Buddhadharma & Kiamat 2012

Oleh Jo Priastana

MENCEGAH KEHANCURAN BUMI DENGAN MENUMBUHKAN SIKAP HIDUP HARMONI

Persepsi kiamat yang mencerminkan penghancuran bumi dalam film 2012 menunjukkan berkuasanya hukum kesunyataan tentang anicca atau hukum ketidak-kekalan. Segala apa pun termasuk bumi mengalami ketidak-kekalan atau kehancuran, baik cepat maupun lambat, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil.

Meski mungkin film 2012 yang mengisahkan tentang fenomena kehancuran bumi itu hanya sebatas sebagai hiburan, namun film itu memberikan kepada kita akan informasi berharga sehubungan dengan kehidupan manusia di atas bumi ini. Film yang fenomenal ini juga menawarkan kepada kita untuk merenungi eksistensi bumi sehubungan dengan perlakuan manusia terhadapnya.

Melalui film yang sangat fenomenal ini kita diajak juga untuk melakukan transformasi kesadaran dan menumbuhkan sikap yang semestinya terhadap Bumi, menghargai dan merawat bumi, jika tidak mau kiamat kehancuran bumi itu sungguh-sungguh akan cepat terjadi. Lebih jauh film 2012 itu juga menawarkan kita untuk melakukan renungan akan makna keberadaan diri manusia di tengah alam semesta ini.

Kiamat 2012

FILM 2012 yang juga cukup menghebohkan kalangan agama ini lahir berkat inspirasi yang di dapat dari ramalan kalender Bangsa Maya. Kalender bangsa Maya memberitahukan bahwa penanggalan akan berhenti pada 20-12-2012, dan itu berarti kehidupan di bumi akan berhenti melalui terjadinya tanda-tanda kiamat atau penghancuran bumi.

Para astronom jenius Maya memberi pertanda, tanggal 21/12/2012 akan menjadi kelahiran jaman Baru. Masa itu paling sakral sekaligus paling berbahaya dalam sejarah Bumi. Menurut Laurence E Joseph (Maria Hartiningsih, Kompas, 2009) dalam Apocalypse 2012, tanggal 21/12/2012 merupakan titik balik musim dingin tahunan ketika belahan Utara Bumi berada di titik terjauh dari matahari sehingga siang sangat pendek.

Pada tanggal itu, tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya, seperti diyakini bangsa Maya, akan menutupi pemandangan pusat Bimasakti dari Bumi. Para astronom Maya Kuno menganggap titik pusat ini sebagai rahim Bimasakti. Keyakinan itu didukung banyak pembuktian para astronom kontemporer bahwa disitulah tempat terciptanya bintang-bintang galaksi.

Untuk pertama kalinya dalam 26.000 tahun, energi yang mengalir ke Bumi dari titik pusat Bimasakti akan sangat terganggu pada 21/12/2012, tepatnya pukul 11.11 malam. Semua itu disebabkan guncangan kecil pada rotasi bumi.

Bangsa Maya yakin, sesingkat apa pun terputusnya pancaran dari pusat galaksi akan merusak keseimbangan mekanisme vital Bumi dan tubuh semua makhluk, termasuk manusia. Begitulah kehancuran bumi diramalkan pada 21/12/2012.

Matahari Ke Tujuh

Mengenai eksistensi bumi Buddhadharma mengungkapan bahwa pada suatu ketika bumi kita ini akan hancur lebur dan tidak ada lagi. Tetapi, apakah dengan kehancuran bumi kita ini atau kiamat itu berarti berakhirnya kehidupan kita? Lalu, kapankan terjadi kehancuran bumi itu?

Buddhadarma sependapat bahwa eksistensi bumi ini tidak akan berlangsung selamanya. Suatu waktu akan berakhir atau mengalami kehancuran sebagaimana yang tergambarkan dalam film 2012 itu.  Tetapi, kehancuran bumi tidak berarti berakhirnya kehidupan khususnya kehidupan manusia, karena kosmologi dalam Buddhis menjanjikan adanya banyak alam kehidupan dan planet-planet di alam semesta.

Di alam semesta ini tetap berlangsung pula evolusi terjadinya bumi, dan bukan hanya bumi kita ini saja yang ada tetapi ada banyak bumi lain yang terdapat dalam tata surya – tata surya yang tersebar di alam semesta ini.

Menyangkut kiamat atau hancur leburnya bumi kita ini menurut Anguttara Nikaya, Sattakanipata diakibatkan oleh terjadinya musim kemarau yang lama sekali. (Buku Peringatan “Waisak 2528/1984”. Yayasan Maha Bodhi Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 54. Dikutip dari Anguttara Nikaya I, dan Ketuhanan Yang Maha Esa, Corneles Wowor, dalam buku Dies Natalis Akademi Buddhis Nalanda, 22 September 1984, hal. 7-10).

Selanjutnya dengan berlangsungnya musim kemarau yang panjang ini muncullah matahari kedua, lalu dengan berselangnya suatu masa yang lama matahari ketiga muncul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam dan akhirnya muncul matahari ketujuh.  Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita ini terbakar hingga menjadi debu dan lenyap bertebaran di alam semesta.

Menurut ilmu pengetahuan bahwa setiap planet, tata surya, dan galaksi beredar menurut garis orbitnya masing-masing. Tetapi kita sadari pula, karena banyaknya tata surya di alam semesta kita ini, maka pada suatu masa garis edar tata surya kita akan bersilangan dengan garis orbit tata surya lain, sehingga setelah masa yang lama ada tata surya yang lain lagi yang bersilangan orbitnya dengan tata surya kita.

Akhirnya tata surya ketujuh menyilangi garis orbit tata surya kita, sehingga tujuh buah matahari menyinari bumi kita ini. Akibatnya bumi tidak berdaya dan mengalami kehancuran.

Kelahiran Kembali Bumi

Kehancuran bumi  menunjukkan tidak ada satu pun yang kekal. Ketidak-kekalan ini  sekaligus menunjukkan bahwa fenomena di alam semesta ini adalah sebagai dharmadhatu, yaitu fenomena sebagai unsur-unsur dharma yang secara esensial saling tergantung dalam suatu kesatuan totalitas.

Setiap fenomena atau suatu peristiwa yang terjadi di jagad raya ini akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena dan peristiwa lainnya dalam suatu kontinuitas ketergantungan yang berlangsung terus menerus.

Karenanya  kehancuran bumi yang terjadi dan dianggap sebagai kiamat atau yang sebagaimana  diperlihatkan dalam film 2012, hanyalah suatu proses transformasi yang terjadi pada bumi. Bumi yang tampak hancur lebur, berantakan sedang mengalami metamorfosis pembentukan kembali dalam suatu perwujudan yang lain atau kelahiran bumi kembali.

Fenomena ini menunjukkan kerja hukum kesunyataan tentang saling ketergantungan segala sesuatu, bahwa segala apa pun juga di alam semesta ini hadir sebagai suatu akibat dari kondisi sebelumnya dan ada bersama yang lain, sebagaimana yang menjadi prinsip hukum pratitya samutpada.

“When that exists, this come to be; on the arising of that, this arises. When that does not exist, this does not come to be; on the cessation of that, this ceases”.  (Majjhima Nikaya).

Kiamat yang tersajikan dalam film 2012  menyajikan proses kelangsungan bumi dalam bentuknya yang baru. Dengan pendekatan psikologi kontemplatif, kita juga bisa  menginterpretasikan 21/12/2002 sebagai “kiamat”,  dalam makna Ibu Bumi sudah sangat dekat waktunya melahirkan.

Proses kelahiran itu baru itu bisa didahului oleh serangkaian proses dan tanda-tanda jaman yang mengarah kepada kehancuran dan pertumbuhan baru. Proses itu tercermin dalam hadirnya perang, kekejian, dan bencana akibat penghancuran lingkungan dan perusakan atmosfer Bumi, yang merupakan juga  dampak kebencian dan keserakahan manusia, serta bencana yang disebabkan faktor manusia dan nonmanusia.

Transformasi Kesadaran

Dalam pendekatan spiritualitas, kiamat 2012 juga dapat kita maknai juga sebagai perlunya pemahaman holistik terhadap alam semesta dan menumbuhkan kesadaran tentang siapa diri kita di tengah alam semesta. Sejalan dengan ini kiamat 2012 mengingatkan pada transformasi kesadaran manusia dan merengkuh hidup berkualitas dan kesehatan planet bumi (Robert K Stiler).

Tahun 2012 adalah tahun berjaga dengan menyadari teknologi saja tak menjamin keberlangsungan Bumi. Begitu diingatkan Jose Arguelles, PhD, ahli Kalender Maya dan pakar sejarah seni dan estetika dari Universitas Chicago.

“Kalau kita tidak berjaga, planet Bumi akan hancur secara alamiah karena sekarang sudah jauh dari seimbang”, ia menambahkan. “Pikiran manusia secara massal dikontrol dan dimanipulasi pemerintah dan institusi-institusi yang menjadi faktor kunci kehidupan modern”.

Christine Page, dokter medis, ahli homeopati dan kesehatan holistik, menjelaskan, tanggapan pada jaman baru sangat tergantung pada kemampuan memahami kesaling-terkaitan dan menghargai Ibu Bumi.

“Alam dan semua makhluk hidup di Bumi adalah bagian diri kita yang harus diperlakukan penuh martabat, penghargaan, dan cinta,” ujarnya. Jadi, pilihan ada di tangan manusia: membiarkan planet Bumi hancur atau melanjutkan evolusinya. Mari kita renungkan. (Maria Hartiningsih, Kompas, 22 Februari 2009).

Film kiamat 2012 itu telah hadir dalam kehidupan kita meski mungkin kiamat itu sendiri masih menjadi tanda tanya, apakah sungguh akan terjadi di tahun 2012.
Namun begitu, lebih baik kita sikapi saja ramalan bangsa Maya itu sebagai peringatan mengenai sikap kita selama ini terhadap bumi yang mengancam percepatan kerusakannya serta sikap yang sebaiknya perlu ditumbuhkan di dalam menjaga dan merawat bumi.

Sesuai dengan prinsip hukum saling ketergantungan pratitya samutpada, Buddhisme dikenal sebagai agama yang selaras dengan lingkungan. Buddhisme dikenal sebagai eco-sophy, memiliki kearifan dalam memperlakukan setiap bentuk kehidupan, memberi tempat kesatuan manusia dengan alam sebagai ecological religion (Martinez Batchelor, dan Kerry Brown, 1992).

Dengan prinsip yang mencerminkan kearifan dalam memperlakukan alam semesta, menghormati bumi dan segenap bentuk kehidupan di dalamnya, dengan menumbuhkan green life style. Suatu gaya hidup yang mencerminkan keselarasan dengan alam yang bersumber dari cara hidup Buddhis yang meditatif, hidup selalu dalam kesadaran penuh (mindfulness).

Mari kita bangkitkan terus kesadaran kita, dengan menumbuhkan gaya hidup yang selaras dengan lingkungan dan harmoni bersama alam. Memperlakukan setiap wujud kehidupan dengan rasa hormat, baik itu binatang, tanaman, keberadaan mineral, batu, tanah dan bumi itu sendiri. ***.