebagian penyebab mereka bunuh diri adalah terlalu banyak konsumsi alkohol. Pemerintah telah memberlakukan kebijakan yang sedemikian rupa sehingga angka bunuh diri menurun 12 persen.
4. Kazakhstan
Negara ini juga mengalami masalah bunuh diri yang serius. Menurut laporan, sekitar 3 persen jumlah kasus bunuh diri di dunia terjadi di sini. Tragisnya para pelaku bunuh diri di negara ini mayoritas kaum muda.
Rasio angka bunuh diri pada perempuan yang berusia antara 14-19 tahun meningkat. Hal ini juga terjadi pada laki-laki. Karena itu, di negara ini angka kematian yang disebabkan bunuh diri meningkat 23 persen.
Pemerintah Kazakhstan berusaha menurunkan rasio bunuh diri di kalangan remaja menjadi sekitar 25,6 dari 10.000 orang.
3. Guyana
Guyana yang berada di wilayah Karibia ini selain mempunyai angka bunuh diri yang tinggi juga merupakan kawasan dengan pembunuhan dan kejahatan yang tak kalah tingginya.
Mayoritas para pelaku bunuh diri adalah laki-laki. Alasan bunuh diri kebanyakan karena mereka tak punya pekerjaan. Itu memaksa mereka melakukan tindak kejahatan. Apalagi hal ini didukung kebiasaan mereka yang suka meminum alkohol.
Rasio bunuh diri negara ini sekitar 26,4 dari 10.000 jumlah penduduk. Guyana termasuk dalam salah satu negara dengan angka kematian tertinggi di dunia nomor tiga.
2. Korea Selatan
Negara yang sukses dengan film-filmnya yang menyentuh ini mempunyai fakta yang mengejutkan. Angka bunuh diri di negara ini ternyata sangat tinggi, tertinggi di dunia nomor 2.
Rasio bunuh diri di negara ini sebesar 28,1 dari 10.000 penduduk. Para pelaku bunuh diri di Korea Selatan mayoritas dengan cara gantung diri atau menenggak racun.
Penyebab mereka bunuh diri di sana mayoritas karena tekanan mental, rasa sakit fisik, kesulitan ekonomi, dan masalah keluarga.
Jadi faktor utama orang bunuh diri di hampir tiap negara adalah kemiskinan dan pengangguran. Uniknya mereka yang bunuh diri itu adalah mereka yang berusia 60-75 tahun.
1. Lithuania
Lithuania menjadi satu-satunya negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia. Faktor utama penyebab mereka melakukan hal fatal ini adalah karena krisis ekonomi, sehingga di mana-mana pengangguran meraja-lela.
Menurut laporan, bunuh diri tertinggi di Lituania mayoritas terjadi pada pekerja berusia 35-54 tahun yang mempunyai tugas merawat keluarga.
Selama bertahun-tahun negara ini tetap mempunyai angka kematian karena bunuh diri tertinggi sekitar 31 orang per 10.000 jumlah penduduk.
Bunuh diri di kalangan remaja meningkat
Banyak masyarakat melihat bunuh diri di kalangan remaja sebagai tabu.
Bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar kedua di kalangan usia 15-29 tahun namun banyak yang belum bersedia membahasnya secara terbuka.
Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa ‘penularan secara sosial’ dan ‘gertakan lewat internet’ membuat masalah itu memburuk dan memerlukan campur tangan pemerintah.
“Orang berpikir adalah kejahatan untuk memikirkan atau untuk bunuh diri, dan tidak,” kata Lauren Ball, yang berusia 20 tahun dan beberapa kali mencoba bunuh diri.
Enam kali persisnya dan yang terakhir adalah tahun 2014. “Saya tahu amat sulut bagi keluarga saya,” jeals Ball kepada program BBC, Newsbeat.
TINGKAT TERTINGGI DI DUNIA
Remaja bunuh diri per 100.000 penduduk
- India dengan 35,5 (dan satu-satunya negara dengan jumlah perempuan muda lebih banyak dari pria yang bunuh diri
- Zimbabwe 30,9
- Kazakstan 30,8
- Guyana 29,7
- Suriname 28,2
Sementara itu Gabbie Dix paham jika putri satu-satunya, Izzy, menghadapi masalah pada masa remajanya, namun tidak pernah berpikir jika bunuh diri ‘masuk dalam radarnya’.
“Saya kira itu sesuatu yang tidak akan pernah saya atasi,” kata ibu dari remaja berusia 14 tahun yang bunuh diri dua tahun lalu di kota pantai di Devon, Inggris.
Bagaimanapun banyak masyarakat yang mulai membahas kesehatan mental namun seperti kata Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah bunuh diri remaja ini sejak lama dianggap sebagai tabu oleh kalangan masyarakat tertentu.
Sementara itu ‘gertakan lewat internet’ atau ‘penularan sosial’ memiliki dampak atas masalah yang masih belum banyak dilaporkan ini dan membuat semakin banyak kaum muda menghadapi risikonya.
Setiap tahunnya sekitar 800.000 sampai satu juta orang meninggal karena bunuh diri di dunia, menurut data global WHO.
Umumnya mereka yang berusia 70 tahun lebih mungkin melakukan bunuh diri namun di sejumlah negara tingkat bunuh diri yang tinggi ditemukan di kalangan kaum muda.
“Hal itu (bunuh diri) yang kedua setelah kecelakaan jalan raya. Dan jika Anda lihat pada perbedaan jenis kelamin, menjadi penyebab utama bagi kematian perempuan usia 15-29 tahun,” kata Dr Alexandra Fleischmann dari WHO kepada BBC.
Ini 5 Musisi Dunia yang Meninggal karena Bunuh Diri Tahun 2017
Tahun 2017 banyak artis baik dalam maupun luar negeri yang meninggal dunia, sebab kematian mereka pun beragam ada yang karena kecelakaan, sakit parah dan juga bunuh diri. Berikut adalah daftar musisi dunia yang meninggal dengan cara bunuh diri:
- Chester Bennington Linkin Park.
Siapa yang tidak kenal dengan Chester Bennington vokalis dari grup Linkin Park ini aktif sebagai seorang musisi dan juga penulis lagu. Chester Bennington menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 20 Juli 2017 yang lalu setelah ditemukan gantung diri di kediamannya. Chester Bennington meninggal diusianya yang ke-41 tahun. - Jonghyun SHINee.
Salah satu personel dari grup KPop SHINee yang juga aktif bersolo karir Jonghyun akhirnya menghembuskan nafas terakhir kemarin tanggal 18 Desember 2017. Jonghyun meninggal bunuh diri karena keracunan karbon monoksida. Meski sempat mendapat pertolongan setelah di bawa ke Rumah sakit yang berada di daerah Gangnam namun nyawa Jonghyun tidak bisa tertolong, Jonghyun meninggal diusia 27 tahun. - Lil Peep.
Lil Peep atau Gustav Ahr adalah seorang rapper yang ditemukan sudah tidak bernyawa pada tanggal 15 November 2017. Lil Peep meninggal dalam rangkaian jadwal konsernya di Tucson, Arizona. Lil Peep meninggal setelah mengalami over dosis karena pemakaian narkoba. Lil Peep meninggal diusia 21 tahun. - Butch Trucks.
Butch Truck adalah seorang drummer dari band Allman Brothers ditemukan meninggal pada tanggal 24 Januari 2017. Butch Truck meninggal setelah menembak kepala nya sendiri. Butch Truck meninggal di usia ke-69 tahun di daerah West Palm Beach, Florida. - Yama Buddha.
Yama Buddha adalah rapper yang terkenal di Nepal. Yama Buddha ditemukan meninggal gantung diri menggunakan ikat pinggang di sebuah apartemen di London pada tanggal 14 Januari 2017. Yama Buddha meninggal diusianya yang ke-29 tahun.
Daftar Selebriti Asia Yang Bunuh Diri.
Barbara Yung: 26 Tahun. Ia ditemukan tewas di ruang tamu apartemennya. Polisi setempat menduga Barbara melakukan bunuh diri dengan cara membuka saluran gas. Sebelum ditemukan tewas oleh aktor senior Stephen Chow, Barbara sempat bercakap di telepon dengannya dan curhat tentang hubungannya bersama Kent Tong yang kandas . Ingin memberi perhatian lebih, Stephen Chow memutuskan untuk mendatangi Barbara di rumahnya. Namun Stephen justru mencium aroma gas yang menyengat dari luar rumah. Stephen memutuskan untuk mengintip apa yang terjadi, ternyata Barbara sudah tergeletak tak bernyawa di ruang tamu. Barbara dikremasi di Hong Kong dan abunya dimakamkan di kota Cambridge, Inggris. Ia meninggal di usia 26 tahun, ketika sedang di puncak karir.
Leslie Cheung. Leslie yang konon menderita depresi akut ini memiliki orientasi seksual yang berbeda. Leslie ditemukan tak bernyawa setelah melompat dari kamar hotel Mandarin Hong Kong lantai 35. Ia sempat meninggalkan sedikit tulisan pada sebuah kertas yang ditemukan polisi di kamar hotelnya. Konon ia menulis dirinya sudah sangat lelah. Leslie wafat di usia 46 tahun.
Pauline Chan: 29 Tahun. Karier Chan Bo Lin dimulai saat memenangkan Miss Asia Paegant. Namun sesaat sebelum aksi bunuh diri, Pauline diketahui mengalami depresi berat setelah melahirkan dan banyak bermasalah di ruang publik. Ia beberapa kali mencoba bunuh diri di acara televisi, menyerang orang lain, berpergian tanpa dokumen perjalanan resmi dan beberapa kali dirawat di rumah sakit karena ketergantungan obat terlarang. Ia melahirkan seorang putra di luar pernikahan. Sebelum melompat dari apartemennya di lantai 24, Pauline meninggalkan surat wasiat meminta agar publik mencari ayah dari putra semata wayangnya, seorang disc jockey berkebangsaan Amerika Taiwan. Ia wafat di usia 29 tahun.
Faktor-faktor Risiko
Kondisi-kondisi yang memicu bunuh diri di 16 negara bagian Amerika pada tahun 2008.
Faktor-faktor yang memengaruhi risiko bunuh diri antara lain gangguan jiwa, penyalahgunaan obat, kondisi psikologis, budaya, kondisi keluarga dan masyarakat, dan genetik. Penyakit jiwa dan penyalahgunaan zat biasanya saling berkaitan. Faktor risiko lain termasuk pernah melakukan percobaan bunuh diri, adanya sarana yang tersedia untuk melakukan tindakan tersebut, peristiwa bunuh diri dalam sejarah keluarga, atau adanya luka trauma otak. Contohnya, angka bunuh diri di keluarga yang memiliki senjata api jumlahnya lebih besar daripada di keluarga yang tidak memilikinya.[15] Faktor sosial ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan, gelandangan, dan diskriminasi dapat mendorong pemikiran untuk melakukan bunuh diri.[16] Sekitar 15-40% pelaku meninggalkan sebuah pesan bunuh diri. Faktor genetik sepertinya bertanggung jawab terhadap perilaku bunuh diri sebesar 38% hingga 55%. Veteran perang memiliki risiko lebih besar untuk melakukan bunuh diri yang sebagian disebabkan oleh tingginya angka penyakit jiwa dan masalah kesehatan fisik yang terkait perang.
Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa seringkali terjadi pada seseorang saat melakukan bunuh diri dengan angka kejadian berkisar antara 27% hingga lebih dari 90%. Orang yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa memiliki risiko melakukan tindakan bunuh diri yang berhasil sebesar 8.6% selama hidupnya. Sebagian dari orang yang meninggal karena bunuh diri bisa jadi memiliki gangguan depresi mayor. Orang yang mengidap gangguan depresi mayor atau salah satu dari gangguan keadaan jiwa seperti gangguan bipolar memiliki risiko lebih tinggi, hingga mencapai 20 kali lipat, untuk melakukan bunuh diri. Kondisi lain yang turut terlibat adalah skizofrenia (14%), gangguan kepribadian (14%), gangguan bipolar, dan gangguan stres pasca-trauma. Sekitar 5% pengidap skizofrenia mati karena bunuh diri. Gangguan makan juga merupakan kondisi berisiko tinggi lainnya.
Riwayat percobaan bunuh diri pada masa lalu merupakan alat prediksi terbaik terjadinya tindakan bunuh diri yang akhirnya berhasil. Kira-kira 20% bunuh diri menunjukkan adanya riwayat percobaan pada masa lampau. Lalu, dari sekian yang pernah mencoba melakukan bunuh diri memiliki peluang sebesar 1% untuk melakukan bunuh diri yang berhasil dalam tempo satu tahun kemudian dan lebih dari 5% melakukan bunuh diri setelah 10 tahun. Meskipun tindakan melukai diri sendiri bukan merupakan percobaan bunuh diri, namun adanya perilaku suka melukai diri sendiri tersebut meningkatkan risiko bunuh diri.
Dari kasus bunuh diri yang berhasil, sekitar 80% individu yang melakukannya telah menemui dokter selama setahun sebelum kematian, termasuk 45% di antaranya yang menemui dokter dalam satu bulan sebelum kematian. Sekitar 25–40% orang yang berhasil melakukan bunuh diri pernah menghubungi layanan kesehatan jiwa pada tahun sebelumnya.
Penggunaan obat
“The Drunkard’s Progress”, 1846 menggambarkan bagaimana alkoholisme dapat mengakibatkan bunuh diri.
Penyalahgunaan obat adalah faktor risiko bunuh diri paling umum kedua setelah depresi mayor dan gangguan bipolar. Baik penyalahgunaan obat kronis maupun kecanduan akut saling berhubungan satu sama lain. Bila digabungkan dengan kesedihan diri, misalnya ditinggalkan seseorang yang meninggal, risiko tersebut semakin meningkat. Selain itu, penyalahgunaan obat berkaitan dengan gangguan kesehatan jiwa. Saat melakukan bunuh diri, kebanyakan orang berada dalam pengaruh obat yang bersifat sedatif-hipnotis (misalnya alkohol atau benzodiazepine) dengan adanya alkoholisme pada sekitar 15% sampai 61% kasus. Negara-negara dengan angka penggunaan alkohol tinggi dan memiliki jumlah bar lebih banyak secara umum juga memiliki risiko terjadinya bunuh diri lebih tinggi yang keterkaitannya terutama berhubungan dengan penggunaan minuman beralkohol hasil distilasi ketimbang jumlah total alkohol yang digunakan. Sekitar 2.2–3.4% dari mereka yang pernah dirawat karena menderita alkoholisme pada suatu waktu dalam kehidupan mereka meninggal dengan cara bunuh diri. Pecandu alkohol yang melakukan percobaan bunuh diri biasanya pria, dalam usia tua, dan pernah melakukan percobaan bunuh diri pada masa lampau. Antara 3 hingga 35% kematian pada kelompok pemakai heroin diakibatkan oleh bunuh diri (kira-kira 14 kali lipat lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak memakai heroin). Penyalahgunaan kokain dan methamphetamine memiliki korelasi besar terhadap bunuh diri.[12][33] Mereka yang menggunakan kokain memiliki risiko terbesar saat berada dalam fase sakaw. Mereka yang menggunakan inhalansia juga memiliki risiko besar dengan sekitar 20% di antaranya mencoba melakukan bunuh diri pada suatu waktu dan lebih dari 65% pernah berpikir untuk melakukannya. Merokok memiliki keterkaitan dengan risiko bunuh diri. Tidak ada bukti yang cukup kuat mengapa ada keterkaitan tersebut; namun hipotesis menyatakan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan merokok juga memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, bahwa merokok menyebabkan masalah kesehatan sehingga mendorong seseorang untuk mengakhiri hidupnya, dan bahwa merokok mempengaruhi kimia otak hingga menyebabkan kecenderungan bunuh diri. Meski demikian, Ganja/Cannabis sepertinya tidak secara tunggal menyebabkan peningkatan risiko.
Masalah Perjudian
Masalah perjudian pada seseorang dikaitkan dengan meningkatnya keinginan bunuh diri dan upaya-upaya melakukan tindak bunuh diri dibandingkan dengan populasi umum. Antara 12 dan 24% pejudi patologis berusaha bunuh diri. Angka bunuh diri di kalangan istri-istri mereka tiga kali lebih besar daripada populasi umum. Faktor lain yang meningkatkan risiko pada mereka dengan masalah perjudian meliputi penyakit mental, alkohol dan penyalahgunaan narkoba.
Kondisi Medis
Terdapat hubungan antara bunuh diri dan masalah kesehatan fisik, mencakup: sakit kronis, cedera otak traumatis, kanker, mereka yang menjalani hemodialisis, HIV, lupus eritematosus sistemik, dan beberapa lainnya. Diagnosis kanker membuat risiko bunuh diri menjadi kira-kira dua kali lipat. Angka kejadian bunuh diri yang meningkat tetap tinggi setelah disesuaikan dengan penyakit depresi dan penyalahgunaan alkohol. Pada orang yang memiliki lebih dari satu kondisi medis, risiko tersebut sangat tinggi. Di Jepang, masalah kesehatan termasuk dalam daftar utama diperbolehkannya bunuh diri.
Gangguan tidur seperti insomnia dan apnea tidur merupakan faktor risiko mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. Pada beberapa kasus, gangguan tidur mungkin menjadi faktor risiko independen timbulnya depresi. Sejumlah kondisi medis lainnya mungkin disertai gejala yang mirip dengan gangguan suasana hati, termasuk: hipotiroid, Alzheimer, tumor otak, lupus eritematosus sistemik, dan efek samping dari sejumlah obat (seperti beta blocker dan steroid).
Keadaan psikososial
Sejumlah keadaan psikologis juga meningkatkan risiko bunuh diri, meliputi: keputusasaan, hilangnya kesenangan dalam hidup, depresi dan kecemasan. Kurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah, hilangnya kemampuan seseorang yang dahulu dimilikinya, dan kurangnya pengendalian impuls juga berperan. Pada orang dewasa lanjut usia, persepsi tentang menjadi beban bagi orang lain merupakan hal yang penting.
Stres kehidupan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir seperti kehilangan anggota keluarga atau teman, kehilangan pekerjaan, atau isolasi sosial (seperti hidup sendiri) meningkatkan risiko tersebut. Orang yang tidak pernah menikah juga berisiko lebih besar. Bersikap religius dapat mengurangi risiko seseorang untuk melakukan bunuh diri. Hal ini dikaitkan dengan pandangan negatif sebagian besar agama yang menentang perbuatan bunuh diri dan dengan lebih besarnya rasa keterikatan yang bisa diberikan oleh agama. Muslim, di antara umat beragama, tampaknya memiliki tingkat yang lebih rendah.
Sejumlah orang mungkin ingin bunuh diri untuk melarikan diri dari intimidasi atau tuduhan. Riwayat pelecehan seksual pada masa kecil dan dan saat menjadi anak asuh juga merupakan faktor risiko. Pelecehan seksual diyakini memberi kontribusi sekitar 20% dari keseluruhan risiko. Evolusioner menjelaskan bahwa persoalan bunuh diri bisa meningkatkan kemampuan inklusif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang ingin bunuh diri tidak dapat lagi memiliki anak dan mengangkat anak dari kerabatnya dengan tetap bertahan hidup. Hal yang tidak dapat disetujui adalah bahwa kematian pada remaja yang sehat tidak menyebabkan terjadinya kemampuan inklusif. Proses adaptasi terhadap lingkungan adat nenek moyang yang sangat berbeda mungkin menjadi proses yang maladaptif dalam kondisi saat ini.
Kemiskinan dikaitkan dengan risiko bunuh diri. Meningkatnya kemiskinan relatif seseorang yang dibandingkan dengan orang yang ada di sekitarnya dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Lebih dari 200.000 petani di India telah melakukan bunuh diri sejak tahun 1997, yang sebagian karena persoalan utang. Di Cina, kemungkinan peristiwa bunuh diri terjadi tiga kali lipat di daerah pedesaan di pinggiran kota, yang diyakini akibat kesulitan keuangan di area ini di negara tersebut.
Media
Media, termasuk internet, memainkan peranan penting. Caranya menyajikan gambaran bunuh diri mungkin saja memiliki efek negatif dengan banyaknya tayangan yang mencolok dan berulang yang mengagungkan atau meromantiskan tindakan bunuh diri dan memberikan dampak terbesar. Bila digambarkan secara rinci tentang cara melakukan bunuh diri dengan menggunakan cara tertentu, metode bunuh diri mungkin saja meningkat dalam populasi secara keseluruhan.
Pemicu penularan bunuh diri atau peniruan bunuh diri ini dikenal sebagai efek Werther, yang diberi nama berdasarkan tokoh protagonist dalam karya Goethe yang berjudul The Sorrows of Young Werther yang melakukan bunuh diri. Risiko ini lebih besar pada remaja yang mungkin meromantiskan kematian. Sementara media massa memiliki pengaruh yang signifikan, efek dari media hiburan masih tampak samar-samar. Kebalikan dari efek Werther adalah pengusulan efek Papageno, yaitu cakupan yang baik mengenai mekanisme cara mengatasi masalah secara efektif, mungkin memiliki efek perlindungan. Istilah ini didasarkan pada karakter dalam opera Mozart yang berjudul The Magic Flute yang akan melakukan bunuh diri karena takut kehilangan orang yang dicintainya sampai teman-temannya menyelamatkannya. Bila media mengikuti pedoman pelaporan yang sesuai, risiko bunuh diri dapat diturunkan. Namun, kepatuhan dari industri tersebut bisa saja sulit didapatkan terutama dalam jangka panjang.
Rasional
Bunuh diri rasional adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri yang beralasan, meskipun sejumlah orang merasa bahwa bunuh diri tidak pernah masuk akal. Tindakan menghilangkan nyawa sendiri demi kepentingan orang lain dikenal sebagai bunuh diri altruistik. Contohnya adalah sesepuh yang mengakhiri hidup mereka agar dapat meninggalkan makanan dalam jumlah yang lebih besar bagi orang yang lebih muda dalam masyarakat. Dalam beberapa budaya Eskimo, hal ini dianggap sebagai tindakan yang terhormat, berani, atau bijaksana.
Serangan bunuh diri adalah sebuah tindakan politik di mana seorang penyerang melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain sementara mereka mengerti bahwa hal tersebut akan mengakibatkan kematian mereka sendiri. Beberapa pelaku bom bunuh diri melakukannya dalam upaya untuk mendapatkan kesyahidan. Misi Kamikaze dilakukan sebagai kewajiban terhadap suatu hal yang penting atau tuntutan moral. Bunuh diri-pembunuhan merupakan tindakan pembunuhan yang diikuti oleh tindakan bunuh diri orang yang melakukan perbuatan pembunuhan tersebut dalam kurun waktu satu minggu setelahnya. Bunuh diri massal sering dilakukan di bawah tekanan sosial di mana anggotanya menyerahkan hidupnya kepada seorang pemimpin. Bunuh diri massal dapat berlangsung sedikitnya dua orang, yang sering disebut sebagai kesepakatan bunuh diri.
Dalam situasi yang meringankan di mana melanjutkan hidup akan menjadi sesuatu yang tak tertahankan, beberapa orang memilih bunuh diri sebagai sarana untuk melarikan diri. Sejumlah tahanan Nazi di kamp konsentrasi diketahui telah bunuh diri dengan sengaja menyentuh pagar beraliran listrik.
Metode
Angka kematian dengan metode bunuh diri di Amerika Serikat.
Metode utama bunuh diri berbeda-beda antar negara. Metode utama di berbagai wilayah di antaranya gantung diri, minum racun pestisida, dan senjata api. Perbedaan ini diyakini sebagian karena ketersediaan metode yang berbeda. Sebuah tinjauan pada 56 negara menemukan bahwa gantung diri merupakan metode yang paling umum di sebagian besar negara, dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria dan 39% untuk kasus bunuh diri pada wanita.
Di seluruh dunia, 30% kasus bunuh diri menggunakan racun pestisida. Namun, penggunaan metode ini sangat bervariasi mulai dari 4% di Eropa hingga lebih dari 50% di wilayah Pasifik. Metode tersebut juga umum dilakukan di Amerika Latin mengingat racun pestisida mudah didapat di lingkungan petani. Di banyak negara, overdosis obat tercatat sekitar 60% untuk kasus bunuh diri di kalangan wanita dan 30% di kalangan pria. Banyak tindakan bunuh diri yang tidak direncanakan dan terjadi selama periode ambivalensi yang akut. Angka kematian per metode bervariasi: senjata api 80-90%, tenggelam 65-80%, gantung diri 60-85%, gas buang kendaraan 40-60%, lompat dari tempat yang tinggi 35-60%, gas karbon hasil pembakaran 40-50%, racun pestisida 6-75%, overdosis obat 1,5-4%.Metode percobaan bunuh diri yang paling umum dilakukan berbeda dengan metode bunuh diri yang paling sering berhasil dengan angka mencapai 85% untuk upaya percobaan bunuh diri dengan metode overdosis obat di negara-negara maju.
Di Amerika Serikat, 57% kasus bunuh diri melibatkan penggunaan senjata api sehingga metode ini menjadi agak lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Penyebab berikutnya yang paling umum adalah gantung diri pada pria dan meracuni diri sendiri pada wanita. Kedua metode tersebut secara total mencatat angka sekitar 40% dari kasus bunuh diri di AS. Di Swiss, di mana hampir semua orang memiliki senjata api, jumlah terbesar kasus bunuh diri adalah dengan cara gantung diri. Melompat bunuh diri umum terjadi di Hongkong maupun Singapura dengan angka masing-masing 50% dan 80%.[58] Di Cina, meminum racun pestisida adalah metode yang paling umum. Di Jepang, masih terjadi tindakan mengeluarkan isi perut sendiri yang dikenal dengan seppuku atau hara-kiri, namun demikian, gantung diri adalah yang paling umum.
Patofisiologi
Tidak ada kesamaan faktor patofisiologi yang mendasari terjadinya bunuh diri atau depresi. Meskipun demikian, hal tersebut diyakini merupakan akibat faktor interaksi perilaku, lingkungan sosial dan kejiwaan.
Rendahnya tingkat brain-derived neurotrophic factor (BDNF) yang terkait secara langsung dengan bunuh diri [80] dan secara tidak langsung melalui perannya dalam kejadian depresi berat, gangguan stres pasca trauma, skizofrenia dan gangguan obsesif-kompulsif. Dari studi Bedah mayat ditemukan adanya penurunan tingkat BDNF pada hipokampus dan korteks prefrontal, pada orang yang mengalami gangguan kejiwaan maupun yang tidak. Serotonin, sebuah neurotransmitter otak, diyakini rendah tingkatnya pada orang yang bunuh diri. Hal ini sebagian didasarkan pada bukti meningkatnya kadar reseptor 5-HT2A setelah kematian.[83] Bukti lain termasuk berkurangnya tingkat produk turunan serotonin, Asam 5-hidroksiindoleasetat, dalam cairan tulang belakang otak. Namun, bukti langsung cukup sulit dikumpulkan. Epigenetika, studi tentang perubahan dalam ekspresi genetika dalam merespons faktor lingkungan yang tidak mengubah DNA yang mendasarinya, juga diyakini berperan dalam menentukan risiko bunuh diri.
Pencegahan
Pencegahan bunuh diri
Sebagai inisiatif pencegahan bunuh diri, tanda ini mempromosikan telepon khusus yang tersedia di Jembatan Golden Gate yang terhubung ke saluran bantuan krisis.
Pencegahan bunuh diri merupakan istilah yang digunakan untuk upaya kolektif guna mengurangi insiden bunuh diri melalui tindakan pencegahan. Mengurangi akses ke metode tertentu, seperti senjata api atau racun akan mengurangi risikonya. Tindakan lain di antaranya dengan mengurangi akses ke gas karbon dan penghalang di jembatan serta platform kereta bawah tanah. Pengobatan kecanduan narkoba dan alkohol, depresi, dan mereka yang telah mencoba bunuh diri pada masa lalu mungkin juga efektif. Beberapa di antaranya telah mengusulkan pengurangan akses ke alkohol sebagai strategi pencegahan (seperti mengurangi jumlah bar). Walaupun saluran bantuan krisis bersifat umum, terdapat sedikit bukti yang mendukung atau menolak keefektifannya. Pada remaja yang akhir-akhir ini berpikir untuk bunuh diri, terapi perilaku kognitif tampaknya dapat bermanfaat untuk memberikan perbaikan. Pembangunan ekonomi melalui kemampuannya untuk mengurangi kemiskinan mungkin dapat menurunkan tingkat bunuh diri. Upaya untuk meningkatkan hubungan sosial terutama pada pria usia lanjut mungkin saja efektif.
Skrining
Ada sedikit data tentang efek skrining populasi umum terhadap angka tertinggi bunuh diri. Mengingat terdapat angka yang tinggi pada orang yang dinyatakan positif setelah dites melalui alat ini yang tidak berisiko bunuh diri, ada kekhawatiran bahwa skrining bisa meningkatkan pemanfaatan sumber daya perawatan kesehatan mental secara signifikan. Namun, dianjurkan melakukan pengkajian atas orang yang berisiko tinggi.[ Bertanya tentang bunuh diri tampaknya tidak akan meningkatkan risikonya.
Penyakit mental
Pada orang yang mengalami masalah kesehatan mental, sejumlah perawatan bisa mengurangi risiko bunuh diri. Mereka yang aktif berusaha bunuh diri bisa didaftarkan dalam rehabilitasi untuk mendapatkan perawatan kejiwaan baik secara sukarela atau secara paksa. Barang yang bisa digunakan untuk menyakiti diri sendiri biasanya disingkirkan. Beberapa dokter meminta pasiennya untuk menandatangani perjanjian pencegahan bunuh diri di mana mereka sepakat untuk tidak menyakiti diri sendiri setelah keluar dari perawatan. Namun, belum ada bukti yang mendukung bahwa praktik tersebut memiliki efek yang signifikan. Jika pasiennya berisiko rendah, perawatan kesehatan mental pasien secara rawat jalan bisa dilakukan. Rawat inap jangka pendek belum terlihat lebih efektif dari kepedulian masyarakat dalam memperbaiki keadaan pada mereka yang mengalami gangguan kepribadian borderline yang secara kronis berupaya untuk bunuh diri.
Terdapat bukti sementara bahwa psikoterapi, khususnya terapi perilaku dialektis, mengurangi risiko bunuh diri pada remaja serta yang mengalami gangguan kepribadian borderline. Namun, belum ada bukti penurunan bunuh diri yang dilakukan.
Muncul kontroversi seputar manfaat dibandingkan bahaya antidepresan. Pada orang-orang muda, antidepresan yang baru seperti SSRI tampaknya meningkatkan risiko bunuh diri dari 25 per 1000 menjadi 40 per 1000. Namun, antidepresan dapat menurunkan risiko bunuh diri pada orang yang lebih tua. Litium tampaknya efektif dalam menurunkan risiko pada mereka yang mengalami gangguan bipolar dan depresi unipolar hingga mendekati tingkat yang sama seperti populasi umum.
Epidemiologi (Penyebaran) Bunuh Diri
Kematian karena cedera akibat perbuatan sendiri per 100.000 penduduk pada tahun 2004.[100]
Sekitar 0,5% hingga 1,4% orang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Secara global, sejak tahun 2008/2009, bunuh diri merupakan penyebab utama kematian kesepuluh dengan sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal setiap tahunnya, yang berarti angka kematian sebesar 11,6 per 100.000 orang per tahun. Tingkat bunuh diri telah meningkat sebesar 60% dari tahun 1960 sampai 2012, yang peningkatannya terlihat terutama di negara-negara berkembang. Untuk setiap bunuh diri yang menyebabkan kematian, terdapat sekitar 10 hingga 40 percobaan bunuh diri.
Tingkat bunuh diri berbeda secara signifikan antar negara dan dari waktu ke waktu. Persentase kematian pada tahun 2008 yaitu: Afrika 0,5%, Asia Tenggara 1,9%, Amerika 1,2% dan Eropa 1,4%. Untuk tingkat per 100.000: Australia 8,6, Canada 11,1, Cina 12,7, India 23,2, Inggris 7,6, Amerika Serikat 11,4. Bunuh diri berada dalam peringkat 10 teratas untuk penyebab kematian di Amerika Serikat pada tahun 2009 dengan sekitar 36.000 kasus setahun. Dan sekitar 650.000 orang masuk ke unit gawat darurat setiap tahun karena mencoba bunuh diri. Lituania, Jepang dan Hongaria memiliki angka tertinggi. Negara-negara dengan jumlah mutlak kasus bunuh diri terbesar adalah Cina dan India yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah total. Di Cina, bunuh diri merupakan penyebab utama kematian ke-5.
Jenis Kelamin
Di dunia Barat, pria meninggal sebanyak tiga sampai empat kali lebih banyak dengan cara bunuh diri dibanding wanita, meskipun wanita mencoba bunuh diri empat kali lebih banyak. Hal ini dikaitkan dengan pria yang menggunakan cara yang lebih mematikan untuk mengakhiri hidupnya. Perbedaan ini bahkan lebih menonjol pada orang yang berusia di atas usia 65, dengan jumlah pria yang melakukan bunuh diri sepuluh kali lipat lebih banyak dibanding wanita. Tiongkok memiliki salah satu tingkat bunuh diri wanita tertinggi di dunia dan merupakan satu-satunya negara yang tingkatnya lebih tinggi dari laki-laki (rasio 0,9). Di wilayah Mediterania Timur, tingkat bunuh diri hampir setara antara pria dan wanita. Untuk wanita, tingkat bunuh diri tertinggi ditemukan di Korea Selatan yaitu 22 per 100.000, dengan tingkat yang tinggi secara umum di Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Usia
Di banyak negara, tingkat bunuh diri tertinggi terjadi di usia paruh baya atau usia lanjut. Namun, jumlah mutlak bunuh diri terbesar terjadi pada mereka yang berusia antara 15 dan 29 tahun karena jumlah orang dalam kelompok usia tersebut. Di Amerika Serikat, yang terbesar yaitu pada pria kaukasoid (golongan manusia yang mempunyai ciri-ciri fisik tertentu, yaitu kulit pucat, tinggi badan sedang sampai jangkung, rambut lurus sampai berombak, badan biasanya berbulu, mata biru muda sampai cokelat tua, hidung biasanya mancung) berusia lebih dari 80 tahun, meskipun orang muda lebih sering mencoba bunuh diri.[13] Ini merupakan penyebab kematian paling umum kedua untuk remaja dan peringkat kedua setelah kematian karena kecelakaan pada pria muda. Pada pria muda di negara maju, bunuh diri adalah penyebab dari hampir 30% kematian. Di negara-negara berkembang, tingkatnya sama tetapi angka tersebut merupakan sebagian kecil kematian secara keseluruhan karena tingkat kematian yang lebih tinggi pada jenis trauma lainnya. Di Asia Tenggara, berbeda dengan daerah lain di dunia, kematian akibat bunuh diri terjadi pada tingkat yang lebih besar pada wanita muda dibandingkan wanita usia lanjut.
Bunuh diri secara keras/langsung & Bunuh diri secara lembut/perlahan
Bunuh diri bisa dilakukan dengan cara keras/langsung seketika mati, ini sudah dibahas banyak. Tetapi ada pula tindakan bunuh diri secara perlahan dan lembut, sadar atau tidak disadari, misalnya orang yang melakukan banyak karma buruk dan berat, pasti tidak lama lagi karma buruknya berbuah terjadi musibah dan bencana. Atau kegandrungan menghisap merokok/cerutu, berzina sehingga kena aids, kecanduan pornography/porno aksi sehingga pikirannya kotor tindakannya juga kotor memperkosa sehingga dibunuh orang lain, ngebut-ngebutan dijalan raya sehingga terjadi tabrakan, mencuri/merampok sehingga digebuki orang sekampung, sering minum alcohol sehingga kehilangan sadar diri, menghisap ganja atau pengguna narkoba, dan lain lainnya zat zat yang dapat merusak organ tubuh untuk jangka pendek maupun jangka lama.
Filosofi Bunuh Diri
The Way Out, atau Suicidal Ideation: George Grie, 2007.
Sejumlah pertanyaan diajukan dalam filosofi bunuh diri, termasuk apa yang termasuk dalam kategori bunuh diri, apakah bunuh diri bisa menjadi pilihan yang rasional atau tidak, dan kebolehan secara moral untuk bunuh diri. Argumen filosofis terkait apakah bunuh diri bisa diterima secara moral atau tidak berkisar dari oposisi yang kuat, (melihat bunuh diri sebagai tindakan tidak etis dan tidak bermoral), hingga persepsi bahwa bunuh diri sebagai hak sakral bagi siapa saja (bahkan bagi orang yang masih muda dan sehat) yang merasa yakin bahwa mereka secara rasional dan sadar dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Para penentang bunuh diri termasuk para filsuf Kristen seperti Augustine of Hippodan Thomas Aquinas,[132] Immanuel Kant dan, boleh dibilang, John Stuart Mill – Fokus Mill tentang pentingnya kebebasan dan otonomi berarti bahwa ia menolak pilihan yang akan mencegah seseorang membuat keputusan otonom pada masa depan.[134] Orang lain melihat bunuh diri sebagai masalah pilihan pribadi yang sah-sah saja. Para pendukung posisi ini mempertahankan bahwa tidak ada yang harus dipaksa menderita dengan melawan keinginan mereka, terutama dari kondisi seperti penyakit yang tidak tersembuhkan, penyakit mental, dan usia tua yang sudah tidak mungkin lagi mengalami perbaikan. Mereka menolak keyakinan bahwa bunuh diri itu selalu irasional, dengan alasan bahwa tindakan itu dapat menjadi pilihan terakhir yang berlaku bagi mereka yang mengidap penyakit atau trauma berat yang berkepanjangan. Pendirian yang lebih kuat berpendapat bahwa orang harus diperbolehkan untuk secara mandiri memilih mati terlepas apakah mereka sedang menderita atau tidak. Pendukung terkemuka untuk aliran pemikiran ini di antaranya pakar empiris Skotlandia David Hume dan pakar bioetika Amerika Jacob Appel.
Pembelaan Bunuh Diri
Dalam lukisan yang dibuat oleh Alexandre-Gabriel Decamps ini, palet, pistol, dan catatan tergeletak di atas lantai yang menunjukkan bahwa peristiwa tragis baru saja terjadi, seorang seniman telah mengakhiri hidupnya sendiri.
Pembelaan atas tindakan bunuh diri terjadi di banyak kultur dan sub-kultur. Militer Jepang selama Perang Dunia II menyemangati dan memuliakan serangan kamikaze, yaitu serangan bunuh diri oleh penerbang militer Kekaisaran Jepang terhadap kapal angkatan laut Sekutu pada tahap penutupan kampanye Pasifik dalam Perang Dunia II. Masyarakat Jepang secara keseluruhan telah digambarkan bersikap “toleran” terhadap tindakan bunuh diri[138] (lihat Bunuh diri di Jepang).
Pencarian tentang bunuh diri lewat Internet menghasilkan bahwa 10-30% laman web berisikan dorongan atau fasilitasi untuk upaya bunuh diri. Ada sejumlah kekhawatiran bahwa situs-situs tersebut dapat mendorong orang-orang cenderung melakukannya. Sejumlah orang membentuk kelompok bunuh diri secara online, baik bersama teman yang sudah ada sebelumnya atau dengan orang yang baru dijumpai dalam ruang obrolan atau papan pesan. Meskipun demikian, Internet juga dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri dengan menyediakan kelompok sosial bagi orang yang terisolasi.[139]
Daftar Lokasi Bunuh Diri
Beberapa tempat tertentu menjadi terkenal karena tingginya tingkat upaya bunuh diri. Tempat-tempat tersebut di antaranya Jembatan Golden Gate di San Fransisco, Hutan Aokigahara di Jepang,[141] Beachy Head di Inggris, dan Jembatan Bloor Street di Toronto.
Sampai tahun 2010, Jembatan Golden Gate telah menjadi tempat lebih dari 1.300 tindakan bunuh diri dengan cara melompat semenjak jembatan tersebut dibangun pada tahun 1937. Di lokasi-lokasi di mana seringkali terjadi peristiwa bunuh diri telah dibuatkan penghalang untuk mencegahnya. Di antaranya Luminous Veil di Toronto, dan penghalang pada Menara Eiffel Tower di Paris serta Empire State Building di New York. Pada tahun 2011, sebuah penghalang sedang dibangun untuk Jembatan Golden Gate. Penghalang tersebut secara umum terlihat sangat efektif.
Bunuh diri sesungguh bisa dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Banyak cara untuk lakukan aksi atau tindakan bunuh, semisalnya menabrakan dirinya ke mobil, kereta atau terjun bebas dari tempat tinggi dan lain lainya. Cuma bunuh diri ada yang sembunyi dan ditempat tidak umum, sedangkan ada juga yang bunuh diri di tempai keramaian, tempat wisata tempat ikon kota maupun daerah. Bunuh diri di tempat sepi dan sembunyi kebanyakkan kurang dipublikasikan oleh media cetak atau elektronik. Sedangkan bunuh diri ditempat ramai, tempat wisata atau tempat perbelanjaan/shopping center atau tempat ikon pasti publikasi oleh media sangat gencar dan melebar.
Makhluk hidup lain yang bunuh diri
Mengingat tindakan bunuh diri memerlukan upaya yang dilakukan dengan sengaja agar mati, maka sejumlah orang merasa bahwa hal tersebut tidak dapat terjadi pada makhluk hidup selain manusia. Perilaku bunuh diri telah diamati pada salmonella yang berusaha mengatasi bakteri pesaing dengan memicu respons sistem kekebalan tubuh yang membahayakan mereka sendiri. Pertahanan bunuh diri oleh para pekerja juga terlihat pada semut Brasil Forelius pusillus di mana sekelompok kecil semut meninggalkan sarangnya yang aman setelah menyegel pintu masuk dari luar setiap malam hari.
Kutu Pea, saat terancam oleh kepik, dapat meledakkan dirinya sendiri, berhamburan dan melindungi saudara-saudaranya dan bahkan terkadang ledakan tersebut akan membunuh kepik. Beberapa spesies rayap memiliki pasukan yang meledak, yang menutupi musuh-musuhnya dengan perekat lengket.
Ada laporan anekdotal tentang anjing, kuda dan lumba-lumba yang melakukan bunuh diri, meskipun buktinya sedikit. Sedikit sekali studi ilmiah yang dilakukan pada binatang yang bunuh diri.
Kasus-kasus terkenal
Contoh bunuh diri massal yaitu bunuh diri sekte “Jonestown” pada tahun 1978, di mana 918 orang anggota Peoples Temple, sebuah sekte di Amerika yang dipimpin oleh Jim Jones, mengakhiri hidup mereka dengan minum anggur Flavor Aid yang dicampur dengan sianida. Lebih dari 10.000 warga sipil Jepang melakukan bunuh diri di hari-hari terakhir Pertempuran Saipan pada tahun 1944, sejumlah orang melompat ke dalam “Jurang Bunuh Diri” dan “Jurang Banzai”.
Aksi mogok makan 1981, yang dipimpin oleh Bobby Sands, menyebabkan 10 orang meninggal dunia. Penyebab kematian tersebut dicatat oleh petugas forensik sebagai “kelaparan, pemaksaan diri” alih-alih bunuh diri; penyebabnya telah dimodifikasi menjadi hanya “kelaparan” pada surat kematian setelah mendapat protes dari keluarga pengunjuk rasa yang mati. Erwin Rommel selama Perang Dunia II diketahui menyembunyikan rahasia tentang Plot 20 Juli terkait kehidupan Hitler dan diancam dengan pengadilan publik, hukuman mati dan balas dendam terhadap keluarganya kecuali jika ia mengakhiri hidupnya sendiri.
Sejarah
Kematian akibat bunuh diri Decebalus, dari Tiang Trajan
Dalam sejarah Athena kuno, orang yang melakukan bunuh diri tanpa persetujuan negara ditolak untuk dimakamkan secara wajar dengan penghormatan. Orang tersebut akan dimakamkan sendirian, di pinggiran kota, tanpa nisan atau tanda. Dalam sejarah Yunani Kuno dan Roma bunuh diri itu dianggap metode yang dapat diterima saat mengalami kalah perang. Di Roma kuno, bunuh diri pada awalnya diizinkan, tetapi kemudian hal tersebut dianggap sebagai kejahatan terhadap negara karena menimbulkan biaya. Peraturan pidana yang dikeluarkan oleh Raja Louis XIV dari Prancis pada tahun 1670 jauh lebih berat hukumannya: tubuh orang yang meninggal diseret melintasi jalan-jalan, dalam kondisi tertelungkup, dan kemudian digantung atau dibuang di tumpukan sampah. Selain itu, semua harta orang tersebut disita. Dalam sejarah gereja Kristen, orang yang mencoba bunuh diri dikucilkan dan mereka yang meninggal karena bunuh diri dimakamkan di luar kuburan suci. Pada akhir abad ke-19 di Inggris, mencoba bunuh diri itu dianggap sama dengan percobaan pembunuhan dan bisa dihukum gantung. Di Eropa pada abad ke-19, tindakan bunuh diri mengalami pergeseran pandangan dari sebelumnya sebagai tindakan akibat dosa menjadi akibat gila.
Sosial dan budaya
Perundang-undangan
Pisau tantō yang dipersiapkan untuk melakukan seppuku.
Di sebagian besar negara-negara Barat, bunuh diri tidak lagi merupakan kejahatan, tetapi masih dianggap demikian di sebagian besar negara-negara Eropa Barat mulai dari Abad Pertengahan sampai setidaknya tahun 1800-an. Banyak negara Islam yang menetapkan bunuh diri sebagai tindak pidana.
Di Australia, bunuh diri bukan merupakan tindak pidana. Namun, menasihati, menghasut, atau membantu dan menghasut orang lain untuk mencoba bunuh diri merupakan tindak kejahatan, dan hukum secara eksplisit memungkinkan setiap orang untuk menggunakan “kekuatan yang sewajarnya diperlukan” untuk mencegah orang lain dari melakukan bunuh diri. Wilayah Barat Australia sempat secara singkat memiliki hukum bunuh diri yang dibantu dokter mulai dari tahun 1996 sampai 1997.
Tidak satu pun negara di Eropa saat ini yang menganggap bahwa bunuh diri atau percobaan bunuh diri adalah sebuah kejahatan. Inggris dan Wales tidak menganggap lagi bunuh diri sebagai kejahatan melalui Suicide Act 1961 dan di Republik Irlandia pada tahun 1993. Kata “commit” digunakan dalam referensi untuk itu menjadi ilegal namun banyak organisasi telah menghentikannya karena konotasi negatif.
Di India, bunuh diri merupakan tindakan ilegal dan keluarga yang masih hidup mungkin akan menghadapi kesulitan hukum. Di Jerman, eutanasia aktif merupakan tindakan ilegal dan siapa saja yang hadir selama berlangsungnya bunuh diri dapat dituntut karena gagal memberikan bantuan dalam keadaan darurat.[120] Swiss baru-baru ini mengambil langkah untuk melegalkan bunuh diri yang dibantu untuk sakit mental yang kronis. Pengadilan tinggi Lausanne, dalam putusannya tahun 2006, telah memberikan hak kepada seseorang tanpa nama yang memiliki gangguan kejiwaan yang lama untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Di Amerika Serikat, bunuh diri tidak ilegal, tetapi mungkin dikaitkan dengan hukuman bagi orang yang mencobanya. Bunuh diri yang dibantu dokter merupakan tindakan yang legal di negara bagian Oregon dan Washington.
Ciri-ciri umum orang yang hendak bunuh diri
Adapun ciri-ciri orang yang ingin bunuh diri secara umum adalah sebagai berikut:
– Mengancam akan bunuh diri
– Pernah melakukan usaha bunuh diri
– Memberi pernyataan untuk mati
– Perubahan perilaku secara mendadak
– Tidak mau menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter
– Mudah marah
– Depresi dengan menangis
– Tidak dapat tidur
– Selera makan berkurang
CARA UNTUK MENCEGAH BUNUH DIRI
Beberapa tips untuk mencegah tindakan bunuh diri, antara lain:
a) Ceritakan masalah anda kepada sahabat, anggota keluarga atau orang yang anda anggap dapat menolong anda seperti psikiater atau psikolog klinis.
b) Jauhkan diri anda dari hal atau benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri. Misalnya bila anda berpikir bunuh diri menggunakan obat dengan dosis berlebihan, maka serahkanlah obat tersebut kepada keluarga dan biarlah mereka yang memberikannya kepada anda setiap hari.
c) Jauhkan benda atau senjata yang dapat membahayakan anda.
d) Jauhi penggunaan alkohol atau NAPZA lainnya.
e) Tetapkan tujuan hidup anda secara realistik dan kerjakan secara bertahap.
f) Tuliskan rencana kerja anda setiap hari dan bekerjalah sesuai dengan rencana tersebut.
g) Tetapkan prioritas yang perlu didahulukan. Dengan menuliskan rencana kerja, anda akan merasa dapat memprediksi dan mengendalikannya.
h) Sediakan waktu untuk beribadah dan menikmati hobi anda, misalnya mendengarkan atau bermain musik, latihan relaksasi atau meditasi, membaca majalah kesayangan anda, permainan, mengerjakan pekerjaan tangan, menonton televisi, berkebun, memelihara binatang, berjalan-jalan.
i) Perhatikan kesehatan anda: makan dengan gizi berimbang, istirahat dan tidur yang cukup, serta olah raga secara teratur.
j) Bersosialisasi dan berbincang-bincang dengan orang sekitar anda.
k) Makan obat sesuai petunjuk dokter.
UPAYA PENCEGAHAN BUNUH DIRI DI MASYARAKAT
Bunuh diri dapat dicegah dan semua anggota masyarakat dapat melakukan tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri.
Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalahnya.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh individu
Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri:
• Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri beserta latar belakangnya.
• Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan bunuh diri berbicara mengenai perasaannya.
• Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya.
• Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka untuk bunuh diri.
• Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta keyakinannya pada masa lalu.
• Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat dilakukan sesuai dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang tersebut.
• Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong mereka dalam situasi krisis.
• Beri mereka harapan dan optimisme.
• Bantu mereka mengurangi beban pikirannya.
• Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti bertemu orang, berbicara kepada teman, mendengarkan radio, menonton televisi (bukan yang menayangkan tentang bunuh diri), menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain.
• Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa (psikiater, psikolog)
• Ikuti saran dari dokter atau konselor, khususnya kepatuhan terhadap terapi.
• Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin dilakukan.
• Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan.
Bila situasi krisis sudah berlalu, penting untuk tetap memberikan dukungan agar mereka mampu mengatasi tantangan hidup dengan cara yang positif. Jika pikiran bunuh diri tetap ada, diperlukan dukungan konselor dan profesional lain, jadi mereka perlu dirujuk ke tenaga yang tepat. Semua anggota masyarakat sebenarnya dapat bertindak sebagai konselor yang terbatas yaitu dengan cara berkomunikasi, berempati, memberi dukungan dan menunjukkan arahan yang positif bagi orang tersebut.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga
Keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu. Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak harmonis merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri. Keluarga perlu memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri. Anggota keluarga dapat melakukan upaya yang efektif dengan berbagai cara, antara lain:
• Mengidentifikasi tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh diri. Karena ekspresinya sangat unik untuk setiap budaya, maka keluarga harus mengenali kecenderungan tersebut.
• Membina hubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian, mendengarkan, menghargai perasaan serta memahami emosinya.
• Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya.
• Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku pada kelemahannya.
• Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai keinginan bunuh diri.
• Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti: obat-obatan, racun, benda tajam, tali dan lain-lain.
• Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk beberapa situasi dapat terjadi dengan cepat).
• Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan rasa optimis.
• Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan latihan pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang lain.
• Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional, rumah sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai masalah kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan “gangguan jiwa”. Oleh karena itu persuasi merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi dengan dokter tidak cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang bermakna diperlukan konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang diberikan oleh dokter.
• Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai cara yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
• Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya.
• Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa (depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat.
• Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus spesifik (misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi kesehatan, tokoh agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat).
• Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan dukungan (selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur), dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan jaringan luas
Masyarakat mempunyai tanggungjawab yang besar untuk mencegah tindakan bunuh diri. Masyarakat seharusnya menciptakan norma perilaku untuk membantu anggota masyarakat bertumbuh dengan cara yang positif, sehat dan merasa sejahtera. Jadi pengaruh positif dari masyarakat dapat mempengaruhi individu untuk berhenti dari perilaku merusak.
Problem besar pada masyarakat yang sedang dalam transisi adalah menurunnya sistem nilai secara bertahap, perubahan yang cepat yang diikuti oleh konflik yang disebabkan oleh adanya peluang baru dan frustrasi yang timbul akibat dari perubahan sosial masyarakat. Jadi setiap institusi dan individu di dalamnya dapat memainkan peranan yang amat penting untuk mencegah tindakan bunuh diri. Masyarakat perlu membangun mekanisme pertahanan sosial yang meliputi pencegahan, terapi dan pelayanan “after care” untuk mengurangi tindakan bunuh diri.
Masyarakat, organisasi dan LSM mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pelayanan pencegahan, pelayanan gawat darurat, pelayanan ”after care” dan program pencegahan. Mendata dukungan dari kelompok lokal merupakan langkah penting dalam membuat program dan mengidentifikasi sumberdaya yang ada.
Masyarakat dapat membantu program pencegahan bunuh diri dengan cara mengangkat isu lokal, masalah dan penyebab bunuh diri kepada pengambil keputusan (misalnya memperbaiki kualitas hidup masyarakat ekonomi lemah, mengurangi tindak kekerasan dan kriminalitas, menghilangkan stigma, menghilangkan sikap diskriminasi, mempengaruhi media massa lokal dan memperbaiki informasi data tentang bunuh diri).
Mewaspadai tempat risiko tinggi
Bunuh diri juga sering terjadi di beberapa tempat seperti rumah sakit, panti werda, lembaga pemasyarakatan, penginapan, mal dan lain-lain. Oleh karena itu perlu mengembangkan mekanisme pencegahan tindakan bunuh diri pada tempat-tempat tersebut dengan upaya khusus.
a. Perlu mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk bunuh diri pada tempat-tempat itu dan mengembangkan program intervensi yang ditujukan pada individu tersebut.
b. Staf pada tempat tersebut perlu dilatih untuk mengidentifikasi dan tetap mewaspadai mereka. Perlu dilakukan pelatihan periodik untuk mengatasi masalah dan melakukan metode pencegahan.
c. Perlu meningkatkan kepekaan petugas penerima tamu dan petugas lainnya untuk dapat mendeteksi adanya kemungkinan risiko tinggi bunuh diri pada calon dan penghuninya.
d. Dalam memberikan pertolongan perlu melibatkan tenaga kesehatan, psikolog, pengacara, polisi, pekerja sosial dan konselor.
e. Perlu kerjasama antara keluarga, sahabat, pemuka agama, staf rehabilitasi dan konselor profesional dalam memberikan intervensi.
f. Perlu menyediakan alat/materi untuk pertolongan pertama bila tiba-tiba terjadi usaha bunuh diri yang tak diduga sebelumnya.
g. Orang dengan risiko tinggi ditempatkan bersama dengan orang lain, bila tidak merupakan ancaman terhadap orang lain.
h. Tempatkan pada tempat yang aman dan singkirkan benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri.
i. Tingkatkan pemeriksaan keamanan lingkungan khususnya pada penginapan dan hotel.
j. Perlu meningkatkan interaksi sosial yang sehat dan melibatkan mereka dalam kegiatan rekreasi (seperti menyanyi, olah raga, mendengar radio, menonton televisi, membaca), berdoa, meditasi.
Upaya yang dilakukan oleh media massa
Media massa (cetak dan elektronik) berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat. Walaupun media punya kebebasan untuk menayangkan berita, namun mereka harus menyadari akibat dari berita tersebut terhadap masyarakat.
Sejumlah novel, televisi, film, majalah dan surat kabar melaporkan peristiwa bunuh diri sebagai tindakan yang berani dan menjelaskan secara rinci cara bunuh diri yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Data menunjukkan bahwa dengan penayangan demikian ternyata angka bunuh diri di masyarakat menjadi meningkat. Jadi media dapat berperan negatif atau positif dalam membentuk pemikiran dan perilaku masyarakat.
Media massa sebaiknya melakukan hal berikut:
• Laporan tentang bunuh diri perlu menekankan bahwa setiap bunuh diri merupakan kerugian bagi masyarakat.
• Hati-hati menayangkan “celebrity suicide”, jangan dianggap sebagai tindakan pahlawan. Berikan publikasi yang minimal terhadap hal tersebut.
• Hindari memberikan penjelasan yang rinci tentang cara dan tempat bunuh diri, karena masyarakat ingin tahu dan melihat tempat tersebut dan mungkin pula melakukannya dengan motif dan cara yang sama. Bila terdapat tempat dengan risiko tinggi, maka media perlu menekankan bagaimana cara membuatnya lebih aman.
• Bunuh diri tidak terjadi karena faktor tunggal. Jangan menyalahkan korban, karena tindakan tersebut disebabkan oleh kombinasi berbagai penyebab. Tekankan bahwa gagal bercinta, tidak lulus ujian, tidak jadi ke luar negeri bukan merupakan penyebab bunuh diri. Masyarakat perlu diberi informasi bagaimana cara menghindari tindakan bunuh diri.
• Pemberitaan bunuh diri di media massa merupakan beban yang memalukan bagi keluarga.
• Beritakan tanda-tanda yang perlu diwaspadai yaitu bencana sosial, masalah ekonomi dan gangguan jiwa (khususnya depresi). Pada situasi tersebut perlu kerjasama yang erat dengan petugas kesehatan.
• Berikan penjelasan dampak bunuh diri kepada individu yang selamat, pegawai dan keluarganya serta akibat terhadap individu baik jangka pendek maupun jangka panjang.
• Jelaskan tentang miskonsepsi, budaya, keyakinan dan mitos tentang bunuh diri. Menimbulkan kewaspadaan dan mengubah pemikiran masyarakat merupakan salah satu dari tanggung jawab media.
• Media lokal dapat memberikan informasi tentang “hotline service”, pusat pencegahan krisis, pusat pengobatan keracunan, atau LSM yang dapat memberikan bantuan kepada individu dan keluarganya.
• Pemilihan kalimat seperti “bunuh diri yang berhasil” atau “bunuh diri yang lengkap” dapat mengubah persepsi masyarakat.
• Media massa perlu bekerja sama yang erat dengan petugas kesehatan sebelum menayangkan berita.
Tanggung jawab utama media massa adalah mempersiapkan dan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bunuh diri dapat dicegah.
Upaya yang perlu segera dilakukan oleh sektor kesehatan
Bunuh diri bukan semata-mata merupakan fenomena sosial, budaya atau agama. Agar menjadi mitra kerja yang aktif dalam upaya pencegahan bunuh diri, sektor kesehatan perlu meluaskan peran dan tanggung jawabnya. Sektor kesehatan seharusnya memprakarsai untuk melakukan riset multi sektoral, karena dengan memahami masalah, faktor risiko dan metode yang dilakukan, merupakan isu kunci dalam intervensi dan pencegahan bunuh diri yang efektif.
Sektor kesehatan perlu melakukan:
• Program pengembangan sumber daya untuk penanganan bunuh diri dengan cara meningkatkan pengetahuan, kemampuan, teknik dan strategi dalam memberikan pelayanan.
• Memperbaiki fasilitas gawat darurat dan pelayanan segera terhadap pasien dengan percobaan bunuh diri dikombinasikan dengan pelayanan rujukan dan rehabilitasi.
• Mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa ke sistem pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas. Dengan melakukan identifikasi, penatalaksaan dan rujukan segera terhadap pasien (khususnya mereka yang menderita depresi, penyalahgunaan alkohol dan gangguan jiwa lainnya), bersamaan dengan meningkatkan sikap yang positif dari masyarakat, akan sangat menolong mengurangi angka bunuh diri.
• Memberikan arahan kepada insan media massa dan sektor lain untuk mengembangkan kebijakan penyebarluasan informasi yang realistik agar terbentuk sikap yang positif pada masyarakat.
• Mengembangkan program pencegahan bunuh diri lintas sektor yang terintegrasi dan terkoordinasi (sektor kesehatan, pendidikan, agama, pertanian, tenaga kerja, kepolisian, hukum dan lain-lain).
• Mengembangkan pusat “keracunan” yang dapat memberikan informasi dan saran kepada mereka yang keracunan.
Perilaku bunuh diri seringkali dilaporkan oleh keluarga dekat, tetangga, atau teman. Sarankan untuk segera mengubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis. Perlu menyediakan “hotline service” yang dapat dihubungi 24 jam.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru
Akhir-akhir ini bunuh diri pada anak dan remaja semakin meningkat. Penyebab utama adalah kegagalan di sekolah, masalah tekanan dari orangtua, tuntutan prestasi sekolah terlalu tinggi, putus cinta dan konflik.
Perilaku merusak pada remaja seperti merokok, minum alkohol dan kegiatan seks bebas juga semakin meningkat. Sekolah dan perguruan tinggi berfungsi sebagai tempat membangun kehidupan individu dan dapat memainkan peranan penting dalam mencegah perilaku merusak diri tersebut. Membangun sistem nilai, menyiapkan aspirasi individu yang dapat diterima dan menanamkan mekanisme tujuan yang sesuai, merupakan hal yang penting dalam mencegah tindakan bunuh diri pada kelompok usia muda.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru:
• Memberikan pendidikan keterampilan hidup yang dikombinasikan dengan pendekatan pemecahan masalah merupakan modal untuk menghadapi dan mengatasi kehidupan dengan cara yang realistik dan optimistik.
• Periode transisi dari masa kanak ke remaja selalu merupakan fase yang bergejolak. Berbagai masalah perilaku seringkali ditemukan pada masa ini (afek yang tak stabil, impulsif, kesulitan dalam pertahanan diri, sedang mencari identitas diri, berfantasi, perilaku merusak, marah, anxietas, perasaan yang kompleks tentang diri sendiri dan orang lain serta ketertarikan pada sesama jenis). Perlu dibantu terbentuknya citra dan identitas diri yang mantap agar dapat mengatasi krisis masa peralihan ini dengan efektif.
• Penganiayaan anak juga merupakan masalah yang seringkali timbul yang disebabkan oleh masalah di rumah atau di lingkungan. Anak tersebut sering menjadi korban dan mengalami trauma serta takut untuk berbagi masalahnya dengan orang lain, karena alasan keluarga dan budaya. Mereka membutuhkan dukungan dan bantuan untuk mengatasi stres mental mereka dan belajar mekanisme pertahanan diri.
• Remaja tertentu memerlukan perhatian khusus di sekolah karena mereka mempunyai risiko tinggi untuk tindakan bunuh diri. Ciri anak tersebut adalah: kurang minat dalam bidang pelajaran dan sekolah, menurunnya prestasi akademis, sering tidak masuk sekolah, sering terlibat perilaku merusak, perokok berat, alkohol atau NAPZA lain, harga diri rendah, gangguan makan dan tidur serta meningkatnya derajat kecemasan.
• Anak khususnya yang berasal dari lingkungan keluarga yang berantakan, orangtua tunggal, orangtua bercerai, konflik perkawinan, orangtua pengangguran dan keluarga besar dengan penghasilan rendah merupakan kelompok risiko tinggi untuk bunuh diri. Dalam hal ini guru perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengubah sikapnya agar mampu bertindak sebagai media untuk mengubah perilaku siswa (“agents of change”).
• Guru perlu menjadi lebih adaptif secara sosial dan psikologis untuk mengubah realitas. Guru harus mengidentifikasi “anak yang mengalami krisis” sejak dini dan guru perlu melakukan konseling atau merujuk mereka ke pelayanan yang sesuai.
• Anak perlu dilengkapi dengan keterampilan sosial, membangun rasa percaya diri, saling berbagi situasi krisis dengan yang lain, mencari saran dan bahan pertimbangan untuk membuat pilihan dan terbuka untuk pengetahuan baru. Guru perlu menciptakan lingkungan yang sehat untuk interaksi yang positif diantara siswa dan guru.
• Meningkatkan harga diri siswa dan membantu mereka mengatasi situasi stres dengan berbagi pengalaman hidup yang positif, mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh sekolah dan berkomunikasi dengan cara yang positif dengan anak-anak merupakan hal yang sangat diperlukan.
• Menciptakan sekolah agar menjadi tempat yang sehat melalui pengembangan kegiatan sekolah yang lebih baik, membina hubungan interpersonal dan mencegah perilaku berbahaya akan meningkatkan interaksi yang lebih baik diantara siswa dan guru.
• Mengupayakan program intervensi krisis untuk menyelesaikan konflik interpersonal, membantu anak-anak yang mengalami gangguan penggunaan NAPZA dan meningkatkan komunikasi yang saling mempercayai merupakan intervensi yang vital di institusi pendidikan.
• Mengembangkan pelayanan konseling secara teratur dan segera merujuknya ke sarana yang tepat bila guru sendiri tidak mampu mengatasi masalah tersebut.
• Membina komunikasi dan interaksi antara orangtua dan guru untuk membicarakan perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan, tidak hanya sekedar membicarakan pencapaian atau kegagalan akademik.
• Mengidentifikasi anak dengan risiko tinggi dan melibatkan orangtua serta teman untuk mengatasi masalahnya, akan mengurangi risiko tindakan bunuh diri pada anak.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemuka agama dan pengobat tradisional
Tokoh agama dan pengobat tradisional mempunyai posisi yang unik di masyarakat karena pamor, posisi, kebijakan dan kemampuan mereka untuk mempengaruhi nilai-nilai dan keyakinan masyarakat. Sementara dimensi spiritual dan religi dari tindakan bunuh diri masih diperdebatkan, namun perlu disadari bahwa kehidupan manusia itu sangat berharga. Karena masyarakat mempunyai keyakinan, penghargaan dan kepercayaan yang besar terhadap tokoh agama, maka tokoh agama dan pengobat tradisional perlu menekankan kenyataan bahwa bunuh diri dapat dicegah dan individu dapat ditolong melalui konseling, pengobatan dan pemberian dukungan. Tokoh agama perlu menekankan akan pentingnya kehidupan dan makna kehidupan itu sendiri dengan meningkatkan nilai-nilai dan keyakinan yang positif tanpa bersikap menghakimi.
Pengobat tradisional perlu dilibatkan dalam kegiatan pencegahan bunuh diri di tingkat masyarakat karena mereka seringkali merupakan kontak pertama terhadap berbagai masalah kesehatan. Jika mereka dapat memainkan peran yang positif dalam mengenali perilaku dan pikiran bunuh diri, keadaan depresi serta dapat memberikan dukungan emosional kepada masyarakat, maka hal ini merupakan langkah yang amat penting. Beberapa cara penanganan yang biasa dilakukan adalah berdoa, meditasi, puasa dan lain-lain. Walaupun belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi efektivitasnya dalam mengatasi masalah psikologis tertentu, namun cara tersebut telah diterima secara luas di masyarakat. Sangat penting untuk mengembangkan pengertian yang lebih baik tentang peran dari sistem ini digabungkan dengan metode yang positif, tidak berbahaya dan dapat diterima oleh masyarakat. Keterlibatan tokoh agama dalam kegiatan pengambilan keputusan di masyarakat akan membantu meningkatkan solidaritas di masyarakat <strong> masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh penyebab atau alasan tunggal. Tindakan Bunuh diri merupakan interaksi yang kompleks dari faktor biologik, genetik, psikologik, sosial, budaya dan lingkungan. Sulit untuk menjelaskan mengenai penyebab mengapa orang memutuskan untuk melakukan bunuh diri, sedangkan yang lain dalam kondisi yang sama bahkan lebih buruk tetapi tidak melakukannya. Meskipun demikian, tindakan bunuh diri atau percobaan bunuh diri pada umumnya dapat dicegah.
“Bunuh Diri” dalam pandangan agama Buddha
Sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia; Sungguh sulit untuk bertahan hidup; Sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Dharma; Sungguh jarang terjadi kelahiran para Buddha. (Dhammapada 182)
Tentang sulitnya memperoleh kelahiran sebagai manusia, Buddha telah memberikan perumpamaan: “ketika seluruh dunia ini adalah samudra luas, kemudian di dasar samudra hiduplah seekor ‘penyu buta’ yang memiliki kesempatan untuk muncul kepermukaan sekali dalam seratus tahun. Kemudian dipermukaan samudra ada sebuah gelang yang terombang ambing oleh ombaknya. Ketika kura-kura buta dapat memasukkan kepalanya kelubang gelang dipermukaan maka sesulit itulah mendapatkan kelahiran sebagai manusia”.
Di Nakhasikha Sutta, Hyang Buddha menjelaskan betapa sulitnya untuk dapat terlahir sebagai manusia dengan perumpamaan debu yang ada di ujung kuku Sang Buddha. Hyang Buddha mengambil secuil debu dari tanah dan menempelkannya di kukuNya dan bertanya kepada para bhikkhu lebih banyak mana jumlah debu yang ada di kukuNya jika dibandingkan dengan jumlah debu yang ada di tanah, para bhikkhu menjawab bahwa jumlah debu yang ada di ujung kuku Sang Buddha itu terlalu sedikit dan dapat diabaikan bila dibandingkan dengan jumlah debu yang ada di tanah yang jumlahnya jauh lebih banyak, kemudian Sang Buddha melanjutkan bahwa bagi mereka yang terlahir sebagai manusia, setelah kematiannya untuk dapat terlahir kembali sebagai manusia adalah sangat sedikit sekali seperti jumlah debu yang ada di ujung kukuNya, sedangkan mereka yang akan terlahir kembali di alam-alam rendah/apaya yaitu alam neraka, alam binatang, alam setan/ peta, dan alam raksasa setelah kematiannya sebagai manusia adalah sebanyak debu yang ada di tanah. Jadi betapa sulitnya dapat terlahir sebagai manusia telah diterangkan dalam khotbah Sang Buddha tersebut.
Dalam agama Buddha terdapat “Tiga Jenis Nafsu Keinginan (tanha)” yaitu, 1. keinginan untuk memuaskan nafsu indra (kama tanha), 2. keinginan untuk hidup terus (bhava tanha) dan 3. keinginan untuk mengakhiri hidup (vibhava tanha). Bunuh diri adalah salah satu dari nafsu keinginan (tanha), yaitu vibhava tanha. Keinginan ini muncul karena ia melihat bahwa kehidupan ini dengan pandangan pesimis artinya semua yang dijalani membuatnya kecewa dan tidak pernah memuaskan, hingga akhirnya ia memiliki pandangan bahwa hidup semua masalah dapat diselesaikan dengan kematian. Dalam Dhamma dijelaskan bahwa kematian bukan akhir dari penderitaan, namun kematian adalah bentuk dari penderitaan. Dengan demikian bahwa menyelesaikan masalah dengan bunuh diri adalah suatu indakan yang salah/bodoh. Di dalam Anguttara Nikaya II, 82 bahwa niat adalah kamma (karma). Demikian pula dengan niat bunuh diri. Seseorang yang berencana bunuh diri tentunya ada dorongan yang sangat kuat (tekad) dari dalam dirinya. Kemungkinan kekuatan dorongan inilah yang terus mengikutinya dan mendorongnya untuk terus melakukan bunuh diri lagi, ini bahkan bisa sampai beberapa kehidupan.
Vinaya pitaka III, dijelaskan bahwa: “Bhikkhu siapapun yang dengan sengaja membunuh seorang manusia atau menganjurkan seseorang untuk bunuh diri, termasuk orang yang terkalahkan dan tidak lagi dalam pesamuan (dipecat dari sangha)”.
Bekal Kelahiran Manusia
Untuk terlahir sebagai manusia, harus mempunyai bekal kebajikan diri, kesadaran manusia yang mumpuni (mampu melaksanakan kehidupan manusia/layaknya hidup sebagai manusia normal dan etis), mempunyai jodoh pertalian diri, merasakan kondisi kelahiran diri, proses penyesuaian diri, proses pengendalian diri, proses pengembangan diri, proses mengisi kehidupan diri, proses perubahan diri, proses kelapukan diri, proses kematian diri, dan proses melanjutkan kehidupan diri. Memang tidak mudah semuanya, inilah karma kehidupan manusia yang harus dilakoni dengan bijak dan bajik. (Bhiksu Tadisa Paramita).
Dalam Kodhana Sutta, Avyakata Vagga, Aṅguttara Nikāya VII, Sang Buddha mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan penyebab bunuh diri adalah ketidakseimbangan pikiran.
Kondisi Kehidupan Manusia Dirasakan Begitu Rumit dan Susah
Tubuh manusia harus mengalami kelahiran, usia tua, sakit dan mati, sedangkan mental manusia harus mengalami timbul, lenyap, berubah dan lenyap. Begitupula lingkungan hidup manusia akan mengalami, muncul, bisa dihuni, rusak dan kiamat. Ditambah lagi dunia dicengkeram oleh ketidak kekalan, tanpa kepemilikan dan dukkha (segala sesuatu tidak memuaskan). Orang pesimis melihat dunia ini sumber derita, tapi bagi orang yang optimis menilai adalah semua perubahan adalah kesempatan. Dunia sesungguhnya bukan baik juga bukan buruk, baik atau buruk pikirannya yang menciptakan.
Coba renungkan, betapa manusia harus repot menjaga/melindungi nyawanya, harus memenuhi segala kebutuhannya seperti sandang pangan dan papan, harus memberikan santapan rohaninya atau kegembiraan/kepuasan. Harus punya mata pencarian dengan usaha untuk mempertahankan kehidupannya dan harus mengatasi kelahiran dan kematiannya.
Umumnya manusia sibuk di dunia ada 4 hal: sibuk untuk belajar, sibuk dalam mata pencariannnya, sibuk ngurusi keluarga, sebuk menciptakan karma baik atau buruk. Sibuk untuk aktivitas menciptakan karma. Semua kesibukan bagi yang lemah tentu dilanda penat, cape, kesusahan dan derita selama hidupnya. Tetapi bagi yang kuat inilah pengabdian manusia untuk dunia dan kemanusiaan. Bila orang hidup sederhana kemauannya sedikit tentu kebutuhannya sedikit sehingga ringan hidupnya, tetapi bila manusia kehidupannya maunya mewah dan demi gengsi tentu kebutuhannya banyak sehingga berat kehidupannya. Bila jadi manusia tidak ada pengendaliannya yang ada pengumbaran saja maka pasti kemauannya banyak, nafsunya tinggi, keserakahannya besar, akibatnya merajarela pancaskandhanya, batinnya selalu haus dan dahaga dengan segala sensasi kenikamatan dan pelayanan, akibatnya ia bakalan sulit dan susah hidup.
Ada juga orang hidup secara berantakan. Saat makan baca koran, saat mau tidur nonton televisi, saat belajar buka dunia internet, belum menikah nontonnya blue film. Saat mandi dia berfantasi seks dan merangsang diri, saat bekerja dia mau berlibur, saat bersama keluarga teringat teman dan relasinya, saat berjalan mata mencari sensasi apapun. Orang begini pasti sulit berkonsentrasi dalam segala hal, sehingga sulit belajar dan sulit mengembangkan kualitas dan potensi diri, sehingga sulit maju dan sukses. Pikiran kacau, ucapannya kacau, perbuatannya kacau, kebiasaannya kacau, karakternya kacau dan nasibnya menjadi kacau. Tentu nasibnya kacau kehidupannya pasti kacau dan berantakan. Sehingga nasibnya jadi susah dan malang. Bila batinnya bodoh pasti dia salahkan keluarga atau kerabat dan teman-temannya. Bila batinnya kuat dan sadar ia menyalahkan dirinya sendiri; Bila batinnya tidak kuat ia mencari pelampiasan dengan alcohol atau dunia dugem. Bila batin nya nekad dan putus asa ia ambil jalan pintas bunuh diri untuk menghilangkan kesusahan dan kemalangannya yang ia ciptakan sendiri.
Realitanya tubuh manusia dan kondisi kehidupan manusia butuh banyak materi tetapi batin manusia hanya butuh kebijaksanaan dan kesucian. Bila miskin materi pasti hidup susah, tetapi bila kebanyakan materi kita jadi budak materi. Bila bodoh sedikit materipun dapat menyusahkan hidupnya, bila ia bijak ia bisa gunakan materinya secara efektif. Bila Sang Aku nya tinggi dan sombong, seleranya juga ikut jadi tinggi maka gengsinya pun juga tinggi sehingga butuh biaya tinggi, bila terpenuhi ia bangga diri dan sombong diri. Sebaliknya bila kebutuhan tidak terpenuhi ia akan minder, resah dan malu sendiri.
Dunia dan Kondisinya Bagaikan Impian dan Ilusi
Dalam Sutra Intan (Cing Kang Cing), Hyang Buddha bersabda: “Semua Dharma yang dipamrihkan (semua kondisi gemerlapan dunia umumnya dicari, dikejar, diperjuang untuk dimiliki) bagaikan impian, ilusi, seperti ombak/gelembung, bayangan, embun dan kilat. Seharusnya ini sering direnungkan”.
Renungan kesadaran: Semua fenomena terbentuk berawal dari kekosongan; Semua keberadaan berintikan kekosongan; Semua perubahan terjadi karena karakteristik kekosongan; dan semua kembali lenyap ke natural kekosongan.
Bila dunia bagikan impian dan lain-lain yang tidak diperoleh, lalu terjadi sukses atau gagal, untung atau rugi, dicela atau dipuji, derita atau bahagia, kenapa merisaukannya? Kenapa kita mau terjebak dan melekat kepada sesuatu yang bersifat sementara dan khayal? Sadari! Saat kita lahir apa yang kita bawa? Tiada materi yang kita bawa; Begitupula saat mati apa pula yang bisa kita bawa? tiada juga. Jadi apapun kondisi anda yang terjadi baik atau buruk, jangan terlalu dipikirin apalagi dirisaukan, jagalah kesehatan batin anda, itulah yang terpenting. Alangkah bijaknya bila mampu SUNYAKAN/KOSONGKAN batin anda, maka semua derita lenyap adanya, ingatlah bahagia dan derita semua bersumber dari batin kita sendiri, dipikirin ada tidak dipikirin pasti tidak ada. Sumber semua kesusahan ada dihati, hati khayal, hati melekat, hati kusut, hati kotor, hati gelap, hati hancur, hati jahat, hati terikat, hati kacau inilah sumber derita. Hati sakit hidup susah, hati sehat hidup riang; hati benar kondisi jadi baik, hati bajik kondisi jadi beruntung. Untuk itu kenalilah hati anda lalu perbaiki. Bila sulit mengenali, atau sulit menaklukkan hati anda, maka SUNYAKAN/KOSONGKAN saja, maka semua kesusahan dan derita lenyap adanya. Jangan susah dan derita hati lalu bunuh tubuh dan diri anda sendiri, bunuh diri tidak bisa melenyapkan susah dan derita anda. Bunuh diri malah membuat derita dan kesusahan bertambah banyak, semua kesempatan baik dan kondisi baik jadi rusak dan hancur. Seharus umat manusia datang dan terlahir di dunia ini meminjam tubuh palsu ini untuk membina diri, dan mengembangkan kualitas diri, bukan mengejar kondisi gemerlapnya duniawi. Kita semua beruntung sudah memiliki tubuh manusia, karena itu kita harus belajar kebenaran dan mengembangkan kebijaksanaan, hadir didunia ini untuk berjuang mendapatkan pencerahan dan pembebasan mutlak! Ingatlah! Teramat sulit dilahirkan jadi manusia, berhati manusia, dan mempunyai keluarga manusia, apalagi bisa beragama, tentu jodoh ini sangat tidak mudah. Untuk itu sayangilah tubuh anda dan kehidupan anda, tatalah dan rencanakan dengan baik kehidupan anda dengan bijak dan telaten untuk mencari kebahagiaan hakiki yaitu terbebas dari siklus tumimbal lahir. Alangkah bodoh dan gelapnya batin kita bila kita sudah sulit dapat tubuh manusia malah kita rusak dan binasakan dengan jalan bunuh diri. Sadarilah wahai orang yang berniat dan berencana bunuh diri. Hindari bunuh diri, belajarlah agam Buddha! Cegahlah sebelum terlambat!
Tubuh adalah Rumah Sementara
Mendapatkan kelahiran tubuh manusia adalah sangat sulit, apalagi dapat memiliki tubuh normal dan sehat tentu lebih sulit lagi. Tubuh ini bukanlah “Kebenaran Aku (真我). Ia hanya menjadi “Rumah Sementara” untuk Kebenaran Aku (真我). Tubuh ini sekedar tempat bermukim /tempat tinggal sementara bagi Kebenaran Aku (真我). Tubuh sementara ini harus dirawat, diberi asupan, dikasih tempat tinggal yang layak serta harus dibina untuk mengembangkan kebijaksanaan, pengendalian dan melakukan segala kebajikan agar kita kelak memiliki Tubuh Manusia Buddha; Bila sebaliknya tubuh ini ditelantarkan, di sakiti dan dirusak apalagi tubuh ini dihancurkan dengan bunuh diri, bagaimana kelak bisa memiliki tubuh manusia lagi yang baik, sehat, normal dan utuh, kelak bagaimana ia bisa memiliki tubuh Manusia Buddha? Bila Tubuh manusia nya sekarang dirusak dan bunuh diri? Bila kelak ingin memiliki Tubuh Manusia Buddha, maka ia harus tidak berbuat bodoh dan jahat; Menyempurnakan segala kebajikan dan sucikan hati dan pikiran melalui praktik pikiran, ucapan dan perbuatan yang bersumber dari tubuh ini.
Bila mana kita belum memahami hati, menampakkan Jati diri/Kebenaran Aku, lalu kita merusak tubuh jasmani ini atau bunuh diri, maka kekuatan karma buruk ini akan membungkus kuat Kebenaran Aku, untuk melanjutkan kehidupan di tiga alam celaka. Kebodohan/kegelapan batin, bisa juga karena patah hati/sakit hati, jika didera kemiskinan/kesusahan yang hebat sehingga mengambil jalan pintas bunuh diri. Artinya merusak kondisi dan karma baik yang dimiliki tubuh manusia. Merusak dan membunuh tubuh jasmani dengan niat, rencana, disengaja dan tindakan bunuh diri adalah kejahatan terhadap tubuh jasmani diri sendiri, sekali kita merusak dan membunuh diri maka kita merusak jodoh dan karma baik untuk dilahirkan jadi manusia lagi. Sesungguhnya apapun kesusahan atau derita batin ini asal ia tidak terjebak dan melekat, atau tidak dipikirin maka kesusahan atau derita ini akan sirna dengan sendirinya. Seperti lagu Sutra Hati mengatakan: Ada hati ada kondisi, Tiada hati tiada kondisi; Ada pemikiran ada masalah, tiada pemikiran tiada masalah; Ada keinginan ada derita, tiada keinginan tiada derita; Ada sang aku ada siklus tumimbal lahir, tiada sang aku tiada siklus tumimbal lahir.
Niat dan tindakan bunuh diri adalah perbuatan DURHAKA
Kenapa disebut durhaka? Coba renungkan, setiap perkawinan manusia sepasang suami istri pasti ingin memiliki keturunan anak-anak. Orang tua tersebut ingin memiliki anak-anak umumnya berharap kelak saat mereka tua anak-anaknya yang merawatnya, mewarisi harta benda dan usahanya. Untuk menghasilkan keturunan maka mereka menikah dan mengandung sembilan bulan lamanya, setelah melahirkan anak tersebut dalam dekapan dan perlindungan ibu selama 5 tahun, membimbing dan memenuhi segala kebutuahnya selama belasan tahun lamanya, orang tua rela mengucurkan darah dan keringat untuk keselamatan dan masa depan anak-anaknya, batinnya dirundung banyak kesusahan dan kekhawatiran untuk membesarkan anak-anaknya, mengorbankan segala kesenanagan dan kepentingannya demi keselamatan dan masa depan yang baik untuk anak-anaknya. Tentu anak yang berbakti harus bisa kenal budi, ingat budi dan bisa balas budi, berterima kasih dan membalas segala kebaikan kepada orang tuanya yang sudah mengandung, melahirkan, membesarkan, mendidiknya, memberikan kecukupan sandang pangan dan hiburan untuk anak-anaknya. Bila anak itu bisa menjaga dan melindungi jiwa raganya yang dibentuk oleh tuanya adalah perbuatan bakti dan terpuji; Bila anak tersebut dapat berprestasi menjadi anak yang sukses adalah anak yang sangat berbakti; Sebaliknya bila anak tersebut mencederai, merusak bahkan bunuh diri adalah perbuatan durhaka, telah menyia-nyiakan jasa, budi dan susah payah yang dilakukan oleh orang tuanya terhadap anak-anaknya. Seorang anak yang berniat, nekad dan bunuh diri adalah anak-anak durhaka yang hadir di dunia ini hanya untuk menyusahkan, membuat derita dan memalukan untuk orang tuanya. Coba kita pikirkan, biasanya tradisi anak-anak yang menghantarkan tubuh jenazah orang tua nya ke liang lahat atau ke krematorium; apabila orang tuanya yang menghantarkan tubuh jenazah anaknya yang bunuh diri, betapa hancurkan hati orang tuanya, betapa pedih dan remuknya perasaan orang tuanya yang sudah mengorbankan dan berjuang untuk membesarkan anaknya kemudian anak itu bodoh, egois dan berpikiran pendek melakukan bunuh diri.
Takut Akan kematian diri sendiri
Sebagian orang ketika berhadapan dengan ajal menjadi takut. Hal ini juga telah terjadi sejak zaman Buddha. Suatu ketika Brahmana Janussoni bertemu Buddha dan menyatakan pandangannya bahwa orang tidak takut akan kematian, namun Buddha mengatakan bahwa ada sebagian orang yang takut akan kematian dan sebagian orang tidak takut akan kematian. Buddha menjelaskan kepada Bharmana Janussoni di dalam Anguttara Nikaya IV, 184. Ada empat jenis manusia yang takut dan gentar akan kematian, anatara lain:
1. Orang yang tidak bebas dari nafsu kesenangan indera.
2. Orang yang tidak bebas dari nafsu terhadap tubuh.
3. Orang yang tidak melakukan yang bajik dan bermanfaat, tetapi melakukan yang jahat, kejam dan buruk.
4. Orang yang bingung dan ragu terhadap Dharma.
Jadi menurut ajaran Buddha selama menusia masih melekat kepada kesenangan indera dan tubuh, banyak melakukan kejahatan serta ragu-ragu terhadap Realitas Kebenaran (Dharma), ketika akan meninggal akan dihantui oleh ketakutan; Kebalikan dari kondisi tersebut akan membawa ketenangan. Seseorang sebelum meninggal, yaitu orang yang bebas dari nafsu, kemelekatan terhadap indera dan tubuh, bebas dari kejahatan dan orang yang tidak bingung dan ragu terhadap Dharma, maka saat kematian ia akan tenang, tidak gentar dan takut menghadapi kematian.
Sekarang ini engkau bagaikan daun kering dan layu, para utusan Raja Kematian (Dewa Yama) telah menantimu. Engkau telah berdiri di ambang pintu keberangkatan, namun tidak kau miliki bekal untuk perjalanan nanti. (Dhammapada 235).
Dalam Jātaka Aṭṭhakathā: ’makhluk yang bunuh diri dengan senjata, minum racun, gantung leher, terjun ke tebing dengan di dasari kemarahan, akan terlahir di alam neraka dan alam rendah lainnya’.
Sang Buddha bersabda: ‘sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha’. (Dhammapada 182). Maka, sungguh menakutkan dan menyedihkan apabila kelahiran manusia yang sangat sulit ini dan kehidupan yang berharga untuk meningkatkan kualitas-kualitas manusia ini dirusak, dihancurkanr dengan cara yang bodoh dan tragis dengan tindakan bunuh diri.
Amitabha Buddha Adalah Maha Tabib Tiada Bandingnya 阿弥陀佛,无上医王
Bila seseorang banyak dirundung duka nestapa, putus asa tidak ingin hidup lama lagi. atau menderita penyakit akut yang sukar disembuhkan, atau hidup sebatang kara, selalu di dera kesusahan dan menderita karena kemiskinan, atau sakit sudah lama, menderita karena kesepian dan dibuang keluarga. Jangan mengambil jalan pintas bunuh diri dengan cara apapun, melainkan bangkitkan keyakinan kepada Amitabha Buddha, kembangkan tekad untuk dilahirkan ke surga Sukhavati dan pelaksanaan Buddha Smrth ( Nien Fo, memuliakan Na Mo Ami Tuo Fo), melafalkan terus, mengulang terus Namo Amituofo, dicetuskan dari hati, dikeluarkan dari mulut, kembali di dengarkan oleh telingga, dengan catatan tidak ragu, tidak kacau dan tidak putus (harus berkesinambungan terus), selama satu hari atau sampai tujuh hari, maka bila jodoh dan karma baiknya mateng, bila usia kehidupannya belum habis maka kondisi buruk maupun penyakitnya pasti sembuh dengan sendirinya, karena Amitabha Buddha adalah Maha Tabib Tiada Bandingnya, semua penyakit pasti sembuh bila mendapatkan bantuan atau pancaran sinar dari Amitabha Buddha. Atau saat Amitabha hadir untuk memberkati, maka segala kesusahan dan deritanya pasti lenyap, berganti suka cita dan kondisinya membaik. Bila memang usia kehidupannya sudah berakhir lagi tekadnya sudah bulat dan teguh untuk dilahirkan di surga Sukhavati, pasti rombongan Amitabha Buddha akan hadir untuk menjemputnya ke Surga Sukhavati. Dilahirkan disurga Sukhavati akan menikmati kebahagiaan hakiki, berkembangnya Bodhicitta dan dibimbing untuk jadi Buddha. Bila mengambil jalan sesat dan bodoh bunuh diri maka sulit untuk dilahirkan di surga Sukhavati.
Kelahiran Kembali
Proses kelahiran kembali, yang disebut punabbhava, secara harfiah berarti ‘menjadi lagi’. Sang Buddha berkata, untuk dapat terlahir kembali, tiga syarat harus dipenuhi: sepasang (calon) orang tua yang subur, hubungan seksual dan adanya gandhabba (M, I: 265). Istilah ‘gandhabba’ berarti datang dari tempat lain’, mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik yang meninggalkan badan yang telah mati. Ketika badan mati, ‘batin bergerak keatas’ (uddhamgami)(S, V: 370) dan mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu yang baru saja dibuahi. Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “sifat bawaan” dari setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu adalah hasil (vipaka) dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.
Kenapa Ada Sebagian Selebritis, Penyanyi, Sutradara, Pelawak, Musikus Hidupnya Banyak Problem dan Umurnya Tidak Panjang?
Coba kita perhatikan, ada sebagian selebritis, actor, aktris, penyanyi, pelawak, sutradara dan musikus disekeliling kita bahkan di dunia banyak yang berumur pendek atau dihari tuanya hidupnya sengsara? Karena banyak diantara selebritis, actor, aktris, penyanyi, pelawak, sutradara dan musikus, memberikan kontribusi seni film maupun music yang disebarkan ke segenap penjuru dunia hiburan ada yang baik ada pula yang buruk. Termasuk selebritis, sutradara, pelawak, musikus ada yang yang baik pun ada yang tidak baik, baik seni perannya maupun kehidupannya. Begitupula Seni film music maupun hiburan ada yang baik adapula yang buruk. Yang baik dapat karma baik berlimpah sedangkan yang buruk karma buruknya juga berlimpah. Karma buruk luasnya sepuluh penjuru, maka akibatnya cepat mateng dan cepat hadir, segala penyakit, bencana atau musibah bakal cepat hadir sehingga mati nelangsa dan derita. Sebaliknya bila karma baiknya seluas sepuluh penjuru, umumnya ia akan hidup makmur, sehat dan usia panjang, selama hidup senang matipun tenang .
Juga para pemilik bioskop, bar, karaoke, night club bila menyajikan film blue/pornografi, tarian striptease/porno aksi termasuk menjual miras, narkoba atau menyediakan sarana dan prasarana pelacuran baik yang terbuka maupun terselubung, semua ini juga ikut berperan mengotori dan merusak mental dan moral kepribadian masyarakat. Umumnya mereka dunia kaum film, music maupun hiburan, berpikiran orang awam kecenderungannya pikirannya masih gelap, cenderung kotor dan pendek, tidak bisa berpikir panjang cuma bisa berpikir sesaat saja bagaimana bisa jadi tenar, bikin kejutan, suka heboh, banyak penggemar dan untung besar sehingga “APAPUN DILAKUKAN”. Tentu bila perannya aktingnya pornoaksi, perannya melecehkan atau menyakiti makhluk lain, berperan busuk/jahat, sensualitas membangkitkan birahi nafsu kotor, film bernuansa abnormal, khayal penuh fantasi yang merusak, membodohkan banyak orang, bahkan mengajarkan kejahatan/maksiat sehingga mengotori, membodohi dan merusak mental masyarakat luas. Begitupula pencipta lagu, pemain music, penyanyi atau pimpinan bos rekaman yang bikin lagu tapi syairnya bukan mengajarkan kebaikan atau menyadarkan banyak orang tapi syairnya seronok cenderung jorok/kata-kata kotor maupun kasar, tidak mengajarkan kebaikan malah mengajarkan kebusukan/jahat sehingga membodohi bahkan mengotori dan merusak mental masyarakat luas. Tentu saja dunia selebritis dan para musikus walau pun mungkin beragama tapi mereka jarang melakukan penyesalan, pertobatan dan kebajikan, sehingga karma buruknya berlimpah, dalam dan luas. Akibat penampilan mereka yang tidak baik, kehidupan masyarakat jadi membeo, menggugu dan meniru, akibatnya mental dan perangai masyarakat jadi tidak baik, tidak bermoral, kotor, kasar, bejat dan tidak normal. Semua keburukan ini berskala luas dan berat sehingga karma buruknya berdimensi sepuluh penjuru, super berat dan luas. Sekarang kehidupan sekarang banyak problem, rumah tangga berantakkan, masa depan suram, banyak sakit, bernasib malang, banyak musibah/kena bencana, berusia pendek, matinya tragis dan menyedihkan, setelah mati masuk ke tiga alam celaka (alam neraka, alam setan kelaparan dana lam binatang). Akibat perbuatan bodoh dan busuk banyak selebritis dan musikus yang melakukan bunuh diri tanpa nalar dan logika sehat, hanya urusan kecil atau sepele saja mereka melakukan tindakan dratis dan nekad yaitu merusak diri bahkan bunuh diri. Semua kemalangan karena bersumber dari akumulasi karma buruk yang berskala sepuluh penjuru, luas dan berlimpah. Efeknya karma buruknya cepat hadir dan mateng, sulit untuk melakukan pertobatan dan penyesalan. Alangkah bijaknya bila mencegah lebih baik daripada mengobati, sadari lebih awal sebelum terlambat.
Pepatah Buddhis mengatakan: Siapa yang menanam siapa yang memetik; siapa yang menabur siapa pula yang menuai!
Akibat Bunuh Diri Dalam Perspektif Ajaran Buddha
自殺是大苦Penderitaan Besar Akibat Bunuh Diri
一、自殺是大罪(即非常重的殺戒),只會墮落(三惡道)。
Bunuh diri adalah karma buruk besar, (pelanggaran sangat berat sila pembunuhan, hanya bisa terjatuh di alam tiga celaka (alam neraka, alam setan kelaparan dana lam binatang.
二、自殺成功的亡識在死後有二種墮落方式:甲、反覆墮落;乙、直接墮落地獄。
Bunuh diri yang berhasil, maka kesadaran almarhum/mah setelah kematiannya ada 2 jalan, 1. Berulang kali terjatuh (ke 3 alam celaka); 2. Seketika terjatuh ke alam neraka.
三、自殺後的亡識除極少數及極特別的個案外,極少得人身。下一生得人身的機連一萬億分之一的機會都未必有。
Setelah bunuh diri, kesadaran almarhum/mah sangat sedikit sekali dan sangat langka, sukar sekali peroleh kelahiran manusia. Kehidupan selanjutnya diantara 10 milyar, satu kesempatan saja tidak ada.
四、自殺絕對是一種逃避。自殺不可以解決問題,只會令往後的問題更多。如果你逃避了,往後的痛苦會更大更深。
Bunuh diri tentu saja adalah satu jenis pelarian. Bunuh diri tidak dapat menyelesaikan masalah/mengakhiri masalah. Malah menambah banyak masalah setelahnya. Jika kamu lari dari masalah, kemudian pasti penderitaan lebih besar dan dalam.
五、眾生在輪迴中皆受宿生的業力支配,不能自主,豈能以自殺一了百了?自殺是錯誤的解脫,往後的痛苦更大更深。(自殺是一種逃避,往後的痛苦更大更深。)
Para makhluk saat mengalami siklus tumimbal lahir didampingi oleh kekuatan karma masa lampau dari kehidupan sebelumnya, sehingga tidak bisa menjadi otoritas (kendalikan), bagaimana bisa dengan bunuh diri sekali semuanya berakhir ? Bunuh diri adalah cara pembebasan yang salah, kemudian harinya penderitaanya lebih besar dan dalam. (bunuh diri adalah satu jenis pelarian, kemudian hari penderitaannya lebih besar dan dalam)
六、尤其是在金剛乘裡,自殺乃是最大的禁忌。其罪與殺佛同。而且,根據密宗的說法,自殺會著魔。密宗是絕對禁止自殺的,在任何情形下皆不可以自殺。
Apalagi di dalam ajaran Trantrayana/Vajarayana, bunuh diri adalah larangan besar. Karma buruk bunuh diri sama dengan bunuh Buddha, selain itu. Berdasarkan Dharma alairan rahasia Mi Cung, bunuh diri dapat kerasukan Mara (Iblis), aliran rahasia ini menolak dan melarang tindakan bunuh diri. Apapun kondisinya yang dihadapi tidak boleh bunuh diri.
七、面對逆境,自強不息,尊重生命,包括自己,乃修行之重要課題。不可以以任何藉口、借口或殘疾等逃避。而以〔特別〕的理由來逃避,亦絕無僅有。
Hadapi kondisi buruk, sendiri harus kuat/tegar tidak ngoyo/remuk, harus muliakan kehidupan, termasuk diri sendiri, ini adalah pelajaran penting dalam membina diri. Tidak boleh ada alasan apapun, sembarangan ngomong, atau karena cacat/penyakit dan sebagainya lari dari kenyataan. Khususnya dengan alasan tertentu lari dari kenyataan, juga sebenarnya tiada masalah jangan dibikin masalah.
八、自殺者在死後會感受很大很大的痛苦,自殺者的親人等應立即替自殺者祈禱及延請僧人超度,以減輕其痛苦。讀者須知,自殺招致的痛苦無量無邊,人間的任何痛苦無法比擬。
Orang yang bunuh diri setelah mati akan merasakan sangat sangat sakit dan derita besar, keluarga orang yang bunuh diri harus bertanggung jawab dan mewakili orang yng bunuh diri untuk berdoa dan memohon kepada anggota sangha untuk menyeberangkan, untuk meringankan sakit dan deriat orang bunuh diri. Pembaca harus tahu, bunuh diri ciptakan dan undang kesakitan dan derita tiada terukur dan tiada batas, bagaimanapun penderitaan dunia manusia tiada sehebat dan sebanding dengan orang yang bunuh diri.
九、根據密宗的說法,自殺成功的亡魂會立即在死後的中陰階段不斷重覆自殺的巨大痛苦的經驗,極其恐怖,亦不會在死後經歷法性中陰的階段,瀕死經驗亦極為惡劣。
Di dalam ajaran Dharma Trantra, orang yang berhasil bunuh diri, energy kesadarannya (istilah dalam duniawi: Roh) setelah mati akan memiliki badan medio (badan antara) melalui berbagai fase tidak putusnya mengulangi bunuh diri mengalami sakit dan derita besar punya pengalaman. Sungguh menakutkan dan jangan setelah mati mengalami Dharmatanya terbungkus badan medio mengalami kematian berulang-ulang mengalaminya adalah sungguh menyedihkan sekali.
十、自殺成功的人在其亡識離開身體後,極可能為厲鬼所攝持。另外,自殺成功的人在接下來的幾生的輪迴容易出現瘋狂的反應和行為。所以,有自殺傾向的人比較容易患上躁鬱症或憂鬱症或妄想症。
Orang yng berhasil bunuh diri setelah energy kesadarannya (Roh) meninggalkan tubuhnya, sangat mungkin setan iblis menangkap/mengurungnya. Selain itu orang yang berhasil bunuh diri selanjutnya beberapa kali dalam siklus tumimbal lahir mudah mengalami gila baik berupa tanggapan dan tindakannya. Karena itu orang yang memiliki kecondongan bunuh diri umumnya mudah mengidap penyakit zao yu (pesimis) atau penyakit kekuatiran berlebihan atau penyakit khayalan tinggi.
十一、自殺的亡識在金剛乘裡,喇嘛須為這種亡靈修一種特別的法門,極其麻煩。(甚至同時用兩種或三種的特別法門。)而在顯教則須依賴地藏王菩薩及觀世音菩薩的救度,得回人身亦極艱難.
Kesadaran Bunuh diri dalam ajaran Vajrayana, Seorang Lhama harus menolong arwahnya membina satu macam Dharma khusus, sungguh berabe/sulit, (saat yang bersamaan memakai 2 metode atau 3 metode Dharma khusus). Dalam ajaran terang (Mahayana) harus mengandalkan pertolongan Ksitigarbha Bodhisattva dan Avalokitesvara Bodhisattba, dapat terlahir bertubuh manusia sangatlah sulit.
十二、自殺是很自私的行為。自殺者只知道自己的痛苦,卻不知道他的親人及周圍的人也會因此而有很大的痛苦。而且,會拖累身邊與自殺者同住的家人的運氣嚴重長期衰退。
Tindakan bunuh diri adalah sangat egois, orang yang bunuh diri hanya mengetahui sendiri punya sakit dan derita, ia tidak mengetahui orang lain seperti keluarganya dan dikelompok lainnya karena tindakan ini juga ikut mengalami derita, selain itu bisa menyeret dan membuat capek karena orang yang bunuh diri pernah tinggal bersama keluarga mempunyai pengaruh/memory berat untuk waktu yang lama sulit terlupakan.
十三、無論生存條件或生存環境如何艱難,無論有多少無法解決不到的問題,都要堅強地活下去。我們遇到問題要頂下去,逃避問題是不好的。
Bagaimanapun urusan kebutuhan hidup atau kondisi hidup yang begitu sulit, bagaimana pun bila ada beberapa urusan dan masalah yang tidak bisa diselesaikan, harusnya tegas dan kuat untuk melanjutkan hidupnya. Bila kita bertemu masalah harus mampu mengatasi, lari dari kenyataan adalah tidak baik.
十四、藏傳佛教,尤其是金剛乘佛教,認為無論人生如何痛苦,煩惱如何大,都不可以自殺。而是要設法適應和克服人生中的困難。而且自殺也會破壞自己的佛性。金剛乘的教法對如何轉煩惱為菩提,及如何懺悔及消除業障,有獨到的方法。
Ajaran Buddha berasal dari Tibet, terutama Buddhis Vajaryana, menganggap siapapun sebagai manusia yang mengalamai derita dan kegalauannya bagaimanapun besar, semua nya tidak boleh bunuh diri. Melainkan mau mengatur/mencoba dan memperbaiki segala kesulitan yang di alami sebagai manusia. Lagi pula bunuh diri dapat merusak sendiri punya Buddhata (hakikat Buddhanya sendiri). Vajrayana punya ajaran adalah mengajarkan bagaiaman merubah kegalaun menjadi Kebodhian, sampai bagaimana lakukan pertobatan dan melenyapkan rintangan karma, dengan keunikan caranya.
十五、自殺是一種懦弱及怕苦的行為。表面上肯自殺很有勇氣。其實是一種不負責任而且怕苦的表現。另外,有些會想自殺的人是因為思想上鑽牛角尖,想太多或者想不開,而且常常胡思亂想。所以有宗教信仰即能改善懦弱、怕苦、鑽牛角尖及胡思亂想的傾向。這解釋了沒有宗教信仰的人比較容易自殺。
Bunuh diri adalah satu jenis tindakan pengecut dan takut derita. Permukaannya berani bunuh diri sepertinya ada keberanian. Seseunggung adalah satu hal tidak bertanggung jawab juga menampilkan takut derita. Lainnya adanya orang yang punya pikiran bunuh diri bagaikan mengebor sebuah tanduk, (sebuah kiasan artinya merusak pikirannya sendiri), pikirannya terlalu banyak atau tidak terbuka pikiran (pikiran tertutup tidak mau menerima nasehat orang lain) dan sering suka berpikir ngawur/kacau. Oleh sebab itu, bila ada keyakinan agama dapat merubah dan memperbaiki rasa pengecut, takut derita, mengebor sebuah tanduk, pikiran ngawur/kacau di arahkan menjadi pikiran baik. Ini menjelaskan bila tidak ada keyakinan agama bila dibandingkan maka mudah melakukan tindakan bunuh diri.
十六、有少數自殺,但不落三惡道的例子例外,例如忠臣殉國、烈女為保貞操而殉節,死後仍可昇天。但仍然要受自殺的果報!不能擺脫輪迴。
Ada beberapa tindakan bunuh diri tetapi tidak terjatuh ke tiga alam celaka, pengecualian untuk contoh, seperti menteri setia negara Shu, wanita kuat untuk melindungi kesucian saat festival Shu. Setelah mati masih dapat terlahir di surga. Tetapi tetap saja harus menerima bunuh diri punya akibat, tidak dapat singkirkan siklus tumimbal lahir.
十七、若自殺係由於含冤或因受到不合理對待而含恨自殺而造成的,死後很容易變成厲鬼!此等含冤而自殺的靈魂,尤須解冤釋結。
Bila bunuh diri disebabkan kebencian atau karena disebabkan menerima tidak kesesuaian (ketidak adilan) sehingga memiliki kebencian akibatnya melaksanakan bunuh diri, setelah mati mudah berubah menjadi seten kuat/iblis! Ini arwah bunuh diri yang memedam kebencian, mereka harusnya membutuhkan penjelasan (Dharma) dan menetralisir kebencian tersebut.
十八、自殺傾向受到抑制而發展至晚期,可以依次出現下列的三個症狀:出現瘋狂及不可理喻的行為、腦部功能出現嚴重退化及身體的健康嚴重惡化。嚴重者會出現精神不振,記憶力下降,(但記憶力不會消失),沒有任何生存的意志,亦沒有任何生活的樂趣。包括不願意運動或散步,亦不願意逛街。(有時會出現腦部一片空白或腦部運作接近全部停止的短暫現象。甚至是腦部功能出現損壞的感覺,或許是腦部功能永久損壞的感覺。)
Kecenderungan mau bunuh diri mendapatkan pencegahan tetapi niat terus berkelanjut lagi berkembang terus mau bunuh diri sampai masa tua, karena kondisi begini dapat memunculkan 3 jenis penyakit: penampilkan penyakit gila sampai tidak dipahami metafora dan tindakannnya, kemampuan otaknya memudar dratis, juga kesehatan tubuhnya memburuk. Semangatnya mengendor dengan serius, ingatannya turun melemah, (tetapi ingatannya tidak bisa hilang), tidak ada lagi pikiran untuk memenuhi kebutuhan hidup, juga tidak ada lagi ketertarikan untuk hidup, termasuk tidak suka aktivitas oleh raga atau jalan–jalan, juga tidak mau lagi belanja.(kadang kala otaknya terasa hanya kosong, atau mendekati hampir semua berhenti bekerja, parahnya otaknya terasa cenderung merusak, atau otaknya selamanya terasa sudah tidak berfungsi.)
十九、有自殺經驗的人說:自殺是一件極為困難的事。在自殺前,會有一番或多次的心理掙扎,極為痛苦及困難。因此,自殺成功的人通常很容易被厲鬼攝持。而經過第一次自殺成功後,靈魂會對自殺產生極大的恐懼及厭惡,甚至在投胎後會重覆做自殺前後的行為與反應。所以自殺極不可取。
Ada pengalaman orang yang bunuh diri berkata: bunuh diri adalah satu hal urusan sulit, sebelum bunuh diri, pasti ada satu kali atau banyak kali perjuangan psikologis, terasa sungguh derita dan sulit. Oleh sebab itu, berhasil bunuh diri umumnya mudah ditangkap oleh setan kuat/iblis, bunuh diri yang berhasil sekali saja, energy kesadaran/rohnya terhadap bunuh dirinya sendiri memunculkan ketakutan besar dan merasa jijik. Sampai ia berada dirahim ibunya akan mengulang untuk tindakan dan keinginan bunuh diri sebelum dan sesudah dilahirkan. Karena itu bunuh diri itu sangat tidak diinginkan.
二十、根據一些有經驗的喇嘛的說法,如果自殺是定業,特別是因上吊自殺而死的定業,在閻羅王那裡會有“縊死簿”,記錄某人的姓名、出生時辰八字、父母的姓名、出生地及籍貫等,但懺悔及多作善事可以轉變定業。業障太重及煩惱太重的人才會自殺。
Menurut beberapa pengalaman ucapan para Lhama, bila bunuh diri adalah karma ketetapan, khususnya karma ketetapan sebab gantung diri hingga mati, di saat Giam Lo Ong (Dewa Yama) ada buku kematian, mencatat siapa orangnya, marga dan namanya, saat kelahiran dan Pa Ce (jejek kehidupan), nama ayah ibunya, tempat lahir dan asal suku dan lain-lainnya. Tetapi melakukan pertobatan dan banyak melakukan perbuatan bajik dapat merubah karma ketetapan. Orang yang memiliki karma rintangan yang berat atau kegalauannya yang berat baru bisa bunuh diri.
二十一、很多西藏密宗的仁波切對自殺有很透徹的了解。他們指出,自殺的人在第一次自殺成功後,在往後的輪迴中生生世世皆有自殺的可能,後果非常可悲。所以,所有密宗的出家人通常在聽到有人說自殺後,會立即為這種人向佛菩薩祈禱,特別向觀世音菩薩或地藏王菩薩祈禱。同時,他們亦會立即向他們的喇嘛請教。
Banyak Tibetan Rinpoche terhadap Bunuh diri sangat jelas memahami. Mereka menunjukkan, orang yang bunuh diri sekali dan berhasil, setelahnya saat tumimbal lahir dibanyak kelahiran dan di alam lain bisa saja mengulang tindakan bunuh diri. Akibatnya kemudian sungguh menyedihkan. Sebab itu, semua Sramana Trantrayana umumnya dengar ada orang berkata ada yang bunuh diri, akan ambil tindakan memohon kepada Buddha dan Bodhisattva untuk orang tersebut, khususnya tertuju memohon kepada Avalokitesvara Bodhisttva atau Ksitigarbha Bodhisattva, saat bersamaan mereka akan juga memohon petunjuk kepada Lhama.
二十二、根據密宗的說法,自殺的主要原因有兩個。第一個原因是來自自力,是企圖自殺者的多生多世的業力及習氣所支配,亦受企圖自殺者的個人選擇影響。所以密宗稱自殺的選擇為自殺魔,實際上是自心的幻覺的投射。第二個原因是他力,即是企圖自殺者的多生多世的冤親債主的報復的念頭所致。
Menurut ajaran Trantrayana, bunuh diri sebab utamanya ada dua. Pertama, sebabnya adalah kekuatan karma sendiri, di dominasi kekuatan karma dan tabiat pelaku akan melakukan banyak bunuh diri di banyak kelahiran dan di banyak dunia, pengaruh dari tindakan jejak awal bunuh diri. Karena itu Trantrayana menyebut bunuh diri adalah pilihan menjadi ‘Iblis bunuh diri’, Nyatanya adalah proyeksi hati sendiri yang memunculkan kesadaran ilusi. Yang kedua disebabkan kekuatan dari makhluk lain. Adalah dorongan bunuh diri yang dilakukan penagih hutang (yen ching cai cu) untuk balas dendam yang mempengaruhi jalan pikirannya.
二十三、西藏密宗清楚說明,意外死亡及自殺的人在死後不會經歷法性中陰的階段。意外死亡的人在死後的中陰階段還可以有前世回憶,但自殺成功的亡魂的瀕死經驗極為不好,會幾乎失去中陰身的大部分功能。
Tibetan Trantrayana dengan jelaskan menerangkan, Orang yang mati yang disebabkan tidak terduga (bencana) dan bunuh diri setelahnya tidak akan mendapatkan badan medio fase tingkatkan mencapai Dharmata. Mati karena bencana setelahnya tahapan melalui badan medio bisa ada kenangan. Tetapi berhasil bunuh diri punya arwah pengalaman nya tidak baik, bisa kehilangan sebagian besar kemampuan badan medio.
二十四、根據多次自殺不遂者的多次接近自殺的經驗,證實自殺的人很容易患上精神病。與自殺關係比較密切的精神病包括憂鬱症、妄想症及躁鬱症等Depression, delusional disorders and bipolar disorder。而且自殺成功後,會發生什麼事?絕對沒有人知道。即使釋迦牟尼佛或上帝亦無法預知自殺的後果。可見自殺的可怕!
Menurut beberapa kali orang bunuh diri tidak tercapai maksudmya dan beberapa orang mendekati bunuh diri punya pengalaman, dikonfirmasikan orang yang berniat bunuh diri mudah mengidap penyakit jiwa. Juga perbandingan urusan bunuh diri penuh rahasia mengalami sakit jiwa termasuk penyakit/gangguan depresi, penyakit khayalan tinggi/delusi dan penyakit Bipolar (seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrem dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis) dan lain-lainnya, selain itu berhasil bunuh diri akan muncul masalah apa? pasti tidak ada orang yang tahu. Sampai Sakyamuni Buddha atau Raja Dewa juga tidak tahu persis akibat bunuh diri. Terlihat bunuh diri adalah menakutkan!
二十五、自殺是一件非常痛苦的事。自殺成功的亡魂會在死後或自殺成功後,立即感受無限的痛苦。即使自殺不遂,亦可以在仍然在生時感受一些自殺帶來的無限痛苦。由此即能體會到,自殺是一件非常痛苦的事。智者應該知道:無論任何理由,不應該自殺。
Bunuh diri adalah satu hal urusan yang membuat derita, berhasil bunuh diri punya energy kesadaran (arwah) setelah mati atau setelah bunuh diri berhasil, seketika akan menerima derita yang tidak terbatas. Bila bunuh diri tidak tercapai juga secara natural selama hidup menerima pengaruh mau bunuh diri yang berakibat penderitaan yang tidak terbatas. Kita harus mampu menyadari, bunuh diri adalah sesuatu urusan yang membuat sangat derita, para bijaksana harusnya mengetahui: apapun alasannya, tidak seharusnya bunuh diri.
二十六、另外,若不是真的下定決心自殺,不可以隨便說出以自殺來恐嚇別人的話。以自殺來恐嚇別人是有極大的罪過的。另外,自殺容易產生及累積很多很多負面的情緒。這解釋了憂鬱症患者的自殺率較高的原因。而自殺亦會造成思想嚴重混亂。
Selain itu, bilamana tidak serius memastikan hati untuk bunuh diri, tidak boleh sembarangan ngomong mau bunuh diri yang membuat orang ketakutan dan mengintimidasi. Bunuh diri untuk menakutkan/mengancam orang lain adalah dosa berat. Selain itu bunuh diri mudah memunculkan kumulatif banyak sekali emosi negatif. Penjelasan ini ditujukan untuk penyakit kekhawatiran yang berlebihan penyakit tingkat tinggi. Sementara itu bunuh diri dapat ciptakan pikiran mengalamai kebingungan yang parah.
二十七、根松成林嘉才仁波切在討論〔自殺必墮〕的談話中特別指出,自殺成功的亡識在中陰階段亦會多次重覆生前自殺的行為,在七七四十九天內很難超度。如果密宗修行者自殺,則他在七七四十九天內不得超度,必墮金剛地獄。
Rinpoche Ken Sung Chen Lim Cia Chai saat diskusi (Bunuh diri pasti terjatuh) saat bicarkan khusus mengeluarkan ucapan, bunuh diri yang berhasil punya roh di saat tubuh antara (medio badan) punya fase bisa berulang kali hidup dan lakukan tindakan bunuh diri, selama 49 hari sangat sulit untuk lakukan upacara Chau Tu (upaya penyeberangan). Bila mana praktisi Trantrayana bunuh diri, ia selama 49 hari tidak bisa lakukan chautu, pasti terjatuh di Neraka Vajra.
二十八、無論如何,自殺會造成靈魂無法任意投胎,一定會進入枉死城受苦。對此密宗亦無能為力。故此,自殺在密宗是最大的禁忌。換言之,無論用任何理由,自殺的人一定不會有憑願力任意投胎的自由。
Terlepas dari apapun dan bagaimanapun, bunuh diri menciptakan rohnya tiada jalan untuk dilahirkan kembali, pasti memasuki kota kematian gila menerima penderitaan. Terhadap trantrayana juga tidak ada kemampuan dan kekuatan untuk menolongnya. Karena itu bunuh diri di dalam Trantrayana adalah pelarangan terbesar. Dengan kata lain, terlepas apapun alibi atau alasan apapun, orang yang bunuh diri pasti tidak dapat menggantungkan harapan dan kekuatan untuk dilahirkan secara bebas.
二十九、自殺的人不一定有精神病,但患上精神病的人比較容易產生自殺的念頭。特別是患上下列四種精神病的人比較容易傾向自殺,即憂鬱症、妄想症、躁鬱症及精神分裂症。
Orang yang bunuh diri belum tentu ada penyakit kejiwaan, tetapi orang yang mengidap penyakit jiwa umumnya mudah memunculkan pikiran bunuh diri, khusunya 4 jenis penyakit kejiwaan kiranya mudah dan punya kecenderungan untuk bunuh diri, seperti penyakit depresi, penyakit khayalan tinggi/delusi, penyakit bipolar /suasana hati yang terus berubah-ubah dan penyakit jiwa yang terbelah/kacau.
三十、對付自殺的問題,家人的幫助極具關鍵性。而宗教信仰亦扮演關鍵性的角色。但家人亦會因身邊的人的自殺傾向飽受精神上的困擾及痛苦。
Berurusan dengan masalah bunuh diri. Keluarga membantu sangat kritis. Juga keyakinan agama juga mainkan peran penting dan vital, tetapi keluarga juga disebabkan orang yang dekat lakukan bunuh diri mempunyai kecenderungan ikut bermasalah dan derita.
三十一、百分之九十五的自殺者是往往帶有極大的怨氣而自殺,或者是前世曾經自殺,所以自殺後的亡魂很容易變成厲鬼,亦容易為厲鬼所攝持。
95 dari 100 orang yang lakukan bunuh diri seringkali membawa kebencian yang besar lakukan bunuh diri, atau masa lampau pernah bunuh diri, karena itu setelah bunuh diri rohnya mudah berubah menjadi setan kuat/iblis, juga mudah ditangkap oleh setan kuat/iblis (dijadikan budaknya).
三十二、自殺會嚴重破壞業力的運作,所以自殺是所有宗教的最大的禁忌。如果自殺是帶有報復的因素的話,會令業力的運作變得非常複雜,而且產生很多不確定的因素。
Bunuh diri dapat merusak karma secara serius, karena itu bunuh diri semua agama melarangnya yang paling utama, jika bunuh diri membawa factor-faktor pembalasan sehingga kekuatan karma sangatlah rumit, selain itu memunculkan factor-faktor tidak kepastian.
三十三、總之,自殺會導致短命多病(短壽多病)及命運坎坷之報,甚至會導致盲聾瘖啞之報。另外,自殺亦會招致後世名聲及形象不佳,容易受人誹謗之報。這些是自殺的餘報。
Akhirnya, sebab bunuh diri menyebabkan usia pendek dan banyak penyakit (untuk kelahiran-kelahiran selanjutnya) dan balasan mendapatkan nasib yang buruk, terlebih menyebabkan balasan mata buta, telinga tuli dan mulut gagu, selain itu bunuh diri menciptakan kehidupan selanjutnya nama dan wajah buruk, mudah menerima akibat penghinaan/pelecehan.
三十四、一般而言,普通的修行人最多只有百分之三十的自由選擇輪迴的能力與機會,其餘百分之七十皆是受無始以來多生多世累積的無量的業力支配。密宗亦無法改變這種規律。多數修行人只有百分之二十的自由選擇輪迴的能力。一個很少修行的眾生的自由選擇輪迴的能力更加只有百分之十。如果選擇自殺的話,這個人會立即完全喪失任何自由選擇輪迴的能力與機會,任由猛烈的業力推動,不由自主。
Secara umumnya dikatakan, praktisi biasa paling banyak diantara 100 ada tiga puluh ada kekuatan memilih kehidupan selanjutnya. Selainnya diantara 100 ada tujuh puluh yang menerima kekuatan karma sejak tiada awal mengalami kelahiran yang di cengkeram sesuai karmanya. Trantrayana juga tiada jalan untuk merubah regulasi (hukum tata tertib sebab akibat). Kebanyakan praktisi hanya ada 20 diantara seratus yang punya kemampuan memilih kelahiran selanjutnya. Sangat sedikit praktisi yang malas berlatih punya keluasaan memilih kelahiran selanjutnya dan memiliki kesempatan. Karena dorongan karma hanya 10 saja. Bila memilih bunuh diri maka orang ini sepenuhnya kehilangan kesempatan dan kemampuan untuk memilih kelahiran selanjutnya, dicengkeram oleh kekuatan karmanya tidak bisa jadi penentu.
三十五、自殺者在臨終時很容易產生一種恐懼,一旦自殺,會立刻失去今世及前幾世的一切擁有。因此自殺是十分不值得的。要避免自殺,只有一個方法,通過大乘菩薩道的方法,登上初地見道,登上初地歡喜地後,就開始不受輪迴的束縛。換言之,自殺者是不能任意輪迴投胎的,只會在死後白白在枉死城受苦。
Pelaku bunuh diri saat meninggal dunia mudah memunculkan semacam ketakutan, satu kali bunuh diri seketika kehilangan sekarang atau masa lalu semua yang ada. Sebab itu bunuh diri itu benar-benar tidak sepadan. Mau terhindar bunuh diri, hanya ada satu cara, harus melalui Mahayana Bodhisattvayana punya cara, mencapai tingakatan dasar Bhumika Bodhisattva menampakkan kesucian. Bila mencapai tingkat awal Dasa Bhumika Huansi tingkatan kegembiraan kemudian. Maka mulai tidak menerima jeratan tumimbal lahir. Dengan kata lain, pelaku bunuh diri tidak bisa sewenang wenang menentukan kelahiran selanjutnya, hanya setelah mati pasrah berada dalam kota mati konyol untuk menerima penderitaan.
三十六、選擇自殺成功的佛教密宗弟子在死後的亡識只有兩種可能的結果,一是立即墮落地獄。在墮落地獄前,進入枉死城中受苦。另一是獲得超度,往生淨土,擺脫輪迴。但自殺的亡魂獲得成功超度的比例很少很少,墮落地獄的人佔大多數,或者說佔百分之九十以上。密宗的上師不會隨便幫自殺的人超度,因為密宗也非常強調因果。自殺是最恐怖的橫死。
Memilih bunuh diri dan berhasil dilakukan oleh siswa Buddhis praktisi Tantrayana punya kesadaran hanya ada dua macam kemungkinan akibatnya. Satu segera terjatuh ke neraka, memasuki kota mati konyol menerima derita. Yang lain adalah untuk mendapatkan bantuan penyeberangan, untuk dilahirkan ke Tanah Suci, untuk menyingkirkan siklus tumimbal lahir. Tetapi energy kesadaran orang yang bunuh yang berhasil diseberangkan sangatlah sedikit. Yang terjatuh ke neraka mayoritas banyak, atau mayoritas sembilan puluh persen ke atas. Guru Tinggi Trantrayana sekalipun tidak boleh sembarangan bikin upacara chautu untuk bantu orang yang bunuh diri. Disebabkan Trantrayana menekankan kepada sebab akibat. Kematian akibat Bunuh diri adalah paling mengerikan.
三十七、據有宿命通的金剛喇嘛說,一般人自殺會灰滅幾千劫的修行資糧,大約是五千劫至二萬劫的修行資糧。而自殺亦會損失五百世人身,很容易墮落地獄,亦很容易墮落魔道,在很長的時間內很難有真正的修行的機會.
Menurut Vajra Lhama yang memiliki kegaiban mengetahui kehidupan masa lampau berkata, sebagian orang yang bunuh diri bisa menghancurkan ribuan kalpa sumber daya membina diri. Sekitar 5 ribu kalpa sampai 20 ribu kalpa sumber daya membina diri. Juga bunuh diri bisa kehilangan 500 kelahiran tubuh manusia. Sangat mudah masuk ke neraka, juga sangat mudah terjatuh ke alam Mara/iblis. Butuh waktu yang lama sekali dan sulit sekali punya kesempatan untuk membina diri.
Bolehkah Arya Bhikkhu Lakukan Bunuh diri?
Ada beberapa kejadian yang tercantum dalam Sutta-Pitaka tentang para Ariya (orang yang mencapai salah satu dari keempat tingkat kesucian /pembebasan) yang bunuh diri karena berbagai sebab dan mereka melakukannya karena menderita sakit yang berkepanjangan dan tidak mau menyusahkan orang lain yang merawat mereka.
Terdapat tiga sutta di mana penggunaan pisau (sattha maharesi) sebagai alat bunuh diri secara eksplisit tercantum, yakni yang dilakukan oleh:
Godhika Thera (Godhika Sutta dalam Samyutta Nikâya dan Ulasan Dhammapada),
Vakkhali Thera ( Kisah Bhikkhu Vakkhali dalam Samyutta Nikaya), dan
Channa Thera (mantan kusir Pangeran Siddhattha Gotama).
Di antara Ariya-Ariya yang bunuh diri itu ada yang telah mencapai Pembebasan Sempurna[Arahat], dan yang lainnya telah mencapai salah satu dari ketiga tingkat pembebasan di bawah Arahat, dan mencapai Pembebasan Sempurna tepat ketika pisau menggorok leher mereka.
Tidak sekalipun Sang Buddha mencela perbuatan ketiga Ariya yang bunuh diri itu. Pada kasus Godhika Thera, Sang Buddha tidak mengucapkan suatu penilaian pun. Pada kasus Vakkali Thera, Sang Buddha malah mengucapkan sesuatu yang positif berkaitan dengan akibat perbuatan bunuh diri itu, sekalipun secara moralistik tidak membenarkan atau pun menyalahkan tindakan itu sendiri. Sang Buddha berkata bahwa kematian Vakkali bukanlah sesuatu yang ‘buruk’ (apapika). Pada kasus Channa Thera, Sang Buddha malah menyatakan bahwa tindakan Channa Thera “tidak tercela” (anupavajja).
Hal ini dinyatakan Sang Buddha sebagai tidak tercela apabila atas dasar: Bahwa Bhikkhu itu telah menjadi Arahat, yang telah bebas dari Lobha, Dosa dan Moha. Atau secara pasti akan menjadi Arahat sebelum kematiannya, dan bunuh diri dengan dasar-dasar tersebut hanyalah untuk mengakhiri penyakit yang tak tersembuhkan!
Bila tidak berdasarkan hal-hal tersebut, maka pengambilan nyawa manusia atau anjuran untuk mati, merupakan salah satu dari empat kekalahan atau pelanggaran besar, yang mengakibatkan pengeluaran dari Sangha untuk selamanya (tiga yang lainnya adalah; Pencurian, Sanggama dan sengaja mengeluarkan pernyataan palsu tentang pencapaian batiniah ).
化解自殺的咒語, Mantra Kata Untuk Menetralisir Niat Bunuh Diri
(Menghindari Ajakan Setan/Iblis untuk Lakukan Bunuh Diri):
“大千世界,无挂无碍。自去自来,自由自在。要生便生,莫找替代。
Ta Chien She Cie, Wu Kua Wu Ai, Ce Chi Ce Lai, Ce Yu Ce Cai. Yao Sen Pien Sen, Mo Cau Thi Tai.
Artinya: Dunia Maha Chillicosmos, tiada risau tiada rintangan, sendiri datang sendiri pergi, sendiri bebas sendiri leluasa, mau lahir mudah dilahirkan, jangan mencari pengganti lain (generasi selanjutnya)
Sadarilah Kondisi Kehidupan dan Bijaksanalah Mengisi Kehidupan
Hidup ini sederhana, yang rumit itu cara kita berpikir yang penuh dengan rencana. Ubahlah cara berpikir kita, agar hidup tidak rumit dan menjadi sederhana.
Hidup itu murah, yang mahal itu gengsi kita. Jadi jangan turuti gengsi kita, karena bisa menjerumuskan kita.
Hidup itu indah, yang semerawut itu pola pikir kita, jadi tata dan bentuk hati kita untuk selalu berpikir positif dan bermanfaat.
Hidup bukan hanya mencari dan menuntut segalanya yang terbaik, namun lebih utamakan senang berbuat baik dan dapat menerima kenyataan.
Memenuhi kebutuhan hidup itu mudah, yang sulit itu memenuhi variasi keinginan kita. Kebutuhan hidup kita sedikit, tapi keserakahan kita terlalu banyak.
Memang benar hidup tanpa harta akan membuat tubuh jiwa kita menderita, tapi jika kita hidup hanya mengejar harta, tubuh jiwa kita yang menderita.
Sebab rejeki itu pasti cukup untuk hidup tapi tidak pernah cukup untuk gaya hidup.
Orang bodoh selalu menunggu kesempatan; Orang pintar mencari kesempatan; Orang bijaksana menciptakan kesempatan.
Saat hidup bila berjodoh dengan seseorang, jalin dan curahkan kasih, saling berbagi dengan penuh pengertian; Bila jodohnya berakhir relakanlah ia pergi jangan melekat dan pedih berkepanjangan. Belajarlah jadi orang yang tegar penuh kebijaksanaan. Karena realitanya semuanya tidaklah kekal dan tidak bisa dimiliki untuk selamanya.
Cobalah untuk selalu ingat, jika kita susah, ada lagi yang lebih susah dari kita. Jika kita miskin, ada lagi yang lebih miskin dari kita. Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki, orang bijak mudah puas dengan bagaimanapun kondisinya.
Hidup lebih indah dengan tawa ceria daripada suka berkeluh kesah; Hidup lebih indah dengan banyak kawan daripada lawan; Hidup lebih indah dengan saling memberi manfaat, bukan saling memanfaatkan; Saling hormat, bukan saling sikat; Saling mengalah bukan saling mengalahkan; Saling mendukung bukan saling menikung; Saling memuji, bukan saling memaki, apalagi menyulut emosi.
Roda terus berputar kawan tidak selamanya di atas. Janganlah berpuas diri dan sombong diri dengan apa yang sudah dimiliki, melainkan senantiasa rendah hati tidak suka pamer.
Hidup ini ada batasnya, lakukan lah hal yang pantas, yang buakn hak kita, jangan kita rampas. Karena akibatnya nanti, kita yang terhempas.
Jika kita sedang di bawah, jangan mudah frustasi apalagi rendah diri. Cepatlah koreksi diri, carilah solusi dan mawas diri.
Sahabat yang membanggakan, bukalah mata dan pintu hati. Marilah kita lebih mengerti bahwa nama, harta dan tahta tidak bisa kita bawa mati. Di dunia ini tidak ada kesenangan sejati, melainkan semua yang berkondisi timbul lenyap silih berganti. Kembangkanlah kebijaksanaan, perjuangkan pembebasan mutlak dari siklus tumimbal lahirb untuk mengakhiri lautan derita.
Akhir kata, banyaklah bersyukur apapun kondisinya, kembangkanlah hati Buddha dan potensi Kebuddhaan. Sehingga hidup kita sekarang senang matipun tenang.
Penutup: Demikan artikel Bunuh diri ini dibuat dan dirangkum dari berbagai sumber, maksud dan tujuannya adalah untuk informasi dan edukasi mengembangkan kesadaran dan kebijaksanaan umat manusia agar menghindari dan mencegah bunuh diri, sekaligus mengetahui resiko dan bahayanya tindakan bunuh diri. Semoga artikel ini bermanfaat dan disebarkan ke segenap penjuru, agar siapapun yang berniat dan berencana bunuh diri dapat menghindari atau membatalkan niat dan tindakan bunuh diri. Akhir kata semoga semua makhluk berbahagia, svaha. Amituofo.
Daftar Referensi:
• Who: Angka bunuh diri di Indonesia capai 10,000 pertahun; Oleh: Herman
• 6 Negara dengan Angka Bunuh Diri Tertinggi 2017; Karmin Winarta
• Bunuh diri; Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
• Ini 5 Musisi Dunia yang Meninggal karena Bunuh Diri Tahun 2017; lia faiqotul muniroh
• PANDANGAN AGAMA TERHADAP BUNUH DIRI DALAM PERSPEKTIF AGAMA DI INDONESIA (NI PUTU WINDA NOPITA SARI)