Dunia Mara Penggoda (魔法界)

(Dirangkum Dari Berbagai Sumber oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Mahasthavira)

Namo Bhagavate, Sakyamunaye, Tathagataye Arhate Samyaksambuddhaye

Pendahuluan
佛言Hyang Buddha berkata: 末法時期,邪魔外道如恒河沙 (artinya: jaman kemerosotan Dharma, aliran sesat, iblis Mara dan aliran menyimpang bagaikan sebanyak pasir di sungai Gangga).

道高一尺,魔難一丈 {Kesucian tinggi sejengkal (satu kaki), rintangan Mara setinggi 3 1/3 meter (sekitar sepuluh kaki)}.

Disaat era kemunduran Dharma seperti sekarang ini, jamannya kesuraman agama Buddha, jamannya tiada Manusia Buddha. Jarangnya para Bodhisattva dan makhluk suci menampakkan diri untuk membabarkan Dharma, juga langkanya praktisi mencapai pencerahan dan kesucian.

Godaan dan terpaan dari media cetak atau media elektronik yang bernuansa negative, sensual dan seronok begitu banyak dan menggempur semua kalangan, akibatnya sekarang ini belajar baik susah, belajar jahat jadi mudah, belajar suci susah belajar kotor itu mudah. Akibatnya ajaran Buddha yang luhur, sistematis penuh logika yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran, umumnya anak muda sekarang malah tidak tertarik, tidak mau belajar. Kadang kala ajaran Buddha yang dalam dan luas mereka sulit meyakini dan sukar dilaksanakan oleh umat manusia. Sedangkan ajaran intrik penuh khayal, menyimpang, gado-gado ajaran sepenggal-sepenggal, ajaran sekedar janji-janji, dan ajaran mistik, instan dan klenik begitu subur dan merajarela. Malah umat manusia lebih cenderung menyukai ajaran-ajaran aneh yang menyimpang ini.

Perlu disadari, sekarang ini, banyak aliran menyimpang yang mendompleng agama Buddha terus tumbuh subur di muka bumi ini. Lagi banyak praktisi Buddhis tidak mengetahui apakah yang di laksanakan itu adalah ‘Praktik Buddha atau Praktik Mara”? Apalagi pada era sekarang ini orang yang belajar dan praktik menyimpang kok tidak ada ganggguan dan rintangan sedangkan orang yang benar-benar mau melatih diri dan berjuang untuk merealisasika tujuan menapak jalan Buddha kok begitu sulit dan banyak gangguan. Ditambah lagi bila ada sramana atau umat awam yang membabarkan Dharma melalui lisan maupun tulisan begitu banyak gangguan, baik dari godaan yang di dalam maupun godan dan rintangan dari luar. Utamanya para umat Buddha belum banyak yang terpanggil, belum peduli, tidak bersemangat dan malas mendukung dan berdana secara rutin untuk pembabaran Dharma demi untuk perkembangan agama Buddha.

Mau jadi Buddha atau mau jadi Mara, hanya sekilas pikiran saja. Bila lurus pikiran dan praktiknya ia jadi Buddha, bila bengkok pikiran dan praktiknya ia jadi mara.

Untuk mengetahui asal muasal mara, keberadaan mara, sepak terjangnya mara dalam dunia Buddhis, marilah kita lihat dan simak dengan teliti artikel ini. Semoga kita dan semua praktisi yang masih dalam tahapan belajar bisa mengetahui, menyadari dan mengantisipasi praktik kita ke arah mana? Ke “Jalur Buddha” atau ke ‘Jalur Mara’? Semoga tulisan artikel ini kita semua bisa mengerti, menyadari dan mempraktikkan jalan Buddha yang benar dan baik.

Godaan Mara Yang Jahat
Penyiksaan diri yang dilakukan pertapa Siddharta yang menyakitkan dan berkepanjangan ternyata sia-sia belaka. Penyiksaan diri tersebut ternyata hanya menyebabkan merosotnya kekuatan yang sangat berharga. Walaupun secara fisik Beliau adalah seorang yang “Superman”, tetapi jika tubuh disiksa dan tidak dipelihara dengan baik maka akhirnya sia-sia tak berguna. KeagunganNya pudar sama sekali, sehingga hampir tidak dapat dikenali lagi. Kulitnya yang berwarna keemasan berubah menjadi pucat, syaraf dan otot-ototnya mengkerut, mata-Nya menjadi cekung dan kabur, sehingga nampak seperti tengkorak hidup. Beliau hampir di ambang kematian.

Dalam keadaan yang kritis ini, sementara Beliau masih bermaksud untuk berada dalam Keadaan Yang Tertinggi (Padhana), tinggal di tepi sungai Neranjara, berusaha dan merenungkan agar mencapai keadaan Perlindungan Sempurna, datanglah Namuci (nama lain dari Mara) mengucapkan kata-kata sebagai berikut:
“Kamu kurus dan cacat. Dekat denganmu adalah kematian”.
“Ratusan bagian (yang kamu punya) mati; yang hidup (tetap ada) hanya satu. Hiduplah, O Tuan yang baik! Kehidupan adalah lebih baik. Dengan hidup, kamu dapat melakukan kebaikan”.
“Dengan menempuh hidup membujang dan membuat api korban, maka banyak kebaikan dapat dicapai. Apa yang akan kamu capai dengan usaha ini? Kesukaran adalah jalan dalam kehidupan, sulit dan tidak mudah dikerjakan.”
Mara mengucapkan itu sambil berdiri di hadapan Yang Mulia.

Kepada Mara yang berbicara demikian, yang Mulia menjawab: “O yang jahat, kerabat manusia yang tidak berhati-hati! Kamu telah datang kemari untuk kepentingan dirimu sendiri.”

“Bahkan suatu kebaikan yang sekecil-kecilnya tidak berfaedah. Kelihatannya, orang yang memerlukan kebaikan itu seharusnya kamu, Mara.”

“Keyakinan (Saddha), pengendalian diri (Tapo), Semangat (Viriya), dan Kebijaksanaan (Panna) adalah milikku. Saya telah berbulat tekad, mengapa kamu bertanya tentang kehidupan?”

Bahkan aliran sungai yang berkelok-kelok pun akan menjadi kering. Mengapa darahKu tidak akan mengering karena usaha bgitu?” Bila darah mengering, empedu dan lendir juga mengering. Bila jasmaniKu merana, pikiranku makin lama makin menjadi jernih. Kesadaran kebijaksanaan dan konsentrasiKu makin menjadi teguh.”

Sementara saya hidup demikian, mengalami sakit yang sangat hebat, pikiranKu tidak mengandung nafsu. Itulah kesucian seorang makhluk.” “Nafsu keinginan (Kama), adalah bala tentaramu yang pertama. Kedua disebut keengganan untuk hidup (Arati). Ketiga adalah Kelaparan dan kehausan (Khuppipasa). Kempat disebut Keinginan (Tanha). Kelima adalah kemalasan dan kelambanan (Thina-Mida). Keenam disebut Ketakutan (Bhiru). Ketujuh adalah keragu-raguan (Vicikiccha), dan kedelapan adalah Celaan dan keras kepala (Makkha Tambha). Kesembilan adalah keuntungan (Labha), Pujian (Siloka) dan Kehormatan (Sakkara), dan Nama Buruk (Yasa). Kesepuluh adalah memuji diri sendiri dan mencela orang lain (Attukkamasanaparavambhana).”

Inilah, Namuci, bala tentaramu, serombongan besar penjahat yang melawan. Orang yang pengecut tidak mempu mengatasi tentara itu, tetapi Saya dapat mengatasinya, mendapatkan kebahagiaan.”

“Munja inilah yang saya perlihatkan. Apakah gunanya hidup di dunia ini! Bagi saya lebih baik mati dalam perjuangan dari pada hidup sebagai orang kalah! “Ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak terjerumus dalam perjuangan ini, mereka tahu mengapa mereka menempuh jalan kesucian”.

Pada saat itu muncullah Mara, dewa hawa nafsu yang bermaksud menghalang-halangi pertapa Gotama memperoleh Penerangan Agung, disertai bala tentaranya yang maha besar. Balatentara itu kedepan, kekanan dan kekiri lebarnya 12 league dan kebelakang sampai ke ujung cakrawala, sedangkan tingginya 9 league. Mara sang pemimpin membawa berbagai macam senjata dan duduk di atas gajah Girimekkhala yang tingginya 150 league. Melihat balatentara yang demikian besar datang semua dewa yang sedang berkumpul di sekeliling pertapa Gotama, seperti Maha Brahma, Sakka, Rajanaga Mahakala dan lain-lain cepat-cepat menyingkir dari tempat itu dan pertapa Gotama dibiarkan sendirian dengan hanya berlindung pada Sepuluh Paramita yang sejak lama dilatihnya.

Semua usaha Mara untuk menakut-nakuti pertapa Gotama seperti Hujan besar disertai angin kencang dan halilintar yang berbunyi tak henti-hentinya diikuti dengan penampakan-penampakan lain yang mengerikan gagal semua. Kemudian Mara menyambit pertapa Gotama dengan Cakkavuda (panah sakti) tetapi setelah dekat ia berubah menjadi payung yang dengan tenang bergantung dan melindungi kepala Pertapa Gotama.

Akhirnya, bumi menjadi saksi bahwa Pertapa Gotama telah lulus dari semua godaan dan layak untuk menjadi Buddha. Kemudian Gajah Girimekhala berlutut di hadapan pertapa Gotama dan Mara menghilang dan lari bersama-sama dengan balatentaranya. Para dewa yang menyingkir sewaktu Mara tiba datang kembali dan semua bersuka cita dengan keberhasilan Pertapa Gotama.

Siapakah Mara…Itu?
Mara adalah Si jahat di dalam Buddhisme, Penggoda dan Raja Sensualitas yang cenderung menggoda para pemula dari jalan menuju pembebasan dan membuat mereka terperangkap dalam siklus kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Kadang-kadang, teks-teks menggunakan kata “Mara” dalam pengertian kiasan, untuk mewakili penyebab-penyebab belenggu psikologis di dalam diri, seperti misalnya nafsu keserakahan dan nafsu jasmani (22:63-65), serta hal-hal di luar diri yang membelenggu kita, terutama lima kelompok skandha itu sendiri (23:11-12). Tetapi jelas bahwa dunia pemikiran sutta tidak menganggap Mara hanya sebagai personifikasi kelemahan moral umat manusia, melainkan sebagai dewa jahat sejati yang menghalangi usaha-usaha mereka yang ingin memenangkan tujuan akhir (pencapaian kesucian). Hal ini terbukti ketika Mara mengejar Sang Buddha dan para Arahat sesudah mereka mencapai pencerahan, yang tidak mungkin terjadi seandainya Mara hanya dianggap semata-mata sebagai proyeksi psikologis.

Marasamyutta dibuka disekitar Pohon Bodhi segera setelah Sang Buddha mencapai pencerahan tertinggi. Di sini, Mara menantang pernyataan ‘Yang Terberkahi’ bahwa Beliau telah mencapai tujuan. Mara mengejek Sang Buddha karena telah meninggalkan jalan penyiksaan-diri (4:1), mencoba menakut-nakuti Beliau dengan cara berubah menjadi bentuk-bentuk yang mengerikan (4:2), dan mencoba mematahkan ketenangan-seimbangan Beliau dengan cara menunjukkan bentuk-bentuk yang cantik dan seram (4:3). Bagi Sang Buddha untuk memenangkan pertandingan ini, Beliau hanya perlu menentang gertakan Mara, mengatakan bahwa musuh di hadapan Beliau ini tak lain adalah Si Jahat. Dengan demikian, Mara pasti lenyap, merasa frustasi dan berduka.

Mara juga muncul sebagai pengejek yang menyangkal bahwa makhluk yang tidak kekal dapat mencapai kemurnian sempurna (4:4, 15). Pada beberapa kesempatan, Mara mencoba mengacaukan para bhikkhu sementara mereka sedang mendengarkan khotbah Sang Buddha, tetapi setiap kali Sang Buddha mengetahui hal itu (4:16, 17, 19). Pada kesempatan lain, Mara mencoba menggoda Sang Guru dengan iming-iming kekuasaan duniawi, tetapi Sang Buddha dengan tegas menolaknya (4:20). Yang sangat mengesankan adalah Godhika Sutta (4:23). Di situ, bhikkhu Godhika yang terkena penyakit yang menghalangi kemajuan meditasinya, berencana untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Mara mengajukan dirinya sendiri di hadapan Sang Buddha, memohon agar Beliau melarang siswanya melakukan ketololan semacam itu, tetapi Sang Guru memuji bakti untuk mencapai tujuan sekalipun harus dibayar dengan nyawanya. Di akhir sutta, Mara sia-sia mencari kesadaran-kelahiran ulang Godhika. Dia tidak menyadari bahwa bhikkhu itu telah mencapai Nibbana dan padam “dengan kesadaran yang tidak terbentuk”.

Dua sutta terakhir di Samyutta ini membawa kita kembali ke lokasi pencerahan. Di sini, pertama-tama kita melihat Mara dan kemudian tiga putri Mara yaitu: Tanha, Arati, dan Raga (Keserakahan, Ketidakpuasan, dan Nafsu)-mencoba untuk mencari titik kelemahan dan Buddha yang baru saja tercerahkan. Tetapi usaha mereka sia-sia dan mereka harus pergi dengan kecewa (4:24, 25).

Mara? Apakah Itu?
Apakah sejenis Iblis/Setan atau makhluk halus sebagamana layaknya sosok antagonis dari kalangan Abrahamic? Atau apakah itu merupakan sifat/perilaku Negatif?

Yang pasti, Mara bukanlah kelompok makhluk alam bawah seperti Peta/setan/Iblis/jin, Mara adalah kelompok para Dewa: Ada delapan macam perhimpunan, yaitu: Perhimpunan para kesatriya, para brahmana, orang-orang berumah tangga, para pertapa, para dewa Catummaharajika, para dewa Tavatimsa, para Mara dan para dewa Brahma.. [DN 16/Mahaparainibanna Suta, DN 33/Sangiti Sutta]

..di tengah-tengah para dewa di alam surga Empat Raja Dewa! … di tengah-tengah para dewa di alam surga Tiga Puluh Tiga … para dewa Yāma … para dewa di alam surga Tusita … para dewa Nimmānarati … para dewa ParanimmitaVasavatti … para dewa pengikut Brahmā …[MN 41/ Sāleyyaka Sutta]

DN 11/Kevaddha Sutta menyatakan bahwa penguasa alam Paranimimitavasavati adalah Vasavatti. Dalam kitab komentar untuk MN dikatakan bahwa Vasavatti adalah raja alam paranimmitavasavatti, Māra memerintah di area tersendiri seperti pangeran bandel di pinggiran kerajaan [Paranimmitavasavattidevaloke. Tatra hi vasavattirājā rajjaṃ kāreti. Māro ekasmiṃ padese attano parisāya issariyaṃ pavattento rajjapaccante dāmarikarājaputto viya vasatīti vadanti] dan di kitab komentar untuk SN dan AN dikatakan bahwa nama Mara adalah Vassavati yang berkuasa atas semuanya [māro nāma vasavattī sabbesaṃ upari vasaṃ vatteti]

Informasi di atas menunjukan keberadaan alam ini 1 tingkat di bawah alam brahma dan kitab komentar menyatakan bahwa Mara Vasavatti berada di alam ini namun ini tidak sertamerta berarti bahwa Mara berasal dan/atau hanya ada di alam ini.

Deva di alam Paranimmitavasavatti (Para: meliputi, melebihi; Nimmita: tanda, ciptaan; Vasavatti: maha menguasai/mahasakti; “Menguasai melebihi dari ciptaan mahluk lainya”), kesenangan sensualnya terpenuhi ketika para mahluk lainnya berada dalam cengkraman kesenangan sensual ulahnya sendiri.

Umur kehidupan di alam ini: 1 hari + 1 malam di alam ini (24 jam) = 1600 tahun alam manusia (1 bulan = 30 hari, 1 tahun = 12 bulan = 360 hari). Lama Umur Deva adalah 16000 tahun deva (9.216.000.000 tahun manusia), 1 jam di alam ini = 66.67 tahun alam manusia [AN 3.70/1, Uposatha sutta]

Kata Vasavatti yang digunakan tentang alam ini juga digunakan ketika mendefinisikan pandangan salah mahabrahma yang mengklaim dirinya, “..Mahābrahmā (Brahma yang Agung) Abhibhū (penakluk) Anabhibhūto (yang tak tertaklukkan) Aññadatthudaso (melihat segalanya) Vasavattī (maha menguasai/maha sakti) Issaro (yang termulia) Kattā (pembuat) Nimmātā (pencipta) Seṭṭho (pemilik/terbesar) Sajitā (pemberi perintah) Vasī (paling awal) Pitā bhūtabhabyānaṃ (Ayah dari segala yang ada dan akan ada)” [DN1/Brahmajala sutta, MN49/Brahma¬niman¬tanika¬sutta, dll].

Jadi kata ini hanya merujuk pada keadaan “sangat berkuasa” atas sesuatu, sehingga walaupun Mara Vasavatti ada di alam ini, ini dapat juga berarti ada/beberapa makhluk alam itu sedang dijerat Mara, karena kekuasaan jeratan Mara tidak hanya sampai di alam ini saja namun meliputi juga alam-alam di atas alam ini.

Dalam MN 49/Brahmanimantanika Sutta disampaikan bahwa Brahma Baka yang berada 1 alam di atas alam paranimmitavasavatti terkena pengaruhi Mara (juga di komentar Dhammapada, Bab 3, Pikiran/Citta Vagga, Syair 57, Kisah Godhika Thera, Mara berkemampuan mendeteksi kelahiran kembali para mahluk yang belum padam). Ini menunjukan bahwa seluruh alam (termasuk alam Brahma dan juga alam brahma lain di atasnya) tidak luput dari cengkraman Mara, sehingga wajar saja jika di bagian awal SN 3.2/Padhana sutta, Mara disebut juga dengan gelar Namuci (na+muc/muccati = tidak+lepas/bebas, “tak ada yang lolos darinya”).

Mengenai Namuci
Di Mahasamaya Sutta, ketika para dewa dari sepuluh alam-semesta datang menemui Sang Buddha dan para Bhikkhu, di antara para yang hadir terdapat makhluk Asura yang bernama Namuci:
[setelah menyebutkan kedatangan para deva catumaharajika]..Yang dikalahkan si pemegang halilintar (vajirahatthena = Indra = Sakka), para Asura penguasa Samudra, saudara dari Vāsava (raja para Asura) berkuasa, gemilang, Para Kālakañja (Asura tingkatan terendah, bentuknya menyerupai peta) yang menyeramkan dilihat, Para Dānaveghasa, Vepacitti, Sucitti dan Pahāradha (Raja asura penguasa lautan) bersama Namucī, ratusan putra Bali yang semuanya bernama Veroca, pasukan Bali yang gagah, bergabung dengan Rāhu yang beruntung: Sekarang saatnya, yang mulia, pertemuan para Bhikkhu di hutan”..

..Para Khemiya, Tusita dan Yāma, Para Kaṭṭhaka dengan kereta, para Lambītaka, Para pemimpin Lāma, dan para Āsava, para dewa Nimmānarati dan Paranimmitavasavatti. mereka dalam sepuluh kelompok dalam bentuk berbeda, sakti perkasa dan gemilang, datang melihat para bhikkhu dan Sang Buddha”..

..Dan ketika semua telah hadir dalam barisan besar bersama Indra dan kelompok Brahmā, Datanglah pasukan Māra (Mārasenā), Si dungu gelap berkata: “Ayo tangkap dan ikat mereka dalam jeratan nafsu indriya, Kepung dari segala penjuru jangan sampai siapapun lolos”..kemudian Ia mundur dengan gusar dan tak berkekuatan lagi (Tadā so paccudāvatti, saṅkuddho asayaṃvase): ‘Semua berjaya, melampaui rasa takut, mereka menang: Para pengikutNya bergembira bersama seluruh dunia!’ (Sabbe vijitasaṅgāmā, bhayātītā yasassino; Modanti saha bhūtehi, sāvakā te janesutā’’ti).

Kitab komentar di RAPB buku ke-1, hal 1106-1122, Cetakan I, Mei 2008, hal. 1117, menyatakan maksud dari kalimat terakhir adalah: “Pada akhir khotbah Mahàsamaya Sutta, seratus ribu crore (100.000 x 10.000.000 = 1012) dewa dan brahmà berhasil mencapai kesucian Arahatta, dan mereka yang mencapai kesucian Sotàpanna tidak terhitung banyaknya (lihat juga di: kitab komentar untuk Mahà Vagga).”

Sutta di atas ini memberikan kita 3 informasi, yaitu:
Tidak semua penghuni alam Paramanimmitavasavatti dikuasai Mara
Di alam Paranimmitavasavatti-pun, para penghuninya dapat mencapai kesucian, dan

Namuci Asura adalah BUKAN Mara Vasavatti, Namuci Asura tidak dikuasai Mara dan Namuci di sini BUKANLAH julukan lain dari Mara.

Padhana Sutta menyampaikan 10 pasukan Namuci/Mara, yaitu: berupa kecenderungan, kegemaran atau kekotoran batin (kilesa):

  1. Kesenangan indriawi /nafsu indrawi (Kāmā),
  2. Tidak menyukai kehidupan suci /kebosanan (arati),
  3. Kelaparan dan kehausan (khuppipāsā),
  4. Ketagihan/kemelekatan (taṇhā),
  5. Kemalasan dan kelambanan/kedunguan (thinamidha),
  6. Ketakutan (bhīrū/bhaya),
  7. Keraguan (vicikicchā),
  8. Mencela dan membandel/keras kepala/kedengkian (Makkho thambho),
  9. Pendapatan (Lābha), pujian (siloka), penghormatan (sakkāra), ketenaran (yasa) dan status yang di raih dengan cara keliru (Micchāladdho),
  10. Kemasyhuran, Memuji diri sendiri/ keangkuhan dan merendahkan yang lain (cattānaṃ samukkaṃse, pare ca avajānati/atukhamsana paravambhana).

Inilah pasukan-pasukanmu, Namuci.”

Di bagian akhir SN 3.2/ Padhana sutta, terdapat kata “dummano yakkho” (“makhluk halus yang merana”). Kata “yakkha”di sini, menurut kamus Pali, Thomas William Rhys Davids, William Stede juga berarti: “sinar cahaya yang cepat atau bergerak dengan cepatnya, mungkin: makhluk yang cepat, berubah tempat tinggalnya dengan cepat dan sesukanya – menurut adat kebiasaan populer dari asal katanya”. Jadi kata yakkha adalah kata umum dalam mendefinisikan semua jenis makhluk halus/tak tampak. Sehingga ini juga berarti ada makhluk yakkha berjenis Namuci yang dikuasai 10 kecenderungan batin (terkena cengkraman Mara).

Memperhatikan pasukan Mara di atas, bisa dimengerti mengapa Mara disebut Namuci atau “tak ada yang lolos darinya”. Hanya mereka yang telah membuang 10 kekotoran batin saja, yaitu: para Arahat, yang bebas dari jeratan Mara.

Selain Namuci, Mara juga dijuluki Pāpimā (artinya: penghasut, namun lebih sering diterjemahkan sebagai si jahat). Terjemahan menjadi “si jahat” ini tidaklah tepat mengingat Mara adalah jelas mahluk dewa yang bahkan derajat kedewaannya jauh lebih tinggi lagi dari Sakka (raja para deva alam sumeru) dan seluruh deva alam Tusita. Hanya mereka yang melakukan banyak perbuatan baik dan saat kematiannya sedang dalam pikiran kusala (kebajikan) yang dapat terlahir di alam bahagia sebagai Deva, bukan?! Sehingga, kata “Pāpimā” ini adalah sebagai nama, seperti kata Ananda, yang punya arti literalnya “gembira”, “senang” namun juga nama dari sekretaris tetap sang Buddha.

JULUKAN / NAMA LAIN MARA
Mara berasal dari akan kata Mar yang berarti mati. Disebut demikian karena dia membawa kematian kepada mereka yang mencoba melepaskan diri dari kekuasaannya (DA 689).

Antaka: sebagai pembawa kematian (S 1:72).
Pāpimā: “si jahat” (S 1:103; DhA 4:71).
Vasavatti: karena dia mempunyai kekuasaan di seluruh alam (SA 1:158). Berasal dari nama alam surga yang ditempatinya.
Namuci: karena dia tidak melepaskan (na muñcati) korban-korbannya. (SnA 386). Namuci adalah nama aśura dalam Rig Veda; di Mahāsamaya Sutta, Namuci disebutkan sebagai salah satu asura yang hadir.
Kaṇha: “si gelap”; sinonim untuk pisāca (“setan” D 1:93). Nama Kaṇha mirip dengan Krishna dalam Bhagavad Gītā yang mengijinkan adanya peperangan dan mendorong Arjuna untuk membunuh para musuhnya.
Pamattabandhu: mereka yang lengah berada dibawah kekuasaan Māra karena dia adalah saudara mereka (S 2:123; Sn 430).
Maccu Māra/Maccu Raja (Raja Kematian, Mara si kematian),
Pajāpati (tuan dari awal mula) DevaputtaMara (Mara, deva yang baru terlahir),
Pamattabandhu (sahabat dari yang tidak perhatian, lalai, lengah, ceroboh),
(Panca) KhandaMāra (Mara si (lima) kelompok kemelekatan),
Abhisankhara Mara (Mara si bentukan karma),
Kilesa Mara (Mara si noda)

Semua ini merupakan julukan lain Māra (pembunuh, kematian).

Dalam literatur yang berumur jauh lebih muda, julukan Mara juga bertambah, misalnya dari Buddhacarita-nya Asvaghosa (abad ke-2 Masehi) Mara disebutkan yang sehubungan dengan cinta/nafsu sehingga disebut juga: Kamadeva (deva cinta), Manmatha (Pengganggu pikiran), Ananga (ranga) (Tak bertubuh), Kusumayudha (Senjata bunga), Pancabana (lima anak panah) dan Makara/Matsya-dhvaja (Tanda/karakter/seperti Buaya/Ikan)

Sebagai Penggoda, Mara sendiripun tak luput dari jeratan sensualnya sendiri, keasikkannya menggoda itu bagaikan memakan cabe yang kelimpungan tersiksa pedasnya sendiri. Keasikannya menggoda menjerumuskannya terlahir di alam Neraka sebagaimana disampaikan dalam MN 50/Maratajjaniya Sutta yang memuat kisah Y.M. Maha Moggallana yang pernah terlahir sebagai Mara yang bernama Dusi dan saat itu Mara Vasavatti adalah ponakan lelakinya (anak dari Kali). Perbuatan Mara Dusi yang menggoda seorang Arahat dengan sangat keterlaluannya mengakibatkan Mara Dusi terlahir di Neraka Avici selama 10 ribu tahun. Neraka Avici adalah alam Neraka ying tak-terputus siksaannya.

Mara Dusi, Sang penggoda, termakan godaaanya sendiri, senjata makan tuan, bermain api dan terbakar api, terlempar masuk ke Neraka:
“Apabila orang bodoh melakukan kejahatan, ia tak mengerti akan akibat perbuatannya. Orang bodoh akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri, seperti orang yang terbakar oleh api

Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri, begitu pula perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk akan menjerumuskan pelakunya ke alam kehidupan yang menyedihkan”.[Dhamapada syair 136 dan 240]

Namun demikian, dalam kasus Mara Vasavatti, Deva yang satu ini tampaknya benar-benar dipenuhi keberuntungan.

Di Udana 1.1 (Bodhi Sutta), dikatakan bahwa selama 7 tahun, Mara mengikuti/memperhatikan dan menggoda Sidharta Gautama, dari sebelum pencerahan hingga ketika mencapai penerangan sempurna dan juga dalam literatur lainnya kita temukan Mara juga gemar sekali menggoda Buddha dan murid-muridnya dan bahkan Ia pula-lah yang memohon pada Sang Buddha untuk selekasnya Parinibanna, namun dari keseluruhan tingkah pola Dewa Mara Vasavatti, tidak satu literatur Buddhispun yang menyatakan bahwa Dewa Mara Vasavatti layak untuk terlempar ke dalam Neraka.

Dalam literatur Buddhis belakangan, misalnya di buku Thailand: Lokadipani (Abad 11 Masehi) mengisahkan bahwa Sang Buddha pernah meramalkan bahwa di masa yang akan datang akan muncul seorang bhikkhu bernama Upagupta yang akan meredam kejahatan Dewa Mara dengan kesaktiannya yang membuat Mara sadar akan kesalahannya.

Dua ratus tahun kemudian, setelah Buddha Parrinibanna, diadakanlah konsili buddha yang ke-3 yang diprakarsai oleh Maharaja Asoka.

Note:
“Terdapat perbedaan Signifikan antara Versi terjemahan Phra Dhammadhirajamahamuni VS temuan John strong mengenai Lokapannati:
Menurut John Strong, kisah di Lokapannati tidak ada kaitannya dengan konsili ke-3, namun tentang festival megah yang akan diselenggarakan Raja Asoka sehubungan dengan temuan relik2 buddha di dalam Stupa-stupa yang dibuat Raja Ajatasatru. Relik-relik itu dijaga oleh sekawanan robot mekanik buatan roma yang galak-galak jika ada yang mencoba menerobos masuk 🙂 Oleh karenanya Raja Asoka harus temukan mekanik yang dapat membuat robot itu shut down. Permasalahan raja yang berikutnya adalah mencegah adanya gangguan ketika Festival relik itu berlangsung. Untuk urusan ini Raja memohon petunjuk sangha, dan seorang samanera sakti menganjurkannya agar Ia meminta bantuan Mr. kisanaga upagupta :). Alhasil festival dan pertarungan mara vs Mr. Kisanaga Upagupta berjalan bersamaan namun di tempat yang berbeda sehingga tidak mengganggu kelancaran Festival relik Buddha tersebut. [“The Legend and Cult of Upagupta: Sanskrit Buddhism in North India and Southeast Asia”, John Strong, Ch 9. Lokapannati]”

Menjelang diadakannya perhelatan peresmian dan perayaan atas berhasilnya pemugaran Candi-Candi Buddha serta pelestarian Buddhasasana, para bhikkhu Arahat dan menguasai Abhinna (kesaktian), berkumpul diketuai oleh Moggalliputta Tissa Thera. Mereka membicarakan tentang maksud Dewa Mara yang akan mengganggu dan menghalangi terlaksananya perhelatan tersebut. Walaupun para bhikkhu itu telah mencapai Kearahatan (kesempurnaan batin seperti Buddha) dan menguasai Abhinna, namun mereka mengetahui bahwa kecuali satu orang, maka tak seorang yang hadir saat itu mampu mengatasi Dewa Mara dan orang itu adalah Bhikkhu Kisanaga Upagupta Thera.

Persoalan kehebohan ini juga dipicu oleh ketersinggungan Mara, yang dikisahkan pada suatu kejadian, ada seekor anjing yang datang setiap hari kepada para bhiksu. Anjing itu tertarik mendengarkan pembabaran Dhamma dari Bhikkhu Kisanaga Upagupta Thera. Anjing itu duduk dengan telinga diangkat, Ia duduk bersikap seperti sedang diajarkan dharma. Ketika ia mati, ia terlahir sebagai dewa dan duduk di tempat yang sama dengan Dewa Mara.

Mara berpikir: “Kebajikan apa yang diperbuat makhluk ini sehingga terlahir ditempat ini dan menjadi setaraf denganku? Saya harus mencari tahu tentang hal ini!”

Dia menemukan bahwa dewa itu sebelumnya adalah seekor anjing dan mengetahui bagaimana sampai ke surganya adalah hanya karena mendengarkan pembabaran dhamma. Mara kemudian berpikir: “Para bhikku telah menghina diriku ”
Dari tempatnya, Ia melihat Bhikkhu Upagupta sedang duduk dalam samadhi, kemudian Ia menjahilinya, yang mengakibatkan Bhikkhu itu tersadar dalam samadinya dan ada mahkota di atas kepalanya sendiri, Bhikkhu Upagupta kemudian menyelidiki mengapa hal tersebut sampai terjadi. Akhirnya Ia mengetahui bahwa itu adalah perbuatan Mara. Kemudian atas desakan Mara dan juga untuk memberikan pelajaran pada Mara, maka mereka bertempur dan Mara tidak mampu mengungguli kesaktian Bhikkhu Upagupta. Kemudian, dengan kekuatan spiritualnya, Bhikkhu Upagupta menciptakan sebuah topi yang berasal dari bangkai anjing yang telah mati dan meletakkan topi tersebut di kepala Mara, sambil berkata: “Ini adalah balasan dari mahkota yang engkau hadiahkan untukku dan tidak ada satu-pun makhluk, apakah itu para Dewa, Brahma dan asura yang mampu melepaskan topi ini”

Mara melihat bahwa topi dikepalanya adalah mayat anjing dan Ia berusha untuk membuangnya, namun tidak bisa. Kemudian Ia pergi ke tempat Dewa Sakka(Indra) dan berkata: “Indra, lepaskan benda mengerikan ini dari kepalaku.”

Indra berkata: “Tidak mungkin. Hanya orang yang menaruhnya yang bisa mengambilnya. Aku tidak bisa.”

Kemudian Mara pergi ke berbagai alam, mulai dari alam Asura, raja para dewa hingga Maha Brahma, untuk meminta mereka untuk memindahkan benda menjijikan dari kepalanya tapi, tidak satupun dari mereka yang mampu memenuhi permintaannya itu kecuali hanya menyarankan hal yang sama yaitu agar Mara memohon Bhikkhu Upagupta untuk melepaskannya.

Dengan berat hati, Mara kembali kepada Bhikkhu Upagupta dan Ia menemukannya di kaki pegunungan Himalaya. Mara kemudian berkata: “Buddha dianugrahi dengan kebajikan yang besar dan welas asih yang luar biasa, saat Ia belum menjadi Buddha, Aku kepung Ia (Bodhisattva) dengan 80.000 Mara, Aku juga telah sekuat tenaga berusaha menghalangiNya dari pencapaian penerangan dan mencoba membingungkanNya, namun Ia tidak pernah marah dan menghukumku, Ia selalu berwelas asih padaku. Tapi engkau, Sravaka? adalah benar-benar payah! Membalas lelucon kecil yang aku mainkan dengan hal seperti ini?”. Kemudian masih dengan keangkuhan dan kesombongannya, Ia berkata singkat: “Bhante, lepaskanlah bangkai ini dari leher-ku”

Bhikkhu Upagupta, melihat dan mengetahui bahwa Mara masih dipenuhi dengan keangkuhan dan kesombongan, kemudian Bhikkhu Upagupta berdiri. Melolos ikat pinggangnya serta melemparkannya pada dewa Mara. Ikat pinggang itu memanjang di udara, jatuh tepat di tubuh dewa Màra, membelit, mengikat tubuh dewa Mara. Tubuh yang telah terikat erat dan tak bisa berkutik itu dijinjing oleh Sang Thera, dibawa terbang menuju puncak gunung Himalaya

“Mara, lebih baik kau beristirahat saja di sini hingga perhelatan yang diadakan Asoka Maharaja usai. Dengan begini, kau tak bisa mengganggunya,” kata bhikkhu Upagupta. Perhelatan itu dilaksanakan selama 7 tahun, 7 bulan dan 7 hari, sehingga selama itu pula-lah Mara terpaksa merenungi keadaannya di puncak Himalaya yang dingin itu hingga pada suatu yaitu menjelang berakhirnya perhelatan itu, Mara mengalami pencerahan dan mengikrarkan dirinya untuk menjadi seorang Sammasambuddha di kehidupan mendatang. [Lokadipani, Phra Dhammadhirajamahamuni, dituturkan kembali secara bebas Oleh: Hananto atau lihat di: Sutra of the Wise and the Foolish [mdo mdzangs blun]/Ocean of Narratives [uligerun dalai] penerbit: Library of Tibetan Works & Archieves]

Tampak jelas welas asih Para Buddha adalah tanpa kecuali, tidak satupun makhluk dianggap sebagai musuh, termasuk Mara sekali-pun. Mengapa?

Karena para Beliau ini tahu persis bahwa bukanlah Mara penyebab kelahiran kembali, nafsu keinginanlah penyebabnya:
“Anekajāti samsāraṃ sandhāvissaṃ, anibbisaṃ ‘Gahakāraṃ’ gavesanto, dukkhā jāti punappunaṃ, Gahakāraka diṭṭhosi, puna gehaṃ na kāhasi, Sabbā te phāsukā bhaggā, gahakūṭaṃ visaṅkhataṃ, Visaṅ¬khā¬ra¬gataṃ cittaṃ, taṇhānaṃ khayamajjhagā”
[Lari berputar diragam lingkaran kelahiran, Sia-sia mencari ‘Pembuat Rumah’, Menyakitkan, kelahiran yang tiada akhir, Pembuat Rumah, telah diketahui, Tak lagi dapat membuat rumah, Semua sendi telah dibongkar, atap telah dirobohkan, Macam bentukan pikiran telah dicabuti, Belitan keinginan telah dihancurkan” – Dhammapada Syair 153-154].

Jadi kesimpulan yang kita dapat mengenai Mara vs Paranimmitavasavatti adalah:
Ketika makhluk masih memiliki 1 di antara 10 kilesa, maka ia dapat berada dalam jeratan Mara. Kebebasan sepenuhnya dari jeratan ini hanya terjadi pada level kesucian Arahat saja. Mereka yang mencapai level kesucian di bawahnya masih terkena potensi terjerat Mara (artinya alam suddhavasa pun, para penghuninya, masih ada yang memiliki sedikit kilesa atau masih berada pada jeratan Mara). Juga terdapat cara lainnya agar terlepas sementara dari jangkauan mara, yaitu melalui pencapaian Jhana ke-1 meditasi karena 5 nivarana telah di hancurkan (MN 25, AN 9.39)

Tidak semua penghuni alam Paranimittavasavatti adalah Mara
Para penghuni 31 Alam, menjadi terjerat mara melalui pasukan kilesanya.

Mara Mencari Jejak Setelah Wafatnya Godhika Thera
Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.

Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai Arahat, tepat sebelum beliau meninggal.

Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia mencoba untuk menemukan dimana Godhika Thera tersebut dilahirkan tetapi gagal. Maka, dengan menyamar seperti laki-laki muda, Mara menghampiri Sang Buddha dan bertanya di mana Godhika Thera sekarang. Sang Buddha menjawab, “Tidak ada manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui Godhika Thera. Setelah terbebas dari kekotoran-kekotoran moral ia mencapai tingkat kesucian Arahat. Seseorang seperti kamu, Mara, dengan seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan ke mana para Arahat pergi setelah meninggal dunia”. Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:

Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila, yang hidup tanpa kelengahan, dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna.
[Dhammapada, Bab 3, Pikiran/Citta Vagga, Syair 57, Kisah Godhika Thera]

LIMA JENIS MARA (PANCAMARA)
1. Māra “kekotoran-batin” [kilesamāra]
2. Māra “agregat” [khandhamāra]
3. Māra “formasi karma” [abhisaṅkhāramāra]
4. Māra “devaputta” [devaputtamāra]
5. Māra “kematian” [maccu māra]
(Vism. 211; ThA 2:16)

Māra sebagai perumpamaan psikologis (kecuali no. 4) karena Māra yang seperti itu ada di dalam batin-dan-jasmani kita!

Māra “devaputta” (no. 4) sebagai personifikasi makhluk jahat. Mara menempati posisi penting dalam agama Buddha sebagaimana Buddha sering mengatakan “Alam semesta ini, dengan para deva, Māra dan Brahma, pertapa dan brahmana” (M 3:60; Sn 4:24)

1. MARA “KEKOTORAN BATIN” (KILESAMARA)
Disebut sebagai “kekotoran-batin” karena mereka membuat batin menderita dan tersiksa; atau karena mereka ‘mencemari’ makhluk dengan cara menarik mereka ke bawah ke keadaan batin yang kotor dan bejat.
Kilesa disebut Māra karena mereka menyebabkan kematian dan kehancuran. Apa itu Kilesa, silahkan lihat 10 Kilesa: 1. Lobha = ketamakan; 2. Dosa = kebencian; 3. Moha = kebodohan batin; 4. Mana = kesombongan; 5. Ditthi = kekeliruan pandangan; 6. Vicikiccha = keraguan (terhadap hukum kebenaran/Dhamma); 7. Thina-Middha = kemalasan dan kelambanan batin; 8. Uddhacca = kegelisahan; 9. Ahirika = tidak tahu malu (dalam berbuat jahat); 10. Anottappa = tidak takut (terhadap akibat perbuatan jahat)

2. MARA “AGREGAT” (KHANDHAMARA)
Agregat disebut sebagai Māra karena mereka “membebani” dan menghambat “pembebasan” kita.

“Kita” terdiri dari proses mental-dan-materi yang muncul lenyap, senantiasa berubah sejak awal saṃsāra dan akan terus berlangsung kecuali kita mencapai Nibbāna.

Proses mental-dan-materi ini disebut “lima agregat’ (pañcakkhandha), yaitu:

Agregat materi (rūpakkhandha)
Agregat perasaan (vedanākkhandha)
Agregat persepsi (saññākkhandha)
Agregat formasi kehendak (saṅkhārakkhandha)
Agregat kesadaran (viññāṇakkhandha)

Cara Menaklukan Mara Agregat
Dengan merenungkan 3 corak kehidupan: Anicca (ketidak-kekalan), Dukkha (penderitaan) dan Anatta (tanpa kepemilikan/tanpa inti)

Segala sesuatu yang tidak kekal memuaskan atau tidak-memuaskan?

Segala sesuatu yang tidak kekal dan tidak memuaskan, apakah pantas untuk disebut sebagai “milikku”, “Aku”, “Diriku”?

Jijik ➾ tidak bernafsu ➾ terbebaskan. (Lih. Anattalakkhaṇa Sutta, S 3:66f)
(Daripada) hidup selama seratus tahun tanpa melihat muncul-lenyap; lebih baik
hidup selama satu hari (tetapi) melihat muncul-lenyap (Dhp. VIII. 12)

3. MARA “FORMASI KAMMA” (ABHISANKHARAMARA)
Kamma yang memproduksi kelahiran-kembali ➾ penderitaan ➾ kematian.

(1) Apuññābhisaṅkhāra = formasi kamma yang tidak-baik,
(2) Puññābhisaṅkhāra = formasi kamma yang baik,
(3) Āneñjābhisaṅkhāra = formasi kamma yang tidak-goyah.

Formasi kamma yang tidak baik = 10 akusala kammapatha,
yaitu: 1. Membunuh, 2. Mencuri, 3. Berzina/selingkuh, 4. Berdusta/berbohong, 5. Memfitnah, 6. Berkata kasar/jorok, 7. Bergosip/ngomongan yang tidak bermanfaat, 8. Serakah/iri-hati, 9. Kebencian/kehendak jahat dan 10. Kebodohan/pandangan-salah.

Formasi kamma yang baik = pencapaian 4 rūpajjhāna dan 10 landasan kebajikan, yaitu: berdana, sīla, meditasi, menghormati yang pantas untuk dihormati, pelayanan, pelimpahan jasa, bergembira atas kebajikan orang lain, mendengarkan Dhamma, mengajarkan Dhamma, meluruskan pandangan (keyakinan pada kamma dan buahnya).

Formasi kamma yang tidak goyah = pencapaian 4 arūpajjhāna.

Menaklukkan Māra “Formasi Kamma” untuk melampaui kelahiran-kematian.

4. MARA “DEVAPUTTA” (DEVAPUTTAMARA)
Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh alam semesta: alam-inderawi, alam-materi-halus dan alam non-materi (MA 2:226; SnA 2:506).

Dialah, Vasavatti yang tinggal di surga Paranimittavasavattī, yang menyerang Bodhisatta pada saat dibawah pohon Bodhi sesaat sebelum Penerangan Sempurna. Vasavattī bukanlah raja di surga tersebut melainkan hanyalah pangeran yang berkuasa di wilayahnya. Ia seperti seorang pangeran pembangkang di tapal batas kerajaan (MA 1:34).

Semua makhluk yang belum tercerahkan berada di dalam kekuasaan Māra (lih. Māradheyya Sutta, It. 3.1.10) kecuali mereka yang berada di dalam jhāna, dimana “Māra dibuat buta, tidak menemukan pijakan.” (M 1:159f)

Māra tidak mampu menemukan kesadaran-penyambung-kelahiran kembali seorang Arahat (seperti api yang padam karena minyak habis) yang telah meninggal dunia.

“Para bhikkhu, apakah kalian melihat sekumpulan asap dan kegelapan yang bergerak ke timur, kemudian ke barat, … kebawah, dan ke arah diantaranya?” Ya, Bhante.

“Para bhikkhu, dia adalah Māra yang sedang mencari kesadaran anak dari keluarga Godhika, bertanya-tanya, “Dimanakah sekarang kesadaran anak dari keluarga Godhika telah ‘tertancap’?”

“Tetapi, para bhikkhu, dengan kesadaran ‘tidak tertancap’ [appatiṭṭhita], anak keluarga Godhika telah mencapai Nibbāna.” (S 4:23)

Tiga putri Māra Devaputta: Taṇhā (nafsu-keinginan), Aratī (ketidak-puasan) dan Rāga (nafsu).
Ketiganya (perwujudan dari kualitas tersebut) menggoda Buddha yang baru mencapai Penerangan.

Dari Brahmanimantanika Sutta (M 1:326-331):
Buddha menemui Brahmā Baka yang menganggap kehidupannya kekal dan dengan demikian telah “jatuh ke dalam kebodohan (avijjāgato)”. Māra, dengan menguasai beberapa Brahmā, meminta Buddha untuk tidak meremehkan Brahmā Baka karena dia adalah Mahā Brahmā sang Penakluk, Yang Tidak Terkalahkan, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Tuhan, Sang Pembuat, Sang Pencipta, Penguasa, Sang Penentu, Maha Bisa, Bapa dari dari semua mahluk yang ada dan akan ada. (D1:220-222)

Brahmā Baka berkata bahwa apabila Buddha berpegangan pada tanah,…air,…makhluk,…para tuhan,…Pajāpati,…Brahmā maka Buddha akan berada dekat disamping dia, tinggal di ‘kerajaannya’ dengan demikian Brahmā Baka bisa mewujudkan kehendaknya untuk membuat Buddha rendah-hati.

Māra, mengharapkan Buddha bisa bersinar dengan kemegahan dan kemuliaan yang sama seperti Brahmā Baka, meminta Buddha untuk patuh pada perintah Brahmā sambil sebelumnya mengancam dengan memberitahukan bahwa dimasa lalu siapapun yang merendahkan Tuhan terlahir di alam apāya dan mereka yang mengagungkan Tuhan terlahir di alam brahmā.

Di Sutta ini terlihat hubungan yang cukup menarik antara Māra (Si Jahat, Setan) dan Tuhan (Brahmā Baka); dimana Brahmā Baka keliru mempersepsikan dirinya sebagai pencipta dunia, dan Māra yang membela Tuhan dengan tujuan ‘pribadi’nya yaitu jangan sampai ada makhluk yang merealisasi Nibbāna dan dengan demikian ia ‘mencengkeram’ semua makhluk untuk tetap berada di dalam wilayah kekuasaannya.

Cara Menaklukkan Mara Devaputta
Dengan menyempurnakan 10 Pāramī: kemurahan hati, sīla, penolakan, kebijaksanaan, usaha/energi, kesabaran, kebenaran, tekad, cinta-kasih dan ketenang-seimbangan.

Senantiasa “penuh-perhatian” (satipaṭṭhāna) akan membuat kita berada diluar jangkauan Māra. Mereka yang terjebak di dalam “temali nafsu inderawi” (kāmaguṇa) akan tercengkeram oleh Māra (S 5: 146-149).

Keterangan: Disebut sebagai “lima temali nafsu inderawi” (pañcakāmaguṇa) karena mereka menjadi objek dari lima indera (MA 1:199). Mereka juga berkaitan dengan kualitas dari keinginan yang menghasilkan kepuasan kepada indera-indera, atau pengalaman indera yang nikmat. Disebut sebagai “temali” (guṇa) karena mengikat seseorang ke mereka, dan kemudian “berkembang” (guṇa) dengan sendirinya sebagai akibatnya; dan akhirnya mengikat makin kencang lagi.

5. MARA “KEMATIAN” (MACCU MARA)
Disebut sebagai Māra karena kematian menghancurkan daya-hidup (jīvitindriya) makhluk yang menjaga kelangsungan agregat (khandha) di setiap kehidupan.

魔之分类有∶ Mara (Penggoda) di bagikan dalam beberapa kelompok:

1. 内魔、外魔,内魔由自身产生障碍,外魔则系自他身而来之障碍。《定善义传通记》卷三谓四魔之中,以天魔为外魔,其他三魔为内魔。又有就分段、变易二身而分,或从烦恼、所知二障而分。Mara yang di dalam, Mara yang diluar. Mara yang di dalam asalnya dari tubuhnya sendiri yang menghasilkan keterbatasan dan rintangan; Sedangkan Mara yang di luar muncul terkait atau berhubungan dengan tubuh diri sendiri dan tubuh lainnya (iblis yang di luar) yang menghasilkan keterbatasan dan rintangan. (Dalam catatan Ting Shan Yi Chuan Thung Ci) bagian ke tiga dijelaskan ada empat Mara , menjadikan Dewa Mara disebut Mara dari luar. Sedangkan tiga Mara lainnya disebut Mara dari dalam. Ada pembagian, yaitu: Fen Tuan (sepenggal-sepenggal/ proses tubuh mengalami kelahiran dan kematian yang berulang-ulang), satunya lagi Pien Yi (Perubahan-perubahan pikiran yang timbul dan lenyap silih berganti) dibagi dalam dua tubuh, atau pembagian lagi asalnya dari kerisauan, dan rintangan terjadi adanya dua pengetahuan (Aku dan Dharma).

2. 五阴魔、烦恼魔、死魔三者,《法华经》卷五〈安乐品〉云(大正9·39a)‘见圣贤军与五阴魔、烦恼魔、死魔共战,有大功勋,灭三毒,出三界,破魔网。’此三魔乃自四魔中,除去天魔者。Panca Skandha Mara, Kerisauan Mara, Kematian Mara, tiga kelompok ini, Di dalam Sutra Lotus/ Fa Hua Cing) di bab ke-5 di bagian An Le Phing disabdakan, (Maha Tripitaka Ta Zheng 9.39a) “ Melihat barisan tentara suciwan, dan praktisi mulia, berhadapan Panca Skandha Mara, Kerisauan Mara, dan Kematian Mara perang bersama, ada keberhasilan besar ada kekalahan besar, untuk melenyapkan tiga racun (keserakahan, kebencian dan kebodohan), keluar dari Triloka Dhatu (Alam Nafsu, Alam Rupa dan Alam Tanpa Rupa) , menghancurkan kekuasaan Mara. Tiga Mara ini adalah diri sendiri yang termasuk di dalam empat Mara, kecuali Dewa Mara.

3. 烦恼魔、五阴魔、死魔、天魔四者,出自北本《涅盘经》卷二、《瑜伽师地论》卷二十九等。又,《超日明三昧经》卷上所谓身魔、欲尘魔、死魔、天魔者,亦同于上述之四魔。《大乘法苑义林章》卷六释之云(大正45·348b)∶‘烦多扰乱名为烦恼;色等积聚名之为蕴;将尽、正尽、尽已名死;神用光洁自在名天。此四即魔。’ Kerisauan Mara, Pancaskandha Mara, Kematian Mara, dan Dewa Mara, asalnya dari Sutra Nirvana bagian ke dua, Abhidharma Yi Chia Se Ti Lun bagian 29 dan lainnya, juga di Sutra Chau Je Ming San Mei Cing bagian awal, disebut ada Tubuh Mara, Nafsu Sensasi Mara, Kematain Mara, dan Dewa Mara, sama seperti di atas empat Barisan Mara.Di dalam Ta Chen Fa Yuan Yi Lim Cang, bab ke-6 penjelasannya (Maha Tripitaka Ta Zheng 45.348b), banyak galau, dan bingung kacau disebut kekhawatiran (galau), kondisi rupa dan lainnya bergabung dinamakan skandha; akan berakhir, berakhir dan sudah berakhir di namakan kematian. Energy kesadaran digunakan bercahaya bersih dan leluasa dinamakan dewa. Ini empat kategori adalah Mara.

4. 天、罪、行、恼、死等五魔,出于《骂意经》。乃于上记四魔,复加罪魔。Dewa Mara, Kejahatan Mara, Praktik Mara,Kerisauan Mara, dan Kematian Mara adalah Lima Mara, penjelasan ini berasal dari Sutra Ma Yi Cing , sama seperti di atas hanya ada penambahan Kejahatan Mara.

5. 《涅盘经》谓四魔加无常、无我等四倒,而成八魔;又谓分段、变易二身各有四魔,故成八魔。Di dalam Sutra Nirvana, disebutkan Empat Mara ditambah fenomena ‘Tidak Kekal’, ‘Tiada Aku’ dan lainnya disebut “Empat Terbalik”, selanjutnya menjadi “Delapan Mara”. Juga disebut Fen Tuan (kematian yang sepenggal-penggal atau mengalami hidup dan mati yang berulang-ulang), Pien Yi (Pikiran yang terus timbul lenyap/hidup mati) di dalam dua fenomena tubuh ini masing-masing ada Empat Mara. Maka disebut menjadi Delapan Mara.

6. 《大乘法苑义林章》卷六列欲、忧愁、饥渴、爱、睡眠、怖畏、疑、毒、名利、自高慢等十魔。[6] Di dalam Ta Chen Fa Yuan Yi Lim Cang, bab ke-6, barisan 1. Nafsu, 2. susah hati, 3. lapar haus, 4. kecintaan, 5. suka tidur, 6. ketakutan, keraguan, 8. hati berbisa (hati racun), 9. suka ketenaran dan keuntungan, 10. kesombongan dan kemalasan dan lainnya adalah Sepuluh Jenis Mara.

7. 《华严经大疏钞》卷二十亦列举蕴、烦恼、业、心、死、天、善根、三昧、善知识、菩提法智等十魔。[7] Di dalam Sutra Hua Yen Cing /Avatamsaka Sutra, Ta Shu Chao (catatan jarang) di bab 20 membuat daftar: Skandha, kegalauan, Karma, Hati, Kematian, Makhluk Dewa, Akar Kebajikan, Samadhi, Pakar Kebajikan, Kebijaksanaan Bodhi Dharma dan lainnya adalah Sepuluh Mara.

资料来源 (sumber data-data)
1.^《大乘法苑义林章》卷六云(大正45·348b)‘梵云魔罗,此云扰乱、障碍、破坏,扰乱身心,障碍善法,破坏胜事,故名魔罗。’ Di dalam Ta Chen Fa yuan Yi Lim Cang, bab ke-6, disabdakan, (Maha Tripitaka Ta Zheng 45.348)’ Di dalam Bahasa Sansekerta pengertian ‘Mara’ adalah: Pengacau (pembuat kebingungan); Perintang; Perusak, Mengacaukan tubuh dan hati; Merintangi Dharma kebajikan, Merusak urusan yang sangat baik/berguna, ini semua dinamakan Mara (kata mandarinnya : Mo Lo)

2. ^ 大毗婆沙论》卷五十二云(大正27·272b)‘何故名魔?答∶断慧命故,或常放逸而自害故。’Di dalam Abhidharma Ta Phi Sa Lun, bab ke-52, (Maha Tripitaka Ta Zheng 27.272b) disabdakan: apa yang dinamakan ‘Mara’, dijawab, memutuskan kehidupan bijak, atau senantiasa melakukan kelalaian sehingga: mencelakakan/menyakiti diri sendiri.

3. ^《大智度论》卷五云(大正25·99c)‘夺慧命,坏道法、功德、善本,是故名为魔;诸外道人辈言,是名欲主,亦名华箭,亦名五箭。破种种善事故,佛法中名为魔罗;是业是事,名为魔事。’ Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Lun, bab ke-5 (Maha Tripitaka Ta Zheng 25.99c) dijelaskan: Merampas kehidupan bijak; merusakan kesucian Dharma (praktisi Dharma yang menuju kesucian); merusak jasa pahala; merusak inti kebajikan; adalah dinamakan ‘Mara’; para praktisi sempalan secara generasi menyatakan dinamakan nafsu utama, juga dinamakan panah mandarin, juga dinamakan lima panah, merusak bermacam-macan urusan kebajikan, di dalam Buddhadharma di namakan ‘Mara’; dalam bentuk perbuatan atau urusan, dinamakan ‘Urusan Mara’.

4. ^《瑜伽师地论》卷二十九云(大正30·448a)‘或见在家及出家众欢娱杂处,或见恶友共相杂住,便生欢喜,心乐趣入,当知一切皆是魔事;于佛法僧苦集灭道,此世他世,若生疑惑,当知一切皆是魔事。(中略)若于利养恭敬称誉,心乐趣入,(中略)当知一切皆是魔事。’ Di dalam Abhidharma Yi Chia Se Ti Lun, bab ke-29 (Maha Tripitaka Ta Zheng 30.448a): berpenampilan perumah tangga dan/atau berpenampilan para sramana yang menyenangi tempat-tempat yang menimbulkan berbagai sensasi (Dunia gembira/du’gem); atau melihat teman jahat bersama-sama menetap untuk saling menikmati, mudah menimbulkan kegembiraan, hati gembira terhanyut masuk perangkap, ketahuilah ini semua adalah “Urusan Mara”. Di dalam Buddha Dharma dan Sangha, terdapat ajaran Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan Membebaskan Dukkha, di dunia ini atau di dunia mereka, bila memunculkan keraguan atau kebodohan, ketahuilah semua ini adalah ‘Urusan Mara. (cuplikan) bila terhadap keuntungan, menerima dana, mendapatkan penghormatan, peroleh pujian dan mempunyai reputasi, bila hati gembira dan terperangkap, ketahuilah semua ini adalah “Urusan Mara”

5. ^《大智度论》卷五又云(大正25·99b)‘除诸法实相,余残一切法尽名为魔,如诸烦恼、结使、欲缚、取缠、阴界入、魔王、魔民、魔人,如是等尽名为魔。’同书卷五十六云(大正25·458c)‘魔作龙身种种异形、可畏之像,夜来恐怖行者;或现上妙五欲,坏乱菩萨。’ Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Lun, bab ke-5 (Maha Tripitaka Ta Zheng 25.99b) juga disabdakan: selain kesejatian para Dharma, Dharma lainnya yang tidak sempurna pada akhirnya dinamakan ‘Mara’, seperti semua kegalauan, pertalian yang menjurus, nafsu yang mengikat, mengejar sensasi dan terikat , memasuki skandha dhatu (gejolak hati), menjadi Raja Mara, Rakyat Mara, Manusia Mara, demikian semua ini akhirnya dinamakan “Mara”. Buka yang sama di bab ke-56 (maha Tripitaka Ta Zheng 25.458c): Mara bisa berubah menjadi tubuh naga, merubah bermacam tubuh dan penampilan lainnya, rupa yang menakutkan, saat malam dengan wajah menakutkan untuk menganggu praktisi; atau dapat menampilkan lima perwujudan gaib yang memunculan hawa nafsu (pujian nama, diberikan keuntungan, mendapatkan harta, peroleh kenikmatan, dan mendapatkan pelayanan) untuk merusak dan mengacaukan Bodhisattva (Mengganggu Praktisi di jalan Bodhisattva)

6. ^并释云(大正45·348b)‘可欣名欲,心戚名忧愁,悕求食饮名饥渴,耽欲名爱,令心昧略名睡眠,有所恐怯名怖畏,犹豫两端名疑,损恼身心名毒,悕誉贪财曰名利,自举陵他名高慢。欲等即魔,亦持业释。’Di jelaskan (Maha Tripitaka Ta Zheng 45.348b: peroleh kesenangan disebut nafsu, duka hati dinamakan susah hati, kesukaan (ngidam) makanan dan minuman langka dinamakan lapar dahaga,nafsu penuh kekhawatiran dinamakan cinta, membuat hati bodoh dinamakan tidur terlelap, ada yang ditakuti dan menjadi pengecut, dinamakan penakut, ragu-ragu dalam dualitas dinamakan keraguan, merugikan dan mengacaukan tubuh dan hati dinamakan racun, mencari reputasi serakah terhadap harta dinamakan ketenaran dan keuntungan, mengangkat diri sendiri merendahkan lainnya dinamakan kesombongan. Nafsu-nafsu demikian adalah “Perilaku Mara”, juga melakukan perbuatan karma yang sudah dijelaskan.

7. 楞嚴經五十陰魔 Sutra Shurangama 50 Skandha Mara; Di dalam Sutra Surangama tercantum ada 50 jenis skandha-mara, para skandha-mara ini merasuki tubuh manusia untuk melakukan penipuan pada para makhluk. Anda sendiri jadi terpedaya dan menderita kerugian, pada akhirnya menciptakan karma buruk yang tak terhingga dan tanpa batas.

8. ^ 并释之云, Penjelesan selanjutnya:

  1. 贪着五蕴为蕴魔;Serakah dan melekat kepada Panca Skandha disebut Skandha Mara (Iblis Panca Skandha)
  2. 执着五尘境,起一切烦恼为烦恼魔;Terjebak dan melekat kepada lima kondisi sensasi, menimbulkan semua kerisauan disebut Kerisauan Mara.
  3. 一切恶业为业魔;Semua perbuatan jahat disebut Karma Mara.
  4. 高慢心为心魔; Hati yang sombong/angkuh disebut Hati Mara.
  5. 命终为死魔;Saat meninggal (yang berbakat jadi Mara) disebut Kematian Mara.
  6. 他化天大魔王为天魔;Alam surga ke enam Paranimmitavatti tempat bermukimnya para Mara) ada Raja Maha Mara disebut Dewa Mara.
  7. 执着所修善根为善根魔;Terjebak dan melekat akar kebajikan yang sudah dibina disebut Akar kebajikan Mara.
  8. 耽着所得禅定,不求升进为三昧魔;Terbenam dan melekat kepada hasil dari Dhyana (Samadhi), tidak mau meningkatkan kualitas disebut Samadhi Mara.
  9. 悭吝法,不开导他人为善知识魔;Pelit atau kikir Dharma, tidak menjelaskan dan membimbing orang lain disebut Pakar Kebajikan dan Pengetahuan Mara. (Pakar Pengetahuan Iblis).
  10. 着菩提智为菩提法智魔。Melekat kepada kebijaksanaan Bodhi disebut Kebijaksanaan Dharma Bodhi Mara. (Bila melekat walau berjuang di jalan Dharma untuk mengembangkan Bodhi tapi sudah melenceng ke jalan Mara).

Buddha Mengalahkan Godaan dan Gangguan Mara
Berhadapan dengan godaan dan gangguan Mara, Buddha berkata: “Tiada yang dapat menaklukkan mereka kecuali Ia yang berani Untuk memperoleh berkah kemenangan… Lebih baik saya mati dalam pertempuran sekarang Daripada memilih untuk hidup dalam kekalahan… Saya siap untuk melawan, dan saya Tidak akan terdorong keluar dari tempat saya.” Sang Buddha berkata: “Karena saya memiliki keyakinan (saddha) dan semangat (viriya) Dan saya juga memiliki kebijaksaan (pañña).” Lebih lanjut, untuk menegaskan ruang pertempuran batin, sebagaimana yang terkandung dalam konteks ini, Sang Buddha berkata pada Māra: “Pasukanmu yang banyak, yang mana dunia beserta seluruh dewa tidak dapat kalahkan, Akan saya dobrak (hancurkan) dengan KEBIJAKSANAAN sekarang Bagaikan dengan sebuah batu (memecahkan) pot, Ibid., hal. 20 12 Mara Si Penggoda tembikar.”

Māra berkata: “Selama tujuh tahun aku mengejar Sang Buddha pada tiap langkahnya Namun dengan Buddha yang telah sadar aku tidak memiliki kesempatan. Seperti seekor burung gagak yang meloncat di sekitar batu lebar berwarna Berpikir ‘mungkin kita dapat menemukan makanan yang enak’ Terbang menjauh dalam kekecewaan Dalam kemuakkan aku menyerah pada Gotama.”

Bagaimana & Kenapa Bisa jadi Mara?
Di dalam Abhidharma Ta Ce Tu Luen, dikatakan: Mengapa di sebut “Mara” adalah makhluk yang merintangi dan mengganggu kehidupan bijaksana, merusak kesucian Dharma, penghancur jasa pahala, menjegal dan menghalangi perilaku kebajikan, maka disebut pelaku kejahatan “Mara”.

楞嚴經卷第六:汝修三昧,本出塵勞;淫心不除,塵不可出。縱有多智,禪定現前;如不斷淫,必落魔道。上品魔王,中品魔民,下品魔女。彼等諸魔,亦有徒眾,各各自謂:成無上道。

Di dalam Sutra Shurangama di bab ke-6, disabdakan: kamu melatih Samadhi, intinya untuk keluar dari segala sensual dan nafsu; hati bersemayam nafsu seksual bila tidak dilenyapkan, tidak bisa keluar dari abu sensasi (kekotoran batin), walaupun banyak kebijaksanaan, menampakkan tingkatan jhana; Bila tidak lenyapkan nafsu seksual, pasti terjatuh ke jalur Mara, tingkatan tinggi jadi Raja Mara, tingkatan menengah jadi Rakyat Mara, tingkatan rendah jadi Putri Mara. Jenis Mara-mara tersebut ada banyak pengikutnya, semuanya masing-masing mengatakan telah mencapai tingkatan tiada banding.

【楞严经】强调一个观念,“内魔不生,外魔不起。”世间上的事情是感应道交的,你内心当中对于魔所现的,不管是欢喜的境界,恐怖的境界,你能够不迷、不取、不动,不要有攀缘心,魔是不能破坏你的。

Di dalam Shurangama Sutra: menekankan ditujukan satu pandangan, “mara yang di dalam (hati) tidak muncul, mara yang di luar tidak bangkit”. Di dunia semua urusan saling berkaitan, hati kamu memunculkan dan menampakkan mara, baik itu kondisi menyenangkan atau menakutkan, bila kamu tidak tahayul, tidak melekat, tidak tergerak, tiada boleh memaksakan untuk berjodoh, maka mara tidak tidak mampu merusak dan mengganggu kamu.

“Sebab menjadi Mara, karena Mara hanya dan benar-benar rajin melatih Sila, Samadhi dan Prajna tapi Mara tidak melenyapkan keserakahan, kebencian dan kebodohan”, sebab akibat ini mereka punya “Rejeki Dewa 天福” tetapi tidak mempunyai” Pahala Dewa 天德 “sehingga menjadi ”Kaum Mara”. Para mara cenderung menjadi dewa jahat, berwajah buruk dan berhati penuh kedengkian yang bersumber keserakahan, kebencian dan kebodohan, sebabnya karena mereka hanya melatih sila, Samadhi dan prajna saja yang tidak utuh, benar dan baik, sehingga mara dapat terlahir di surga ke enam, menikmati kebahagiaan surga juga menerima penderitaan batin, akibat dari tidak melenyapkan sifat buruk keserakahan, kebencian dan kebodohan.

电视、网络 是魔王波旬的道场
(Televisi & Internet Adalah Mandala Raja Mara Boxun)
电视、网络,我们现在知道,是魔王波旬的道场。波旬附体来找过我,来责问我,说我没有通知他,侵犯他的道场。我说我们从来没有侵犯任何人的道场,他说你这卫星电视、网络这不是侵犯我的道场吗?我才恍然大悟,原来全世界的电视、网络通通是魔王波旬的道场。确实华藏卫视没通知他,我们用网际网络也没通知他。我请他原谅,不要见怪,我请他到这儿来听经,给他供个牌位,称他作波旬菩萨。 Televisi, internet, kami sekarang baru tahu adalah mandalanya Raja Mara Buxon. Mara BOXUN merasuk dan mencari aku (Chin Khung Fa She) mempertanyakan kepada saya, mengatakan saya tidak memberitahukan dia, telah invasi dia punya mandala. Saya mengatakan kami selama ini tidak ada invasi orang punya mandala (vihara). Dia (mara) berkata Gunakan Televisi satelit dan internet ini bukan invasi saya punya mandala? Saya baru menyadari dan cerah besar, semua dunia punya televisi dan internet adalah mandala Mara BOXUN. Nyatanya siaran televise Hua Cang tidak memberi tahu dia, kami gunakan jaringan internet juga tidak memberi dia (mara). Saya minta kepada dia (mara) untuk di maafkan, dan jangan heran gusar. Saya mengundang dia untuk datang kesini mendengarkan sutra, memberikan dia dana papan puja, memuji dia menjadi BOXUN Bodhisattva (波旬菩萨).

外道六师(6 Guru Aliran Menyimpang)
佛說大乘金剛經論;文殊師利菩薩問佛。云何是外道六師。Di dalam Abhidharma Ta Shen Cing Kang Cing Luen; Manjusri Bodhisattva bertanya kepada Hyang Buddha, bagaimanakah sebutan 6 guru di dalam aliran menyimpang.

世尊曰。如來滅後。多有波旬入我法中。住我寺院。剃頭被褐。稱佛弟子。相共檀越。飲食酒肉。食污漫淨地。第一外道。Hyang Buddha bersabda: Setelah Tathagata (Buddha) memasuki Mahaparinirvana (wafat) banyak Mara Pho Xun (Iblis penggoda Boxun) memasuki Buddhadharma (menjadi siswa palsu Sang Buddha), tinggal di vihara Buddha, cukur rambut memakai pakaian rahib menyebut dirinya sebagai siswa Buddha. Saling berhubungan dengan para umat dan donator, minum arak dan makan daging. Makanan tersebut mengotori tempat suci, ini disebut praktisi aliran menyimpang pertama;

复有牽妻帶子。住佛伽藍。偏學瑜珈教相。自稱遺法弟子。飲食酒肉。與人修齋。不僧不俗。第二外道。Ada lagi praktisi siswa Buddha yang memiliki istri dan membawa anak tinggal di vihara sangha arama. Cenderung mempelajari yoga dan mengajarkan ajaran berbentuk “wujud” (penampilan luar saja), menyebut dirinya sebagai siswa pelaksana Dharma (menyombongkan diri selalu patuh dengan Dharma), tetapi kelakuannya minum arak dan makan daging. Terhadap orang lain mengajarkan Atthasila (vegetarian) Praktiknya bukan seperti seorang Sramana (chu cia ren) juga bukan seperti umat awam, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-dua. (bisa kita saksikan: sekarang jaman kacau tanpa menjunjung sila kebenaran sehingga banyak praktisi umat awam senang memakai pakaian bhiksu (hai ching kuning), atau sebaliknya banyak siswa bhiksu suka memakai pakaian umat awam (pai yi / pakaian putih).

復有邪人。上無師傳。下無師證。被鬼迷制。邪悟聰明。不加修功。自言成道。外托佛教。內行邪法。亂惑世人。同入邪路。滅佛知種。第三外道。 Ada lagi praktisi orang sesat, ke atas tidak ada guru yang pendiksa (Transmisi), ke bawah tidak ada guru penyaksi (pembimbing), tubuhnya dirasuki setan sehingga sikap dan perilakunya bodoh. Tidak memahami perbedaan antara sesat, cerah dan kecerdasan. Tidak mau meningkatkan pelatihan dan berbuat kebajikan. Dirinya mengatakan sudah mencapai kesucian (senang memakai gelar kesucian). Keluar penampilannya sebagai praktisi Buddhis, tapi ke dalam melaksanakan dharma sesat (ajaran menyimpang). Mengacaukan dan membodohi orang-orang duniawi. Bersama-sama memasuki jalan sesat. Melenyapkan pengetahuan dan kebijaksanaan Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang yang ke-tiga.

復有外見。偏學有為。行符咒水。驅鬼遣神。惑亂世人。增長惡見。滅佛正見。第四外道。Ada lagi praktisi yang memiliki pandangan menyimpang (tunduk dan segalanya ditentukan dari ‘atas’ atau dari luar) cenderung belajar ‘ajaran pamrih’ penuh hasrat. Menggunakan kertas Fu dan memantrai air. Menggiring setan dan mengirim dewa untuk membodohi dan mengacaukan orang-orang duniawi supaya berkembangnya pandangan dan pikiran jahat guna melenyapkan pandangan benar dari ajaran Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-empat.

復有道依休咎。學問吉凶。占卜鑑形。先兆禍福。惑亂世人。滅佛正眼。第五外道。Ada lagi praktisi yang menggantungkan nasib baik-buruk, mujur-sial, untung-celaka, mempelajari kebaikan dan keburukan, meramal rupa dan nasib, menganjurkan supaya baik dan buruk di kias (buang kesialan mendatangkan keberuntungan), membodohi dan mengacaukan orang-orang duniawi, melenyapkan penglihatan kebenaran Buddha, ini disebut praktisi aliran menyimpang ke-lima.

復有妝模作相。空腹高心。未證言證。未悟言悟。一言半句。便為究竟。不食油鹽茶果醬醋。執持邪戒。惑亂無智。不用看經念佛。不用作福參禪。不用出家受戒。不用投禮別師。偏指色身。與佛無二。誑惑無智。同入黑暗。斷善根苗。滅智慧種。執著癡頑。第六外道。Ada lagi praktisi yang berhias merubah penampilan perut kosong hati tinggi. Belum merealisasikan jalan kesucian tapi ucapannya sudah terealisasi, belum tercerahkan tapi ngakunya sudah cerah. Hanya gunakan satu kata dan separuh bait Dharma dianggapnya sudah melengkapi (sempurna). Ia sesumbar tidak makan minyak, garam, cuka, teh dan selai. Penuh semangat melaksanakan sila sesat. Hidupnya bodoh dan kacau tanpa kebijaksanaan. Tidak perlu melihat sutra dan Nien fo, tidak perlu melaksanakan kebajikan dan retreat zen. Tidak perlu jadi sramana (chu cia ren) mengambil pratimoksa (vinaya kebhiksuan) tidak perlu mencari dan berguru lain. Cenderung menunjukkan dan membandingkan rupa tubuhnya (tubuh kasar) dengan Buddha tidaklah berbeda. Kebodohan penuh dusta, bersama-sama memasuki kegelapan, merusak bibit dan akar kebajikan, melenyapkan potensi kebijaksanaannya, perilakunya terjebak dan penuh kebodohan dan keras kepala. Inilah disebut praktisi aliran menyimpang ke-enam.

此等六師波旬外道。於後末法。入我法中。壞佛伽藍。毀佛正法。滅佛教相。佛敕大乘願力菩薩。隨方應現。或為人王帝主。或為宰官長者。具大威德。各作一方。佛之檀越。摧滅邪道。護守正法。無令外魔。得其方便。依佛說者。是佛弟子。隨順邪者。即是波旬相同。毀謗大法。入阿鼻如箭。一失人身無有出期。Orang-orang ini adalah ke-enam praktisi aliran menyimpang (disebut guru sempalan) yang bersekutu dengan Boxun (iblis Mara). Kelak setelah kemunduran Dharma, mereka memasuki persamuan Dharma, mengotori rumah ibadah Buddha dan sangha arama, merusak ajaran Buddha dan kebenaran Dharma. Melenyapkan tradisi agama Buddha yang baik. Buddha telah menginstruksikan para Bodhisattva Mahayana yang memiliki tekad dan kekuatan untuk memunculkan diri di berbagai tempat, atau menjadi raja atau penguasa, atau menjadi menteri, pejabat atau tokoh. Yang memiliki wibawa dan pengaruh, masing-masing berperan untuk andil. Menjadi pelindung Buddha untuk melenyapkan aliran sesat. Melindungi dan melaksanakan ajaran Dharma benar. Tidak memberikan kesempatan dan kemudahan kepada ajaran menyimpang atau iblis untuk berkembang. Siapa yang melaksanakan amanat Buddha adalah siswa sejati Hyang Buddha. Sebaliknya siapa yang mempermudah berkembangnya kesesatan adalah tidak berbeda dengan pelaku Mara Iblis Boxun. Bagi yang suka menjelek-jelekkan Dharma Mahayana (Dharma unggul) akan memasuki neraka seperti sebuah panah yang dilepas. Sekali kehilangan tubuh manusia sulit untuk keluar dari neraka.

十种魔业 (Sepuluh Perbuatan Mara)
《大方广佛华严经》(Bersumber dari Sutra Avatamsaka)

一、忘失菩提心,修诸善业,是为魔业。
(Melupakan dan kehilangan Bodhicitta, bila membina segala aktivitas kebajikan, adalah ‘Perbuatan Mara’). (Maksudnya: walau ada orang melakukan banyak kebajikan tetapi bila tidak mengembangkan Bodhicitta atau melupakan Bodhicitta maka perbuatan ini disebut ‘Perbuatan Mara’; Pengertian Bodhicitta secara singkat adalah ke atas menapak jalan Buddha, ke bawah peduli dan menolong semua makhluk).

二、恶心布施,瞋心持戒,舍恶性人,远懈怠者,轻慢乱意,讥嫌恶慧,是为魔业。 (Berdana dengan hati jahat, mempraktikkan sila dengan hati penuh kebencian, meninggalkan orang yang berkarakter jahat, menjauhi orang malas, meremehkan orang yang kacau pikirannya, mengejek orang yang kebijaksanaanya buruk, adalah ‘Perbuatan Mara’).

三、于甚深法生悭吝,有堪化者而不为说。若得财利、恭敬供养、虽非法器而强为说,是为魔业。(Kikir atau pelit mengajarkan Dharma yang dalam, terhadap yang layak menerima Dharma tidak di ajarkan. Bila mendapatkan rejeki (angpau besar) dan keuntungan (di asumsikan: hanya melayani orang kaya, mencampakkan orang miskin), bila mendapati penghormatan dan dana, walau bukan orang yang efektif penerima Dharma (mengajarkan Dharma kepada orang yang tidak tepat) tetapi memaksakan untuk mengajarkan, adalah ‘Perbuatan Mara’).

四、不乐听闻诸波罗密,假使闻说而不修行,虽亦修行、多生懈怠,故志意狭劣,不求无上大菩提法,是为魔业。 (Tidak senang mendengarkan ajaran segala Paramita (mencapai kesempurnaan/pembebasan), jika dapat mendengar dan mampu berbicara/mengajarkan tetapi tidak mempraktikkan, walau mempraktikkan kebanyakan munculnya kemalasan, makanya tujuannya jadi sempit dan rendah, tidak berjuang mencapai Dharma Anuttara Maha Bodhi, adalah ‘Perbuatan Mara’).

五、远善知识,近恶知识,乐求二乘,不乐受生,志尚湼盘,离欲寂静,是为魔业。(Menjauhi pakar yang memiliki kesadaran dan kebajikan, sebaliknya mendekati pakar yang memiliki kesadaran buruk/jahat, senang memohon kepada dua praktisi yana kecil dan yana sedang (Hinayana), tidak senang menerima kelahiran kembali, hanya fokus ke Nirvana saja, cenderung hanya melepaskan nafsu, dan kemauannya hanya kepada kesunyian dan ketenangan, adalah ‘Perbuatan Mara’).

六、于善知识起瞋恚心、恶眼视之,求其罪衅,说其罪恶,断彼所有财利供养,是为魔业。 (Terhadap pakar yang memiliki kesadaran dan kebajikan memunculkan hati penuh kebencian, memandangnya dengan mata buruk, mencari-cari kesalahan dan mengorbankan, mengatakannya (menyebarkan fitnah) buruk dan jahat, merusak semua harta, keuntungan dan sumber dananya, adalah ‘Perbuatan Mara’).

七、诽谤正法,不乐听闻,假使得闻,便生毁呰,见人说法,不生尊重,言自说是,馀说悉非,是为魔业。 (Menfitnah Dharma benar, tidak senang mendengarkannya, walau dapat mendengarkannya, mudah memunculkan pikiran mau mengancurkan/merusaknya, melihat orang mengajarkan/menyebarkan Dharma, tidak memunculkan hati respek, hanya mengatakan sendiri adalah yang benar, yang lain semuanya salah, adalah ‘Perbuatan Mara’).

八、乐学世论,巧述文词,开阐二乘,隐覆深法,或以妙义,授于其人,远离菩提,住于邪道,是为魔业。 (Senang belajar dan diskusi ajaran duniawi, terpaku hanya dengan kata-kata dan artikulasi, hanya membuka dan menjelaskan dua yana ajaran kecil dan sedang (Hinayana), menutupi dan menyembunyikan Dharma yang dalam, atau kebenaran yang ajaib tidak diberikan kepada orang lain, menjauhi pengembangan Bodhicitta, melekat kepada praktik sesat, adalah ‘Perbuatan Mara’).

九、已得解脱、已得安稳者,常乐亲近、而供养之。未得解脱、未得安稳者,不肯亲近,亦不教化,是为魔业。 (Setelah memperoleh pembebasan, sudah peroleh ketenangan yang mantap, hanya suka dan mendekati kepada para donatur saja. Yang belum peroleh pembebasan, belum peroleh ketenangan yang mantap tidak mau mendekati, tidak mau mengajarkan untuk berubah, adalah ‘Perbuatan Mara’).

十、增长我慢,无有恭敬,于诸众生多行恼害,不求正法真实智慧,其心弊恶,难可开悟,是为魔业。(Hanya menumbuhkan kesombongan Sang Aku, tidak punya hati respek, terhadap para makhluk banyak melakukan perilaku mencemaskan dan mencelakakan, tidak memohon kebenaran Dharma mengembangkan kebijaksanaan realita nyata. Hatinya jahat dan suka menipu, sulit bisa peroleh pencerahan, adalah ‘Perbuatan Mara’.

魔作沙門的十個征兆
(Mara Menjadi Sramana dengan Sepuluh Tanda)
一、雖名出家,但舍棄出家法。到俗家中住,不依出家法行持。這是第一征兆。(Walaupun namanya sramana/rahib, tetapi melepas dan membuang Dharma sramana. Menetap dan tinggal di rumah orang awam, tidak mengandalkan dan praktik Dharma sramana, ini adalah tanda yang pertama.) (Maksudnya perbuatan begini adalah Mara menjadi sarmana)

二、刪改戒律,不樂持戒不重戒。這是魔作沙門的第二征兆。(Menghapus dan merubah sila dan vinaya, tidak senang mempraktikkan sila, tidak fokus /meremehkan kepada sila, ini adalah Mara menjadi sramana yang menjadi tanda kedua.)

三、好讀外典,稱嘆外典。不再流布如來經教。這是魔作沙門的第三征兆。(Senang membaca buku-buku sempalan, memujikan buku-buku dan ajaran sempalan, tidak lagi menyebarkan sutra dan ajaran Tathagata (Buddha), ini adalah Mara menjadi sramana yang menjadi tanda ketiga.)

四、出家的好談世事,不論法義。不依法語,好樂俗行故。此乃第四征兆。(Sramana hanya membicarkan urusan duniawi, tidak berdiskusi kepada kebenaran Dharma, tidak mengandalkan kata-kata Dharma, hanya senang dengan sikap dan perilaku awam duniawi, ini adalah tanda keempat.)

五、多諸戲論,如國論家論男女論人王論軍事政治等論。無關修行的論。此乃第五征兆。(Banyak mendiskusikan segala pertunjukan, seperti urusan negara,urusan rumah tangga, urusan hubungan terhadap laki atau perempuan, urusan seorang raja, masalah tentara dan urusan politik dan diskusi lainnya. Tidak diskusikan bagaimana menyepi dan membina diri, ini adalah tanda kelima.)

六、喜遊婦女間,常樂憒鬧。住閑靜處,卻不重威儀。是第六征兆。(Suka berwisata bersama wanita, senantiasa bergembira di pusat kota/keramaian, walau memilih menetap di tempat sunyi dan tenang tapi mengabaikan aturan atau kemuliaan seorang sramana, adalah tanda ke enam.)

七、樂滿足俗家求財祈福超度。寺內帶有靈簽等占蔔業。從不向俗家介紹佛法。貪住名聞利養故。此是第七征兆。(Senang mengabulkan keinginan para perumah tangga awam untuk memohon rejeki dan membuat upacara Chautu agar peroleh sumbangan (angpau/paket dana). Di dalam vihara menyediakan Ciamsi dan sebagainya yang serba gaib dan klenik. Tidak memperkenalkan Buddhadharma kepada perumah tangga awam, hanya serakah dan melekat kepada ketenaran dan keuntungan saja. Ini adalah tanda ke tujuh.)

八、喜歡鬼神學說。傳播迷信封建思想。此時已被民間習俗所汙染。好談此事。名第八征兆。(Senang dan suka berbicara dan belajar dengan setan atau dewa, menyebarkan keyakinan khayal, sehingga pikirannya feodal. sekarang terjerat dan ternoda oleh adat istiadat rakyat awam. Senang berbicara masalah ini, dinamakan tanda yang kedelapan).

九、舍棄僧衣,樂著俗衣。好談俗事。多言合偶,外揚清白。內犯濁行。是名第九征兆。(Melepaskan dan membuang pakaian rahib, senang mempergunakan pakaian orang awam, senang membicarakan masalah duniawi. Banyak bicara dan ngumpul bersama, ke luar menampakkan bersih dan putih (seperti orang suci), ke dalam melanggar dan praktik kotor, adalah dinamakan tanda yang kesembilan.) (Seperti Musang berbulu domba)

十、不假修證,自謂得道。與諸佛等。甚至過於佛。妄言禍難末日。不依佛制。自立個人法。是名第十征兆乃魔作沙門。(Tidak perlu membina diri dan mencapai buah kesucian, merasa dirinya sudah mencapai kesucian tinggi. Merasa tingkat kesempurnaan nya sudah seperti para Buddha, malah ilmunya melebihi Buddha. Mereka suka berbicara dusta datangnya bencana, kesulitan dan hari kiamat. Tidak mengandalkan sistem atau ajaran Buddha, dirinya sendiri menyebarkan dharma hasil pemikiran diri sendiri. Adalah dinamakan tanda kesepuluh Mara iblis menjadi sramana. )

(*Catatan: Di dunia ini banyak praktisi karena tidak memiliki pandangan dan pikiran benar saat melatih diri, sehingga ego dan khayalannya mencuat tinggi, sehingga watak menipu diri, pikiran jungkir-balik, keserakahannya, kebencian dan kebodohannya menjadi-jadi, akibatnya khayalan diri, kesombongan dan keangkuhannya melambung sangat tinggi. Umumnya kecenderungan mereka melabelkan dirinya sebagai “Buddha hidup”, “Dharmaraja”, “Penjelmaan Tathagata”, “Titisan Bodhisattva”, “Guru Anuttara (Guru Tiada Bandingannya). Predikat atau gelar palsu yang digunakan ini nyatanya ‘DUSTA BESAR’, Sesat dan dapat Menyesatkan Multi Dimensi dalam Agama Buddha, yang pasti dapat merusak dan mengotori “Keagungan Triratna” (Buddha, Dharma dan Sangha), membohongi publik dan memperdayakan umat. Kiranya tujuan penggunaan gelar palsu ini umumnya dilatari untuk mendapatkan banyak murid dan umat, mengejar status tinggi, sanjungan dan untuk memperoleh ketenaran, keuntungan, sumbangan harta, kenikmatan dan pelayanan).

“未证言证,打大妄语:常言我是活佛、菩萨再来,但不经修得,无修无证,拨无因果,豁达空。这都是大我慢魔、狂魔、空魔作怪,故大言不惭;是人喜言,某人是某佛,某菩萨化身,或言佛也有大小,先佛后佛,真佛假佛,男佛女佛。”〔《楞严经》想阴魔第二、第三〕

Belum mencapai tapi bicaranya sudah mencapai, adalah dusta terbesar: senantiasa berkata saya adalah “Buddha Hidup” Bodhisattva yang datang lagi, tetapi tidak melalui membinaan diri, tiada membina tiada yang dicapai. Merusak tatanan hukum karma, bebas mencapai kekosongan. Ini semua adalah mara kesombongan Sang Aku yang besar, mara gila/edan, sunya mara yang menciptakan keanehan, sehingga tidak malu dengan ucapannya; Ada orang senang berkata, orang tersebut ada Buddha, adalah titisan/penjelmaan Bodhisattva, atau ada juga sebutan Buddha ada yang besar dan ada yang kecil, Buddha dulu dan Buddha akhir, Buddha benar atau Buddha palsu, Buddha pria atau Buddha perempuan. (Shurangama Sutra, mara skandha pikiran, bag ke-2, dan ke-3)

Realita orang suci tidak lagi terjebak dan melekat kepada ‘Sang Aku & Dharma’, sehingga walau orang tesebut sudah suci tapi tidak mempunyai lagi konsep, ‘Aku, Kepribadian, Corak Kehidupan dan Corak Keusiaan’, ia sudah terbebas dari konsep dualitas, bukan suci bukan pula tidak suci. Sehingga orang suci tidak promosi, tidak propaganda, tidak pasang iklan, tidak sesumbar mengatakan ia adalah orang suci. Umumnya orang yang mengaku-ngaku ia adalah orang suci sebenarnya ia belum suci, “Orang Suci tidak pernah mengatakan dirinya orang suci! “Bila ia propaganda dan sesumbar mengatakan ia adalah Buddha hidup atau Dharmaraja tapi tidak punya “Kualitas Buddha” atau “Kualitas Dharmaraja”, maka ia adalah “Buddha Palsu” bukan Buddha Hidup; ia adalah “Dharmaraja Palsu”, bukan realita sebagai Dharma raja.

Dari sejak zaman dulu sampai sekarang para Buddha, Bodhisattva atau makhluk suci lainnya, bila ia datang lagi ke dunia ini untuk membimbing dan melindung semua makhluk, maka rahasia pribadi maupun identitas diri tidak boleh bocor, sekali saja bocor dan diketahui masyarakat maka ia akan segera ‘Yen Ci/Memasuki Nirvana’ atau menjelma ke dalam bentuk lainnya. Justru sekarang ini banyak praktisi khayal yang gencar dan bangga diri memakai segala gelar palsu untuk membodohi umatnya, membohongi masyarakat dan menipu Triratna. Sungguh miris, prihatin, kasihan, dan sedih melihat “Bodoh-Raja” yang menggunakan segala “Gelar Palsu” karena mereka belum sadar, buta belum melek, kotor pikirannya dan tidak mengetahui hukum sebab akibat penggunaan gelar palsu tersebut. 若將大妄語誑眾生。自招拔舌塵沙劫 Bilamana melakukan dan menyebarkan “Dusta Besar” membohongi para makhluk, sendiri mengundang “Petaka Pencabutan Lidah” lamanya kalpa tidak terhitung bagaikan butiran pasir.

Akibat menjadi Bhiksu Mara
《佛说法灭尽经》:“众魔比丘命终之后,精神当堕无择地狱。五逆罪中,饿鬼、畜生,靡不经历,恒河沙劫,罪竟乃出,生在边国无三宝处。” 注:“这些魔化比丘命终之后,精神应当堕落在无择地狱中。由于他们生前犯下五逆重罪,因此死后除了投生地狱,还会投生饿鬼、畜生道中,而且都要经历恒河沙数那样多的劫数,才能受完三恶道的苦果,这时才能投生人道,却又出生在边远小国及恶地,没有佛法僧三宝住世的蛮荒之地。 ”Para Mara (keturunan mara, atau kelakuan mara) yang menjelma jadi bhiksu (bhikkhu) setelah kematiannya, energy kesadarannya terjatuh ke Neraka Wu Ze (Neraka Tiada Memilih), mereka dalam kehidupan sebelum telah melakukan Lima Garuka Karma (karma buruk yang terberat: 1. Membunuh ayah; 2. Membunuh Ibu, 3.Membunuh Arahat/bhiksu; 4. Melukai Hyang Buddha; 5. Memecah belah Sangha (merusak ketentraman dan kerukunan para bhiksu/bhikkhu), sebab sangat buruk ini selain masuk ke Neraka Wu Ze, juga harus menjadi setan kelaparan, dan alam binatang melewati masa bagaikan butiran pasir begitu lama hitungan kalpa , sampai habis masa hukuman dan buah dari penderitaan hebat. Setelah itu baru dilahirkan di alam manusia, terlahir ditempat jauh dan terpencil di negara kecil dan tempat yang buruk di gurun tandus, saat tiada Buddha, Dharma dan Sangha menetap di dunia.

一切功德庄严王经云︰“有四种魔,云何为四?一者贪着财物。二者亲近恶友。 三者障碍法师。 四者于法师说陈其罪过 (宣说出家人是非, 此人便是恶魔)。 是等众生由此业故, 当受贫穷,不见善友, 远离尊师,作邪见想, 说无因果, 堕于地狱,受诸剧苦。”(Di dalam Sutra Yi Chie Kung Te Cuang Yen Wang Cing, disabdakan: ada 4 jenis Mara iblis, apakah keempat itu?. 1. Serakah dan melekat kepada harta dan benda; 2. Mendekati teman jahat (makhluk jahat); 3. Merintangi/ menggangu Guru Dharma; 4. Terhadap Guru Dharma suka membicarakan keburukan dan kesalahannya. (mengucapkan dan menyebarkan segala gossip tentang Sramana/出家人, orang demikian berubah menjadi Mara jahat). Perbuatan Makhluk-makhluk demikian, akan menerima akibat kemiskinan dan, tidak melihat/peroleh teman bajik, dijauhkan oleh Guru mulia, membuat pikiran dan pandangannya sesat, mengatakan tiada hukum karma hukum sebab akibat, Kelak terjatuh ke neraka menerima segala penderitaan hebat.)

真如自性是真佛,邪见三毒是魔王,邪迷之时魔在舍,正见之时佛在堂。Tathata kedemikianan Hakikat jati diri adalah Kebenaran Buddha, pandangan sesat dan tiga racun (keserakahan, kebencian dan kebodohan) adalah Raja Mara/iblis, Saat sesat dan bodoh, Mara iblis tinggal di rumah, saat pandangannya benar Buddha ada di aula.

性中邪见三毒生,即是魔王来住舍;正见自除三毒心,魔变成佛真无假。(Di dalam hakikat diri memunculkan pandangan sesat maka ‘Tiga Racun’ (keserakahan, kebencian dan kebodohan) akan muncul, seketika Raja Mara iblis datang dan menetap di rumah (merasuk kedalam diri); Pandangan benar sendirinya dapat melenyapkan hati ‘Tiga Racun’, Mara iblis dapat merubah menjadi Buddha yang sebenarnya tidak palsu.)

什麽樣的修行人是魔子魔孫? Praktisi bagaimanakah adalah Anak Mara dan Cucunya Mara?
印光大師言:住持佛法之人,若不依佛制,即是魔類,況彼魔子是魔王眷屬,完全不是佛法乎!今之此種,到處皆是. (Yin Guang Maha Bhiksu berkata: orang yang pemimpin Buddhadharma, bilamana tidak mengandalkan Buddha punya aturan , adalah kelompok mara, berkondisi menjadi putra mara adalah Raja Mara punya keluarga, pastinya bukan Buddhadharma!. Sekarang orang macam begini, dimana-mana berada.

一、凡不遵守國家法令,破壞佛門戒律者,不是善知識。(1. Barang siapa yang tidak mematuhi aturan negara yang dibuat, merusak sila dan vinaya ajaran Buddha, ini bukanlah seorang pakar kebajikan dan pengetahuan.)

二、凡自稱,或通過他人透露,自己是佛菩薩再來者,不是善知識。(2.Barang siapa yang memuji diri sendiri atau melalui perantara orang lain untuk mengungkapkan, mengatakan sendiri adalah titisan Buddha atau Bodhisattva yang datang lagi, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

三、凡利用人們的好奇心理,大談感通,編造鬼神故事、佛菩薩顯像、授記,吸引信眾者,不是善知識。(3. Barang siapa yang menggunakan keinginan tahu banyak orang, dengan banyak berbicara mengenai kemujizatan dan kegaiban, menciptakan dan menyusun cerita tentang dewa dan setan, atau menunjukkan Buddha atau Bodhisattva yeng telah memberikan inisiasi kepadanya, untuk menarik para umat mengikutinya, ini bukanlah seorang pakar kebajikan dan pengetahuan.)

四、凡不修實行,專門做破血湖、還壽生、寄庫、超度等佛事,謀取錢財者,不是善知識。(4. Barang siapa tidak membina diri dengan nyata/sebenarnya, hanya fokus/specialis bikin ‘upacara menghancurkan danau darah/ Pho Sie Hu’ /orang-orang yang mati khususnya perempuan yang terjatuh di danau darah, ‘membuat upacara panjang usia’, ‘upacara mengirim benda-benda untuk orang yang mati’, ‘upacara chautu’ dan upacara Buddhis lainnya, untuk mencari uang, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

五、凡不勸人精進,自修了脫生死,謊稱有妙法送人往生者,不是善知識。(5. Barang siapa tidak menganjurkan orang untuk bersemangat/rajin, untuk membina dirinya terbebas dari kelahiran dan kematian, berbohong menyebutkan ada kegaiban dharma bisa menghantarkan orang yang sudah mati, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

六、凡以種種苦行、自我傷殘,妄稱代眾生受過者,不是善知識。 (6. Barang siapa dengan beraneka ragam penyiksaan untuk membina diri, sehingga saya terluka dan cacat, dan berkata khayal untuk mewakili para makhluk guna menghapus kesalahan mereka, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

七、凡以弘法利生為借口,巧立名目,控制信眾,騙取錢財者,不是善知識。(7. Barang siapa sekedar cuma dimulut mengatakan membabar Dharma untuk memberi manfaat kepada makhluk, menyusun berabagi dalih, untuk mengontrol umatnya untuk menipu dan mendapatkan uang umatnya, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

八、凡自稱有奇法異能,可以為人借壽,讓人立刻致富,誆騙信眾者,不是善知識。(8. Barang siapa mengatakan dirinya ada dharma aneh/ ilmu instan dan punya kemampuan khusus, boleh untuk orang memimjam usia/ potong usia orang lain untuk tambahkan usia yang memohon, membuat orang segera menjadi kaya/makmur, adalah menipu umatnya, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

九、凡已皈依佛門,仍行外道,斂財滅法者,不是善知識。(9. Barang siapa sudah menyatakan berlindung kepada Buddha, masih melaksanakan ajaran sempalan, melakukan, merampok uang (dapatkan uang dengan cara tidak benar), memusnahkan aturan/undang-undang, ini bukanlah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

十、凡嚴守戒律,弘揚正法,教人諸惡莫作,眾善奉行,一門深入,老實念佛者,才是真正的善知識。(10. Barang siapa dengan ketat/konsisten melatih sila vinaya, memmbabarkan kebenaran Dhrama, mengajari orang jangan berbuat jahat, melakukan banyak kebajikan, memasuki kedalam satau /terfokus kepada satu ajaran, dengan kejujuran melaksanakan praktik Nienfo, ini benara-benar adalah pakar kebajikan dan pengetahuan.)

《华严经》佛子,菩萨摩诃萨有十种魔所摄持。Di dalam Sutra Hua Yen Cing (Avatamsaka Sutra) para Bodhisattva dan Mahsattva (masih tahap belajar) ada sepuluh jenis Mara merasuk dan kendalikan.

  1. 懈怠心,魔所摄持;hati yang malas, mara merasuk dan kendalikan
  2. 志乐狭劣, 魔所摄持;tekadnya dan kegembiraannya semit dan rendah, mara merasuk dan kendalikan
  3. 于少行生足,魔所摄持;praktiknya sedikit timbul puas/cukup, mara merasuk dan kendalikan
  4. 受一非余,(简单说是“执着一个法门,而认为其它法门不好”) 魔所摄持;Menerima satu menolak yang lain, (ucapan mudahnya adalah melekat kepada satu pintu Dharma, merasakan Dharma lain tidak baik), mara merasuk dan kendalikan
  5. 不发大愿, 魔所摄持;Tidak mengembangkan tekad besar, mara merasuk dan kendalikan
  6. 乐处寂灭,断除烦恼,魔所摄持;Senang ditempat sunyi dan memasuki nirvana (sepihak), untuk melenyapkan kegalauan, mara merasuk dan kendalikan.
  7. 永断生死, 魔所摄持; selamanya memutuskan kelahiran dan kematian, mara merasuk dan kendalikan
  8. 舍菩萨行, 魔所摄持; melepaskan praktik Bodhisattva, mara merasuk dan kendalikan
  9. 不化众生, 魔所摄持; tidak membimbing para makhluk, mara merasuk dan kendalikan
  10. 疑谤正法, 魔所摄持; Ragu dan memfitnah Dharma kebenaran, mara merasuk dan kendalikan

是为十.《大方广佛华严经》卷第五十八; 离世间品第三十八之六.
Ada sepuluh kecenderungan, di sabdakan di Sutra Ta Fang Kuang Fo Hua Yen Cing, bab ke-58, Li Se Cien Phing ke-38, bagian ke-6.

楞嚴經,經云:阿難。若有眾生。能誦此經。能持此咒。如我廣說。窮劫不盡。依我教言。如教行道。直成菩提。無復魔業。Di dalam Sutra Shurangama, (Buddha bersabda): Ananda, bilamana ada makhluk dapat membaca atau menjapa “Sutra Shurangama”, dapat melaksanakan pelafalan “Mantra Shurangama”. Jika saya mau bicarakan secara luas, dengan sejelas-jelasnya membicarakannya, musti melewati beberapa maha kalpa tidak akan habis-habisnya membicarakan begitu banyak manfaatnya. Jika kalian semua setiap individual mau mengandalkan apa yang saya ajarkan melalui ucapan saya. Mempergunakan metode ini yang diajarkan untuk membina diri, langsung tertuju dapat mencapai Kebodhian, tidak akan ada lagi semua “Perbuatan Mara iblis”.

Catatan tambahan: di antara sutra dan mantra Buddhis lainnya, Sutra dan mantra Shurangama yang paling ampuh, dalam, luas dan luar biasa, yang membuka kedoknya kaum Mara iblis atau perilaku penyimpangan dan kesesatan. Sutra Shurangama ini dapat membimbing semua makhluk peroleh kebijaksanaan, sehingga Sutra Shurangama ini paling dibenci dan dimusuhi, bahkan mau dilenyapkan oleh kaum Mara iblis. Saat zaman lenyapnya Dharma, maka Sutra dan Mantra Shurangama inilah yang pertama di lenyapkan. Bila dunia Buddhis, setiap vihara atau praktisi Buddhis tidak mau atau malas melafalkan Mantra Shurangama maka kaum Iblis Mara akan bermunculan dan bergentayangan untuk menampakkan dirinya untuk menggoda, menjerat bahkan menghancurkan semua praktisi Buddhis, bahkan merasuki tubuh praktisi agar bernafsu, menyimpang dan sesat. Setiap praktisi Buddhis bila ingin menapak Jalan Kebuddhaan ia harus mau dan harus bisa melafalkan Shurangama Mantra, maka ia TIDAK AKAN MENDAPATKAN BANYAK GANGGUAN MARA. IA TIDAK AKAN BISA MENYIMPANG KE JALAN MARA.

Bila semua praktisi sempalan yang berguru kepada Guru Aspal (asli tapi palsu) atau Guru Sesat (pendusta) mau kembali ke jalan benar dan baik maka ia harus bisa melafalkan Mantra Shurangama setiap harinya, agar terbebas dari cengkraman atau jeratan Guru Mara atau kaum Mara. Jika mampu bacalah Sutra Shurangama agar ia bisa membedakan mana yang benar, mana yang sesat dan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika para praktisi tidak mau melafalkan mantra Shurangama maka jangan berharap dan berangan bahwa ia akan aman dan selamat menapak jalan Kebuddhaan.

魔王波旬為何讓他的魔子魔孫來破壞佛法?(Raja Mara Boxun kenapa membiarkan dia punya anak mara dan cucu mara datang untuk merusak Buddhadharma? (dikutip dari tulisan淨空法師 /YM Maha Bhiksu Chin Khong)

問:老法師講經中說「佛和魔是一不是二,覺者為佛,迷者為魔」。請問世尊住世時,魔王波旬存在的因緣為何?
Pertanyaan: Bhiksu Senior saat babarkan Dharma pernah berkata: (Buddha dan Mara adalah satu bukan mendua, memiliki kesadaran agung jadi Buddha, Saat tahayul/bodoh menjadi Mara). Mohon tanya saat Buddha masih menetap di dunia, keberadaan Mara Boxun berasala dari sebab dan kondisi apa?

答:魔王是代表迷的這一面,佛是代表覺的這一面,迷悟不同。而這個迷悟是在六道裡面,六道之外只有覺,沒有迷。迷,他才有善惡,才有三善道跟三惡道的 出現,那你就曉得,魔王是六道輪回裡面的,他怎麼變成魔?福報大,行善修福福報大。為什麼變成魔?煩惱沒斷,貪瞋痴慢很重,他修福,他斷惡修善,他修福他 不覺。覺他就屬於佛這邊,他不覺就屬於魔那邊,魔是這麼來的,所以魔有大威德、有大福報。
Jawabannya: Raja Mara diwakili ketahayulan/kebodohan di satu sisi, sedangkan Buddha diwakili kesadaran agung di lain sisi. Tahayul dan pencerahan tidaklah sama. Ketahuyulan dan pencerahan masih berada di dalam enam alam tumimbal lahir, sedangkan diluar enam alam tumimbal lahir hanya ada ‘Kesadaran Agung’, yang sudah tiada ketahayulan lagi. Dalam ketahayulan baru ada kebajikan dan kejahatan, baru ada tiga alam kebajikan juga tiga alam celaka yang menampakkan. Maka kamu harus paham, Raja Mara adalah di dalam enam alam tumimbal lahir, kenapa ia berubah menjadi Mara? Karena rejeki dan pahalanya besar, melaksanakan kebajikan mengembangkan rejeki sehingga balasan rejekinya besar, tapi kenapa berubah menjadi Mara, karena kegalauannya belum lenyap, keserakahan, kebencian, kebodohan dan kesombongan nya sangat berat, ia memang membina dan mengembangkan rejeki, ia melenyapkan kejahatan membina kebajikan, tapi ia hanya membina rejeki tidak mengembangkan kesadaran agung. Bila ia mamkembangkan kesadaran agung ia berada disisi Buddha, karena ia tidak memiliki kesadaran agung sehingga ia berada di sisi Mara. Demikian Mara berasal, karena itu Mara memiliki maha wibawa dan pembalasan maha rejeki yang besar.

問:第二個問題,魔王波旬對世尊說「末法時期,讓他的魔子魔孫來破壞佛法」,請問這是什麼原因?
Pertanyaan: masalah yang kedua, Raja Mara Boxun terhadap Hynag Buddha berkata: Saat era kemunduran Dharma, biarkan saja Mara punya anak dan cucu datang untuk merusak ajaran Buddhadharma. Mohon tanya bagaimana bisa menyebabkan demikian?

答:這個原因,我想你只要冷靜去想一想,你就明白了,總不出嫉妒、障礙。釋迦牟尼佛當年在世,波旬對佛就看不順眼,為什麼?佛的名氣太大超過他,眾生 對釋迦牟尼佛的恭敬超過對他,供養也超過對他。他的貪瞋痴慢沒有減少,他不是「勤修戒定慧,息滅貪瞋痴」,他是什麼?他真的勤修戒定慧沒有斷滅貪瞋痴,所 以他的戒定慧會變成福報,變成福德。佛法的勤修戒定慧的目的是息滅貪瞋痴,所以成就的是功德,成就的是智慧,不一樣。佛對於魔王他的神通、法力、福報沒話 說,佛不嫉妒,佛弟子也不嫉妒,比什麼都清楚。因為佛弟子不要這個東西,他要修苦行,苦行裡面不會增長貪瞋痴。他福報裡面會增長,你沒有相當的定慧,你控 制不住肯定增長。就是因為這個原因,所以佛才堅持他自己以身作則,一生修苦行。他要不做個示范,後世的弟子怎麼能相信?他是先把樣子做出來給我們看。所以 這是我們要感恩,我們要能夠體會到佛為什麼這麼做法。
Jawabannya: sebab ini, saya pikir kamu harus berpikir dengan tenang, kamu baru bisa mengerti, semuanya tidak terlepas dari sirik (iri hati), keterbatasan dan rintangan. Sakyamuni Buddha pada saat itu yang masih di dunia, Mara Boxun terhadap Buddha melihatnya matanya tidak senang, sebab apa? Buddha punya reputasi lebih besar melampaui dia (mara), para makhluk terhadap Sakyamuni Buddha begitu respek melampaui terhadap diri (mara), menerima dana persembahan melampaui dia (mara). Dia (mara) punya keserakahan, kebencian, kebodohan dan kesombongan tidak berkurang, “dia (mara) Tidak mempraktikkan Sila, Samadhi dan Prajna untuk melenyapkan keserkahan, kebencian dan kebodohan”. Lalu dia (mara) praktik apa?

“Dia (mara) hanya dan benar-benar rajin melatih Sila Samadhi dan Prajna tapi tidak melenyapkan keserakahan, kebencian dan kebodohan”. Karena itu dia mempraktikkan sila Samadhi dan prajna berubah menjadi balasan rejeki, berubah menjadi rejaki pahala. Ajaran Buddhadharma menganjurkan supaya rajin melatih sila, Samadhi dan prajna untuk tujuan meredakan dan melanyapkan keserakahan, kebencian dan kebodohan. Hasilnya ada “pahala suci” (Kung Te), hasilnya adalah kebijaksanaan Luhur (prajna), tentu berbeda. Buddha terhadap Raja Mara yang memiliki ilmu gaib, kekuatan dharma, balasan rejeki tidak membicarakan, Buddha tidak sirik (iri hati), siswa Buddha pun tidak sirik, membandingkan apapun terlihat jelas, karena siswa Buddha tidak menginginkan barang (ilmu) demikian, mereka hanya mau melatih keras, melatih keras di dalamnya tidak akan menumbuh kembangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan. Sehingga dia punya balasan rejeki bisa berkembang, bila kamu tidak mantap dalam melatih Samadhi (ketenangan) dan kebijaksanaan, kamu tidak bisa kendalikan, pasti tumbuh berkembang (Keserakahan……), karena sebab ini, maka-nya Buddha dengan keteguhan diri sendiri mendisiplinkan tubuhnya, selama hidupnya melatih dengan keras. Kalau dia (Buddha) tidak memberi contoh teladan, kelak masa akan datang punya siswa bagaimana bisa yakin? Dia (Buddha mengawali berbuat demikian untuk memberi kita contoh dan terlihat. Karena itu kita harus bersyukur dan berterima kasih, kita harus menyadari mengapa Buddha melakukan Dharma sedemikian rupa.

50 CIRI GANGGUAN MARA, IBLIS, SETAN, SANTET & SOLUSINYA
Hal paling mudah membedakan sakit karena gangguan jin atau medis biasa adalah dengan mengenali ciri-ciri gangguan sihir atau eksistensi jin dalam tubuh. Berikut ini adalah ciri umum, ciri saat tidur dan ciri unik lain yang mungkin tidak kita sadari. Tolong diperhatikan, jika ada lebih dari 10 point yang teridentifikasi dengan yakin artinya kamu harus mulai melakukan perbaikan diri, mendekati Hyang Triratna, atau mencari seorang Suhu/Bhante atau seorang Pakar minta tolong untuk perbaikan. Semoga menjadi solusi sehat untuk umat.

A. TANDA GANGGUAN MARA, IBLIS & SANTET PADA KESEHATAN FISIK & PSIKIS

  1. EMOSI TINGGI dan tidak terkendali (Istri membantah suami, anak membantah ibu, dan suami yang sering memaki istri karena hal kecil).
  2. Sering RAGU, WAS WAS & KETAKUTAN tanpa sebab yang jelas.
  3. Adanya dorongan kuat untuk melakukan perbuatan maksiat (zina, selingkuh, seksual sesat) yang aneh dan berulang-ulang disertai kemalasan dan kelesuan luarbiasa untuk melakukan kebaktian dan meditasi lainnya.
  4. Sulit KONSENTRASI dalam mengerjakan PUJA BAKTI, HATI KACAU dan LUPA MANTRA DAN SUTRA YANG SERING DILAFALKAN.
  5. SESAK NAFAS dan ngantuk berat saat membaca KITAB SUCI (tidak bisa baca lebih dari 30 baris atau tenggorokan yang terhenti sama sekali, bahkan ngantuk tertidur saat baru buka lfalkan sutra atau mantra).
  6. MELEMAHNYA HATI, BINGUNG, MINDER, suka menghayal/melamun, menyendiri dan mengurung diri di kamar secara berlebihan atau mengasingkan diri dari sosial.
  7. SAKIT MENAHUN; semisal pusing dikepala, mendengung ditelinga, pegal di di siku tangan, bahu, belikat dan paha, sakit gigi, mata, tenggorokan, lambung dan dada sesak tanpa sebab yang jelas.
  8. Memandang remeh kegiatan ibadah dan lupa atau malas kebaktian.
  9. DEPRESI dan pikiran linglung, merasa sedih, jantung berdebar-debar keras.
  10. Sering KESURUPAN dan Pingsan, baik separuh ingatan atau secara total.
  11. Sering mendengar bisikan memanggil namanya sendiri, merasa ada yang mengajak bicara, mendengar bisikan menyuruh sesuatu kejahatan semisal; membunuh, memperkosa, memukul, meloncat dari tempat yang tinggi, terjun ke sungai atau jurang, menabrakan diri dan lain-lainnya.
  12. PARANOID dan cemas, merasa bersalah terus, merasa ada yang mengikuti, mengejar dan mengancam akan membunuh.
  13. Sering MENCIUM BAU–bauan wangi kembang atau dupa, bau anyir atau busuk (bangkai) yang tidak terlihat sumber baunya.
  14. Pusing berlebih (VERTIGO) dan melihat benda benda seakan bergerak, berputar, terbalik, miring dan lain sebagainya.
  15. Melakukan tindakan-tindakan aneh tanpa disadari atau diluar kendali atau seperti ada yang mengendalikan dan tidak bisa menahan dalam kondisi sadar sekalipun.
  16. Memiliki kemampuan supernatural semisal tiba-tiba dapat meramal, menerawang, membaca pikiran orang lain atau mengetahui peristiwa yang akan terjadi.
  17. Melihat atau merasakan keberadaan makhluk halus baik sekilas atau jelas.
  18. Rasa sakit disalah satu anggota badan yang tidak terdeteksi dokter atau sakit menahun yang tidak ditemukan solusinya dalam dunia medis

B. TANDA-TANDA WAKTU TIDUR

  1. Susah tidur (insomnia), gelisah, cemas dan sering terbangun di malam hari. Dalam kondisi parah biasanya baru bisa tidur jam 3 pagi atau tidak tidur sama-sekali berhari-hari.
  2. Susah bangun dan banyak tidur sehingga tidak bisa melakukan kebaktian yang diinginkan.
  3. Tindihan (mimpi seakan akan dihimpit benda yang berat dan sulit untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut) atau mimpi melihat sesuatu yang mengancam dan menakutkan, seperti ingin berteriak minta tolong namun tidak bisa.
  4. Mimpi melihat berbagai binatang menyeramkan semisal ular, ulat, anjing, tikus besar, serigala, harimau dan lain-lain.
  5. Sering ngigau, tertawa, menangis, berteriak, mengomel, merintih atau bahkan jalan-jalan pada saat tidur (kondisi mata tertutup).
  6. Mimpi seolah-olah jatuh dari tempat yang tinggi dan semua yang berkaitan dengan tempat tinggi; seperti mendaki tempat yang tinggi.
  7. Semua mimpi tentang kuburan; melihat kuburan, melihat proses penguburan, menguburkan, dikuburkan, atau duduk-duduk di kuburan, tempat sampah atau jalan dan lingkungan yang seram dan mengerikan.
  8. Mimpi melihat orang yang aneh seperti tinggi sekali, pendek sekali, putih sekali atau hitam sekali.
  9. Mendengkur dengan keras (seperti harimau, dan sebagainya.), mimpi-mimpi yang seram dan mengerikan.
  10. Mimpi bertemu dengan orang yang sama (laki/perempuan) berkali-kali dan ingin bertemu dengan orang yang dimimpikan tersebut (pelet).
  11. Mimpi melihat atau bertemu keluarga yang sudah meninggal, melihat mayat, mimpi mati, mimpi berbicara dengan orang yang mati dan semua mimpi yg berhubungan dengan kematian.
  12. Mimpi melihat suatu peristiwa dan keesokan harinya mengalami peristiwa persis seperti yang di alami dalam mimpi tersebut.

C. CIRI-CIRI TIDAK WAJAR LAIN

  1. Gejala Tipes, tubuh seperti terbakar atau terpanggang api panas namun ketika di check temperatur tubuh normal.
  2. Emosi dan Ngantuk di Kendaraan/Tempat Kerja, Kuliah, Sekolah dan lain-lain. Untuk mensukseskan keinginannya, kadang mara, iblis, setan atau santet melakukan segala cara termasuk membuat orang ngantuk di jalan atau bahkan menggerakan tangan manusia yang dirasukinya hingga terjadi kecelakaan. Sering terjadi saat orang mau pergi ke melakukan kebaktian, kebajikan, kekuburan, atau ketempat keramat atau belajar Buddhadharma.
  3. Impotensi. Sering terjadi pada mantan praktisi ilmu hitam; dukun, berbagai ilmu tenaga dalam, amalan wirid overdosis (ribuan/malam) dan lain-lain. Atau terjadi karena kejahatan mara, iblis , setan atau santet baik karena disuruh penyihir atau ada maksud tertentu dari kiriman.
  4. Mandul , Haid tidak Teratur, Keguguran (Sihir Nadzof). Makhluk jahat bersarang di rahim dan menghalangi sel telur yang masuk ke rahim, atau bahkan sampai memakan setiap janin yang sudah jadi (dari pengakuan makhluk jahat).
  5. Kista/Mium, Asam Urat, Kolesterol, Pengapuran. Untuk membedakan penyakit kista medis atau sihir, kita bisa membacakan mantra atau sutra di tangan dan meletakannya diperut. Jika terasa hangat atau panas, maka geser ke atas. Jika penyakit pindah maka itu adalah kista dari sihir.
  6. Pikiran yang kotor, Mara, iblis, setan atau santet kadang bersarang dikemaluan (laki-laki) dan dada (berupa hawa panas, bagi perempuan) dan membuat pikirannya kotor saat melihat lawan jenisnya, atau sesama jenis. Memunculkan semua sifat jelek hingga ia menjadi sampah masyarakat.
  7. Jomblo Menahun. Sulit menikah, sulit dapat jodoh yang cocok, tidak mau menikah, atau selalu melihat calon suami/istri tiba-tiba menjadi mengerikan hingga rencana perkawinan yang direncanakan bubar.
  8. Pemurtadan Ghaib. Melihat tanda atau simbul agama lain saat puja bakti agama Buddha, berasa tidur di tempat rumah ibadah agama lain, bisikan menyebut nama nabi agama lain,ada sosok hitam di arah untuk menyimpang dari jalan Buddhadharma, Gelisah dan bingung yang akut, dan lain-lain.
  9. Stroke Ringan (tidak bisa berdiri saat mau puja bakti) atau tidak bisa melakukan gerakan tertentu dalam puja bakti).
  10. Hypertensi, Jantung Bocor, Paru Basah, Batuk Menahun dan penyakit lain silih berganti yang tidak kunjung sembuh.
  11. Dejavu (menghayal dan mengingat sesuatu yang tidak masuk akal).
  12. Kedutan dan kesemutan di sebagian atau seluruh tubuh dengan frekwensi yang mengganggu.
  13. Eksim, atau gatal yang lebih ringan dari itu yang tidak sembuh-sembuh.
  14. Anak yang hyperaktif dan sangat nakal, membantah dan melawan ayah ibu, bertenaga super saat marah, susah dibangunkan untuk puja bakti dan tidak mau belajar Buddhadharma dan pembantah dengan sorot mata aneh.
  15. Anak Indigo; sering bngobrol sendiri dan mengaku memiliki teman ghaib atau memiliki kemampuan indra ke-18 (mampu melihat jelmaan makhluk halus/mara, iblis, setan).
  16. Sindikat Buddhis palsu yang menawarkan kegaiban dan kemudahan yang gencar promosi , terstruktur dan terorganisir , Era jaman kemunduran, Aliran sempalan dan menyimpang banyak bermunculan, mempromosikan ajaran Buddha Dharma tapi praktiknya menyimpang dan menggiring umat untuk memuja gurunya dan alirannya). Hati-hati dengan buku-buku dongeng yang menampilkan kesaktian atau kegaiban seorang guru yang selalu bertanya namamu siapa, tinggal dimana dan tanggal lahir kamu, Guru sesat tersebut sering membagikan sesuatu yang mempunyai magis agar kamu selalu teringat guru tersebut dan menuruti kemauan guru tesebut. Juga hati-hati dengan markas meraka yang sudah dipasangi benda magis atau kekauatan magis agar kamu betah dan nurut kepada guru tesebut dan lupa semuanya.
  17. Diperkosa mara, iblis atau setan. Mimpi atau Halusinasi seakan nyata di datangi makhluk rupawan, atau menakutkan dalam bentuk bayangan hitam atau bentuk aneh (menyerupai makhluk menakutkan, makhluk alien dan lain-lain).
  18. Peristiwa hilangnya bayi dalam kandungan.
  19. Hambar dalam hubungan suami Istri, Suasana keluarga memanas terus, Pisah ranjang menahun dan lain lain.
  20. Selalu gusar dan Ingin Marah saat mendengar dan melihat Buddhadharma, Mendengar suara kebaktian dan ingin marah atau rasa malas saat bertemu dengan orang yang lurus praktik Dharma dan lurus jalan hidupnya..

SEBAB AKIBAT, SOLUSI & TINDAKAN PENANGGULANGAN:

  1. Bagi orang yang kotor mentalnya, merosot moralnya, dan melemah spritualnya, hindari keluar rumah menjelang magrib bila tidak keperluan), karena saat menjelang malam, saat malam dan tengah malam dunia gelap dan makhluk gelap berkeliaran, mencari mangsa dan korban. Karena setelah matahari terbenam makhluk-makhluk gelap yang tidak terbatas mulai keluar, sejak pukul 17:00 sore smpai pukul 23:00, sedangkan pukul 23:00 sampai pukul 03 pagi mara iblis dan setan maupun santet bermunculan mencari mangsa dan korbannya.
  2. Di rumah harus ada altar, dan rajin puja bakti, melafalkan sutra, mantra Buddhis, utamakan lafalkan Shurangama mantra, atau bila tidak mampu melafalkan, maka di rumah khususnya di altar nyalakan CD, Nienfoci (alat kecil yang bersuara mantra atau nienfo).
  3. Tubuh khususnya dileher gunakan kalung mantra Shurangama.
  4. Bila malam sulit tidur, terasa bantal bergerah dan goyang-goyang, mantra Shurangama diletakkan di bawah bantal.
  5. Setiap Mobil digantungi mantra Shurangama agar aman dan selamat, juga sediakan dan nyalakan CD mantra Shurangama saat mau pergi malam atau perjalanan jauh.
  6. Umumnya di toilet tempat kumpulnya mara, iblis, setan atau makhluk-makhluk kiriman melalui santet. Bila berasa ada makhluk yang menggangu saat buang air, atau ada yang meraba tubuh dan kemaluan, segera nyalakan lampu yang terang dan nyalakan CD atau Nienfoci di sekitar toilet tersebut.
  7. Bila kita diserang ngantuk saat bawa mobil, saat belajar, saat bekerja, saat bisnis, segera lafalkan mantra atau sutra yang biasa di lakukan. Atau saat malam sulit tidur lafalkan mantra Shurangama agar bisa tidur nyenyak.
  8. Bila seseorang mau belajar dan praktik Buddhadharma, pertama-tama harus cari vihara yang benar dan baik, utamanya ketua vihara tersebut mempraktikkan benar dan baik, tidak beristri dan tidak berdagang, tidak kormersial, tidak berpolitik, tidak ada ilmu klenik, tidak berprofesi sebagai peramal, dukun, ahli hongsui, menjual jimat. Utamanya guru tersebut harus melaksanakan Sad Paramita (1. Berdana menolong orang lain; 2. Melaksanakan sila pengendalian, menjaga kesucian pikiran, ucapan dan perbuatan; 3. Bisa tabah / tegar menghadapi godaan dan gangguan; 4. Semangat pantang mundur dalam melatih diri, rajin dan teguh melaksanakan Buddhadharma; 5. Samadhi ketenangan dikembangkan; 6.mengembangkan kebijaksanaan Bodhi. Guru tersebut harus melakukan kebaktian pagi melafalkan mantra Shurangama dan melakukan kebaktian sore.
  9. Belajar Buddhadharma, dimulai respek sujud, hati benar dan baik, tulus dan bertujuan baik dan benar. Bila hati dan tujuannya tidak baik, maka hatinya akan dirasuk dan dikendalikan oleh mara, iblis, setan atau diserang santet, karena bila hati tidak baik dan tujuan menyimpang maka semua dewa akan menyingkir dan menjauh sehingga mudah diserang makhluk jahat. Sebaliknya bila hati nya benar dan baik untuk tujuan yang benar dan baik, maka dewa naga pelindung Dharma senantiasa melindunginya kemana saja ia berada.
  10. Belajar Buddha Dharma dimulai membangkitkan keyakinan, mengembangkan pengertian, menumbuhkembangkan tekad luhur, rajin melaksanakan ajaran, dan yang terakhir harus memiliki target tujuan. Keyakinan tanpa pengertian munculnya ketahayulan; pengertian tanpa keyakinan munculnya keragu-raguan; keyakinan dan pengertian tidak mengembangkan tekad luhur maka mudah mundur atau kendur pelaksanaannya, tidak ada tekad maka semua praktik tidak serius, tidak konsisten, tidak berkesinambungan; setelah memiliki keyakinan, pengertian, dan tekad bila tidak ada pelaksanaan, semuanya sekedar retorika, Cuma berbicara makan tentu tidak kenyang, menghitung kekayaan orang lain tentu tidak bisa kaya. Karena praktik wajib dilaksanakan. Praktik tanpa target, maka melatih dirinya ogah-ogahan, asal-asalan, akibatnya sepuluh tahun sudah melatih diri masih tidak ada kemajuan. Orang yang malas pelajari Buddhadharma mudah menyimpang. Mengandalkan guru yang tidak baik dan tidak benar pasti menyimpang. Lihat saja guru-guru yang menyimpang, kebanyakan keluarganya mati muda atau mati konyol. Atau pengurus organisasinya guru yang menyimpang banyak yang mati mendadak, memiliki penyakit yang susah disembuhkan, atau pengurus tersebut bisa mati tanpa ada sebab atau mati konyol akibat kecelakaan. Guru yang menyimpang yang didukung dan dibantu oleh pengurus organisasinya bisa bohongi umat, bisa bohongi masyarakat, tapi tidak bisa bohongi dewa dan Hyang Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha). Lagi penyimpangan ini udah pasti ditinggali oleh makhluk Triratna dan para pelindung Dharma sehingga mereka tanpa perlindungan mudah dirasuk dan dikendalikan oleh mara, iblis, setan dan serangan santet.
  11. Umumnya kita kenal orang, kenal mukanya tapi tidak kenal hatinya. Saat kita dikasih minuman, dan makanan dari orang yang dikenal apalagi orang yang tidak dikenal, sebelum minum dan makan bacalah mantra. Karena dari pemberian minuman atau makanan di dalamnya bisa ada racun, air jampi-jampi atau santet untuk merusak dan menganggu yang minum dan makanannya.
  12. Saat kita pergi kemusium yang menyimpan benda-benda sejarah atau barang-barang bertuah), tempat angker atau tempat kotor, rumah jagal, rumah sakit, rumah duka, tempat kremasi, kuburan umum atau tempat penitipan abu. Sebelum menuju kesana lindungi diri anda dengan lafalkan mantra atau gunakan kalung mantra. Begitu pula saat pulang dari tempat-tempat kotor demikian kembali lafalkan mantra, atau singgahlah ke vihara sejenak untuk membersihkan segala kotoran dan gangguan.
  13. Orang yang hokinya (rejekinya) tipis, aura tubuhnya gelap, muka nya hitam dan kusut, mulut dan tubuhnya bau, pertanda karmanya buruk sehingga mudah dirasuk, diganggu dan dikendalikan oleh mara, iblis, setan atau serangan santet.
  14. Orang-orang yang bekerja didunia remang-remang, dunia gembira (dugem, bar, night club, panti pijat, diskotik, pelacuran dan lainsebagainya yang usahanya membuat orang ketagihan, kenikmatan, kecanduan, teater yang menyuguhkan tarian merasang birahi) atau di dunia gelap ( pada malam hari), sangat beresiko dan riskan di rasuk dan diganggu oleh makhluk-makhluk jahat. Juga bagi orang yang berhati dan berperilaku jahat walau bekerja pada pagi hari pun ia sulit menghindar kerasukan dan gangguan makhluk-makhluk jahat.
  15. Umat-umat yang tidak melaksanakan Pancasila Buddhis (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berdusta dan tidak makan atau minum yang membuat ketagihan dan memabukan) umumnya rejekinya rusak, aura tubuhnya redup dan hoki/bintang terangnya gelap, sehingga sulit meraih kesuksesan dan jarang peroleh kebahagiaan. Karena orang yang tidak melaksanakan Pancasila Buddhis tersebut telah bertentangan dengan kebenaran universal, bertolak belakang dengan ajaran Buddha, tidak disenangi oleh makhluk suci dan dewa, sehingga usaha apapun sulit maju kecenderungan mudah bangkrut. Lagi orang yang tidak melaksanakan Pancasila Buddhis sekarang telah gagal jadi orang kelak sulit kembali jadi orang. Karena rejekinya seret, aura tubuhnya redup dan bintang nya gelap mengakibatkan hidupnya susah dan nasibnya malang sehingga mudah dirasuk dan diganggu oleh makhluk-makhluk jahat.

Menetralisir dan Melenyapkan Gangguan Mara

1. 受持楞严咒,一切外魔不能侵害。十方如来。执此咒心。降伏诸魔。制诸外道。Menerima dan melaksanakan pelafalan mantra Shurangama, semua Mara di luar tidak dapat menyerbu dan mencelakakan. Sepuluh penjuru Tathagata, dengan melafalkan mantra hati ini dapat mengalahkan semua mara, mengendalikan semua aliran menyimpang.

2. 佛说发菩提心破诸魔经
(Sutra Buddha Bersabda Mengembangkan Bodhicitta Menghancurkan Para Mara)
Mantranya:

那谟 阿帝 多阿那 誐多钵啰 怛喻 怛半 泥
Na Mo Ati, Tuo A Na, E Tuo Po lo, Ta Yi Ta Pan Ni,
毗药 萨哩嚩 没提 毗喻 婆誐嚩讷毗药
Pi Yao Sa Li Fu, Me Thi, Pi Yi, Po E Fu Ne Pi Yao,
怛寧也他 嗢哩没 那 娑摩哩没 那
Ta Ni Ye Tha, Wa Li Me Na, Sa Mo Li Me Na,
嗢没那没那 壹贺没那 且怛啰 没那
Wa Me Na Me Na, Yi He Me Na, Chie Ta Lo Me Na
儞誐摩多 逻呬 腊没驮 怛怛啰
Ni E Mo To, Lo Si La Me Tho, Ta Ta Lo,
没 怛噜贺誐多 誐摩那致 摩呬 耨娑摩
Me Ta Lu He E Tuo, E Mo Na Ce, Mo Si Nou Sa Mo
讷讷 摩嚩啰苏珂 阿罗弥 多 伊迦啰叉.
Ne Ne, Mo Fu Lo Su Ke, A Lo Mi Tuo, Yi Chia Lo Cha.

Manfaat mantranya: 世尊说是秘密总持破魔法门时一切魔宫皆大震动。一切魔王及诸魔众。皆悉惊怖战掉。心生苦恼不能安坐。咸作是念。世尊为一切众生。悲愍利益令得安隐。以慈悲喜舍饶益众生。何故今时。我等诸魔不为饶益。受斯苦恼不能安坐,若有人读诵此正法者。是人远离王难贼难水火虫兽一切难事。Hyang Buddha bersabda adalah saat semua rahasia Pintu Dharma untuk menghancurkan mara,semua istana mara bergetar hebat, semua raja mara dan rakyat mara kaget, ketakutan, gentar dan berjatuhan. Hati derita galau tidak dapat duduk dengan tenang. Seketika berpikir, Hyang Buddha untuk semua makhluk, mengasihi dan memberi manfaat di harapkan mereka dapat tentram tenang, dengan cinta kasih, welas asih, kegembiraan dan keseimbangan batin memberikan manfaat untuk semua makhluk. Kenapa saat saya (mara) dan semua mara tidak dapat memberikan manfaat, sehingga menerima derita galau tidak bisa duduk dengan tenang. Bilamana ada orang membaca dan memanjatkan Dharma benar ini, orang tersebut dijauhkan dari gangguan raja (pemerintah yang mempersulit), gangguan pencuri, dan semua bencana air, api, serangga, dan binatanag buas.

3. 除睡魔咒, Mantra Melenyapkan Gangguan Mara yang Membuat Ngantuk (Mau Tidur Terus)
吉帝, 安帝, 弥帝, 昆伽帝 , 羶(念‘山’)帝, 波陀 ,莎诃
Ci Ti, An Ti, Mi Ti, Kun Chie Ti, Shan Ti , Pho Tuo, Sa He

4. 守护睡眠避邪真言, Mantra Pengusir Gangguan Kesesatan Untuk Melindungi Saat Tidur:
南么三曼多勃驮喃 信
Na Mo San Man Thuo Pho Nan Sin

5. 《文殊师利所说不思议佛境界经》

Sutra Manjusri Berkata Kondisi Buddha Tidak Terpikirkan
尔时,恶魔见此种种神变事已,欢喜踊跃,礼文殊师利菩萨足,合掌恭敬而向如来,作如是言:“文殊师利童子。甚为希有,乃能现是不可思议神通变化,诸有闻者,孰不惊疑?若有众生得闻此事,能生信受,假使恶魔如恒河沙,欲为恼害终不能也。Saat itu Mara jahat sesudah melihat bermacam-macam kegaiban penjelmaan, dengan gembira dan antusias, menghormati kaki Manjusri Bodhisattva, dengan Anjali dan hormat menghadap kepada Tathagata berbuat dan berkata demikian: Manjusri Bodhisttva, sangat jarang terjadi, dapat menampakkan kegaiban dan penjelmaan yang tidak terpikirkan, semua yang menyaksikan menjadi jelas dan khawatir (ragu). Bilamana ada para makhluk yang mendengarkan urusan ini, dapat memunculkan keyakinan dan menerimanya. Jikalau mara jahat banyaknya bagaikan butiran pasir sungai gangga, bermaksud membuat galau dan mencelakakan akhirnya tidak dapat.

世尊,我是恶魔,常于佛所伺求其便,心喜恼害一切众生。若见有人精勤习善,必以威力为其障碍。世尊,我从今日深发誓心:但此法门弘宣之处,所在国土城邑聚落百由旬内,我在其中譬如盲者,无有所作,不于众生而生侵恼。若见有‘受持、读诵、思惟、解释’是经者,必生尊重、供给供养。世尊,我之俦党,乐于佛法而生留难。若见有人修行于善,要加逼沮令其退失,我今为断如是恶事。 “Hyang Buddha, saya adalah mara jahat, senantiasa di hadapan Buddha menunggu dan mencari kesempatan, hati senang mengkacaukan dan mencelakakan semua makhluk. Bilamana ada orang yang bersemangat rajin dan senang kebajikan, harus dengan kekuasaan membuat rintangan. Hyang Buddha, mulai saat ini saya dengan hati yang dalam berikrar: hanya pintu Dharma yang dibabarkan ditempat tersebut, di mana negara, kota settlement, di dalam ratusan nayuta, saya disitu bagaikan buta, tidak dapat berbuat apapun, terhadap para makhluk tidak dapat menyerbu dan mengkacaukan. Bilamana ada yang menerima dan mempraktikkan, membaca, memanjatkan, menganalisa, menjelaskan sutra ini, harus memunculkan respek yang dalam, memberi dan berdana. Hyang Buddha, saya punya gerombolan, senang dengan Buddhadharma tapi menempatkan rintangan. Bilamana melihat ada orang melatih diri terhadap kebajikan, mau menambahkan dan menekankan agar mundur dan hilang. Saya sekarang mau memutuskan perbuatan buruk demikian.

“世尊,此陀罗尼拥护法师,能令其人勇猛精进辩才无断,一切恶魔无能得便;更令其魔心生欢喜,以衣服、卧具、饮食、汤药,诸有所须而为供养。世尊,若有善男子、善女人,受持此咒日夜不绝,则为一切天、龙、乾闼婆、阿修罗、迦楼罗、紧那罗、摩睺罗伽、人非人等常所守护,一切怨憎不能为害。” (Mara Berkata): Hyang Buddha (Lokanatha), Dharani ini melindungi Guru Dharma (Bhiksu), agar dapat orang tersebut dengan berani, semangat dan kelancaran bicara tidak terputus, semua mara jahat tiada dapat mengganggunya; bahkan lebih hati mara muncul kegembiraan, dengan pakaian, peralatan tidur, makanan dan minuman, obat rebusan (obat tradisional), semua yang dibutuhan akan didanakan. Hyang Buddha, bilamana ada putra berkebajikan, putri berbudi, dapat menerima dan melaksanakan mantra ini, sejak pagi sampai malam tidak terputus, maka semua ‘Dewa, Naga, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahiraga, Manusia Bukan Manusia’ senantiasa menjaga dan melindungi, semua yang benci dan dendam tidak dapat mencelakakan.

佛语魔言:“善哉!善哉!汝今说此陀罗尼,令恒河沙等无量世界六种震动。魔王当知,汝此辩才,皆是文殊师利童子神力所作。”Buddha Berkata: “Baik, baik! Kamu sekarang berkata dharani ini, membuat bagaikan butiran pasir dunia tidak terbatas mengalami enam jenis getaran. Mara asal kamu tahu, kamu memiliki kelancaran bicara karena Manjusri Bodhisattva punya kegaiban yang membuatnya.”

文殊师利菩萨,以神通力令魔波旬说此咒时,众中三万人皆发阿耨多罗三藐三菩提心。Manjusri Bodhisattva, dengan kegaiban membuat Mara Boxun dapat berkata mantra ini, saat itu di antara para makhluk sebanyak 30,000 orang semuanya mengembangkan hati Annutara Samyaksambodhi.

敕令魔众护法咒’(Mantra dekrit para Mara melindungi Dharma)

达之他:阿么里。皮么里。齐多答比。阿节波你.是多设.多路。
Tá ce Tha: Ā me lǐ. Pí me lǐ. Chi tuō ta pi. Ā jié pō nǐ. She tuō shè. Tuō lù.

是也。是也末底。须婆末底。闪迷扇底。阿普迷。普普迷。
She yě. She yě mò tǐ. Xi pó mò tǐ. Shǎn mí shàn tǐ. Ā phǔ mí. Phǔ phǔ mí.

地利。阿契。莫契。去契。米吕罗。阿且迷。普罗。普罗普罗。
Tì lì. Ā chì. Mò Chi. Chi chi. Mǐ li luō. Ā chiě mí. Phǔ luō. Phǔ luō phǔ luō.

须迷.须须迷。地利地利。阿那巴底。齐多答比。其里多.厄替。其里多.
Xi mí. Xi xi mí. Tì lì tì lì. Ā nà pā tǐ. Chi tuō tá pǐ. Chí lǐ tuō. È thì. Chí lǐ tuō.

皮提。皮卢折德。萨达摩.婆努拘。合写.苏达罗写.陀路加。
Phí thí. Pí lú zhé te. Sà tá mó. Pó nǔ ci. Hé xiě. Sū tá luō xiě. Tuó lù ciā.

阿跋罗.目多伊. 婆苏吕也。
Ā Pá luō. Mù tuō yī. Pó sū li yě.

Catatan: 魔王波旬见到文殊菩萨显现如来不思议境界三昧,当场恭敬发愿: Raja Mara Boxun melihat Manjusri Bodhisttva menampakan Tathagata punya kondisi Samadhi yang tiadk terpikirkan, seketika respek dan berikrar:
a. 若有弘扬宣扬这部经的地方,此地周围四千里以内的众生,不受魔王波旬扰乱侵害烦恼。Bilamana ada yang membabarkan dan menampilkan sutra ini di tempat tersebut, maka tempat tersebut makhluk-makhluk yang berada sekelilingnya sejauh 4000 mil tidak menerima Raja Mara Boxun dapat mengusik, mengacaukan,menyerbu, mencelakakan, membuat kekacauan dan kegalauan.
b. 若念此咒,等于魔王的敕令,一切魔众不敢障难此人,而且会来供养此人。Bilamana dapat melafalkan mantra ini, sama saja Raja Mara membuat dekrit semua mara punya gerombolan (rakyat) tidak berani merintangi dan mempersulit orang ini, malah sebaliknya datang untuk berdana kepada orang ini.

6. 楞严咒第一会。这五句咒叫‘五大心咒,是五方佛的心咒。这五大心咒专破天魔外道的一切咒术。宣化上人讲:楞严五大心咒,是佛教里最尊最贵最有用的咒。Shurangama mantra, bagian pertama, ini lima kalimat mantra di sebut “Lima Maha Mantra Hati”, adalah mantra hati Lima Penjuru Buddha, ini lima maha mantra hati ini khusus untuk menghancurkan Dewa Mara dan aliran sempalan yang punya seni mantra (mantra sesat), YM Master Hsian Hua berkata: Shurangama lima maha mantra hati ini, adalah di dalam ajaran Buddha adalah paling mulia paling berharga dan ada manfattnya mantra ini.

《楞严五大心咒》:“ Shurangama Lima Maha Mantra Hati”,
叱陀你 阿迦罗 蜜唎柱、 般唎怛罗耶儜揭唎
(又写作:叱陀你.阿迦啰 密唎柱 般唎怛啰耶 宁揭唎)
Chì tuó nǐ. A ciā là. Mì lī zhù. Pō lī dá là yē. Níng chie li

7. 、【大随求陀罗尼,佛心中心咒】:持此咒破一切魔,魔若敢恼害正道菩萨,必烧毁自身心。Dharani Ta Sui Chiu, Inti mantra dari Hati Buddha, melafalkan mantra ini dapat menghancurkan mara, mara bila berani kacaukan dan celakakan Bodhisattva di jalan benar, maka harus terbakar sendiri punya tubuh dan hati.

一切佛‘心中心’大陀罗尼:Semua Buddha inti hati dari hati maha dharani:
嗡 拔啦拔啦 桑拔啦桑拔啦 因得哩呀 维(念wi)肖(念xuo)达你 吽吽 噜噜 夹磊 梭哈”Om Bhara Bhara Sambhara Sambhara Indriya Visodhani Hum Hum Ruru Cale Svaha.

佛言:“我昔初住雪山修道,多有诸恶兽等,无有善心,皆欲食人。我时在定忆念,我师空王如来所说此咒,始宣一遍,其时诸恶虫兽,皆得佛心,不害于我。渐次忆念,其时虫兽得菩萨戒,皆食草菜。

Buddha bersabda: pada masa lalu saat baru menetap di gunung es untuk melatih diri, banyak makhluk-makhluk binatang, mereka tidak ada hati berkebajikan, ingin menyantap orang (makan orang). Saat itu saya lagi meditasi mengingat saya punya Guru Khuang Wang (Raja Sunyata) Tathagata pernah mengucapkan mantra, diawali sebut satu kali mantra, saat itu juga semua serangga dan binatang jahat mempunyai Hati Buddha, tidak mencelakakan saya. Bertahap mengingat kembali, saat itu juga serangga binatang peroleh Bodhisattva Sila, sehingga mereka makannya rumput dan sayur.

8. Mantra Ampuh Manjusri Bodhisattva, Singkat dan Super Power
文殊师利菩萨八字大威德陀罗尼咒:唵 阿末啰吽 却浙啰
Om Ah Vi Ra Hum Kha Ca Rah

文殊八字咒来自《文殊师利宝藏陀罗尼经》,《大方广菩萨藏文殊师利根本仪轨经》。全称“一切佛心大无畏八字真言”,也叫“八字大无畏最上秘密心真言”简称“八字秘密咒”。又称“大日如来报身真言”,“吹肉往生咒”。此咒即是文殊菩萨的微妙本心。
Mantra delapan hurup dari Manjusri asallnya dari Sutra Wen Shu She Li Pao Cang Tuo Lo Ni Cing, Ta Fang Kuang Phu Sa Wen Shu She Li Ken Pen Yi Gui Cing. Seluruhnya dengan sebutan “Mantra Semua Hati Buddha Maha Tiada Gentar Delapan Kata” juga disebut “ Mantra Delapan Kata Maha Tiada Takut Tertinggi Rahasia Hati”, disingkat dengan sebutan “ Mantra Delapan Kata Rahasia, juga disebut “ Mantra Sambhoga Kaya Vairocana Buddha”, “Mantra Meniup daging Untuk terlahir”. Mantra ini adalah kegaiban dasar hati dari Manjusri Bodhisattva.

一、若有男子女人,发心忆诵此陀罗尼咒,念诵一遍,既能拥护自身;二遍,能护同伴;三遍即能生“大拥护”力;国王乃至住十地菩萨无能超过此陀罗尼者,何况诸小天魔、龙神鬼类恶众生等而能障碍?若诵四遍,即能拥护妻妾男女;若诵五遍,即拥护一切眷属;若诵六遍,能护一切城邑村坊;若诵七遍,能护一切众生。(Manfaatnya melafalkan mantra ini): bilamana ada pria dan wanita, mengembangkan hati, mengingat dan memanjatkan mantra dharani ini, sekali saja, dapat melindungi tubuhnya sendiri; dua kali, dapat melindungi partnernya (teman); tiga kali dapat memunculkan kekuatan perlindungan besar; raja sampai ‘Tingkatan Kemantapan’ (Tingkatan Bodhisattva), sepuluh Dasa Bhumika Bodhisattva tiada dapat melampaui siapapun yang melafalkan mantra ini), selain itu semua Dewa Mara yang kecil, dewa naga, setan dan lain-lainnya makhluk-makhluk jahat bagaimana bisa merintangi? (kekuatan pelafalan mantra ini siapapun tidak mampu mengusik apalagi mengganggunya, termasuk semua Dewa Mara, Naga, Dewa, Setan dan Lain-lainnya makhluk jahat tidak bisa mengusik apalagi mengganggu orang yang melafalkan mantra ini). Bila panjatkan empat kali dapat melindungi istri, selir anak laki, dan anak perempuan; Bila di panjatkan lima kali, dapat melindungi semua keluarga; bila dilafalkan enam kali dapat melindungi sekeliling kota dan desa; Bila dipanjatkan tujuh kali dapat melindungi semua makhluk.

9. Sutra Hati Dapat Melenyapkan Gangguan Kaum Asura & Mara
Sejarah Buddhis telah mencatat bahwa seorang Maha Bhiksu Xien Zhuang dalam perjalanan menuju India untuk mengambil Kitab Suci, bertemu dengan seorang Bhiksu penjelmaan Avalokitesvara Bodhisttva, karena Bhiksu Xien Zhuang dengan welas asih dan kebajikannya merawat Bhiksu yang sedang mengalami sakit, maka Bhiksu Xien Zhuang di ajarkan Sutra Hati (Prajna Paramita Hrdaya Sutra). Sepanjang jalan menuju India, begitu banyak gangguan dan rintangan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, semua bisa dilewati dengan selamat setelah melafalkan Sutra Hati ini berulang-ulang. Utamanya kaum Asura jahat dan kaum Mara penggoda sangat takut dengan kata “Maha Prajna Paramita”. Bila praktisi melafalkan Maha Prajna Paramita ini terus menerus maka diyakini dan diprediksi tubuh Asura atau Mara yang berniat jahat, menganggu dan merintangi praktisi tersebut, semuanya akan tercerai berai dan mereka segera pergi tidak berani lagi mengganggu atau merintangi praktisi tersebut.

Penutup
Demikianlah artikel ‘Dunia Mara Penggangu’ di buat, untuk dipahami, diambil hikmahnya dan diantisipasi bilamana seorang praktisi atau sekumpulan orang mendapatkan gangguan dan rintangan dari kelompok Mara, baik berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Diharapkan semuanya dapat menyadarinya dan berupaya menetralisirkan semua gangguan Mara dengan rajin melafalkan mantra-mantra yang telah disebutkan di dalam artikel ini. Pada hakikatnya semua makhluk mempunyai Jiwa Buddha, termasuk kaum Mara, asalkan kaum Mara bisa menyadari Tathagatagarbhanya (Embrio Buddha) nya sendiri, dan menampakkan jati dirinya sendiri, maka diyakini dan diharapkan kaum Mara tidak lagi senang berbuat jahat dan bodoh, bergembira menyempurnakann segala kebajikan dan berjuang untuk mensucikan hati dan pikiran. Semoga semua Mara menyadari bahayanya aksi kejahatan dan menyadari manfaat kebajikan. Harapan utamanya semoga semua Mara dapat antusias dan giat menapak ‘Jalan Buddha dan menolong semua makhluk.

Semoga dengan Cinta Kasih Universal dari Hyang Triratna Buddha, Dharma dan Sangha, serta dengan kekuatan mantra yang dilafalkan, semua praktisi dan umat Buddha senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dalam mempraktikkan ajaran Buddha dengan aman dan selamat. Juga semoga jasa kebajikan ini pula para Sramana, Romo atau Upasaka-Upasika yang giat membabarkan kebenaran Buddhadharma senantiasa dilindungi dan dibimbing oleh Guru Agung Sakyamuni Buddha,, sinar Buddha senantiasa memancar memberi penerangan agar kebajikan pembabaran Dharma dapat berjalan lancar, aman dan selamat, terhindar dari segala gangguan, rintangan dan segala kesulitan. Akhir kata semoga semua makhluk berbahagia, svaha. Amituofo.

Sumber referensi: