“Kesendirian”

By Nico Mercubuono

Bahagiakah aku jika dilupakan? Gembirakah aku jika diacuhkan? Senangkah aku jika dijauhkan? Tentu saja tidak! Mengapa? Karena kita sebagai makhluk sosial memang sudah kodratnya hidup bersosialisasi, bermasyarakat dan interaksi dengan sesama. Tentu saja kita akan menderita jika kita sebagai manusia yang hidup di lingkungan tertentu tetapi keberadaan kita tidak dihiraukan (dianggap tidak ada) oleh orang lain. Lantas patutkah kita marah, kesal, dendam kepada orang–orang yang menghindari dan menjauhkan kita? Atau patutkah kita mengurung diri bersedih dan terus menyesali tentang keberadaan kita yang dianggap tidak ada oleh dunia ini  atau haruskah kita berteriak ke seluruh penjuru mata angin untuk mengabarkan bahwa kita ada di dunia ini?

Pasti kita pernah merasakan hal tersebut walaupun hanya beberapa detik/menit /jam. Siapakah yang harus disalahkan atas kejadian tersebut? mereka, kondisi, atau diri kita sendiri? Bukankah jika kita menyalahkan mereka maka mereka akan semakin meninggalkan kita. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena kita sering “meniru” gaya hidup, tingkah laku, cara pergaulan orang lain sehingga pada saat semua orang meninggalkan dan mengacuhkan kita maka kita akan mulai bertanya–tanya “Bukankah yang telah saya lakukan sudah sesuai dengan keinginan mereka, mengapa mereka masih meninggalkan kita? Atau mungkin juga biasanya kita selalu berusaha agar orang lain mengenal diri kita (terutama kebaikan–kebaikan yang pernah kita perbuat), kita terbiasa untuk menilai orang, menghakimi orang tetapi pernahkah kita bercermin untuk mengenal dan menilai seperti apa diri ini?

Agak sulit memang karena selama ini kita selalu terbuai dengan rutinitas, terpengaruh oleh perkataan– perkataan dan kebiasaan–kebiasaan orang sehingga tanpa kita sadari kita mulai mengikuti tingkah laku dan perkataan–perkataan tersebut tanpa kita pilah–pilah lagi mana yang positif dan negatif. Untuk itu, cobalah kita mulai mengenal dan melihat sifat–sifat diri kita, mengoreksi segala sifat–sifat negatif, lebih mengembangkan sifat–sifat baik, mulai melatih diri dengan disiplin, menghargai keberadaan diri sendiri.

Jadi janganlah bersedih, hati bergundah gulana di saat semua orang meninggalkan kita tapi manfaatkanlah waktu tersebut di saat itu biasanya merupakan saat yang tepat bagi kita untuk meluangkan waktu bagi diri ini yang terlalu sibuk dengan urusan gono-gini untuk merenungkan mengenali diri sendiri ini. INGAT! Waktu terus berjalan, terus berputar, rasanya sudah sedikit terlambat jika kita harus menunggu sampai tua baru mau melatih diri, jadi jika bukan sekarang kita mulai melatih diri, sepertinya untuk mencapai “pantai seberang” hanyalah akan menjadi sebuah angan–angan dan ilusi belaka saja. Perlu diketahui, masa depan dan keselamatan Anda ada di tangan dan di pundak Anda sendiri, mawas dan ariflah untuk mengisi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.