Pandangan Keliru & Pengertian Salah Umat Manusia

(oleh YM Bhiksu Tadisa Paramita Sthavira)

Di jaman canggih dan mutakhir di era globalisasi sekarang ini, kecenderungan manusia memilih kehidupan bebas dan liar menjadi tren yang disukai banyak orang. Kehidupan manusia sekarang mengarah hanya mengejar ragam kekayaan materialistik dengan segala cara dan senang menjadi konsumen dari segala produk untuk tampil gaya dan meningkatkan gengsi pribadi dan keluarganya. Sedangkan kehidupan harmoni penuh keseimbangan yang beretika moralitas cenderung di abaikan. Pendidikan formal sekarang ini hanya mengajarkan bagaimana menggapai cita-cita menjadi kaya akan segala hal yang berada diluar, begitupula pendidikan agama umumnya hanya mengajarkan kekayaan akan pemahaman ajaran agama di dalam kitab suci saja, tanpa mampu merealisasikan ajarannya kedalam kehidupan sehari-harinya. Sekarang ini kecenderungan umat manusia yang beragama hanya mengembangkan kesalehan kepada ‘Yang Mutlak’ saja, tetapi mengabaikan kesalehan diri, kesalehan terhadap sesamanya, atau kesalehan terhadap lingkungannya. Umumnya mereka tidak mampu menggali dan mengembangkan kebijaksanaan luhur (pencerahan) yang dapat merealisasikan keluhuran watak dan keteladan sikap maupun perilaku. Sangat ironis sekali, walaupun banyak umat manusia beragama tetapi kenyataan tingkah lakunya masih jauh dari ajaran agama dan hidupnya bertolak belakang dengan ajaran muliaNya, akibatnya mereka sulit menjalankan kehidupan yang tenang, cinta damai dan anti kekerasan, menepis slogan toleransi untuk hidup berdampingan secara rukun, juga menjauhi paham Multikultural yang banyak perbedaan ditengah-tengah masyarakat yang majemuk.

Adapun kemajuan dunia di satu sisi membuat kehidupan manusia semakin simpel, praktis dan maju, tetapi di lain sisi kemajuan ini juga mempengaruhi kemerosotan harkat martabat manusia karena kemajuan dunia banyak disalahgunakan untuk aksi kebodohan dan kejahatan, sehingga dapat di asumsi bahwa kemajuan dunia membawa implikasi ganda untuk kemajuan dan kemerosotan umat manusia. Kenapa bisa dikatakan demikian, karena pendidikan umum pada umumnya hanya menghasilkan banyak cendikiawan dan teknokrat yang dapat memajukan dunia, tetapi apabila tidak di imbangi dengan pendidikan agama yang efektif untuk kemajuan mental dan spiritual, maka semua kemajuan bisa disalahgunakan untuk kepentingan dan pemuasan hawa nafsu bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan, kekuasaan dan kekayaan, untuk menguasai dan menindas hidup dan kehidupan makhluk lain.

Tentu kita sebagai umat Buddha perlu bertanya bagaimana mengisi dan melaksanakan kehidupan benar, baik dan maju? Bagaimana memahami makna hidup dan kehidupan manusia di dunia fana ini? Untuk itu marilah kita lihat dan buktikan kebenaran agama Buddha yang mengajarkan kita untuk meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran dulu, baru dikembangkan dengan sikap dan perilaku untuk kemajuan lahiriah dan batiniah.

Ada Banyak Tipe manusia
Ada empat tipe manusia melaksanakan kehidupan di dunia yaitu:
1.    Orang buta di jalan gelap
Orang yang tidak mengenal dirinya juga tidak mengenal dunia
Artinya orang ini umumnya mempunyai cacat mental karena tidak mengenal dirinya pun tidak bisa mengenal dunia. Hidupnya hanya menjadi beban kemalangan dan menyusahkan orang lain.
2.    Orang buta di jalan terang
Orang yang tidak mengenal dirinya tetapi mengenal dunia
Artinya orang ini hanya belajar untuk menata, mencari dan meraih kesuksesan duniawi saja, tetapi mengabaikan bidang pengembangan kualitas mental dan spiritual umat manusia.
3.    Orang melek di jalan gelap
Orang yang mengenal dirinya tetapi tidak mengenal dunia
Artinya orang ini hanya mau belajar kemajuan spiritual saja, tetapi menjauhi potensi untuk meraih kemajuan duniawi.
4.    Orang melek di jalan terang
Orang yang mengenal dirinya juga mengenal dunia.
Artinya orang ini sungguh bijaksana mengembangkan kualitas mental spiritual sekaligus mengembangkan potensi dirinya untuk meraih kemajuan duniawi.

Tipe-tipe lain dari manusia
Umumnya manusia bisa dikenali dari cara pandang dan pikirannya terhadap kehidupan didunia ini, yaitu simaklah sikap dan perilakunya dikelompok mana yang dipilih:
1.    Dari gelap menuju gelap
Banyak makhluk-makhluk dari alam rendah dilahirkan ke dunia sebagai manusia umumnya hidupnya kurang beruntung, mereka dilahirkan di keluarga miskin, bodoh, cacat, atau berantakan, tetapi mereka bukan sadar untuk memperbaiki nasib malah merusak nasibnya lagi, selalu menyalahkan keluarganya dan senang  berbuat jahat, akibatnya nasib buruk selalu menyertainya dan diakhir penghidupannya terjatuh kembali ke tiga alam sengsara. Inilah yang dikatakan dari gelap menuju gelap lagi.
2.    Dari terang menuju gelap
Banyak manusia dilahirkan di keluarga mulia dan mengalami nasib beruntung, tetapi karena kesombongan dan kebodohannya, mereka senang kejahatan dan malas membina diri. Umumnya mereka menghambur-hamburkan rejeki dan merusak jodoh yang baik. Akibatnya karma buruk berlimpah, hidup jadi sulit dan banyak rintangan, akhir kehidupannya terjatuh di tiga alam sengasara. Inilah yang dikatakan dari terang menuju gelap.
3.    Dari gelap menuju terang
Banyak manusia dilahirkan dikeluarga kurang beruntung, miskin dan papa,  tetapi mereka menyadari semua akibat dari karma buruk dimasa lampau yang sedang berbuah, mereka tidak mau lagi menyalahkan siapapun juga. Mereka hanya berjuang merubah dan memperbaiki nasib dengan berbuat kebajikan yang berlimpah, perjuangannya tidak sia-sia, karena nasib buruk bisa berubah menjadi baik dan makmur, karena senang berbuat baik maka di akhir penghidupannya terlahir di alam menyenangkan. Inilah yang dikatakan dari gelap menuju terang.
4.    Dari terang menuju terang
Banyak manusia dilahirkan dikeluarga utuh, sehat, makmur dan mulia, mereka sangat beruntung menyadari buah hasil kebajikan di masa lampau. Walaupun sekarang hidupnya beruntung, tetapi mereka tidak kikir dan sombong, melainkan senang berbuat bajik yaitu rajin berdana menolong orang susah yang membutuhkan. Mereka belajar agama dan rajin membina diri untuk memahami makna hidup dan kehidupan maya, memperjuangan kualitas mental dan spiritual untuk meraih pencerahan dan maha Bodhi, akhir kehidupannya mereka terlahir di surga Buddha atau surga dewa yang bahagia.

Pandangan Terbalik

Adalah pandangan terbalik dari realita, menganggap kepalsuan adalah kebenaran, sedangkan kebenaran adalah kepalsuan, misalnya yang tidak kekal dianggap adalah kekal, penderitaan dianggap sebagai kesenangan. Pandangan terbalik misalnya:
1.    Menganggap kondisi paduan unsur jasmani adalah elok dan bersih
Tubuh manusia terdiri dari paduan unsur, cair, panas dan udara, bila semuanya tidak bekerja dengan baik dan harmoni, maka akan jatuh sakit atau mati. Coba perhatikan dari ujung rambut sampai keujung kaki adalah sarang penyakit, dan ada sembilan lubang dalam tubuh manusia yang mengeluarkan kotoran setiap saat. Seorang bijaksana dapat melihat tubuh ini tidak kekal dan terus berubah, menjijikan dan sangat rapuh.
2.    Menganggap bentuk-bentuk perasaan adalah menyenangkan
Banyak orang mempergunakan perasaannya secara berlebihan, menganggap bentuk-bentuk perasaan adalah menyenangkan. Di dalam kitab suci dikatakan ‘Adanya panca indera timbullah pandangan, adanya pandangan timbullah perasaan, adanya perasaan timbullah kecintaan, adanya kecintaan timbullah kemelekatan, adanya kemelekatan timbullah penderitaan’.
3.    Menganggap Gejolak hati adalah kekal
Corak hati manusia ada empat yaitu, timbul, melekat, berubah dan lenyap. Demikian kondisi hati manusia selalu berubah, tetapi banyak orang ingin mendapatkan hati yang berkondisi tetap, misalnya sepasang pengantin baru, mengatakan janji sehidup semati, mereka berikrar saling mencintai dan menyayangi sampai tua, kenyataan setelah beberapa tahun hidup bersama, hubungan mereka mulai terlihat jenuh dan membosankan, akibatnya banyak yang memilih perceraian, kenapa demikian?, karena gejolak hati selalu berubah dan tidak kekal.
4.    Menganggap fenomena dharma memiliki inti (bisa dimiliki)
Semua keberadaan fenomena dharma karena pandangan dan pikiran, semua corak dharma karena adanya aktivitas hati, begitupula semua dharma yang disenangi ingin dikuasai dan dimiliki, karena adanya pengaruh dari kebodohan. Sesungguhnya dharma yang berkondisi adalah timbul dan lenyap, tidak memiliki inti yang dapat dimiliki oleh umat manusia, semua kekayaan materi hanya bisa datang karena adanya kondisi, sebaliknya karena adanya kondisi semua kekayaan akan lenyap kembali.

Pemahaman Keliru & Pengertian Salah Menumbuhkembangkan Ke-Egoisan Manusia

Semua kejahatan dan penderitaan berasal dari pemahaman keliru dan pengertian salah mengenai pemahaman ‘saya’ dan ‘sendiri’. Makna sesungguhnya mengenai saya ialah adanya sendiri, ketiadakondisian, tetapi pikiran itu, intelek kesadaran sendiri, dibawah pengaruh ketidaktahuan, datang menerapkan secara salah pengertian ini, mengenai ketiadakondisian padanya sendiri di dalam dunianya, yakni alam atau sifat dasar berkondisi, dan dimana dia menunjukkan dirinya sendiri dan melalui cara itu pada semua benda-benda yang ditanggapinya.

Sesuatu bayangan muncul hanya jika terdapat cahaya terang; bilamana tidak terdapat cahaya maka tiada bayangan. Hal yang sama, Klesa, penderitaan dan Samyoyana, faktor mengenai perbudakan (hasil dari ketidaktahuan) menghalangi cahaya dari Samyagdrsti (atau Prajna/kebijaksanaan luhur), dan disana muncul bayangan saya dan bayangan dari semua benda lainnya. Dari pengertian mengenai ‘saya’ disana muncul pengertian ‘milik saya’. Selanjutnya muncul ‘sifat rakus atau keserakahan’ berhubungan dengan benda-benda untuk dimiliki dan menguntungkan diri sendiri, disana pula muncul pengertian ‘kemelekatan dan kemarahan’ apabila benda-benda kepemilikannya rusak, hilang atau dirampas. Proses pengikatan hawa nafsu karena kegilaan pemutar-balikkan kenyataan karena tidak adanya kebijaksanaan. Inilah yang dinamakan kebodohan, keserakahan dan kebencian, tiga akar racun yang membinasakan. Disebabkan kekuatan dari pengertian keliru mengenai ‘saya’, seseorang melihat sendiri itu didalam 4 cara, yakni “rupa adalah saya”, “rupa ialah milik saya”, “didalam saya terdapat rupa”, dan “didalam rupa terdapat diri saya sendiri”. Karena adanya sebab pandangan keliru dan pengertian salah, maka banyak manusia menjadi ‘Super Ego’ atau berkembangnya ‘Ego-Sentris’. Akibatnya semuanya ingin dirasakan, semuanya ingin dikuasai, dan semuanya ingin dimiliki, dikhawatirkan ke-egoisannya terus berkembang mengarah ‘hanya mementingkan diri sendiri tetapi tidak peduli kepada yang lain, hanya menguntungkan diri sendiri tetapi merugikan pihak lain’. Sehingga bisa dikatakan sifat ke-egoisan manusia adalah sumber ketegangan, kericuhan dan kerusuhan dunia sepanjang masa.

Ada Lima Wujud “Ke-Akuan” Yang Berbeda
1.    Orang awam masih bodoh dan terjebak khayal akan ‘Sang Akunya’
2.    Penganut aliran sempalan terlena dan terjebak khayal akan ke-Akuan dari unsur kedewaannya.
3.    Para pelatih diri di jalan kecil dan menengah hanya mampu mensunyakan sang Akunya sepihak.
4.    Para Bodhisattva mampu merubah wujud ke-Akuannya menurut kebutuhan kondisi untuk menolong semua makhluk.
5.    Hyang Tathagata memiliki Dharma-Kaya wujud kesejatian dari sang Aku jati dirinya.

Pandangan Khayal Umat Manusia
Umat manusia yang masih di liputi keegoisan umumnya karena memiliki kecenderungan pandangan khayal.
Pengertian Khayal adalah tidak nyata dan tidak realita maka disebut khayal.

Pikiran Khayal adalah pikiran yang mempunyai kecenderungan fantasi dan ilusi khayal, yaitu kesenangan dan kemelekatan kepada enam rasa, misalnya rasa keinginan dan kemelekatan untuk melihat keindahan, mendengarkan suara merdu, merasakan wangi, mencicipi aneka rasa sedap, sentuhan yang menimbulkan nikmat, keinginan pikiran untuk mendapatkan, merasakan, memiliki dan lain sebagainya.

Khayal Melekat adalah segala fenomena yang menyenangkan atau tidak disukai selalu melekat didalam sanubarinya, sehingga timbul sifat-sifat keserakahan atau kebencian, bila tidak menyadari kebenaran hakiki dari fenomena yang ada, maka disebut kebodohan.

Khayal Menjerumuskan adalah karena adanya kecenderungan khayal didalam batinnya, maka segala gejolak batinnya selalu menciptakan nuansa karma yang menjurus kepada kepalsuan akibatnya dapat menjerumuskan ke dalam proses tumimbal lahir.

Sikap & Perilaku Khayal adalah karena hati dan pikirannya penuh khayal otomatis sikap dan perbuatannya jadi khayal, tidak realitis, penuh kepalsuan, keegoisan, kefanatikan dan kemunafikan yang menciptakan ragam karma pikiran, ucapan dan perbuatan, sehingga akibat dari perbuatannya menciptakan fenomena bahagia atau derita khayal.

Fenomena Khayal adalah bila batin penuh khayal maka semua kondisi dan fenomena pun khayal mengikuti gejolak batinnya. Misalnya batin lagi senang maka pandangannya semua menjadi indah, tetapi sebaliknya bila batin lagi kesal maka semua pandangan adalah menyebalkan. Sehingga bisa dikatakan semua keberadaan dan bentuk-bentuk dari fenomena semua bertumpu dari peran hati dan pengaruh pikirannya.

Pandangan & Pikiran Khayal Menciptakan Banyak Masalah dan Penderitaan

Manusia yang diliputi kegelapan batin, umumnya tidak mengenal kemurnian hatinya, senantiasa menciptakan sensasi dan fantasi dharma di dalam pikirannya, terjebak kepada wujud dan diberi nama, dengan nama melekat kepada corak, semua yang dilekatkan tidaklah menunjukan kesejatian dharma, inilah yang disebut khayal. Misalnya:
1.    Orang Indonesia mengatakan Bunga Mawar.
2.    Orang Tionghua mengatakan Mei Kui Hua.
3.    Orang Barat mengatakan Rose Flower.

Kenapa satu kembang yang sama begitu banyak perbedaan namanya, tentu karena faktor manusia, pengaruh bahasa, budaya dan jaman. Ditinjau dari kaca mata duniawi semuanya benar, tetapi ditinjau dari kaca mata Kesunyataan semuanya tidak benar, karena kembang tersebut sesungguhnya demikian adanya, tidak ada nama, hanya manusia yang memberi nama, melekat kepada corak dan terjebak pada kondisi pada kembang tersebut. Oleh karena itu pendidikan sekarang cenderung hanya berdasarkan rupa, nama, dan kondisi, tetapi belum menyentuh kesunyataan (hakikat kebenaran). Sehingga para murid dan siswa hanya terpaku kepada nama dan rupa saja, tidak bisa melihat kebenaran sejati dari fenomena dharma yang berkondisi timbul dan lenyap.

Dua Belas Jenis Khayal
Didalam kitab suci Leng Chia Cing dikatakan ada dua belas jenis khayal antara lain:
1.    Ragam perkataan dan ucapan cenderung khayal.
2.    Semua urusan diliputi khayal.
3.    Aneka bentuk cenderung khayal.
4.    Keuntungan khayal.
5.    Kejiwaan yang diliputi khayal.
6.    Sebab akibat sesungguhnya khayal.
7.    Pandangan khayal.
8.    Kewibawaan khayal.
9.    Timbul bergejolak khayal.
10.    Tidak timbulpun diliputi khayal.
11.    Kesinambungan bernuansa khayal.
12.    Keterkaitan atau tidak-keterkaitan adalah khayal.

Pikiran Khayal Menciptakan Perbedaan-Perbedaan

Karena tidak mengetahui hakikat kesejatian yang bersifat sunya, sesungguhnya tidak ada perbedaan-perbedaan absolut sehingga dikatakan manunggal, dikarenakan para siswa masih diliputi kebodohan maka timbulah gejolak-gejolak baik, buruk, indah, dan jelek, karena masih didominasi kecenderungan- kecenderungan dan terjebak perbedaan-perbedaan tidak nyata.

Perjodohan Khayal

Pengertian jodoh adalah setiap pribadi memiliki perjodohan dengan materi dan kondisi, dimulai kedalam mempunyai pertalian jodoh kelahiran sebagai manusia yang memiliki beragam kondisi tubuh jasmani dan mental rohaninya. Sedangkan keluar memiliki pertalian keluarga dan kerabat dengan segala kondisinya. Begitupula kondisi karma akan mewarnai kehidupannya. Sesungguhnya semua kondisi ini hanya sekejab dan bersifat rapuh, tidak benar-benar nyata dan bisa dimiliki, oleh karena itu disebut perjodohan khayal.

Sepuluh Khayalan Dalam Kehidupan Manusia
Kehidupan khayal manusia di ibaratkan bagaikan impian misalnya:
1.    Semua makhluk memiliki jiwa Buddha yang belum disadari (bagaikan seorang kaya memiliki mustika dan mempunyai kondisi-kondisi mulia yang belum diketahuinya).
2.    Apabila belum bertemu dan mendapatkan bimbingan dari orang bijaksana sulit menyadari mustikanya. (bagaikan orang masih terlelap tidur di dalam mimpinya, sehingga tidak menyadari kekayaannya).
3.    Karena tidak sadar maka mustikanya tidak bisa dipergunakan (bagaikan mimpi jadi orang kaya yang sedang tertidur sehingga kekayaan belum dipergunakan).
4.    Karena tidak sadar maka terjebak corak dan wujud (bagaikan berpikir didalam mimpi).
5.    Karena adanya pandangan terhadap jasmani dan gejolak hati maka timbullah khayal, (bagaikan didalam mimpi melihat ilusi akan tubuhnya dan perasaannya).
6.    Karena tidak menyadari semua kondisi berasal dari peran dan aktivitas hati, maka terjebak dan melekat kepada sang aku dan kemauaannya (disaat mimpi batinnya terjebak dan melekat kepada semua fenomena yang dilihat dan dirasakan).
7.    Karena terjebak corak kondisi maka timbullah perbedaan-perbedaan aku dan lainnya, sehingga keegoisan Sang Aku berkembang (didalam mimpi merasakan segala fenomena semua berkaitan dengan aku dan aku ingin merasakan semuanya).
8.    Karena kebodohan maka terjebak oleh bentuk tubuh yang terdiri dari empat unsur Mahabhuta, sehingga timbullah keserakahan dan hawa nafsu terhadap kondisi yang menyenangkan, untuk memuaskan dahaga yang nikmat, sebaliknya akan membenci kondisi yang tidak sesuai dengan selera yang dapat merugikan dan membuat kegalauan. Kebodohan batin ini membuat banyak kesulitan dan kekacauan. (bagaikan didalam mimpi sudah kena racun dan kotoran dari segala kondisi, diterima atau ditolak, terjebak faktor keserakahan atau kebencian).
9.    Karena terjebak sang aku dan dharma maka sikap dan perilakunya banyak menciptakan karma baik atau buruk. (didalam mimpi menciptakan sarang madu atau lubang racun untuk dirinya).
10.    Sungguh sulit lari dari hukum karma, seperti bayang-bayang mengingkuti si pemilik tubuh, menciptakan siklus kehidupan di enam alam tumimbal lahir, dan harus menerima segala akibat perbuatannya kelak nanti (didalam mimpi kareana menciptakan kejahatan atau kebaikan maka semuanya mengakibatkan balasan setimpal, yaitu konsekuensi hukuman-hukuman).

Bila orang sudah sadar bangun dari mimpi khayalnya, maka disadari bahwa semuanya bentuk-bentuk kehidupannya adalah khayal tidak nyata (karena mimpi) juga bukan tidak nyata karena didalam mimpi justru dirasakan kenyataan). Demikianlah romantika kehidupan manusia khayal didunia ini.

Di dalam Abhidharma Phu Thi Sing Lun dikatakan “Bilamana hati khayal timbul, maka ketahuilah tetapi jangan dituruti. Bila khayal sudah lenyap maka sumber hati akan kembali sunyi dan sunya”.

Di dalam Abhidharma Chi Xin Lun dikatakan “Semua makhluk dipermainkan oleh gejolak khayal, pikirannya selalu membuat perbedan-perbedaan”.

Di dalam kitab suci Suranggama Sutra (Leng Yen Cing) dikatakan “Semua makhluk karena diliputi khayal, sehingga terjebak dan terperosok”.

Satu pikiran khayal timbul maka tiga ribu masalah muncul. Satu pikiran tidak muncul maka semua masalah menjadi lenyap.

Lima Pandangan Salah

Umat manusia dikarenakan belum mampu meraih pencerahan atau kebijaksanaan, maka kecenderungan memiliki beragam ‘Pandangan Salah’, antara lain sebagai berikut:

Pandangan Fisik/Egois adalah pandangan fisik yang hanya bisa melihat semua hal dari satu sisi saja, tidak mampu melihat semua hal pada kenyataan yang benar. Adapun pandangan ini dikatakan sebagai khayal, yaitu mengenai “Sang Aku” yang hidup kekal. Pandangan ini umumnya berdasarkan naluri dari efektifnya segala karma yang dimilikinya. Semua yang dilihat, dirasakan, diyakini, didambakan, diupayakan, ditargetkan untuk meraih semua hal, berasal dari pandangan kerdil pribadinya saja. Pandangan terbatas ini bagaikan katak dalam sumur, yang berorientasi dari dan untuk dirinya saja, semuanya hanya bertumpu pada sifat keegoisan, sifat mau menang sendiri dan hanya mementingkan dirinya saja.

Pandangan Terjebak adalah pandangan setelah mati semuanya sirna, atau masih berlangsung. Pandangan ini memiliki kondisi batin terjebak fenomena khayal yang bersifat dualisme, semua kondisi diluar baik atau buruk berasal dari peran dan aktivitas kondisi batinnya didalam, bila senang maka hidup tidak sulit, bila tidak senang maka hidup terasa sulit. Bila lagi jatuh cinta maka dunia terasa indah, sebaliknya bila sakit hati maka dunia bagaikan neraka.

Pandangan Salah adalah pandangan yang tidak mengetahuinya adanya tiga dimensi waktu dan tidak percaya kepada hukum karma. Umumnya manusia mengalami kemalangan dan penderitaan selalu menyalahkan yang di atas tidak adil dan juga menimpahkan kesalahan kepada orang-orang yang berada disekelilingnya. Tanpa bisa menyadari semua fenomena kondisinya tercipta dan berkaitan dengan karmanya sendiri.

Pandangan Melekat adalah pandangan yang selalu melekat kepada kondisinya yang pernah terjadi, pandangan ini dilekatkan dan sulit hilang atau kembali menjadi netral dan murni, misalnya ada seorang perempuan karena pernah kecewa dan sedih atas kegagalan cintanya, maka banyak wanita menjadi trauma dan phobia mudah memvonis semua lelaki adalah gombal dan penipu. Tentu pandangan sepihak ini salah dan tidak benar. Akibat memiliki pandangan melekat ini bisa merusak jodoh dan potensi dirinya.

Pandangan Tradisi hampir semua dijalankan oleh masyarakat tradisonal yang masih terikat oleh kultural dan tradisi, misalnya mengikuti tradisi leluhur atau tradisi daerahnya, banyak manusia yang fanatik menganggap tradisi-tradisi ini bermanfaat untuk menyongsong masa depan yang baik. Mereka tidak menyadari makna dan manfaat dari tradisi tersebut. Dalam hal ini tradisi yang baik tentu boleh dipelihara, tetapi tradisi yang tidak bermanfaat seyogyanya dihilangkan. Sesungguhnya manusia harus menyadari bahwa semua kesuksesan dan kegagalan manusia dilandasan hukum sebab akibat, bukan karena mengikuti atau menolak tradisi yang sudah dipercaya, dan sudah berkembang sekian abad dimasa lalu. Oleh karena itu pandangan tradisi harus diluruskan kembali.

Sepuluh Pandangan-Pandangan Ekstrim
Ada sepuluh pertanyaan yang tidak dijawab oleh Sang Buddha yaitu:
1.    Dunia adalah kekal.
2.    Dunia adalah tidak kekal.
3.    Dunia memiliki suatu akhir.
4.    Dunia tidak memiliki suatu akhir.
5.    Kehidupan dan badan jasmani berbeda.
6.    Kehidupan badan jasmani adalah sama.
7.    Setelah kematian Sang Tathagata tetap ada (hidup).
8.    Setelah kematian Sang Tathagata tidak ada.
9.    Setelah kematian terdapat Sang Tathagata yang tetap ada dan terdapat juga tidak ada.
10.    Setelah kematian Sang Tathagata bukan ada maupun tidak ada.

Keterangan: Sepuluh hal ini juga disebut pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab (Abyakatapanha) atas dasar bahwasanya pertanyaan mereka tidak akan berguna dipandang dari sudut tujuan akhir Agama Buddha, yaitu padamnya penderitaan.

Faktor Kebodohan Penyebab Kemerosotan Mental & Spiritual

Karena adanya pandangan keliru dan pikiran salah, maka berkembangnya sikap dan perilaku bodoh yang berdampak langsung pada kemerosotan mental dan spiritual. Adapun gejala-gejala dan ciri-ciri kemerosotan mental spiritual sebagai berikut:

Enam Klesa (6 Kejahatan/Kekotoran Batin)
1. Raga (tamak, serakah), 2. Pratigha (kebencian), 3. Moha (kebodohan), 4. Mana (kesombongan), 5. Vicikitsa (bimbang, keragu-raguan), 6. Drishti (pandangan salah).

Adanya 6 Klesa, sehingga menimbulkan Upaklesa yaitu 20 penderitaan yang menyertainya  antara lain:
10 Penderitaan Tingkat Minor: 1. Krodha (kemarahan, kemurkaan), 2. Upanaha (kebencian), 3. Pradasa (kegusaran), 4. Mraksha (penyembunyian, menutup-nutupi), 5. Maya (ketidakjujuran, pengelabuan), 6. Shathya (sifat menjilat), 7. Mada (kesombongan), 8. Vihimsa (sikap menyerang dan melukai), 9. Irshya (iri hati), 10. Matsarya (pelit, kikir).

2 Penderitaan Tingkat Menengah: 11. Ahrikya (tiada rasa malu), 12. Anapatrapya (tiada rasa penyesalan);

8 Penderitaan Besar: 13. Ashraddhya (kurang kepercayaan), 14. Kausidya (kemalasan), 15. Pramada (kelalaian),16. Styana (kelengahan), 17. Auddhatya (ketidaktenangan), 18. Mushitasmriti (kebingungan), 19. Asamprajanya (pengetahuan yang tidak memadai), 20. Vikshepa (kekacauan).

Bila saja kemerosotan mental dan spiritual umat manusia ini tidak diperbaiki, maka dampak psikologisnya akan menjurus berkembangnya watak, sifat dan karakter senang kejahatan, bermental buruk dan berjiwa parasit yang merugikan, sehingga dikhawatirkan akan merusak sendi-sendi dari norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Enam Jenis Watak/Kecenderungan

Karena pengaruh kebodohan batin dan terjadinya ragam penderitaan maka cepat atau lambat akan mempengaruhi batinnya dan membentuk watak kurang baik antara lain:
1.    Watak kenafsuan.
2.    Watak kebencian.
3.    Watak ketidaktahuan/kebodohan batin.
4.    Watak kekhawatiran atau pikiran-pikiran yang tidak terkendali.
5.    Watak yang mudah percaya.
6.    Watak kelicikan (jahat).

Delapan Jenis rintangan
Karena adanya watak kurang baik maka mempunyai rintangan-rintangan batin seperti:
1.    Kesenangan dan kepuasan dalam nafsu indera.
2.    Kemauan jahat.
3.    Kemalasan dan kelelahan.
4.    Kegelisahan dan kekhawatiran.
5.    Keraguan.
6.    Kegelapan/kebodohan batin.
7.    Tidak ada kepuasan.
8.    Semua keadaan yang tidak baik.

Enam Belas Jenis Kekotoran Menodai Watak
1.    Serakah/memiliki banyak keinginan rendah atau menginginkan barang-barang milik orang lain.
2.    Kasar dan kejam.
3.    Bersifat pemarah.
4.    Mudah tersinggung.
5.    Memindahkan sifat-sifat mulia dan jasa-jasa orang lain.
6.    Sombong, dengan kata lain menganggap dirinya lebih tinggi.
7.    Iri hati, dengan kata lain apabila orang lain menerima keuntungan, ia tidak menyenangi.
8.    Kekikiran.
9.    Bersifat menipu, dengan kata lain, tidak jujur.
10.    Suka menyombongkan diri sendiri, pembual.
11.    Keras kepala/kepala batu.
12.    Suka menekan orang lain, dengan kata-kata kasar.
13.    Kesombongan, tinggi hati.
14.    Menghina atau memandang rendah orang lain.
15.    Pemabuk atau peminum.
16.    Malas, lengah.

Dampak & Akibat Kemerosotan Mental Spiritual Manusia

Bilamana kualitas mental dan spiritual umat manusia sudah menurun dan tidak segera diatasi, maka kehidupan manusia banyak yang menjadi kacau, liar dan sesat, antara lain:
1.    Kehidupan masyarakat setempat atau penduduk dunia cenderung melakukan banyak aksi pembunuhan, pencurian, perzinahan, berdusta, senang mabuk dan suka ketagihan.
2.    Menampik dan melecehkan ajaran moral etika dan budi perkerti.
3.    Terjadinya banyak kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan maraknya kegiatan prostitusi.
4.    Mengaburkan dan menyelewengkan keberadaan, maksud dan tujuan baik dari agama-agama.
5.    Keserakahan, kebencian, dan kebodohan manusia sudah menyelimuti dunia.
6.    Pornografi dan porno-aksi, narkoba, perjudian dan minuman keras merajarela.
7.    Ajaran sesat dan ilmu hitam sudah menyebar, diterima dan dijalankan. Sebaliknya ajaran agama yang benar dan baik dicampakkan, dikacaukan atau dimusnahkan.
8.    Kecenderungan manusia mengarah kepada kemunafikan dan kefanatikan sepihak, yang antipati dan menolak terhadap keragaman akan perbedaan-perbedaan yang ada.
9.    Meningkatnya kuantitas dan kualitas kejahatan berupa aksi pencurian, penyelundupan, penyelewengan, penipuan, perampokan, penculikan, perkosaan, dan bentuk kekerasan lainnya.
10.    Hukum sulit ditegakan, aksi penjarahan sukar dicegah, kejahatan merajerela, kacaunya kamtibmas, kedisplinan di abaikan, dan masih banyak bentuk-bentuk pelanggaran lainnya terjadi.
Demikianlah dikatakan jaman kerusuhan merasuki kehidupan manusia, dimana kekacauan dan aksi-aksi kejahatan merajarela yang mengakibatkan penghuni dunia mengalami penderitaan luas.

Sepuluh Pandangan Yang Harus Dipahami & Disadari

Didalam kitab suci Ching Shen Fu Thien Cing disabdakan para Siswa  harus memahami sepuluh dharma sebagai berikut:
1.    Semua makhluk mengandalkan minuman dan makanan untuk kelangsungan hidup, melenyapkan pandangan salah kelaparan bisa menyempurnakan diri.
2.    Semua makhluk mempunyai jiwa dan wujud berdasarkan karma, melenyapkan pandangan salah bahwa semua terjadi begitu saja.
3.    Semua makhluk bisa merasakan sakit dan gatal, melenyapkan pandangan salah brahma sebagai sebab untuk menyempurnakan diri.
4.    Ajaran kebenaran Empat Kesunyataan yang dibabarkan oleh Hyang Buddha, melenyapkan pandangan salah tidak adanya hukum karma.
5.    Faktor Panca Skandha yang terdiri wujud, perasaan, pikiran, pencerapan, kesadaran, yang harus dikendalikan dan dioptimalkan, melenyapkan pandangan salah dari tingginya ego para makhluk dewa.
6.    Enam fenomena yaitu adanya wujud, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, dan dharma, adalah hasil dari gejolak enam indera melalui enam kesadaran, melenyapkan pandangan salah, penganut paham satu kesadaran saja.
7.    Tujuh pikiran sadar, yaitu 1. Pikiran yang memiliki ketenangan dan kebijaksanaan; 2. Menembusi kebenaran Dharma, mana yang benar dan mana yang sempalan; 3. Semangat yang gigih melenyapkan kesesatan, melaksanakan ajaran benar; 4. Kegembiran memperoleh Dharma; 5. Hidup jadi ringan dan mudah memasuki jalan, melepaskan beban berat jasmani dan mental; 6. Ketenangan hati hanya terpaut satu objek; 7. Pelepasan khayal dan Dharma. Melenyapkan pandangan salah para pelatih sesat yang mengatakan tidak usah lagi melatih diri.
8.    Jalan utama beruas delapan, 1. Pandangan benar, 2. Pikiran benar, 3. Ucapan benar, 4. Perbuatan benar, 5. Mata pencaharian benar, 6. Semangat Benar, 7. Konsentrasi benar, 8. Ketenangan benar. Melenyapkan kesalahan melatih diri para siswa di jalan sesat.
9.    Sembilan tempat tinggal para makhluk yaitu di Triloka yang masih diliputi ketidakkekalan, melenyapkan pandangan salah para makhluk di Rupa-Loka dan Arupa loka yang terjebak konsep Nirwana sepihak.
10.    Sebelas cara memasuki arus kesucian, 1. Tempat sederhana, 2. Mengemis makanan, 3. Satu tempat duduk, 4. Makan satu kali dalam sehari, 5. Makan hanya dipertengahan siang sebelum tengah hari, 6. Tidak pindapatra dirumah tertentu, 7. Jubah hanya tiga buah, 8. Duduk dibawah pohon, 9. Bermeditasi ditempat jauh dan tenang, 10. Pakaian sederhana, 11. Menyepi ditengah kuburan, melenyapkan pandangan salah aliran yang mempunyai konsep terjebak dualisme wujud dan sunya.
Apabila ada siswa mampu melaksanakan kehidupan sederhana seperti diatas, maka dalam tempo sepuluh tahun akan memperoleh buah kesucian Anagami dan akhirnya mencapai kesucian Arahat.

Sembilan Jenis Pengetahuan Pandangan Terang
1.    Pandangan terang yang merenungkan timbul dan tenggelamnya segala sesuatu yang berkondisi.
2.    Pandangan terang yang merenungkan tenggelam atau kehancuran dari segala sesuatu yang berkondisi.
3.    Pandangan terang yang merenungkan kondisi menakutkan dari segala sesuatu yang berkondisi.
4.    Pandangan terang yang merenungkan kejahatan-kejahatan.
5.    Pandangan terang yang merenungkan hilangnya nafsu-nafsu.
6.    Pandangan terang yang merenungkan penghentian.
7.    Pandangan terang yang merenungkan jalan.
8.    Pandangan terang yang merenungkan keseimbangan terhadap hal-hal yang berkondisi atau ciptaan-ciptaan.
9.    Pandangan terang yang saat menyadari kebenaran-kebenaran mulia.

Nafsu sudah terkikis, perasaan sudah sunya mudah menampakan jiwa Buddha
Apabila nafsu besar, perasaan begitu sensitif maka layak dikatakan umat bodoh
Menghadapi masalah dapat mengatasi masalah mudah keluar dari fenomena keduniawian
Menghadapi masalah terhanyut masalah sesungguhnya sudah jatuh tertimpa tangga pula
Tidak mencari sensasi kenikmatan dari luar, juga tidak mengharapkan fenomena sentuhan
Hanya bertekad dan berjuang menolong semua makhluk, untuk meraih keunggulan Maha Bodhi

Tubuh jasmani adalah paduan unsur yang menciptakan banyak penderitaan
Gejolak hati menciptakan banyak khayal adalah akar penyebab karma buruk
Bila saja mampu melepaskan ilusi fenomena tubuh jasmani dan gejolak hati
Maka akan mudah mengembangkan keBodhian menuju pantai kebahagiaan.

Kembangkan Kualitas Mental Spiritual Untuk Keselamatan & Kebahagiaan.

Kehidupan manusia yang membutuhkan unsur materi dan bimbingan rohani bagaikan satu keping uang yang mempunyai dua sisi, artinya adalah kesatuan dengan dua bentuk wujud berbeda, yang mempunyai keterkaitan yang sangat erat karena saling membutuhkan. Kondisi demikian karena manusia terdiri jasmani dan rohani, keduanya yang saling bergantungan, sehingga terjadi hubungan ‘Simbiosis Mutualisme’ yang bersifat Multidimensional yang tidak terpisahkan. Apabila jasmaninya sakit maka mempengaruhi jiwanya sakit. Sebaliknya bila mental manusianya rusak, maka kehidupannya pun akan dirusak.

Tujuh Prinsip Dasar Moralitas
Pertama; Bersihkan jiwa umat manusia sehingga bisa membersihkan rupa dan kondisi.
Kedua; Perbaiki watak dan mentalitas umat manusia sehingga bisa memperbaiki sikap dan perilaku.
Ketiga; Sadari makna hidup dan kehidupan Maya sehingga kenal cukup, tidak rakus dan serakah.
Keempat; Pahami kesenangan duniawi adalah Fatamorgana sehingga tidak terbenam dalam penderitaan.
Kelima; Tingkatkan kualitas moral etika sehingga punya rasa malu dan takut akibat perbuatan jahat.
Keenam; Kembangkan kebijaksanaan sehingga dapat mengisi kehidupan baik dan benar.
Ketujuh; Hiduplah secara harmonis dan seimbang sehingga hidup tenang dan damai.

Apabila kebijakan ‘Tujuh Prinsip Dasar Moralitas’ ini dijalankan secara berkesinambungan, maka niscaya hidup ini akan kembali indah berseri, damai dan nyaman.

Meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran adalah sangat baik dan tepat untuk menyadarkan, agar dapat merenung, introspeksi, evaluasi, mawas diri, dan bertobat, untuk memperbaiki sikap dan perilaku dalam mewarnai makna hidup dan mengisi kehidupan dengan hal-hal positif, bermanfaat dan peduli untuk keselamatan hakiki, serta dapat mengembangkan hidupnya secara selaras, seimbang dan serasi dengan kebenaran Budhha Dharma. Sekaligus menjalin hubungan dinamis penuh cinta kasih kesegenap arah, menciptakan jalinan horisontal dan vertikal yang harmonis, untuk menghormati semua bentuk kehidupan, agar bersama-sama membina diri untuk meraih pencerahan dan kedamaian. Akhir kata semoga kita semua dapat hidup penuh welas asih, arif bijaksana dan berjuang sepenuh hati, demi keselamatan dan kebahagiaan semua makhluk, svaha.