Ringkasan Mengenai Cara untuk Merealisasi Jalan Mahayana

(A Summary of the Means for Accomplishing the Mahayana Path)
Skt. Mahayana-patha-sadhana-varna-samgraha Tib. Theg-pa-chen-po-lam-gyi-sgrub-thabs-yi-ger-bsdus-pa

Sujud kepada para Buddha dan Bodhisattva

  1. Engkau yang ingin mencapai Penggugahan Tertinggi,
    Yang memiliki segala keagungan tak terbayangkan,
    Praktik yang menghasilkan Penggugahan adalah tanggung jawabmu sendiri.
    Arahkan segenap energimu pada esensi dari praktik.
  2. Kita telah memperoleh kelahiran sebagai manusia,
    Dilengkapi kebebasan spiritual, suatu kesempatan yang amat langka.
    Setelah hidup ini berakhir, tak mudah mendapatkan kesempatan seperti ini lagi.
    Berjuanglah dalam praktik spiritual dan buatlah hidup ini berarti.
  3. Buddha telah hadir, Sangha tumbuh,
    Kita telah memperoleh kelahiran langka sebagai manusia
    Dan bertemu para guru spiritual.
    Jangan sia-siakan kesempatan ini.
  4. Bagaikan lilin dalam angin badai.
    Tiada yang dapat diandalkan dalam hidup ini.
    Praktikkan ajaran dengan sungguh-sungguh,
    Seolah-olah kepala atau badanmu sedang terbakar.
  5. Semua hal baik yang ada
    Di alam ini maupun alam lainnya
    Timbul dari daya praktik.
    Para bijaksana yang senantiasa menjadikan praktik sebagai aktivitas utama mereka
    Mengalami kebahagiaan di sini dan di masa mendatang.
    Siapakah di antara para bijaksana yang meragukan hal ini?
    Oleh karena itu, sangatlah tepat mereka yang tanggap dan peka
    Menjalankan esensi dari praktik.
  6. Orang-orang yang lemah dalam praktik,
    Yang mencengkeram pada objek indrawi,
    Sangat jauh dari pencapaian spiritual
    Di kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.
  7. Terbelenggu oleh delusi dan tersiksa
    Oleh berbagai duhkha dari samsara,
    Para makhluk yang tak berdaya telah mengalami setiap jenis duhkha dari samsara
    Dan tidak mengalami kebahagiaan sejati.
  8. Oleh karena itu, para bijaksana menghindari
    Keterikatan pada objek indrawi.
    Dan menjadikan praktik spiritual sebagai tujuan utama mereka.
  9. Agar terbebas dari keterikatan,
    Kontemplasikan kerugian-kerugian dari raga (ketertarikan),
    Seperti dijelaskan dalam berbagai kitab ajaran.
    Jagalah agar pikiran senantiasa jernih.
  10. Efek negatif dari memanjakan keinginan indrawi
    Adalah serupa dangan efek dari meminum racun.
    Non-Dharma, sebab duhkha,
    Menyebar bagaikan rumput yang terbakar.
  11. Mengejar keinginan tak dapat membawa kepuasan,
    Seperti halnya orang haus tak dapat terpuaskan dahaganya
    Dengan air bercampur garam.
    Buddha sendiri mengatakan demikian.
  12. Mengejar keinginan membawa bahaya yang tidak perlu,
    Seperti memetik buah dari puncak pohon
    Yang sesungguhnya bisa dipetik dari cabang yang lebih rendah
    Bahkan tak perlu meninggalkan pijakan tanah.
  13. Orang-orang yang belum matang secara spiritual,
    Dikarenakan obsesi yang terus-menerus terhadap objek indrawi,
    Menghancurkan diri mereka sendiri.
    Ketahuilah bahwa keterikatan membawa segala kerugian.
  14. Fungsi dari keterikatan adalah menimbulkan duhkha.
    Sejak masa tak berawal, kita telah mengembara
    Dalam samsara karena keterikatan.
  15. Sungai yang meluap karena keterikatan
    Membawa kita berputar-putar dalam roda samsara.
    Semua kekeliruan bersumber dari ini.
  16. Keterikatan merugikan kita di semua kehidupan.
    Keterikatan merugikan kita di masa lalu,
    Akan merugikan kita di masa mendatang
    Dan juga merugikan kita sekarang.
  17. Kontemplasikan terus-menerus mengenai fakta tersebut,
    Melihat diri sebagai tahanan
    Di penjara bawah tanah dari samsara,
    Dengan demikian, melihat dengan jelas sifat samsara.
  18. Memikirkan sulitnya hidup terpenjara,
    Narapidana menyesali tindakan kelirunya.
    Bulatkan tekad untuk mengentaskan diri dari samsara.
    Ketika seorang narapidana melihat kesempatan
    Untuk bebas dari keadaan yang tidak bahagia,
    Ia akan menggunakan kesempatan itu dan mengentaskan diri,
    Tak seperti mereka yang terlena dalam kehidupan.
  19. Sekarang kita memiliki kesempatan
    Untuk menyeberang samudra luas samsara.
    Janganlah seperti kebanyakan orang,
    Mulailah jalan spiritual dengan penuh semangat
    Tinggalkan (keterikatan terhadap) kehidupan duniawi.
  20. Wahai para praktisi yang sungguh-sungguh dan
    Bertekad untuk mengakhiri duhkha samsara demi diri sendiri dan makhluk lain,
    Hindari keterikatan seperti (menempatkan tangan dalam) api.
    Bukankah lebih bijaksana menjadikan
    Praktik Dharma sebagai tujuan utamamu?
  21. Orang-orang yang ingin merealisasi marga spiritual
    Seyogianya menjadikan Dharma sebagai landasan.
    Pertama-tama mereka mengandalkan Triratna
    Kemudian menjalankan berbagai praktik (shiksa).
    Setelah itu mereka menjalankan enam smrti.
  22. Seorang praktisi Buddhis hendaknya senantiasa mengontemplasikan
    Tak terbatasnya kualitas-kualitas Kebuddhaan.
    Ini membuat upaya spiritual menjadi kokoh
    Dan memperkuat keyakinan, yang merupakan landasan dari Dharma.
  23. Tetesan embun di atas rumput tak akan bertahan lama.
    Oleh karena itu, orang bijaksana tak pernah melakukan
    Tindakan negatif demi mendapatkan manfaat di kehidupan ini yang singkat;
    Karena tindakan negatif mengakibatkan penderitaan
    Terlahir di alam-alam rendah.
  24. Jagalah sepuluh sila dengan murni
    Dan jalankan berbagai tahap praktik Pratimoksha
    Sesuai dengan kapasitasmu sendiri.
  25. Sumber kekayaan spiritual dari kesucian
    Adalah pembelajaran dan praktik.
    Inilah kekayaan yang patut diperjuangkan.
  26. Dan landasannya selalu sila.
    Ketika sila kita merosot,
    Nilai dari pembelajaran juga merosot
    Dan tak diragukan lagi berakibat penyesalan.
    Untuk menghindari hal ini, hancurkanlah kesombongan
    Dan jalankan nasihat para guru spiritual.
  27. Mereka yang ingin menyelami praktik Mahayana
    Seyogianya berupaya menumbuhkembangkan Bodhicitta,
    Bahkan jika diperlukan banyaknya kelahiran selama satu kalpa;
    Bodhicitta adalah bagaikan mentari dan rembulan
    Yang menerangi kegelapan dan menghilangkan penderitaan.
    Pertama-tama bangkitkan Bodhicitta,
    Kemudian tumbuhkembangkan, hingga sekokoh Gunung Meru.
  28. Mereka yang ingin mengembangkan dan mempraktikkan Bodhicitta
    Seyogianya dengan tekun mengontemplasikan
    Empat apramana, di antaranya maitri dan sebagainya.
    Seyogianya mereka menghindari ketertarikan dan penolakan
    Serta mengikuti upacara untuk mengambil sila (Bodhisattva).
  29. Orang-orang yang membiarkan kewaspadaan mengendur,
    Akan melihat seluruh praktik Dharma mereka merosot.
    Praktikkanlah kewaspadaan sebagai yoga terdalam.
  30. Bagaikan orang tua yang menjaga anak tunggalnya,
    Bagaikan seseorang yang bermata satu menjaga matanya dengan hati-hati,
    Bagaikan orang bepergian yang menjaga pemandunya
    Dan bagaikan buah dari pohon obat,
    Jagalah pikiran dengan waspada.
  31. Bodhicitta adalah landasan dari Penggugahan.
    Aktivitas luar biasa para Bodhisattva
    Yang gagah berani (tak gentar)
    Semuanya muncul dari kekuatan Bodhicitta.
  32. Bila kita tidak memiliki Bodhicitta,
    Bahkan jika kita mempraktikkan keenam Paramita, mulai dari Dana hingga Prajna,
    Praktik tersebut tak dapat disebut Paramita,
    Karena tidak kokoh landasannya.
  33. Ini seperti seorang Shravaka
    Atau Pratyekabuddha yang mempraktikkan enam Paramita.
    Itu tak akan menghasilkan tekad Mahayana
    Yang menghasilkan semua kebaikan.
  34. Seseorang mungkin dapat memasuki samadhi yang tak terhitung
    Dan mencapai dhyana dari empat alam Rupadhatu dan Arupadhatu;
    Namun ini tak akan menghasilkan daya
    Untuk menyeberang lautan samsara.
  35. Mengandalkan Bodhicitta sebagai kereta,
    Senantiasa pecutlah kuda dengan cambuk pengingat kematian.
    Bergegaslah melampaui teror duniawi
    Dan berupayalah mencapai keadaan Kebuddhaan yang tak gentar.
  36. Senantiasa bersemayam dalam andalan Triratna,
    Sila dan aspirasi spiritual,
    Ambillah sila Bodhisattva
    Dan secara bertahap sesuai kapasitasmu, berupayalah
    Menjalankan semua praktik Bodhisattva,
    Misalnya enam Paramita.
  37. Bacalah sutra-sutra yang membahas sepak terjang Bodhisattva
    Dan pelajarilah ulasan-ulasannya (shastra).
    Jangan pernah berpuas diri dengan ajaran (yang telah didapat)
    Senantiasa belajarlah lebih:
    Inilah sumber segala kemajuan,
    Bagaikan samudra di mana semua sungai bermuara
    Dan menjadi lahan harta.
  38. Semua kitab ajaran agung memuji
    Pengandalan guru spiritual dengan baik.
    Seperti lautan berkumpulnya seluruh air yang ada di dunia,
    Semua kualitas baik terhimpun dengan mengandalkan jalan (spiritual) tersebut.
  39. Mahirlah dalam praktik-praktik Bodhisattva;
    Miliki keyakinan yang kokoh pada kesempurnaan
    Sepak terjang Bodhisattva yang menakjubkan.
  40. Praktikkan kewaspadaan, smrti dan samprajnanya
    Untuk menjaga agar pikiran tetap jernih dan
    Untuk menanggulangi pengaruh klesha
    Yang mengalir begitu deras dalam pikiran kita.
  41. Senantiasa endapkan pikiran dalam kontemplasi
    Mengenai ajaran-ajaran Penggugahan.
    Para Jinaputra yang mempraktikkan demikian
    Tak pernah mengalami kemunduran dalam praktik.
  42. Semua aktivitas tubuh, ucapan dan pikiran
    Harus terintegrasi dengan ajaran-ajaran Guru
    Dan ajaran-ajaran sutra Mahayana.
    Jadikanlah Dharma sebagai pedoman utamamu.
  43. Hindari apa pun yang bertentangan dengan Dharma
    Dan lakukanlah apa yang selaras dengan Dharma.
    Mereka yang cerdas, yang menjadikan praktik Dharma aktivitas utama,
    Adalah orang-orang yang benar-benar jaya, ksatria sejati.
    Tanpa diragukan, mereka akan mengalami kebahagiaan
    Dalam kehidupan ini dan kehidupan berikutnya.
  44. Kurangi menghabiskan waktu dengan orang-orang
    Yang tak tertarik pada ajaran spiritual,
    Dan tinggalkan cara-cara duniawi.
    Jalani hidup yang tenang dalam penyendirian,
    Berupayalah dalam berbagai praktik
    Berdasarkan samadhi dan sila.
    Jangan iri pada cara hidup duniawi.
  45. Jangan melihat kesalahan orang lain;
    Sebaliknya, perhatikan kesalahan diri sendiri.
    Selain itu, para bijaksana meninggalkan jauh
    Kebiasaan berbicara kasar atau menyakitkan pada orang lain.
  46. Para Jinaputra yang mempraktikkan demikian
    Akan memperoleh kebahagiaan sebelum akhir waktu:
    Ini diutarakan oleh Buddha sendiri.
  47. Memandang rendah, meremehkan dan merendahkan orang lain
    Semuanya adalah sikap yang menyebabkan kemerosotan diri sendiri.
    Praktikkan meditasi yang menganggap semua makhluk sebagai guru.
    Khususnya, secara kokoh jagalah sikap demikian
    Terhadap para praktisi dan para Bodhisattva.
  48. Untuk anggota Sangha yang menjalankan vinaya,
    Perangkap besar adalah menerima
    Pemberian materi dan penghormatan dari masyarakat.
    Hindari keterikatan terhadap hal-hal tersebut.
    Mereka yang bebas dari cengkeraman pada materi
    Menjadi sumber kebahagiaan para bijaksana,
    Bagaikan teratai yang mekar dalam api.
  49. Para praktisi Sangha memiliki tanggung jawab khusus
    Untuk melestarikan Dharma suci.
    Mereka seyogianya hidup dalam empat cara agung, yakni kesederhanaan, dan sebagainya.
    Mereka seyogianya tak butuh banyak dan
    Belajar merasa berkecukupan dengan hidup sederhana.
    Buddha juga merekomendasikan mereka
    Untuk menjalankan dua belas praktik pertapaan (dhutanga).
  50. Seyogianya kita hidup dengan materi secukupnya
    Dan hindari hal-hal yang menyebabkan keterikatan.
    Jadilah seperti seorang pengembara di tanah asing,
    Mengambil makanan sekadarnya,
    Seperti burung-burung yang bermigrasi.
  51. Upaya untuk mengembangkan citta,
    Dalam sutra-sutra dipuji sebagai sesuatu yang menakjubkan.
    Jagalah pikiran yang sukar dijinakkan,
    Agar tidak berkelana ke mana-mana.
  52. Jika tidak, meskipun kita belajar siang dan malam,
    Semuanya percuma bila dilandasi delapan loka dharma, seperti demi reputasi,
    Dan akhirnya menjadi sumber konflik.
    Arahkan segenap studi dan pembelajaran
    Demi esensi dari realisasi Dharma.
  53. Hidup mudah tersia-siakan untuk hal-hal yang tak berarti
    Dan kemajuan spiritual kita akan merosot.
    Lalu, ketika Dewa Kematian (Yama) menghantam
    Pikiran kita akan diliputi penyesalan.
  54. Bersikaplah yang imbang dalam kehidupan sehari-hari,
    Sebab tanpa kemantapan spiritual, akan sangat mudah kita terkecoh.
    Dalam waktu singkat, akan tiba saatnya di mana nama kita
    Tak akan dikenali oleh siapa pun.
    Dan abu tulang kita tak akan tersisa sedikit pun.
  55. Apalagi betapa cepat sirnanya
    Kekayaan materi, penghargaan sosial dan ketenaran?
    Mereka yang cerdas akan bertanya pada diri sendiri:
    Bagaimanakah kondisi pikiran saya pada waktu itu?
  56. Orang-orang yang masih awal tahap spiritualnya
    Akan merasa kesulitan memiliki pikiran yang tenang
    Tanpa melakukan penyendirian secara fisik.
    Oleh karena itu, mereka menghindari bersosialisasi
    Dan tinggal di hutan yang tenang.
  57. Bersosialisasi menimbulkan kebiasaan negatif dan keterikatan
    Dan menyebabkan pola samsara berputar.
    Oleh karena itu, kita seyogianya menghindari bersosialisasi
    Dan selalu mengamati citta dengan kewaspadaan.
  58. Hindari memanjakan diri dalam tidur;
    Tujuan dari hidup dalam penyendirian
    Adalah menyempurnakan praktik Dharma.
    Berupayalah dalam hal ini dengan penuh semangat,
    Daya untuk menyempurnakan semua realisasi (marga) spiritual.
  59. Kontemplasikan empat smrti
    Dan atasi empat pandangan keliru.
    Hindari pembicaraan yang tak berarti
    Dan tumbuhkembangkan tujuan-tujuan yang bermakna.
  60. Kulit tebu tidak memiliki getah;
    Jus tebu manis yang berharga ada di dalam batangnya.
    Orang-orang yang hanya mengunyah kulitnya
    Tak dapat merasakan manisnya sari gula.
  61. Kata-kata Dharma adalah bagaikan kulit dari tanaman tebu
    Kontemplasi atas makna dari kata-kata Dharma
    Adalah seperti esensi jus dari tanaman tebu.
    Hindari banyak berkata-kata
    Dan pertahankan persemayaman yang berharga dengan waspada.
  62. Sadarilah bahwa engkau mengenakan baju baja Bodhisattva
    Demi kepentingan semua makhluk.
    Dan janganlah membeda-bedakan antara mereka
    Seperti lebih memihak beberapa orang,
    Ini berakibat merosotnya praktik Bodhisattva.
  63. Ketika hendak berbicara
    Karena pikiran diliputi keinginan mendapatkan
    Penghormatan, keuntungan atau reputasi,
    Ketahuilah bahwa ini adalah godaan jahat
    Yang muncul untuk menghalangi praktik spiritual kita,
    Dan bahwa sesungguhnya, pengganggu ini
    Ada dalam pikiran kita sendiri.
  64. Berupayalah agar tidak memiliki keterikatan khusus
    Terhadap teman-teman dan kerabat.
    Miliki sedikit kebutuhan,
    Karena kebergantungan akan membawa kelemahan
    Dan menciptakan halangan bagi praktik murni spiritual.
  65. Hindari obsesi terhadap berbagai tugas.
    Tumbuhkembangkan pikiran yang sukar dijinakkan,
    Praktikkan (jalan) kebajikan yang agung;
    Hindari obsesi pada rencana-rencana yang tak berujung,
    Dan jadikan ketajaman dalam kshanti sebagai ornamenmu.
    Daya dari kshanti tidaklah terlukiskan.
  66. Sadarilah kekurangan-kekurangan dari enam keterikatan duniawi,
    Seperti mencari keuntungan dan kehormatan,
    Dan senantiasa jalankan praktik dengan (motivasi) murni.
  67. Walaupun luasnya praktik Bodhisattva tak dapat dijabarkan satu persatu,
    Namun jika diringkas, dapat dikelompokkan
    Menjadi dua kategori: upaya dan prajna.
    Kedua hal ini merupakan Ayah dan Ibu,
    Yang melahirkan putra-putri Bodhisattva.
  68. Mereka yang bertekad menjadi Bodhisattva
    Seyogianya menjadikan,
    Penyatuan upaya dan prajna yang tak terpisahkan
    Sebagai Ayah dan Ibu mereka.
  69. Jika upaya dan prajna tidak dijalankan bersama-sama
    Maka jalan spiritual tak akan memiliki kemampuan
    Untuk menghasilkan putra-putri Bodhisattva,
    Seperti halnya pria dan wanita yang tidak ‘menyatu’
    Tak akan menghasilkan keturunan.
    Memisahkan keduanya adalah belenggu.
  70. Senantiasa kembangkan aspirasi yang tepat,
    Dikatakan inilah akar dari semua Dharma.
    Tumbuhkembangkan dan tingkatkan praktik bagaikan bulan menuju purnama
    Hingga menjadi kokoh dan kuat.
  71. Ketika seseorang diliputi penghayatan Dharma,
    Tak diragukan bahwa praktiknya akan berkembang,
    Seperti tanaman dengan kondisi tanah yang lembab dan subur.
  72. Dengan penghayatan Dharma yang kokoh,
    Kita dapat mengemban beban upaya secara berkepanjangan
    Tanpa merasa frustasi atau lelah,
    Sehingga dengan cepat dapat menyempurnakan jalan spiritual tertinggi.
  73. Arahkan semua energi untuk
    Mengumpulkan punya (potensi positif) dan jnana (pengertian)
    Melalui cara seperti sepuluh jalan Dharma.
  74. Ketika masih seorang murid pemula,
    Adalah penting untuk membentuk landasan yang kokoh,
    Melalui praktik dua kumpulan,
    Karena ini melahirkan semua pengetahuan Dharma,
    Yang memiliki daya untuk mewujudkan kebutuhan dunia
    Dan sebagai hasilnya, membuahkan Rupakaya dan Dharmakaya Kebuddhaan.
  75. Esensi dari kombinasi praktik upaya dan prajna
    Adalah meditasi shamatha bersama vipashyana.
    Keduanya membawa kebahagiaan
    Di kehidupan ini dan kehidupan berikutnya.
  76. Untuk mengembangkan kewaskitaan
    Dan marga spiritual yang melampaui samsara,
    Pertama-tama, kita harus kembangkan shamatha.
    Jika praktik shamatha lemah
    Kita tak akan memperoleh daya, meskipun terus berupaya.
    Oleh karena itu, sempurnakan
    Berbagai tingkatan samadhi.
  77. Hindari semua faktor yang menghambat samadhi
    Dan tumbuhkembangkan faktor-faktor yang mendukung,
    Terapkan delapan daya untuk menanggulangi faktor negatif.
    Ini adalah kayu pemantik
    Yang bebas dari suburnya keterikatan
    Untuk menyalakan api jalan spiritual.
    Secara intens, bermeditasilah dengan cara demikian.
  78. Untuk memenangkan pertempuran melawan klesha,
    Jadikan shamatha sebagai landasan untuk meditasi vipashyana.
    Untuk meningkatkan kemajuan meditasi,
    Di antara sesi, setelah bangkit dari meditasi duduk,
    Lihatlah semua pengalaman seperti delapan perumpamaan
    Yang menunjukkan sifat maya (seperti ilusi) dari keberadaan.
  79. Dengan demikian, seyogianya kita tumbuhkan pandangan tajam pasca meditasi,
    Tekankan sisi upaya dari praktik.
    Selama melakukan meditasi duduk,
    Praktikkan shamatha dan vipashyana secara seimbang,
    Senantiasa jalankan keduanya secara bersamaan.
  80. Kombinasi dari kedua praktik tersebut
    Menghasilkan pencapaian empat tahap,
    Seperti tahap usmagata (dari Prayogamarga: Jalan Persiapan)
    Dan secara bertahap melahirkan prajna sepuluh tahap,
    Yang dengan cepat menghasilkan Penggugahan Sempurna,
    Lalu bagaikan permata ajaib,
    Dengan mudah kita dapat mewujudkan kebutuhan makhluk lain.
  81. Jika suatu teks terlalu singkat,
    Maka akan sulit dipahami;
    Dan jika terlalu panjang, itu akan menjadi ensiklopedia.
    Karya saya ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan
    Dalam membabarkan ajaran tradisi lisan
    Tanpa tenggelam dalam detail.
  82. Kualitas guru-guruku seluas samudra.
    Tak tergoyahkan oleh kesenangan duniawi,
    Mereka telah merealisasi esensi dari praktik,
    Demi para makhluk di dunia.
  83. Mereka memiliki keterampilan dalam beragam cara
    Untuk membuka wawasan prajna para makhluk agar terlatih.
    Mereka menekankan bahwa kita harus belajar dan menjalankan praktik
    Selaras dengan ajaran baik yang diturunkan secara lisan maupun yang tertulis di kitab ajaran.
  84. Dengan pemikiran bahwa ajaran mereka
    Mungkin bermanfaat bagi makhluk lain,
    Di sini saya menuliskannya dalam kata-kata.
  85. Siapa pun yang ingin menyempurnakan esensi dari praktik
    Yang memiliki kecenderungan mental atas transmisi ajaran tersebut,
    Itulah sumber pemenuhan spiritual
    Bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kolofon:
Teks singkat ini, “Ringkasan Mengenai Cara untuk Merealisasi Jalan Mahayana” ditulis oleh Atisha Dipamkara Shrijnana; diterjemahkan (dari Bahasa Sansskerta ke Bahasa Tibet), diperiksa dan disunting oleh Guru (Atisha) sendiri, bersama biksu penerjemah Ge-wai Lo-dro.

Sumber: ‘Atisha and Buddhism in Tibet,’ compiled and translated by Doboom Tulku and Glenn H. Mullin. Publisher: Tibet House, New Delhi.